TANGGUNG JAWAB HUKUM PENGELOLA JALAN TERHADAP KESELAMATAN PENGGUNA MOBIL DI JALAN RAYA KOTA SURABAYA

TANGGUNG JAWAB HUKUM PENGELOLA JALAN TERHADAP KESELAMATAN
PENGGUNA MOBIL DI JALAN RAYA KOTA SURABAYA
Fauzul Aliwarman1. Mas Anienda TF.2

ABSTRACT : Penelitian mengenai tanggungjawab hukum pengelolajalan terhadap keselamatan pengguna
mobil di jalan raya Kota Surabaya merupakan penelitian yang bersifat yuridis empiris. Tujuannya untuk
mengetahui dan menguraikan perspektif perlindungan hukum terhadap pengguna mobil yang mengalami

kecelakaan di jalan dan tanggungjawab hukum pengelola jalan terhadap keselamatan pengguna mobil di
lalan Kota Surabaya. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah hukum Kota Surabaya melalui penelitian
\ pustakaan untuk mendapatkan data sekunder dan penelitian lapangan untuk mendapatkan data primer.
Penentuan sampel dilakukan secarapurposive. Responden terdiri dari 2 (dua) lembagapemerintahan tingkat
NOta Surabaya sebagai nara sumber. Data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif.

Selanjutnya, ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif. Hasil penelitian ini bersifat deskriptif
nalitis.Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tanggungjawab hukum kepolisian terhadap penanganan pengguna
nobil yang mengalami kecelakaan di jalan raya Kota Surabaya dengan jalan melakukan proses penyidikan
:>erkara sampai P21 secara profesional dalam waktu yang sudah ditentukan dan menghukum oknum polisi
> ang melakukan pelanggaran terhadap kewajibannya memeriksa perkara kecelakaan lalu lintas dalam sidang

etik kepolisian. Upaya hukum perkara pidana yang dapat dilakukan pengguna mobil yang dirugikan akibat

!\ celakaan lalu lintas di jalan raya Kota Surabaya dapat dikelompokkan dalam dua macani, melakukan
jpaya hukum persidangan dan upaya hukum disiplin kepolisian.

Keywords : tanggung jawab, pengelola. keselamatan. mobil dan jalan.
Correspondence : Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.

LATAR BELAKANG MASALAH

berjumlah 883 unit. Selanjutnya,diikuti mobil menjadi

Keberadaan infrastruktur jalan sangat

nomor dua kendaraan yang terlibat kecelakaan

@endukung kegiatan ekonomi, sosial dan budaya,

denganjumlah 231 unit, meningkat 34 % dibanding

sehingga fungsinya harus dipertahankan dan


tahun kemarin dengan jumlah 172 unit. (Surabaya

r.yaman bagi pengendara mobil. Tuntutan

Detikdotcom, 10 Januari2012).
Pengelolajalan sebagai penyelenggara harus

remeliharaan dan jaminan keamanan berkendara
-ecara optimal merupakan sebuah keniscayaan,

ikut bertanggungjawab terhadap kecelakaan yang

:ermasuk di Kota Surabaya.

terjadi dan tidak dapat serta merta lepas tangan

Surabaya sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa

begitu saja. Apalagi pengelola jalan sebagai pihak


Timur sekaligus kota terbesar kedua di Indonesia

yang ditugasi menjaga kualitas dan kondisi fasilitas

v.dak luput dari permasalahan sosial. Salah satu

jalan raya. Mereka harus memastikan kualitas

rermasalahan yang dihadapi Kota Surabaya

struktur dan kondisi jalanan aman untuk dipakai

sebagai kota metropolitan adalah masalah

berkendara dan bebas dari faktorteknis yang dapat

\ selamatan pengendara di jalanan. Angka

menyebabkan kecelakaan.


.vecelakaan lalu lintas (laka lantas) di Kota Surabaya
rada tahun 2011 dinilai masih tinggi, bahkan lebih

Perlu kiranya, dilakukan survey dan penelitian

yang dapat memberikan gambaran yang lebih akurat

::nggi dibanding tahun kemarin. Data ini tentu
-nenghkhawatirkan, apalagi jika pemerintah tidak
-elakukan kebijakan yang dapat mengurangijumlah

guna memberikan masukan bagi pemangku

korbanjiwa yang melayangdi jalanan.
Data humas Polrestabes Surabaya,

Surabaya.

-nenunjukkan motor menjadi penyumbang
:erbanyak kendaraan yang terlibat kecelakaan.


PERUMUSAN MASALAH

Tsrcatat 1.320 motor terlibat kecelakaan selama

dapatlah dirumuskan permasalahan-pennasalahan

@ahun ini,meningkat49%dibandingtahun laluyang

tersebut sebagai berikut:

kebijakan dan lembaga terkait dalam menjamin
keselama'an pengendara mobil di jalanan Kota

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka

31

PerspektifHukum, Vol. 10 No. 1 Mei2010:31 -40


1. Bagaimanatanggungjawab hukum kepolisian @
terhadap penanganan pengguna mobil yang

masyarakat, sehingga dalam hubungan antara
anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya

mengalami kecelakaan di jaian raya Kota

dapat dijaga kepentingannya. Wujud dari peran

Surabaya?

hukum yangdemikian, adalah dengan memberikan

2. Bagaimana bentuk upaya hukum yang dapat

perlindungan hukum kepada anggota masyarakat

dilakukan pengguna mobil yang dirugikan akibat


yang kepentingannya terganggu. Apabila terjadi

kecelakaan lalu lintas dijalan raya?

persengketaan, maka hams diselesaikan menurut

hukum sehingga dapat dihindari tindakan main
hakim sendiri.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendakdicapai dari penelitian ini
adalah:
1. Menjelaskan tanggung jawab hukum pihak

