Menciptakan Masyarakat Berakhlaq di Dala

Abstrak
Makalah ini membahas tentang bagimana cara menciptakan masyarakat
berakhlaq di dalam era globalisasi. Makalah ini terbagi dalam beberapa subbab,
yaitu Apa definisi dari ahlak? peran akhlak dalam pembentukan masyarakat yang
bertaqwa, dampak globalisasi terhadap ahlak masyarakat, cara menciptakan
masyarakat berakhlak

dalam era globalisai, penerapan akhlak dan tantangan

akhlak dalam kehidupan, dan upaya peningkatan kualitas akhlak . dimana dampak
globalisasi saat ini sangat memengaruhi akha baik dalam masyarakat sehingga
penerapan akhlak dalam kehidupan sangat. Oleh karena itu, diperlukan suatu
upaya menjaga diri kita dalam terbentuknya kita sebagai manusia yang taqwa.

Kata kunci: definisi dari ahlak, peran akhlak dalam pembentukan
masyarakat

yang

bertaqwa,


dampak

globalisasi

terhadap

ahlak

masyarakat, cara menciptakan masyarakat berakhlak dalam era globalisai,
penerapan akhlak dan tantangan akhlak dalam kehidupan, upaya
peningkatan kualitas akhlak

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, perilaku seorang muslim sangat rentan


untuk terpengaruh dampak negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
sehingga kita sering melihat liberasi nilai yang terjadi di kalangan umat Islam.
Peristiwa seperti ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman tentang Islam, juga lingkungan yang tidak kondusif untuk mendidik
seseorang tentang agamanya. Sehingga kesadaran beragama nyaris tak pernah
muncul secara nyata dalam keseharian dan kehidupan sosial kita, sehingga akhlak
masyarakat berkurang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri
seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan
seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci
karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak merupakan batu pondasi suatu kaum. Akhlak yang baik dan mulia
akan mengantarkan masyarakat menjadi masyarakat madani. Atas dasar itulah
kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah SWT, tidak
tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah SAW sebagai
idola, karena sesungguhnya pada diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan yang
baik bagi kita.
1.2


Tujuan
1. Pelaksanaan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dapat melaksanakan akhlak-akhlak yang terpuji.
3. Mengetahui dan dapat menjaga diri dari tantangan-tantangan akhlak.
4. Dapat menerapkan upaya-upaya peningkatan akhlak.
5. Mengetahui bagaimana cara menciptakan ahlak di era globalisasi dalam
masyarakat.

2

1.3

Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ahlak?
2. Apa peran akhlak dalam pembentukan masyarakat yang bertaqwa?
3. Apa dampak globalisasi terhadap ahlak masyarakat?
4. Bagaimana cara menciptakan masyarakat berakhlak dalam era globalisai?
5. Apa saja penerapan akhlak dan tantangan akhlak dalam kehidupan?
6. Apa saja upaya peningkatan kualitas akhlak?


3

BAB II
ISI
2.1

Definisi Akhlak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Akhlak secara terminologi berarti

tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik. Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu
Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan
baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Akhlak merupakan bentuk
jama’ dari kata khuluqun, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah
laku, budi pekerti atau tabiat. Dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 :
(‫عظيمم لخل لمق ل عععلىى عوإإن ن ععك‬
‫( ع‬٤
Artinya : Dan sesungguhnya kamu ( ya Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti
yang agung.

Kata akhlak mengandung segi-segi persesuaian dengan khalqun atau ciptaan.
Serta erat hubungannya dengan khalik dan makhluk.
Dari pengetian-pengertian diatas akhlak digambarkan secara substansial ,
sifat hati bisa baik dan juga bisa buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika, sifat
hatinya baik, maka yang akan muncul adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah)
dan sebaliknya jika sifat hatinya buruk maka yang keluar dalam perilaku adalah
akhlak yang buruk (akhlakul madzmumah).
2.2

Peran Akhlak Dalam Masyarakat
Makarimul akhlak (kepribadian yang mulia) merupakan sifat para nabi,

orang shiddiq dan shalih. Sedangkan akhlak yang buruk adalah racun yang
membawa pemiliknya ke jalan syaitan dan penyakit yang menghancurkan
kebahagian umat manusia. Oleh karena itu Allah Ta’ala mengutus Rasulullah
shallallahu’alaihi wassalam untuk menyempurnakan akhlak yang luhur yang
dimiliki umat manusia. Beliau membawa akhlak yang agung bersumber dari

