Bacaan untuk Pramuka Penggalang Diterbitkan oleh BKKBN Pusat

  

(Urbanisasi dan Perkembangan

Perkotaan)

  Disusun Oleh: Yana Suptiana

  

Bacaan untuk Pramuka Penggalang

Diterbitkan oleh BKKBN Pusat

  Penggalang 5 Perpustakaan Nasional RI : Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Suptiana, Yana

Ingin membangun desa/ Yana Suptiana. -- Jakarta : Direktorat Kerjasama

Pendidikan Kependudukan BKKBN, 2015

iv, 26 hal.; 21 cm. – (Seri Pendidikan Kependudukan bagi Pramuka

Penggalang)

  ISBN : 978-602-1564-51-6

  

II. Seri

………

  Pertama kali diterbitkan oleh: Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan (DITPENDUK) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Penanggung Jawab : Dra. Paulina Johana S., MM.

  Penulis : H. Yana Suptiana, M.Pd. Editor : Bambang Hendroyono, S.Pd., M.M.Pd. Penyelaras akhir : Sintawaty Sulisetyoningrum, S.,Sos., MPH.

  Sri Herlin K., S.Si.

Tim Ditpenduk

Desain sampul dan grafis : Helmi Sucipto Hatibi

  Cetakan Pertama, 2015 Materi dapat diperbanyak oleh pihak lain atas izin DITPENDUK – BKKBN Email : [email protected]

SERI PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN BAGI PRAMUKA

  

Penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa di tahun 2010, diproyeksikan akan

menjadi 270 juta di tahun 2025 dan antara 309 juta di tahun 2050 (Proyeksi BPS) . United

Nations memproyeksikan, Indonesia akan menjadi penyumbang terbesar ke-6 dari

jumlah seluruh penduduk dunia, dimulai dari China, India, Nigeria, Amerika, Pakistan, dan

akhirnya Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, maka buku ini betujuan memberikan

wawasan pengetahuan tentang kependudukan kepada Pramuka, yang diharapkan

dapat menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya.

Buku Seri Pendidikan Kependudukan Bagi Pramuka ini terdiri atas 5 isu kependudukan,

yaitu : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk, Usia Remaja, Penduduk Usia Produktif,

Penduduk Lanjut Usia, dan Urbanisasi. Masing-masing isu kependudukan memiliki buku

seri cerita dan bacaan yang dikemas secara menarik dan disesuaikan dengan tingkatan

Pramuka, dimulai dari Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega.

  Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke 4 sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia dan akan terus bertambah sampai tahun 2050. Keadaan ini akan berdampak meningkatnya kesenjangan sosial, kepadatan pemukiman, berkurangnya lahan untuk tempat bermain anak, pengangguran, tingginya kebutuhan pangan dan energi dan bahkan kriminalitas.

  Oleh karena itu, dituntut peran serta dari berbagai pihak termasuk

Pramuka untuk dapat membantu pemerintah dalam menekan angka laju pertumbuhan

penduduk. Untuk Pramuka siaga dan penggalang dapat membantu dengan menjadi

contoh nyata dalam tindakan dan kegiatan sehari-hari. sedangkan bagi pramuka

penegak dan pandega dapat melalui kegiatan penyuluhan kepada masyarakat.

  Usia Remaja Jumlah remaja di Indonesia sebesar 43, 6 juta jiwa (BPS, 2010), jumlah tersebut akan terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2025 sebesar 47 juta jiwa. Penduduk remaja merupakan modal pembangunan yang sangat potensial, oleh karena itu harus memiliki kualitas yang baik. Karena peran pemuda sangat penting bagi keberlangsungan dan kemajuan sebuah bangsa, maka negara berkepentingan untuk memiliki anak-anak muda yang siap untuk meneruskan kepemimpinan bangsa dan benkotribusi sejak dini dengan prestasi yang diraih dibidangnya masing-

masing. Organisasi mana yang memiliki perhatian penuh terhadap pembentukan

karakter anak muda? Salah satunya adalah Pramuka. Dimana Pramuka telah terbukti di

lebih dari 165 negara sebagai wadah yang efektif dalam pembentukan karakter anak

muda. Oleh karena itu, sebagai Pramuka harus memahami dengan baik karakteristik

usia remaja karena akan menjadi bekal yang baik untuk pribadi dalam membina diri dan

menjadi contoh positif untuk rekan seusianya.

