Laporan Akhir SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM

Laporan Akhir

SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI

DI KOTA SEMARANG

Pusat Pengkaj ian dan Pengembangan Manaj emen Fakult as Ekonomi Universit as Kat olik Soegij apranat a Semarang

KATA PENGANTAR

Bant uan Langsung Tunai yang diberikan oleh pemerint ah kepada masyarakat sangat miskin, miskin dan hampir miskin, merupakan suat u upaya unt uk meningkat kan daya beli masyarakat . Penyaluran BLT ini menimbulkan pro dan kont ra baik dari sisi bent uk (yang dipandang kurang mendidik), pendat aan (yang menj adi lemah karena t idak menggunakan dat a t erkini), maupun proses pencairannya. Survei ini bermaksud unt uk melihat kondisi akt ual di Kot a Semarang, dan diharapkan dapat menghasilkan evaluasi yang komprehensif .

Pusat Pengkaj ian dan Pengembangan Manaj emen Fakult as Ekonomi Universit as Kat olik Soegij apranat a Semarang mengucapkan t erimakasih kepada Kant or Bank Indonesia Semarang, yang t elah memberikan kepercayaan unt uk melakukan r api d sur vei ef ekt ivit as BLT di Kot a Semarang ini. Semoga hasil survei ini dapat memberikan manf aat t erut ama sebagai bagian dari kepedulian kit a t erhadap kaum t ersingkir dan miskin.

Semarang, 30 Juni 2008 Tim Penelit i Angelina Ika Rahut ami West ri Kekalih Y. Sugihart o Widuri Kurniasari

ABSTRAK

Program Bant uan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah sat u solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi rakyat miskin. Permasalahan ut ama penyaluran BLT 2008 adalah penggunaan dat a BPS 2005 yang menimbulkan ket idakt epat an sasaran dan j uga banyak pihak yang menilai bahwa BLT merupakan program yang banyak ruginya dibanding manf aat . Survei ini bert uj uan unt uk mengkaj i ef ekt ivit as program BLT di kot a Semarang, yang diharapkan dapat mempresent asikan pelaksanaan BLT di Jawa Tengah.

Hasil survei menunj ukkan bahwa permasalahan penyaluran BLT dimulai dari kurang dilibat kannya aparat dalam verif ikasi dat a masyarakat miskin. Terdapat pula indikasi ket idat epat an sasaran BLT (walaupun kecil) karena ket idaksesuaian dengan krit eria kemiskinan BPS, dan at au yang krit eria miskin it u sendiri yang perlu dipert imbangkan ulang. Mekanisme pencairan BLT di Kot a Semarang berj alan dengan lancar, dengan t ingkat kecocokan ident it as yang baik, dan proses pendist ribusian BLT berj alan sesuai prosedur. Unsur ket idakpuasan t erhadap pendist ribusian BLT lebih banyak muncul dari sisi aparat dibanding sisi RTS BLT.

Program BLT memberikan rasa posit if bagi masyarakat yang menerima, mampu mengurangi beban hidup t api belum dapat meningkat kan daya beli secara opt imal. Sebagian besar responden menyat akan uang BLT yang dit erima langsung habis dikonsumsi saat it u j uga, sehingga ef eknya masih j auh dari panj ang dampak t erj adinya inf lasi yang dirasakan masyarakat .

Unt uk it u pembenahan penyaluran BLT di masa yang akan dat ang dapat dimulai dari adanya krit eria kemiskinan yang lebih t epat . Ket ika krit eria kemiskinan t elah dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya maka t ahap berikut nya adalah pelibat an RT/ RW/ Lurah baik dalam proses pendat aan maupun verif ikasi secara lebih banyak unt uk mengurangi bias sasaran.

Tolok ukur ef ekt ivit as program BLT yang dikeluarkan oleh Menko Kesra t ampaknya j uga perlu diperluas dan dipert aj am. Program BLT t idak dapat dikat akan ef ekt if bila hanya mengurangi beban pengeluaran masyarakat , namun perlu pula dipikirkan panj ang dampak yang dit imbulkan dan disert ai skema program lain yang t uj uannya adalah mengembangkan kemampuan produkt if ( empower i ng) masyarakat , melalui program-program sepert i KUR, PNPM mandiri dan lain sebagainya.

RINGKASAN EKSEKUTIF

Program Bant uan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah sat u solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi rakyat miskin. Permasalahan ut ama penyaluran BLT 2008 adalah penggunaan dat a BPS 2005 yang menimbulkan ket idakt epat an sasaran dan j uga banyak pihak yang menilai bahwa BLT merupakan program yang banyak ruginya dibanding manf aat . Bant uan Rp100. 000, 00 per bulan seolah t idak sebanding dengan kenaikan harga kebut uhan hidup sebagai akibat kenaikan harga BBM. Menyimak pemberit aan yang dilakukan di media massa mengenai BLT, t imbul berbagai pert anyaan seput ar BLT dan ef ekt ivit asnya.

Survei ini bert uj uan unt uk mengkaj i ef ekt ivit as program BLT di kot a Semarang, yang diharapkan dapat mempresent asikan pelaksanaan BLT di Jawa Tengah. Kaj ian bert uj uan unt uk (i) mengident if ikasikan dan menganalisis persepsi masyarakat penerima BLT di kot a Semarang t erhadap

ef ekt ivit as penyaluran BLT, (ii) mengident if ikasikan dan menganalisis persoalan di sekit ar penyaluran BLT di kot a Semarang, dan (iii) menganalisis berbagai alt ernat if kebij akan yang dapat diambil oleh pemerint ah dalam memperbaiki mekanisme penggant ian subsidi kepada masyarakat miskin sebagai akibat kenaikan harga BBM.

Survei ini bermanf aat unt uk memberikan gambaran kondisi akt ual yang ada di masyarakat , t erut ama masyarakat yang menerima BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Deskripsi dan analisis mengenai ef ekt if it as program BLT dan dampak ekonomisnya dalam peningkat an kesej aht eraan masyarakat akan dapat digunakan sebagai masukan unt uk pengambil keput usan mengenai bent uk subsidi yang seharusnya diberikan, sert a sist em dan mekanisme penyaluran subsidi secara lebih t epat .