4


wahyu Ilahi untuk menjadi teladan bagi orang yang beriman. Sesuai dengan surat
al-qalam yang tertera di atas. Dan juga Sabda Rasulullah shallallahu’alaihi
wassalam:
“Aku hanya diutus untuk menyempurnakan kemulian akhlak.“
Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari
Makarimul akhlak (akhlak yang mulia) jika menjadi sifat seseorang
bermakna satu ungkapan yang mencakup sifat dan perbuatan luhur (terpuji) yang
tampak dalam budi pekerti dan pergaulannya. Akhlak yang mulia ini adalah
tonggak keutuhan dan kejayaan satu umat, sebagaimana disampaikan oleh seorang
penyair yang bernama Ahmad Syauqiy dalam pernyataannya:
Umat itu tergantung akhlak yang tersisa padanya, jika akhlak tersebut lenyap
maka lenyaplah mereka
Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu
masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah Ta’ala
dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia maka tidak
diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen dengan
manhaj agamanya.
Kedudukan akhlak yang tinggi ini telah dijelaskan Allah dalam ayat-ayat-Nya
agar manusia dapat istiqamah di atas akhlak mulia tersebut. Allah berfirman:
“....Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya

mereka bertaqwa.“ (QS. Al Baqarah:187).

“Dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian
ancaman, agar mereka bertaqwa.” (QS. Thaha:113)
Demikian juga firman-Nya:

5

“(Ialah) al-Qur’an dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di
dalamnya) supaya mereka bertaqwa.“ (QS. Az Zumaar :28)
Oleh karena itulah para Rasul senantiasa mengajak kaumnya untuk
mewujudkan akhlak yang mulia .
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan dan urgensi sangat penting dalam
membangun masyarakat islam Adapun beberapa peranan akhlak yaitu:


Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.




Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul



Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.

2.3

Dampak Globalisasi Terhadap Masyarakat Muslim
Hidup untuk dizaman sekarang ini, disadari atau tidak pasti akan tersentuh

oleh modernisasi dan era globalisasi. Dimana suatu Zaman yang sesungguhnya
biasa-biasa saja seakan-akan menjadi sesuatu yang langka, hebat, luar biasa dan
mengagumkan serta menjanjikan dan penuh harapan, terutama oleh orang-orang
Barat yang non Islam. seiring dengan itu, marilah kita umat Islam secara bersamasama ikut ambil bagian dengan secara aktif, terutama dalam pembangunan mental
spiritual, agar umat Islam tidak sekedar maju dalam segi fisik saja, namun juga
kokoh mentalnya, tidak mudah terjebak dalam pemikiran yang merusak
Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia telah
diruntuhkan eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat pengaruh globalisasi.
Roh dan kemuliaan manusia telah diremehkan begitu rendah. Manusia adalah

mesin yang dikendalikan oleh kepentingan financial untuk menuruti arus hidup
yang materialistis dan sekuler. Martabat manusia berangsur-angsur telah
dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah direndahkan. Globalisasi adalah
merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan oleh Negara-negara Barat
Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring kita pada kehancuran
peradaban.
Sebagaimana telah kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara
langsung maupun melalui media cetak dan elektronik, mulai dari prilaku, gaya
hidup, norma pergaulan dan tete kehidupan yang dipraktekkan, dipertontonkan
dan dicontohkan oleh orang-orang Barat akhir-akhir ini semakin menjurus pada

6

kemaksiatan. Apa yang mereka suguhkan sangat berpengaruh terhadap pola piker
umat Islam. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang secara perlahan-lahan
menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah, berbalik
menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan.
Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia khususnya umat
Islam yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada, namun
ada tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.

