Spek Sosial Budaya yang Berhubungan deng
spek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN KESEHATAN IBU
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah
sehat.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung
membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini
memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 angka
kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu kelahiran. Tingginya angka
kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya
buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan
telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih
cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah
pendarahan dan eklampsia. Kedua sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang
melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,
hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.Persalinan oleh tenaga
kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih
ditolong oleh dukun bayi.Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di
Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median
kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun.SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia
Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin
mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need).
Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli
PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran
hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum.
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada daerah dan tahun tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.
Sebab kematian ibu adalah :
•Perdarahan
•Hipertensi
•Infeksi
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum,
perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi
plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan perdarahan
karena ruptur uteri.
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema dan
proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma (eklamsia).
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau
parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan
bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
• Transfusi darah
• Anti mikroba
• Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbangan asam-basa pada komplikasi- komplikasi serius
kehamilan dan persalinan.
Aspek budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Berikut budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil :
1. Jawa Tengah :
• bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan
daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Jawa Barat :
• ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Masyarakat Betawi :
• berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan
ASI menjadi asin.
4. Daerah Subang :
• ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya
akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat
badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan
kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas,
ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat
terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa
pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak
produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak
untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu , Misalnya mengurut perut yang
bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti
daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar
karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al.,
1996).
Aspek sosial di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu
dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40
hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu
rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong
persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia
(kejang-kejang yangberlebihan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan
profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering
terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor
keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan
dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami
yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan
akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya
dilakukan dengan cepat.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,adanya suatu keyakinan dan
sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat
dihindarkan.
Daftar Pustaka
• Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
• Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan,
Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh
Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat
Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
• Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan,
Jakarta: PT Gramedia.
• Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi
di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian
Wanita FISIP UI, di Jakarta
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERHUBUNGAN KESEHATAN IBU
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah
sehat.
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia selalu menjadi masalah pelik yang tak kunjung
membaik keadaannya. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak tersebut diyakini
memerlukan kondisi sosial politik, hukum dan budaya yang kondusif. Situasi kesehatan ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia sama sekali belum bisa dikatakan menggembirakan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 angka
kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100 ribu kelahiran. Tingginya angka
kematian ibu dan bayi sebesar 307 per 100 ribu kelahiran hidup, menjadi salah satu indikatornya
buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan serta penanganan
telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 masih
cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran. Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah
pendarahan dan eklampsia. Kedua sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care/ANC) yang memadai. Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang
melakukan ANC minimal satu kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994,
hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan.Persalinan oleh tenaga
kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih
ditolong oleh dukun bayi.Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di
Indonesia. Data Survei Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median
kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun.SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia
Subur (PUS) menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin
mempunyai anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need).
Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli
PUS terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat proses reproduktif per 100.000 kelahiran
hidup.Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi
bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000
kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum.
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada daerah dan tahun tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu,didaerahtertentu. Konstanta= 1000 bayi lahir hidup.
Sebab kematian ibu adalah :
•Perdarahan
•Hipertensi
•Infeksi
Perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas perdarahan post partum,
perdarahan berkaitan abortus, perdarahan akibat kehamilan ektopik, perdarahan akibat lokasi
plasenta abnormal atau ablasio plasenta (plasenta previa dan absupsio plasenta), dan perdarahan
karena ruptur uteri.
Hipertensi yang dapat menyebabkan kematian ibu terdiri atas hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan hipertensi yang diperberat kehamilan. Hipertensi umumnya disertai edema dan
proteinuria (pre eklamsia). Pada kasus berat disertai oleh kejang-kejang dan koma (eklamsia).
Infeksi nifas atau infeksi panggul post partum biasanya dimulai oleh infeksi uterus atau
parametrium tetapi kadang-kadang meluas dan menyebabkan peritonitis, tromboflebitis dan
bakteriemia.
Alasan menurunnya angka kematian ibu :
• Transfusi darah
• Anti mikroba
• Pemeliharaan cairan elektrolit, keseimbangan asam-basa pada komplikasi- komplikasi serius
kehamilan dan persalinan.
Aspek budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Berikut budaya yang ada di beberapa daerah terhadap kesehatan ibu hamil :
1. Jawa Tengah :
• bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan
daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2. Jawa Barat :
• ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi
yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Masyarakat Betawi :
• berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan
ASI menjadi asin.
4. Daerah Subang :
• ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya
akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat
badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan
kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas,
ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat
terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa
pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak
produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak
untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu , Misalnya mengurut perut yang
bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula; memasukkan ramuan-ramuan seperti
daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar
karena proses persalinan; atau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al.,
1996).
Aspek sosial di kalangan masyarakat terhadap kesehatan Ibu
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu
dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40
hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu
rnasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong
persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia
(kejang-kejang yangberlebihan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan
profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering
terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tepat tetapi juga karena ada faktor
keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan
dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami
yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan ketidaktahuan
akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan yang seharusnya
dilakukan dengan cepat.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,adanya suatu keyakinan dan
sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat
dihindarkan.
Daftar Pustaka
• Central Bureau of Statistics et al 1995 Indonesia DemograQhic and health Survey
• Departemen Kesehatan R.I 1994 Profil Kesehatan Indonesia 1994, Pusat Data Kesehatan,
Jakarta
Foster, George M dan Barbara G. Anderson 1986 Antropologi Kesehatan, diterjemahkan oleh
Meutia F. Swasono dan Prijanti Pakan. Jakarta: UI Press
Iskandar, Meiwita B., et al 1996 Mengungkap Misteri Kematian Ibu di Jawa Barat, Depok, Pusat
Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian, Universitas Indonesia.
• Kalangi, Nico S 1994 Kebudayaan dan Kesehatan, Jakarta: Megapoin.
Koentjaraningrat dan A.A Loedin 1985 llmu-ilmu sosial dalam Pembangunan Kesehatan,
Jakarta: PT Gramedia.
• Wibowo, Adik 1993 Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah yang dihadapi
di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar " Wanita dan Kesehatan", Pusat Kaajian
Wanita FISIP UI, di Jakarta