Kebijakan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi pihakpengendara mobil merupakan hal
yang sangat penting. Perlindungan tersebut muncul

kepolisian terhadap penanganan pengguna mobil


disebabkan adanya hubungan hukum antara pihak

yang mengalami kecelakaan di jalan raya Kota

pengendara dan pihak pemerintah. Apabila salah

Surabaya?

satu pihak tidak melaksanakan prestasinya dan

2. Memberikan masukan bentuk upaya hukum

pihak lain merasa dirugikan sebagai akibatdari tidak

yang dapat dilakukan pengguna mobil yang

dipenuhinya hak yang semestinya diperolehnya,

dirugikan akibat kecelakaan lalu lintas di jalan


kemudian melakukan gugatan. Gugatan pihakyang

raya?

dirugikan tersebut, sebenarnya merupakan upaya

untuk memperoleh haknya kembali. Jika hak itu
tidak dapat diperolelinya kembali, maka ini dirasakan

KONTIBHSI PENELITIAN
Keberadaan masyarakat pengguna maupun

telah mengganggu kepentingannya. Dalam

pengelolajalan di Kota Surabaya khususnyadalam

kaitannya dengan masalah ini, perlu dikemukakan

memperhatikan


pertanggungjawaban hukum terhadap kecelakaan

pendapat Sudikno (1995: 4) bahwa gangguan
kepentingan atau konflik haruslah dicegah atau tidak

masih kurang bahkan relatif rendah. Kondisi ini

dibiarkan berlangsung terus karena akan

akan berubah apabila masyarakat pengguna

mengganggu keseimbangan tatanan masyarakat

maupun pengelola jalan swasta bersama-sama

yangada. Manusiasenantiasaakan selalu berusaha

dengan pemerintah kota ikut berperan dalam

agar tatanan masyarakat dalam keadaan seimbang


menangani permasalahan lalu lintas yang terjadi di

karena keadaan yang demikian akan menciptakan

Kota Surabaya yang jumlahnya tiap tahun terus

suasana yang tertib, damai, kondusif dan aman

perlindungan

dan

meningkat. inilah yang kemudian menjadi entry

sehingga merupakan jaminan kelangsungan

point dalam penelitian ini.

hidupnya. Oleh karena itu, keseimbangan tatanan
masyarakat yang terganggu haruslah dipulihkan

TINJAUAN PUSATAKA
1. Tinjauan Umum mengenai Perlindungan
Hukum

seperti keadaan semula (restutio in integrum).

Selanj utnya Sudikno (1984: 120) mengemukakan,
bahwa dalam melindungi kepentingan masing-

Hukum tidak lain adalah perlindungan

masing, maka manusia di dalam masyarakat hams

kepentingan manusia yang berbentuk kaedah atau

mengingat, memperhitungkan, menjaga dan

norma. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau

menghonnati kepentingan manusia lainnya,jangan

kaedah mengandung isi yang bersifat umum dan

sampai terjadi pertentangan atau konflik yang

normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang

merugikan orang lain. Tidak boleh kiranya dalam

dan normatif karena menentukan apa yang

melindungi kepentingannya sendiri atau dalam

seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh

melaksanakan haknya berbuat semaunya, sehingga

dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan

merugikan kepentingan manusia lain.

bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada

M. Hadjon (1987: 2) membedakan dua macam

kaedah-kaedah (Sudikno, 1995: 39). Keberadaan

perlindungan hukum, yakni perlindungan hukum

hukum dalam masyarakat merupakan sarana untuk

yang bersifat preventif dan perlindungan hukum

menciptakan ketentraman dan ketertiban

yang bersifat represif. Bersifat preventif

32

FauzulA, MasAniendaTF, Tanggung Jawab..

dimaksudkan, bahwa hukum mampu mencegah

.patut dicela atau dipersalalikan kepadanya, maka

terjadinya sengketa. Dengan kata lain, tujuan dari

si pembuat tetap dapat dipidana. Pendirian konsep
yang demikian dirumuskan dalam Pasal 41 dan hal

perlindungan adalah memberikan jaminan
keamanan yang sebenarnyabagi para pihak. Fungsi

ini berbeda dengan doktrin tradisional yang

perlindungan ini dituangkan dalam bentuk

menyatakan bahwa error facti non nocet dan

pengaturan pencegahan, yang pada dasarnya

error iuris nocet.

merupakan patokan bagi setiap tindakan yang akan
dilakukan masyarakat, yang meliputi seluruh aspek

METODE PENELITIAN

tindakan manusia termasuk risiko dan pengaturan

1. Sifat Penelitian
Penelitian mengenai tanggungjawab hukum

prediktifterhadap bentuk penanggulangan terhadap
risiko tersebut. Bersifat represif yakni berfungsi
sebagai penanggulangan, fungsi ini dituangkan
dalam bentuk penyelesaian atau pemulihan keadaan

sebagai akibat dari tindakan terdahulu para pihak.

pengelola jalan terhadap keselamatan pengguna
mobil di jalan raya Kota Surabaya ini adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan yuridis
empiris, yaitu penelitian terhadap identif
ikasi hukum
dan efektivitas hukum. Penelitian ini dilakukan
dengan cara mengkaji dan mengolah data-data