Saat ini, tak sedikit dari umat Islam yang lemah iman, karena telah salah
kaprah dalam menyikapi isu globalisasi. Mereka seakan-akan kedatangan tamu
istimewa, tamu pujaan hati yang telah lama diagung-agungkan. Sehingga dalam
bayangan mereka, globalisasi adalah segala-galanya dan merupakan puncak dari
modernisasi. Padahal ia sesungguhnya adalah tipu daya dari bangsa Barat belaka
yang sengaja menjerat dan akan menjerumuskan umat Islam. Sesungguhnya
globalisasi tidak jauh beda dengan imprialisme. Penyebaran globalisasi hampir
selalu sejalan dengan penyebaran Neoliberalisme. Globalisasi bagi umat Islam
tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting Dari
semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju
tatanan duniabaru yang lebih majudan beradab. Bagi kita semua, ada atau
tidaknya istilah globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam
sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh segenap umat
manusia, diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sebagai umat Islam hendaknya nilai moderen jangan kita ukur dari
moderennya pakaiannya, perhiasan dan penampilan, namun moderen bagi umat
Islam adalah moderen dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu
pengetahuan, teknologi, ekonomi, social budaya, politik dan keamanan yang
dijiwai akhlakul karimah, dan disertai terwujudnya masyarakat yang adil,

makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.

7

2.4

Cara Menciptakan Masyarakat Berakhlak Mulia Dalam Era
Globalisai
Dalam era globalisasi sekarang ini, perilaku seorang muslim sangat rentan

untuk terpengaruh dampak negatif yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
sehingga kita sering melihat liberasi nilai yang terjadi di kalangan umat Islam.
Peristiwa seperti ini bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman tentang Islam, juga lingkungan yang tidak kondusif untuk mendidik
seseorang tentang agamanya. Sehingga kesadaran beragama nyaris tak pernah
muncul secara nyata dalam keseharian dan kehidupan sosial kita. Padahal peranan
agama dalam pengendalian sosial tidak diragukan lagi. Orang yang memahami
dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik maka manusia tersebut akan
menjadi manusia sejati yang berakhlak mulia. Oleh karena itu diperlukan suatu
upaya untuk meningkatkan akhlak manusia, agarnantinya dapat membentuk suatu
masyarakat yang berakhlak walaupun didalam derasnya modernisasi dan
globalisasi
Dalam upaya meningkatkan akhlak, H. Abdullah Firdaus bersama rekanrekannya membahas upaya untuk meningkatkan akhlak dalam sebuah jurnal yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Akhlak dan Kepribadian melalui Pemahaman dan
Pendidikan Agama”. Dalam jurnalnya disebutkan bahwa upaya yang penting
dalam meningkatkan akhlak adalah dengan menanamkan nilai-nilai Islam sejak
usia dini, sehingga mudah membangun dan membentuk karakter kepribadian
seseorang. Selain itu juga diperlukan penyuluhan dan pendidikan agama, serta
mengimplementasikan nilai-nilai Islam dengan memberikan contoh dari realitas
yang ada.
Ibnu Maskawaih menyebutkan beberapa metode untuk mencapai akhlak yang
baik, antara lain:
A. Adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk berlatih terus menerus dan
menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya
sesuai dengan keutamaan jiwa. Latihan ini terutama diarahkan agar manusia
tidak memperturutkan kemauan jiwa alsyahwaniyyat, yang sangat terkait
dengan alat tubuh. Maka wujud latihan dalam menahan diri dapat dilakukan
antara lain dengan melakukan puasa, mengerjakan shalat dengan khusyu’, dan

8

mengerjakan perbuatan yang baik yang didalamnya ada unsur melelahkan.
B.

Menjadikan pengetahuan dan pengalaman orang lain sebagai cermin bagi

dirinya.
C. Interospeksi atau mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran
seseorang untuk berusaha mencari cacat /aib diri sendiri.
D. Melawan penyebab akhlak yang buruk dengan ilmu dan amal.
Di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin diceritakan bahwa akhlak Rasulullah adalah alQur’an. Oleh sebab itu salah satu upaya yang juga sangat penting dalam
meningkatkan

kualitas

akhlak

adalah

dengan

mempelajari

al-Qur’an,

memahami, dan mengamalkannya. Al-Qur’an adalah sumber ajaran agama
Islam yang paling pokok, di dalamnya terdapat berbagai peraturan dan petunjuk
bagi orang muslim dalam bertindak. Oleh karena itu, mempelajari al-Qur’an
adalah hal yang sangat dianjurkan dalam upaya meningkatkan akhlak.
Peningkatan kualitas akhlak sangat diperlukan, maka kita sudah
seharusnya berupaya untuk meningkatkan akhlak dengan memulainya dari diri
kita sendiri. Kita dapat mencoba beberapa langkah di atas untuk meningkatkan
akhlak kita. Kita juga bisa memulainya dengan menghilangkan atau menghindari
kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam
Agar dapat bertahan dari pengaruh buruk globalisasi ini kita harus dapat
menyaring hal yang baik dan hal yang buruk serta memperbaharui akhlakul
karimah (akhlak baik) kita. Adapun cara atau metode untuk menciptakan dan
meningkatkan kualitas akhlak baik, adalah sebagai berikut:
Metode Uswah (Teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung
nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani
adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab
ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik
bagimu.” Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku
Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT. Aplikasi metode
teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati

9

orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang
sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan
lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi
dalam bidang tugasnya.
Metode Ta’widiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ;
sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan
nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang
tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan
sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan
tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat” Dalam ilmu
jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk
oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar
tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang
baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan
tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur
tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan
Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali
sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik
adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak
didik.
Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni membiasakan diri dalam hidup
sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan hal-hal bermanfaat sesuai dengan
ketentuan

syari’at,

aturan-aturan

negara,

dan

norma-norma

kehidupan

bermasyarakat. Disamping itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang
syara’ dan aturan-aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat dilakukan

10

oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang sikap dan
perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma masyarakat, hidup
tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan
bebas dari permusuhan.
Metode Pengembangan Diri
Metode yang bercorak psiko-edukatif ini didasari oleh kesadaran atas
kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian melahirkan keinginan untuk
meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus menghilangkan sifat-sifat buruk.
Dalam pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti
pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya meneladani perbuatan dari
pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup seperti ini
secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat terpuji
yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat. Metode
ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya saja dilakukan secara lebih
sadar, lebih disiplin dan intensif serta lebih personal sifatnya daripada metode
pertama.
Metode spiritual
Metode ini bercorak spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan
kualitas pribadi mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini
menurut Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan alriyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk menghilangkan
segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid, maksiat). Al-Riyaadhah adalah
latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan selalu berusaha meningkatkan
kualitas ibadah.
Dan masih ada beberapa metode lainnya, namun yang paling penting
adalah dengan kesadaran kita untuk menauladani sifat-sifat rosullullah SAW. Serta
menaati perintah Alloh SWT dan menjauhi larangannya. Jika masing masing
orang sudah seperti itu Insya Allah kita akan menjadi manusia yang berakhlaq
walaupun dalam derasnya modernisasi dan globalisasi.

11

2.5

Penerapan Akhlak Dan Tantangan Akhlak Dalam Kehidupan
2.5.1

Penerapan Akhlaq
Akhlaq mulia merupakan cita-cita yang diharapkan terwujud di

setiap pribadi manusia yang akan senantiasa dinantikan sebagai penghias
karakter seluruh generasi di segenap masa. Berikut akan dijelaskan
beberapa penerapan akhlaq mulia :
1. Akhlaq kepada Khalik (Pencipta)
Salah satu perilaku atau tindakan yang mendasari akhlak kepada
Pencipta adalah Taubat. Selain itu, kita juga harus beriman kepada Allah
SWT semata, menyembah, beribadah, dan berdoa hanya kepada Allah
SWT, mencintai, bersyukur, berdzikir, tawakal, dan takwa kepada Allah
SWT, dan sebagainya.
2. Akhlaq kepada Sesama
Akhlaq terhadap sesama dibedakan menjadi dua macam :
a. Akhlaq kepada sesama muslim
Penerapan akhlaq kepada sesama muslim misalnya ketika kita
ingin di hargai oleh orang lain, maka kewajiban kita juga harus
menghargai orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi
yang lebih muda, menyantuni yang fakir, menjaga lisan dalam perkataan
agar tidak membuat orang lain disekitar kita merasa tersinggung, dan
sebagainya.
b. Akhlaq kepada sesama nonmuslim
Akhlaq antara sesama nonmuslim diajarkan dalam agama karena
mereka (nonmuslim) juga merupakan makhluk. Berbicara masalah
keyakinan adalah persoalan nurani yang mempunyai asasi kemerdekaan
yang tidak bisa dicampuradukkan hak asasi kita dengan hak merdeka
orang lain, apalagi masalah keyakinan, yang terpenting adalah kita lebih
jauh memaknai kehidupan sosial karena dalam kehidupan ada namanya
etika sosial. Masalah etika sosial tidak terlepas dari karakter kita dalam