  Penduduk Usia Produktif Jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64) di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 157,05 juta jiwa dan akan terus meningkat sampai tahun 2035 mencapai angka 207 jiwa. Semakin meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dapat menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka syaratnya mereka harus dibekali dengan pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Untuk mempersiapkan generasi penerus yang akan menjadi penduduk usia produktif yang berkualitas khususnya para generasi Pramuka, buku ini

bertujuan memberikan pengetahuan tentang berbagai profesi, motivasi untuk memiliki

cita-cita yang tinggi dan adanya dunia kewirausahawan. Dimana diharapkan Pramuka

dapat menjadi contoh nyata yang baik bagi lingkungan sekitarnya.

  Penduduk Usia Lanjut Saat ini jumlah usia lanjut sekitar 21 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2050 jumlahnya meningkat mencapai angka 79,8 juta jiwa.

  Meningkatnya jumlah Lansia akan memberikan dampak dalam berbagai aspek kehidupan, seperti penyediaan fasilitas umum yang ramah lansia dan sikap-sikap positif dari keluarga. Oleh karena itu generasi penerus saat ini khususnya untuk para Pramuka yang akan menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya harus sudah diajarkan untuk menjadi manusia yang produktif dan mandiri sehingga siap menghadapi masa dewasa dari

sekarang dengan mulai selalu menghormati, menyayangi, dan peduli kepada kakek dan

nenek mereka. Dari sisi lansia, mereka akan senang dan gembira jika mendapat kasih

sayang dan perhatian yang besar dari cucunya.

  Urbanisasi Penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan sudah mencapai 54% (BPS, 2010) dari total seluruh penduduk di Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2050, penduduk yang tinggal di perkotaan akan mencapai 75%. Pesatnya pertumbuhan perkotaan dapat menyebabkan masalah seperti polusi, kemacetan, banjir, pemukiman yang padat serta kerusakan lingkungan. Bagi daerah asal (desa) jika ditinggalkan dapat menyebabkan kekurangan Sumber Daya Manusia potensial yang dapat mengelola dan membangun daerah asalnya.

Oleh karena itu perlu ditanamkan kepada setiap insan Pramuka bahwa tinggal di desa

dan kota sama saja dengan kelebihan dan kekurangannya. Setiap Pramuka didorong

untuk mencintai dan peduli daerah asalnya, memiliki kesadaran untuk memajukan

daerahnya masing-masing dan berkontribusi menciptakan desa maupun kota yang

ramah lingkungan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup sehat.

Disamping juga senantiasa selalu merasa bangga menjadi seorang Pramuka Indonesia

baik di desa maupun di kota. Salam Pramuka!

Di Sini Senang di Sana Senang

  Kemacetan lalu lintas di kota besar hampir setiap hari, terutama dipagi hari karena aktifitas penduduk banyak yang berangkat bekerja dan begitu pula di sore hari, karena banyak penduduk yang pulang dari tempat bekerja.

  Kemacetan lalu lintas ini terjadi akibat gaya hidup manusia modern yang menganggap kota sebagai tempat untuk kehidupan yang menjanjikan. Kalau saja mental generasi bangsa tidak segera diubah maka suatu saat nanti akan menjadi malapetaka untuk kehidupan generasi yang akan datang. Demikian prolog yang disampaikan oleh kak Helmi saat akan memulai permainan kemacetan kendaraan di kota besar.

  Adik-adik, kemacetan di kota-kota besar terjadi karena banyaknya kendaraan. Kakak mau memberikan permainan. Caranya, jika nanti kakak sebutkan kereta api kalian semua harus berpegangan pundak teman yang di sebelah kanan dan membentuk lingkaran serta langsung berjalan sambil menyanyikan lagu Naik Kereta Api, perintah awal kak Neli.

  Jika kakak sebut bus kota kalian harus berjalan keliling lingkaran tiap regu sambil memegang pinggang teman di depannya dan sambil menyanyikan lagu Bis Kota, jika kakak sebut bemo kalian segera cari teman bertiga, teman yang ada di depan bertolak pinggang dan dua orang yang ada dibelakang tangan kanannya memegang pundak teman di depan serta tangan kiri bertolak pinggang sambil menyanyikan lagu Otto Bemo. Penjelasan kak Neli sambil memberi peragaan.