2. Pertanggungjawaban Hukum

Bertolakdari pokok pemikiran keseimbangan
monodualistik, konsep memandang bahwa asas
kesalahan merupakan pasangan dari asas legalitas
yang harus dirumuskan secara eksplisit dalam
undang-undang. Oleh karena itu ditegaskan bahwa
asas tiada pemidanaan tanpakesalahan merupakan
asas

yang

sangat

fundamental

dalam

mempertanggungjawabkan pembuat yang telah

penelitian yang diperoleh secara langsung di
lapangan, yang merupakan data primer atau disebut

juga penelitian lapangan dengan bertitik tolak pada
aspek hukum (yuridis). Untuk mendukung dan
melengkapi data primer, juga dilakukan penelitian
kepustakaan guna memperoleh data sekunder
tentang permasalahan penelitian. Dengan demikian,

datayang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.

melakukan tindak pidana.
Walaupun prinsipnya bertolak dari
pertanggungjawaban pidana berdasarkan

Laporan penelitian ini bersifat deskriptif
analitis. Deskriptif karena hasil penelitian ini

kesalahan, namun dalam hal-hal tertentu konsep

gambaran secara sistematis, terperinci dan

juga

adanya

menyeluruh mengenai tanggungjawab hukum

pertanggungjawaban pengganti dalam Pasal 36.
Pertanggungjawaban pidana berdasarkan

pengelola jalan terhadap keselamatan pengguna
mobil di jalan raya Kota Surabaya. Analitis karena
untuk selanjutnya akan dilakukan analisis guna
menjawab beberapa permasalahan yang telah

memberikan

kemungkinan

kesalahan terutama dibatasi pada perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja (dolus). Dapat
dipidananya delik culpa hanya bersifat

diharapkan mampu memberikan atau melukiskan

dirumuskan di atas.

pengecualiaan (ekseptional) apabila ditentukan
secara tegas oleh undang-undang.

2. Jenis Penelitian

Sedangkan pertanggungjawaban terhadap
akibat-akibat tertentu dari suatu tindak pidana yang

adalah data primer dan data sekunder. Oleh karena

Data yang digunakan dalam penelitian ini

oleh undang-undang diperberat ancaman pidananya,

itu, cara yang ditempuh dalam penelitian ini

hanya dikenakan kepada terdakwa apabila ia

dibedakan dua macam yaitu:

sepatutnya sudah dapat menduga kemungkinan

a. Penelitian kepustakaan {legal research)

terjadinya akibat itu atau apabila sekurangkurangnya ada kealpaan. Jadi konsep tidak

Oleh karena penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis empiris, maka penelitian ini

menganut doktrin menanggung akibat secara murni,

lebih dititikberatkan pada penelitian lapangan,
yang didukung atau diawali dengan penelitian

tetapi tetap diorientasikan pada asas kesalahan.
Dalam hal kesesatan {error) baik errorfacti
maupun erro iuris konsep berpendirian bahwa pada

prinsipnya si pembuat tidak dapat
dipertanggungjawabkan dan oleh karena itu tidak
dipidana. Namun demikian, apabila kesesatan itu

kepustakaan (Soekanto, 1984: 52).
b. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan dibutuhkan guna mendukung
validitas data yang diperoleh dari penelitian
kepustakaan.

33

PerspektifHukum, Vol. 10 No. 1 Mei2010:31 -40

1) Datapenelitian
Data yang diperoleh dari penelitian lapangan

paling sedikit memiliki tingkat pendidikan
pascasarjana sebanyak 0 orang dengan persentase

adalah data primer, yaitu data yang langsung

sebesar 0%.

diperoleh dari responden dan informan di lokasi

Pekerjaan
Berdasarkan tabel dapat diketahui, bahwa

penelitian.

2) Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah hukum
Kota Surabaya.

3) Teknik pengambilan sampel

responden yang paling banyak berasal dari kalangan
swasta sebanyak 18 orang dengan persentase

sebesar 36% sedangkan yang paling sedikit memiliki
latar belakang polisi, guru dan pelajar sebanyak 1

Teknik yang digunakan untuk menentukan

orang dengan persentase sebesar 2%.

responden dan informan adalah dengan metode

Tempat tinggal
Berdasarkan tabel dapat diketahui, bahwa

purposive sampling, yaitu penentuan sampel
yang dilakukan tidak secara random (non

responden dalam penelitian ini diambil dari mereka

random), melainkan dengan kriteria dan

yangberdomisili di wilayah Surabaya Tim, Sselatan

pertimbangan tertentu.

dan Barat. Dsitribusi responden untuk masingmasing wilayah merata, yaitu 30 responden dengan

3. Analisis Hasil Penelitian

Setelah data yang diperoleh dari penelitian

persentase sebesar 33,3% per wilayah.

Hasil Tabulasi

kepustakaan maupun penelitian lapangan sudah

Kuesioner yang telah disebar kepada

terkumpul lengkap. Selanjutnya data diolah dan

responden anggota sampel dari lima wilayah hukum

dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan

memperhatikan fakta yang betul-betul terjadi di

administratif Kota Surabaya terdiri dari empat
bagian pokok yang penulis akan sajikan sebagai

lapangan. Selanjutnya dibandingkan dengan data

berikut:

sekunder atau norma yang seharusnya berlaku,

a. Penyebab kecelakaan

kemudian diambil kesimpulan dengan menggunakan

b. Kecelakaan tanpa proses hukum

metode berf
ikir deduktif, yaitu berdasarkan teori
atau konsep yang bersifat umum (yang

diaplikasikan) untuk menjelaskan hubungan sebuah
data dengan data lainnya. Untuk selanjutnya hasil
penelitian akan disusun dalam sebuah laporan akhir

penelitian yang bersifat deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
di lapangan, berikut disajikan fakta-fakta beserta
pembahasannya secara lengkap.
1. Hasil Penelitian

