04 Pedoman Pend Jur Kedokteran

Pedoman Pendidikan

Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

Visi

Menjadi Institusi Pendidikan Kedokteran Yang Terkemuka Dan Bertaraf Internasional

Misi

Merintis Pendidikan , Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat di bidang Kedokteran terkini serta bermutu

Nilai

1. Responsif

2. Efektif dan Efisien

3. Suportif

4. Inovatif

5. Komitmen

PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa atas ijinnya sehingga Buku Pedoman Akademik T.A.2009/2010 ini bisa terselesaikan. Pedoman Akademik 2009/2010 untuk Penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran (S1) Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini diterbitkan berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya No. 046/SK/J10.1.17/AK/2009 dalam rangka memberikan acuan bagi seluruh sivitas akademika yang terlibat dalam penyelenggaraan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Tahun Akademik 2009/2010. Perubahan pada Buku Pedoman Akademik 2009/2010 dimaksudkan untuk menyempurnakan Buku Pedoman Akademik 2007/2008 dan 2008/2009.

Pada Buku Pedoman Akademik ini telah disusun struktur kurikulum untuk seluruh Tahap Akademik dari Semester I sampai dengan Semester VII, yang terdiri atas 2 semester Tahap Dasar Kedokteran dan 5 semester Tahap Kompetensi Klinik. Berbeda dengan Pedoman Akademik tahun- tahun sebelumnya, sejak Tahun Akademik 2009/2010 diberlakukan penapisan pada akhir Semester

II untuk bisa melanjutkan ke Semester diatasnya. Pemberian materi pembelajaran selain dalam bentuk Blok, juga beberapa matakuliah diberikan dengan model Non-Blok. Disamping itu, juga diberikan model pembelajaran Problem Based Learning

pada setiap akhir Semester III sampai dengan Semester VII untuk melatih mahasiswa melakukan self directed learning . Dengan mengharapkan ridho Allah SWT, serta komitmen seluruh sivitas akademika, semoga Kurikulum Berbasis Kompetensi akan terselenggara dengan lebih baik di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Dekan,

Ttd.

Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, MKes. NIP. 19480724 198003 1 002

DAFTAR ISI

Halaman VISI, MISI, NILAI

............................................................. i PENGANTAR

............................................................. ii DAFTAR ISI

............................................................. iii DAFTAR TABEL

............................................................. v DAFTAR GAMBAR

............................................................. vi Bab I KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER

1.1 Batasan Kompetensi …………………………….….

1.2 Jabaran Operasional Kompetensi ……………………………....

1.3 Elemen Kompetensi …..……………………….…...

1.4 Acuan Standar Kompetensi Dokter …………………………….……

1.5 Manfaat Standar Kompetensi Dokter ..………………………….…….

1.6 Standar Kompetensi Dokter ….………………………….…..

1.6.1 Area Kompetensi

.………………………….……..

1.6.2 Komponen Kompetensi

…………………………….…..

1.6.3 Penjabaran Kompetensi ………………………........... Bab II KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER (PSPD)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2.1 Sejarah ……………………………….

2.2 Definisi Kurikulum dan Pendekatan Pembelajarannya ………….………….

2.3 Karakteristik KBK PSPD FKUB ………………………….…….

2.4 Struktur Kurikulum …………………….………….

2.4.1 Umum ………………………………..

2.4.2 Tahap Pendidikan Dasar Kedokteran ………….……………………

2.4.3 Tahap Pendidikan Kedokteran Klinik ……………………….……...

2.4.4 Tahap Kepaniteraan Klinik ( Clerkship ) …….………………………

2.5 Isi Kurikulum ………………………………..

2.5.1 Struktur Kurikulum

……………..…………………

2.5.2 Sebaran Matakuliah di Setiap Semester …………………………..

2.5.3 Tahap Pendidikan Profesi ( Clerkship ) ………………………….…. Bab III PERAN, FUNGSI, KOORDINASI, PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

3.1 Peran dan Fungsi dalam Penyelenggaraan Pembelajaran

3.1.1 Pimpinan Fakultas .......................................

3.1.2 Gugus Jaminan Mutu (GJM) …....................................

3.1.3 Unit Jaminan Mutu (UJM) .......................................

3.1.4 Medical Education Unit (MEU) .......................................

3.1.5 Jurusan .......................................

3.1.6 Laboratorium ...........................................

Halaman Tabel 2.1 Sebaran, Kodifikasi, dan Beban Studi Matakuliah ……………… ……………. Tabel 7.1 Konversi Skor ke dalam Nilai Huruf

…………………………….……

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Struktur Kurikulum

……………………………….. Gambar 3.1 Bagan Pembelajaran KBK PS Pendidikan Dokter – FKUB ……………… Gambar

4.1 Bagan Organisasi dan Prosedur Pembelajaran Blok ………………….. Gambar 4.2 Komponen Pembelajaran Blok

……………………………….. Gambar 4.3 Contoh “Topic & Topic Tree” Sistem Reproduksi

……………………. Gambar 6.1 Organisasi Pembelajaran Keterampilan

……………………………….. Gambar 7.1 Proses Evaluasi Komponen Blok

………………………………..

Bab I KOMPETENSI DAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER

1.1 Batasan Kompetensi

Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

1.2 Jabaran Operasional Kompetensi

Batasan Kompetensi diatas dijabarkan sebagai berikut:

1.2.1 Kompetensi sebagai “seperangkat tindakan cerdas yang penuh tanggungjawab” menunjukkan bahwa hakikat dasar Kompetensi adalah sebuah kemampuan yang diperoleh dari integrasi 3 domain: a) cerdas, sebagai kemampuan kognitif yang merupakan buah pikir intelektual, b) tindakan, sebagai kemampuan psikomotorik, dan c) bertanggungjawab, merupakan kemampuan afektif sebagai buah perilaku dan sikap.

