PENINGKATAN KEMANDIRIAN MELALUI PELATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS XI B SMA NEGERI 2 JONGGAT TAHUN PELAJARAN 20162017 HETTY SURYATNINGSIH NIP. 196512271998022003 Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Kemandirian siswa melalui
PENINGKATAN KEMANDIRIAN MELALUI PELATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS XI B SMA NEGERI 2 JONGGAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017
HETTY SURYATNINGSIH NIP. 196512271998022003
Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Kemandirian siswa melalui metode pelatihan asertif pada siswa SMAN 2 Jonggat tahun pelajaran 2016/2017. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian kelas XI B SMAN 2 Jonggat yang berjumlah 36 siswa. Subyek penelitian ditentukan dengan teknik populasi. Penelitian dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru bimbingan konseling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala dan observasi. Instrumen yang digunakan adalah skala Kemandirian dan pedoman observasi. Reliabilitas skala berpikir kreatif sebesar 0,741 artinya memiliki reliabilitas yang cukup tinggi. Metode pelatihan asertif dilakukan dalam satu siklus yang terbagi dalam empat pertemuan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Kondisi awal Kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat secara individu tergolong rendah. Kondisi ini dibuktikan dari hasil pre-test dengan skor rata-rata Kemandirian siswa 95,69 dan dikategorisasikan dalam Kemandirian sedang. (2) Dalam penelitian ini diterapkan metode pelatihan asertif dalam satu siklus yang meliputi empat kegiatan melalui ceramah, studi kasus, diskusi kelompok, role playing, modeling, dan pengisian lembar kerja yang menyebabkan tingkat Kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat meningkat. Peningkatan Kemandirian siswa dibuktikan dari hasil post-test skor Kemandirian rata-rata sebesar 106,33 dan dikategorisasikan dalam Kemandirian tinggi. Peningkatan skor Kemandirian siswa dari pre-test ke post-test yaitu sebesar 10,64. (3) Observasi pada saat pemberian tindakan untuk peningkatan Kemandirian menunjukkan antusiasme tinggi dalam metode pelatihan asertif dari kegiatan I, II, III, dan IV.
Kata kunci: Kemandirian , pelatihan asertif
PENDAHULUAN
khususnya remaja. Dengan kemandirian , Pada masa remaja terjadi perubahan
remaja akan mudah untuk menyuesuaikan diri perkembangan sosial, remaja lebih cenderung
dan bersosialisasi dengan dengan individu menghabiskan waktu bersama dengan
lain. Dengan itu tugas perkembangan untuk lingkungan luar seperti teman sebaya
menciptakan hubungan baru dengan individu dibandingkan dengan lingkungan keluarga.
lain dapat tercapai. Kemandirian juga Masa remaja merupakan masa transisi dimana
merupakan syarat utama seorang individu seorang
untuk mencapai kesuksesan. Muhammad Al- ketergantungan
anak muda
beranjak
dari
Mighwar (2006: 127) mengatakan bahwa kemandirian serta kematangan baik fisik
semakin sering terlibat berbagai aktivitas maupun mental (Santrock, 2003: 26). Pada
sosial, maka kemandirian remaja juga masa remaja, kemampuan seseorang untuk
semakin meningkat.
lebih memahami
Sikap seseorang yang menunjukan berkembang.
orang lain mulai
dirinya tidak memiliki kemandirian yaitu seseorang
Hal
ini memungkinkan
didalam berbuat sesuatu, terutama dalam bagaimana cara untuk menjalin hubungan
melakukan suatu pekerjaan penting dan penuh dengan orang lain (Kathryn Geldard dan
tantangan selalu dihinggapi rasa ragu-ragu, David Geldard, 2011: 12).
mudah cemas, tidak yakin, cenderung Remaja
menghindari, tidak punya inisiatif, mudah kemandirian yang baik, untuk dapat
hendaknya
memiliki
patah semangat, tidak berani tampil didepan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.
orang banyak dan gejala kejiwaan lainnya Kemandirian merupakan aspek kepribadian
yang menghambat untuk melakukan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia
(Thursah Hakim, 2005: 4).
Batasan Masalah
diperoleh data bahwa sebagian besar siswa
masalah yang SMAN 2 Jonggat khususnya kelas XI B
Dari
beberapa
teridentifikasi tersebut, peneliti membatasi kurang mandirian. kebanyakan siswa malu-
masalah pada peningkatan kemandirian siswa malu ketika berbicara didepan umum. Siswa
kelas XI B SMAN 2 Jonggat tahun akan mulai terdiam ketika guru mata pelajaran
pelajaran 2016/2017 melalui pelatihan asertif. mengatakan “ siapa yang mau maju kedepan
Rumusan Masalah
untuk mengerjakan? “. Kondisi ini sering Berdasarkan pada pembatasan masalah menyulitkan guru mata pelajaran, dimana
diatas, maka permasalahan dalam penelitian guru mata pelajaran tersebut harus menunjuk
ini dapat dirumuskan sebagai berikut. dan terkadang juga harus membujuk terlebih
Bagaimana kemandirian siswa kelas dahulu agar siswa mau maju kedepan kelas.
XI B SMAN 2 Jonggat tahun pelajaran Masalah kemandirian siswa kelas XI B
2016/2017 dapat meningkat melalui pelatihan SMAN 2 Jonggat juga terjadi ketika siswa
asertif?
memiliki masalah, banyak siswa yang tidak
Tujuan Penelitian
mau datang ke ruang bimbingan dan Berdasarkan rumusan masalah diatas, konseling untuk menceritakan masalahnya
maka tujuan yang hendak dicapai dalam kepada guru bimbingan dan konseling. Tidak
adalah meningkatkan hanya kepada guru bimbingan konseling
penelitian
ini
kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 siswa tidak mau menceritakan masalahnya,
Jonggat Tahun 2016/2017 melalui pelatihan siswa juga tidak mau menceritakan kepada
asertif
teman sekelasnya. Keadaan ini sering
Manfaat Penelitian
menyulitkan guru bimbingan dan konseling Manfaat penelitian ini diharapkan untuk membantu siswa yang terlihat memiliki
dapat dimanfaatkan baik bagi kepentingan masalah. Kebanyakan siswa malu dan merasa
teorotis maupun praktis.
tidak percaya diri untuk menceritakan
a. Manfaat Penelitian secara teoritis masalahnya kepada guru bimbingan dan
diharapkan dapat konseling maupun teman sekelasnya
Penelitian
ini
memberikan kontribusi untuk perkembangan
Identifikasi Masalah
ilmu dalam bidang bimbingan dan konseling, Dari paparan latar belakang, terdapat
serta menambah pengetahuan khususunya masalah yang dapat diidentifikasi sebagai
dalam bidang peningkatan kemandirian berikut:
melalui pelatihan asertif.
