PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK JALANAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK JALANAN (Jurnal) Oleh: Damanhuri Warganegara, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK JALANAN
Oleh
Damanhuri Warganegara, S.H.,M.H.
Dewasa ini hampir disetiap persimpangan jalan di kota besarsering terlihat kumpulan anak-anak
yang sering disebut dengan nama anak jalanan. Keberadaan anak jalanan tersebut selain
mengganggu ketertiban lalu lintas mereka juga rentan menjadi korban eksploitasi dari orang-orang
yang tidak bertanggung jawab, adapun permasalahan pada tulisan ini adalah mengapa perlu adanya
perlindungan hukum terhadap anak jalanan dan bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak
jalanan. Metode penulisan menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan cara mengkaji
beberapa literatur dan peraturan yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak. Dari
pembahasan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan, bahwa perlindungan hukum teerhadap
anak jalanan dilakukan berbagai kebijakan oleh pemerintah yaitu dengan adanya Undang-Undang
yang terkait dengan perlindungan anak serta didirikannya lembaga perlindungan anak, adanya
rumah singgah kemudian didirikannya sekolah khusus anak jalanan.Kata Kunci : Perlindungan, Hukum, Anak Jalanan
ABSTRACT
LEGAL PROTECTION OF “ANAK JALANAN”
By
Damanhuri Warga negara, S.H., M.H.
Today almost every intersection in the big city often seen a community of children
who are often called by the name of “Anak Jalanan”. The existence of “Anak
Jalanan” in addition to disturbing the traffic order they are also vulnerable to
victims of exploitation of people who are not responsible, as for the problem in
this paper is why the need for legal protection of street children and how the legal
protection of street children. The method of writing uses a normative juridical
approach by examining some of the literature and regulations related to the legal
protection of children. From the discussion of the above problem formulation can
be concluded, that the legal protection of street children carried out various
policies by the government that is with the law related to child protection and the
establishment of child protection institutions, the shelter house and the
establishment of special schools of “Anak Jalanan”.Keyword : “Anak Jalanan”, Legal Protection, and Condtitution
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia belum ada kesatuan mengenai pengertian anak. Hal ini disebabkan oleh peratuaran perUndang-Undangan yang berkaitan dengan kepentingan anak, masing-masing memberikan pengertian yang sesuai dengan maksud dikeluarkannya peraturan perUndang-Undangan tersebut.
1 Anak berdasarkan Pasal 1 angka
1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan . Sedangkan anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dapat diketahui bahwa anak yang berhadapan dengan hukum terdiri atas:
1. Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.(Pasal 1 Angka 3)
2. Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, 1 R. Wiyono, Sistem Peradilan Pidana Anak
di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafik, 2016,
mental, dan/atau kerugian ekonomiyang disebabkan oleh tindak pidana. (Pasal 1 angka 4)
3. Anak yang menjadi saksi tindk pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang di dengar, dilihat dan/atau dialaminya sendiri. (Pasal 1 angka 5)
Untuk menjaga tumbuhkembangnya anak perlu adanya Undang-Undang dan Peraturan yang mengatur tentang perlindungan anak terutama terkait dengan hak-hak anak. Pada saat ini hampir diseluruh Indonesia bahkan dunia banyak terlihat anak-anak yang berkeliaran di jalan-jalan khusus nya jalan protokol, di stasiun, di terminal, di pojok-pojok pasar dan tempat-tempat umum lainnya. Anak-anak tersebut dikenal dengan istilah anak jalanan.
Anak-anak jalanan rentan menjadi korban eksploitasi oleh orang- orang dewasa yang tidak bertanggung jawab, baik eksploitasi fisik seperti anak-anak yang dipaksa mengemis di jalan- jalan pada baik siang maupun malam hari, eksploitaasi ekonomi seperti anak-anak yang dipaksa untuk bekerja sedangkan orang dewasa hanya memanfaatkan hasil dari pekerjaan mereka contoh nya anak-anak yang dipaksa untuk mengemis, mengamen, ojek payung, semir sepatu, jual koran dan sebagainya, kemudian eksploitasi seksual oleh orang dewasa maupun sesama pelaku anak contohnya banyaknya korban pedopil atau korban sodomi. Pada perkembangannya terdapat berbagai bentuk pelecehan seksual/kekerasaan seksual pada anak, yaitu, Perkosaan, Sodomi, Oral Seks, Sexual Gesture, Sexual Remark, Pelecehan Seksual, Sunat Klitoris Pada Anak Perempuan.