1.2.2 Dalam konteks profesi dokter, kompetensi ini mengandung makna sebagai integrasi kemampuan berfikir, bertindak, dan berperilaku sebagai seorang dokter. Setiap tindakan profesional seorang dokter harus didasarkan kepada hasil berfikir yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dilakukan sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan, dan disertai dengan sikap dan perilaku sesuai dengan etika, kode etik, dan tanggungjawab seorang dokter.

1.2.3 Penguasaan keilmuan (kognitif), keterampilan bertindak (psikomotorik), sikap dan perilaku profesional (afektif), secara sendiri-sendiri tidak menggambarkan penguasa-an kompetensi, melainkan harus dilakukan secara integratif diantara ketiganya.

1.2.4 Dengan kerangka berfikir diatas, maka pembelajaran kompetensi pada dasarnya adalah pembelajaran dengan mengintegrasikan ketiga domain itu sekaligus. Tanpa mengintegrasikan ketiganya, pembelajaran tidak dapat dikatakan sebagai bentuk pembelajaran kompetensi.

1.2.5 “Dianggap mampu oleh masyarakat“ dalam definisi kompetensi mengindikasikan beberapa hal: 1) bahwa lulusan Program Studi Pendidikan Dokter tidak otomatis dipandang kompeten dalam menjalankan tugasnya melainkan telah dibekali dengan kompetensi untuk mampu memerankan kompetensi itu di masyarakat (“ competence performer” ), 2) kompetensi berbeda dengan ijazah yang merupakan bentuk pengakuan resmi institusi pendidikan yang menghasilkannya, dan 3) dalam praktek, pengakuan masyarakat atas kompetensi lulusan pendidikan dokter direpresentasikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia dengan memberikan lisensi untuk berpraktek di masyarakat.

1.2.6 “Melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu“, mengindikasikan bahwa kompetensi itu spesifik untuk setiap profesi, dan sebaliknya kompetensi itu tidak dapat 1.2.6 “Melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu“, mengindikasikan bahwa kompetensi itu spesifik untuk setiap profesi, dan sebaliknya kompetensi itu tidak dapat

1.3 Elemen Kompetensi

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya didalam kompetensi terkandung beberapa elemen, masing-masing: a) kompetensi sebagai landasan kepribadian, b) kompetensi sebagai penguasaan ilmu dan keterampilan, c) kompetensi sebagai kemampuan berkarya, dan d) kompetensi sebagai sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian, berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) kompetensi juga merupakan pemahaman kaidah berkehidupan masyarakat sesuai dengan keahlian dalam berkarya.

1.4 Acuan Standar Kompetensi Dokter

Untuk mengukur kompetensi dokter perlu ditetapkan sejumlah parameter yang menjadi acuan ketercapaiannya. Dalam konteks standar pendidikan dokter secara nasional, Standar Kompetensi Dokter yang ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia merupakan parameter acuan bagi Program Studi Pendidikan Dokter FKUB. Dalam konteks standar pendidikan internasional, Program Studi Pendidikan Dokter FKUB menggunakan standar yang ditetapkan oleh World Federation of Medical Education : WFME Global Standards Basic Medical Education for Quality Improvement (WFME, Copenhagen, 2003).

Dengan dikuasainya standar kompetensi oleh seorang profesi dokter, maka yang bersangkutan akan mampu: a) mengerjakan tugas atau pekerjaan profesinya, b) mengorganisasikan tugasnya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan, c) segera tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula, d) menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah di bidang profesinya, dan e) melaksanakan tugas dengan kondisi berbeda.

1.5 Manfaat Standar Kompetensi Dokter

1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Kedokteran Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan

Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatakan bahwa kurikulum program studi menjadi wewenang institusi pendidikan kedokteran, maka Standar Kompetensi Dokter merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan kedokteran dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Dengan demikian, walaupun kurikulum berbeda, tetapi dokter yang dihasilkan dari berbagai institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.

1.5.2 Bagi Pengguna Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan kerangka acuan utama bagi Departemen

Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi ataupun Kabupaten dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini dokter, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Dengan Standar Kompetensi, Depkes dan Dinas Kesehatan sebagai pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai oleh dokter dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian pihak Depkes dan Dinas Kesehatan dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek sebelum memberikan Ijin Praktik.

1.5.3 Bagi Orang Tua Mahasiswa dan Penyandang Dana Dengan standar kompetensi dokter, orang tua murid dan penyandang dana dapat

mengetahui secara jelas kompetensi yang akan dikuasai oleh mahasiswa. Hal ini sebagai bentuk akuntabilitas publik.

1.5.4 Bagi Mahasiswa Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengarahkan proses

belajarnya, karena mahasiswa mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

1.5.5 Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional Standar Kompetensi Dokter dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada Akreditasi Program Studi Pendidikan Dokter.

1.5.6 Bagi Kolegium Dokter Indonesia Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi secara berkelanjutan.

1.5.7 Bagi Kolegium-Kolegium Spesialis Standar Kompetensi Dokter dapat dijadikan acuan dalam merumuskan kompetensi dokter spesialis yang merupakan kelanjutan dari pendidikan dokter.

1.5.8 Untuk Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri Standar Kompetensi Dokter dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kompetensi

dokter lulusan luar negeri.