b. Manfaat penelitian secara praktis SMAN 2 Jonggat tahun ajaran 2016/2017
1. Kurangnya kemandirian siswa kelas XI B
1 Bagi siswa: diharapkan kemandirian siswa dalam interaksi sosial dengan teman, guru
dapat meningkat sehingga interaksi sosial dan kelompok.
dikelas dapat berjalan dengan baik dan
2. Siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat tahun siswa mulai mau menceritakan masalah ajaran 2016/2017 malu menceritakan
kepada guru pembimbing. masalah pada guru bimbingan dan
2 Bagi guru mata pelajaran: membantu konseling.
proses kegiatan belajar mengajar agar
3. Siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat tahun berjalan dengan baik tanpa harus ada yang ajaran 2016/2017 terlihat kaku ketika
merasa malu saat ditunjuk dan melihat berinteraksi dengan lawan jenis.
pekerjaan teman saat penugasan. 4. Kegiatan belajar mengajar sering terganggu
3 Bagi guru bimbingan dan konseling: akibat siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat
guru pembimbing tahun ajaran 2016/2017 kurang yakin akan
Mempermudah
mengetahui permasalahan siswa dan dalam kemampuannya.
pelaksanaan bimbingan di sekolah.
4 Bagi peneliti lainnya: hasil penelitian ini untuk meningkatkan kemandirian siswa
5. Belum pernah diadakan pelatihan asertif
diharapkan dapat menambah wawasan dan SMAN 2 Jonggat tahun ajaran
meningkatkan rasa percaya diri dalam 2016/2017.
akademis.
KAJIAN TEORI
apabila “orang tersebut mampu mengarahkan
KEMANDIRIAN
dan mengurus diri sendiri”. Menurut Erikson
Pengertian Kemandirian
(dalam Desmita, 2009:15) menyatakan Mandiri berasal dari kata diri, dimana
“kemandirian adalah usaha untuk melepaskan setiap membahas kata mandiri tidak dapat
diri dari orangtua dengan maksud untuk dilepaskan
menemukan dirinya melalui proses mencari per kembangan diri itu sendiri. “Mandiri
identitas ego, yaitu merupakan perkembangan diartikan sebagai suatu kondisi di mana
kearah individualitas yang mantap dan berdiri seseorang tidak tergantung kepada orang lain
sendiri
dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri” (Chaplin, 1996: 105). Dalam Aspek-Aspek Kemandirian Sukria berpendapat bahwa orang yang
pandangan konformistik/sudut pandang yang mempunyai kemandirian akan mampu bergaul berpusat pada
masyarakat, kemandirian secara fleksibel, mempunyai toleransi yang merupakan konformitas terhadap prinsip moral
kelompok rujukan. Oleh karena itu, “individu cukup baik, bersikap positif, tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak dan
yang mandiri adalah individu yang berani mampu menentukan langkah-langkah pasti mengambil
dalam kehidupannya. (M. Nur Ghufron & pemahaman akan segala konsekuensi dari
tindakannya” (Ali dan Asrori, 2005: 110). Rini Risnawita S, 2011: 35). “Mandiri merupakan suatu suasana di
Lauster dalam (M. Nur Ghufron & mana
Rini Risnawita .S . 2011: 35) juga mewujudkan kehendak/keinginan dirinya
menyatakan bahwa orang yang mempunyai yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata
kemandirian yang positif adalah orang yang guna menghasilkan sesuatu demi pemenuhan
memiliki : 1) Keyakinan kemampuan diri kebutuhan hidupnya dan sesamanya” (Gea,
yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya 2003: 195). Kemandirian mempunyai
mencakup segala potensi dalam dirinya. Ia kecenderungan
mampu secara sungguh-sungguh akan apa Kemandirian merupakan suatu kecenderungan
bebas
berpendapat.
yang dilakukannya. 2) Optimis yaitu sikap menggunakan kemampuan diri sendiri untuk
positif yang dimiliki seseorang yang selalu menyelesaikan suatu masalah secara bebas,
berpandangan baik dalam menghadapi segala progresif, dan penuh dengan inisiatif.
hal tentang diri dan kemampuannya. Menurut Desmita (2009: 185) kemandirian
Menurut Marwati (2001: 34) ada atau otonom merupakan “kemampuan untuk beberapa aspek kemandirian yang dapat
mengendalikan dan mengatur pikiran, diungkapkan : 1) Mandiri, adalah sikap tidak perasaan dan tindakan sendiri secara bebas
tergantung pada orang lain dan merasa tidak serta berusaha sendiri untuk mengatasi
perlu dukungan orang lain dalam melakukan perasaan-perasaan malu dan keragu-
raguan”. sesuatu. 2) tidak mementingkan diri sendiri Dalam berkembangnya kemandirian individu
dan toleran, dapat mengerti kesukaran yang dapat ditentukan ketika individu mampu atau
ada pada diri sendiri dan dapat menerima tidak
pandangan dari orang lain permasalahan yang dihadapi. Dari beberapa pemaparan para ahli Mustari (2011: 94) berpendapat orang
dapat disimpulkan bahwa kemandirian yang “mandiri adalah orang yang cukup diri memiliki beberapa aspek yaitu: yakin akan
sendiri, berani berfikir dan berfungsi secara independen tidak
(self-sufficient), yaitu orang yang mampu
kemampuan
diri
mengungkapkan pendapat, mandiri, mampu perlu bantuan orang lain, tidak menolak
dan mampu resiko dan bisa memecahkan masalah, bukan
bergaul secara fleksibel
pasti dalam hanya khawatir tentang masalah-masalah
mengambil langkah
kehidupannya.
yang dihadapinya”. Orang yang mandiri akan Mempengaruhi percaya pada keputusannya sendiri serta
a. Gen atau keturunan orang tua
jarang meminta pendapat atau bimbingan
orang lain. Familia
Orang tua yang memiliki sifat mengungkapkan seseorang dikatakan mandiri
kemandirian tinggi seringkali menurunkan kemandirian tinggi seringkali menurunkan
pendidikan, maka perlu menjadi perdebatan karena ada yang
tujuan
faktor-faktor yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan
diperhatikan
mempengaruhinya. Menurut Basri (2004: sifat yang baik, maka orang tersebut juga
53) ada fakto lain yang mempengaruhi akan memiliki kemandirian yang tinggi.
kemandirian seseorang yaitu faktor di kemandirian orang tuanya itu menurun
dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan kepada anaknya, melainkan sifat orang
faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor tuanya muncul berdasarkan cara orang tua
eksogen).