2 Anak-anak, termasuk anak jalanan
sebagai korban berbagai kejahatan sebagai mana di atas, seharusnya anak-anak diusia mereka masih dalam pengawasan dan perlindungan dari orang tua, bersekolah, bermain dan mengembangkan potensi yang ada di dalam diri mereka. Namun pada kenyataannya banyak anak- anak yang tidak bersekolah karena dipaksa oleh orang dewasa untuk untuk bekerja. Hal ini tidak sesuai dengan isi konvensi PBB tentang hak-hak anak serta ketentuan yang terdapat dalam Pasal 34Undang- Undang Dasar 1945, bahwa pakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara, oleh sebab itu penulis tertarik menulis terkait
Metode Penulisan
Perlindungan hukum adalah penyempitan arti dari perlindungan, dalam hal ini perlindungan oleh hukum saja yang diutamakan. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak 3 Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian
B. Pembahasan Alasan Perlunya Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan
penulisan ini mengkaji beberapa literatur, peraturan-peraturan yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap anak.
3 Pada
Metode penulisan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah kaidah- kaidah atau norma-norma, aturan-aturan serta literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
b. Untuk mengetahui bentuk- bentuk perlindungan hukum terhadap anak jalanan 4.
“Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan”.
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan ini, maka tujuan dari penulisan ini adalah a. Untuk mengetahui mengapa perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak jalanan
3. Tujuan penulisan
b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak jalanan
a. Mengapa perlu adanya perlindungan hukum terhadap anak jalanan
2. Permasalahan
Hukum dalam Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak. Yogyakarta, Pustaka
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut : 2 Ismantoro Dwi Yuwono, Penerapan
dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan hukum.
bagian dari masalah penegakan hukum, yang menurut Satjipto Rahardjo masalah penegakan hukum merupakan masalah yang tidak sederhana, bukan saja karena kompleksitas sistem hukum itu sendiri, tetapi juga rumitnya jalinan hubungan antara sistem hukum dengan sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat. Sebagai suatu proses, penegakaan hukum pada hakikatnya merupakan variabel yang mempunyai korelasi dan interdevendensi dengana faktor-faktor yang lain, demikian juga dalam hal perlindungan anak.
lahirnya suatu generasi baru yang merupakan penerus cita- cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Anak adalah asset bangsa. Masa depan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang berada ditangan anak sekarang. Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. 4 CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan
Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustama, 1989, hlm. 102 5 Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosiologis ,
Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang. Oleh sebab itu perlu adanya perlindungan hukum bagi anak. Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor
4 Perlindungan anak merupakan
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Perlindungan Anakadalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak- haknyaagar dapat hidup, tumbuh, berkembang, danberpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkatdan martabat kemanusiaan, serta mendapatperlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak diharapkan dapat menjadi lebih baik lagi karena tujuan dibuatnya aturan baru tersebut untuk menambah bebaraap pasal yang tadinya di atur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak yang ancaman pidana dipandang terlalu ringan sehingga kurang membuat efek jera bagi sipelaku tindak pidana.Sedangkan pada Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 ancamaan sanksi pidana diperberat. Ketentuan tersebut dapat dilihat dalam Pasal 76, Pasal 81 dan Pasal 82. Dengan demikian anak-anak di Indonesia bisa menikmati hak mereka sebagai seorang anak dan hidup dalam kemerdekaan dan kegembiraan anak. Lebih jauh, anak-anak bisa tumbuh menjadi generasi yang berkualitas dan
5 Anak merupakan cikal bakal
diharapkan menjadi tulang punggung bangsa yang akan menjalankan pembangunan dan sebagai penentu masa depan bangsa. Hal inilah yang bisa ditemukan pada pembukaan Undang- Undang Perlindungan anak. Dimana dalam dalam pembukaan tersebut, dijelaskan mengenai landasan tentang pembuatan Undang-Undang Perlindungan Anak. Dalam pembukaan tersebut, bisa ditemukan beberapa alasan yang menjadi alasan mengapa soal anak harus diberikan perlindungan hukum formal yang mempunyai kekuatan hukum yang sifatnya mengikat.
Alasan dibentuknya Undang- UndangPerlindungan Anak, disebutkan pada bagian pembukaan Undang-Undang tersebut pada bab pertimbangan.