1.6 Standar Kompetensi Dokter

Program Studi Pendidikan Dokter FKUB mengacu pada Standar Kompetensi Dokter yang ditetapkan Konsil Kedokteran Indonesia sebagai berikut :

1.6.1 Area Kompetensi:

a. Komunikasi efektif

b. Keterampilan klinis

c. Landasan ilmiah ilmu kedokteran

d. Pengelolaan masalah kesehatan

e. Pengelolaan informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri

g. Etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien.

1.6.2 Komponen Kompetensi:

1.6.2.1 Area Komunikasi Efektif

a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

b. Berkomunikasi dengan sejawat

c. Berkomunikasi dengan masyarakat

d. Berkomunikasi dengan profesi lain.

1.6.2.2 Area Keterampilan Klinis

a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan keluarganya

b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium

c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis.

1.6.2.3 Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran

a. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan prosedur yang sesuai

c. Menentukan efektivitas suatu tindakan.

1.6.2.4 Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

b. Melakukan pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit b. Melakukan pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit

d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan

e. Mengelola sumber daya manusia serta sarana dan prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan Kedokteran Keluarga.

1.6.2.5 Area Pengelolaan Informasi

a. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi kesehatan, serta penjagaan, dan pemantauan status kesehatan pasien

c. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi

d. Memanfaatkan informasi kesehatan.

1.6.2.6 Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

a. Menerapkan mawas diri

b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat

c. Mengembangkan pengetahuan baru.

1.6.2.7 Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

a. Memiliki sikap profesional

b. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

c. Sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional

d. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia

e. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik kedokteran

f. Menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.

1.6.3 Penjabaran Kompetensi

1.6.3.1 Area Komunikasi Efektif

Kompetensi Inti:

Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya

1) Bersambung rasa dengan pasien dan keluarganya Memberikan salam Memberikan situasi yang nyaman bagi pasien Menunjukkan sikap empati dan dapat dipercaya Mendengarkan dengan aktif (penuh perhatian dan memberi waktu yang cukup pada pasien untuk menyampaikan keluhannya dan menggali permasalahan pasien) Menyimpulkan kembali masalah pasien, kekhawatiran, maupun harapannya Memelihara dan menjaga harga diri pasien, hal-hal yang bersifat pribadi, dan kerahasiaan pasien sepanjang waktu Memperlakukan pasien sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam memutuskan suatu terapi dan tindakan.

2) Mengumpulkan Informasi Mampu menggunakan open-ended maupun closed question dalam menggali informasi ( move from open to closed question properly ) Meminta penjelasan pada pasien pada pernyataan yang kurang dimengerti

Menggunakan penalaran klinik dalam penggalian riwayat penyakit pasien sekarang, riwayat keluarga, atau riwayat kesehatan masa lalu Melakukan penggalian data secara runtut dan efisien Tidak memberikan nasehat maupun penjelasan yang prematur saat masih mengumpulkan data.

3) Memahami Perspektif Pasien Menghargai kepercayaan pasien terhadap segala sesuatu yang menyangkut penyakitnya Melakukan eksplorasi terhadap kepentingan pasien, kekhawatirannya, dan harapannya Melakukan fasilitasi secara profesional terhadap ungkapan emosi pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung, eforia, maupun pasien dengan hambatan komunikasi misalnya bisu-tuli, gangguan psikis) Mampu merespon verbal maupun bahasa non-verbal dari pasien secara profesional Memperhatikan faktor biopsikososiobudaya dan norma-norma setempat untuk menetapkan dan mempertahankan terapi paripurna dan hubungan dokter pasien yang professional Menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pasien (termasuk bahasa daerah setempat) sesuai dengan umur, tingkat pendidikan ketika menyampaikan pertanyaan, meringkas informasi, menjelaskan hasil diagnosis, pilihan penanganan serta prognosis.

4) Memberi Penjelasan dan Informasi Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres

sebelum melakukan pemeriksaan fisik Memberi tahu adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang mungkin timbul selama pemeriksaan fisik atau tindakannya Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, risiko prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi, prognosis, rujukan) sebelum dikerjakan Menjawab pertanyaan dengan jujur, memberi konsultasi, atau menganjurkan rujukan untuk permasalahan yang sulit. Memberikan edukasi dan promosi kesehatan kepada pasien maupun keluarganya Memastikan mengkonfirmasikan bahwa informasi dan pilihan-pilihan tindakan telah dipahami oleh pasien Memberikan waktu yang cukup kepada pasien untuk merenungkan kembali serta berkonsultasi sebelum membuat persetujuan Menyampaikan berita buruk secara profesional dengan menjunjung tinggi etika kedokteran Memastikan kesinambungan pelayanan yang telah dibuat dan disepakati.

b. Berkomunikasi dengan sejawat

1) Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara lisan, tertulis, atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

2) Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran

3) Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran.

c. Berkomunikasi dengan masyarakat

1) Menggunakan bahasa yang dipahami oleh masyarakat

2) Menggali masalah kesehatan menurut persepsi masyarakat

3) Menggunakan teknik komunikasi langsung yang efektif agar masyarakat memahami kesehatan sebagai kebutuhan

4) Memanfaatkan media dan kegiatan kemasyarakatan secara efektif ketika melakukan promosi kesehatan

5) Melibatkan tokoh masyarakat dalam mempromosikan kesehatan secara profesional.

d. Berkomunikasi dengan profesi lain

1) Mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberi waktu cukup kepada profesi lain untuk menyampaikan pendapatnya

2) Memberi informasi yang tepat waktu dan sesuai kondisi yang sebenarnya ke perusahaan jasa asuransi kesehatan untuk pemrosesan klaim

3) Memberikan informasi yang relevan kepada penegak hukum atau sebagai saksi ahli di pengadilan (jika diperlukan)

4) Melakukan negosiasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan masalah kesehatan masyarakat.

