Kajian Informasi Tersesat di Jalan Googl

Tersesat di Jalan? Google Maps Saja!
Sebuah Kajian Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Sebagai Tugas dalam Memenuhi
Nilai Tugas Kajian Masalah Informasi dan Perpustakaan
Mata Kuliah Kajian Masalah Informasi dan Perpustakaan

Disusun oleh:
Adhi Kurniawan

(071511623001)

adhi.kurniawan-2015@fisip.unair.ac.id
sir.adhikurniawan@gmail.com

PROGRAM STUDI S1 ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016


2

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………

1

DAFTAR ISI…………………………………………………….......

2

ABSTRAK…………………………………………………………..

3

GOOGLE

MAPS

MENYEDIAKAN


WADAH

UNTUK

PENGEMBANGAN

INFORMASI LOKASI……………………………. ………………

4

GOOGLE MAPS API………………………………………………

5

INTERAKSI SOSIAL YANG BERKURANG……………………

6

MANUSIA


DALAM

MENGHADAPI

SERANGAN

DUNIA

MODERN………………………………………………………….

7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

9

3

ABSTRAK

Tersesat di jalan adalah perihal kurang menyenangkan bagi banyak khalayak. Terlebih lagi
apabila kejadian tersesat ini berada di wilayah pedalaman dan tiada individu/ warga yang
bisa dijadikan sebagai acuan dalam mendapatkan informasi rute jalan diwilayah tersebut.
Minimnya informasi secara verbal tersebut mendorong pengguna jalan atau pencari lokasi
memanfaatkan aplikasi peta digital dari Google yang bernama Google Maps. Aplikasi ini
memungkinkan pengguna jalan melakukan eksplorasi lokasi disekitar tempatnya
melakukan perjalanan. Bahkan aplikasi peta ini bisa digunakan secara offline atau luring
(luar jaringan) internet. Kemudahan ini menjelma menjadi dua mata pisau yang
berlawanan. Kemudahan akses informasi berlawanan dengan lahirnya budaya apatis yang
mengurangi interaksi social dan melahirkan istilah, ‘Malu bertanya, ada google peta.’ Peta
yang dapat dilihat melalui piranti ponsel pintar ini bahkan memiliki informasi yang lengkap
dan akurat. Sebabnya, pengguna juga diberi kesempatan untuk berkontribusi dalam
menentukan dan menabahkan informasi wilayah atau lokasi yang dikunjungi. Hal tersebut
melahirkan para pegiat jalan-jalan/ penjelajah (baca: traveller ) yang mengekplorasi tempattempat demi menjadi contributor pada Google Maps. Ironinya lagi, kini hampir sebagian
besar masyarakat melek dunia digital lebih memilih menanyakan dan menggunakan
aplikasi Google Maps untuk mendapatan informasi daripada bertanya pada warga atau
penduduk setempat dimana individu tersebut sedang berada. Baik tanpa disadari, individu
atau kelompok masyarakat modern telah dikuasai pikirannya untuk tergantung kepada
layanan-layanan Google, salah satunya produk Google Maps.


Kata kunci: Eksplorasi wilayah, Budaya partisipasi, Interaksi social, Sumber informasi,
Digitalisasi konten

4

GOOGLE MAPS MENYEDIAKAN WADAH UNTUK PENGEMBANGAN

INFORMASI LOKASI
Perkembangan dan perubahan zaman yang menciptakan revolusi informasi semakin
bergerak pesat. Zaman analog berubah menjadi zaman digital. Manual bergeser
menjadi otomatis. Manusia diperingan beban kerjanya dengan bantuan mesin dan
jaringan nirkabel, jaringan kasat mata. Begitu pula berbagai lini kehidupan yang dapat
dipermudah ini melahirkan perilaku pragmatis dikalangan masyarakat modern. Semua
hal yang berlandaskan himpunan informasi kini telah dirangkum untuk menjadikan
‘subur’ budaya pragmatis tersebut. Perangkum segala informasi tersebut kini telah
dimiliki oleh perusahaan pengelola informasi raksasa bernama Google Inc.
Layanan Google kini telah merambah pada berbagai lini kehidupan, salah
satunya adalah produk navigasi dan peta, Google Maps. Siapa yang tak suka
perjalanannya dipandu oleh peta digital tersebut? Siapa yang pertama kali ditanya
apabila salah jalan di era digital informasi ini? Siapa yang memadahi informasiinformasi dari pengirim informasi arus lalu lintas, sehingga mampu memberikan

