Membuka Hubungan Diplomatik Indonesia Is (1)

Membuka Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel: Langkah Strategis
Penyelesaian Konflik Palestina-Israel

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Individu Dalam
Mata Kuliah Resolusi Konflik

Oleh:
Muhammad Darmawan Ardiansyah
NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013/2014

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................

BAB II

ANALISA
A. Potensi Indonesia sebagai mediator dalam konflik Palestina-Israel..
B. Hubungan Indonesia-Israel: Faktor penentu keberhasilan mediasi...
C. Agama: Atribut penghambat dalam penyelesaian konflik

Palestina-

Israel...................................................................................................
D. Langkah yang perlu diambil dalam meningkatkan kapasitas Indonesia sebagai
mediator................................................................
E. Ekonomi: Kunci Pembuka Hubungan Indonesia-Israel.....................
F. Kendala domestik dan internasional dalam mewujudkan
Shock..................................................................................................
BAB III


PENUTUP
Kesimpulan........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.

Economic

Essay ini akan membahas mengenai bagaimana potensi Indonesia sebagai sebuah negara
muslim terbesar di dunia menjadi mediator dalam konflik Palestina-Israel. Konflik antara Palestina
dan Israel pasti sudah sering kita dengar selama ini. Konflik ini sudah terjadi sangat lama sekali,
dan sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda positif menuju ke arah perdamaian antara
kedua belah pihak. Sudah banyak sekali upaya-upaya dari dunia internasional untuk membantu
menyelesaikan konflik tersebut. Akan tetapi, upaya-upaya tersebut belum menghasilkan solusi yang
tepat bagi kedua pihak. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan cenderung sia-sia. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi besar dalam menyelesaikan konflik tersebut.
Rekam jejak Indonesia sebagai sebuah negara yang sangat menjunjung tinggi perdamaian
patut diperhitungkan dalam hal ini. Menjadi salah satu pemrakarsa gerakan non-blok pada saat

perang dingin, memberikan bukti nyata kepada dunia bahwa Indonesia tidak memihak siapapun
dalam sebuah konflik.1 Keaktifan Indonesia dalam mengirimkan pasukan perdamaian di bawah
naungan PBB ke wilayah-wilayah konflik2 serta diangkatnya Indonesia menjadi dewan HAM PBB
membuktikan bahwa Indonesia mempunyai komitmen yang sangat tinggi bagi terciptanya
perdamaian dunia.3
B. Rumusan Masalah.
1.
2.
3.
4.

Seberapa besar potensi Indonesia dalam menyelesaikan konflik tersebut?
Apa saja kendala-kendala yang mungkin dihadapi Indonesia dalam menyelesaikannya?
Apa saja langkah yang perlu diambil Indonesia dalam mengatasi kendala tersebut?
Hal apa yang perlu dilakukan Indonesia dalam memaksimalkan potensinya untuk
menyelesaikan masalah tersebut?
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, saya akan menjelaskan kecilnya peluang

Indonesia dalam menyelesaikan konflik tersebut. Kecilnya peluang Indonesia dapat kita lihat dari
realitas sosial yang menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mampu menjadi mediator yang

baik dalam menangani kasus-kasus konflik tertentu, dimana membutuhkan cara yang berbeda dari
cara-cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Indonesia perlu mengambil langkah yang berani
dalam menyelesaikan konflik tersebut. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memaksimalkan potensi
keberhasilan dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang tak kunjung usai sampai saat ini.

Analisa
A. Potensi Indonesia sebagai mediator dalam konflik Palestina-Israel.

1 http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=en. Diakses pada 3/12/2014.
2 http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/11/indonesia-sends-unfil-mission-lebanon.html. Diakses pada 3/12/2014.
3 http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=49133#.VI551cnt5Ks. Diakses pada 3/12/2014.

Konflik berkepanjangan yang terjadi antara Palestina dan Israel telah menjadi rahasia umum
dunia internasional saat ini. Dunia internasional telah terbiasa dengan apa yang terjadi di wilayah
tersebut. Terbiasanya dunia dengan konflik yang terjadi di wilayah itu tidak lain karena konflik itu
telah terjadi sangat lama sekali. Banyak sekali upaya-upaya yang telah dilakukan dunia
internasional dalam menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi sampai saat inipun belum
menunjukkan tanda-tanda perdamaian.
Dalam


menyelesaikan

konflik

tersebut

diperlukan

mediator

yang

handal

dalam

mengkomunikasikan solusi yang tepat dengan kedua belah pihak agar menghentikan konflik di
antara mereka. Indonesia dipandang sebagai salah satu negara yang mempunyai kemampuan dalam
hal tersebut. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia.4 Selain itu Indonesia juga merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di

dunia berdasarkan luas wilayahnya.5 Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, tentunya
Indonesia mempunyai komitmen yang sangat besar dalam menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
Komitmen Indonesia tersebut dapat kita lihat dari aktifnya Indonesia untuk mengirimkan
pasukan perdamaiannya ke wilayah-wilayah konflik di bawah wewenang PBB, menjadi salah satu
negara pencetus gerakan non-blok pada masa perang dingin, serta kondisi politik dalam negeri yang
penuh dengan nilai-nilai demokratis walaupun Indonesia masih tergolong negara belum lama
merdeka. Terpilihnya kembali Indonesia sebagai anggota dewan HAM PBB menunjukkan bahwa
dunia internasional memiliki harapan yang besar terhadap Indonesia untuk menegakkan nilai-nilai
HAM yang sangat krusial. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat aktif dalam
merespon konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel.
Adanya persamaan ideologi agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia dan
Palestina menjadi alasan utama mengapa Indonesia sangat mendukung penuh upaya Palestina
dalam mengatasi invasi Israel yang tak kunjung usai. Banyak sekali bantuan Indonesia terhadap
Palestina dalam mengurangi penderitaan warganya akibat agresi militer yang dilakukan oleh Israel.
Berbagai bentuk bantuan baik itu berupa bantuan logistik, fiskal, relawan-relawan kemanusiaan,
diplomasi di level internasional untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara, serta mengakhiri
konflik di wilayah tersebut telah lama dilakukan Indonesia. Dapat kita lihat dari berbagai hal di atas
bahwa Indonesia telah lama menjalin hubungan yang sangat intim dengan Palestina.
Hubungan intim tersebut terjalin karena adanya rasa simpati masyarakat Indonesia yang
sangat tinggi terhadap penderitaan masyarakat Palestina akibat agresi militer yang dilakukan oleh