1.6.3.2 Area Keterampilan Klinis

Kompetensi Inti:

Melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dan sesuai kewenangannya.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting tentang pasien dan keluarganya

Menggali dan merekam dengan jelas keluhan-keluhan yang disampaikan (bila perlu disertai gambar), riwayat penyakit saat ini, medis, keluarga, sosial serta riwayat lain yang relevan.

b. Melakukan prosedur klinik dan laboratorium

1) Memilih prosedur klinis dan laboratorium sesuai dengan masalah pasien

2) Melakukan prosedur klinis dan laboratorium sesuai kebutuhan pasien dan kewenangannya

3) Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara yang seminimal mungkin menimbul- kan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien

4) Melakukan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan masalah pasien

5) Menemukan tanda-tanda fisik dan membuat rekam medis dengan jelas/ benar

6) Mengidentifikasi, memilih ,menentukan pemeriksaan laboratorium yang sesuai

7) Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar

8) Membuat permintaan pemeriksaan laboratorium penunjang

9) Menentukan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan penyakit

10) Memilih dan melakukan keterampilan terapeutik, serta tindakan prevensi sesuai dengan kewenangannya.

c. Melakukan prosedur kedaruratan klinis

1) Menentukan keadaan kedaruratan klinis

2) Memilih prosedur kedaruratan klinis sesuai kebutuhan pasien atau menetapkan rujukan

3) Melakukan prosedur kedaruratan klinis secara benar dan etis, sesuai dengan kewenangannya

4) Mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut.

1.6.3.3 Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Inti:

Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan pelayanan kesehatan tingkat primer

1) Menjelaskan prinsip-prinsip ilmu kedokteran dasar yang berhubungan dengan terjadinya masalah kesehatan, beserta patogenesis dan patofisiologinya

2) Menjelaskan masalah kesehatan baik secara molekular maupun selular melalui pemahaman mekanisme normal dalam tubuh.

3) Menjelaskan faktor-faktor non biologis yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan.

4) Mengembangkan strategi untuk menghentikan sumber penyakit, poin-poin patogenesis dan patofisiologis, akibat yang ditimbulkan, serta risiko spesifik secara efektif

5) Menjelaskan tujuan pengobatan secara fisiologis dan molekular15

6) Menjelaskan berbagai pilihan yang mungkin dilakukan dalam penanganan pasien.

7) Menjelaskan secara rasional dan ilmiah dalam menentukan penanganan penyakit baik klinik, epidemiologis, farmakologis, fisiologis, diet, olah raga, atau perubahan perilaku

8) Menjelaskan pertimbangan pemilihan intervensi berdasarkan farmakologi, fisiologi, gizi, ataupun perubahan tingkah laku

9) Menjelaskan indikasi pemberian obat, cara kerja obat, waktu paruh, dosis, serta penerapannya pada keadaan klinik

10) Menjelaskan kemungkinan terjadinya interaksi obat dan efek samping

11) Menjelaskan manfaat terapi diet pada penanganan kasus tertentu

12) Menjelaskan perubahan proses patofisiologi setelah pengobatan.

13) Menjelaskan prinsip-prinsip pengambilan keputusan dalam mengelola masalah kesehatan.

b. Merangkum dari interpretasi anamnesis, pemeriksaan fisik, uji labora- torium dan prosedur yang sesuai

1) Menjelaskan (patofisiologi atau terminologi lainnya) data klinik dan laboratorium untuk menentukan diagnosis pasti.

2) Menjelaskan alasan hasil diagnosis dengan mengacu pada evidence- based medicine.

c. Menentukan efektivitas suatu tindakan

1) Menjelaskan bahwa kelainan dipengaruhi oleh tindakan

2) Menjelaskan parameter dan indikator keberhasilan pengobatan.

3) Menjelaskan perlunya evaluasi lanjutan pada penanganan penyakit.

1.6.3.4 Area Pengelolaan Masalah Kesehatan Kompetensi Inti:

Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

Lulusan Dokter Mampu:

a. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh, bagian dari keluarga dan masyarakat

1) Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi diagnosis sementara dan diagnosis banding

2) Menjelaskan penyebab, patogenesis, serta patofisiologi suatu penyakit

3) Mengidentifikasi berbagai pilihan cara pengelolaan yang sesuai penyakit pasien

4) Memilih dan menerapkan strategi pengelolaan yang paling tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, kendali biaya, manfaat, dan keadaan pasien serta sesuai pilihan pasien

5) Melakukan konsultasi mengenai pasien bila perlu

6) Merujuk ke sejawat lain sesuai dengan Standar Pelayanan Medis yang berlaku, tanpa atau sesudah terapi awal

7) Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan tingkat kewenangannya

8) Memberi alasan strategi pengelolaan pasien yang dipilih berdasarkan patofisiologi, patogenesis, farmakologi, faktor psikologis, sosial, dan faktor-faktor lain yang sesuai

9) Membuat instruksi tertulis secara jelas, lengkap, tepat, dan dapat dibaca15

10) Menulis resep obat secara rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekwensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca

11) Mengidentifikasi berbagai indikator keberhasilan pengobatan, memonitor perkembangan penanganan, memperbaiki dan mengubah terapi dengan tepat

12) Memprediksi, memantau, mengenali kemungkinan adanya interaksi obat dan efek samping, memperbaiki atau mengubah terapi dengan tepat

13) Menerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga secara holistik, komprehensif, koordinatif, kolaboratif, dan berkesinambungan dalam mengelola penyakit dan masalah pasien

14) Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit serta sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pertimbangan terapi.

b. Melakukan Pencegahan Penyakit dan Keadaan Sakit

1) Mengidentifikasi, memberi alasan, menerapkan dan memantau strategi pencegahan tertier yang tepat berkaitan dengan penyakit pasien, keadaan sakit

atau perma-salahannya (pencegahan tertier adalah pencegahan yang digunakan untuk memper-lambat progresi dari penyakitnya dan juga timbulnya komplikasi, misalnya diet pada penderita DM, olah raga dsb.)

2) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau strategi pencegahan sekunder yang tepat berkaitan dengan pasien dan keluarganya (pencegahan sekunder adalah kegiatan penapisan untuk mengidentifikasi faktor risiko dari penyakit laten untuk memperlambat atau mencegah timbulnya penyakit, contoh pap smear , mantoux test ).

3) Mengidentifikasi, memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan strategi pencegahan primer yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota

keluarga dan masyarakat (Pencegahan primer adalah mencegah timbulnya penyakit, misalnya imunisasi).

4) Mengidentifikasi peran keluarga pasien, pekerjaan, dan lingkungan sosial sebagai faktor risiko terjadinya penyakit dan sebagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap pencegahan penyakit.

5) Menunjukkan pemahaman bahwa upaya pencegahan penyakit sangat bergantung pada kerja sama tim dan kolaborasi dengan professional di bidang lain.

c. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit

1) Mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis kelamin, etnis, dan budaya

2) Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat

3) Bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan program “Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)”.

d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan

1) Memotivasi masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah kesehatan masyarakat

2) Menentukan insidensi dan prevalensi penyakit di masyarakat serta mengenali keterkaitan yang kompleks antara faktor psikologis, kultur, sosial, ekonomi, kebijakan, dan faktor lingkungan yang berpengaruh pada suatu masalah kesehatan

3) Melibatkan masyarakat dalam mengembangkan solusi yang tepat bagi masalah kesehatan masyarakat

4) Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan pemerintah, termasuk antisipasi terhadap timbulnya penyakit-penyakit baru

5) Menggerakkan masyarakat untuk berperan serta dalam intervensi kesehatan

6) Merencanakan dan mengimplementasikan intervensi kesehatan masyarakat, serta menganalisis hasilnya

7) Melatih kader kesehatan dalam pendidikan kesehatan

8) Mengevaluasi efektivitas pendidikan kesehatan

9) Bekerja sama dengan masyarakat dalam menilai ketersediaan, pengadaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan masyarakat.

e. Mengelola sumber daya manusia dan sarana – prasarana secara efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

1) Menjalankan fungsi managerial (berperan sebagai pemimpin, pemberi informasi, dan pengambil keputusan)

2) Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga

3) Mengelola sumber daya manusia

4) Mengelola fasilitas, sarana dan prasarana.

1.6.3.5 Area Pengelolaan Informasi

1) Kompetensi Inti:

Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

2) Lulusan Dokter Mampu 2) Lulusan Dokter Mampu

1) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (internet) dengan baik

2) Menggunakan data dan bukti pengkajian ilmiah untuk menila relevansi dan validitasnya

3) Menerapkan metode riset dan statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah

4) Menerapkan keterampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data relevan menjadi arsip pribadi

5) Menerapkan keterampilan dasar dalam menilai data untuk melakukan validasi informasi ilmiah secara sistematik

6) Meningkatkan kemampuan secara terus menerus dalam merangkum dan menyimpan arsip.

b. Memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informasi

Menerapkan prinsip teori teknologi informasi dan komunikasi untuk membantu penggunaannya, dengan memperhatikan secara khusus potensi untuk berkembang dan keterbatasannya.

c. Memanfaatkan informasi kesehatan

1) Memasukkan dan menemukan kembali informasi dan database dalam praktik kedokteran secara efisien

2) Menjawab pertanyaan yang terkait dengan praktik kedokteran dengan menganalisis arsipnya

3) Membuat dan menggunakan rekam medis untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

1.6.3.6 Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri Kompetensi Inti:

a. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya

b. Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya

c. Belajar sepanjang hayat

d. Merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara berkesinambungan.

Lulusan Dokter Mampu

a. Menerapkan mawas diri

1) Menyadari kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya dan berkonsultasi bila diperlukan

2) Mengenali dan mengatasi masalah emosional, personal dan masalah yang berkaitan dengan kesehatannya yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya

3) Menyesuaikan diri dengan tekanan yang dialami selama pendidikan dan praktik kedokteran

4) Menyadari peran hubungan interpersonal dalam lingkungan profesi dan pribadi

5) Mendengarkan secara akurat dan bereaksi sewajarnya atas kritik yang membangun dari pasien, sejawat, instruktur, dan penyelia

6) Mengelola umpan balik hasil kerja sebagai bagian dari pelatihan dan praktik

7) Mengenali nilai dan keyakinan diri yang sesuai dengan praktik kedokterannya

8) Mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan yang baru.

