Reformasi Birokrasi Berbasis Hierarki. docx

LEMBAR COVER TUGAS 2015
Nama

Sri Bintang Pamungkas

NoMahasiswa
No.
Mahasiswa

14/364610/SP/26138

Nama Matakuliah

Pengantar Studi Pemerintahan 2

Dosen

HASRUL HANIF, S.IP., M.A dan NUR AZIZAH, S.IP., M.Sc

Judul Tugas


Perbaikan Pelayanan Publik E-KTP di Semarang

Jumlah Kata

CHECKLIST
Saya telah:
Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten................................................................... 
Memberikan soft copy tugas..................................................................................................... 

Deklarasi
Pertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
 Karya ini merupakan hasil karya saya pribadi.
 Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiran saya yang disusun
menggunakan kata dan gaya bahasa saya sendiri.
 Apabila terdapat karya atau pemikiran orang lain atau sekelompok orang, karya, ide
dan pemikiran tersebut dikutip dengan benar, mencantumkan sumbernya serta disusun
sesuai dengan kaidah yang berlaku.
 Tidak ada bagian dari tugas ini yang pernah dikirimkan untuk dinilai, dipublikasikan
dan/atau digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah lain sebelumnya.
Kedua, saya menyatakan bahwa apabila satu atau lebih ketentuan di atas tidak ditepati, saya

sadar akan menerima sanksi minimal berupa kehilangan hak untuk menerima nilai untuk
mata kuliah ini.

______________________________
Sri Bintang Pamungkas

__________________________________
Tanggal

REFORMASI BERBASIS HIRARKI

PERBAIKAN PELAYANAN PUBLIK E-KTP di KECAMATAN
PEDURUNGAN
KOTA SEMARANG

Oleh :
Sri Bintang Pamungkas
(14/364610/SP/26138)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN POLITIK dan PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta
2015

BAB I

Pendahuluan
1.1

Latar Belakang
Konsep “governance” bukanlah suatu hal yang baru didengar.
Istilah “government” dan “governance” sering dianggap sama
maknanya dalam menerapkan otoritas dalam suatu organisasi,
lembaga atau negara. Definisi government lebih mengacu pada
entitas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahyan dalam
suatu negara. Sedangkan governance menurut World Bank
didefinisikan sebagai sesuatupenyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, yang sejalan
dengan prinsip-prinsip demokrasi dan pasar yang efisien demi
mencegah penyimpangan korupsi serta menciptakan legal political

framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.1
Governance merupakan kerangka konsep ‘filosofis’, ‘teoritis’ dan
‘analitis’ yang sangat berguna sebagai landasan untuk membenahi
idiologi, paradigma, kultur dan manajemen kepemerintahan
(manajemen publik). Konsep governance ini bukan hanya ditujukan
sebatas orientasi internal organisatoris, melainkan juga pada aspek
eksternal, output, outcome dan im- pact, yaitu upaya mewujudkan
kemakmuran yang berkeadilan dan adil berkemakmuran bagi
rakyatnya sebagai parameter dari penyelenggaraan pemerintahan
yang memiliki kinerja tinggi. Disamping itu pula gagasan ini tentu juga
bersinggungan dengan keinginan untuk meningkatkan daya saing dan
inovasi aparatur publik baik di tingkat lokal, nasional maupun di
tingkat global. Tulisan ini merupakan refleksi fakta (persoalan) problem
implementasi kebijakan good governance pada level Pemerintah
Daerah dan akan mencoba memberikan gagasan tentang solusi
menuju good governance melalui penerapan prinsip-prinsip good
governance.
Sudah sewajibnya pemerintah bekerja demi tujuan untuk menjaga
ketertiban dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.