Israel. Desakan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahnya untuk berkomitmen penuh dalam
4 http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-149212388. Diakses pada 3/12/2014.
5 http://www.theguardian.com/world/2014/jul/07/five-reasons-why-indonesia-presidential-election-matters. Diakses pada 3/12/2014.

mendukung Palestina telah terwujud. Banyak sekali berbagai kebijakan-kebijakan politik maupun
bantuan seperti yang telah disebutkan di atas dibuat, sebagai komitmen untuk menunjukkan betapa
besarnya kepedulian Indonesia terhadap permasalahan yang sedang dihadapi oleh Palestina.6
Dalam hal ini kita juga harus melihat posisi Indonesia dalam sistem Internasional. Perlu
diketahui bahwa Indonesia mempunyai posisi yang sangat strategis dalam sistem internasional. Hal
ini dapat kita lihat dari kontribusi Indonesia sebagai salah satu negara pencetus dalam pembentukan
berbagai organisasi, gerakan, maupun keanggotaannya dalam organisasi internasional seperti
ASEAN, gerakan Non-Blok, OKI, G-20, OPEC (Keluar pada tahun 2009), dan organisasiorganisasi internasional lainnya.
Selain dari keanggotaannya dalam organisasi internasional, Indonesia juga memiliki
hubungan yang sangat baik dengan negara-negara yang notabene merupakan pemain utama dalam
sistem internasional seperti AS, Cina, Rusia, Inggris, Jepang, dan negara-negara lainnya. Yang
terpenting adalah bahwa Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara di Barat
dan Timur yang merupakan rival pada masa perang dingin, serta negara-negara di Timur Tengah
yang menjadi pusat perhatian internasional pada saat ini.
Untuk menunjukkan betapa strategisnya posisi Indonesia dalam sistem internasional dapat
kita lihat dari pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris, Bill Rammel yang menyatakan bahwa

Inggris mempunyai harapan yang sangat tinggi terhadap Indonesia untuk memainkan peran yang
sangat besar dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel, serta menjadi jembatan komunikasi dan
kekuatan penengah/mediator antara negara-negara Barat dan Timur Tengah.
Hal ini juga ditegaskan oleh Jusuf Kalla setelah kunjungannya ke negara-negara Barat bahwa
Barat menaruh harapan yang sangat besar agar Indonesia berperan aktif dalam menyelesaikan
konflik antara Palestina-Israel, serta menjadi pemain penting dalam usaha untuk menciptakan
perdamaian di Timur Tengah dan sekaligus menjadi penengah dalam memperbaiki hubungan antara
Barat dengan dunia Islam.7 Seperti yang telah kita ketahui, sejak peristiwa serangan 9/11 terhadap
AS oleh teroris, hubungan antara dunia Barat dan dunia Islam mencapai puncaknya, akibat dari
adanya dugaan keterkaitan antara Islam dan terorisme.
Dapat kita simpulkan dari sudut pandang tulisan di atas bahwa Indonesia mempunyai potensi
yang sangat besar sebagai mediator dalam konflik Palestina-Israel. Hubungan antar negara yang
dijalin oleh Indonesia dengan negara-negara Muslim, Barat, maupun Timur yang sangat baik,
komitmen Indonesia dalam mewujudkan perdamaian sesuai mandat UUD 45 dan piagam PBB,
6 http://www.voaindonesia.com/content/palestina-ucapkan-terimakasih-kepada-indonesia/1957421.html. Diakses pada 3/12/2014.
7 http://bpi.fidkom.uinjkt.ac.id/indonesia-kekuatan-penengah/. Diakses pada 3/12/2014.

serta peran aktif Indonesia dalam berbagai organisasi internasional cukup memberikan dampak
yang sangat signifikan terhadap potensi Indonesia sebagai mediator dalam konflik Palestina-Israel.
B. Hubungan Indonesia-Israel: Faktor penentu keberhasilan mediasi.

Dalam menyelesaikan sebuah konflik dibutuhkan peran mediator yang tidak memiliki
keberpihakan serta kepentingan apapun terhadap kedua pihak yang sedang berkonflik. 8 Maka dari
itu kenetralan mediator memainkan peran yang sangat signifikan bagi kesuksesan mediasi yang
dilakukan dalam menyelesaikan konflik tersebut. Seperti yang telah kita ketahui Indonesia
mempunyai potensi dan peluang yang sangat besar sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik
internasional, khususnya konflik Palestina-Israel, berdasarkan fakta-fakta di atas, daripada negaranegara lain dalam sistem internasional.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa kenetralan Indonesia patut dipertanyakan dalam
menyelesaikan konflik tersebut. Seperti yang telah kita ketahui Indonesia menjalin hubungan yang
sangat intim dengan Palestina, di lain sisi Indonesia tidak memiliki hubungan apapun dengan
Israel,9 bahkan cenderung bersuara aktif dalam mengkritik aksi militer yang dilakukan Israel
terhadap Palestina selama ini.
Adanya ketidakseimbangan hubungan Indonesia dengan kedua belah pihak akan menjadi
penghalang yang sangat besar bagi penyelesaian konflik tersebut. Reputasi Indonesia dalam level
internasional yang sangat baik, anggapan mengenai potensi dan peluang Indonesia yang sangat
besar dalam menyelesaikan konflik internasional, tidak akan memberikan efek apapun terhadap
penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Mengapa hal tersebut bertolak belakang dengan asumsi sebelumnya? Karena dalam proses
mediasi diperlukan pihak yang mempunyai komitmen kenetralan yang sangat tinggi terhadap
sebuah konflik, dan Indonesia tidak memiliki hal tersebut. Selain Itu dalam kondisi tersebut
Indonesia membutuhkan hubungan yang seimbang di antara kedua belah pihak. Maka dari itu,