Deskripsi Responden
Usia
Berdasarkan tabel dapat diketahui, bahwa
responden yangpalingbanyakberusia21 - 25 tahun

sebesar 42% sedangkan yang paling sedikit berusia
46 - 50 sebesar 4%.

c. Kecelakaan dengan proses hukum
d. Pengobatan akibat kecelakaan

Deskripsi kategori dari hasil penyebaran angket dan
olah data dapat diketahui sebagai berikut:
Deskripsi tentang Penyebab Kecelakaan
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui,
bahwa mayoritas (30%) responden mengalami
kecelakan di wilayah Surabaya Utara. Sementara

lainnya 10% mengaku mengalami kecelakaan di
wilayah Surabaya Pusat.
Deskripsi tentang Kecelakaan tanpa Proses
Hukum

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui,
bahwa mayoritas (30%) responden mengalami
kecelakan di wilayah Surabaya Utara. Sementara

lainnya 10% mengaku mengalami kecelakaan di
wilayah Surabaya Selatan.
Deskripsi tentang Kecelakaan dengan Proses
Hukum

Pendidikan
Berdasarkan tabel dapat diketahui, bahwa

bahwa mayoritas (30%) responden mengalami

responden yang paling banyak memiliki tingkat

kecelakan di wilayah Surabaya Utara. Sementara

pendidikan SMU/MA/SMK sebanyak 36 orang

lainnya 10% mengaku mengalami kecelakaan di

dengan persentase sebesar 72% sedangkan yang

wilayah Surabaya Selatan.

34

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui,

FauzulA, MasAnienda TF, Tanggung Jawab.

bahwa mayoritas (30%) res'ponden mengalami

disingkat TKP) untuk mencari keterangan, buktibukti dan saksi-saksi di sekitar TKP yang dapat
member
ikan infonnasi faktual bahwa benar daerah
tersebut telah terjadi laka lantas yang menimbulkan

kecelakan di wilayah Surabaya Utara. Sementara

korbanjiwa.

Deskripsi tentang Pengobatan Akibat
Kecelakaan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui,

lainnya 10% mengaku mengalami kecelakaan di
wilayah Surabaya Selatan.
2. Pembahasan

Tanggung jawab hukum kepolisian terhadap
penanganan pengguna mobil yang mengalami

kecelakaan di jalan raya Kota Surabaya?
a) Implementasi penanganan pengguna mobil yang
mengalami kecelakaan

1) Tahap penanganan kecelakaan
a))Piket laka lantas dan pospolisi lakalantas
menerima laporan dari masyarakat

Tindakpidanakecelakan lalu lintas (selanjutnya
disingkat menjadi laka lantas) termasuk tindak
pidana atas laporan, karena UU tidak mengatur
secara khusus. Dengan demikian, setiap warga
Kota Surabaya yang mendengar, melihat dan atau

c))Petugas menolong korban kecelakaan
Polisi lalu lintas dibantu oleh masyarakat
sekitar melakukakn evakuasi terhadap korban laka
lantas. Jika korban mengalami luka berat sehingga
perlu mendapat pertolongan pertama, maka korban
langsung dilarikan ke rumah sakit atau puskesmas
terdekat untuk memberikan pertolongan atas
kegawatan kondisinya agar nyawa korban bisa
tertolongdan selamat. Untuk tindakan selanjutnya,

korban bisa dimintai keterangan setelah diizinkan
oleh dokter yang menangani koran tersebut.

Pertolongan yang diberikan terhadap korban
sebelum datangnya pihak kepolisin ke lokasi
kejadianmerupakankewajibanyangdibebankanUU
lalin kepada setiap pengemudi kendaran bermotor
yang terlibat kecelakaan lalu Iintas (Psl 231 (b) UU
Lalin) dan atau dapat menajdi kewajiban bagi setiap

mengetahui terjadinya laka lantas harus segera

warga Kota Surabaya yang sempat mendengar,

melaporkan kecelakaan tersebut kepada pos polisi

melihat dan mengetahui adanya kecelakaan

atau Polisi Sektor (Polsek) terdekat atau
menghubungi nomor darurat kepolisian melalui

tersebut (Psl 232 (a)UU Lalin).

Hand phone. Karena sifatnya pelaporan, maka

d))Atnankan TKP
Petugas polisi segera mengamankan lokasi

warga dapat melaporkan setiap kejadian laka lantas,

TKP dari masyarakat dan penduduk sekitar yang

baikpagi, siang, malam ataupundini hari sekalipun.
Kewajiban ini ditegaskn dalam Pasal 232 huruf b

tidak berkepentingan untuk membantu proses

UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya

kepolisian
Termasukdalam hal ini, jikadiri pelapor sendiri

dengan memasang garis polisi (police line) di lokasi
kejadian. Sehingga steril dan terbebas dari resiko
hilangnya barang bukti di lokasi kejadian. Hal ini
terutama dimaksudkan agar sidik jari begitu pula
bukti-bukti lain seperti jejak kaki, bercak darah,
posisi tubuh korban, rambut dan sebagainya tidak

menjadi korban laka lantas. Maka (Pasal 231 ayat

hapus dan hilang.

(1) huruf b UU Lalin menegaskan) korban harus
melaporkan dirinya terlibat atau menjadi korban
laka lantas yang dilakukan oleh pengemudi kendaran

Tidak hanya sampai di situ, UU Lalin juga
mewajibkan setiap warga Kota Surabaya untuk
memberikan keterangan kepada kepolisian terkait

bermotor lainnya, baik atas kesalahan atau

dengan peristiwa kecelakaan tersebut.

disingkat menjadi lalin) bahwa bahwa setiap orang
harus melaporkan setiap kecelaakaan yang

didengar, dilihat atau diketahuinya kepada pihak

kealpaan pengemudi tersebut.