Subyek penelit ian ini adalah masyarakat penerima BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Pengambilan sampel dilakukan secara pr opor si onal r andom sampl i ng t erhadap populasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Kecamat an yang dipilih sebagai sampel dit et apkan berdasarkan 10 kecamat an yang menerima BLT t erbanyak. Jumlah sampel sebanyak 150 responden yang t erdiri dari penerima BLT sebanyak 120 orang, aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT sebanyak 30 orang, dengan rincian masing-masing kecamat an 3 Ket ua RT. Selain 150 responden, maka analisis akan dipert aj am dengan melakukan wawancara mendalam ( i ndept h i nt er vi ew) t erhadap aparat t ingkat Kelurahan sebanyak 10 orang Lurah dan 2 orang pakar. Pakar yang dipilih dalam wawancara mendalam adalah Bapak Ngargono, Ket ua LP2K, sebagai represent asi dari LSM yang memiliki f okus Subyek penelit ian ini adalah masyarakat penerima BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Pengambilan sampel dilakukan secara pr opor si onal r andom sampl i ng t erhadap populasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Kecamat an yang dipilih sebagai sampel dit et apkan berdasarkan 10 kecamat an yang menerima BLT t erbanyak. Jumlah sampel sebanyak 150 responden yang t erdiri dari penerima BLT sebanyak 120 orang, aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT sebanyak 30 orang, dengan rincian masing-masing kecamat an 3 Ket ua RT. Selain 150 responden, maka analisis akan dipert aj am dengan melakukan wawancara mendalam ( i ndept h i nt er vi ew) t erhadap aparat t ingkat Kelurahan sebanyak 10 orang Lurah dan 2 orang pakar. Pakar yang dipilih dalam wawancara mendalam adalah Bapak Ngargono, Ket ua LP2K, sebagai represent asi dari LSM yang memiliki f okus

Bant uan Langsung Tunai (BLT) t ahun 2008 diberikan berdasarkan Inst ruksi Presiden No 3 t ahun 2008 kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang masuk dalam kat egori sangat miskin, miskin dan hampir miskin. BLT diberikan dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM (Depart emen Sosial, 2008) dengan t uj uan unt uk (i) membant u masyarakat miskin agar t et ap dapat memenuhi kebut uhan dasarnya, (ii) mencegah penurunan t arat kesej aht eraan masyarakat miskin akibat kesulit an ekonomi, dan (iii) meningkat kan t anggung j awab sosial bersama.

BLT diberikan dengan pert imbangan bahwa masyarakat miskin merupakan masyarakat yang paling rent an, dan akan t erkena dampak sosial yang paling besar. Kenaikan harga BBM akan menyebab t araf kesej aht eraannya semakin menurun at au menj adi semakin miskin. Pada t ahun 2008, pemerint ah melanj ut kan skema program PKPS BBM dari bulan Juni sampai dengan Desember 2008 dalam bent uk BLT t anpa syarat kepada RTS sebesar Rp 100. 000, 00 per bulan selama 7 bulan, dengan rincian diberikan Rp 300. 000, 00/ 3 bulan (Juni-Agust us) dan Rp 400. 000, 00/ 4 bulan (Sept ember-Desember) (Depart emen Sosial, 2008)

Kot a Semarang menj adi daerah yang pert ama kali mendapat kan BLT Jawa Tengah 2008. Mengacu dat a BPS Jawa Tengah t ahun 2006, j umlah penerima BLT di Semarang adalah 82. 665 kepala keluarga (KK) dari t ot al

3. 171. 201 Rumah Tangga Miskin (RTM). Berdasarkan hasil survei, karakt erist ik responden RTS BLT menunj ukkan bahwa 52, 50 persen menyat akan bekerj a dalam kat egori lain-lain karena mereka t idak memiliki pekerj aan t et ap, at au berwiraswast a sepert i berdagang di pasar, kaki lima, dan 45, 83 persen bekerj a sebagai buruh harian, dan 1, 67 persen adalah pensiunan. RTS BLT sebagian besar (98, 25 persen) memiliki t anggungan keluarga kurang dari 5 orang dan hanya 1, 75 persen yang memiliki t anggungan ant ara 5 sampai 7 orang.

Tahap pert ama yang dilakukan dalam pencairan BLT adalah verif ikasi dat a BLT yang ada. Penent uan RTS BLT didasarkan pada 14 krit eria yang dikeluarkan oleh BPS. Dari ke-14 krit eria inilah maka masyarakat akan digolongkan dalam 3 kat egori yait u hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Dat a yang diperoleh di lapangan menunj ukkan sebagian besar responden memiliki pekerj aan t idak t et ap, berusaha sendiri at au menj adi buruh harian. Dari 120 responden, hanya 94 responden yang mampu menj awab penghasilan rat a-rat a per bulan dan 26 (21, 67 persen ) responden lainnya t idak mampu menghit ung penghasilan mereka per bulan, karena penghasilannya sangat t idak past i.

Responden yang menyat akan penghasilannya kurang dari Rp 500. 000, 00 adalah 53, 33 persen, yang berpenghasilan ant ara Rp 500. 000, 00 – Rp 700. 000, 00 sebesar 15 persen, dan yang berpenghasilan di at as Rp

700. 000, 00 sebesar 10 persen (12 orang). Penghasilan rat a-rat a responden adalah Rp 467. 553, 00 pada t ahun 2005 dan Rp 477. 287 pada t ahun 2008. Bila melihat indikasi ini maka secara penghasilan, maka responden memiliki penghasilan dibawah Rp 600. 000, 00 sama sepert i yang disyarat kan dalam krit eria kemiskinan. Namun demikian t erdapat beberapa responden yang memiliki penghasilan di at as Rp 1. 000. 000, 00 sehingga memberikan sedikit indikasi bahwa ada ket idakt epat an sasaran bila dilihat dari sisi penghasilan.

Ket epat an sasaran RTS BLT t idak dapat dilihat hanya dari sisi penghasilan saj a, karena BPS mengeluarkan 13 krit eria yang lain. Hasil survei menunj ukkan bahwa 89, 17 persen responden menyat akan mengkonsumsi daging at au t elor at au ikan at au ayam kurang dari 2 kali dalam sat u bulan dan 10, 83 persen menyat akan mengkonsumsi 3 – 5 kali dalam sat u bulan. Sebanyak 53, 33 persen responden menyat akan memiliki j amban di dalam rumah (art inya memiliki j amban sendiri, dan bukan WC umum), 62, 71 persen memiliki t elevisi, dan 89, 17 persen menyat akan memiliki list rik.