selain menjalin hubungan dengan Palestina, Indonesia juga perlu untuk menjalin hubungan yang
sama dengan Israel. Hal ini untuk menghindari adanya praduga yang negatif terhadap Indonesia itu
sendiri sebagai mediator.
Dapat kita identifikasi dari konflik tersebut bahwa Indonesia, khususnya rakyat Indonesia
mempunyai komitmen yang sangat tinggi dalam mendukung perjuangan Palestina untuk melawan
aksi militer Israel yang biadab.10 Sebaliknya banyak sekali pernyataan-pernyataan negatif yang
8 Budi Siswantoro Satari,”Proses Mediasi dan Negosiasi,” Presentasi disampaikan pada mata kuliah Resolusi Konflik pertemuan ke-8.
9 http://www.tempo.co/read/news/2012/11/29/115444904/Indonesia-Tak-Akan-Buka-Hubungan-Diplomatik-Israel. Diakses pada 3/12/2014.
10 http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/29/indonesia-extends-diplomatic-support-palestine.html. Diakses pada 3/12/2014.

ditujukan kepada Israel. Apabila ide tersebut tetap dipelihara dalam benak masyarakat Indonesia,
maka harapan bagi perdamaian di Palestina akan sulit sekali untuk terwujud.
Maka dari itu, perlu dilakukan rotasi yang sangat signifikan terhadap ide tersebut. Pandangan
masyarakat Indonesia harus diubah secara drastis dalam memandang konflik tersebut. Agar tidak
terpaku pada pandangan konvensional yang selama ini berada dalam pikiran mereka. Dalam konflik
ini, pandangan Indonesia terhadap Israel haruslah seimbang dengan Palestina. Jika pandangan
konvensional yang berada dalam benak rakyat Indonesia dipelihara terus-menerus, maka
kemungkinan perdamaian di antara Israel dan Palestina akan sangat kecil sekali.
Hal ini dikarenakan kecaman dan segala kutukan yang ditujukan kepada Israel akan
membuatnya menjadi terbiasa dengan hal tersebut. Menimbulkan sikap ketidakpedulian Israel serta

membutakannya terhadap segala bentuk kecaman dan kutukan dunia internasional terhadapnya.
Dan realitas dari asumsi di atas dapat kita lihat dari berbagai kegagalan perundingan perdamaian
yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan konflik tersebut. Seperti yang telah kita
ketahui, berbagai bentuk resolusi konflik terhadap penyelesaian konflik ini sudah banyak dilakukan,
dan fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil resolusi konflik tidak pernah bisa bertahan lama.
Dengan berbagai asumsi di atas menunjukkan bahwa apabila Indonesia tetap bertahan dengan
segala bentuk pandangan konvensionalnya terhadap Israel, kemungkinan potensi keberhasilan
Indonesia sebagai mediator dalam konflik ini akan sangat kecil sekali, walaupun terjadi kesepakatan
perdamaian di antara kedua belah pihak, akan tetapi pasti dapat diprediksi kemungkinan
kesepakatan tersebut akan bersifat sementara.
C. Agama: Atribut penghambat dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Harus kita sadari bahwa konflik Palestina-Israel adalah salah satu konflik yang sangat
kompleks dalam sejarah umat manusia. Adanya unsur teologis yang menunggangi konflik ini
memberikan dampak yang sangat signifkan bagi kelanggengan konflik tersebut. 11 Jika kita amati
lebih lanjut, tingginya semangat Israel dalam menduduki Palestina tidak lain adalah karena adanya
janji-janji ataupun kepercayaan yang dibangkitkan kembali dari kitab suci mereka bahwa Palestina
adalah tanah yang dijanjikan bagi kaum Yahudi.
Sebaliknya, tingginya semangat bangsa Palestina dalam memerangi Israel adalah berkat
landasan teologis Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Palestina, selain dari semangat untuk
mempertahankan kedaulatan negaranya dari jajahan negara lain. Jika kita kembali lagi ke masa lalu,
peperangan yang dilandaskan pada faktor agama akan menjadi memori yang tidak dapat
11 http://www.huffingtonpost.com/2014/11/19/religious-war-israel-palestine_n_6188568.html. Diakses pada 3/12/2014.

dihilangkan begitu saja. Dendam masa lalu pasti akan selalu ada dalam benak generasi-generasi
selanjutnya, dan dendam tersebut dapat dibakar kapan saja apabila diperlukan jika situasi
memungkinkan. Terbukti bahwa unsur-unsur teologis sangat efektif sekali dijadikan doktrin dalam
konflik ini.
Adanya persamaan ideologis bagi mayoritas muslim Indonesia dan Palestina mungkin akan
menjadi permasalahan tersendiri bagi terwujudnya perdamaian di wilayah tersebut. Penindasan
terhadap bangsa Palestina yang mayoritas muslim menimbulkan rasa simpati yang dibarengi rasa
solidaritas sesama penganut agama Islam yang dapat menimbulkan perasaan yang kuat satu sama
lain. Seperti dalam hadist nabi yang menyebutkan bahwa,”Setiap muslim layaknya tubuh, jika salah
satu anggota tubuh sakit, maka yang lain akan ikut merasakannya.”12
Doktrin-doktrin agama seperti itu akan mudah sekali dalam mempengaruhi pikiran umat
Islam, khususnya Indonesia untuk turut ikut serta membantu perjuangan bangsa Palestina dalam
melawan Israel. Jika pandangan itu tidak diubah, akan menimbulkan subjektifitas yang sangat
tinggi, di mana akan ada ketimpangan yang sangat signifikan terhadap permasalahan ini sehingga
sulit untuk diselesaikan. Padahal fakta di lapangan menunjukkan bahwa penyelesaian konflik tidak
akan dapat diselesaikan dengan kondisi mediator yang cenderung bersifat subjektif dalam konflik
tersebut.
Agama mungkin akan menjadi salah satu faktor yang memberikan efek signifikan terhadap
berhasil tidaknya sebuah penyelesaian konflik. Terus terang, jika Indonesia masih bersikukuh untuk
mempertahankan rasa solidaritas Islam dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel, perdamaian
akan sulit diwujudkan. Seharusnya pemerintah mengambil jalan tengah dalam konflik ini, yaitu
tidak membawa atribut agama melainkan membawa atribut demokrasi, yang di mana mungkin akan
lebih bisa diterima oleh kedua pihak dan kemungkinan penyelesaian konflik dapat berjalan lebih
efektif dan efisien.
Dapat kita pahami bahwa walaupun atribut demokrasi belum teruji keefektifitasannya dalam
menyelesaikan konflik tersebut, seperti yang telah diusahakan oleh PBB, akan tetapi perlu disadari
bahwa jika Indonesia memposisikan dirinya sebagai representasi dari demokrasi, potensi
keberhasilan mungkin akan sedikit meningkat walaupun tidak signifikan. Daripada membawa
atribut agama yang hanya akan membawa pada perang urat syaraf yang tiada henti.
D. Langkah yang perlu diambil dalam meningkatkan kapasitas Indonesia sebagai mediator.