Tidak hanya sampai di situ, UU Lalin juga
mewajibkan setiap warga Kota Surabaya untuk
memberikan keterangan kepada kepolisian terkait
dengan peristiwa kecelakaan tersebut.

b))Petugas mendatangi tempat kejadian
perkara dalam kota
Polisi lalu lintas yang bertugas segera
mendatangi Tempat Kejadian Perkara (selanjutnya

pemeriksaan perkara. Pengamanan dilakukan

e))Amankan tersangka
Polisi mengamankan tersangka laka lantas
untuk tiga hal, yaitu pertama, mengantisipasi
tindakan brutal masyarakat setempat terhadap

tersangka yang telahmengakibatkan orang lain
menjadi korban. Kedua, mengungkap informasi atau

keterangan yang jelas dari tersangka untuk
keperluan penyidikan. Ketiga, menemukan buktibukti yang kuat untuk mendukung pemeriksaan.

35

PersDektif Hukum. Vol. 10 No. 1 Mei 2010 : Ji -4U

f)) Olah TKP

Polisi melakukan olah TKP dengan mencari
bukti-bukti, memberitandakorban danbarangbukti
di daerah TKP laka lantas tersebut untuk
mengetahuibagaimanakronologiskejadianperkara.
Hal ini untuk mempermudah penyidik dalam
memeriksa kasus laka lantas yang ditanganinya.

g))Amankan barang bukti
Polisimengamankan barangbukti(selanjutnya
disingkat BB) korban atau tersangka di TKP guna
keperluan pemeriksaan lebih lanjut. Pemer
iksaan
ini dilakukan untuk memperkuat kebenaran kasus

tersebut sehinggbisa diselesaikan menuruthukum
yang berlaku.

h))Catatsaksi
Polisi mendatasaksi-saksidi sekitarTKPyang
mengetahui kronologiskejadianperkara lakalantas
tersebutuntuk diperiksadan diambil keterangannya
oleh penyidik. Setiap warga yang menyaksikan
kecelakan tersebut langsung dapat dimintai
keterangan oleh penyidik karena dijamin oleh UU.
Jaminan tersebut tegas dinyatakan dalam

Pasal 232 huruf c UU Lalin bahwa setiap orang
yang mendengar, melihat dan mengetahui kejadian
kecelakaan lalu lintas wajib memberikan keterangan
: kfpadapihak kepolisian. Dengan kata lain, siapapun
or
ang yang melihat kejadian tersebut sepanjang
dipandang cakap secara hukum, maka wajib
memberikan keterangannya, baik ,laki-laki,
perempuan, tua maupun muda.

0) Buat Skep TKP

ditempattinggal siapa,jam berapa, kejadiantersout

terjadi pada pagi atau siang hari.

,

2) Tahap penyidikan

(

a))Pemeriksaan saksi

\
|
1
j

satu akan dicocokkan dengan keterangan yang

|

disampaikanoleh saksi lainnya.
b))Tangkap tersangka

]
j

Berdasarkan surat perintah penangkapan

ersangka, polisimelakukan penangkapanterhadap
tersangka. Setelah penangkapan terjadi kemudian
dibuatkan berita acara penangkapan. Dalam

penyidikan perkara laka lantas, penyidik tidak
melakukan pemanggilan karena tersangka dan
saksi-saksi datang sendiri untuk diperiksa.

c))Pemeriksaan tersangka
Polisi memeriksa tersangka dalam waktu lx
24jam untuk membuktikan faktor-faktorkelalaian
atau kesalahaan penyebab tersangka dalam tindak
pidanalaka lantasyang menimbulkan korban, baik
mengalami luka berat atau luka r
ingan, meninggal
duniadan menimbulkan kerugianmateriil.

d))Tahan tersangka
Jika dalam proses pemeriksaan tersebut,

tersangka terbukti melakukan tindak pidana laka
lantas, makapolisi langsungmelakukan penahanan

terhadap tersangka maksimal selama 40 hari
kedepan.

e))MintaVer/Visum dari rumah sakit
Polisi akan tneminta rumah sakit atau

menghalangi proses pemeriksaan dan segera

puskesmas terkait untuk melakukan visum atas

membuat Sket TKP atau gambar TKP. Hai ini

kondisikorban lakalantas danmemintahasil visum

berguna untuk membantu kelancaran pemeriksaan.

tersebut. Visum digunakan sebagai alatbukti untuk

Sket TKP dibuat berdasarkan pengukuran yang
benar di tempat terjadinya kecelakaan laka lantas.

membuktikan apakah korban mengalami benturan

atau foto tadi.

Demikian pentingnya ketelitian dan
kecermatan dalam melakukan pemeriksaan di

tempat kejadian, sehingga dalam ilmu kedokteran
kehakiman dikenal pepatah "menyentuh sesedikit
mungkin dan tidak memindahkan apapun."

j)) Data TKP

Polisi mencatat data-data rinci terkah lokasi

TKP, yakni berupa daerah terjadinya laka lantas,
kilometer (KM) berapa, kecelakan tersebut terjdi

36

j

Saksi ditempatkan di dalam ruangan periksa
enyidik laka lantas untuk diperiksa dan dimintai
keterangannya terkait peritiwa kecelakaan yang
terjadi. Keteranganyangdiperoleh dari saksiyang

Polisi mengamankan daerah dari hal-hal yang

Sebagai bahan bukti perlu keadaan ditempat
kejadian diabadikan denganjalan membuat gambar

i

benda tumpul atau benda tajam lainnya dalam
peristiwakecelakaanyang menyebabkan iamenjadi
korban.

f)) Penyitaan barang bukti
Berdasarkan surat perintah penyitaan, polisi

menyita barang bukti dan tersangka berupa :
> Satu unit mobil yang digunakan korban
> Satu lembar surat tanda kendaraan bermotor

(STNK) korban

> Satu lembar surat izin mengemudi (SIM)korban
> Satu unit mobil yang drgunakan tersangka
> Satu lembar surat tanda kendaraan bermotor
fSTNK.Y tersangka

\

FauzulA, MasAniendaTF, Tanggung Jawab

> Satu lembar surat izin mengemudi (SIM)

kecelakaan yang menimpa mereka. Walaupun Pasal

tersangka

231 huruf c UU lalin menegaskan balvwa setiap

3) Tahap pemeriksaan
a)) Surat penghentian penyidikan perkara

orang yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas

(SP3)

harus melaporkan dirinya kepada pihak kepolisian
terdekat.