1 World Bank (1992). Governance and Development. Washington, DC : World Bank

Pemerintah ada bukanlah untuk mengayomi dirinya sendiri
(partikular), tetapi untuk mengayomi dan melayani masyarakatnya.
Salah satu fungsi pemerintah adalah memiliki fungsi pelayanan. fungsi
ini pemerintah sebagai penyedia (provider) jasa- jasa urusan publik
yang tidak diprivatisasikan termasuk jasa keamanan, pendidikan,
kesehatan, air bersih, jalan raya, perumahan, dan layanan birokrasi.
Didalam makalah ini saya mencoba merefleksikan salah satu
pelayanan dibidang layanan birokrasi mengenai pelayananpembuatan
E-KTP2
Di beberapa daerah di Indonesia dalam memberikan pelayanan
publik di bidang E-KTP masih sangat lemah, hal ini dibuktikan dengan
masih belum efektif dan efisien pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui pelayanan
publik di bidang pembuatan E-KTP. Hasil makalah menunjukkan bahwa
pemerintah dalam memberikan pelayanan publik di beberapa daerah
masih belum efektif, sehingga pelayanan yang diberikan belum
memberikan nilai kepuasan di masyarakat itu sendiri, sangat penting
dapat mengelola urusan publik secara kompeten dan bertanggung

jawab serta mampu melayani masyarakatnya dengan baik dan benar,
karena pemerintahpun digaji juga berasal dari uang atas hasil pajak
dari masyarakatnya, dan sudah seharusnya pemerintah melakukan
feed back atas itu
1.2

Rumusan Masalah

Penulis mengambil masalah ini dengan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana kinerja dan kualitas pelayanan E-KTP pada birokrasi
Pemerintahan di daerah kecamatan Pedurungan Kota Semarang?
2. Apa upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan reformasi
birokrasi pemerintahan daerah menuju good governance?

2 JMP, Volume I Nomor I Juni 2014, hlm. 11

BAB II
Pembahasan
1. Analisis Kualitas Pelayanan Pembuatan E-KTP di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang
Gambaran mengenai e-KTP
Elektronik kartu tanda penduduk (e-KTP) adalah adalah dokumen
kependudukan yang memuat sistem keamanan dan pengendalian baik
dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis
database kependudukan nasional3
Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum di
Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan sebuah identitas
tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Hal ini sesuai dengan
UU No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan, dimana
diperjelaskan bahwa penduduk wajib memiliki satu KTP yang tercantum di
NIK.
Penggunaan sidik jari e-KTP lebih canggih dari yang selama ini telah
ditetapkan untuk SIM. Sidik jari tidak hanya sekedar dicetak dalam bentuk
gambar seperti SIM. Tetapi juga dikenali melalui chip yang terpasang
dikartu itu sendiri. data yang disimpan didalam kartu tersebut telah
dienskripsi oleh alogaritma kliptografi tertentu. Proses pengambilan sidik
jari dari penduduk sampai dikenali dari chip kartu adalah sebagai berikut:
sidik jari yang terekam dari setiap wajib KTP adalah seluruh jari. Sidik jari
yang dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena alasan:

3 http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ yang di akses pada 11 juli 2013

1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik lain
2. Bentuk dapat dijaga tidak gurat-guratmeskipun sidik tergores
maupun luka-luka
3. Unik, dan tidak ada kemungkinan untuk sama dengan yang lain
Adapun fungsi utama dari e-KTP yakni:4
1. Sebagai identitas jati diri
2. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu membuat KTP lokal untuk
pengurusan izin, pembukaan rekening dll
3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP
4. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program
pembangunan
Menurut Robert Charlick good governance diartikan sebagai pengelolaan
segala macam urusan publik secara efektif melalui pembuatan peratutan
dan kebijakan yang absah demi untuk mempromosikan nilai-nilai
kemasyarakatan.5 Nilai-nilai kemasyarakatan dapat dilihat melalui Kualitas
pelayanan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk atau jasa
pelayanan, manusia, proses, dan lingkungan secara langsung dapat
memenuhi keinginan para pelanggannya, sehingga tercapai kepuasan.