12

pergaulan hidup. Contohnya bagaimana kita menghargai apa yang menjadi
keyakinan mereka, menghargai ketika mereka melakukan upacara
keagamaan, walaupun mereka hidup dalam minoritas, memberi bantuan
bila mereka terkena musibah, dan sebagainya.
3. Akhlaq kepada Diri Sendiri
Untuk mempertahankan kehormatan, harga diri, dan meningkatkan
harkat dan martabat dalam hidup ini, kita memerlukan akhlaq terhadap diri
sendiri, antara lain:
a. Menjaga kehormatan dan harga diri, membersihkan diri lahir dan
batin.
b. Memiliki dan memupuk sifat-sifat terpuji.
c. Taat menjalankan ajaran agama.
d. Menjaga lisan, mata, telinga, dan tangan dari perbuatan tercela.
e. Mencari rezeki yang halal.
f. Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, beramal
shaleh, meningkatkan iman dan takwa.
4. Akhlaq kepada Keluarga
Berikut akan diberikan beberapa contoh penerapan akhlaq mulia
kepada keluarga :
a. Kepada orangtua : berbakti, menghormati, menyayangi dan
mendoakan keduanya, tidak berkata kasar, tidak menyakiti hati dan fisik
mereka, apabila mereka sudah sepuh, keduanya disantuni dan diberi
nafkah.
b. Kepada istri atau suami : menjaga kedamaian, ketenangan, saling
menghormati, saling menyayangi, bersikap jujur dan terbuka, tidak
selingkuh dan saling curiga, dan sebagainya.
c. Kepada tetangga dan masyarakat : saling membantu, tenggang rasa,
gortong royong, saling menghormati, saling meminta dan memberi, dan
sebagainya.
d. Hormat dan memuliakan guru dan dosen, dan sebagainya.

13

5. Akhlaq kepada Lingkungan (Alam Semesta)
Hendaknya setiap manusia melakukan hal-hal berikut:
a.

Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam semesta serta

bersyukur kepada Allah SWT.
b.

Memanfaatkan alam semesta dengan sebesar-besarnya bagi

kemakmuran hidup manusia.
c.

Menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan flora dan fauna

serta alam semesta ini untuk kepentingan manusia.
d.

Tidak berlaku dzalim, aniaya, atau mengeksploitasi secara semena-

mena, seperti penebangan hutan secara liar, penggalian tambang tanpa
mempedulikan lingkungan, membuat polusi, dan sebagainya.
2.5.2

Tantangan Akhlak
Allah SWT SWT menciptakan manusia dengan tujuan utama

penciptaannya adalah untuk beribadah. Ibadah secara umum yaitu
melaksanakan segala perintahnya dan manjauhkan segala larangannya
dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Manusia diperintahkanNya

untuk menjaga dan memlihara semua yang ada untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup. Namun sebagai manusia kadang kita lupa tugas kita
berada di dunia itu apa sehingga kebanyakan tidak bisa mengontrol
akhlaknya sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern,
tantangan akhlak juga semakin banyak, tak sedikit manusia menjadi lupa
diri dan berada diluar garis batas ajaran agama. Sehingga kita butuh aqidah
yang kokoh dan akhlak yang terpuji untuk mengahadapi tantangan
tersebut. Seperti kita tahu tantangan yang sering kita hadapi namun jarang
kita sadari yaitu Kemajuan teknologi yang semakin mutakhir, gaya hidup,
dan orientasi hidup yang materialistis.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami

oleh

manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap
hidup dan perilakunya, baik sebagai manusia beragama maupun sebagai

14

makhluk individual dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya
terhadap kehidupan manusia atas kemajuan itu ditandai dengan adanya
kecenderungan