Khusus untuk kasus tindak pidana laka lantas

Hal ini menandakan bahwa secara sadar

yang tersangkanya meninggal dunia, maka kasus

masyarakat ingin menyatakan ada yang salah

iersebut diberhentikan proses pemeriksaannya

dengan layanan yang diberikan kepolisian selama

dengan putusan SP3 dari kepolisian ataupuh

ini. Dan masyarakat juga merasa takut akan

kejaksaan setempat.

menjadi pihak yang dipersalahkan nantinya dalam

b)) Kirir
a berkas ke penuntut umum
Penyidikakan mengirim berkas semuapelaku

kecelakaan. Tentu, ini sangat disayangkan karena

tindak pidana kecelakaan lalu lintas tergolong tindak

tindak pidana laka lantas yang menyebabkan korban
aeninggal dunia atau mengalami kerugian materiil

pidana biasa bukan delik aduan (klacht).

antuk diperiksa ke Kejaksaan Negeri Surabaya.

Lalin digolongkan menjadi tiga macam. Pertama,

Jaksa penuntut umum akan menilai apakah berkas

kecelakaan lalu lintas ringan. Merupakan

Sayak untuk diterima atau tidak. Jika layak, maka

kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan

akan dibuatkan dakwaannya.

kendaraan dan atau barang. Kedua, kecelakaan lalu

c))Kirim tersangka dan barang bukti ke
penuntut umum

Penyidik mengirim semua barang bukti dan
ssrsangka ke Jaksa Penuntut Umum untuk dijadikan
sebagai bukti-bukti yang kuat dalam proses
persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya,
d)) Sidang Pengadilan Negeri Surabaya
Hakim dalam sidang perkara singkat (Tipiring)
PengadilanNegeri Surabaya denganmajelis hakim
satu orangmemeriksa, membuktikan, memutuskan

! cbn menjatuhkan putusan / vonis bagi pelaku laka
\ lantas di jalanan Kota Surabaya sesuai dengan UU
I ]>f
o.22 tahun 2009 tantang Lalu Lintas dan Angkutan

| Jalan
J !}Analisa
*

Setiap orang yang mengalami kecelakaan atau

K mereka yang mengetahui, melihat ataupun
s mendengar terjadinya kecelakaan, maka diharuskan
,' saelapor kepada kepolisian terdekat.

;
Hasil penelitian menjelaskan bahwakesadaran
*C. aasyarakat untuk melaporkan diri ketika terjadi
%_ kecelakaan sangat minim. Terbukti 82% dari
>s responden mengaku tidak melaporkan diri mereka
|^ ietika mengalami kecelakaan dengan beragam
% alasan. Alasan terbanyak karena mereka tidak mau
^ ierurusan dengan petugas kepolisian yang
h cenderung tidak menolong mereka.

Kecelakaan lalu lintas dalam Pasal 229 UU

lintas sedang. Merupakan kecelakaan yang
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaran
dan atau barang. Ketiga, kecelakan lalu lintas berat.

Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.

Hasil penelitian penulis terhadap jenis
kecelakaan mobil yang dialami warga Kota
Surabaya, menjelaskan bahwa mayoritas 40%

pelaku kecelakaan mobil mengaku sering terlibat
kecelakaan dengan cara nabrak mobil lain dari
belakang. Hanya sebagian kecil saja yang
mengalami kecelakaan tunggal (14%) dan beradu
kambing (4%).
Terkait korban yang ditimbulkan dari
kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu tiga
tahun belakangan, mayoritas 92% responden

mengakui tidak menyebabkan timbulnya korban
jiwa. Hanya 8% dari kecelakaan lainnya
menyebabkan munculnya korbanjiwa.

Hal lain yang menarik untuk disimak, penelitian
inimendapatihasil 74% darikecelakaanyangterjadi
di Kota Surabaya tidak menimbulkan korban luka,
lecet, memar, dan lebam. Artinya 26% dari total

kecelakaan yang terjadi menyebabkan luka, lecet,
memar dan lebam.