9) Berperan aktif dalam Program Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan (PPPKB) dan pengalaman belajar lainnya

10) Menunjukkan sikap kritis terhadap praktik kedokteran berbasis bukti ( Evidence- Based Medicine )

11) Mengambil keputusan apakah akan memanfaatkan informasi atau evidence untuk penanganan pasien dan justifikasi alasan keputusan yang diambil

12) Menanggapi secara kritis literatur kedokteran dan relevansinya terhadap pasiennya

13) Menyadari kinerja professionalitas diri dan mengidentifikasi kebutuhan belajarnya.

b. Mengembangkan pengetahuan baru

1) Mengidentifikasi kesenjangan dari ilmu pengetahuan yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi pertanyaan penelitian yang tepat

2) Merencanakan, merancang, dan mengimplementasikan penelitian untuk menemu- kan jawaban dari pertanyaan penelitian.

3) Menuliskan hasil penelitian sesuai dengan kaidah artikel ilmiah

4) Membuat presentasi ilmiah dari hasil penelitiannya.

1.6.3.7 Area Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien Kompetensi Inti

a. Berperilaku professional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan

b. Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran

c. Menerapkan program keselamatan pasien.

Lulusan Dokter Mampu

a. Memiliki Sikap profesional

1) Menunjukkan sikap yang sesuai dengan Kode Etik Dokter Indonesia

2) Menjaga kerahasiaan dan kepercayaan pasien

3) Menunjukkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hubungan dokter pasien

4) Menunjukkan rasa empati dengan pendekatan yang menyeluruh

5) Mempertimbangkan masalah pembiayaan dan hambatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan serta dampaknya

6) Mempertimbangkan aspek etis dalam penanganan pasien sesuai standar profesi

7) Mengenal alternatif dalam menghadapi pilihan etik yang sulit

8) Menganalisis secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam pengobatan setiap individu pasien.

b. Berperilaku profesional dalam bekerja sama

1) Menghormati setiap orang tanpa membedakan status sosial

2) Menunjukkan pengakuan bahwa tiap individu mempunyai kontribusi dan peran yang berharga, tanpa memandang status sosial

3) Berperan serta dalam kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan para petugas kesehatan lainnya

4) Mengenali dan berusaha menjadi penengah ketika terjadi konflik

5) Memberikan tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain

6) Mempertimbangkan aspek etis dan moral dalam hubungan dengan petugas kesehatan lain, serta bertindak secara professional

7) Mengenali dan bertindak sewajarnya saat kolega melakukan suatu tindakan yang tidak profesional.

c. Berperan sebagai anggota Tim Pelayanan Kesehatan yang profesional

1) Berperan dalam pengelolaan masalah pasien dan menerapkan nilai-nilai profesionalisme

2) Bekerja dalam berbagai tim pelayanan kesehatan secara efektif

3) Menghargai peran dan pendapat berbagai profesi kesehatan

4) Berperan sebagai manager baik dalam praktik pribadi maupun dalam sistem pelayanan kesehatan

5) Menyadari profesi medis yang mempunyai peran di masyarakat dan dapat melakukan suatu perubahan

6) Mampu mengatasi perilaku yang tidak profesional dari anggota tim pelayanan kesehatan lain.

d. Melakukan praktik kedokteran dalam masyarakat multikultural di Indonesia

1) Menghargai perbedaan karakter individu, gaya hidup, dan budaya dari pasien dan sejawat

2) Memahami heterogenitas persepsi yang berkaitan dengan usia, gender, orientasi seksual, etnis, kecacatan dan status sosial ekonomi.

e. Aspek Medikolegal dalam praktik kedokteran

Memahami dan menerima tanggung jawab hukum berkaitan dengan :

1) Hak asasi manusia

2) Resep obat

3) Penyalahgunaan tindakan fisik dan seksual

4) Kode Etik Kedokteran Indonesia

5) Pembuatan surat keterangan sehat, sakit atau surat kematian

6) Proses di pengadilan

7) Memahami UU RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

8) Memahami peran Konsil Kedokteran Indonesia sebagai badan yang mengatur praktik kedokteran

9) Menentukan, menyatakan dan menganalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan.

f. Aspek keselamatan pasien dalam praktik kedokteran Menerapkan standar keselamatan pasien :

1) Hak pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4) Penggunaan metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien :

1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2) Memimpin dan mendukung staf

3) Mengintegrasikan aktifitas pengelolaan risiko

4) Mengembangkan sistem pelaporan

5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7) Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Bab II KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2.1 Sejarah

Sejak tahun 1982, pendidikan dokter di Indonesia mengacu pada “Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia” atau KIPDI I yang menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu. Sesuai dengan percepatan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan, telah disepakati bahwa KIPDI akan diperbarui setiap 10 tahun. Pada tahun 1994, KIPDI II diterbitkan dan masih menitikberatkan pada penguasaan disiplin ilmu sehingga gambaran dokter yang akan dihasilkan belum terinci secara eksplisit.

Standar Kompetesensi Dokter disusun untuk memperbarui KIPDI II tahun 1994 yang sudah saatnya diganti. Format Standar Kompetensi Dokter berbeda dengan KIPDI sebelumnya, karena menyesuaikan dengan perkembangan peraturan terkini yang tercantum pada SK Mendiknas No.045/U/2002, Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jauh sebelum ditetapkannya, sejak SK Mendiknas No.045/U/2002, melalui Tim Penataan Kurikulum yang dibentuk berdasarkan SK Dekan FKUB No. 86//ST/J.191.10/KP/1999, FKUB telah berupaya mengembangkan kurikulum mengacu pada The Five Star Doctor (WHO-SEARO, 1995 ). Hasil kerja tim ini menjadi bahan Rapat Kerja Tahun 2000 yang menghasilkan Profil Lulusan dan Kompetensi lulusan yang saat itu diputuskan mencacu pada Kompetensi Lulusan berdasarkan The Australian Medical Council . Untuk tindak lanjutnya, melalui SK Dekan FKUB No. 036/SK/J10.1.1.17/KP/2002 dibentuk Komite Kurikulum. Produk Komite ini berupa Struktur Kurikulum KBK yang pertama kali dibahas dan disetujui dalam Rapat Kerja Tahun 2004. Pada saat itu, banyak rumusan Kompetensi Lulusan Pendidikan Dokter digagaskan. Selain dari The Australian Medical Council , muncul pula Konsep Kompetensi Dokter dari Proyek Health Worker Service World Bank / DitjenDikTi dan dari Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Acuan akhir adalah rumusan Kompetensi berdasarkan SK Mendiknas No 045/U/2002 pada pasal 2, sedang Standar Kompetensi mengacu pada rumusan Konsil Kedokteran Indonesia