Fakt a-f akt a t ersebut di at as mengindikasikan adanya ket idat epat an sasaran BLT. Ket idakt epat an krit eria RTS BLTS ant ara yang dist andarkan oleh BPS dengan kondisi di lapangan, mengindikasikan dua hal. Yang pert ama adalah memang t erj adi penyimpangan at au ket idakt epat an sasaran sesuai dengan krit eria kemiskinan BPS, dan at au yang kedua adalah krit eria miskin it u sendiri yang perlu dipert imbangkan ulang. Beberapa Lurah dalam wawancara mendalam j uga menyorot i hal yang sama. Mereka menyat akan bahwa pada saat ini t elevisi, j amban, list rik sudah bukan barang mewah lagi, t erlebih di perkot aan. Sehingga keluarga yang memiliki t elevisi, j amban maupun list rik t idak selalu dimasukkan dalam kat egori t idak miskin, karena mungkin dari sisi penghasilan, masyarakat t ersebut masih masuk dalam garis kemiskinan.

Tahap berikut pencairan BLT t erkait erat dengan mekanisme pembagian BLT. Berdasarkan dat a mekanisme pembagian BLT yang dikeluarkan oleh BPS, maka t erlihat j elas bahwa pencairan BLT 2008, t idak dimulai dengan pendat aan RTS baru, namun masih menggunakan dat a lama, yang kemudian diverif ikasi pada masing-masing daerah. Secara prosedur, verif ikasi t ersebut dilakukan oleh pet ugas BPS dengan didampingi oleh RT/ RW set empat , yang dipandang lebih t ahu masalah dan kondisi masyarakat sebenarnya. Set elah dilakukan verif ikasi maka dat a dikirim ke Posindo unt uk dibuat kan kart u BLT, at au disebut Kart u Kompensasi BBM (KKB). Tahapan berikut nya adalah pengecekan kelayakan daf t ar RTS di t ingkat desa/ kelurahan, dan dilanj ut kan denagn pembagian kart u BLT. Proses diakhiri dengan pencairan BLT oleh RTS di kant or pos.

Hal yang paling sering dikeluhkan dalam proses pencairan BLT 2008 ini adalah kurang dilibat kannya aparat RT, RW, dan Lurah. Bila dit elusur dari proses awal, 76, 67 persen responden aparat menyat akan bahwa Hal yang paling sering dikeluhkan dalam proses pencairan BLT 2008 ini adalah kurang dilibat kannya aparat RT, RW, dan Lurah. Bila dit elusur dari proses awal, 76, 67 persen responden aparat menyat akan bahwa

Set elah t ahap pendat aan maka proses berikut nya adalah pencairan BLT. Proses pencairan BLT ini dapat menimbulkan masalah apabila t erdapat ket idakcocokan ident it as RTS BLT, adanya kasus penundaan pendist ribusian kart u BLT, t idak dilakukannya sosialisasi j adwal sehingga membingungkan warga, sedikit nya loket pencarian BLT, dan ket idakat if an aparat dalam menyerahkan BLT ke rumah warga unt uk warga dengan kasus khusus.

Dari hasil survei t erlihat bahwa sebagian besar ident it as RTS BLT sama dengan dat a yang ada, sehingga kondisi ini t idak menimbulkan masalah mendasar dalam pencairan BLT. Di Kot a Semarang, kurang lebih

90 persen responden RTS BLT dan 80 persen responden aparat menyat akan bahwa t idak t erdapat kasus penundaan pendist ribusian kart u BLT, dan j adwal pencairan BLT pun disosialisasikan secara baik. Masalah yang paling dikeluhkan selama pencairan BLT adalah ant rean yang t erlalu panj ang, j umlah pet ugas di set iap kant or pos yang t erlalu sedikit , dan t idak adanya pelayanan keliling unt uk warga yang memiliki hambat an khusus.

Meskipun proses pendist ribusian BLT t elah berj alan sesuai prosedur, namun ket idakpuasan t erhadap pendist ribusian BLT t et ap muncul dalam masyarakat baik dari sisi penerima BLT (52, 38 persen responden) maupun dari sisi aparat (86, 67 persen). Ket ika masih dalam proses penet apan sasaran, maka ket idakpuasan lebih banyak muncul dari sisi aparat (72, 67 persen dan 80 persen), karena biasanya mereka merasa t idak dilibat kan dalam pengambilan keput usan penet apan dan ket epat an sasaran.

Dalam proses sosial isasi j adwal pencairan, pembagian kart u, pencairan dana maupun pengaduan apabila t erj adi masalah, rasa t idak puas lebih sering muncul pada aparat dibandingkan dengan penerima BLT. Penggalian lebih dalam melalui wawancara mendalam menunj ukkan bahwa ket ua RT dan lurah menj adi merasa t idak puas karena beban pekerj aannya bert ambah, dan harus menangani keluhan warga, yang biasanya t idak dapat diselesaikan secara t unt as, karena ket erbat asan dana BLT. Dalam wawancara mendalam ini pula t erlihat bahwa ket idakpuasan akan berkurang, apabila mereka dilibat kan lebih banyak pada pendat aan warga miskin.

Masalah ket idakt epat an sasaran t idak t erlalu t inggi di Kot a Semarang dan lebih dikarenakan bert ambahnya warga miskin dan bukan karena beberapa warga miskin t elah menj adi lebih sej aht era. Apabila t erj adi ket idakt epat an sasaran karena pemegang kart u meninggal, maka kart u diberikan kepada ist rinya, namun apabila t idak t erdapat lagi keluarga, maka akan dialihkan ke RTS l ain dengan dimusyawarahkan t erlebih dahulu di RT at au kelurahan.

Pada dasarnya bent uk ket idapuasan masyarakat hanya disampaikan dalam bent uk keluhan. Apabila t erj adi ket idakpuasan, sebenarnya hal t erbaik yang bisa dilayani oleh pemerint ah adalah penyediaan posko pengaduan. Menurut responden, pemerint ah t idak menginf ormasikan secara luas cara pengaduan, belum menyediakan posko pengaduan apabila t erj adi kesalahan dalam pendist ribusian BLT. Akibat dari t idak adanya sosialisasi cara pengaduan dan t idak adanya posko pengaduan yang didirikan secara resmi oleh pemerint ah, seluruh ket idakpuasan it u harus dit ampung oleh ket ua RT , at au naik ke t ingkat at asnya yait u ke Lurah.