Data lain menunjukkan 64% tingkat

7
Kenyataan ini sangat bertolak belakang dari
v,t, gengetahuan responden, terbukti 62% reponden

kecelakaan yang terjadi menimbulkan kerugian

-'^ssengaku mengetahui dan memahami adanya
'tVlswajiban melaporkan diri atas peristiwa

Sisanya 36% tidak merasa dirugikan sama sekali

materi bagi pelaku dan korbannya sekaligus.
akibat kecelakaan yang merekaalami. Berdasarkan

37

Perspektif Hukum, Vol. 10 No. 1 Mei2010 : 31 -40

data di atas, dapat disimpulkan bahwa kejadian ,
kecelakaan mobil di Kota Surabaya didominasi oleh
kecelakaan lalu lintas ringan yang mengakibatkan
ker
agian materi bagi pelaku dan korbannya.

di lapangan. Sisanya 50% aparat dipandang cukup
sigap dalam menindak pelaku dan 38% lainnya
dipandang kurang sigap.
Data lain yang cukup menarik menjelaskan

Kondisi ini tentu menimbulkan pro dan kontra

38% reponden menyatakan membutuhkan waktu

banyak pihak. Apakah kecelakaan yang

kurang dari tiga minggu untuk menuntaskan

mengakibatkan kerugian materi tanpa korbanjiwa

kasusnya. Lainnya 13% butuh waktu satu bulan

merupakan tindak pidana atau bukan. Dalam

untuk menuntaskan kasusnya. Sehingga rentang

menentukan kedudukan peristiwa ini dapat
berpegang pada pendapat S.R. Sianturi dalam
bukunya "Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia

dan Penerapannya" (2002 : 211). Sianturi
berpendapat bahwa suatu tindakan dinyatakan
sebagai tindak pidanajikamemenuhiunsur-unsur

sebagai berikut:

1) Subjek
2) Kesalahan
3) Bersifat melawan hukum (dari tindakan)
4) Suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan
oleh undang-undang/ perundangan dan terhadap
pelanggarnya diancam dengan pidana
5) Waktu. tempat dan keadaan.
Dengan demikian, perkara kecelakaan lalu

lintas yang menimbulkan kerugian materi bagi
pelaku dan korbannya memenuhi unsur sebuah
tindak pidana.
Pasal 230 UU Lalin menegaskan "Perkara
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 229 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)
diproses dengan acara peradilan pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan."
Berdasarkan pasal tersebut, maka pihak yang
menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang
mengakibatkan kerugian materi saja tanpa korban
merupakan pelaku tindak pidanadan akan diproses
secara pidana karena tindak pidananya.

waktu penyidikan yang kurang dari tiga minggu
dianggap tidak wajar dan menyalahi aturan yang
ada. Normalnya untuk sebuah pemeriksaan perkara

mudah dibutuhkan 30 hari kerja. Tentu ini
menimbulkan tanda tanya besar, kenapa bisa terjadi.
Fakta menarik lainnyayangdapat disinkronkan
dengan data di atas, bahwa selama proses hukum
berlangsung, 63% pelaku mengaku memanfaatkan
posisi dan kekuasaannya untuk mempengaruhi

proses hukum yang terjadi. Hanya 38% saja yang
menjalani proses pemeriksaan dengan fair.
Salah satu bentuk memanfaatkan posisi dan
kekuasaan pelaku kecelakaan lalu lintas untuk
mempengaruhi proses hukum yang terjadi adalah
melalui praktek memberi tips kepada aparat. Data

penelitian menunjukkan mayoritas (63%) reponden
menyatakan memberikan tips kepada aparat yang
jumlahnyabervariasi. Sisanya 38% respondenjujur
tidak memberikan tips dimaksud.

Hal sebaliknya juga terjadi, terdapat hampir
75% petugas kepolisian dinilai memanfaatkan
kekuasaannya untuk memperoleh imbalan dari
jalannya proses hukum pelaku. Tentu ini
mengkhawatirkan dan merisaukan, bukankah

petugas kepolisian sudah digaji untuk melakukan
tugasnya. Hanya 25% sisanya merekayang bekerja

tulus dan mengabdi demi penegakan hukum di Kota
Surabaya ini.
Kenyataan ini sangat bertentangan dengan \

Namun, fakta yang terjadi di lapangan

etentuan dalam Pasal 6 dan 7 PerkapNo. 14 tahun !

mengejutkan, bahwa 50% dari perkara kecelakaan

2011 tentang Kode Etik Profesi Kepolisian yang j

lalu lintas di Kota Surabaya diselesaikan pelaku

secara tegas menyatakan bahwa Anggota j

dengan memberikan imbalan kepada petugas

Kepolisian Negara Republik Indonesia wajib J

kepolisian yang berada di lokasi kejadian, sehingga
pelaku bisa terlepas dari jeratan hukum yang

menjaga tegaknya hukum serta menjagai
kehormatan, reputasi, dan martabat Kepolisian 1

berlaku. Tentu ini bertentangan dengan semangat

Republik Indonesia.

penegakan supermasi hukum pada umumnya dan

Bentuk upaya hukum yang dapat dilakukanl
pengguna mobil yang dirugikan akibat kecelakaan|
lalu lintas dijalan raya?
1

hukum pidana pada khususnya.

Perilakuoknumaparatyangtidakmenjunjung

|

menunjukkan hanya 13% saja aparat yang sigap

Adapun upaya hukum perkara pidana yangj
dapat dilakukan pengguna mobil yang dirugikanl

dalam melakukan penanganan perkara laka lantas

akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya Kotaj|

nama besar Korp kepolisian ini tentu terciderai. Data

38

FauzulA, MasAniendaTF, Tanggung Jawab...

Surabaya berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
dikelompokkan dalar
a dua macam, yaitu?