12 Musawir Subing,”Mutiara Muslim”, Jakarta: Niaga Swadaya, 2008, hal 83.

Fakta saat ini menunjukkan bahwa mayoritas negara-negara muslim di dunia belum mengakui
Israel sebagai sebuah negara yang berdiri seutuhnya. Mayoritas negara-negara tersebut cenderung
untuk memperlakukan Israel sebagai sebuah entitas yang mengancam kedaulatan negara lain,
khususnya Palestina. Banyak sekali kecaman maupun kutukan yang dilontarkan kepada Israel atas
apa yang telah dilakukannya terhadap Palestina.
Israel dalam sistem internasional dianggap sebagai kutil dalam tubuh yang sangat
mengganggu dan sulit untuk dihilangkan. Mengganggu dalam hal ini adalah karena telah
mengancam kedaulatan negara lain, dan sulit untuk dihilangkan adalah karena Israel mempunyai
bodyguard yang sangat kuat untuk melindunginya dari tekanan dunia internasional yang tiada henti.
Bodyguard tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Amerika Serikat yang merupakan negara
super power pada saat ini.13
Kekuatan AS dan influence-nya yang sangat kuat terhadap sistem internasional, dimanfaatkan
oleh Israel untuk mempertahankan eksistensinya dari ancaman-ancaman eksternal yang sewaktuwaktu dapat menjatuhkan Israel sebagai sebuah entitas negara yang berdaulat. Walaupun Israel
dapat dikatakan sebagai sebuah negara yang mempunyai banyak musuh, akan tetapi sampai saat ini
Israel masih bisa mempertahankan eksistensinya dalam sistem internasional.
Menurut pandangan penulis, Israel tidak terlalu berfokus untuk memiliki hubungan dengan
banyak negara. Hal tersebut tidak ada gunanya jika negara-negara tersebut tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam sistem internasional. Yang diperlukan oleh Israel adalah menjalin
hubungan dengan negara-negara yang memiliki kekuatan dalam sistem internasional, salah satunya
dengan AS. Menjalin hubungan dengan kekuatan-kekuatan Internasional adalah lebih dari cukup
bagi Israel untuk mempertahankan eksistensinya sebagai sebuah entitas yang berdaulat.
Jika kita amati perilaku Israel dalam sistem internasional, dapat kita lihat arogansi Israel yang
tidak memiliki ketakutan terhadap apapun. Israel cenderung bisu, tuli, dan buta dalam menanggapi
reaksi dunia internasional terhadap tindakannya yang sangat biadab di atas tanah Palestina. Israel
cenderung memikirkan kelangsungan hidupnya sendiri dan tidak memikirkan kelangsungan hidup
entitas lainnya, serta selalu mengabaikan segala reaksi internasional yang ditujukan kepadanya.
Kecaman dan kutukan dunia internasional terhadap Israel sampai saat ini tidak memberikan
efek apapun. Terbukti sampai sekarang Israel masih bisa mempertahankan dirinya di tengah hujatan
dunia internasional kepadanya. Hujatan hanyalah sebatas hujatan, berbagai jalan telah ditempuh
untuk mendamaikan keduanya, akan tetapi sampai sekarang juga belum ada hasilnya. Penulis

13 http://www.huffingtonpost.com/news/us-israel-relations/. Diakses pada 3/12/2014.

melihat bahwa masih belum ada upaya yang konkrit dan serius dari seluruh negara di dunia ini
untuk menyelesaikan konflik tersebut.
Ketidakseriusan

tersebut

bukan

berarti

mereka

tidak

memiliki

komitmen

untuk

menyelesaikannya, akan tetapi menurut penulis, komitmen tersebut terindikasi bertolak belakang
dengan kepentingan nasional negara tersebut, sehingga menimbulkan dilema tersendiri bagi mereka.
Di sisi lain mereka harus mendukung Palestina dengan konsekuensi kehilangan kepentingan
nasionalnya, di lain sisi kepentingan nasional sebuah negara merupakan hal yang sangat penting
untuk diperjuangkan dengan mengorbankan komitmen perdamaian dunia, khususnya perdamaian
Palestina-Israel.
Memang sangat dilematis sekali, dan penulis melihat bahwa saat ini mayoritas negara-negara
di dunia masih menjadikan kepentingan nasional sebagai prioritas mereka dari hal apapun, serta
tidak mengambil tindakan apapun jika konsekuensinya adalah mengorbankan kepentingan nasional
mereka. Terbukti dalam kasus Palestina-Israel, yang di mana AS selalu melindungi Israel dari
konsekuensi hukum yang ditetapkan oleh dewan keamanan PBB.14 Tidak heran jika Israel sangat
arogan selama ini, karena memiliki hubungan yang sangat intim dengan AS.
Berkaitan dengan peristiwa di atas penulis ingin memberikan logika sederhana dalam
menyelesaikan konflik tersebut. Dalam kehidupan setiap manusia pasti ingin diperlakukan layaknya
seorang manusia seutuhnya. Penulis ingin mengibaratkan Israel seperti seorang preman yang
kehidupannya penuh dengan kejahatan. Menjadi sampah dan omongan masyarakat merupakan hal
yang biasa bagi mereka. Kondisi lingkungan yang memusuhi, dan menganggap preman adalah
sampah masyarakat menjadikan mereka terjebak dengan stigma tersebut.
Hal ini membuat mereka terjerumus semakin dalam ke jurang kejahatan premanisme,
menumbuhkan kebanggaan dalam diri mereka sebagai seorang preman, dan semakin masyarakat
mencap mereka sebagai sampah masyarakat semakin tinggi pula ketidak pedulian mereka terhadap
cacian tersebut. Bahkan cacian dan stigma tersebut menjadi stimulus untuk meningkatkan kejahatan
premanisme yang mereka lakukan. Persis seperti yang dilakukan oleh Israel, semakin masifnya
aliran cacian dan kutukan terhadapnya, semakin tinggi pula arogansi serta ketidak pedulian Israel
terhadap tekanan internasional tersebut.
Saya ingin mengutip sebuah pernyataan dari seorang ulama, yaitu Al-Habib Munzir AlMusawa yang mengatakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang terjebak dalam kemungkaran itu
mempunyai hati baik di hati kecilnya. Beliau telah menemukan itu di hati mereka berkali-kali, akan
tetapi kebaikan itu tersembunyi dalam kesombongan mereka. Berkaca pada pernyataan tersebut
14 http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2011/02/20/AR2011022002203.html. Diakses pada 3/12/2014.