Biasanya t indakan yang dilakukan oleh ket ua RT dalam menghadapi keluhan warga adalah membuka kembali pendaf t aran susulan bagi masyarakat yang merasa berhak (62, 50 per sen), at au menj anj ikan bahwa pendaf t ar susulan akan menerima BLT pada t ahap berikut nya (25 persen), sedangkan kesediaan berbagi dari penerima BLT lain hanya mencapai 12, 50 persen. Persent ase pada alt ernat if t erakhir ini sangat masuk akal, karena bagaimana pun mereka t ermasuk masyarakat miskin, yang t idak mungkin dit unt ut unt uk berbagi.

Pemberian BLT pert ama kali akan menyent uh aspek perasaan baru kemudian berubah ke t at aran yang lebih riil yait u daya beli. Sebagian besar responden (96, 67 persen) menyat akan mereka senang dengan adanya BLT ini, dan 75, 83 persen menyat akan bahwa program BLT ini berguna (70 persen responden aparat j uga menyat akan hal yang sama). Sebanyak 61, 34 persen responden memandang bahwa BLT ini mampu mengurangi beban pengeluaran, namun 87, 50 persen menyat akan bahwa mereka t idak mengalami peningkat an daya beli set elah menerima BLT.

Hasil ini dapat diint erpret asikan bahwa program BLT memberikan rasa posit if bagi masyarakat yang menerima, mampu mengurangi beban hidup t api belum dapat meningkat kan daya beli secara opt imal. Sebanyak

53, 50 persen responden menyat akan uang BLT yang dit erima langsung habis dikonsumsi saat it u j uga, 32, 50 persen menyat akan uang BLT habis dalam wakt u 1 bulan, sert a 12, 50 persen dan 2, 50 persen menyat akan habis dalam 1 minggu dan 2 minggu. Hal ini masih j auh dari panj ang dampak t erj adinya inf lasi yang dirasakan masyarakat , karena dampak inf lasi di Jawa Tengah memiliki panj ang respon selama 2 bulan.

Implikasi dari kondisi ini menunj ukkan bahwa nilai BLT yang diberikan kurang mencukupi. Kat egori kurang mencukupi dalam hal ini dapat dilihat dari 2 sisi, yait u BLT habis dalam wakt u singkat , at au Implikasi dari kondisi ini menunj ukkan bahwa nilai BLT yang diberikan kurang mencukupi. Kat egori kurang mencukupi dalam hal ini dapat dilihat dari 2 sisi, yait u BLT habis dalam wakt u singkat , at au

Meskipun BLT dipandang belum mampu meningkat kan daya beli masyarakat , namun 42, 50 persen responden RTS BLT t et ap menghendaki BLT diberikan dan t idak digant i dengan wuj ud lain, sedangkan 39, 17 persen lebih memilih adanya subsidi dalam bent uk barang sepert i misalnya sembako murah, dan 10, 83 persen lebih memilih uang sekolah grat is per bulan.

Pro dan kont ra mengenai pemberian BLT yang t idak mendidik dan kont raprodukt if sampai saat ini masih t erj adi di masyarakat . Hasil t emuan di lapangan menunj ukkan bahwa t idak sampai 50 persen responden yang menyat akan bahwa BLT kont raprodukt if , namun sebenarnya masyarakat penerima BLT pun berharap bahwa bant uan yang dit erima bukan hanya sekedar bant uan unt uk meningkat kan daya beli yang t idak memiliki kesinambungan. Dengan demikian BLT yang lebih bersif at sebagai perlindungan sosial bagi masyarakat miskin unt uk mengurangi dampak negat if dari kenaikan harga BBM, perlu didukung oleh skema lain yang bersif at empower i ng

Priorit as t ert inggi dari penggunaan BLT adalah unt uk konsumsi (77, 5 persen), membayar keperluan anak sekolah (16, 67 persen), disimpan (2, 5 persen) dan membayar ut ang (1, 67 persen), sedangkan penggunaan unt uk biaya berobat sebesar 0, 83 persen dan modal usaha sebesar 0, 83 persen. Responden yang menggunakan BLT unt uk konsumsi, mempriorit askan pembelian beras dan sembako (92, 59 persen), kemudian diikut i dengan pembelian sandang dan bahan bakar.

Survei ini j uga dimaksudkan unt uk melihat ef ekt ivit as penyaluran BLT. Kant or Menko Kesra mendef inisikan t ingkat ef ekt ivit as penyaluran BLT adalah seberapa j auh BLT dapat meringankan beban pengeluaran rumah t angga miskin penerima bant uan. Survei ini mencoba mendekat i ukuran

ef ekt ivit as dengan menggunakan dat a penghasilan, pengeluaran, dan nilai konsumsi yang dilakukan oleh responden. Dat a penghasilan responden menunj ukkan bahwa rat a-rat a perubahan penghasilan nominal mereka dalam 2 t ahun t erakhir ini adalah sebesar 2, 08 persen. Padahal inf lasi Jawa Tengah pada kuart al 1, 2008 sebesar 7, 95 persen (yoy). Dengan kenaikan pendapat an nominal rat a-rat a sebesar 2, 08, maka sebenarnya secara riil masyarakat t elah mengalami penurunan t ingkat kesej aht eraan. Bila dilihat dari pengeluaran responden, maka pada t ahun 2005 rat a-rat a pengeluaran per bulan adalah Rp 440. 729 dan mengalami kenaikan sebesar 14, 71 persen di t ahun 2008 menj adi Rp 505. 598, 00. Bila dilihat dari komponen inf lasi, maka kemungkinan t erbesar kenaikan pengeluaran RTS BLT berasal dari pengeluaran unt uk kebut uhan primer yait u makan dan sandang.

Kondisi def isit anggaran rumah t angga pada t ahun 2005 masih relat if lebih baik dibandingkan dengan kondisi t ahun 2008. Adanya subsidi sebesar Rp 100. 00, 00 per bulan, at au yang diberikan pada t ahap awal sebesar Rp 300. 000, 00 t ampaknya t idak memberikan pengaruh yang signif ikan t erhadap def isit anggaran yang dirasakan oleh RTS. Kondisi ini diperparah dengan kenyat aan bahwa dana BLT hanya dapat bert ahan dalam j angka wakt u yang sangat pendek.

Pembelian sembako yang dilakukan oleh responden perbulan meningkat sebesar 14, 56 persen pada t ahun 2008 menj adi Rp 330. 120, 00. Responden sebagian besar memilih menggunakan t ransport asi umum dibandingkan pribadi. Pengeluaran unt uk t ransport asi umum per RTS cenderung mengalami kenaikan dibandingkan t ahun 2005 sebesar 27, 78 persen pada 2008 menj adi Rp 102. 568, 00 per bulan. Sebagian besar dari reseponden RTS BLT, menyat akan harus mengeluarkan lebih banyak unt uk pembelian minyak t anah. Dana BLT pun sebagian dialokasikan unt uk menut up pert ambahan ini.