  “Baik sekarang coba kita mainkan! Perintah kak Neli”. Permainanpun dimulai, diawali dengan bernyanyi lagu Di Sini Senang Di Sana Senang sambil berkeliling dalam lingkaran besar. Ketika sedang asyik bernyanyi sambil bertepuk tangan, kak Neli meniup pluit sambil berteriak”,ayo ! Semua naik kereta api. Semua peserta memegang pundak teman didepannya dan bernyanyi”.

  Naik kereta api tut tut tut siapa hendak turut Ke Bandung, Surabaya Bolehkah naik dengan percuma Ayo kawan ku lekas naik Kretaku tak berhenti lama

  Saat semua regu sedang asyik bernyanyi kak Neli meniup pluitnya lagi dan berteriak,” ayo! Semua naik bus kota. Semua langsung membuat barisan peregu memegang pinggang teman di depannya tetap dalam lingkaran besar sambil bernyanyi lagu Bus Kota”.

  Berjalan di lorong pertokoan Di Surabaya yang panas Debu-debu ramai beterbangan Dihempas oleh bus kota Bus kota sudah miring ke kiri Oleh sesaknya penumpang Aku terjepit disela-sela Ketiak para penumpang Ketika mereka sedang menikmati asyiknya bernyanyi pluit berbunyi lagi dan terdengar teriakan “jalan macet ayo….semua ganti naik bemo”, mereka pun berhamburan segera mencari teman bertiga dan terus bernyanyi lagu Otto Bemo sambil berkeliling dalam lingkaran besar:

  Otto Bemo - bemo otto Beroda tiga – tiga beroda Di tengah-tengah kota- kota ditengah-tengah Nona datang – datang nona Silahkan naik- naik silahkan

  Nona bilang – bilang nona Tidak punya uang – uang tidak punya Jalan kaki saja – kaki jalan saja Permainan pun usai setelah pluit panjang dibunyikan kakak pembina. Kemudian mereka dikumpulkan untuk mendiskusikan kegiatan yang baru saja mereka lakukan. Apa manfaat dan bagaimana perasaan mereka saat bermain, sambil mereka pun diajak membayangkan bagaimana jika jalanan macet dan kita harus berganti kendaraan.

  Secara bergantian adik-adik mengungkapkan pendapatnya. Yang kesimpulannya dari kejadian simulasi kemacetan yang bisa dilakukan oleh penggalang adalah harus disiplin berlalu lintas.

  “Baiklah, adik-adik permainan tadi menunjukkan salah satu akibat buruknya lalu lintas kota yang diakibatkan oleh kepadatan kendaraan. Banyak sekali permasalahan di perkotaan yang diakibatkan karena terlalu banyaknya kendaraan. Selain itu disebabkan pula oleh angka kelahiran di Indonesia yang lebih tinggi daripada angka kematian serta urbanisasi penduduk, sehingga jumlah penduduk kota setiap hari terus bertambah. Lanjut kak Neli

  Pertambahan penduduk di perkotaan semakin cepat meningkat karena :

  1. Dampak dari tingginya urbanisasi yaitu kedatangan orang desa ke kota-kota untuk mencari pekerjaan.

  2. Pelajar yang datang ke kota-kota besar untuk melanjutkan sekolah.

  Dari pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berakibat pada gangguan lingkungan diantaranya :

  1. Lingkungan menjadi kumuh

  2. Sampah dan limbah pabrik menggunung serta berdampak terhadap kerusakan lingkungan.

  3. Terjadinya banjir

  4. Terjadinya kemacetan dan permasalahan lalu lintas lainnya.

  5. Terbatasnya sumber air bersih

  6. Tingginya polusi udara Upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut di antaranya :

  1. Pemerataan penduduk dan pemerataan pembangunan di daerah sehingga penduduk di desa tidak pindah ke kota.

  2. Sosialisasi Program KB; melalui pendewasaan usia perkawinan, pengendalian kelahiran, peningkatan ketahanan keluarga dan pemberdayaan ekonomi keluarga.