mendidik anaknya. Faktor endogen merupakan semua
b. Pola asuh orang tua
keadaan yang bersumber dari dalam Cara orang tua mengasuh atau mendidik
dirinya, seperti keadaan keturunan dan anak akan mempengaruhi perkembangan
konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan kemandirian anak remajanya. Orang tua
dengan segala perlengkapan yang melekat yang terlalu banyak melarang atau
pada diri individu. Misalnya bakat, mengeluarkan kata ”jangan” kepada anak
intelektual dan potensi tanpa disertai dengan penjelasan yang
potensi
pertumbuhan tubuhnya. Faktor eksogen rasional akan menghambat perkembangan
adalah semua keadaan atau pengaruh yang kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua
berasal dari luar dirinya. Faktor eksogen yang menciptakan suasana aman dalam
ini sering disebut dengan faktor interaksi
lingkungan keluarga dab masyarakat. mendorong kelancaran perkembangan
Misalnya pola pendidikan dalam keluarga, anak. Demikian juga, orang tua yang
sikap orang tua terhadap anak, lingkungan cenderung
bandingkan anak yang satu dengan
faktor-faktor yang lainnya juga akan berpengaruh kurang
Dari
beberapa
perkembangan nilai baik terhadap perkembangan kemandirian
mempengaruhi
kemandirian siswa di atas dapat anak.
disimpulkan bahwa, faktor gen atau
c. Sistem pendidikan di sekolah
keturunan, pola asuh orang tua, sistem Sistem pendidikan di sekolah adalah
disekolah dan sistem sistem pendidikan yang ada di sekolah
pendidikan
masyarakat ikut tempat anak dididik dalam lingkungan
kehidupan
di
perkembangan nilai formal. Proses pendidikan di sekolah yang
mempengaruhi
kemandirian siswa. Selain itu juga ada tidak mengembangkan demokratisasi
beberapa faktor lain yaitu faktor dari pendidikan dan cenderung menekankan
dalam diri individu maupun dari luar diri indoktrinasi tanpa argumentasi akan
individu. Siswa dapat berperilaku mandiri menghambat perkembangan kemandirian
tidak dapat lepas dari faktor-faktor yang siswa. Sebaliknya, proses pendidikan di
perkembangan sekolah
pentingnya penghargaan terhadap anak
PELATIHAN ASERTIF
dan penciptaan kompetensi positif akan
Pengertian dan Tujuan Pelatihan Asertif
memperlancar perkembangan kemandirian Pelatihan asertif adalah salah satu dari belajar.
sekian banyak topik yang tergolong popular
dalam terapi perilaku. Corey (1995: 429) Sistem kehidupan masyarakat yang
d. Sistem kehidupan di masyarakat
menyatakan bahwa asumsi dasar dari menekankan lingkungan masyarakat yang
pelatihan asertif adalah setiap orang memiliki aman, menghargai ekspresi potensi remaja
hak untuk mengungkapkan perasaannya, dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak
pendapat, apa yang diyakini serta sikapnya berlaku hierarkis akan merangsang dan
lain dengan tetap mendorong perkembangan kemandirian
terhadap
orang
menghormati dan menghargai hak-hak orang remaja.
tersebut. Houston dalam (Nursalim, dkk 2005: 129) mengemukakan bahwa latihan asertif tersebut. Houston dalam (Nursalim, dkk 2005: 129) mengemukakan bahwa latihan asertif
kekurangtegasan dalam belajar peran dan pikirannya secara jujur dan tidak
tingkah laku baru yang asertif membuat orang lain menjadi terancam.
b. Sesi kedua
sejumlah latihan disimpulkan
Berdasarkan pendapat diatas dapat
Memperkenalkan
relaksasi, dan masing-masing anggota merupakan suatu proses untuk menolong
menerangkan tingkah laku spesifik dalam seseorang agar dapat memahami tentang
situasi-situasi interpersonal yang dirasa asertif untuk dapat mengembangkan diri
menjadi masalah. Para anggota kemudian sehingga mampu menyampaikan perasaan-
membuat perjanjian untuk menjalankan perasaan dan keinginan yang akan
tingkah laku menegaskan diri yang semula disampaikan. Pelatihan asertif ini bertujuan
mereka hindari sebelum memasuki sesi untuk meningkatkan efektifitas kehidupan
selanjutnya.
sosial dan untuk meningkatkan kemampuan
c. Sesi ketiga
mengekspresikan diri dalam berbagai situasi Para anggota menerangkan tentang sosial yang ada.
tingkah laku menegaskan diri yang telah
Prosedur Pelatihan Asertif
dicoba di jalankan oleh mereka dalam Perilaku asertif bukanlah suatu yang sudah
situasi-situasi kehidupan nyata. Mereka ada sejak lahir, sehingga untuk membentuk
berusaha mengevaluasi dan jika belum dan membiasakan seseorang berperilaku
sepenuhnya berhasil, kelompok langsung asertif diperlukan pelatihan asertif yang
menjalankan permainan peran. bertahap dan sebaiknya dimulai sejak dini.
d. Sesi keempat
Pelatihan asertif menekankan pada proses Selanjutnya terdiri atas penambahan mempelajari respon-respon asertif dalam
latihan relaksasi, pengulangan perjanjian berbagai situasi. Pada dasarnya pelatihan
menjalankan tingkah laku asertif merupakan penerapan tingkah laku
untuk
menegaskan diri, yang diikuti oleh pada kelompok dengan sasaran membantu
evaluasi.
individu-individu dalam mengembangkan
Peningkatan Kemandirian melalui
cara berhubungan lebih langsung dalam
Pelatihan Asertif
situasi-situasi intrapersonal (Corey, 2003: Dari beberapa pemaparan ahli tentang 219).
