Sejarah Perkembangan Pasca Kemerdekaan.p docx

BIODATA

NAMA:

SUMIYATI TAWAINELA

ALAMAT:

KOTAMOBAGU

FAKULTAS: TARBIYAH
JURUSAN:

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NIM:

15.2.3.063

Sejarah Perkembangan Pasca
Kemerdekaan


BAB I
PENDAHULUAN
A. . Pendahuluan
Secara konstitusional, peran dan kedudukan Wakil Presiden dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia, baik sebelum maupun sesudah amandemen UUD 1945, belum
mendapatkan kejelasan. Setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan tidak jelasnya peran dan
kedudukan Wakil Presiden.
Pertama , kedudukan Wakil Presiden adalah sebagai Pembantu Presiden, sebagaimana diatur

di dalam UUD 1945 Pasal 4 ayat (2). Sebagai Pembantu Presiden kedudukan Wakil Presiden
menjadi setara dengan menteri yang juga sama-sama sebagai Pembantu Presiden. Wakil Presiden
hanya merupakan the second man (orang kedua);
Kedua , Wakil Presiden tidak bertanggung jawab kepada Presiden, sebagaimana layaknya

status menteri sebagai Pembantu Presiden yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden;
dan
Ketiga , dalam tradisi dan praktik ketatanegaraan, belum pernah ada Wakil Presiden yang

menyampaikan pertanggung jawaban kepada MPR atau kepada rakyat. Pertanggung jawaban

selalu dibebankan kepada Presiden.Karena itu, posisi Wakil Presiden sebagai “Pembantu
Presiden menjadi kurang amemiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan. Hal itu
disebabkan oleh beberapa alasan: Pertama , dalam sistem pemerintahan di Indonesia sejak tahun
1945 hingga sekarang, jabatan Wakil Presiden tidak mempunyai wewenang apa-apa. Fungsinya
hanya menggantikan Presiden; Kedua , dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan di Indonesia,
Negara Republik Indonesia pernah tidak memiliki Wakil Presiden. Pada masa
pemerintahan Soekarno (1956-1967), Presiden berjalan sendiri menjalankan roda
pemerintahan, tanpa didampingi oleh Wakil Presiden. Mohammad Hatta yang diangkat sebagai
Wakil Presiden pada tanggal 18 Agustus 1945, mengundurkan diri dari jabatannya pada
tanggal 1 Desember 1956. Sejak Mohammad Hatta mengundurkan diri, jabatan Wakil Presiden
tidak pernah diisi. Demikian pula, pada masa awal pemerintahan Soeharto (1967-1973). Presiden
Soeharto diangkat oleh MPRS sebagai Pejabat Presiden, tanpa ada pengangkatan Pejabat Wakil

Presiden. Pada waktu Sidang Istimewa tanggal 7-12 Maret 1967 yang mengeluarkan Ketetapan
MPRS Nomor; XXXIII/MPRS/1967 mengenai pencabutan kekuasaan pemerintahan Soekarno
sekaligus menetapkan Jenderal Soeharto sebagai Presiden, posisi Wakil Presiden tidak
disinggung. Indonesia baru kembali memiliki Wakil Presiden, setelah diangkatnya Sri Sultan
Hamengkubuwono IX pada tanggal 25 Maret 1973. Pada kenyataannya, meskipun tanpa
Wakil Presiden, pemerintahan dapat berjalan; Ketiga , hubungan Wakil Presiden dengan
Presiden pada setiap masa mempunyai karakter yang berbeda-beda.

Tulisan ini, akan mencoba menelaah peran Wakil Presiden RI pertama, Drs. Mohammad
Hatta. Bagaimanakah sesungguhnya peran Mohammad Hatta selama menjabat sebagai Wakil
Presiden? Apakah selama masa jabatannya, Wakil Presiden tidak memiliki kewenangan apapun.
Atau sebaliknya, dari beberapa kebijakan politik yang diambil oleh Mohammad Hatta, justru
pada masa awal pemerintahan RI, Wakil Presiden memiliki peran yang cukup penting. Dengan
seiring perkembangan politik dan social Indonesia penerus bangsa ini akan menjadi lebih baik
atau sebaliknya?
A. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana keadaan ekonomi pasca kemerdekaan ?
2. Bagaimana masa pemerintahan pada masa orde lama, orde baru, dan Reformasi ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain
disebabkan oleh :
a) Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal

6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan
sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu.
Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI
(Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter,
banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
b) Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
c) Kas negara kosong.
d) Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara lain :
a) Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir. Surachman dengan
persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
b) Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan kontak dengan
perusahaan swasta Amerika, dan menembus blokade Belanda di Sumatera dengan tujuan
ke Singapura dan Malaysia.

c) Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh kesepakatan yang
bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang mendesak, yaitu : masalah
produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta status dan administrasi
perkebunan-perkebunan.

d) Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947
Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948, mengalihkan tenaga bekas
angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
e) Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan beberapa
petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan, diharapkan
perekonomian akan membaik (mengikuti Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian merupakan
sumber kekayaan).1
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori
mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih
lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada
akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.2
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
a) Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
b) Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi
dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing
dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada
importir pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar

nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini

1 . Hayati, Chusnul, Sejarah Indonesia . (Jakarta: Karunika, Tahun: 1985) h. 123-124
2 . Kaelan, Pendidikam Pancasila. ( Yogyakarta: Paradigma Offset, Tahun: 2004) h. 39

gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha non-pribumi.
c) Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat
UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
d) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak
Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan pengusaha
pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha
pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang
berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah.
e) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaanperusahaan tersebut.3
A. Masa pemerintahan orde lama

Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde
Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia
menggunakan bergantian sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat
menggunakan sistem ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer.4 Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia menggunakan sistem ekonomi
komando.5 Hampir seluruh program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas ditengah jalan,
salah satu penyebabnya adalah pertarungan kekuasaan antar elit politik ditingkat nasional yang
berakibat jatuh-bangunnya cabinet tidak memberikan kesempata kepada Soekarno dan
kabinetnya untuk teguh menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.6

3. Geri Ismanto, Pendidikan Pancasila, ( Pekanbaru: CV Mulia Inndah Kemala, Tahun: 2001). h. 13
4 . Sanusi. M. Kenangan Inspiratif Orde lama dan Orde baru . h. 85
5. Poesponegoro. Sejarah Nasional. (Jakarta: Depdikbud-balai pustaka, Tahun: 1993). h. 50
6 . Sanusi. M. Kenangan Inspiratif Orde lama dan Orde baru . ( Jakarta: Saufa, Tahun: 2014). h. 25

Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik
Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan
konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.
Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik

Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah,
Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk
Papua) dan Nusa Tenggara.
Sejak zaman pergerakan nasional, hubungan Soekarno dengan Mohammad Hatta yang
seringkali disebut Dwitunggal, terjalin dengan baik. Sejak tahun 1930-an, keduanya telah
beberapa kali ditahan dan diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda, karena dianggap
berbahaya bagi pemerintahan kolonial. Pada masa pendudukan Jepang, kedua tokoh ini
mendapatkan pengakuan sebagai wakil-wakil rakyat Indonesia.7 Pada saat penyusunan naskah
Proklamasi, keduanya terlibat dalam proses penyusunan naskah teks proklamasi kemerdekaan.
Pada detik-detik menjelang pembacaan naskah proklamasi, Soekarno menolak desakan para
pemuda untuk membacakan teks proklamasi lebih awal karena Mohammad Hatta belum datang.
Ketika itu, Bung Karno berkata: “Saya tidak akan membacakan Proklamasi kemerdekaan jika
Bung Hatta tidak ada. Jika mas Muwardi tidak mau menunggu Bung Hatta, silahkan baca
sendiri, jawab Bung Karno kepada dr. Muwardi salah satu tokoh pemuda pada waktu itu yang

mendesak segera dibacakan teks Proklamasi. Begitu percayanya Soekarno kepada Mohammad
Hatta, pada tahun 1949, ia meminta agar Mohammad Hatta selain menjadi Wakil Presiden,
sekaligus juga menjadi Perdana Menteri.
Mohammad Hatta selalu menekankan perlunya dasar hukum dan pemerintahan yang
bertanggung jawab, karena itu Hatta tidak setuju ketika Presiden Soekarno mengangkat dirinya

sendiri sebagai formatur kabinet yang tidak perlu bertanggung jawab, tidak dapat diganggu
gugat, serta menggalang kekuatan-kekuatan revolusioner guna membersihkan lawan-lawan
politik yang tidak setuju dengan gagasannya. Konflik ini mencapai puncaknya. Setelah
pemilihan umum 1955, Presiden Soekarno mengajukan konsep Demokrasi Terpimpin pada