Dari beberapa t olok ukur di at as, maka dapat dilihat bahwa lonj akan pengeluaran unt uk kebut uhan hidup relat if besar. Pencairan BLT sebesar Rp 100. 000, 00 per bulan, t ampaknya t idak dapat hanya digunakan unt uk menut up sat u kebut uhan saj a, sehingga j umlah ini t et ap dinilai kurang.

Bila ukuran ef ekt ivit as yang digunakan adalah ukuran yang dikeluarkan oleh Menko Kesej aht eraan Rakyat , dimana ef ekt ivit as diukur dari pengurangan beban hidup, maka BLT t elah mampu mengurangi beban hidup RTS BLT. Namun bila t olok ukur ini dipert anyakan lebih dalam mengenai seberapa besar pengurangannya dan seberapa lama kesinambungannya, maka dat a-dat a di at as t ampaknya belum menunj ukkan

ef ekt ivit as pemberian BLT berlangsung opt imal. Unt uk it u pembenahan penyaluran BLT di masa yang akan dat ang dapat dimulai dari adanya krit eria kemiskinan yang lebih t epat . Ket ika krit eria kemiskinan t elah dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya maka t ahap berikut nya adalah pelibat an RT/ RW/ Lurah baik dalam proses pendat aan maupun verif ikasi secara lebih banyak. Hal ini dimaksudkan unt uk mengurangi bias sasaran, karena bagaimana pun ket ua RT/ RW/ Lurah, merupakan orang yang relat if lebih t ahu kondisi warganya. Prosedur pengaduan dan adanya posko pengaduan merupakan hal yang pent ing unt uk dipikirkan karena adanya mekanisme pengaduan yang j elas akan memberikan rasa nyaman bagi masyarakat dan dapat mengurangi beban yang harus dit anggung oleh ket ua RT/ RW/ Lurah.

Tolok ukur ef ekt ivit as program BLT yang dikeluarkan oleh Menko Kesra t ampaknya j uga perlu diperluas dan dipert aj am. Program BLT t idak dapat dikat akan ef ekt if bila hanya mengurangi beban pengeluaran masyarakat , namun perlu pula dipikirkan panj ang dampak yang dit imbulkan dan disert ai skema program lain yang t uj uannya adalah mengembangkan kemampuan produkt if ( empower i ng) masyarakat .

DAFTAR ISI

Kat a pengant ar ....................................................................... 2 Abst rak ……………………………………………………………………………………………………. 3 Ringkasan eksekut if .................................................................. 4 Daf t ar Isi …………………………………………………………………………………………………. 11 Daf t ar t abel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 Daf t ar gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 Daf t ar gambar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 Bab I. Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

1. 1. LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

1. 2. TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

1. 3. MANFAAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

1. 4. RUANG LINGKUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 Bab 2. Met ode Penelit ian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

2. 1. SUBYEK PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

2. 2. POPULASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

2. 3. METODE PENGUMPULAN DATA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2. 3. 1. Jenis dan Met ode Pengumpulan Dat a . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2. 3. 2. Pengambilan Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2. 3. 3. Kuesioner . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

2. 4. Met ode Pengolahan Dat a . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

2. 5. Jadwal Penelit ian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

2. 6. Tim Penelit i . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23 Bab 3. Temuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

3. 1. Kebij akan Bant uan Tunai Langsung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

3. 1. Dist ribusi Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

3. 3. Kesesuaian Krit eria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

3. 4. Prosedur Pendist ribusian BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

3. 4. 1. Part isipasi Aparat dalam Hal Teknis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35

3. 4. 2. Pelayanan Pencairan BLT di Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

3. 4. 3. Hal yang Menghambat di Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38

3. 4. 4. Syarat Pencairan dan Pungut an Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40

3. 5. Tingkat Kepuasan Pelayanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41

3. 6. sist em Pengaduan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44

3. 7. Dampak ekonomis BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46

3. 8. Penggunaan BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

3. 9. indikasi ef ekt ivit as dampak blt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 Bab 4. kesimpulan dan rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

4. 1. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

4. 2. rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61 Bibliograf i 64 Lampiran 1. perubahan dat a 2005, 2008 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65

Lampiran 2. daf t ar pert anyaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Jumlah Rumah Tangga Penerima Bant uan Langsung Tunai Kot a Semarang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 Tabel 2. 2. Proporsi Sampel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 Tabel 3. 1. Dist ribusi Responden Menurut Kecamat an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27 Tabel 3. 2. Karakt erist ik Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 Tabel 3. 3. Krit eria Kemiskinan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 Tabel 3. 4. Penghasilan Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 Tabel 3. 5. Rat a-Rat a Penghasilan Responden per Bulan (dalam Rp) . . . . . . . 31 Tabel 3. 6. Kesesuaian Krit eria . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32 Tabel 3. 7. Sosialisasi, Penent uan Target dan Koordinasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35 Tabel 3. 8. Proses Pelayanan Pencairan BLT di Lapangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37 Tabel 3. 9. Inf ormasi Keluarga Miskin di 10 Kecamat an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38 Tabel 3. 10. Pembat alan Kart u BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39 Tabel 3. 11. Fakt or yang Menghambat Penyaluran BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39 Tabel 3. 12. Syarat Pencairan dan Pungut an Lain . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40 Tabel 3. 13. Pot ongan Lain dalam Pencairan BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 Tabel 3. 14. Tingkat Kepuasan Pelayanan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 Tabel 3. 15. Ket idakt epat an Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 Tabel 3. 16. Sist em Pengaduan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44 Tabel 3. 17. Cara Penanganan Pengaduan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45 Tabel 3. 18. Persepsi at as Dampak BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 Tabel 3. 19. Jangka Wakt u Pemanf aat an BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47 Tabel 3. 20. Alt ernat if Bent uk Subsidi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48 Tabel 3. 21. Jumlah BLT yang Diinginkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48 Tabel 3. 22. Persepsi at as Ket idakmanf aat an BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49 Tabel 3. 23. Penggunaan dana BLT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51 Tabel 3. 24. Priorit as Konsumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 Tabel 3. 25. Pengeluaran Responden per Bulan (dalam Rp) . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54 Tabel 3. 26. Pembelian Sembako per Responden (dalam Rp) . . . . . . . . . . . . . . . . 55 Tabel 3. 27. Pembelian Bensin per Responden (dalam Rp) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56