kemandirian , peneliti dapat mengambil Corey (2003: 218) Mengembangkan pelatihan
kesimpulan bahwa kemandirian merupakan aserif lebih berfokus pada pelaksanaan,
suatu aspek kepribadian yang berupa pelatihan secara kelompok. Pembentukan
keyakinan diri akan kemampuan yang kelompok dilakukan dengan membagi peserta
dimiliki, kemandirian dan kekuatan untuk dimana dalam satu kelompok terdiri atas
mencapai tujuan hidupnya. Seseorang yang delapan sampai sepuluh anggota yang
memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan memiliki latar belakang yang sama. Terapis
mudah untuk masuk dan membaur dengan bertindak sebagai penyelenggara dan
lingkungan sosial yang ada, sedangkan pengarah permainan peran, pelatih, pemberi
individu yang kurang memiliki rasa percaya penguatan, dan sebagai model peran. Dalam
diri akan kesulitan untuk masuk dan membaur diskusi-diskusi kelompok, terapis bertindak
dengan lingkungan sosial yang ada. sebagai seorang ahli, memberi bimbingan
Seseorang dikatakan memiliki rasa percaya dalam situasi-situasi permainan peran, dan
diri yang tinggi apabila aspek-aspek memberikan umpan balik kepada para
kemandirian sudah tercapai yaitu yakin akan anggota. Berikut ini juga dijelakan sesi-sesi
sendiri, berani yang dilaksanakan pada pelatihan asertif:
kemampuan
diri
mengungkapkan pendapat, mandiri, mampu
a. Sesi pertama bergaul secara fleksibel dan mampu Dimulai dengan pengenalan diktaktik
pasti dalam tentang kecemasan sosial yang tidak
realistis, pemusatan
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan menghapus respon-respon internal yang
pada
belajar
pribadi di SMAN 2 Jonggat , guru BK masih pribadi di SMAN 2 Jonggat , guru BK masih
hasilnya langsung dapat dikenakan pada yang digunakan pun masih kurang beragam,
masyarakat yang bersangkutan. biasanya penyampaian materi hanya dengan
Dari pemaparan ahli diatas dapat menggunakan teknik ceramah dan diskusi.
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas Padahal variasi pada pemberian layanan
adalah penelitian yang dilakukan di sangat penting untuk mengurangi kejenuhan
masyarakat, kelompok tertentu maupun siswa siswa dalam penggunaan metode yang sama
di dalam kelas dengan melakukan tindakan- pada materi yang sama.
tindakan tertentu yang hasilnya langsung Sebagai solusi untuk masalah kemandirian
dapat dikenakan pada subjek tertentu dan tersebut, untuk meningkatkan kemandirian
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa maka digunakanlah metode pelatihan
atau pembelajaran subyek di kelas. asertif yang merupakan prosedur terapi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tingkah laku yang digunakan untuk membantu
desain penelitian tindakan model spiral yang iswa dalam mengekspresikan perasaan dan
dikembangkan oleh Hopkins (Wina Sanjaya, menyampaikan ide-ide yang dimiliki.
2011: 53) yang pada siklusnya terdiri dari Penelitian terdahulu mengenai penggunaan
penemuan adanya masalah, menyusun pelatihan asertif membuktikan bahwa
melaksanakan tindakan, pelatihan asertif dapat
perencanaan,
melakukan observasi, mengadakan refleksi keasertifan
meningkatkan
dilanjutkan dengan perencanaan ulang, kemandirian seseorang.
melaksanakan tindakan dan seterusnya. Pelatihan asertif ini diharapkan mampu
Visualisasi model penelitian tindakan oleh meningkatkan kemandirian siswa melalui
Hopkins adalah sebagai berikut: kegiatan-kegiatan yang beragam dari pelatihan asertif itu sendiri. Jika kemandirian siswa tinggi, siswa dapat lebih menunjukan kemampuan yang dimiliki dan dapat bersosialisasi dengan lingkungan yang ada lebih baik lagi. Dengan demikian melaksanakan pelatihan asertif dapat meningkatkan kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat tahun pelajaran 2016/2017 .
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kejian pustaka serta kerangka pikir yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis dari penelitian tindakan kelas ini yaitu: pelatihan asertif dapat meningkatkan
Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan (Wina kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 Sanjaya, 2011: 54)
Jonggat tahun pelajaran 2016/2017 . Berdasarkan gambar diatas dapat
METODE PENELITIAN
disimpulkan bahwa proses penelitian terdiri
Pendekatan Penelitian
dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian akan terus berlanjut
apabila dalam dalam siklus pertama belum pendekatan penelitian tindakan kelas. Suyanto
(1996: 4) menyebutkan bahwa penelitian mendapatkan hasil yang diinginkan, tetapi tindakan kelas adalah bentuk penelitian yang
dengan melakukan perbaikan dalam tahap bersifat reaktif dengan melakukan tindakan-
perencanaan.
tindakan tertentu untuk meningkatkan
Tahap-Tahap Penelitian
Peneliti mencoba untuk melekukan pembelajaran di kelas secara professional.
penelitian berdasarkan desain penelitian yang Suharsimi Arikunto (2006: 90) juga
menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah dikembangkan oleh Hopkins yang terdiri dari penelitian tentang hal-hal yang terjadi di
beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti melakukan dilakukan setelah tindakan berakhir dengan observasi mengenai kondisi siswa yang akan
tujuan utama untuk mengetahui secara dijadikan sebagai tempat untuk penelitian,
langsung apakah ada perkembangan atau serta peneliti akan melakukan wawancara
kemajuan pada diri siswa setelah dikenai dengan guru wali kelas dan guru BK
tindakan, dan juga mencari tahu kekurangan mengenai permasalah kemandirian siswa
apa saja yang terdapat dalam pelaksanaan yang rendah. Peneliti dan guru pembimbing
tindakan.
berdiskusi mengenai alternatif tindakan yang Jika dalam siklus ini, peneliti sudah akan diberikan kepada siswa dan cara
yakin dengan tindakan yang diberikan dan melakukan tindakan pelatihan asertif. Peneliti
mengalami peningkatan menyiapkan
siswa
sudah
kemandirian maka penelitian selesai, namun kemandirian , kemudian melakukan pretest
jika belum akan diadakan siklus kedua. Jenis dengan skala untuk mengetahui tingkat
evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2
adalah skala, yang berfungsi sebagai pre test Jonggat .
dan post test.
Peneliti dan guru pembimbing
a. Subjek Penelitian
kemudian menyebarkan skala mengenai Suharsimi Arikunto (2006: 129) kemandirian . Hasil dari penyebaran skala
menyebutkan bahwa yang dimaksud subjek tersebut, akan membantu peneliti dan guru
penelitian adalah sesuatu sumber data di mana pembimbing untuk mengetahui tingkat
data dapat diperoleh. Subjek penelitian dapat kemandirian siswa di SMAN 2 Jonggat .
berupa benda, gerak, manusia, tempat atau Dilanjutkan dengan menentukan tindakan
symbol. Jadi subjek penelitian merupakan yang akan dilaksanakan dalam tiap-tiap
sesuatu yang posisinya sangat penting, karena langkah-langkah penelitian.
pada subjek itulah terdapat data tentang
2. Pelaksanaan Tindakan variabel yang diteliti dan diamati oleh Peneliti memberikan tindakan yang
peneliti.
sudah direncanakan kepada siswa kelas XI B Subjek penelitian ini menggunakan SMAN 2 Jonggat berupa pelatihan asertif.
teknik
populasi.
