PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT SEBAGAI KUASA HUKUM Moh. Fadlan M. Yasin Nahar Abdullah Iskandar Abstrak - PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT SEBAGAI KUASA HUKUM

  

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB ADVOKAT

SEBAGAI KUASA HUKUM

Moh. Fadlan

M. Yasin Nahar

  

Abdullah Iskandar

Abstrak

  

Sebagai sebuah profesi yang terhormat, Advokat memiliki tanggung jawab dalam

mengemban amanat untuk turut serta dalam mewujudkan supremasi hukum.

Tanggung jawab tersebut tidak semata-mata sebuah keharusan yang diwajibkan

secara yuridis melainkan kewajiban yang muncul dari tuntutan hati nurani.

Setidaknya advokat bertanggung jawab kepada empat hal yaitu tanggung jawab

kepada Tuhan, tanggung jawab kepada kode etik, tanggung jawab kepada undang-

undang dan tanggung jawab kepada masyarakat. Belakangan ini sering kita

mendengar atau membaca di berbagai mas media perselisihan antara di klien

dengan si Advokat/Pengacara, baik menyangkut proses penanganan kasus maupun

menyangkut soal pembayaran fee atau success fee si Advokat/Pengacara. Bahkan

ada klien yang melaporkan si Advokat/Pengacara ke Kepolisian dengan tuduhan

menggelapkan uang si klien atau meminta uang dari klien untuk upaya

memenangkan perkara namun tidak berhasil atau tidak dilakukan sama sekali oleh si

Advokat/Pengacara, yang berakibat si Advokat/Pengacara ditahan. Untuk

menghindari hal yang demikian ini perlu diantisipasi di awal kesepakan sebelum

menandatangani Surat Kuasa bagi si Advokat/Pengacara, Kata Kunci: Tanggung Jawab, Advokat dan Penegakan hukum

I. PENDAHULUAN profesi sebagai bagian yang tidak A.

  terpisahkan. Pembicaraan dan

   Latar Belakang Masalah

  Setiap profesi memiliki kajian terhadap tanggung jawab tangung jawab terhadap profesinya, profesi menjadi penting ketika termasuk didalamnya profesi seorang profesional tidak advokat. Tanggung jawab tersebut melekat pada masing-masing bertanggung jawab terhadap profesinya.

  advokat, Advokat berprofesi memberi jasa hukum dan bertugas menyelesaikan persoalan hukum kliennya baik secara litigasi maupun nonlitigasi, Menurut Frans Hendra Winata, tugas advokat adalah mengabdikan dirinya pada masyarakat sehingga dia dituntut untuk selalu turut serta dalam penegakan Hak Asasi Manusia, dan dalam menjalankan profesinya ia bebas untuk membela siapapun, tidak terikat pada perintah, klien dan tidak pandang bulu siapa lawan kliennya, apakah dia dari

  golongan kuat, penguasa, pejabat bahkan rakyat miskin sekalipun.

1 Begitu pula dengan profesi

  2 Di dalam sistem hukum di

  negara kita terdapat jaminan adanya kesamaan dihadapan hukum (equality before the law) yang secara konseptual tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945

  pasal 27 ayat 1 yang berbunyi : “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya“. Oleh sebab itu bagi setiap orang yang memerlukan bantuan hukum (legal aid) selain merupakan hak asasi juga merupakan gerakan yang dijamin oleh konstitusi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik 2 Hendra Winata, Frans, Advokat Indonesia, Citra, Idealisme dan Kepribadian .

1 Amir Syamsuddin, Tanggung Jawab Profesi Dan Etika Advokat, Anymous.

  Sinar Harapan, Jakarta.1995, hal; 14 untuk melakukan penelitian yangt Belanda), maka sudah barang tentu berjudul” Perlindungan Hukum apabila corak advokat Indonesia Terhadap Tanggung Jawab terpengaruh oleh corak advokat Advokat Sebagai Kuas Belanda. Hal ini terkait dengan a Hukum” sistem hukum Civil Law yang B.

   Rumusan Masalah

  dibawa oleh Belanda. Di Indonesia Mengacu pada Latar sampai pertengahan tahun 1920-an,

  Belakang masalah yang telah di sampaikan, maka rumusan masalah semua Advokat dan notaris adalah yang di kemukakan dalam orang Belanda. Hal ini pula yang penelitian ini adalah bagaimanakah mempengaruhi mengapa bentuk perlindungan hukum terhadap tanggung jawab advokat perkembangan Advokat pasca sebagai kuasa hukum ? kemerdekaan Indonesia masih

  II.

  berjalan lambat. Pada zaman

PEMBAHASAN A.