Tabel 3. 28. Pengeluaran Transport asi Umum per Responden (dalam Rp) 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Pet a Kot a Semarang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 Gambar 3. 1. Skema Penyaluran BLT kepada RTS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34 Gambar 3. 2. Rat a-Rat a Penghasilan Responden per Bulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53 Gambar 3. 3. Selisih Penghasilan dan Pengeluaran Responden per Bulan . . 54 Gambar 3. 4. Pembelian Minyak Tanah per Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 Gambar 3. 5. Pengeluaran unt uk Berobat per Responden . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58

BAB I. PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Sej ak krisis ekonomi t erj adi pada pert engahan 1997 hingga sekarang, beban anggaran pemerint ah semakin berat . Beban pemerint ah j uga menj adi semakin berat akibat kenaikan harga minyak dunia yang j auh dari asumsi pemerint ah. Pada APBN t ahun 2006, pemerint ah mengasumsikan harga minyak dunia sebesar 57 dolar AS per barel, t et api kenyat aannya harga minyak dunia mencapai 130 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak dunia t ersebut t ent u saj a berdampak pada meningkat nya anggaran belanj a pemerint ah t erut ama pada pos subsidi bahan bakar minyak (BBM).

Kondisi ini menyebabkan anggaran pendapat an dan belanj a pemerint ah t erus menerus def isit . Pada t ahun 2008 pemerint ah menarget kan dapat menekan def isit anggaran t ersebut menj adi nol ( zer o def i ci t ). Unt uk mencapai t arget t ersebut , pemerint ah harus melakukan peningkat an ef isiensi dan ef ekt if it as pengeluaran rut in. Salah sat u upaya yang dilakukan pemerint ah secara berkala adalah mengupayakan pengurangan at au penurunan subsidi BBM melalui peningkat an harga j ual BBM di dalam negeri. Kebij akan penurunan subsidi BBM yang konsekuensinya menaikkan harga BBM memang bukan kebij akan yang populer, t et api kebij akan t ersebut t idak bisa dihindarkan.

Bant uan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah sat u upaya pemerint ah unt uk mengurangi pengaruh kenaikan harga BBM t erhadap rumah t angga miskin. Kenaikkan harga BBM selalu menj adi perdebat an yang t idak pernah selesai karena dampaknya yang sangat luas, t idak hanya berdampak t erhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat , t et api j uga menj adi persoalan polit ik. Namun demikian, bukan mengabaikan Bant uan Langsung Tunai (BLT) merupakan salah sat u upaya pemerint ah unt uk mengurangi pengaruh kenaikan harga BBM t erhadap rumah t angga miskin. Kenaikkan harga BBM selalu menj adi perdebat an yang t idak pernah selesai karena dampaknya yang sangat luas, t idak hanya berdampak t erhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat , t et api j uga menj adi persoalan polit ik. Namun demikian, bukan mengabaikan

Sebagaimana diket ahui, pendat aan unt uk keperluan BLT t elah dilakukan pada t ahun 2005 oleh Badan Pusat St at ist ik (BPS). Pendat aan t ersebut memang dilakukan unt uk mendapat kan dat a rumah t angga miskin, yang nant inya akan diberikan BLT dengan adanya kenaikkan BBM pada t ahun 2005. Program BLT t ahun 2008 sebagai salah sat u solusi meminimalkan dampak kenaikan harga BBM dengan memberikan subsidi langsung bagi rakyat miskin, j uga didasarkan pada dat a BPS t ahun 2005. Dalam pandangan banyak pihak, dat a t ersebut t ent u saj a kurang menggambarkan kondisi saat ini yang sesungguhnya, karena selama t iga t ahun past i sudah banyak t erj adi perubahan dat a rakyat miskin.

Berbagai pandangan yang muncul di publik ant ara lain j uga menilai bahwa BLT merupakan program yang banyak ruginya dibanding manf aat . Bant uan Rp100. 000, 00 per bulan seolah t idak sebanding dengan kenaikan harga kebut uhan hidup sebagai akibat kenaikan harga BBM. Beberapa berit a yang muncul di media massa j uga memperlihat kan berbagai pot ret kehidupan masyarakat di sekit ar penyaluran BLT. Misalnya, penyaluran BLT di beberapa daerah diberit akan j ust ru mengakibat kan rakyat makin menderit a, t erj adi anarki karena ada masyarakat yang seharusnya berhak mendapat kan BLT t et api t idak mendapat kannya, ada j uga f ot o yang menggambarkan seorang nenek digendong karena t idak bisa j alan unt uk menerima BLT, at au ada j uga berit a t ent ang kepala desa yang menolak program BLT. Menyimak pemberit aan yang dilakukan di media massa mengenai BLT, t imbul berbagai pert anyaan seput ar BLT dan ef ekt ivit asnya, sert a apakah media massa benar-benar menyampaikan berit a secara apa adanya dan komprehensif .

Pada saat program BLT dilaksanakan pada t ahun 2005, Kant or Ment eri Koordinat or Bidang Kesej aht eraan Sosial mengungkapkan bahwa

ef ekt ivit as pemberian BLT di Jakart a sebagai kompensasi dari pemot ongan ef ekt ivit as pemberian BLT di Jakart a sebagai kompensasi dari pemot ongan

Berdasarkan lat ar belakang t ersebut diat as, maka Kant or Bank Indonesia Semarang memandang perlu dilakukan kaj ian mengenai

ef ekt ivit as program BLT di kot a Semarang, yang diharapkan dapat mempresent asikan pelaksanaan BLT di Jawa Tengah. Kaj ian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerint ah ( pusat dan daerah ) dan j uga Kant or Pusat Bank Indonesia, dalam memf ormulasikan kebij akan ekonomi ke depan.

1. 2. TUJUAN

Survei ini bert uj uan unt uk:

a. Mengident if ikasikan dan menganalisis persepsi masyarakat penerima BLT di kot a Semarang t erhadap ef ekt ivit as penyaluran BLT.

b. Mengident if ikasikan dan menganalisis persoalan di sekit ar penyaluran BLT di kot a Semarang.

c. Menganalisis berbagai alt ernat if kebij akan yang dapat diambil oleh pemerint ah dalam memperbaiki mekanisme penggant ian subsidi kepada masyarakat miskin sebagai akibat kenaikan harga BBM.