alternatif jalan pulang ke rumah lebih cepat? Benak masyarakat modern tentu sudah
terpengaruh dan tertuju pada layanan Google Maps. Secara tidak langsung dan tidak
dirasa, menurut teori kekuasaan Michel Foucault, dalam S. H. Rahayu (2000), dengan
sadar masyarakat akan membuka gadgetnya untuk mengakses Google Maps ketika
mengalami kesulitan menemukan jalan dalam sebuah perjalanan.
Google Maps secara konsep, mengutip darin artikel milik salah satu pemimpin

program pemetaan geografis Google, Vincent (2007) mengemukakan bahwa
perusahaan yang bermarkas di Amphitheatre Parkway California ini dengan gamblang
menyebutkan bahwa kelak banyak individu atau kelompok yang nantinya secara
sukarela berkontribusi untuk memberikan informasi lokasi disekitarnya. Hal ini dapat
ditelaah Google Maps adalah sebuah wadah yang kelak akan memiliki berbagai
informasi lokasi-lokasi secara lengkap yang berada diluar jangkauannya. Secara tidak
langsung, Google mempekerjaan individu-individu tersebut secara sukarela, dengan
alasan untuk kepentingan bersama.

5

GOOGLE MAPS API


Google Maps adalah program atau aplikasi berbasis Application Programming
Interface (API). Julie Taylor (2009) dalam Affan (2014), Google Maps API adalah

salah satu teknologi cerdas Google yang membantu dalam mengolah fitur-fitur yang
terdapat pada Google Maps dan meletakkannya langsung pada situs milik sendiri. Hal
ini dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrogrmaman Java Script. Selain itu,
terdapat pula beragam fasilitas dan utilitas yang bisa didapatkan dari layanan
Application Programming Interface (API) tersebut. Sehingga dapat digunakan untuk
melakukan manipulasi dan menambahkan konten-konten kedalam peta digital. Hal ini
memungkinkan pengguna (user ) untuk membuat dan mengembangkan aplikasi
lanjutan (Advance Application) berbasis peta digital yang terpasang pada suatu
website.

Gambar 1. Tampilan fotografi 360⁰ dari layanan Google Maps
Sumber: Google Maps http://bit.ly/2eHxGBR
API disini yang memungkinkan pengguna Google Maps tersebut dapat
melakukan kontribusi atau berpartisipasi ‘membantu’ pengembang Google untuk
memberikan nama sebuah tempat, penandaan lokasi, bahkan hingga menampilkan
fotografi tempat yang diberi tanda, yang belum diketahui. Semudah seorang


6

mengakses peta Google ketika mengalami kebingungan mencari jalan. Lantas,
beberapa kelompok masyarakat dan ilmuwan, seperti salah satunya Moritz Ahlert
(2013) dalam karyanya berjudul The Territorial Ambitions of Google Maps,
menyebutkan bahwa perusahaan sebesar Google

itu secara tidak terasa

mengeksploitasi dan mempengaruhi seseorang maupun kelompok untuk menggunakan
dan berkontribusi dalam penandaan di peta. Bahkan, penandaan tersebut hingga
memasuki ranah-ranah lokasi privat dan militer yang sebenarnya terlarang untuk
diketahui khalayak umum. Apakah ini berarti secara tidak langsung membeberkan
informasi vital suatu Negara agar bisa dilihat oleh umum, dengan alasan sebagai
informasi yang mungkin nanti bisa dimanfaatkan oleh pengguna Google Maps.
INTERAKSI SOSIAL YANG BERKURANG