bahwa preman pun mempunyai hati yang baik, akan tetapi harus dilakukan pendekatan yang tepat
untuk mengetuk pintu hatinya ke jalan yang benar.
Seperti yang dilakukan oleh Habib Munzir di mana dia mencium tangan preman Tanjung
Priok yang sangat ditakuti pada saat itu.15 Habib yang notabene merupakan seorang ahli agama,
mempunyai kedekatan spiritualitas yang tinggi dengan Allah, mau-maunya mencium tangan preman
yang penuh dengan noda kejahatan. Seketika preman tersebut terkulai lemas menangis dan tobat.
Dengan pendekatan akhlak mulia Habib berhasil mengembalikan seorang preman ke jalan yang
benar, yang di mana preman tersebut merasa dimanusiakan oleh Habib Munzir, dan ini tidak
dilakukan oleh masyarakat sekitarnya yang langsung mencap negatif preman tersebut.
Mungkin contoh di atas bisa menjadi contoh yang tepat bagi Indonesia dalam menyelesaikan
konflik Palestina-Israel. Walaupun sesungguhnya realitas dalam level individu dan negara memiliki
perbedaan yang sangat signifikan, akan tetapi tidak ada salahnya jika kita mencoba untuk
menyelesaikan permasalahan di tingkat internasional dengan berkaca pada penyelesaian dalam
permasalahan individu.
Dalam hal ini saya akan mengibaratkan Israel sebagai seorang preman, realitas internasional
yang berpandangan negatif terhadap Israel dengan kondisi lingkungan preman yang penuh dengan
buruk sangka, serta Indonesia berperan seperti Habib Munzir. Israel akan tetap berlaku seperti itu
jika kondisi lingkungan internasional tidak bisa merubah stigma negatif terhadapnya. Indonesia
perlu melakukan pendekatan yang berbeda terhadap Israel, tidak seperti pendekatan-pendekatan
konvensional negara-negara di dunia yang cenderung mencap Israel sebagai negara penjajah dan
biadab. Indonesia harus menegarakan Israel seperti Habib Munzir memanusiakan preman. Artinya
adalah Indonesia harus memperlakukan Israel seperti negara-negara lainnya dan memberikannya
kesempatan untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, sehingga dengan hubungan
diplomatik tersebut Indonesia memiliki kesempatan yang besar dalam merealisasikan perdamaian
antara Palestina dan Israel.
Indonesia perlu menyadari bahwa menjadi mediator dalam konflik internasional tidaklah
semudah membalikkan tangan. Apalagi dalam konflik Palestina-Israel yang memiliki tingkat
kompleksitas permasalahan yang sangat tinggi. Diperlukan pemahaman serta penguasaan masalah
yang mendalam untuk menyelesaikan konflik tersebut. Walaupun Indonesia telah memahami selukbeluk permasalahan dan telah menguasainya itu tidaklah cukup. Harus ada perubahan total dari
sikap Indonesia dalam memandang konflik tersebut. Perubahan itu harus benar-benar dilakukan jika
Indonesia memang berkomitmen dalam mewujudkan perdamaian di antara kedua belah pihak.
15 http://kisahikmah.com/kisah-habib-mundzir-al-musawwa-menaklukan-seorang-preman/. Diakses pada 3/12/2014.

Komitmen Indonesia tersebut harus ditunjukkan dengan merotasi kebijakan-kebijakan
terdahulu yang cenderung anti Israel berubah menjadi kebijakan-kebijakan yang tidak anti Israel.
Hal tersebut dapat diwujudkan Indonesia dengan memperlakukan Israel seperti Indonesia
memperlakukan negara-negara lainnya. Dalam hal ini Indonesia harus memandang bahwa Israel
adalah negara seutuhnya dengan sifat-sifat kenegaraannya seperti yang dimiliki oleh negara-negara
lainnya. Dengan kata lain mau tidak mau Indonesia harus mengakui Israel secara de facto dan de
jure demi meningkatkan potensi Indonesia sebagai mediator dalam konflik tersebut.
Pengakuan Indonesia secara de facto dan de jure akan membawa dampak positif tersendiri
bagi hubungan Indonesia-Israel, serta memberikan ruang yang lebih lebar bagi Indonesia untuk
memaksimalkan potensinya sebagai mediator. Setelah pengakuan tersebut Indonesia juga harus mau
menjalin hubungan diplomatik dengan Israel seperti yang dilakukan Indonesia terhadap negaranegara lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuka kantor perwakilan diplomatik
Indonesia di Israel dan sebaliknya. Dengan dibukanya kantor perwakilan diplomatik di masingmasing negara akan menimbulkan rasa saling percaya di antara kedua belah pihak dalam menjalin
hubungan yang lebih intensif di masa yang akan datang.
E. Ekonomi: Kunci Pembuka Hubungan Indonesia-Israel.
Sebuah negara tidak akan bisa bertahan dalam sistem internasional jika kebutuhan primernya
tidak terpenuhi. Tentunya ekonomi merupakan hal fundamental yang harus dimiliki oleh setiap
negara untuk menjalankan roda kehidupannya. Terkadang hubungan antarnegara dijalin mayoritas
karena adanya kepentingan ekonomi, terlepas dari adanya kepentingan politik atau tidak. Perlu
dipahami bahwa tidak ada negara yang bisa hidup sendiri dalam sistem internasional. Ibarat
kehidupan, tidak ada manusia yang dapat mencukupi kebutuhannya sendiri, begitu juga sebuah
negara, perlu menjalin hubungan dengan negara lainnya demi memenuhi hajat hidupnya.
Tingginya komitmen Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia patut diberi apresiasi
yang besar. Dapat kita lihat fakta-fakta di atas yang menunjukkan begitu tingginya komitmen
Indonesia terhadap perdamaian dunia. Dalam kasus konflik Palestina-Israel dunia melihat bahwa
Indonesia merupakan kandidat mediator yang potensial dalam menyelesaikan konflik tersebut. akan
tetapi perlu dipahami bahwa potensial tidaknya mediator tidak hanya diukur dari kacamata
masyarakat internasional terhadap negara tersebut, melainkan juga penilaian dari masing-masing
pihak yang sedang bertikai, apakah negara tersebut pantas untuk menyelesaikan permasalahan
mereka atau tidak.
Untuk memperoleh kepantasan tersebut, Indonesia harus melakukan berbagai bentuk upaya
agar dapat menjadi mediator seperti yang diinginkan. Upaya tersebut dapat dimulai dengan