   Perlindungan Hukum Terhadap tersebut pengaturan perihal Advokat

  advokat dititik beratkan pada

   Berbicara tentang

  kehendak eksekutif bukan

  3

  perlindungan hukum terhadap kehendak hukum itu sendiri . advokat seyogyanya terlebih

  Advokat pertama di Indonesia yang dahulu membahas sejarah advokat merupakan asli pribumi pada saat di Indonesia. Sejarah advokat di itu adalah Mr. Besar Martokusumo. Indonesia berawal pada masa 3 Solehoddin, Op.Cit ,hlm. 127 kolonial Belanda (Hindia- Saat pihak Belanda peraturan yang cocok. Dengan merampas daerah pedalaman di demikian rechtsstaat Jawa, kaum kolonial mendirikan diperkenalkan di tanah jajahan, suatu pemerintahan tidak meskipun hanya berorientasi pada

  4

  langsung dengan memanfaatkan kepentingan kolonial . pemerintah edekatannya dengan para priyayi kolonial saat itu mengambil di tanah jawa. Jadi secara kasat langkah kebijakan etis yang mata nampaknya para priyayi-lah bertujuan peningkatan yang masih berkuasa, namun kesejahteraan dan juga sejatinya kaum koloniallah yang kemakmuran sosial bagi golongan memerintah. Namun terjadi pribumi. Namun sayangnya hal perubahan pada pertengahan abad tersebut gagal tercipta. Pada masa kesembilan belas, Belanda itu profesi advokat berdiri atas mengubah kebijaksaan dasar hukum: kolonialnya dengan lebih a.

  Staatblad Tahun 1847 Nomor legalitas. Dimulai pada akhir 23 dan Staatblad Tahun 1848 tahun 1840-an, beberapa kitab Nomor 57 tentang Reglement undang-undang baru diundangkan op de rechtelijk organisatie en organisasi dan kebijaksanaan het beleid de justitie in 4 kehakiman dikembangkan dan

  Daniel S. Lev, dikutip dalam, “Perlindungan Hukum Advokat Dalam Undang-

  dibenahi, serta pemerintahan

  Undang Advokat”, errymeta.blogspot.com diakses tanggal 12 Nopember 2011

  dirasionalisasi dengan hukum dan

  Indonesie atau dikenal dengan

  RO, pada Pasal 185 s/d 192 mengatur tentang

  “advocatenen procureurs”

  yaitu penasehat hukum yang bergelar sarjana hukum.

  b. Staatblad Tahun 1847 Nomor 40 tentang Reglement op de

  Rechtsvordering (RV), dalam

  peradilan khusus golongan Eropa (Raad van Justitie) ditentukan bahwa para pihak harus diwakili oleh seorang Advokat atau procureur.

  c. Penetapan Raja tanggal 4 Mei 1926 Nomor 251 jo. 486 tentang Peraturan Cara Melakukan Menjalankan Hukuman Bersyarat, pada Bab

  I Bagian II Pasal 3 ayat 3 ditentukan bahwa orang yang dihukum dan orang yang wajib memberikan bantuan hukum kepadanya sebelum permulaan pemeriksaan.

  d.

  Staatblad Tahun 1926 nomor 487 tentang Pengawasan Orang yang Memberikan Bantuan Hukum, ditentukan bahwa pengawasan terhadap orang-orang yang memberikan bantuan hukum atau orang yang dikuasakan untuk menunjuk lembaga dan orang yang boleh diperintah memberi bantuan.

  e.

  Staatblad Tahun 1927 Nomor 496 tentang Regeling van de

  bijstaan en vertegenwoordiging van partijen in burgerlijke zaken voor de landraden , mengatur

  tentang penasehat hukum yang disebut

  “zaakwaarnemers’ atau pada masa tersebut Inlandsch Reglement atau RIB dikenal dengan (Reglemen Indonesia yang

  “pokrol”.

  f. diperbaharui), menurut Pasal

  Staatblad Tahun 1941 Nomor 44 tentang Herziene Inlandsch 123 dimungkinkan kepada

  Reglement (HIR), dalam Pasal pihak yang berperkara untuk 83 h ayat 6 ditentukan bahwa diwakili oleh orang lain .

  jika seseorang dituduh Terlebih pada KUHP yang bersalah melakukan sesuatu masih menggunakan Wetboek kejahatan yang dapat dihukum Van Strafrecht voors Nederlands dengan hukuman mati, maka Pengaturan profesi

  Indie. magistraat hendak Advokat masih tersebar dalam

  menanyakan kepadanya, pelbagai ketentuan warisan maukah ia dibantu di kolonial Belanda. Bahkan pengadilan oleh seorang pengaturan profesi Advokat sejak penasehat hukum. Dan Pasal proklamasi 17 Agustus 1945 254 menentukan bahwa dalam justru kurang mendapat persidangan tiap-tiap orang perhatian. Hal ini ditunjukkan yang dituduh berhak dibantu dengan tidak ditemukannya oleh pembela untuk istilah Advokat atau istilah lain mempertahankan dirinya. yang sepadan dimasukkan dalam g.