Gambar 2. Tampilan interaksi pengguna dari layanan Google Maps
Sumber: Google Maps http://bit.ly/2eHxGBR, referensi pribadi.
Baik disadari maupun tidak, ‘menyuburkan’ penggunaan aplikasi peta digital dalam

mencari lokasi atau ketika tersesat akan mengurangi interaksi social yang melahirkan
budaya apatis. Hal ini berbahaya, mengingat budaya masyarakat timur, terutama di
Indonesia ini sangat kental dengan komunikasi verbal yang terkenal karena
masyarakatnya memiliki budaya kultur sopan santun yang bagus. Soemardjan (2009)

7

mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah semua perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut
memengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial yang dimaksud mencakup nilai-nilai
dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan
social seperti berkurangnya interaksi social antar masyarakat ini akan merubah sistem
social. Sehingga kini banyak manusia lebih banyak berinteraksi dengan mesin untuk
memenuhi kebutuhan, salah satunya kebutuhan informasi.
Perubahan social ini sangat mempengaruhi pola pemikiran masyarakatnya.
Pilihan hidup pragmatis dan lahirnya apatis pada kehidupan bermasyarakat akan
mengurangi kepekaan terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungan. Google Maps
sebagai fasilitas secara tidak langsung berkontribusi sebagai lahirnya perubahan sosial
tersebut. Interkasi sosial akan menjadi lebih semu dan kaku.
MANUSIA DALAM MENGHADAPI SERANGAN DUNIA MODERN

Teknologi berbanding lurus dengan perubahan zaman secara cepat. Teknologi pula
yang mempengaruhi perubahan tatanan sosial yang ada pada masyarakat.
Memanfaatkan perubahan zaman dan teknologi secara positif itu bermanfaat dan
mempermudah pekerjaan. Namun, apakah berlebihan dalam memanfaatkannya
akankah baik-baik saja? Tentu tidak. Merencanakan dan merancang strategi sebelum
melakukan perjalanan tentu dapat mengurangi pemanfaatan hingga kecanduan
menggunakan aplikasi Google Maps. Meskipun aplikasi peta tersebut dapat
dimanfaatkan secara luring (luar jaringan), usahakan untuk melakukan interaksi sosial
terhadap masyarakat sekitar apabila mengalami tersesat jalan. Hal tersebut
meningkatkan interaksi dan menurunkan budaya pragmatis dan apatis yang ada di
masyarakat.
Kontribusi informasi yang dilayangkan melalui layanan aplikasi Google Maps
sangat bermanfaat bagi sesama. Perlu diingat bahwa ada batasan dalam membagikan
informasi yang hendak diberikan. Mengutip dari Anguelov, dkk (2010), tujuan
penciptaan digitalisasi peta Google ini dimaksudkan untuk mempermudah individu
atau kelompok baru dalam berinteraksi sebelum turun langsung di wilayah barunya.

8

Tujuan ini memungkinkan individu atau kelompok baru ini mampu mempersiapkan

rencana model interaksi yang sesuai dengan apa yang sudah dilihat dari aplikasi
Google Maps ini. Sehingga mempermudah interaksi dan menerima lingkungan

barunya dengan baik. Apabila tujuan penciptaan aplikasi Google Maps tersebut
bertujuan untuk hal positif, lantas kenapa kita sebagai masyarakat modern dengan
buday ketimuran sangat terpengaruh bahkan ketagihan hingga menciptakan perubahan
sosial yang signifikan negatif? Tanya Google Maps saja!

9

DAFTAR PUSTAKA
Ahlert, Moritz. 2013. The Territorial Ambitions of Google Maps. Jerman: Forms and
Formalism N3
Ahmad, Affan Ghaffar. 2013. Sistem Simulasi Pencarian dan Pemantauan Perjalanan
Kereta Api Berbasis WEB-GIS dengan Memanfaatkan GPS dan Google Maps API.

Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Anguelov, Dragomir; Dulong, Carole; Filip, Daniel; dkk. 2010. Google Street View:
Capturing the World at Street Level. Amerika Serikat: IEEE Internet Computing Magazine

Rahayu, S. H. 2000. Michel Foucault: Seks dan Kekuasaan . Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soelaiman. 2009. Pengantar Sosiologi untuk Sekolah
Menengah Atas. Surabaya: Penerbit Erlangga

Vincent, Luc. 2007. Taking Online Maps Down to Street Level. Amerika Serikat: IEEE
Internet Computing Magazine