7. Uka Tjandrasasmita, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Tahun 1984). H. 193

tanggal 21 Februari 1957 di hadapan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat di Istana
Merdeka.8 Presiden Soekarno mengemukakan Konsepsi Presiden, yang pada pokoknya berisi:
1. Sistem Demokrasi Parlementer secara Barat, tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia,
oleh karena itu harus diganti dengan Demokrasi Terpimpin.
2. Untuk pelaksanaan Demokrasi Terpimpin perlu dibentuk suatu kabinet gotong royong
yang angotanya terdiri dari semua partai dan organisasi berdasarkan perimbangan
kekuatan yang ada dalam masyarakat. Konsepsi Presiden ini, mengetengahkan pula
perlunya pembentukan Kabinet Kaki Empat yang mengandung arti bahwa keempat partai
besar, yakni PNI, Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia
(PKI), turut serta di dalamnya untuk menciptakan kegotongroyongan nasional.
3. Pembentukan Dewan Nasional yang terdiri dari golongan-golongan fungsional dalam
masyarakat. Dewan Nasional ini, tugas utamanya adalah memberi nasihat kepada
Kabinet, baik diminta maupun tidak diminta.9

Dengan konsep yang diajukan Soekarno itu, Hatta menganggap Bung Karno sudah mulai
meninggalkan demokrasi dan ingin memimpin segalanya. Sebagai pejuang demokrasi, ia tidak
dapat menerima perilaku Bung Karno. Padahal, rakyat telah memilih sistem demokrasi yang
mensyaratkan persamaan hak dan kewajiban bagi semua warga negara dan dihormatinya
supremasi hukum. Bung Karno mencoba berdiri di atas semua itu, dengan alasan rakyat perlu
dipimpin dalam memahami demokrasi yang benar. Jelas, bagi Bung Hatta, ini adalah sebuah
contradictio in terminis. Di satu sisi ingin mewujudkan demokrasi, sedangkan di sisi lain duduk

di atas demokrasi. Pembicaraan, teguran, dan peringatan terhadap Soekarno, sahabat
seperjuangannya, telah dilakukan. Tetapi Soekarno tidak berubah sikap. Sebaliknya, Hatta pun
tidak menyesuaikan dirinya dengan pandangan sikap dan pendapat Soekarno.10
Mohammad Hatta telah mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden, sebelum Soekarno
menyampaikan konsep Demokrasi Terpimpin secara resmi. Pada tanggal 1 Desember 1956,
Mohammad Hatta mengirimkan surat pengunduran dirinya sebagai Wakil Presiden kepada DPR

8. Kartodirjo Sartono, Pengantar Sejarah Indonesia Baru , (Jakarta: Gramedia, Tahun: 1987) h. 182
9. Ali. R, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, (Jakarta: Pelangi Aksara, Tahun: 2002). h. 78-79
10 . Latifatul Izzah, Buku ajar sejarah Indonesia lama, ( Jember: University Press, Tahun: 2010). h. 11

hasil Pemilihan Umum 1955. Pada tanggal 5 Februari 1957 berdasarkan Keputusan Presiden No.

13 Tahun 1957, Presiden Soekarno memberhentikan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.
Namun, pengunduran diri Mohammad Hatta dari posisi Wakil Presiden tidak mengakibatkan
hubungan pribadi keduanya menjadi putus. Bung Karno dan Bung Hatta tetap menjaga
persahabatan yang telah mereka jalin sejak lama.
Pengunduran diri ini lebih disebabkan oleh karena perbedaan pendapat dengan Presiden.
Pengunduran diri Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden, tidak diikuti dengan gejolak politik.
Juga tidak ada tekanan-tekanan dari pihak luar. Perbedaan pendapat antara Mohammad Hatta
dengan Soekarno, lebih kepada visi dan pendekatan Mohammad Hatta yang berbeda dengan
Soekarno dalam mengelola Negara. Perbedaan itu, sesungguhnya telah terjadi sejak awal.
Namun, perbedaan itu makin memuncak pada pertengahan tahun 1950-an. Soekarno
menganggap revolusi belum selesai, sementara Hatta menganggap sudah selesai sehingga
pembangunan ekonomi harus diprioritaskan (Adnan Buyung Nasution, Refleksi Pemikiran Hatta
Tentang Hukum dan HAM, Jakarta: CIDES, 20 Juni 2002).