1. 3. MANFAAT

Survei ini bermanf aat unt uk memberikan gambaran kondisi akt ual yang ada di masyarakat , t erut ama masyarakat yang menerima BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Deskripsi dan analisis mengenai ef ekt if it as penyaluran BLT dan dampak ekonomisnya dalam peningkat an kesej aht eraan masyarakat akan dapat digunakan sebagai masukan unt uk pengambil keput usan mengenai bent uk subsidi yang seharusnya diberikan, sert a sist em dan mekanisme penyaluran subsidi secara lebih t epat .

1. 4. RUANG LINGKUP

Dengan memperhat ikan t uj uan survei t ersebut , maka ruang lingkup pekerj aan kaj ian meliput i:

a. Mengident if ikasi dan menganalisis persepsi masyarakat penerima BLT di kot a Semarang t erhadap ef ekt ivit as penyaluran BLT dan dampaknya bagi perbaikan kesej aht eraan masyarakat .

b. Mengident if ikasi dan menganalisis persoalan di sekit ar penyaluran BLT di kot a Semarang

c. Menganalisis berbagai alt ernat if kebij akan yang dapat diambil oleh pemerint ah dalam memperbaiki mekanisme penggant ian subsidi kepada masyarakat miskin sebagai akibat kenaikan harga BBM.

d. Melaporkan dan mendiskusikan pelaksanaan pekerj aan dengan Bank Indonesia.

e. Menyusun dan menyampaikan hasil survei kepada Bank Indonesia t epat wakt u.

Penelit ian ini akan dilakukan di wilayah Kot a Semarang yang t erdiri dari 16 Kecamat an, meliput i 177 kelurahan masyarakat kot a Semarang.

Gambar 1. 1. Pet a Kota Semarang

BAB 2. METODE PENELITIAN

2. 1. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelit ian ini adalah masyarakat penerima BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT

2. 2. POPULASI

Populasi dalam survei ini adalah seluruh masyarakat penerima BLT yang t ersebar di 17 kecamat an di Kot a Semarang, dengan rincian dat a sebagai berikut .

Tabel 2. 1. Jumlah Rumah Tangga Penerima Bant uan Langsung Tunai Kot a Semarang

JUMLAH

NO KECAMATAN

1 GAYAM SARI

1329 2599 5 GUNUNG PATI

65 735 3504 10 GAJAH MUNGKUR

20 329 1914 11 SEMARANG TENGAH

99 781 2848 12 SEMARANG UTARA

1831 6073 13 SEMARANG BARAT

1551 5847 15 SEMARANG SELATAN

925 3154 16 SEMARANG TIMUR

17. 046 62. 860 Sumber : Sist em Inf ormasi Geograf is Kemiskinan Indonesia, 2005. Ket erangan : SM : Sangat Miskin, M: Miskin, HM: Hampir Miskin

2. 3. METODE PENGUMPULAN DATA

2. 3. 1. Jenis dan Met ode Pengumpulan Dat a

Dat a yang digunakan dalam survei ini adalah:

a. Dat a primer, yait u melalui wawancara mendalam dan mengedarkan kuesioner kepada masyarakat kot a Semarang.

b. Dat a sekunder, yait u dokumen dan dat a yang t erkait dengan kaj ian ini.

2. 3. 2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara pr opor si onal r andom sampl i ng t erhadap populasi Rumah Tangga Sasaran (RTS) BLT dan aparat yang t erkait dengan penyaluran BLT. Kecamat an yang dipilih dalam sampel dit et apkan berdasarkan 10 kecamat an yang menerima BLT t erbanyak.

Jumlah sampel yang diambil diharapkan sebanyak 150 sampel. Sampel dibedakan menj adi 2 dengan proporsi masing-masing sebagai berikut :

a. Penerima BLT: 120 orang dengan rincian sebagai berikut .

Tabel 2. 2. Proporsi Sampel

NO KECAMATAN/ KELURAHAN/ DESA

1 SEMARANG BARAT

2 SEMARANG UTARA

4 GUNUNG PATI

7 SEMARANG TIMUR

9 GAYAM SARI

10 BANYUMANIK

9 Jumlah

c. Aparat t ingkat Kelurahan, 10 orang Lurah akan dilakukan wawancara mendalam ( i ndept h i nt er vi ew)

d. 2 orang pakar akan dilakukan wawancara mendalam ( i ndept h

i nt er vi ew). Pakar yang dipilih dalam wawancara mendalam adalah Bapak Ngargono, Ket ua LP2K, sebagai represent asi dari LSM yang memiliki f okus pada perlindungan konsumen/ masyarakat dan Bagian Bant uan Sosial Sekret ariat Daerah Kot a Semarang, sebagai represent asi pemerint ah.

2. 3. 3. Kuesioner

St ukt ur dan sist emat ika kuesioner berisi beberapa pert anyaan yang bersif at kualit at if berupa penilaian dan harapan responden mengenai pelaksanaan dan manf aat BLT. Kuesioner lengkap t erlampir dalam lampiran 2.

Pengambilan dat a dilakukan dengan menggunakan inst rumen kuesioner. Inst rumen kuesioner t ersebut dibagikan oleh pet ugas lapangan yang didampingi oleh aparat pemerint ah set empat unt uk diisi oleh masing- masing responden yang memenuhi persyarat an dalam survei ini.

2. 4. Met ode Pengolahan Dat a

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskript if . Melalui analisis ini dat a yang dikumpulkan dikrit isi dan dist rukt urkan alur pembahasannya sehingga menghasilkan suat u analisis yang lebih sist emat is dan komprehensif .

2. 5. Jadwal Penelit ian

Penelit ian ini merupakan r api d sur vey yang dilaksanakan dalam wakt u kurang lebih 3 minggu. Ada pun j adwal penelit ian yang dilakukan adalah sebagai berikut .

NO KETERANGAN

BULAN JUNI

1 Pr oposal 2 Rekr ut ment Enumerat or 3 Training Enumer at or 4 Pengumpul an Dat a 5 Indept h Int erview 6 Tr anskrip Indept h 7 Tabul asi 8 Analisi s Dat a 9 Draf t Lapor an Akhir 10 Review 11 Final Repor t

2. 6. Tim Penelit i

Penelit i Pusat Pengkaj ian dan Pengembangan Manaj emen (P3M) yang t erlibat dalam penelit ian ini berj umlah 4 orang, t erdiri dari Dr. A. Ika Rahut ami, MSi, Widuri Kurniasari, SE, MSi, Drs. Y. Sugihart o, MM dan Meniek Srining Prapt i, SE, MSi. Pengumpulan dat a di lapangan t im penelit i dibant u oleh 8 orang surveyor.