membuka kerjasama ekonomi antara Indonesia-Israel. Setelah upaya pembukaan hubungan
diplomatik antara Indonesia-Israel terwujud, langkah selanjutnya adalah membangun hubungan
kerjasama ekonomi di antara keduanya. Sebenarnya Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun
terhadap Israel atas nama negara. Bagi Indonesia hubungan antar negara yang selama ini telah
dijalin sudah cukup tanpa memasukkan Israel ke dalamnya, yang menjadi musuh banyak negara.
Akan tetapi, untuk mewakili kepentingan masyarakat dunia mau tidak mau Indonesia harus
mengambil langkah tersebut demi mewujudkan perdamaian yang dicita-citakan. Membangun
kerjasama ekonomi dengan Israel dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi kedua negara,
khususnya Indonesia. Indonesia yang masih tergolong negara berkembang dapat memanfaatkan
kerjasama tersebut untuk memacu lebih cepat lagi pertumbuhan ekonominya.
Indonesia yang merupakan salah satu negara berpenduduk terbesar di dunia, bisa dijadikan
pasar yang potensial bagi Israel untuk memasarkan produk-produknya. Luas wilayah baik darat
maupun laut, kondisi geografis, sumber daya alam bisa dijadikan Indonesia sebagai daya tarik untuk
menarik minat Israel melakukan kerjasama dengannya. Tingkat perekonomian Israel yang maju
berkat industri serta teknologi tingginya dapat menjadi daya tawar yang sangat potensial dalam
menjalankan kerjasama ekonomi di antara keduanya.16
Sebelum melakukan kerjasama ekonomi tersebut, Indonesia harus merancang skenario yang
tepat agar kerjasama ini bisa dijadikan alat yang ampuh untuk menekan Israel agar segera
mengakhiri peperangan dengan Palestina. Skenario tersebut adalah Indonesia harus menciptakan
suasana kerjasama ekonomi yang sangat intensif dengan Israel. Hal tersebut dapat diwujudkan
dengan mengimpor produk-produk Israel untuk dijual di pasar Indonesia. Tentunya hal ini akan
menimbulkan masalah pemboikotan produk Israel oleh mayoritas penduduk muslim Indonesia.
Maka dari itu, Indonesia perlu untuk mengadakan kesepakatan dengan Israel agar produkproduknya dapat diterima oleh penduduk Indonesia.
Kesepakatan itu dapat berupa memalsukan asal dari produk-produk tersebut untuk
mengantisipasi pemboikotan massa. Menurut saya pembohongan publik perlu dilakukan, hal ini
dilakukan demi kemaslahatan bersama. Begitu juga apabila Israel ingin menanamkan investasinya
di Indonesia, pemerintah harus membuat sebuah perusahaan negara sesuai dengan spesifikasi
perusahaan Israel yang ingin berinvestasi di Indonesia. Sehingga asal perusahaan tersebut dapat
disamarkan dari publik, jika tidak pasti akan terjadi penolakan besar-besaran terhadapnya. Indonesia
juga harus meningkatkan tawarannya dalam mekanisme investasi tersebut.

16 http://mfa.gov.il/MFA/InnovativeIsrael/Economy/Pages/Israel-World-leader-in-science-technology-innovation.aspx. Diakses pada 3/12/2014.