Meskipun telah mengundurkan diri, banyak orang yang menghendaki agar Bung Hatta aktif
kembali. Di dalam Musyawarah Nasional tanggal 10 September 1957, dibahas “Masalah
Dwitunggal Soekarno-Hatta Demikian pula di DPR, beberapa anggota DPR mengajukan mosi
mengenai “Pemulihan Kerjasama Dwitunggal Soekarno-Hatta. DPR kemudian menerima
mosi mengenai Pembentukan Panitia Ad Hoc untuk mencari “bentuk kerjasama SoekarnoHatta. Panitia itu dibentuk pada tanggal 29 November 1957 dan dikenal sebagai Panitia
Sembilan?, yang diketuai oleh Ahem Erningpraja. Namun, Panitia Sembilan ini dibubarkan pada
Bulan Maret 1958 tanpa menghasilkan sesuatu yang nyata (Sekretariat Negara RI, 1981: 30
Tahun Indonesia Merdeka , 1950-1964).11

Pada sisi lain, Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden yang mampu menjadi satu kesatuan
dengan Presiden Soekarno, sehingga seringkali disebut Dwitunggal. Pelaksanaan konsep
Dwitunggal Soekarno-Hatta telah menempatkan kedudukan dan fungsi Wakil Presiden menjadi
sama dengan Presiden, padahal menurut UUD 1945 kedudukan Wakil Presiden adalah sebagai

11 . Hayati, Chusnul, Sejarah Indonesia . h. 5

Pembantu Presiden? serta dapat menggantikan Presiden jika Presiden berhalangan. Fenomena ini
menjadi semakin jelas apabila diperhatikan praktik ketatanegaraan yang berlangsung antara
tahun 1945 sampai tahun 1956. Pada masa ini, Wakil Presiden banyak melakukan tindakan
mengumumkan/ mengeluarkan peraturan perundang-undangan antara lain, Maklumat Wakil
Presiden No.X tanggal 16 Oktober 1945; Maklumat Pemerintah tanggal 17 Oktober 1945 tentang
Permakluman Perang; Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang pendirian partai
politik; dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1946 tentang Keadaan Bahaya.12
Pada saat berlaku UUD RIS 1949 dan UU Nomor 7 Tahun 1949 tentang Penunjukkan
Pemangku Sementara Jabatan Presiden Republik Indonesia, Indonesia menganut sistem
parlementer. Jika keadaan ini dihubungkan dengan persoalan Presiden berhalangan serta
pengisian jabatannya untuk sementara oleh Wakil Presiden, maka tindakan yang dilakukan oleh
Wakil Presiden di bidang ketatanegaraan dapat ditafsirkan sebagai suatu pengisian jabatan
Presiden untuk sementara oleh Wakil Presiden. Dari sudut konsep Dwitunggal, maka tindakan
Wakil Presiden merupakan perwujudan dari konsep itu.
Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem
parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau
MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun
1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.
Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler
yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara
Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk
kepada hukum Islam.
Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang
dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru,
12. Sri Retno, Bahan Ajar Sejarah , XXI IPA (Jakarta: Tahun : 2014) h. 11

melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara
unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan
kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.
Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah
label “Demokrasi Terpimpin“. Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju nonblok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang
menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut
berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan
fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.13
Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara
komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI
merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya
tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara
lainnya.
Gerakan 30 September

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno
untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai
kampanye untuk membentuk “Angkatan Kelima” dengan mempersenjatai pendukungnya. Para
petinggi militer menentang hal ini.14
Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya
kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando
Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik
melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih

13. Poesponegoro, Marwati Djoenet, Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta: Balai Pustaka, Tahun:
2008). h . 8
14 . http://id.Wikipedia.org/wiki/Gerakan-30_September, Tanggal 20 Waktu: 22.55

dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa
pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.15
Berakhirnya Orde Lama
setelah turunnya presiden soekarno dari tumpuk kepresidenan maka berakhirlah orde
lama.kepemimpinan disahkan kepada jendral soeharto mulai memegang kendali.pemerintahan
dan menanamkan era kepemimpinanya sebagai orde baru konsefrasi penyelenggaraan sistem
pemerintahan dan kehidupan demokrasi menitipberatkan pada aspek kestabilan politik dalam
rangka menunjang pembangunan nasional.untuk mencapai titik-titik tersebut dilakukanlah upaya
pembenahan sistem keanekaragaman dan format politik yang pada prinsipnya mempunyai
sejumlah sisi yang menonjol.yaitu;
1. adanya konsep difungsi ABRI
2.

pengutamaan golonga karya

3. manifikasi kekuasaan di tangan eksekutif
4. diteruskannya sistem pengangkatan dalam lembaga-lembaga
pendidikan pejabat
5. kejaksaan depolitisan khususnya masyarakat pedesaan melalui konsep masca
mengembang [flating mass]
6.

karal kehidupan pers konsep diafungsi ABRI pada masa itu secara inplisit
sebelumnya sudah ditempatkan oleh kepala staf angkatan darat.mayjen
A.H.NASUTION tahun 1958 yaitu dengan konsep jalan tengah prinsipnya
menegaskan bahwaperan tentara tidak terbatas pada tugas profesional militer
belaka melainkan juga mempunyai tugas-tugas di bidang sosial politik dengan
konsep seperti inilah dimungkinkan dan bahkan menjadi semacam kewajiban
jikalau militer berpatisipasi dan bidang politik penerapan konjungsi ini
menurut pennafsiran militer dan penguasa orde baru memperoleh landasan

15 . http;//www.wikipedia.org/sejarah indonesia // ,Tanggal 20 Waktu: 13.40 WIB

yuridi konstitusional di dalam pasal 2 ayat 1 UUD 1945 yang menegaskan
majelis permusyawaratan rakyat.
B. Masa pemerintahan orde baru
Masa pemerintahan Orde baru dimulai pada tahun 1967. Presiden Soekarno secara
resmi menyerahkan mandatnya kepada jendral Soeharto melalui Supersemar (Surat
Perintah Sebelas Maret).16
Selama perjalanan pemerintahan orde baru, Indonesia mengalami banyak kemajuan di
berbagai bidang, terutama ekonomi. Zaman orde baru barhasil memperbaiki ekonomi
Indonesia yang tidak stabil sejak masa kemerdekaan.
Namun pemerintahan ini bukannya tanpa cela, prestasi dalam bidang ekonomi tersebut
dibarengi dengan kebijakan politik yang otoriter. Kebijakan politik yang otoriter dalam arti
bahwa kekuasaan presiden berada di atas UUD 1945. System pemerintahan orde baru
adalah (patronasi) atau bapakisme. Soeharto memberikan posisi-posisi penting dalam
pemerintahan kepada lawan-lawan politiknya. Soeharto juga memberikan kesempatan bagi
para pendukungnya untuk dapat melakukan bisnis yang menguntungkan. 17
Berbagai keberhasilan diraih oleh pemerintahan orde baru, terutama dalam bidang
ekonomi. Namun terdapat beberapa penyimpangan pada masa orde baru yaitu kekuasaan
yang otoriter, kebijakan ekonomi yang terlalu berpihak pada asing, serta maraknya KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang menjadi penyebab runtuhnya orde baru dan rasa
ketidakpuasan masyarakat.
Kronologi jatuhnya orde baru pun berlanjut dengan persingan politik yang menjadi
tidak imbang akibat penyederhanaan partai dan indikasi kecurangan dalam pemilu.
Kebebasan berpendapat juga ditekan, siapa saja yang tidak sependapat dengan pemerintah
akan “dibungkam”. Hal ini dilakukan demi mempertahankan kekuasaan Soeharto sebagai
presiden Indonesia.