Menurut Sugiyono
a. Observasi
adalah wilayah Observasi dilaksanakan pada saat dan
populasi
generalisai yang terdiri dari objek atau subjek setelah dilaksanakan tindakan peningkatan
yang mempunyai kualitas dan ciri tertentu kemandirian melalui pelatihan asertif.
yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk Observasi dilakukan oleh peneliti dan
dipelajari yang nantinya akan ditarik observer. Observasi ini meliputi bagaimana
kesimpulannya. Subjek penelitian itu adalah sikap dan perilaku siswa pada saat
siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat tahun pelaksanaan tindakan, serta observasi setelah
pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 36 tindakan selesai dilakukan.
siswa. Kelas ini dipilih karena berdasarkan Observasi dilakukan untuk mengetahui
hasil observasi awal menunjukan tingkat kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
kemandirian yang terbilang kurang dari kelas rencana tindakan. Selain itu observasi juga
yang lain.
digunakan untuk mengetahui apakah tindakan
b. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN perubahan sebagaimana yang diharapkan
yang dilakukan
dapat
menghasilkan
2 Jonggat kabupaten Lombok Tengah. yakni meningkatnya kemandirian siswa kelas
Penelitian telah dilaksanakan pada semester
XI B SMAN 2 Jonggat tahun ajaran ganjil, yaitu pada pertengahan bulan 2016/2017 .
September sampai dengan pertengahan bulan
b. Refleksi Oktober 2016. Penentuan waktu mengacu Refleksi dilakukan untuk memahami
pada kalender akademik sekolah, karena PTK proses dan mengetahui sejauh mana pengaruh
beberapa siklus yang pelatihan asertif dalam meningkatkan
memerlukan
membutuhkan proses bimbingan yang efektif kemandirian siswa serta kendala yang terjadi
di kelas.
selama proses
berlangsung.
Refleksi
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
1. Skala kemandirian
langkah yang paling utama dalam penelitian,
a. Membuat definisi operasional karena tujuan utama dari penelitian adalah
Percaya diri adalah suatu aspek kepribadian mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
yang dimiliki seseorang berupa keyakinan dan pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
kemandirian dan mendapatkan data yang memenuhi standar
kemampuan
diri,
mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan data yang ditetapkan (Sugiyono, 2008: 308).
yang diinginkan dalam hidupnya. Individu Suharsimi Arikunto (2006: 150)
yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi menyatakan bahwa alat yang dapat digunakan
akan mudah untuk masuk pada lingkungan dalam penelitian meliputi angket, observasi,
tertentu sedangkan individu yang kurang wawancara,
memiliki rasa percaya diri akan sulit untuk dokumentasi. Metode pengumpulan data yang
masuk pada lingkungan pergaulan. Aspek- digunakan dalam penelitian ini adalah skala
aspek dalam kemandirian :
sebagai instrumen utama, observasi sebagai
1) Yakin akan kemampuan diri sendiri instrumen pendukung.
2) Berani mengungkapkan pendapat Skala
penelitian ini adalah skala kemandirian .
4) Mampu bergaul secara fleksibel Penerapan skala kemandirian
5) Mampu mengambil langkah pasti dalam penelitian ini menggunakan model skala
dalam
kehidupannya
Likert yang pada masing-masing pernyataan
b. Kisi-kisi skala kemandirian terdiri dari empat jawaban dan memiliki
Tabel 1. Kisi-Kisi Skala Kemandirian
gradasi jawaban dari sangat positif hingga
Variabel
Indikator
Sub Indikator No Item
sangat negatif. Skala ini diberikan kepada
subjek penelitian yaitu siswa kelas XI B akan 1. Keyakinan siswa akan 1,2, 4,5
kemampuan diri 3 8,9
SMAN 2 Jonggat tahun ajaran 2016/2017
diri sendiri
2. Tekad yang kuat dalam 6,7 12,
untuk mengetahui tingkat kemandirian siswa
melaksanakan tugas 10, 13 3. Kemampuan
tersebut. 11
d. Instrumen Penelitian
mengevaluasi dan
mengatasi masalah
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:
Keberanian
1. Kemampuan 14, 16,
160) instrument penelitian adalah alat bantu
mengungkapk
mengutarakan 15 17,
yang 18, digunakan oleh peneliti dalam
an pendapat
pendapat
2. Keberanian 19,
pengumpulan data agar pekerjaannya lebih
mengutarakan perasaan 20, 22,
mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti
yang dialami 21 23,
lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga 24
Mandiri 1. Tidak bergantung pada 25, 27,
lebih mudah diolah. Instrumen yang
orang lain 26 28
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
2. Kemampuan 29, 31,
menggunakan skala, pedoman observasi dan
melakukan segala 30, 32 pekerjaan sendiri
pedoman wawancara. 33
Menurut Sugiyono (2008: 149)
Mampu 1. Mudah bergaul dengan 34, 38
penyusunan instrumen dimulai dengan
bergaul secara
berbagai kelompok 35, 40,
membuat definisi operasional dari variabel 36, 41
fleksibel
atau individu
penelitian untuk 37 dan selanjutnya ditentukan
2. Kemampuan
memulai percakapan 39
indikator yang akan diukur. Dari indikator ini
Mampu 1. Kemampuan dalam 42, 47,
kemudian dijabarkan menjadi butir-butir
mengambil
membuat perencanaan 43, 48
kedepan 44 pertanyaan 50 atau pernyataan. Untuk
langkah pasti
dalam
2. Kemampuan dalam 45,
memudahkan penyusunan instrumen, maka
kehidupannya
mengambil keputusan 46
perlu digunakan kisi-kisi instrument.
3. Kemampuan dalam 49 melaksanakan
Dari uraian diatas, peneliti melakukan
keputusan yang telah
penyusunan instrumen untuk mengetahui
diambil
tingkat kemandirian siswa kelas XI B
c. Menyusun item skala
SMAN 2 Jonggat tahun ajaran 2016/2017 Setiap pernyataan dalam skala dengan membuat:
kemandirian dilengkapi dengan empat pilihan kemandirian dilengkapi dengan empat pilihan
20, 22, 23, 24, 30, 31, 38, 40, 44, 45 dan 47 kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS).
jadi jumlah item berkurang menjadi 35. Hasil Skor untuk skala kemandirian yang positif
validitas dapat dilihat pada lampiran. secara berurutan adalah 4,3,2,1 dan untuk
Tabel
3. Hasil
Validitas Skala
skala kemandirian yang negatif diberi skor
Kemandirian
1,2,3,4. Item skala dapat dilihat dalam
Jumlah Item Gugur
Jumlah Item Sahih
Semula Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kepercayaan 50 15 35
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168)
validitas adalah ukuran yang menunjukan 27,28,29,32,33,34,35,
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
Teknik Analisis Data
sahih mempunyai validitas yang tinggi. Teknik analisis data yang digunakan Sebaliknya instrumen yang kurang valid,
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif berarti memiliki validitas rendah. Uji validitas
terhadap data kuantitatif atau biasa disebut yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan analisis data deskriptif kuantitatif. korelasi Product Moment Pearson dengan
Analisis deskriptif kuantitatif yang digunakan rumus sebagai berikut:
yaitu menggunakan teknik mean, standar Uji validitas skala ini dibantu dengan
deviasi, dan grafik-grafik penyajian data yang menggunakan aplikasi SPSS versi 16 . mendukung hasil penelitian.