Dalam hal ini Indonesia harus memiliki kontrol penuh terhadap perusahaan, dan Israel
menjadi pihak donatur dalam perusahaan, dengan alasan agar kerjasama tersebut dapat berhasil
tanpa takut munculnya kendala yang mungkin bisa saja muncul berkaitan dengan konflik PalestinaIsrael jika tidak menjalankan mekanisme itu. Intinya Indonesia harus mendominasi berbagai
kerjasama dengan Israel, hal ini didasarkan atas untuk melindungi seluruh kepentingan-kepentingan
ekonomi Israel di Indonesia.
Jika hal-hal di atas dapat diwujudkan maka intensitas perekonomian di antara kedua negara
harus ditingkatkan semaksimal mungkin dengan asumsi Indonesia mempunyai kendali yang sangat
besar dalam kerjasama tersebut. Hal ini paling tidak akan memberikan efek yang besar bagi
perekonomian keduanya, terutama Israel. Indonesia harus benar-benar membuat kondisi di mana
Israel mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap Indonesia untuk melindungi
kepentingan ekonominya di Indonesia.
Untuk mengantisipasi ketergantungan ekonomi yang sangat kuat terhadap Israel, Indonesia
harus menjalin kerjasama dengan negara lain yang dapat menjadi pengganti/substitusi dari produkproduk Israel jika suatu saat nanti timbul masalah. Indonesia tidak perlu takut dengan perusahaanperusahaan Israel yang berkedok perusahaan pemerintah untuk menarik investasi seenaknya, karena
Indonesia memegang kendali yang kuat terhadap perusahaan tersebut dengan asumsi skenario di
atas berhasil.
Jika skenario di atas berhasil dijalankan maka dapat dipastikan bahwa Indonesia akan
memiliki tingkat bargaining power yang sangat tinggi terhadap Israel dalam hal apapun, termasuk
perundingan perdamaian konflik antara Palestina-Israel. Demikianlah skenario yang mungkin dapat
menjadi pendongkrak untuk memaksimalkan potensi Indonesia sebagai mediator dalam konflik
Palestina-Israel. Dalam menyelesaikan konflik ini Indonesia dapat menerapkan skenario kejutan
ekonomi (economic shock) terhadap Israel.
Skenario tersebut berupa ancaman Indonesia terhadap Israel dengan cara menghentikan
seluruh impor produk Israel, serta mengambil alih seluruh investasi Israel yang ada di Indonesia.
Indonesia tidak perlu takut untuk kehilangan pasokan produk-produk dari Israel di dalam negeri,
asalkan Indonesia telah menjalin kerjasama dengan negara lain yang dapat memenuhi produkproduk serupa seperti produk Israel, sehingga efek penghentian impor produk Israel dapat ditekan
seminimal mungkin.
Pengambil alihan investasi Israel juga harus didasarkan pada skenario di atas mengenai kedok
perusahaan Israel yang bersembunyi dalam baju perusahaan negara. Apabila skenario tersebut
berjalan maka kemungkinan Indonesia untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan Israel sangat

tinggi sekali dengan resiko yang dapat diminimalisir. Hal-hal di atas akan menjadi daya tawar yang
sangat tinggi apabila berhasil diwujudkan, serta bisa menjadi alat yang sangat efektif dan efisien
bagi Indonesia untuk menekan Israel dalam menghentikan segala aktifitas militernya di wilayah
Palestina.
F. Kendala domestik dan internasional dalam mewujudkan Economic Shock.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan skenario economic shock terhadap Israel mungkin akan
menemui banyak sekali permasalahan. Kebencian masyarakat Indonesia terhadap Israel yang sangat
tinggi mungkin akan menjadi tembok penghalang yang sangat besar dalam mewujudkan skenario
tersebut. Segala kebijakan terhadap Israel mungkin akan menemui jalan buntu, akibat dari stigma
negatif yang telah mendarah daging dalam benak masyarakat Indonesia. Hal itu barulah yang terjadi
di lingkungan domestik, tekanan dunia internasional mungkin akan sama besarnya bahkan bisa
lebih besar jika Indonesia mengambil langkah untuk mewujudkan skenario-skenario di atas. Maka
dari itu, perlu dilakukan langkah-langkah yang tepat untuk menghindari kemungkinankemungkinan yang tidak diinginkan.
Langkah tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu upaya negosiasi pemerintah terhadap
lingkungan domestik serta upaya diplomasi pemerintah terhadap lingkungan internasional. Upaya
negosiasi pemerintah terhadap lingkungan domestik dapat dilakukan dengan cara menjelaskan
seluruh skenario yang akan dilakukan pemerintah kepada seluruh pejabat pemerintahan dan pejabat
daerah. Pemerintah harus melakukan segala upaya agar rencana tersebut dapat diterima oleh seluruh
birokrat pemerintahan. Pemerintah perlu mengubah pandangan-pandangan konvensional terhadap
Israel dimulai dari dalam tubuh pemerintahannya sendiri, sebelum mengubah pandangan
masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai karakter yang berbeda-beda.
Selanjutnya adalah upaya diplomasi pemerintah terhadap lingkungan internasional mengenai
masalah ini. Untuk menghindari prasangka buruk yang mungkin datang dari lingkungan
internasional, pemerintah perlu untuk memberikan pemahaman mengenai rencananya kepada
negara-negara tertentu, terutama negara-negara Islam dan negara-negara sahabat yang menolak
untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Diplomat mempunyai peran yang sangat besar
bagi keberhasilan rencana pemerintah tersebut.

Kesimpulan
Konflik Palestina-Israel yang tidak kunjung selesai patut menjadi perhatian dunia
internasional saat ini. Kegagalan berbagai perundingan perdamaian dalam konflik ini menunjukkan
bahwa tingkat kompleksitas permasalahan ini sangat tinggi. Masyarakat internasional patut prihatin

terhadap segala perundingan yang gagal. Harus dipikirkan apa yang salah dalam perundingan
tersebut. Setiap perundingan perdamaian sebenarnya bertujuan baik, yaitu mewujudkan perdamaian.
Akan tetapi, konsistensi dari masing-masing pihak serta mediator berperan penting dalam
pencapaian hal tersebut. Itulah yang menjadi permasalahan utama dalam konflik ini. Hasil
perundingan cenderung bersifat sementara, tidak ada langkah serius dari masing-masing pihak
untuk menyelesaikan konflik di antara mereka.
Penilaian dunia internasional terhadap Indonesia mengenai potensinya sebagai mediator
dalam konflik ini patut dihargai. Indonesia perlu memposisikan dirinya sebagai penyeimbang dalam
dunia internasional. Dalam hal ini bukan sebagai penyeimbang dari negara super power lainnya,
akan tetapi, penyeimbang antara dunia Barat dan dunia Islam. Seperti yang telah disebutkan di atas,
Indonesia mempunyai potensi tersebut, dengan harapan Indonesia bisa menjadi penengah,
perantara, atau apapun dalam konteks hubungan Barat dan Islam. Israel yang berada di posisi Barat
dan Palestina yang berada di posisi Islam akan cenderung untuk selalu berkonflik. Hal ini
didasarkan atas kepentingan setiap negara yang berbeda-beda. Indonesia harus bisa memposisikan
dirinya di antara dua pihak tersebut untuk menyelesaikan masalah ini.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia dan juga sebuah negara demokrasi menunjukkan
bahwa Indonesia bisa memposisikan dirinya sebagai penyeimbang, karena memiliki nilai-nilai dan
unsur yang mewakili kedua belah pihak. Yang dimana akan lebih mudah diterima keberadaannya.
Akan tetapi, dalam konflik ini Indonesia harus benar-benar memposisikan dirinya sesuai dengan
skenario di atas, apabila Indonesia berkomitmen tinggi dalam mewujudkan perdamaian PalestinaIsrael.
Skenario yang telah dipaparkan di atas mungkin tidak akan menjamin keberhasilan Indonesia
dalam menyelesaikan konflik ini. Akan tetapi, paling tidak peluang Indonesia dalam menyelesaikan
konflik tersebut terbuka lebar dan potensi Indonesia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin. Kita
perlu memahami bahwa menyelesaikan konflik Palestina-Israel tidak lah semudah membalikkan
tangan. Diperlukan pengorbanan yang banyak sebagai mediator untuk menyelesaikan konflik
tersebut. Indonesia harus dapat memahami konsekuensi yang mungkin akan timbul jika mengambil
langkah tersebut. Komitmen yang sangat tinggi perlu dibangun dalam mewujudkan perdamaian
dunia, khususnya perdamaian Palestina-Israel.
Terkadang dalam benak penulis, skenario di atas adalah skenario terbaik dalam
menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Akan tetapi muncul kembali di pikiran penulis mengenai
seberapa efektif skenario