  3. Memperbanyak sosialisasi tentang masalah penduduk baik melalui media cetak maupun elektronik.

  Hal-hal yang harus diperhatikan oleh kita jika kelak kalian nanti ingin hidup di perkotaan :

  1. Kalian harus punya keterampilan yang bisa diandalkan untuk hidup di perkotaan.

  2. Harus mentaati peraturan pemerintah yang mengatur tentang segala permasalahan kehidupan di kota.

  3. Menjaga dan peduli terhadap kebersihan lingkungan perkotaan.

  4. Mempunyai semangat tinggi dalam bekerja dan mental yang kuat untuk menghadapi persaingan kehidupan di kota.

  5. Mempertebal nilai-nilai keimanan.

  6. Selalu disiplin dalam berlalulintas.

  Adik-adik, jika semua warga kota dapat mentaati aturan dan peduli lingkungan maka hidup di kota akan terasa nyaman, indah dan menyenangkan, “kata kak Neli menegaskani.” Dimanapun kita kelak memilih tempat tinggal baik di kota maupun di desa sama-sama harus menyiapkan keterampilan, kemampuan dan keahlian untuk bekerja mencari nafkah dan menyiapkan mental yang sesuai dengan tempat kita tinggal. Kalau kita sudah menyiapkan itu semua, mau hidup di kota maupun di desa pasti akan senang. Sesuai dengan lagu yang diawal permainan tadi kita nyanyikan “Di Sini Senang Di Sana Senang”. Ujar Kak Neli mengakhiri penjelasannya.

  Gambar 1. Keempat regu sedang bermain permainan Kemacetan Lalulintas.

Rindu Pulang ke Desa

  Kerinduan Kalisa akan kehidupan di desa tempat tinggal neneknya begitu besar. Apalagi setelah mendengarkan penjelasan kakak pembina saat latihan, bahwa dimanapun kita hidup sama saja baik di kota maupun di desa bisa senang dan sejahtera asal penduduknya mau bekerja keras dan disiplin.

  Kalisa banyak cerita kepada Reina sahabatnya, jika saat SMA nanti ingin sekolah di desa tempat kelahirannya.

  Hari itu Kalisa datang ke rumah Reina menceritakan lagi hal tersebut, Reina selalu mendukung keputusan Kalisa untuk tinggal di desa karena sebagai remaja Indonesia kita jangan tinggal diam harus ikut mendukung program pemerintah untuk memajukan tempat dimana ia tinggal baik di kota maupun di desa. Bagi Reina tidak masalah kalau kelak Kalisa mau tinggal di desa asal siap baik mental maupun keterampilan untuk hidup di desa.

  Oleh karena itu ketika Kalisa bercerita ingin melanjutkan sekolah SMA di desa tempat neneknya tinggal, Reina sangat mendukung. Reina paham betul bahwa Kalisa adalah sosok remaja dan kader peduli bangsa yang selalu ingin mewujudkan keinginannya.

  Reina sering mendengarkan ide Kalisa jika dewasa nanti, bercita-cita ingin menjadi pengusaha di desa. Dengan harapan bisa menyerap banyak tenaga kerja, sehingga sekian tahun yang akan datang desa pun akan maju perekonomiannya seperti kota.

  Kalisa baru saja pulang dari rumah Reina, hatinya merasa gembira karena sahabat karibnya sangat mendukung keinginannya untuk sekolah di tempat kelahirannya. Sudah tidak sabar Kalisa ingin mengungkapkan keinginannya kepada kedua orang tuanya. Berbagai argumentasi jika ayah dan ibunya menanyakan, Kalisa sudah menyiapkan berbagai alasan untuk menjawabnya.

  Selesai makan malam Kalisa mengungkap- kan keinginannya untuk melanjutkan sekolah di SMA tempat neneknya tinggal.

  “Ayah… jika Kalisa nanti sekolah SMA di desa dekat rumah nenek boleh tidak?” Kalisa memulai obrolannya sambil mendekati ayahnya yang masih berada di meja makan.

  “Ada apa tiba-tiba bicara sekolah di SMA? SMP saja kamu belum lulus”.Jawab ayahnya. “ Kata kakak pembina aku, kalau mau hidup di desa atau di kota harus siap mental jadi kalau ayah setuju jauh-jauh hari aku menyiapkan diri, Yah”, kata Kalisa.