Saifuddin Azwar (2006: 103) menjelaskan Menunjuk pada penjelasan Saifuddin bahwa validitas angket lebih ditentukan oleh
Azwar (2009: 109-110) berikut adalah kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang
langkah-langkah pengkategorian asertifitas hendak diungkap, sedangkan validitas skala
dalam penelitian:
psikologis lebih ditentukan oleh kejelasan
1. Menentukan skor tertinggi dan terendah konsep psikologis yang hendak diukur.
2. Menghitung mean ideal (M) yaitu ½ (skor Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan
tertinggi + skor terendah)
korelasi item total, biasanya digunakan
3. Menghitung standar deviasi (SD) yaitu 1/6 batasan r 0,30. Semua item yang mencapai
(skor tertinggi – skor terendah) Batas koefisien korelasi minimal 0,30 daya
antara kategori tersebut adalah (M+1SD) pembedannya dianggap memuaskan. Batasan
dan (M-1SD). Lebih jelasnya lagi dapat ini merupakan suatu konvensi, sehingga
diamati dalam tabel dibawah ini: penyusun tes boleh menentukan sendiri
Tabel 4. Rumus Kategori Tingkat
batasan daya diskriminasi item dengan
Kemandirian
pertimbangan isi dan tujuan skala yang disusun. Apabila jumlah item lolos masih belum
menurunkan sedikit batas criteria, misalnya menjadi 0,25, namun menurunkan batas
Adapun analisis data secara deskriptif criteria dibawah 0,20 sangat tidak disarankan.
kualitatif dalam penelitian ini adalah Berdasarkan pendapat diatas, peneliti
memaknai data kuantitatif secara verbal yaitu menentukan batas korelasi item 0,35 demi
hasil nilai tercapainya jumlah item yang seimbang dan
dengan
membandingkan
kemandirian siswa yang diperoleh subjek mencukupi bagi keperluan penelitian. Setelah
pada setiap siklusnya, serta menjelaskan dilakukan uji coba instrumen, pada skala
kondisi-kondisi lain yang terjadi selama kemandirian yang terdapat 50 item diperoleh
proses pelatihan asertif. Dengan demikian hasil bahwa korelasi item/konsistensi item
adanya peningkatan pada rentangan r = 0,095 sampai dengan r =
dapat
diketahui
kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 0,846 dan item dianggap gugur apabila r
Jonggat tahun ajaran 2016/2017 . dibawah 0,35 dari ke 50 item. Terdapat 15
Kriteria Keberhasilan
item gugur yaitu item nomer 14, 16, 17, 18, item gugur yaitu item nomer 14, 16, 17, 18,
Pada penelitian
ini,
peneliti
Berikut adalah nama subjek yang merupakan Satu siklus yang akan peneliti ambil terdiri
siswa kelas XI B :
dari satu tindakan dengan empat kegiatan.
Tabel 5. Subjek Penelitian
Peneliti akan menghentikan penelitian apabila telah mencapai kriteria baik atau nilai
No. Nama No. Nama No. Nama No. Nama
kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat sudah meningkat, tetapi jika belum
1 GAS 10 AR 19 ELS 28 JK
terjadi peningkatan nilai dalam siklus 2 NRF 11 HE 20 WBP 29 MNZ
pertama, maka akan dilanjutkan ke siklus 3 DAL 12 ATS 21 NK 30 IM
kedua. 4 ATA 13 HP 22 SRH 31 AA
HASIL PENELITIAN
5 ANK 14 DA 23 DAG 32 AM
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN
2 Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. DP 15 MA 24 MSW 33 DS
SMAN 2 Jonggat berdiri di lahan yang 7 ACW 16 AFS 25 AT 34 AP
cukup luas dan memiliki fasilitas yang 8 SI 17 IDN 26 YTS 35 FT
lengkap. Kondisi kelas, bangunan, sarana dan
27 MNH 36 SYH prasarana di SMAN 2 Jonggat sangat baik Deskripsi Langkah Sebelum Pelaksanaan
9 AWN 18 NKA
sehingga mendukung kegiatan pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti
dilakukan peneliti, SMAN 2 Jonggat
melakukan pre-test terlebih dahulu sebelum letaknya cukup strategis dan mudah dijangkau
melaksanakan tindakan dengan tujuan untuk karena terletak dekat dengan jalan utama yang
mengukur tingkat kemandirian . Data pre-test dapat ditempuh menggunakan kendaraan
menggunakan skala umum, kendaraan pribadi, maupun dengan kemandirian yang berisi 35 item pernyataan, berjalan kaki. di mana pernyataan-pernyataan tersebut telah
diambil
dengan
Deskripsi Waktu Penelitian
diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
dilakukan pre-test selanjutnya dilakukan September - Oktober 2016. Dengan perincian
tindakan dan kemudian dilakukan post-test kegiatan sebagai berikut: untuk mengukur tingkat kemandirian setelah
a. Diskusi (dengan guru BK) : Tanggal 11-12 September 2016 dilakukan tindakan. b. Pemberian pre-test
: Tanggal 15 September 2016
c. Pelaksanaan siklus 1
Hasil pre-test menunjukkan bahwa
1) Tindakan I
: Tanggal 22 September 2017 dari 36 siswa terdapat skor yang tertinggi,
2) Tindakan II
: Tanggal 29 September 2016 skor terendah dan skor rata-rata. Setelah
3) Tindakan III
: Tanggal 2 Oktober 2016
diketahui skor tingkat kemandirian siswa,
4) Tindakan IV
: Tanggal 13 Oktober 2016
selanjutnya skor kemandirian siswa tersebut
d. Pemberian post-test : Tanggal 16 Oktober 2016
dikategorikan.