Masyarakat pengguna mobil yang dirugikan
atas tindakan anggota Kepolisian selain dapat

a.Upaya hukum persidangan

mengambil upaya hukum, juga dapat
melaporkannya kepada Divisi Profesi dan

Pengguna mobil yang dirugikan akibat
kecelakaan lalu lintas di jalan raya Kota Surabaya
yang mengakibatkan kerugian materi tanpa korbaii
jiwa dan belum melapor padapihak kepolisian dapat
menempuh proses hukum di Pengadilan Negeri

Pengamanan (DIV PROPAM) POLRI.
Pelanggaran terhadap aturan disiplin dan kode etik
akan diperiksa dan jika terbukti melakukan akan
dijatuhi sanksi. Penjatuhan sanksi disiplin serta

Surabaya untuk menentukan siapa yang bersalah

sanksi atas pelanggaran kode etik tidak menghapus

melalui pembuktian di persidangan. Nanti hakim

tuntutan pidana terhadap anggota polisi yang

yang akan memutus berapa besarnya ganti rugi

bersangkutan (Pasal 12 ayat [ 1 ] PP 2/2003 jo. Pasal

yang wajib dibayarkan oleh pihak yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Hakim juga

28 ayat [2] Perkapolri 14/2011). Oleh karena itu,
oknum polisi yang melakukan pelanggaran tetap

menentukan berapa lama masa hukuman yang

akan diproses secara hukum acara pidana walaupun

harus dijalani oleh pelaku kecelakaan lalu lintas

telah menjalani sanksi disiplin dan sanksi

berdasarkan ketentuan dalam perundang-

pelanggaran kode etik.

undangan.

Oknum polisi yang yang melakukan praktek

Masyarakat pengguna mobil yang dirugikan
atas tindakan anggota Kepolisian dapat mengambil

suap berarti telah melanggar aturan disiplin dan kode
etik karena setiap anggota polri wajib menjaga

upaya hukum pidana. Menurut Pasal 29 ayat (1)

tegaknya hukum serta menjaga kehormatan,

UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian ditegaskan
bahwa anggota Kepolisian Negara Republik

reputasi, dan martabat Kepolisian Republik
Indonesia (Pasal 5 huruf a PP 2/2003 jo. Pasal 6

Indonesia tunduk pada kekuasaan peradilan utnum.

dan Pasal 7 Perkapolri 14/2011).

Hal ini menunjukkan bahwa anggota polri
merupakan warga sipil dan bukan termasuk subjek

DAFTAR PUSTAKA

hukum militer.

A. Buku

Oknum polisi yang disangkakan melakukan

Arief, Barda Nawawi, Prof. Dr. SH., Bunga

praktek suap dan diproses penyidikan tetap harus
dipandang tidak bersalah sampai terbukti melalui

Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, Cet.

putusan pengadilan yangtelah berkekuatan hukum
tetap sebagaimana diatur Pasal 8 ayat (1) UU

ke-2

No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

Pasal 5 ayat (1) UU No.20 tahun 2001 tentang

Bandung: PT. CitraAdityaBakti, 2001, Cet. ke-1
Fuady, Munir, Aliran Hukum Kritis; Paradigma

perubahan atas UU No.31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi di atas
menegaskan bahwa pelaku pemberi graf
itasi juga
diijerat dengan ancaman hukuman pidana
Dengan demikian, walaupun oknum polisi
tersebut sudah dipidana berdasarkan putusan

, Masalah Penegakan Hukum;

Ketidakberdaya an Hukum, Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2003, Cet. ke-1
Hamzah, Andi, 2001, Hukum Acara Pidana
Indonesia, Sinar Graf
ika, Jakarta.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2004, Hukum

pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
oknum polisi tersebut baru dapat diberhentikan

Perlindungan Konsumen, Rajawali Pers,

dengan tidak hormat apabila menurut pertimbangan

Muladi, dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan

pejabat yang berwenang bahwa dia tidak dapat
dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas

Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1998,

kepolisian. Pemberhentian anggota kepolisian

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Hukum Pidana,

dilakukan setelah melalui sidang Koinisi Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia

Bandung: PT. Eresco, 1989, Edisi ke-2, Cet.

(Pasal 12 ayat [2] PP 1/2003).
b, Upaya hukum disiplin

, 2006, Azas-azas Hukum Perdata, PT.
Bale Bandung, Jakarta.

Jakarta.

Cet. ke-2

ke-6

39

Perspektif Hukum, Vol. 10 No. 1 Mei2010:31 -40

Atmasasmita, Romli, 2010, Sistem Peradilan
Pidana Kontemporer, Kencana, Jakarta, Cet.
ke-1.
Rahardjo. Satjipto, 2010, Hukum dan Masyarakat,

C. Internet

Kompas Cyber Media: Edisi, 09 Januari 2012
Pikiran Rakyat Cyber Media: Edisi, 12 Desember

2011
Suara Merdeka: Edisi, 8 Januari 2012

Angkasa, Bandung.
Subekti. R., 2001, Hukum Pembuktian, PT.
Pradnya Paramita. Jakarta.

D. Kamus

Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum
Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta.
, 2004, Penemuan Hukum Sebuah
Pengantar, Liberty, Yogyakar
ta.

UsahaNasional, 1981, Cet. ke-1

Alfabeta, Bandung, Cet.ke-18.
2002,

Publishing Co.
Indonesia Inggris. PT Gramedia. Jakarta.
Partanto, Pius A., M. Dahlan Al Barry, 1994, Kamus

Sugiyono. 2010, Melode Penelilian Administrasi,

Harahap,

Dictionary, Fif
th Edition, St. Paul Minn, West

Echols, John M., Hasan Shadily, 1992, Kamus

Sugandi. R.. KUHP dan Penjeiasannya, Surabaya:

Yahya

Black, Henry Campbell, 1979, Black's Law

Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pembahasan

Permusalahan dan Penerapan KUHAP,

Pengembangan Bahasa, 1990, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Sinar Grafika, Jakarta, Cet. Ke-4.
(Footnotes)
B. Peraturan Perundang-undangan
Kitab

Undang-Undang

Hukum

1 Dosen Hukum Perlindungan Konsumen, Fakultas Hukum
Perdata

(KUHPerdata)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Nomor 22 tahun 2009

40

Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa
Timur.
2 Dosen Hukum Perdata, Fakultas Hukum. Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.