  “Kalau ayah pada dasarnya tidak keberatan…. ayah dukung, tapi tanya ibumu dulu apakah ibumu mengizinkan”, sahut ayah Kalisa.

  Kalisa segera menemui dan membantu ibunya yang sedang mencuci piring, kemudian Kalisa menyampaikan keinginannya untuk sekolah di desa. Ibu Kalisa sangat bijaksana menjawab keinginan Kalisa.

  “Lisa, Ibu tidak keberatan, jika kamu mau sekolah di kota ataupun di desa, sekarang semua sekolah dimanapun kualitasnya sudah baik, yang penting diperhatikan, hati-hati dalam pergaulan. Pilih teman yang baik, jangan mudah terpengaruh oleh teman-teman yang berprilaku kurang baik. Justru kita harus bisa mengajak teman kita yang kurang baik untuk menjadi baik”, ujar Ibu Kalisa.

  “Ajak teman-teman kamu nanti di desa untuk belajar hidup mandiri, agar kelak setelah lulus SMA tidak perlu mencari kerja ke kota. Karena di desa pun, jika kita kreatif dapat menciptakan lapangan kerja. Lahan di desa masih luas, tenaga kerja mudah biaya hidup tidak semahal dikota. Nanti hasil produksinya bisa dijual ke kota”, kata ibu menasihati Kalisa.

  “Wah.... gagasan ibu sepertinya sama dengan rencana aku, Bu! Aku sudah janjian dengan Reina jika lulus SMA nanti, sambil kuliah aku mau jadi pengusaha di desa, mengumpulkan pemuda- pemuda desa untuk bekerja di perusahaan ku, jadi penduduk desa tidak akan berpindah ke kota. Kemudian Reina akan menampung semua hasil produksi usaha aku di desa karena Reina bercita- cita ingin menjadi pengusaha suplier di kota”, jawab Kalisa kegirangan.

  “Kalian memang remaja-remaja yang hebat!. Jawab ibu Kalisa. SMP saja belum lulus sudah memikirkan SMA bahkan kuliah hingga mimpi jadi pengusaha”.

  “Hidup itu harus direncanakan, jangan bagaimana nanti tapi harus nanti bagaimana. Seperti peribahasa “sedia payung sebelum hujan”, ketika hujan datang kita sudah siap jadi tidak akan sengsara kehujanan”, kata Kalisa.

  Hebat-hebat! Sahut ibunya. “Ayah dan Ibu tidak salah memberi nama kamu Kalisa, yang merupakan singkatan dari

  Kader Peduli Bangsa. Ketika kamu lahir, ayah ingin punya anak yang dapat menjadi kader pembangunan yang peduli dengan bangsanya sendiri sehingga kamu dinamai Kalisa”, ujar ibu.

  “Oh begitu bu ceritanya. Ternyata nama aku punya makna yang sangat bagus kenapa ibu baru cerita tentang rahasia nama aku? aku harus ceritakan ini ke Reina”.

  “kenapa harus diceritakan ke Reina? tanya ibunya”. “Begini Bu, Reina pernah cerita bahwa ayahnya memberi nama Reina juga merupakan singkatan dari Remaja Indonesia”, jawab Kalisa.

  “Wah, wah, wah…..ternyata kalian dua remaja yang hebat-hebat dan mempunyai nama yang sama-sama bagusnya. Ibu do’akan persahabatan kalian mudah-mudahan banyak menghasilkan gagasan yang bermanfaat demi kemajuan bangsa dan negara kita tercinta”, sahut ibu Kalisa mengakhiri obrolannya.

  “Aku pamit dulu Bu….pinta Kalisa. Aku mau menemui ayah yang sudah menunggu di ruang tamu”. Kalisapun dengan gembira meninggalkan Ibunya dan bercerita pada ayahnya tentang pesan- pesan dan nasihat serta dukungan ibunya untuk sekolah di desa.