Dimana dalam bagian pembukaan dijelaskan bahwa Undang-Undang Perlindungan Anak ini dibuat sebagai wujud pengakuan pemerintah tentang posisi seorang anak yang merupakan karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam posisi ini, seorang anak memiliki hak dan martabat yang utuh sebagai seorang manusia. Di sisi lain, Undang-Undang perlindungan anak lahir karena pemerintah menyadari mengenai potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Pada pundak merekalah pada nantinya perjuangan serta proses pembangunan bangsa akan digantungkan. Anak memiliki peran yang cukup vital sebagai pelaksana pembangunan di masa mendatang. Jika sebuah bangsa bisa menciptakan anak-anak yang berkualitas, niscaya proses pembangunan bangsa bisa berjalan dengan baik pada nantinya. Dengan tanggung jawab yang dimilikinya ini, seorang anak harus diberi kesempatan yang luas agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini mencakup masalah fisik, mental, ekonomi serta sosial dan memiliki akhlak yang baik. Alasan-alasan inilah yang mendasari mengenai pentingnya sebuah aturan hukum untuk bisa menciptakan kesejahteraan bagi seorang anak. Dengan demikian, seorang anak bisa mendapatkan hak mereka tanpa adanya diskriminasi perlakuan dari pihak manapun. Kesungguhan sikap pemerintah dalam melihat arti penting anak dalam proses pembangunan, kemudian diwujudkan dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002Jo Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Dimana dalam Undang- Undang tersebut, diatur mengenai berbagai hal yang bertujuan untuk melindungi kepentingan anak berikut segala hal yang menjadi hak seorang anak. Undang-Undang inilah yang kemudian dikenal dengan Undang-Undang perlindungan anak.
Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan
Perlindungan anak merupakan upaya penting dan segera harus dilakukan, karena perlindungan anak merupakan usaha membangun investasi terbesar peradaban suatu bangsa, sebab apabila fenomena berbagai bentuk kekerasan terus menimpa kaum anak, bukan tidak mungkin ketika mereka mencapai usia dewasa, akan menjadi penyumbang terbesar kejahatan disebuah negara, demikian juga sebaliknya jika sedari muda mereka mendapat kasih sayang dan perlakuan yang benar, maka paling tidak cengkraman patologis dan psisko-sosial tidak begitu kuat mempengaruhi mereka untuk berbuat jahat.
semestinya tetap berpedoman pada upaya yang holistik yang menjadikan anak sebagai manusia yang patut mendapat perhatian yang baik. Dalam konteks ini Abdul Hakim Garuda Nusantara, mantan Ketua Komnas HAM RI mengatakan, bahwa masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara yuridis, tetapi perlu pendeatan yang lebih luas yaitu, ekonomi, sosial dan budaya.
7 6 Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM mengurai Ha Eonomi, Sosial dan Budaya, Jakarta, Rajawali Pers, hlm 229 7 Abdul Hakim Garuda Nasution, “Prospek Perlindungan Anak” dalam Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Jakarta,
Sejalan dengan itu Shanti Dellyana mengatakan, bahwa perlindungan merupakan satu usaha yang mengadakan kondisi di mana setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.
8 Secara teoritis, bentuk
perlindungan terhadap anak sebagai korban kejahatan dapat diberikan dalam berbagai cara, tergantung pada penderitaan/kerugian yang diderita oleh korban. Dalam konteks anak yang telah menjadi korban tindak pidana maka usaha yang dilakukan menurut
Pasal 64 ayat (2) Undang- Undang Perlindungan Anak pada dasarnya memuat tentang segala upaya yang diberikan pemerintah dalam melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana yang meliputi hal- hal sebagai berikut:
6 Perlindungan anak sudah
a. Upaya rehabilitasi yang dilakukan di dalam suatu lembaga maupun di luar lembaga, usaha tersebut dilakukan untuk memulihkan kondisi mental, fisik, dan lain sebagainya setelah mengalami trauma yang sangat mendalam akibat suatu peristiwa pidana yang dialaminya.
b. Upaya perlindungan pada identitas pada identitas korban dari publik, usaha tersebut diupayakan agar identitas anak yang menjadi korban ataupun keluarga korban tidak diketahui oleh orang lain yang bertujuan untuk nama baik korban dan 8
keluarga korban tidak
d. Optional Protocol to the tercemar.
Convention on the Rights of
c. Upaya memberikan jaminan the Child on the Involvement keselamatan kepada saksi of Children in Armed
12 korban yaitu anak dan saksi Conflict.
ahli, baik fisik, mental mapun
e. Worst Forms of Child Labour
13 sosialnya dari ancaman Cnvention, 1999 (N0.182).
pihak-pihak tertentu, hal ini
f. Pasal
34 Undang-Undang diupayakan agar proses Dasar 1945, bahwa pakir perkaranya berjalan dengan miskin dan anak-anak efisien. terlantar dipelihara oleh d. Pemberian aksesbilitas untuk negara. mendapatkan informasi g. Pasal54 Undang-Undang No. mengenai perkembangan
35 Tahun 2009 tentang perkaranya, hal ini Narkotika; Pecandu narkotika diupayakan agar pihak korban dan korban penyalahgunaan dan keluarga mengetahui narkotika wajib menjalani mengenai perkembangan rehabilitasi medis dan sosial. proses perkaranya.