Kualitas pelayanan sangat tergantung dari persepsi masyarakat sebagai
penguna jasa, karena merekalah yang menikmati layanan, sehingga
secara otomatis dapat mengukur kualitas pelayanan berdasarkan
harapan-harapan mereka dalam memenuhi keinginannya. Masyarakat
menilai kualitas pelayan tidak hanya dilihat dari segi hasil pelayanan yang
mereka terima, tetapi penilaian ini juga dilihat dari segi proses pelayanan.
Masyarakat
mempersepsikan kualitas dengan membandingkan kinerja layanan yang
mereka terima dengan kinerja layanan yang mereka harapkan dari
penyedia
jasa.6

4 lbid
5 Santosa,Pandji.2008.Administrasi Publik:Teori dan Aplikasi Good Governance.Bandung:Refika

Aditama. hlm13
6 Ade Suhendar dalam Jurnal Keterbukaan Informasi Publik Bentuk Keseriusan Pemerintah Menuju
Good Governane (Implementasi UU No.14 Tahun 2008)

Mengacu kepada pendapat George C. Edward III (1980:10) ada 4 faktor

yang mempengaruhi kualitas urusan publik. Empat faktor yang dimaksud
adalah: pertama komunikasi. Kedua, sumber-sumber daya. Ketiga, sikap,
dan keempat birokratik

Gambar 1 Model yang Dikemukakan George C. Edward III
Sumber: Edward III, Implementing Public Policy, 1980: 148

1. Komunikasi Pelayanan
Komunikasi pelayanan yang dikembangkan oleh Kantor pelayanan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang belum sepenuhnya dijalankan secara maksimal. Seringkali
terjadi miss communication atau kesalahan pemberian informasi kepada
masyarakat terutama kepada pengurusan
pembuatan E-KTP. Dari hasil penelitian mengenai berbagai indikator
kualitas pelayanan
pembuatan E-KTP di kantor Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pembuatan E-KTP di kantor
Kecamatan Pedurungan masih belum maksimal, sehingga pemerintah
Kecamatan Pedurungan perlu menerapkan pelayanan publik prima yang
tertuang dalam KEPMENPAN. Sesuai dengan reformasi birokrasi Indonesia

bertujuan untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

governance). Salah satu peran strategis aparatur pemerintah dalam
mewujudkan
kepemerintahan yang baik itu salah satunya adalah memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat, dengan demikian setiap aparatur
pemerintah wajib melayani kepentingan masyarakat secara prima.

7

2. sumber-sumber daya pelayanan
Dilihat dari aspek sarana pelayanan, sumber daya pelayanan adalah
faktor penting untuk terciptanya kualitas pelayanan yang baik. Sarana
dan prasarana yang dimaksud disini ialah segala jenis peralatan,
perlengkapan, dan fasilitas lain yang berfungsi sebagain alat
utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan dan juga berfungsi sosial
dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhubungan
dengan organisasi kerja tersebut. Faktor sarana pelayanan antara lain
peralatan, perlengkapan, alat bantu, gedung dan komunikasi. fasilitas
yang ada di Kantor Kecamatan Pedurungan dalam pelayanan pembuatan
E-KTP menunjukkan belum mendukung. Hal tersebut dikarenakan
minimnya fasilitas khususnya ruang tunggu dan alat rekam data E-KTP
yang tidak sebanding dengan jumlah warga pembuat E-KTP. Hal itulah
yang menjadi kendala dari pelayanan pembuatan E-KTP di Kecamatan
Pedurungan yang mengakibatkan masyarakat tidak puas akan pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah Kecamatan Pedurungan.