  “Ayah hanya berpesan, kelak jika kamu jadi sekolah SMA di desa, ayah titip agar kamu jangan menyusahkan nenek dan kakekmu, justru kamu harus bisa merawat kakek dan nenek. Jaga sikap dan prilaku kamu karena orang desa itu hidupnya sangat ramah dan santun, kamu harus menyesuaikan seperti peribahasa “dimana bumi dipijak disana langit dijunjung”, pesan ayah.

  “Sekarang kamu konsentrasi saja sebentar lagi ujian, hasilnya harus bagus agar kamu dapat masuk sekolah SMA pilihanmu di desa”, sambung ayah.

  “Baik Ayah, terimakasih do’a dan dukungannya, aku pamit dulu mau belajar”. Sahut Kalisa sambil mencium tangan ayahnya. Gambar.2 Kalisa sedang berbicara dengan ibunya

Indahnya Desa Kelahiranku

  Sepulangnya Kalisa dari rumah Reina, Reina membayangkan kembali kenangan indah saat berada di desa yang belum sempat diceritakan pada Kalisa, yaitu ketika dia pulang ke desa menyaksikan bagaimana budaya orang desa saat prosesi acara akad nikah bibinya yang begitu sederhana tapi sangat hikmat dan meriah.

  Betapa bangganya Reina melihat dan merasakan keramahan dan kenyamanan hidup di pedesaan, kebiasaan penduduknya sangat kompak, budaya gotong royong, dan bahu- membahu saat acara berlangsung amat terasa.

  Kalau Indonesia terkenal dengan penduduknya ramah, sopan, santun dan berjiwa gotong royong, itu benar nampak terasa ketika Reina menyaksikan hampir semua penduduk di desa dimana bibinya berada, semua terlibat aktif, membantu dari mulai anak-anak, remaja sampai dengan para orang tua. Masing-masing dari mereka seperti sudah terbiasa membantu dari mulai masa persiapan sampai selesainya acara resepsi

  Reina kagum melihat remaja di desa, mereka seperti keluarga sendiri.

  Reina jadi teringat cerita kak Pandu yang bercerita kalau dia tidak berminat tinggal di kota bahkan kak Pandu ingin hidup dan menghidupkan desanya di mana ia dilahirkan.Kak Pandu banyak cerita tentang keindahan alam Indonesia yang seharusnya menjadi magnet untuk menarik orang kota bahkan orang luar negeri datang ke Indonesia khususnya menikmati alam pedesaan.

  Keindahan alam desa yang indah kata kak Pandu adalah modal yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Kalau di desa dapat dibangun lapangan kerja maka penduduk desa tidak akan mencari nafkah ke kota.

  Penduduk kotapun tidak akan terlalu padat sehingga kemacetan akan berkurang, kriminalitas, kejahatan di kota akan berkurang.

  Kak Pandu sangat menguasai pengetahuan tentang permasalahan di desa dan di kota. Semua permasalahan yang terjadi baik di desa maupun di kota tidak terlepas dari masalah kependudukan.

  Hasil sensus penduduk tahun 2010 kata kak Pandu sekitar 52% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Permasalahan yang sangat mencolok cerita kak Pandu adalah penduduk Indonesia penyebarannya tidak merata terutama penduduk di Pulau Jawa, yang lebih dari separuh penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa.

  Oleh karena itu betapa banyak permasalahan yang muncul di Pulau Jawa kemacetan, kriminalitas, bencana banjir dan lain- lain.

  Melihat data diatas program pemerintah tentang transmigrasi menjadi perlu untuk terus di dukung oleh masyarakat, terutama oleh kaum muda yang baru berkeluarga. Jangan takut dan malu ikut program transmigrasi, karena di daerah yang akan didatangi jika punya keahlian dan siap mental akan tercipta kehidupan yang sejahtera.

  Kita harus bangga menjadi warga negara Indonesia, dimanapun kita bertempat tinggal, kita harus menjaga dan melestarikan alam Indonesia.

  Kita harus yakin kelak Indonesia akan menjadi negara yang terindah, terkaya, dan menjadi raksasa dunia. Sehebat apapun kita melihat negara lain kita harus terus berupaya menjadikan negara kita harus lebih hebat.

  Di negara ini kita dilahirkan, di negara ini kita dibesarkan, di alam Indonesia yang indah ini kita dapat berbagai informasi dan pengalaman. Negara yang indah ini bukan hadiah cuma-cuma dari penjajah tapi hasil perjuangan para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan Indonesia.

