RESUME TENTANG FIRMA DAN CV

TUGAS HUKUM PERDATA
RESUME TENTANG FIRMA DAN CV

Disusun oleh :
Mochammad Alfiyan Eko Wibowo
D3 Akuntansi
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
143060019205

FIRMA
Pengertian Firma
Firma (dari bahasa Belanda venootschap onder firma; secara harfiah: perserikatan
dagang antara beberapa perusahaan) atau sering juga disebut Fa, adalah sebuah bentuk badan
usaha untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih (disebut Firmant) dengan
memakai nama bersama atau satu nama yang digunakan bersama untuk memperluas
usahanya. Menurut Manulang (1975) persekutuan dengan firma adalah persekutuan untuk
menjalankan perusahaan dengan memakai nama bersama. Jadi ada beberapa orang yang
bersekutu untuk menjalankan suatu perusahaan. Nama perusahaan seperti umumnya adalah
nama dari salah seorang sekutu.
Dalam firma semua anggota bertanggung jawab sepenuhnya baik sendiri maupun
bersama terhadap utang-utang perusahaan kepada pihak lain. Bila perusahaan mengalami

kerugian akan ditanggung bersama, bila perlu dengan seluruh kekayaan pribadi mereka.
Firma dapat dibentuk oleh 2 orang atau lebih yang semuanya belum memiliki usaha. Pemilik
firma terdiri dari beberapa orang yang bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan
menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
Firma bukan merupakan badan usaha yang berbadan hukum karena : Tidak
ada pemisahan harta kekayaan antara persekutuan dan pribadi sekutu‐sekutu, setiap sekutu
bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan. Tidak ada keharusan pengesahan akta
pendirian oleh Menteri Hukum dan HAM. Firma berakhir apabila jangka waktu yang
ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir.
Tujuan dari firma adalah untuk memperluas usaha dan menambah modal agar lebih
kuat dan mampu bersaing perusahaan yang lain. Firma juga biasa disebut Persekutuan
( Partnership ), sebab perusahaan yang berbentuk firma memang didirikan oleh orang-orang
atau sekutu-sekutu sebagai pemilik dari firma. Dengan demikian pemilik firma biasa disebut
anggota atau sekutu atau partner.
Perusahaan dengan berbentuk firma bisa dijumpai pada berbagai jenis perusahaan.
Seperti perusahaan penerbitan, perusahaan perdagangan, perusahaan jasa, juga kantor-kantor
konsultan hukum, dan akuntansi politik.

Ciri-Ciri Firma
Secara umum, ciri-ciri dan sifat Firma yang dapat kita lihat yaitu:

a.
b.
c.
d.
e.

Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.
Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
Adanya tanggung jawab dan risiko kerugian yang tidak terbatas.
Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan

harta pribadi.
f. Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
g. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota yang
lainnya.
keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
pendiriannya tidak membutuhkan akta pendirian.
mudah memperoleh kredit usaha.


h.
i.
j.
k.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, di dalam firma semua anggota adalah pemilik yang
sekaligus merangkap pengelola yang secara langsung aktif melaksanakan usaha perusahaan.
Karena hal tersebut, maka firma memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan bentuk
organisasi perusahaan yang lain. Maka dari itu, Drebin (1982) membagi karakteristik Firma
menjadi 5, yaitu :
1.

Mutual Agency (saling mewakili), setiap anggota dalam menjalankan usaha firma
merupakan wakil dari anggota firma yang lain. Apabila ada salah seorang anggota
beroperasi dalam bidang usaha firma, maka secara tidak langsung anggota

2.

tersebut mewakili anggota firma yang lain.

Limited Life (umur terbatas), firma yang didirikan oleh beberapa anggota
memiliki umur yang terbatas. Artinya adalah jika ada anggota yang keluar berarti
firma tersebut dinyatakan bubar secara hukum, demikian juga apabila ada anggota
baru yang bergabung. Firma dinyatakan masih beroperasi atau bubar jika tidak ada

3.

perubahan dalam komposisi keanggotaannya.
Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap

kewajiban

firma

tiak

terbatas), tanggung jawab atas hutang tidak terbatas pada kekayaan yang dimiliki
firma saja, tapi juga sampai harta milik pribadi para anggota firma. Jadi jika dalam
keadaan tertentu firma memiliki hutang pada kreditur dan firma tersebut tidak
mampu membayar karena jumlah kekayaan tidak mencukupi maka kreditur

berhak menagih kepada para anggota firma sampai harta milik pribadi.

4.