BAB 3. TEMUAN

Pemberian BLT diket ahui oleh 89, 08 persen responden RTS BLT merupakan bent uk kompensasi dari kenaikan harga BBM. Penget ahuan ini merupakan awal yang baik dari suat u persepsi, karena sej ak awal BLT dimaksudkan unt uk menaikkan daya beli masyarakat yang t urun akibat kenaikan harga BBM. Penget ahuan mengenai kompensasi BBM ini saj a t idak cukup. Sepert i t ermuat dalam banyak pemberit aan, pencairan dana BLT masih t et ap saj a menimbulkan pro dan kont ra, sert a keluhan-keluhan masyarakat dan aparat . Pro dan kont ra lebih menyorot i f ungsi BLT yang dipandang t idak mendidik, dan seharusnya diberikan dalam alt ernat if lain. Keluhan-keluhan yang muncul dalam berbagai media melihat masalah ket idakt epat an sasaran RTS BLT, dan proses pencairan yang dipandang kurang opt imal.

Survei ini menganalisis t emuan dari dua sisi, yait u dari sisi masyarakat penerima BLT dan sisi aparat yang t erlibat dalam proses pencairan BLT 2008. Temuan ini j uga akan dikomparasi dengan perundangan dan prosedur t erkait , agar diperoleh hasil yang obyekt if dan komprehensif .

3. 1. KEBIJAKAN BANTUAN TUNAI LANGSUNG

Bant uan Langsung Tunai (BLT) t ahun 2008 diberikan berdasarkan Inst ruksi Presiden No 3 t ahun 2008 kepada Rumah Tangga Sasaran (RTS). Yang dimaksud dengan RTS adalah rumah t angga yang masuk dalam kat egori sangat miskin, miskin dan hampir miskin.

BLT diberikan dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM (Depart emen Sosial, 2008) dengan t uj uan sebagai berikut .

a. Membant u masyarakat miskin agar t et ap dapat memenuhi kebut uhan dasarnya a. Membant u masyarakat miskin agar t et ap dapat memenuhi kebut uhan dasarnya

c. Meningkat kan t anggung j awab sosial bersama. BLT diberikan dengan pert imbangan bahwa masyarakat miskin merupakan masyarakat yang paling rent an, dan akan t erkena dampak sosial yang paling besar. Kenaikan harga BBM akan menyebab t araf kesej aht eraannya semakin menurun at au menj adi semakin miskin. Menyikapi hal ini pemerint ah merasa perlu unt uk memberikan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dalam bent uk program kompensasi ( compensat or y pr ogr am) yang sif at nya khusus (cr ash pr ogr am) at au program j aring pengaman sosial ( soci al saf et y net ).

Pada dasarnya BLT merupakan bagian dari skema ut uh pemerint ah dalam program pengent asan kemiskinan. Skema it u dapat dibagi dalam bent uk Bant uan Perlindungan Sosial Rumah Tangga Miskin, pemberdayaan masyarakat dan Penguat an Usaha Mikro dan Kecil (UMK).

Bant uan Perlindungan Sosial Rumah Tangga Miskin t erdiri dari (i) Bant uan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan kepada 19, 1 j ut a RTS, (ii) Program Keluarga harapan (PKH), (iii) Beras unt uk Keluarga Miskin (Raskin) senilai Rp 4, 2 t riliun, (iv) Bant uan Operasional Sekolah (BOS), (v) Jaminan Kesehat an Masyarakat (Jamkesmas), dan (vi) Bant uan Sosial Korban Bencana, Penyandang cacat dan Lansia. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sedangkan Penguat an UMK dilakukan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bawah Rp 5 j ut a, t anpa agunan.

Pada t ahun 2008, pemerint ah melanj ut kan skema program PKPS BBM dari bulan Juni sampai dengan Desember 2008 dalam bent uk BLT t anpa syarat kepada RTS ( uncondi t i onal cash t r anf er ) sebesar Rp 100. 000, 00 per bulan selama 7 bulan, dengan rincian diberikan Rp 300. 000, 00/ 3 bulan (Juni-Agust us) dan Rp 400. 000, 00/ 4 bulan (Sept ember- Desember) (Depart emen Sosial, 2008)

Pemberian BLT kepada RTS sebagaimana dimaksud dalam Inst ruksi Presiden ini akan berakhir pada 31 Desember 2008. Pelaksana Inpres Nomor

3 Tahun 2008 adalah sebagai berikut .

a. Menko Polhukam

b. Menko Perekonomian

c. Menko Kesra

d. Ment eri Keuangan

e. MenPPN/ Ka. Bappenas

f. Ment eri Sosial

g. Ment eri Dalam Negeri

h. Menkominf o

i. Meneg BUMN j. Jaksa Agung k. Panglima TNI l. Kapolri

m. Kepala BPS n. Kepala BPKP o. Gubernur p. Bupat i/ Walikot a

Pada t ahap awal, BPS memiliki peran besar karena harus menyediakan dat a RTS BLT 2008 bersama Pemerint ah Kabupat en/ Kot al. Dat a dasar yang digunakan adalah dat a basis RTS BLT 2005/ 2006 (keadaan

31 Mei 2006) sebanyak 19. 100. 905 RTS. Pemut akhiran dat a melalui verif ikasi pada 1. 023 kecamat an di 97 kabupat en/ kot a di 15 provinsi wilayah uj icoba Program Keluarga Harapan (PKH) (keadaan 31 Desember 2007). Kot a Semarang j uga t elah melakukan verif ikasi dat a, dan akan t erselesaikan pada semua kecamat an sekit ar Sept ember 2008.

Kot a Semarang menj adi daerah yang pert ama kali mendapat kan BLT Jawa Tengah 2008. Mengacu dat a BPS Jawa Tengah t ahun 2006, j umlah penerima BLT di Semarang adalah 82. 665 kepala keluarga (KK) dari t ot al

Dokumen yang terkait

ANALISIS OVEREDUCATION TERHADAP PENGHASILAN TENAGA KERJA DI INDONESIA BERDASARKAN SURVEI ANGKATAN KERJA NASIONAL 2007

6 234 19

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA BRONKITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PARU BATU

22 163 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1