Tabel 6. Kategori Kemandirian Deskripsi Subjek Penelitian
Dalam populasi penelitian di SMAN 2
Batas
Kategorisasi
Jonggat terdapat siswa dan siswi dari kelas
X < 88
Kemandirian Rendah
X hingga kelas XII. Dari populasi di SMAN 2
88 ≤ X < 102
Kemandirian Sedang
Jonggat tersebut memiliki satu persamaan
X ≥ 102
Kemandirian Tinggi
yaitu kurangnya rasa percaya diri pada siswa Berdasarkan data di atas diketahui dan siswinya. Hal tersebut dipaparkan oleh tingkat kemandirian siswa dengan skor guru pembimbing dan beberapa guru mata
88 dikategorikan memiliki pelajaran SMAN 2 Jonggat .
dibawah
kemandirian rendah, siswa dengan skor 88 Fokus tindakan yang akan diberikan
sampai dengan 101 dikategorikan dalam dalam penelitian ini yaitu pada siswa kelas XI
kepercayaa diri sedang, siswa dengan skor
B SMAN 2 Jonggat . Data tentang subyek diatas 101 dikategorikan dalam kemandirian penelitian diperoleh dari hasil observasi,
tinggi.
wawancara dan diskusi antara peneliti dengan wawancara dan diskusi antara peneliti dengan
siswa yang berkemandirian tinggi. kemudian digunakan pada pre-test untuk
di atas
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
mengetahui tingkat kemandirian siswa.
1. Perencanaan
Berikut disajikan secara jelas data pre-test
tindakan dilaksanakan, masing-masing siswa.
Sebelum
peneliti terlebih dahulu membuat pedoman
Tabel 7. Hasil Pre-test Subjek Penelitian
penelitian yang kemudian dijadikan acuan Nama Jumlah Kategori kolaborator dalam melakukan tindakan. Buku
GAS
panduan berisi satu tindakan dengan empat NRF
74 RENDAH
kegiatan dengan menggunakan beberapa DAL
87 RENDAH
teknik, yaitu ceramah, Studi kasus, diskusi ATA
95 SEDANG
kelompok, role playing, modeling dan pengisian lembar kerja siswa. Beberapa hal
lain yang dilakukan dalam persiapan adalah DP
85 RENDAH
sebagai berikut:
ACW
a. Mengurus izin melakukan penelitian SI
99 SEDANG
kepada pihak sekolah. AWN
87 RENDAH
b. Membicarakan rencana tindakan yang AR
akan dilakukan dengan kolaborator, yaitu
HE 98 SEDANG
guru BK.
c.
Membicarakan jadwal pelaksanakan tindakan dengan kolaborator.
Melalui diskusi yang berjalan, terdapat DA 105
sebuah hambatan yaitu kurang pahamnya MA
TINGGI
guru BK dengan pelatihan asertif. Hal itu AFS
92 SEDANG
dikarenakan pelatihan aserif belum pernah IDN
95 SEDANG
dilaksanakan di SMAN 2 Jonggat . Oleh NKA
86 RENDAH
karena itu, dicapai kesepakatan bahwa peneliti ELS
ikut serta mendampingi, namun hanya dalam porsi yang kecil. Peran utama tindakan masih
WBP
99 SEDANG
dilaksanakan oleh kolaborator yaitu guru BK. NK
87 RENDAH
2. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan yang dilakukan selama DAG
SRH 108
TINGGI
penelitian pada umumnya berjalan lancar. MSW
TINGGI
Dalam satu siklus terdapat satu tindakan dan AT
SEDANG
empat kegiatan dengan rincian sebagai YTS
Kegiatan I
Kegiatan pertama dilakukan pada hari Selasa,
JK 101
SEDANG
22 April 2015. Kegiatan dimulai pada pukul MNF
85 RENDAH
11.00 WIB hingga pukul 11.45 WIB. IM
Kegiatan dilaksanakan di ruang kelas. AA 111
TINGGI
Sebelum kegiatan dimulai, peneliti bersama AM
TINGGI
kolabolator menyiapkan peralatan yang DS
99 SEDANG
dibutuhkan, mengkoordinasikan siswa dan AP
96 SEDANG
mempersiapkan semua hal yang dibutuhkan FT
87 RENDAH
Kolaborator (guru SYH
pembimbing) dan peneliti berkolaborasi dalam penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan
TINGGI
Berdasarkan tabel di atas dapat
adalah sebagai berikut:
dikategorisasikan siswa yang memiliki
Kegiatan Pembuka
kemandirian rendah berjumlah 10 siswa,
Kegiatan dibuka dengan memberi salam,
99 SEDANG berdoa, dan mencatat kehadiran siswa
NK
TINGGI sesuai data pre-test. Kemudian guru
SRH
TINGGI pembimbing mulai menjelaskan gambaran
DAG
TINGGI layanan.
MSW
2) SEDANG Kegiatan Inti Guru pembimbing bersama-sama dengan
AT
90 SEDANG siswa berdiskusi menentukan tema
YTS
TINGGI pelatihan yang akan dilaksanakan selama
MNH
TINGGI kurang lebih empat kali pertemuan. Yang
JK
98 SEDANG telah disepakati yaitu “Kita Asertif Kita
MNF
TINGGI Perc aya Diri”. Siswa juga telah
IM
TINGGI menentukan bersama rencana-rencana
AA 115
TINGGI yang akan dilakukan dalam pelatihan.
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan
TINGGI Hasil skala kemandirian
AP
96 SEDANG kegiatan metode pelatihan asertif, peneliti
Setelah dilakukan empat kali
FT
TINGGI melakukan post-test untuk mengetahui tingkat kemandirian siswa setelah
SYH
Berdasarkan data skor di atas, berikut ini tindakan. Dari hasil skala yang
disajikan Tabel.13 yaitu data peningkatan disebarkan oleh peneliti menunjukkan
rata-rata kemandirian siswa kelas XI B adanya perubahan pada kemandirian
SMAN 2 Jonggat .
yang diperlihatkan oleh para siswa.
Tabel 9. Peningkatan Rata-Rata Skor
Berikut ini pada tabel. 12 disajikan secara
Kemandirian
lengkap peningkatan skor kemandirian
Rata-rata Rata-rata
Keterangan
Peningkatan
siswa kelas XI B SMAN 2 Jonggat
Pre-test
Post-test
setelah melalui tindakan pelatihan asertif.