(KKI). Untuk mempersiapkan pembelajaran KBK, Dekan FKUB membentuk Tim Persiapan Pelaksanaan PBL dengan Surat Tugas No. 901/ST/J10.1.17/KP/2004. Tim ini mengadakan beberapa kali uji coba penyelenggaraan PBL, Training of Trainers untuk calon fasilitator PBL, pelatihan penyusunan modul untuk mempersiapkan bahan ajar, sekaligus sosialisasi PBL/KBK bagi dosen, mahasiswa, dan tenaga administrasi. Pada tahun itu pula dibuka labskill sebagai prasarana dan sarana pembelajaran keterampilan klinis.

Menjelang diawalinya implementasi KBK pada tahun ajaran 2007-2008, Dekan membentuk Kelompok Kerja Substansi Kurikulum melalui SK No. 035/SK/J10.1.17/KP/2007 yang kemudian dikembangkan menjadi Medical Education Unit berdasarkan SK Dekan FKUB No. 046/SK/J10.1.17/2007 yang bertugas mengembangkan kurikulum, SDM, infrastruktur, teknologi informasi, dan monitoring evaluasi atas KBK. Unit ini telah merancang Struktur Kurikulum, Mekanisme Pengkoordinasian Pelaksanaan KBK, Proses Belajar Mengajar KBK, Penilaian Proses dan Hasil Belajar KBK, yang dituangkan dalam Pedoman Akademik 2007-2008, yang terus Menjelang diawalinya implementasi KBK pada tahun ajaran 2007-2008, Dekan membentuk Kelompok Kerja Substansi Kurikulum melalui SK No. 035/SK/J10.1.17/KP/2007 yang kemudian dikembangkan menjadi Medical Education Unit berdasarkan SK Dekan FKUB No. 046/SK/J10.1.17/2007 yang bertugas mengembangkan kurikulum, SDM, infrastruktur, teknologi informasi, dan monitoring evaluasi atas KBK. Unit ini telah merancang Struktur Kurikulum, Mekanisme Pengkoordinasian Pelaksanaan KBK, Proses Belajar Mengajar KBK, Penilaian Proses dan Hasil Belajar KBK, yang dituangkan dalam Pedoman Akademik 2007-2008, yang terus

2.2 Definisi Kurikulum dan Pendekatan Pembelajarannya

Kurikulum, menurut David Pratt (1990) adalah: “ An organized set of formal teaching and learning intentions“. Mengacu kepada definisi tersebut, hakekat sebuah kurikulum adalah sebuah dokumen tertulis tentang struktur pembelajaran yang memiliki manajerial yang jelas dan

terencana ( organized ), mengikat ( formal ) dosen maupun mahasiswa dalam sebuah proses belajar mengajar yang mempunyai tujuan yang jelas ( teaching-learning intentions ). Sebagai sebuah struktur, maka kurikulum harus terdiri dari: rumusan tujuan, materi ajar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan beserta distribusinya secara tepat ke dalam semester, distribusinya kedalam matakuliah, dan distribusinya dalam beban belajar, proses belajar mengajar dengan model pembelajaran yang sesuai, evaluasi proses (yang dapat diamati) dan hasil belajar yang terstandarisasi (dapat diukur), untuk menghasilkan pengukuran ( scoring ) dan penilaian ( grading ) serta pengambilan keputusan yang adil, objektif, dan jujur.

Dalam konteks kurikulum konvensional, ketercapaian tujuan kurikulum dinyatakan dengan kelulusan atas seluruh matakuliah disiplin ilmu ( discipline-based) . Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), ketercapaian tujuan kurikulum dinyatakan dengan telah dikuasainya kompetensi yang ditetapkan yang diukur berdasarkan Standar Kompetensi yang digunakan, yaitu Standar Nasional yang mengacu Standar Kompetensi Dokter dari Konsil Kedokteran Indonesia, dan Standar Internasional yang mengacu pada WFME Global Standandarts of Basic Medical Education for Quality Improvement .

Kurikulum, menurut KepMenDikNas 045/U/2002 pasal 3 dan 5, terdiri dari Kurikulum Inti sebagai penciri kompetensi utama yang ditetapkan secara nasional, dan Kurikulum Pendukung yang berisi kompetensi pendukung atau kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan kompetesi utama suatu program studi yang ditetapkan oleh program studi itu sendiri.