tersebut akan bisa dijalankan. Perlu dicatat bahwa jika Indonesia

melakukan upaya untuk memahamkan pihak-pihak internasional bagi keberhasilan skenario

tersebut, ditakutkan rencana itu akan bocor ke Israel, sehingga segala hal yang telah dipersiapkan
oleh Indonesia dalam mengeksekusi skenario tersebut gagal total akibat bocor ke telinga Israel.
Maka dari itu, lebih baik Indonesia tidak melakukan upaya tersebut untuk menjaga privasi dan
kesuksesan skenario itu. Tetapi sekali lagi konsekuensinya sangat besar, yaitu Indonesia akan
dianggap pengkhianat oleh negara-negara muslim di dunia, khususnya Timur Tengah. Dan yang
paling fatal adalah hilangnya kepercayaan dari dunia Islam terhadap Indonesia, yang bisa
memberikan efek yang sangat signifikan terhadap reputasi Indonesia itu sendiri.
Dalam hal ini penulis melihat bahwa posisi Indonesia serba salah. Banyak sekali konsekuensi
yang harus ditanggung jika mengambil skenario tersebut. Akan tetapi jika tidak diambil perdamaian
Palestina-Israel akan sangat sulit untuk diwujudkan. Jujur bagi penulis ini sangat membingungkan
sekali, banyak sekali cost yang harus ditanggung Indonesia. Perlu pengorbanan yang sangat besar
untuk menanggung segala konsekuensi yang timbul jika mengambil langkah tersebut demi
mewujudkan perdamaian dunia, khususnya perdamaian Palestina-Israel.

Daftar Pustaka
Buku:
Subing Musawir, ”Mutiara Muslim”, Niaga Swadaya, Jakarta: 2008.

Sumber Lain:
Budi Siswantoro Satari, ”Proses Mediasi dan Negosiasi”, Presentasi disampaikan pada mata
kuliah Resolusi Konflik pertemuan ke-8.
Website:
Afrida

Nani,

“Indonesia

sends

UNFIL

mission

to

Lebanon”,

http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/11/indonesia-sends-unfil-mission-lebanon.html.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Azra Azyumardi, “Indonesia Kekuatan Penengah”, http://bpi.fidkom.uinjkt.ac.id/indonesiakekuatan-penengah/. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
BBC staff, “Indonesia profile”, http://www.bbc.com/news/world-asia-pacific-14921238. Diakses
pada tanggal 3 Desember 2014.
Firman,

“Kisah

Habib

Mundzir

Al-Musawwa

menaklukkan

seorang

preman”,

http://kisahikmah.com/kisah-habib-mundzir-al-musawwa-menaklukan-seorang-preman/.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Foreign

Affairs

Department

Republic

of

Indonesia,

”Non-Aligned

Movement”,

http://www.kemlu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?
Name=MultilateralCooperation&IDP=3&P=Multilateral&l=en. Diakses pada tanggal 3
Desemeber 2014.
Greenberg Joel, “Palestinians protect US veto of resolution condemning Israel’s settlement policy”,
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2011/02/20/AR2011022002203.html.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Israel Ministry of Foreign Affairs, “Israel: World leader in science and innovation”,
http://mfa.gov.il/MFA/InnovativeIsrael/Economy/Pages/Israel-World-leader-in-sciencetechnology-innovation.aspx. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Kaleem Jaweed, “Clergy, interfaith activists aim to prevent ‘Religious War’ among Israelis and
Palestinians”,

http://www.huffingtonpost.com/2014/11/19/religious-war-israel-

palestine_n_6188568.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Lachman

Samantha,

“US-Israel

Relations”,

http://www.huffingtonpost.com/news/us-israel-

relations/. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.

Lamb

Kate,

“Five

reasons

why

Indonesia’s

presidential

election

matters”,

http://www.theguardian.com/world/2014/jul/07/five-reasons-why-indonesia-presidentialelection-matters. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Ririhena

Yohanna,

“Indonesia

extends

diplomatic

support

to

Palestine”,

http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/29/indonesia-extends-diplomatic-supportpalestine.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
Rizki

Muhammad,

“Indonesia

tak

akan

buka

hubungan

diplomatik

Israel”,

http://www.tempo.co/read/news/2012/11/29/115444904/Indonesia-Tak-Akan-BukaHubungan-Diplomatik-Israel. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.
UN News Centre, “General Assembly elects 15 members to UN Human Rights Council”,
http://www.un.org/apps/news/story.asp?NewsID=49133#.VI6tb8nt5Kt. Diakses pada tanggal
3 Desember 2014.
Waluyo Andylala, “Palestina ucapkan terima kasih atas dukungan rakyat Indonesia”,
http://www.voaindonesia.com/content/palestina-ucapkan-terimakasih-kepadaindonesia/1957421.html. Diakses pada tanggal 3 Desember 2014.