h. Undang-UndangNo.13 Tahun 2006 Jo Undang-Undang No. Ketentuan lainnya yang
31 Tahun 2014 tentang mengatur tentang perlindungan Perlindungan Saksi dan anak baik internasional maupun Korban nasional, antara lain:
Di samping ketentuan-ketentuan
a. Lahirnya konvensi PBB di atas, juga diperlukan adanya tentang hak anak, lembaga-lembaga sosial
InternationalConvention on masyarakat dengan sumber daya the Right of the Child (CRC) manusia yang profesional dalam
9 Tahun 1989. mendampingi anak jalanan,
b. Optional Protocol to the terutama mereka yang menjadi
Convention on the Rights of korban kejahatan, terhadap anak the Child on the sale of jalanan yang menjadi dilema di Children, Child Prostitution tengah masyarakat inilah perlu
10 and Child Pornography. hadirnya negara melalui
c. Minimum Age Convention, lembaga negara, baik ditingkat
11 9 1973 (No.138); pusat maupun daerah.
United Nation , Human Right, A Compilation of International Instruments , Vol. 1 (First Part)(New York: United 10 Nation, 2002. hlm 181-199.
Berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB
54/263 tanggal 25 Mei 2000, Resolusi ini Juni 1973. Konpensi ini terdiri dari 18 pasal
efektif berlaku sejak tanggal 18 Januari dan efektif berlaku sejak 19 Juni 1976. 12 2002, yang terdiri dari 17 pasal yang secara Ibid , berlaku 12 Februari 2002. 13konkret melarang penjualan, prostitusi dan Konvensi ini diadopsi melalui Konferensi
11pornografi anak. Umum ILO pada Sidang ke-87 tanggal 17
Konvensi ini diadopsi melalui Konferensi Juni 1999 yang terdiri 16 pasal dan efektif
C.
Konvensi ini diadopsi melalui
Penutup
1. Simpulan Konferensi Umum
ILO Dari pembahasan rumusan pada Sidang ke-58 tanggal masalah di atas dapat
26 Juni 1973. Konpensi ini disimpulkan, bahwa terdiri dari 18 pasal dan perlindungan hukum efektif berlaku sejak 19 Juni teerhadap anak jalanan 1976. dilakukan berbagai kebijakan oleh pemerintah yaitu dengan Konvensi ini diadopsi melalui adanya Undang-Undang yang
Konferensi Umum
ILO terkait dengan perlindungan pada Sidang ke-87 tanggal anak serta didirikannya
17 Juni 1999 yang terdiri lembaga perlindungan anak, 16 pasal dan efektif berlaku adanya rumah singgah sejak 19 Novenber 2000. kemudian didirikannya sekolah khusus anak jalanan.
Majda El Muhtaj, 2008. Dimensi-
2. Saran
Dimensi HAM Mengurai
Mengingat masalah anak
Hak Eonomi, Sosial,dan
jalanan ini merupakan
Budaya , Jakarta, Rajawali
tanggungjawab pemerintah Pers. dan seluruh masyarakat Indonesia tidak terkecuali,
R. Wiyono, Sistem Peradilan Pidana maka di harapkan ada
Anak di Indonesia, Jakarta:
perhatian dan perlakuan Sinar Grafik khusus terhadap anak jalanan tersebut, antara lain
Satjipto Rahardjo, 2009. Penegakan diaktifkan kembali sekolah
Huum Suatu Tinjauan
anak jalanaan, rumah singgah
Sosiologis , Yogyakarta,
di setiap daerah dengan Genta Publishing didukung selain sarana yang
Soerjono Sukanto,1983.Pengantar cukup juga tersedianya
Penelitian Hukum , Jakarta,
petugas-petugas sosila yang UI Perss profesional.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2006
Daftar Pustaka
tentang Perlindngan Saksi CST. Kansi, 1989.Pengantar Ilmu dan Korban
Hukum dan Tata Hukum
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009
Indonesia , Jakarta, Balai
Pustama tentang Narkotika
I
smantoro Dwi Undang-Undang No. 35 Tahun 2014
Yuwono,2015.Penerapan
Jo .Undang-Undang No. 23 Hukum dalam Kasus
Tahun 2002 tentang
Kekerasan Seksual terhadap
Perlindungan Anak
Anak . Yogyakarta, Pustaka
Yustisia