  Indonesia harus menjadi sebuah negara yang besar, indah, damai dan sejahtera. Ini tugas kita sebagai remaja, harus terus berjuang dan yakin kita pasti bisa. Gerutu hati Reina sambil termenung dalam lamunannya.

  Biarlah kalau kelak sudah dewasa dia tidak satu daerah dengan sahabatnya Kalisa, tidak apa- apa. Biarlah Kalisa memilih hidup di desa dengan berbagai gagasannya untuk memajukan desa.

  Reina pun berjanji akan tetap hidup di kota dan memajukan penduduk di kota dengan berbagai gagasan dengan mengajak penduduk kota untuk disiplin dan mentaati aturan lalu lintas serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, siap menghadapi segala tantangan kehidupan untuk menuju keluarga yang bahagia dan sejahtera.

  Gambar. 3 Reina sedang melamun membayangkan keindahan alam Indonesia

Bermain Transmigrasi

  Hampir tiap pagi dan sore dimana-mana macet luar biasa, ini disebabkan karena terlalu padatnya penduduk perkotaan dan banyak orang desa pada berbondong-bondong datang ke kota. Jadi semodern apapun Jakarta kalau macet terus dimana keindahannya.

  Penduduk Indonesia belum merata baik itu antar pulau maupun antar desa dan kota masih sangat berbeda kepadatan dan kemajuannya.

  Ada pulau yang penduduknya banyak tapi pulaunya kecil ada pulau yang besar tapi penduduknya sedikit, begitu pula di desa penduduknya masih sedikit sedangkan di kota sangat padat.

  Tugas kita sebagai remaja mengajak teman- teman kita, adik-adik kita dengan cara memberikan pemahaman agar tumbuh kesadaran untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Ajakan tersebut harus dibuat dalam bentuk permainan yang menarik, misalnya permainan permasalahan penduduk, atau tentang transmigrasi dan urbanisasi. Ujar kak Neli

  Tugas masing-masing regu agar menciptakan permainan tersebut dan Sabtu depan saat latihan akan dilombakan. Demikian amanat kak Neli saat memberikan amanat pembina upacara pada kegiatan upacara penutupan latihan.

  Sore itu Kalisa mengajak temannya untuk datang kerumahnya untuk berdiskusi menyusun permainan yang ditugaskan kakak pembina. Reina sudah datang lebih awal dari teman-teman Regu Melati lainnya.

  Kalau begitu Lis, kamu ceritakan ide permainan transmigrasi itu siapa tahu aku dapat inspirasi untuk melengkapi permainan yang kamu ciptakan agar lebih menarik.

  “Sebenarnya permainannya sangat sederhana Rien. Mula-mula kita membuat hamparan kepulauan Nusantara di lapangan dengan menggunakan tali rapia, lalu semua regu disuruh menempati Pulau Jawa”, ujar Kalisa mengawali pembicaraan.

  “Bayangkan, 32 orang satu pasukan disuruh masuk di lingkaran Pulau Jawa yang kecil itu, ya tidak akan muatkan? Tapi dipaksa harus muat bagaimana caranya kita harus kreatif. Akhirnya kita terpaksa gendong-gendongan, ada yang naik dipundak, seru!” lanjutnya.

  “Kemudian saat pluit berbunyi, pindah ke Pulau Sumatra, semua harus lari memenuhi lingkaran tali Pulau Sumatra, kemudian pluit dibunyikan lagi seluruh peserta lari ke Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan hampir semua pulau harus disinggahi”, jelas Kalisa.

  Bagian paling adalah ketika semua harus masuk tidak boleh melewati garis dan masuk di Pulau Bali. Semua anggota regu naik di pundak temen regunya dan akhirnya jatuh bertumpuk- tumpuk. Dan pluit terakhir masing-masing regu disuruh menyebar mencari nama regu yang sudah ditulis oleh petugas permainan dengan sandi rumput dan disimpan di lingkaran pulau yang berbeda kemudian setelah ketemu pulaunya semua anggota regu disuruh duduk menempati pulau yang tertera di kertas.