8

1. Prosedur Pelayanan
2. Sikap
Sikap staff dalam melayani urusan publik sangat berpengaruh bagi
kualitas pelayanan pembuatan E-KTP di Kecamatan Pedurungan untuk
memberi pelayanan kepada masyarakat, dengan memperhatikan nilainilai dan kode etik dari pelayanan publik itu sendiri. staff juga harus
memiliki kemampuan untuk membantu masyarakat berupa informasi
atau memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap seperti adanya
pengaduan konsumen, sehingga pelayanan yang diberikan sesuai dengan
7 Diambil dari KEPMENPAN. 2008. melalui surat edaran MENKO WASBANGPAN nomor
56/MK/WASPAN/6/98
8 El Setyaningsih “Analisis Kualitas Pelayanan Pembuatan E-KTP di Kecamatan
Pedurungan”artikel jurnal dalam www.Undip.ac.id pdf yang diakses 24 Juni 2015, Hlm. 23

keinginan konsumen. Penilaian sikap dapat dilihat dari kemampuan staff
dalam berinteraksi
Kemampuan berinteraksi adalah kemampuan pegawai untuk bekerjasama
dengan memahami dan memotivasi orang lain. Kemampuan pegawai
pelayanan pembuatan E-KTP di Kecamatan Pedurungan dalam
berkomunikasi masih belum cukup baik dan terkesan tidak jelas Beberapa
kali terjadi kesalahan pemberian informasi, seperti apa saja yang
dibutuhkan dalam keperluan-keperluan pembuatan E-KTP. Pelayanan yang
dilakukan pegawai di Kantor pelayanan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil kurang berjalan dengan maksimal, sebab adanya
beberapa perangkapan jabatan, sehingga tidak dapat memaksimalkan
pelayanan, terutama untuk pegawai bagian pelayanan administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil yang masih kurang, sementara itu
warga yang membuat E-KTP sangat banyak. memberikan kondisi secara
nyata kepada konsumen.9
3. Birokrasi
Ketika birokrasi mengenai urusan pelayanan E-KTP ini saya mencoba ingin
memperoleh sumber primer yang berasal dari kantor birokrasi kecamatan
Pedurungan Kota Semarang, namun sayang karena birokrasinya yang
begitu ketat sehingga saya tidak dapat memperoleh data yang relevan
mengenai ini. salah seorang pegawai yang berinisial AR hanya berkata
bahwa “mengenai pelayanan E-KTP, kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk melayani masyarakat yang telah sesuai dengan kode etik
dan peraturan yang berlaku”
Lalu saya mencoba mengklarifikasi apa yang telah di katakan oleh AR
tersebut terhadap warga sekitar. saya bertanya kepada 5 orang warga
yang berada di Kecamatan Pedurungan berinisial BS, BO, HA, KB, dan
salah seorang rekan saya di semarang yang bernama Bram, mengenai
pengurusan E-KTPnya dahulu.
Rata-rata dari mereka berkata bahwa birokrasi prosedur pelayanan di
kecamatan Pedurungan dinilai masyarakat cukup buruk karena cenderung
berbelit-belit cenderung kaku. Tidak ada kejelasan mengenai kapan akan
9 El Setyaningsih “Analisis Kualitas Pelayanan Pembuatan E-KTP di Kecamatan
Pedurungan”artikel jurnal dalam www.Undip.ac.id pdf yang diakses 24 Juni 2015, Hlm. 27