Tabel. 8. Hasil Post-Test Subjek Penelitian
Dari tabel. 13 dapat dilihat bahwa skor
Nama Jumlah Kategori
hasil rata-rata pre-test GAS
kemandirian
kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 NRF
TINGGI
Jonggat yaitu 95,69 dan masuk dalam DAL
TINGGI
kategori kemandirian sedang. Kemudian skor ATA
TINGGI
hasil rata-rata post-test ANK
mengalami peningkatan yaitu menjadi 106,33 DP
97 SEDANG
dan masuk dalam kategori kemandirian ACW
tinggi. Sehingga skor kemandirian siswa meningkat dari pre-test ke post-test yaitu
Berdasarkan Tabel.12 dapat diketahui AR
TINGGI
bahwa terdapat 6 siswa mendapat kenaikan HE 104
TINGGI
skor dari kategori motivasi berwirausaha ATS
TINGGI
rendah menjadi sedang, 14 siswa dari kategori HP
98 SEDANG
sedang menjadi tinggi, 4 siswa dari kategori DA 121
TINGGI
rendah menjadi tinggi, 4 siswa tetap dalam MA
TINGGI
kategori sedang, dan 8 siswa tetap dalam kategori tinggi. Meskipun tidak seluruh siswa
ke kategori IDN
mengalami
peningkatan
kemandirian tinggi, namun secara skoring NKA
TINGGI
seluruh siswa mengalami peningkatan skor ELS
setelah dilakukan tindakan.
WBP 107
TINGGI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan metode pelatihan asertif dalam rangka meningkatkan kemandirian siswa telah dilaksanakan dengan baik dan telah berjalan sesuai dengan tujuan karena hasil skala menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan kemandirian pada penelitian ini dilakukan dengan empat tindakan dalam empat pertemuan melalui diskusi kelompok, ceramah, role playing, studi kasus dan pengisian lembar kerja siswa. Pembahasan
2. Refleksi dan Evaluasi
tersebut terdapat dalam Lampiran Satuan Pada dasarnya penerapan metode
layanan Bimbingan dan Konseling tentang pelatihan asertif untuk meningkatkan
metode pelatihan asertif.
kemandirian siswa sudah berjalan sesuai Secara kuantitatif, kemandirian siswa dengan rencana. Metode pelatihan yang
mengalami peningkatan setelah siklus I. Nilai dilakukan berhasil meningkatkan kemandirian
rata-rata skala pra tindakan adalah 95,59 siswa. Hal tersebut diketahui dari peningkatan
termasuk dalam kategori rata-rata sedang. skor post-test skala kemandirian , dengan
Sedangkan nilai rata-rata pasca tindakan peningkatan rata-rata skor 10,64.
adalah 106,33 termasuk dalam kategori rata- Peningkatan juga terlihat dari
rata tinggi. Peningkatan yang terjadi pada indikator-indikator percaya diri yang terlihat
siklus I adalah 10,64.
pada saat tindakan berlangsung. Melalui
KESIMPULAN
refleksi yang dilakukan pembimbing kepada Berdasarkan hasil analisis data dan siswa, siswa sudah mengerti apa disebut
pembahasan, maka kesimpulan yang dapat perilaku asertif, dan manfaat perilaku asertif
diambil dari penelitian ini adalah metode yaitu meningkatnya rasa percaya diri siswa.
pelatihan asertif dapat meningkatkan Siswa menyampaikan termotivasi untuk terus
kemandirian siswa kelas XI B SMAN 2 berperilaku asertif dan merasa bahwa perilaku
Jonggat . Hal ini dapat dilihat dari kondisi asertif sangat membantu dalam kehidupan
awal pre-test, post-test, dan observasi. sehari-hari terutama dalam hal kemandirian .
Adapun hasilnya sebagai berikut: Siswa juga menyampaikan melalui pelatihan
1. Kondisi awal kemandirian siswa kelas XI asertif siswa dapat belajar berani mengatakan
B SMAN 2 Jonggat masih kurang. “tidak”, berani mengungkapkan pendapat-
Kondisi demikian dibuktikan dari hasil pendapat yang
pre-test dengan skor rata-rata kemandirian mengekspresikan perasaannya. Siswa juga
95,69 dan dikategorikan kemandirian menunjukkan hasrat berprestasi yang tinggi
sedang.
melalui mulai beraninya siswa untuk
2. Selanjutnya, pada siklus 1 diberikan menunjukan kemampuan dimiliki.
metode pelatihan asertif yang meliputi 4 Hasil yang diperoleh dalam penelitian
kegiatan melalui diskusi kelompok, ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan
ceramah, role playing, studi kasus, yang ditetapkan peneliti yaitu meningkatkan
modeling dan pengisian lembar kerja, kemandirian siswa dan hasil skor rata-rata
sehingga kemandirian siswa kelas XI B pasca tindakan mencapai 106,33 (kategori
SMAN 2 Jonggat menjadi meningkat. kemandirian tinggi). Peneliti mengalami
Peningkatan kemandirian siswa tersebut hambatan
dibuktikan dari hasil post-test dengan keterbatasan waktu untuk mendapatkan hasil
perolehan skor kemandirian rata-rata yang maksimal. Hal ini dikarenakan supaya
sebesar 106,33 dan dikategorikan tindakan tidak sampai mengganggu kegiatan
kemandirian tinggi. Adapun peningkatan belajar mengajar di kelas XI B SMAN 2
skor kemandirian rata-rata dari pre-test ke Jonggat . Namun secara keseluruhan,
post-test yaitu sebesar 10,64 poin. penelitian ini berjalan dengan baik dan
mendapat respon yang baik pula dari siswa.
3. Berdasarkan pengamatan peneliti melalui =3A.html. Pada tanggal 15 Januari observasi pada saat pemberian tindakan,
2014, Jam 20.13 WIB. peningkatan kemandirian ditunjang dari
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek siswa yang menunjukkan antusias tinggi
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: dalam metode pelatihan asertif dari
PT Refika Aditama. kegiatan pertama yang berupa pemberian
Dery Iswidharmanjaya. 2004. Satu Hari pengertian mengenai perilaku asertif,
Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: kegiatan kedua berupa studi kasus,
Media Komputindo.
kegiatan ketiga berupa diskusi dan Florentina Rikasusanti. 2008. Hubungan bermain peran (role playing) dan kegiatan
Kemandirian Dengan keempat yang berupa pemberian contoh
Antara
Penyesuaian Sosial Siswa Kelas VIII perilaku asertif yang benar (modeling).
SMP Santa Maria Fatima. Jurnal Psiko-
SARAN
Edukasi (Nomor 6 Tahun 2008). Hlm Berdasarkan
penelitian yang telah dikemukakan di atas,
& Geldard, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:
Geldard,
Kathryn
David. 2011. Konseling Remaja.
1. Bagi Siswa Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Metode pelatihan asertif yang
Herni Rosita. (2007). Hubungan Antara dilaksanakan
Perilaku Asertif Dengan Kepercayaan meningkatkan kemandirian . Oleh karena itu,
Diri Pada Mahasiswa. Diakses dari siswa disarankan tetap menerapkan hasil
http://www.gunadarma.ac.id/library/art pelatihan agar apa yang telah didapat tetap