menganggap

bahwa

satu-satunya

yang

dapat

membahagiakan hidup adalah material. Sehingga manusia terlampau
mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya
berfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Nilai nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran
agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran, yang semuanya
berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai
Hamba Allah SWT dan anggota masyarakat.
Gaya hidup-pun menjadi tantangan agar lebih dapat mengontrol
diri. Gaya hidup yang dimaksud disini adalah gaya hidup hedonis atau
foya-foya, dan kebarat-baratan. Seperti kita tahu selain tidak baik, Allah
SWT sangat membenci segala sesuatu yang berlebihan. Gaya hidup ini
cenderung hanya mementingkan kesenangan semata, menghamburhamburkan materi dalam jumlah banyak secara sia-sia karena sebenarnya
tidak ada keuntungan yang bisa didapat dari itu melainkan hanya
kesenangan sesaat. Padahal kalau kita memiliki aqidah yang kokoh dan
akhlak yang terpuji, tidak seharusnya kita berlaku seperti itu melainkan
lebih memilih untuk berbagi terhadap sesama karena akan lebih terasa
manfaatnya.
Orientasi hidup yang hanya mengejar nilai-nilai material saja tidak
bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagiaan, bahkan hal ini juga
dapat menimbulkan bencana yang hebat ketika hidup hanya berorientasi
pada sesuatu yang merial (metrialistis) sehingga ada persaingan hidup
yang tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan agama lagi untuk
mengendalikan semua perbuatannya, karena mereka menganggap agama
tidak lagi dapat memecahkan persoalan hidup.
Disinilah kita akan tahu betapa pentingnya peranan aqidah dan
akhlak dalam kehidupan modern seperti sekarang. Aqidah dan akhlak akan
menjadi benteng yang sangat kuat dalam menghadapi segala dampak
negatif kehidupan modern. Aqidah dapat menyelamatkan diri kita dari

15

segala bentuk dosa kecil yang jarang kita sadari, aqidah juga dapat
membuat kita selalu berbuat baik terhadap pencipta dan sesama.
Disamping aqidah yang kuat, akhlak yang terpuji akan menyelamatkan
manusia dari segala macam perbuatan dan tindakan yang bisa
menjerumuskan manusia dalam kesesatan.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup didunia harus
memiliki aqidah dan akhlak sehingga kita tidak tersesat dan apa-apa yang
kita lakukan tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
2.6

Upaya Peningkatan Kualitas Akhlak
2.6.1

Penjagaan Diri

Alasan harus menjaga diri
1. Upaya penjagaan seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah
upaya melindunginya dari siksa Allah SWT ta’ala dan neraka-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim :
6)
2. Jika ia tidak menjaga diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan
dan moment-moment kebaikan.
3. Hisab kelak bersifat individual
“Dan setiap mereka datang kepada Allah SWT pada hari kiamat dengan
sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95)
4. Penjagaan diri lebih mampu mengadakan perubahan
Seseorang lebih tau akan dirinya sendiri, maka upaya penjagaan diri
merupakan hal yang bagus dan sekaligus menimbulkan perubahan pada
diri seseorang tersebut.
Cara-cara penjagaan diri
1. Musahabah diri
Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan
keburukan yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang

16

ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah
ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)
2. Taubat dari segala dosa
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Seseorang dapat menjaga dirinya dengan mencari ilmu agama.
Dengan ilmu agama ia akan tahu perbuatan apa saja yang seharusnya ia
lakukan dan yang seharusnya tidak ia lakukan sebagai seorang muslim.
4. Mengerjakan amalan-amalan iman
Antara lain :
a. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
b. Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
c. Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir
Dengan mengerjakan amalan-amalan iman insya Allah SWT
seseorang dapat mengingat Allah SWT dalam hari-harinya sehingga ia
akan menjaga perbuatannya.
5. Bergaul dengan orang-orang shaleh
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pribadi seseorang. Maka
untuk menjaga akhlak, kita harus bergaul dengan orang-orang shaleh.
Tidak hanya kita yang terjaga tetapi kita juga dapat saling mengingatkan
satu sama lainnnya.
6. Berdoa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh
Dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Allah SWT, insya
Allah SWT kita dapat terhindar dari perbuatan yang tidak bermanfaat.

2.6.2

Penjagaan Sesama Muslim
Dalam meningkatkan kualitas akhlak kita bisa melakukan

penjagaan sesama muslim, karena dengan menjaga sesama muslim, kita

17

dapat meningkatkan kesadaran akan akhlak di lingkungan kita. Salah satu
cara dari penjagaan muslim adalah dengan cara dakwah.
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada

Allah SWTsesuai

dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan
masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan,
seruan atau ajakan.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata
"Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau addakwah al-Islamiyah.
Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam
Al-Quran yang memiliki banyak arti, antra lain :


Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf : 108)



Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55)



Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33)
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan
untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti,
menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau
pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i"
sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim
yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".
Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara
terminologis dengan definisi yang variatif seperti :

1.

Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah SWT adalah dakwah untuk

beriman kepada Allah SWT dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad SAW,
yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam (Lihat Al Fatawa
al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh)
2.

Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat

dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain (Tadzkiroh ad-Du’at
hal:35,th.1379H, Daarul Qalam).

18

3.

Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi

yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al Islamiyah Fi
'Ahdiha al-Makky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32)
4.

Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk

mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang agamanya dan
tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-Dakwah ila al-Islam,
hal:8

Maktabah

Darul

Arubah

Mesir).

Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap
dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada
umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam
pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana
tertentu, untuk tujuan tertentu".
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.

19

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas mengenai menciptakan

masyarakat berakhlak di era globalisasi, dapat diambil beberapa kesimpulan
bahwa :
1. Akhlak digambarkan secara substansial , sifat hati bisa baik dan juga bisa
buruk yang tercermin dalam perilaku. Jika, sifat hatinya baik, maka yang akan
muncul adalah akhlak yang baik (akhlakul karimah) dan sebaliknya jika sifat
hatinya buruk maka yang keluar dalam perilaku adalah akhlak yang buruk
(akhlakul madzmumah).
2. Sebagai manusia kita harus memahami dan menerapkan beberapa akhlak,
yakni Akhlak kepada pencipta, kepada sesama baik muslim maupun
nonmuslim, diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
3. Zaman yang semakin modern membuat manusia menjadi lupa diri dan
sering berada diluar garis batas ajaran agamanya. Itulah dampak globalisasi,
yang membuat masyarakat lupa dengan Allah SWT yang menciptakan
mereka.
4. Manusia yang hidup didunia harus memiliki aqidah dan akhlak yang
kokoh sebagai benteng sehingga tidak tersesat dan apa-apa yang kita lakukan
tidak melanggar ajaran agama yang telah ditentukan.
5. Dan untuk menjaga akhlak, kiat harus sering mengingat Allah SWT dan
bergaul dengan orang-orang shaleh agar pada saat kita lupa kita cepat
disadarkan kembali untuk kembali ke jalan yang benar.
6. Akhlak mulia memiliki pengaruh dalam tegak dan hancurnya satu
masyarakat karena akhlak mulia adalah dasar ditegakkannya perintah Allah
Ta’ala dalam jiwa manusia. Jika jiwa memiliki akhlak dan perilaku mulia
maka tidak diragukan dia akan mengagungkan syiar-syiar Allah dan komitmen
dengan manhaj agamanya.
7. Untuk menciptakan masyarakat yang ber akhlak di era globalisasi ini kita
harus mengetahui tantangan akhlak. Kemudian memberi pengetahuan serta
pendidikan tentang akhlak, selalu meningkatkan akhlak.

20

8. Untuk meningkatkan akhlak ada beberapa metode yang dapat di gunakan,
misalnya metode metode uswah (teladan), metode syariat. Dan metodemetode lainnya

21

DAFTAR PUSTAKA


Kaelany. (2009). Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.

Pengertian Akhlaq, Macam-Macam Akhlaq Terpuji dan Penerapan Akhlaq dalam
Kehidupan Sehari-hari.


Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:
Reality Publisher. Hal 45-50



Fadloli, Nurkudri Sri & C. Abdul. 2001. Pendidikan Agama Islam.
Malang: UPT MKU Politeknik negeri malang



Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan.Tarbiyah Dzatiyah. Jakarta: AnNadwah, 2002.



Rahmat Djanika, 1992:27



http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/07/pengertian-akhlaq-macammacam-akhlaq-terpuji-dan-penerapan-akhlaq-dalam-kehidupan-seharihari/ (Diakses Tanggal 14 September 2012 pukul 21.15)



http://www.voaislam.com/muslimah/education/2011/10/27/16502/pendidikan-akhlakyang-baik-warisan-terindah-bagi-anak-kita/



Ciebad.

“Akhlak

dan

metode

peningkatan

kualitas akhlak“

http://ciebad.wordpress.com/2011/06/19/akhlak-dan-metode-peningkatankualitas-akhlak/ (19 Juni 2011)


http://ajimmydj81.wordpress.com/2011/11/26/dampak-pengaruh-



globalisasi-bagi-umat-islam/
http://www.inpasonline.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=818:respon-umat-islam-terhadap-




globalisasi&catid=70:opini&Itemid=104
http://www.scribd.com/doc/48070531/Dampak-globalisasi-Dunia-Islam-1
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak#cite_note-2

22