jadi, namun ada hal yang saya kira cukup positif mengenai birokrasi
prosedur pelayanan E-KTP di Kecamatan Pedurungan yakni para staff
birokratnya masih memiliki integritas dalam pungutan liar. Karena dari
berbagai yang saya wawancarai mereka semua sepakat bahwa didalam
prosedur pelayanan E-KTP tidak dikenakan biaya sama sekali.
Birokrasi prosedur pelayanan adalah salah satu prinsip yang sangat
penting dalam menilai baik buruknya kualitas dari suat pelayanan.
Menurut Ahmad Hidayat studi menunjukan bahwa akar permasalahan
yang menyebabkan buruknya kinerja pelayanan publik adalah prosedur
pelayanan publik yang berbelit-belit dan tidak transparan. Oleh karena itu
transparansi pelayanan publik adalah merupakan suatu hal yang harus
segera diwujudkan demi untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah.10
Menurut Miftah, Birokrasi identik dengan peraturan yang berbelit-belit,
lamban, mempersulit, tidak efisien, tidak adaptif, memperhatikan dirinya
sendiri dan sebagainya. Bagi masyarakat awam, birokrasi adalah
penguasa yang sangat menentukan nasib mereka yang hanya berstatus
rakyat. Birokrasi adalah penggusuran, pungli, kolusi, korupsi dan berbagai
konotasi menyakitkan lainnya. Akibatnya birokrasi dipandang sebagai
sosok yang selalu tampil dengan wajah seram, yang membuat hidup tidak
tentram. (Miftah Thoha, 1995)11. Meskipun tidak semua yang dikatakan
Miftah adalah benar, namun dalam realitanya masih juga ditemukan
beberapa birokrat yang seperti itu. Maka dari itu perlulah adanya
reformasi birokrasi demi menunjangnya kualitas pelayanan publik disitu
Reformasi birokrasi bukanlah sekedar perubahan struktur dan reposisi
birokrasi. Lebih dari itu reformasi birokrasi harus meliputi perubahan
sistem politik dan hukum secara menyeluruh, perubahan sikap mental dan
budaya birokrat dan masyarakat. Serta perubahan mindset dan komitmen
pemerintah serta partai politik. Harus terdapat kejelasan batas antara
pejabat karir dan pejabat politik baik di birokrasi pusat maupun di daerah.
Oleh karena itu Profesionalitas dan netralitas birokrasi harus menjadi
10 Ahmad Hidayat “Transparansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Indonesia”, artikel
jurnal dalam www.untagJakarta.ac.id pdf diakses 10 Februari 2013, Hlm. 1
11 Miftah Thoha, Birokrasi Indonesia dalam Era Globalisasi, Batang Gadis, Jakarta, 1995

sasaran utama reformasi birokrasi. Hal terpenting dalam reformasi
birokrasi adalah komitmen dan national leadership. Tanpa komitmen yang
baik dari eksekutif, legislatif dan yudikatif, reformasi birokrasi hanyalah
blueprint yang berada dalam ruang vakum. Reformasi birokrasi tersebut
perlu dilakukan dengan cara pertama, modernisasi manajemen
kepegawaian. kedua, restrukturisasi, downsizing dan rightsizing,
perubahan manajemen dan organisasi. Ketiga, rekayasa proses
administrasi pemerintahan. Keempat, anggaran berbasis kinerja dan
proses perencanaan yang partisipatif. Kelima, hubungan-hubungan baru
antara pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan
pemerintahan.12
2. Apa upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan
reformasi birokrasi E-KTP pemerintahan daerah menuju
good governance?
a. Dalam waktu secepat-cepatnya mengambil langkah-langkah perbaikan
mutu pelayanan masyarakat pada masing-masing unit kerja/kantor
pelayanan termasuk BUMN dan BUMD.
b. Langkah perbaikan mutu pelayanan masyarakat tersebut diupayakan
dengan cara berikut:
1) Menerbitkan pedoman pelayanan yang antara lain memuat
persyaratan, prosedur, biaya tarif pelayanan, dan batas waktu
penyelesaian pelayanan, baik dalam bentuk buku panduan atau
pengumuman dan melalui media informasi lainnya.
2) Menempatkan petugas yang bertanggungjawab melakukan pengecekan
kelengkapan persyaratan permohonan untuk kepastian mengenai diterima
atau ditolaknya berkas permohonan tersebut pada saat itu juga.
3) Menyelesaikan permohonan pelayanan sesuai dengan batas waktu
yang ditetapkan dan apabila batas waktu yang telah ditetapkan
terlampaui, maka permohonan tersebut bearti disetujui.