  UUD 1945. Demikian pula pada Staatblad Tahun 1944 Nomor 44 tentang Het Herziene UUD RIS 1949 yang digantikan konflik internal di organisasi 5. dengan UUDS 1950 advokat itu sendiri.

  Ketika era demokrasi Hak Dan Kewajiban Advokat terpimpin di masa pemerintahan Lembaga Advokat sebagai Soekarno, para advokat terkena profesi yang menjalankan fungsi imbas baik secara ekonomis utama membantu klien dalam maupun ideologis. Hal ini terjadi megurus perkaranya, tetapi karena pada masa itu, seringkali sekaligus sebagai penegak hukum advokat membela kliennya yang yang paling utama. Oleh karena berseberangan dengan Soekarno. itu, wajar kalau dalam Aroma campur tangan Soekarno menjalankan profesinya tetap di ranah peradilan ini terjadi memiliki landasan pijakan berupa dengan sistematis dengan bukti hak dan kewajiban yang melekat diperbolehkannya kasus tertentu. pada diri advokat tersebut. Dalam Pasca rezim Soekarno, bukan

  Pasal 14 UU Advokat dinyatakan berarti advokat dapat terbebas bahwa:

  6

  dalam melakukan pembaharuan- Advokat bebas pembaharuan hukum. Hal ini mengeluarkan pendapat atau salah satunya dipicu karena pernyataan dalam membela 5 perkara yang menjadi tanggug

  Gayuus lumbun, Makalah, “Esensi hak dan kewajiban advokat dalam perpektif profesi 6 Supriadi. Etika dan Tanggung Jawab penegak hukum”, Surabaya, 2008 Profesi Hukum. Jakarta:Sinar Grafika, hal. 66 jawabnya didalam sidang menjalankan profesinya tidak pengadilan dengan tetap dapat dituntut baik secara perdata berpegang pada kode etik profesi maupun pidana dalam dan peraturan perundang- menjalankan tugasnya tersebut. undangan. Hal ini sesuai ketentuan dalam

  Ketentuan dalam Pasal 14

  Pasal 16 UU Advokat yang UU Advokat diatas lebih lanjut menyatakan bahwa: dipertegasoleh ketentuan Pasal 15 Honorarium dan Bantuan UU Advokat yang menyatakan Hukum Cuma-Cuma bahwa advokat bebas dalam

  Konsekuensi dari profesi menjalankan tugas profesinya advokat sebagai pemberi jasa untuk membela perkara yang dalam menjalankan tugasnya, menjadi tanggung jawabnya terutama dalam melakukan dangan tetap berpegang pada kode pemberian jasa layanan hukum etik Profesi dan peraturan kepada klien, tentunya, perundang-undangan. mendapatkan imbalan jasa. Sebab

  Sementara itu, seorang advokat sudah menjadi ketentuan bahwa dalam menjalankan profesinya orang yang memberi jasa layanan tetap memilki tanggung jawab apa pun namanya, mesti dalam membela perkara yang mendapatkan imbalan jasa berupa diajukan kien kepadanya. honorarium. Dalam Pasal 21 UU

  Begipula seorang advokat dalam Advokat dinyatakan sebagai bahwa: Advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum yang telah diberikan kepad kliennya.

  Besarnya honorarium atas jasa hukum sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua belah pihak. Berkaitan dengan masalah jasa hukum yang berakibat pada timbulnya biaya berupa honorarium, maka advokat harus memperhatikan pula klien yang tidak mampu. Sebab dalam kenyataan yang terlihat setiap hari dikota-kota besar, misalnya, Jakarta, Surabaya dan Bandung, bantuan hukum yang diberikan oleh advokat tampaknya hanya berkisar kepada orang-orang yang berduit saja. Jarang sekali kita melihat seorang advokat didalam media massa, baik berupa televise, surat kabar dan majalah diberitakan memberikan jasa hukum kepada kaum atau orang yang tidak punya.

  Namun demikian, UU Advokat ini, telah menetapkan dengan tegas mengenai bantuan hukum Cuma- Cuma kepada pencari keadilan. Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 22 UU Advokat dinyatakan bahwa: Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma- Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu. Ketentuan mengeai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara Cuma-Cuma, diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

  Sejalan dengan ketentuan Pasal 22 UU Advokat diatas, maka menurut Yudha Pandu,

  7

  ada empat metode mentapkan fee kepada advokat.