16. Notosusanto, Nugraha, Sejarah Nasional Indonesia ( Jakarta: Balai Pustaka, Tahun: 2008) . h.17
17 . Kansil C.T.R. , Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, (Jakarta: Erlangga, Tahun: 1992). h. 31

Inilah yang memicu kemarahan masyarakat, terutama mahasiswa. Krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1997-1998 semakin menambah keresahan rakyat. Situasi keamanan
negara kembali memanas. Demo besar terjadi di ibu kota, dan menuntut Soeharto mundur
dari jabatannya.
Masa pemerintahan Orde baru dimulai pada tahun 1967. Presiden Soekarno secara
resmi menyerahkan mandatnya kepada jendral Soeharto melalui Supersemar (Surat
Perintah Sebelas Maret).
C. Masa Reformasi
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya
Orde Baru, untuk kemudian digantikan “Era Reformasi“.Masih adanya tokoh-tokoh penting pada
masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa
orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau
Orde Reformasi sering disebut sebagai “Era Pasca Orde Baru”.18
Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka peluang guna menata kehidupan demokrasi.
Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak bisa ditunda. Demokrasi
menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus dibangun melalui struktur
politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun nampaknya tuntutan reformasi politik,
telah menempatkan pelaksanan pemilu menjadi agenda pertama. Pemilu pertama di masa
reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955 diwarnai dengan kejutan dan
keprihatinan. Pertama, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan. Kedua,
menurunnya perolehan suara Golkar. Ketiga, kenaikan perolehan suara PDI P. Keempat,
kegagalan PAN, yang dianggap paling reformis, ternyata hanya menduduki urutan kelima.
Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada pemilu 1955,
diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain nyatanya.
Pemerintahan B.J Habibie

18 . Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah, ( Bandung: Mizan, Tahun: 1998). h. 29

Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh
gelombang demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota lain.
Gelombang demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang menewaskan 18
orang. Masa pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter
Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga
melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi.
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah
kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara
donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Walaupun pengesahan hasil Pemilu 1999 sempat tertunda, secara umum proses pemilu multi
partai pertama di era reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber) serta adil
dan jujur dibanding masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan yang menunjukkan
bahwa rakyat menolak hasil pemilu yang berlangsung dengan aman. Realitas ini menunjukkan,
bahwa yang tidak mau menerima kekalahan, hanyalah mereka yang tidak siap berdemokrasi, dan
ini hanya diungkapkan oleh sebagian elite politik, bukan rakyat.19
Pemeintahan Abdurahman Wahid.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan
ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus
berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di
Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur proIndonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang
semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan
perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati soekarno putri

19 . Ali. R, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, h. 54

Ekonomi di bawah pemerintaha Megawati tidak mengalami perbaikan yang nyata
dibandingkan sebelumnya, meskipun kurs rupiah relative lebih stabil. Kondisi ekonomi pada
umumnya dalam keadaan tidak baik, terutama pertumbuhan ekonomi, perkembangan investasi,
kondisi fiscal, serta keadaan keuangan dan perbankan. Dengan demikian, prestasi ekonomi pada
tahun kedua pemerintahan sekarang ini tidak menghasilkan perbaikan ekonomi yang cukup
memadai untuk sedikit saja memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan mempertahankan
kesempatan kerja.20
Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono

Pada masa pemerintahan SBY – Boediono (2009-2014) memiliki karakteristik pemerintahan
yang berada dari masa pemerintaha yang berbeda dari masa pemerintahan sebelumnya,
Periode 2009-2014, Pak SBY banyak melakukan perubahan kebijakan khususnya di bidang
perekonomian antara lain adalah menganti pola kebijakan perekonomian yang selama ini
mengarah ke Amerika Serikat.
Hampir tujuh tahun sudah ekonomi Indonesia di tangan kepemimpinan Presiden SBY dan
selama itu pula perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya.
Beberapa pengamat ekonomi Indonesia sekarang pantas disejajarkan dengan 4 raksasa
kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama BIRC (Brazil, Rusia, India, dan
China). Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan
perekonomian Indonesia.

20. . Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah. h. 56

BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain
disebabkan oleh :
a) Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara
tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga
mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang
pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Kemudian pada tanggal 6
Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East Indies/pasukan sekutu)
mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan
Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang
Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter,
banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
b) Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
c) Kas negara kosong.
d) Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Masa pemerintahan Orde baru dimulai pada tahun 1967. Presiden Soekarno
secara resmi menyerahkan mandatnya kepada jendral Soeharto melalui Supersemar
(Surat Perintah Sebelas Maret).

Selama perjalanan pemerintahan orde baru, Indonesia mengalami banyak kemajuan di
berbagai bidang, terutama ekonomi. Zaman orde baru barhasil memperbaiki ekonomi
Indonesia yang tidak stabil sejak masa kemerdekaan.
Namun pemerintahan ini bukannya tanpa cela, prestasi dalam bidang ekonomi tersebut
dibarengi dengan kebijakan politik yang otoriter. Kebijakan politik yang otoriter dalam arti
bahwa kekuasaan presiden berada di atas UUD 1945. System pemerintahan orde baru
adalah (patronasi) atau bapakisme. Soeharto memberikan posisi-posisi penting dalam
pemerintahan kepada lawan-lawan politiknya. Soeharto juga memberikan kesempatan bagi
para pendukungnya untuk dapat melakukan bisnis yang menguntungkan.
Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda
akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan “Era Reformasi“.Masih adanya tokoh-tokoh
penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat
beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era
Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai “Era Pasca Orde Baru”.
Pemerintahan B.J Habibie

.

Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah
kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara
donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan
mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemeintahan Abdurahman Wahid.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan
ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus
berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di
Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur proIndonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang

semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan
perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati soekarno putri

Ekonomi di bawah pemerintaha Megawati tidak mengalami perbaikan yang nyata
dibandingkan sebelumnya, meskipun kurs rupiah relative lebih stabil. Kondisi ekonomi pada
umumnya dalam keadaan tidak baik, terutama pertumbuhan ekonomi, perkembangan investasi,
kondisi fiscal, serta keadaan keuangan dan perbankan. Dengan demikian, prestasi ekonomi pada
tahun kedua pemerintahan sekarang ini tidak menghasilkan perbaikan ekonomi yang cukup
memadai untuk sedikit saja memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan mempertahankan
kesempatan kerja.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono

Hampir tujuh tahun sudah ekonomi Indonesia di tangan kepemimpinan Presiden SBY dan
selama itu pula perekonomian Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya.
Beberapa pengamat ekonomi Indonesia sekarang pantas disejajarkan dengan 4 raksasa
kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama BIRC (Brazil, Rusia, India, dan
China). Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan
perekonomian Indonesia.

Daftar Pustaka.
Hayati, Chusnul, dkk. 1985. Sejarah Indonesia. Jakarta: Karunika
Murkhan, Munawar dkk. 2007. SEJARAH 3: untuk SMA/MA Kelas XII IPA
. Jakarta: PT.Galaxy Puspa Mega.

http ;//www.wikipedia.org/sejarah indonesia// ,Tanggal 20 Waktu: 13.40 WIB
. Kaelan,., 2004 Pendidikam Pancasila Yogyakarta: Paradigma Offset,

Geri Ismanto, 2001, Pendidikan Pancasila, Pekanbaru: CV Mulia Inndah Kemala,
Poesponegoro. 1993, Sejarah Nasional. Jakarta: Depdikbud-balai pustaka,

Sanusi. M. 2004 Kenangan Inspiratif Orde lama dan Orde baru. Jakarta: Saufa,
Uka Tjandrasasmita, 1984 Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

Ali. R, 2002, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, Jakarta: Pelangi Aksara,
Latifatul Izzah, 2010, Buku ajar sejarah Indonesia lama, Jember: University Press,

Sri Retno, 2014, Bahan Ajar Sejarah, XXI IPA Jakarta
Poesponegoro, 2008, Marwati Djoenet, Sejarah Nasional Indonesia VI.
Jakarta: Balai Pustaka,

. http://id.Wikipedia.org/wiki/Gerakan-30_September, Tanggal 20 Waktu: 22.55
Notosusanto, Nugraha, 2008 Sejarah Nasional Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,

. Kansil C.T.R., 1992, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Jakarta: Erlangga,

Suryanegara, Ahmad Mansur, 1998, Menemukan Sejarah, Bandung: Mizan,