  Semua regu diberi tugas menyanyikan lagu disini senang, dilanjutkan membawakan yel-yel regunya masing-masing. Diakhir permainan semua regu dikumpulkan, kemudian diadakan dialog tanya jawab tentang permainan tadi. Permainan tadi menunjukkan bahwa kalau penempatan pulau tidak diatur dengan baik, maka akan terjadi kericuhan dan banyak korban berjatuhan seperti permainan tadi, dan sebaliknya kalau diatur dengan baik penduduknya penuh kesadaran maka suatu pulau akan terasa nyaman tentram begitu pula dalam kehidupan di negara kita, kalau saja penyebaran penduduk di tiap pulau seimbang dan penduduk desa tidak banyak yang ke kota maka kehidupan akan terasa indah nyaman pendudukpun akan sejahtera.

  “Wah…seru juga ya kalau dimainkan, timpal Reina. Itu teman-teman kita sudah datang Rien, ayo kita ajak ke belakang rumahku saja, ada tanah kosong kita praktikkan lagi permainannya, dan kita diskusikan dengan teman-teman untuk menciptakan permainan agar lebih menarik untuk Sabtu depan kita lombakan dengan regu lain.

  Ayo, kamu duluan kebelakang rumah. Aku mau mengambil tali rapia dulu. “Ayo, teman-teman kita langsung ke lapangan saja. Kalisa nanti menyusul membawa tali rapianya”! teriak Reina.

  Teman-teman anggota Regu Melati langsung membuat peta kepulauan Nusantara dan bermain- main sesuai dengan aturan permainan. Mereka pun asyik bermain sambil berdiskusi melengkapi hasil kreasi Kalisa untuk Regu Melati yang akan dilombakan dengan regu lain di hari Sabtu mendatang.

  Gambar. 4 BermainTransmigrasi Hari Sabtu latihan terakhir untuk Kalisa dan teman-temannya, karena minggu depan sudah tiba waktunya ujian. Kalisa sudah menyiapkan Permainan yang akan dilombakan dengan regu lain, pada kegiatan latihan gabungan dengan putra.

  Lomba pun dimulai, dengan berbagai permainan hasil kreasi para anggota regu yang bertemakan masalah kehidupan di kota dan di desa dengan berbagai solusinya.

  Setiap regu tampil, semua bersorak sambil tepuk tangan, semua regu sudah tampil dengan berbagai kretifitas yang berbeda, kini giliran Regu Melati mendapat undian nomor 8 atau penampilan terakhir dari 4 regu putra dan 4 regu putri.

  Semua penasaran untuk menyaksikan penampilan terakhir, Kalisa menuju ke tengah lapangan membuat peta Nusantara dengan tali rapia.

  Semua Regu putri diminta oleh Kalisa masuk ke Pulau Jawa, sementara regu putra menonton dipinggir, regu putri yang sudah masuk lingkaran peta pulau Jawa sudah penuh sesak, Kalisa meniup pluit dan menyuruh mereka pindah ke Pulau Sumatra, pluit ditiup lagi mereka disuruh ke Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Irian Jaya dan terakhir ke Pulau Bali.

  Ketika berada di Pulau Bali peserta harus bertumpuk di atas pundak karena pulaunya kecil.

  Penonton bertepuk tangan melihat permainan yang menarik dari Regu Melati. Kak Neli dan kak Helmi sepakat memberikan hadiah juara terbaik pada regu Melati. Karena dari permainan itu banyak menginspirasi bahwa pentingnya penduduk memilih transmigrasi ke pulau yang besar dan penduduknya masih jarang.

  Mengakhiri latihan Kak Helmi berpesan agar para remaja khususnya anggota penggalang dapat berperan aktif memotivasi masyarakat kota dan desa yang penduduknya padat untuk bertransmigrasi ke pulau yang masih jarang penduduknya.

  Wilayah kepulauan Nusantara ini luas, Indonesia termasuk negara yang sangat luas wilayahnya, mempunyai ribuan pulau dan pantai terpanjang di dunia. Mari kita ajak semua masyarakat untuk bersedia hidup dimanapun di wilayah Indonesia. Tidak perlu terus berada di tempat kota atau desa kelahirannya. Dimanapun kita berada kita harus menjadi warga negara Indonesia yang baik.