  1. Honorarium atau fee yang ditetapkan secara lump sum (mengakumulasikan

  • –biaya lain yang harus dibayar. Misalnya, biaya untuk bea materai, biaya surat menyurat biaya atas penggunaan bidang profesi lain, dan lain sebagainya. Biaya-biaya seperti ini sering juga dinamakan

  disbursement dan professional fee ) pada persentase tertentu

  dari suatu nilai atau jumlah uang. Ini umumnya digunakan oleh para advokat dalam hal melakukan due diligence dalam proses legal audit dan legal

  opinion untuk keperluan

  tertentu. Seperti legal audit sehubungan dengan rencana go

  public suatu perusahaan. Hal

  ini dapat juga diberlakukan berdasarkan nilai penjualan atau pembelian suatu properti atau nilai pinjamanyang diperoleh pada perjanjian kredit 7 Ibid sindikasi. Selain biaya atau fee, maka yang perlu dinyatakan lebih lanjut kepada advokat anda apakah ada biaya

  hidden cost atau biaya

  terselubung, yang diluar dugaan justru dapat lebih memberatkan. Oleh karna itu, ajukanlah penawaran kepada advokat anda untuk meniadakan disbursemen dengan sedikit menaikkan honorarium atau fee yang ditetapkan secra lump sum. Konsekuensinya jika penetapan honorarium atau fee yang ditetapkan secara lump sum terlalu rendah, biasnya advokat akan membebani tagihan biaya- biaya lain yang disebut disbursement tadi.

  8 2.

  Honorarium atau fee ditetapkan atas dasar item per

  item basis. Dalam metode ini

  advokat membuat tagihan berdasrkan rincian professional

  fee dan disbursement satu

  persatu pekerjaan yang telah dilakukannya. Seperti, pembuatan surat atau dokumen (legal drafting), waktu yang dihabiskan untuk pembahasan atau pertemuan, membaca dan memeriksa dokumen-dokumen penting, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan 8 Ibid hal. 69 perkara, biaya materai, formulir, pendaptaran, pengiriman surat atau dokumen, dan lain sebgainya.

  3. Honorarium atau fee ditetapkan atas dasar “tidak menang tidak dibayar” (no win

  no pay) . Metode ini lebih

  sering digunakan untuk honorarium atau fee para advokat di amerika serikat yang sering disebut sebagai

  investment lawyer. Mereka ini

  melakukan investasi membiayai perkara klaim asuransi, tuntutan merugikan akibat kecelakaan kerja atau akibat buruk kesehatan dan lingkungan yang dialami sekelompok warga atas suatu proyek yang terbukti mencemarkn lingkungan. Metode ini juga sering digunakan advokat yang menjalankan praktik profesinya sebagai penagih utang (debt

  collector ).

  4. Honorarium atau fee ditetapkan atas dasar waktu yang dihabiskan untuk menangani suatu perkara atau pekerjaan.

  2003 Tentang Advokat yang menjadi payung hukum bagi semua penasehat hukum atau lembaga- lembaga yang memberi jasa layanan hukum:

  • Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang menjadi tanggug jawabnya didalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

  Jika menggunakan metode ini, diperlukan perjanjian yang sangat spesifik antara seorang klien dan snag advokat, berapa rate atau tariff perjam, perhari atau perukuran waktu apapun yang disepakati.

  • Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

  Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan lahirnya UU No. 18 Tahun

  • Advokat berhak menerima honorarium atas jasa hukum
yang telah diberikan kepad berpegang teguh pada kode etik kliennya, berdasarkan yang telah dibuat oleh dewan persetujuan kedua belah pihak. kehormatan advokat dan tidak membeda-bedakan kliennya baik

  • bantuan hukum secara Cuma- dari agama, suku, dan jabatan. Cuma kepada pencari keadilan Serta bersedia memberikan yang tidak mampu. bantuan hukum secara Cuma- B.

  Advokat wajib memberikan

  Cuma kepada klien yang tidak

   Saran Advokat dalam melaksanakan mampu.

  tugas profesinya agar tetap

DAFTAR PUSTAKA A.

  Buku : Chairul Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2001,

  Hendra Winata, Frans, Advokat Indonesia, citra, Idealisme dan kepribadian. Sinar Harapan, Jakarta. 1995 Plipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Imu, Jakarta.

  1987 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, Supriadi, Etika Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

  B.

  Peraturan Perundang-Undangan

  • Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
  • Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
  • Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma.

  C.

  Bahan Internet

  • Denny Indrayana Pertegas Peran Haposan Sebagai Otak Rekayasa Uang Gayus, http:// detiknews.com. Rabu, 08 Desember 2010.
  • Tumpa: Penyatuan Peradi-KAI sudah sesua kesepakatan”, www.

  Tribunnews.com, diakses tanggal 7 November 2011.

  • Tribunnews.com/nasional/2014/05/14/ advokat tidak bisa dituntut perdata dan pidana saat jalankan sidang.
  • http:// www. Hukumonline.com/berita/baca/akhirnya advokat dapat perlindungan diluar sidang.