12 JMP, Volume I Nomor I Juni 2014, Hlm. 12

4) Melarang atau menghapus biaya tambahan yang dititipkan pihak lain
dan meniadakan segala bentuk penguntan diluar biaya pelayanan yang
telah ditetapkan.
5) Sedapat mungkin menerapkan pola pelayanan secara terpadu (satu
atap atau satu pintu) bagi unit-unit kerja atau kantor pelayanan yang
terkait dalam proses atau menghasilkan satu produk pelayanan. 13
Tentu dari semua upaya-upaya reformasi birokrasi tersebut harus sesuai
dengan prinsip-prinsip Good Governance dimana harus setidaknya
meliputi akuntabilitas publik, transparansi, partisipasi dll
Karena pertama,Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan
pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma-norma eksternal yang
dimiliki oleh para stakeholders yang berkepentingan dengan pelayanan
tersebut.
Kedua, transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan
bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan
pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai (Nirwandar, 1997:39). 14
Ketiga, Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap or- ang memiliki hak untuk
terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan. Keterlibatan karena aksesnya memang
disediakan (dibukakan) dan dilindungi sehingga ada banyak informasi
sebagai pengetahuan yang akan membuka kesadaran masyarakat untuk
terlibat secara aktif.15

13 El Setyaningsih “Analisis Kualitas Pelayanan Pembuatan E-KTP di Kecamatan
Pedurungan”artikel jurnal dalam www.Undip.ac.id pdf yang diakses 24 Juni 2015, Hlm. 2829
14 Nirwandar, S. (1997). Birokrasi di Indonesia. Jakarta: Bandiklat Depdagri.
15 MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 201-209

BAB III
KESIMPULAN
Dari apa yang telah saya paparkan diatas menunjukan bahwa pelayanan
publik E-KTP di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang menunjukan hasil
bahwa Komunikasi Kantor pelayanan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil Kecamatan Pedurungan Kota Semarang belum
sepenuhnya dijalankan secara maksimal, minimnya fasilitas khususnya
ruang tunggu dan alat rekam data E-KTP menjadi kendala dari pelayanan
pembuatan E-KTP di Kecamatan Pedurungan yang mengakibatkan
masyarakat tidak puas akan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
serta birokrasi prosedur pelayanan berbelit-belit, lamban, mempersulit,
tidak efisien dan tidak efektif. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan publik
E-KTP di Kecamatan Pedurungan yang masih dinilai kurang optimal dalam
melayani kepentingan publik.
Agar dalam rangka mencapai good governance, guna menuju kinerja
pemerintahan yang berkualitas tinggi maka dari itu sangat perlu adanya
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi haruslah diimplementasikan
dengan baik melalui tindakan nyata dalam upaya-upaya untuk melakukan
reformasi birokrasi E-KTP di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang

DAFTAR PUSTAKA
Buku
-World Bank (1992). Governance and Development. Washington, DC : World Bank
-Santosa,Pandji (2008).Administrasi Publik:Teori dan Aplikasi Good
Governance.Bandung:Refika Aditama
-Miftah Thoha (1995), Birokrasi Indonesia dalam Era Globalisasi. Jakarta: Batang
Gadis
-Nirwandar, S. (1997). Birokrasi di Indonesia. Jakarta: Bandiklat Depdagri.
JURNAL
Ahmad Hidayat “Transparansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Indonesia”,
artikel jurnal dalam www.untagJakarta.ac.id pdf diakses 10 Februari 2013
-JMP, Volume I Nomor I Juni 2014
-Ade Suhendar dalam Jurnal Keterbukaan Informasi Publik Bentuk Keseriusan
Pemerintah Menuju Good Governane (Implementasi UU No.14 Tahun 2008)
-Diambil dari KEPMENPAN. 2008. melalui surat edaran MENKO WASBANGPAN
nomor
56/MK/WASPAN/6/98
-El Setyaningsih “Analisis Kualitas Pelayanan Pembuatan E-KTP di Kecamatan
Pedurungan”artikel jurnal dalam www.Undip.ac.id pdf yang diakses 24 Juni 2015
-MIMBAR, Vol. 28, No. 2 (Desember, 2012): 201-209
Internet
http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ yang di akses pada 11 juli 2013