2.3 Karakteristik KBK PSPD FKUB

2.3.1 KBK Program Studi Pendidikan Dokter FKUB (PSPD FKUB), dirancang melalui sejarah yang cukup panjang dengan pendalaman pada karakteristik dan kapasitas berkembang yang ada (lihat Sejarah). Oleh karena itu, selain karakteristik KBK pada umumnya, KBK PSPD FKUB mengamanatkan pula keinginan stakeholders terutama para senior untuk selain membekali kompetensi bagi lulusannya, juga membekali penguasaan disiplin ilmu kedokteran, agar selain

mampu bekerja di sektor kesehatan masyarakat, lulusan juga berpeluang me-

ngembangkan diri sebagai ilmuwan atau melanjutkan diri sebagai pengembang Ilmu Kedokteran ( medical scientist ). Dalam konteks operasional, hal ini memberikan tugas kepada Laboratorium di lingkungan PSPD FKUB untuk selain wadah membelajarkan kompetensi, juga menjadi pusat pengembangan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terkait disiplin ilmu masing-masing.

2.3.2 Penekanan pada pembelajaran disiplin ilmu ini akan memperkuat pencapaian area kompetensi “Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran” dalam implementasi tugas profesi.

2.3.3 PSPD FKUB menetapkan Kedaruratan Medik dan Biomedik sebagai unggulan institusinya. Sehubungan dengan itu, secara institusional. unggulan ini dimasukkan ke dalam KBK sebagai Kurikulum Pendukung sesuai ketetapan KepMenDikNas diatas.

2.3.4 Bagi PSPD FKUB, masyarakat pengguna ( stakeholders ) bukan hanya masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan dan atau kedokteran dari lulusannya. Masyarakat pengguna lainnya, dimana lulusan juga dapat berkiprah, adalah komunitas ilmiah baik Lembaga Riset dan Pengembangan, juga pendidikan jenjang akademik S2-S3. Implementasi Kebijakan ini dalam KBK PSPD FKUB dinyatakan dengan pembelajaran Metodologi Riset, penelitian untuk menyusun Tugas Akhir (TA) yang bersifat wajib, dan pembelajaran disiplin ilmu yang disebut sebagai Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) secara sinergis pada setiap Blok KBK dengan pembelajaran kompetensi yang disebut sebagai Matakuliah Kompetensi (MKK).

2.3.5 Evaluasi keberlanjutan studi dilaksanakan pada akhir Semester II dan Semester VII, agar mahasiswa yang memang memiliki potensi akademik yang baik dapat melanjutkan pendidikannya ke semester-semester berikutnya. Kebijakan ini bertujuan untuk menjamin kualitas lulusan Uji Kompetensi Dokter tetap terjaga, selain menjamin kualitas PSPD FKUB sendiri sebagai institusi pendidikan dokter yang unggul dan berkualitas.

2.3.6 Dengan dasar-dasar diatas serta penerapan otonomi pendidikan khususnya otonomi akademik, maka selain karakteristik KBK pada umumnya, PSPD FKUB mengembangkan KBK-nya dengan karakteristik berikut:

a. Masa Studi adalah 5 tahun, terdiri dari Pendidikan Tahap Akademik 7 semester dan Pendidikan Tahap Profesi Dokter Clerkship 3 semester.

b. Curriculum content sepanjang 7 semester disusun sesuai dengan prinsip pembelajaran KBK. Pada semester awal, pembelajaran keilmuan dibelajarkan lebih banyak dan semakin berkurang pada semester-semester diatasnya. Sebaliknya, penguasaan keterampilan klinik ( clinical skill ) menjadi lebih banyak menjelang pendidikan tahap clerkship dilaksanakan.

c.Pendidikan Tahap Akademik akan menghasilkan lulusan dengan gelar Sarjana Kedokteran (SKed.). Sebagai Sarjana, selain dapat melanjutkan mengikuti Pendidikan Tahap Profesi Dokter, lulusan dapat melanjutkan diri mengikuti pendidikan akademik S2 dan selanjutnya.

d. Pembelajaran pada dua semester awal dari Tahap Pendidikan Akademik dimaksudkan untuk pencapaian dasar

7 Area Kompetensi KKI terutama “Area Komunikasi Efektif” dan “Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran”. Tahap ini berujung pada evaluasi keberlanjutan studi ke semester-semester barikutnya.

e. Pembelajaran pada lima semester berikutnya merupakan pembelajaran ilmu-ilmu klinik berbasis pada Sistem ( System-based Clinical Science ). Pada setiap Sistem dibelajarkan: Struktur dan Fungsi Normal serta Perubahan Patologis Sistem tersebut, Penyakit yang menyangkut Sistem, Prinsip Terapi, Dampak Penyakit pada Individu, Keluarga, dan Masyarakat, serta Kedaruratan Medik (sebagai konsekuensi menjadi Unggulan PSPD FKUB). Acuan dalam penyusunan materi ini adalah United States Medical Licensing Examination (USMLE) tahun 2008. Tahap ini diakhiri dengan evaluasi untuk memperoleh gelar SKed.

f. Pendidikan Tahap Akademik ditambah Pendidikan Tahap Profesi Clerkship akan menghasilkan lulusan dengan sebutan Dokter (tanpa lisensi atau doctor without license ) yaitu dokter yang belum memiliki hak untuk berpraktik dan dengan sendirinya belum memperoleh ijin untuk berpraktik (SIP).

g. Pembelajaran Kompetensi berlangsung sinergis dan integratif dengan Pembelajaran Disiplin Ilmu. Pembelajaran sebagaimana diuraikan nanti pada bab-bab berikutnya, menggunakan model Blok. Setiap Blok akan mengandung komponen Matakuliah Disiplin Ilmu (MKDI) baik dalam bentuk perkuliahan dengan atau tanpa praktikum, dan komponen Matakuliah Kompetensi (MKK) yang terdiri dari modul dan keterampilan klinik dari MKDI tersebut yang terintegrasi dalam pembelajarannya.