Ownership of an Interest in a Partnership, bahwa kekayaan setiap anggota yang
sudah ditanamkan dalam firma merupakan kekayaan bersama dan tidak dapat
dipisahkan secara jelas. Masing-masing anggota adalah sebagai pemilik bersama
atas kekayaan Firma. Tanpa seizin anggota lain, anggota lain tidak boleh
menggunakan kekayaan firma. Hak anggota terhadap kekayaan firma akan terlihat
dalam saldo modal akhir para anggota firma yang terdiri dari unsur-unsur sebagai
berikut : penanaman modal awal, penanaman modal tambahan, pengambilan
prive, penambahan dari pembagian laba, dan pengurangan dari pembagian rugi.
Participating in Partnership Profit, laba atau rugi sebagai hasil operasi Firma

5.

akan dibagikan kepada setiap anggota firma berdasarkan partisipasi para anggota
di dalam firma. Jika ada seorang anggota yang aktif menjalankan usaha firma,
maka anggota tersebut berhak atas bagian laba yang lebih besar daripada anggota
yang lain meskipun modal yang ditanamkan lebih kecil daripada modal yang

ditanam oleh anggota yang tidak aktif atau dapat ditentukan dengan cara lain atas
persetujuan anggota lainnya. Ketentuan mengenai besarnya pembagian laba rugi
ini harus dicantumkan secara rinci dan jelas dalam akta pendirian firma tersebut.

Selain Drebin (1982) yang mengemukakan karakteristik Firma seperti di atas,
Fischer, Taylor, dan Leer menyatakan bahwa karakteristik firma akan lebih mudah dipahami
dengan jelas jika dibandingkan dengan karakteristik perseroan seperti yang tercantum pada
tabel berikut :

Firma

Perseroan

1.Kesinambungan

Umur firma terbatas

Umur dianggap tidak

usaha


dan

terbatas.

secara

hukum

dinyatakan bubar jika

Perubahan

komposisi pemilikan

ada perubahan dalam

perusahaan

komposisi


mengakibatkan

sekutu

tidak

atau anggota, tetapi

berakhirnya

secara

perseroan.

ekonomis

umur

dapat terus beroperasi

untuk

melanjutkan

usahanya, tidak perlu
dilikuidasi.
2.Perizinan pendirian

Diperlukan
prosedur

sedikit

Didirikan berdasarkan

untuk

izin Negara dan harus

memperoleh


taat pada aturan yang

formalitas usahanya.

telah

ditetapkan.

Prosedur

untuk

memperoleh

izin

usaha biasanya relatif
lama dan sulit.
3.Tanggung

pemilik

jawab
terhadap

hutang

Tanggung
setiap

jawab

Kewajiban

pemilik

anggota

(pemegang

saham)

pemilik
terbatas,

tidak
bahkan

sampai

harta

hanya terbatas sebesar
modal

yang

di

tanamkan.

pribadinya
dijaminkan.
4.Keterlibatan

dalam

Para anggota terlibat

Pemegang saham bisa

pengelolaan

aktif

dalam

tidak

perusahaan

pengelolaan

firma

pengelolaan

secara langsung.

aktif

perseroan.

dalam
Mereka

memilih

dewan

direktur

untuk

melaksanakan
pengelolaan langsung
terhadap perseroan.
Dengan adanya beberapa karakteristik firma dan perbedaan antara firma dengan bentuk
perusahaan yang lain, maka jelas sudah bahwa firma memiliki ciri tersendiri. Walaupun tidak
bisa dipisahkan antara pemilik dan manajemen dalam firma, namun pengelolaan akuntansi
pada firma harus tetap berpedoman pada prinsip akuntansi yang lazim. Yaitu firma

merupakan salah satu unit usaha yang berdiri sendiri dan memiliki kedudukan yang terpisah
dari pemiliknya (business entity).
Kebaikan Firma
Setiap bentuk-bentuk usaha pasti mempunyai kebaikan dan keburukan. Begitu pula
Firma, pasti memiliki kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan yang harus di
pertimbangkan. Berikut adalah kebaikan-kebaikan dari Firma, yaitu :
1. Jumlah modalnya relatif besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah
untuk memperluas usahanya.
2. Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang
lebih besar yang merupakan gabungan modal yang dimiliki beberapa orang.
3. Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja di antara
para anggota. Di samping itu, semua keputusan di ambil bersama-sama. Sehingga
keputusan-keputusan menjadi lebih baik.
4. Tergabung alasan-alasan rasional.
5. Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan.
6. Prosedur pendirian relatif mudah.
Keburukan Firma
Selain memiliki kebaikan-kebaikan, Firma juga mempunyai keburukan-keburukan
sebagai berikut :
1. Tanggung jawab pemilik tidak terbatas seluruh utang perusahaan.
Contoh : Anggota Investasi Dalam Toko Pengecer Kekayaan Pribadi A = Rp.
400.000, B = Rp. 200.000, C = Rp. 100.000. Dengan berbagai macam
alasan, toko tersebut mempunyai hutang sebesar Rp. 800.000. modal
yang ditanamkan oleh para anggota hanya sebesar Rp. 700.000 dipakai
untuk melunasi hutang tersebut. Sisa hutang sebesar Rp. 100.000 harus
dibayar dari kekayaan pribadi. Karena A dan B tidak memiliki kekayaan
pribadi, maka sisa hutang tersebut harus dibayar oleh C.
2. Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang. Hal yang demikian ini
memungkinkan timbulnya perselisihan paham di antara para sekutu.
3. Kesalahan seorang firmant harus ditanggung bersama.
4. Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin, sebab bila salah seorang anggota
keluar, maka firma pun bubar.
5. Utang usaha perusahaan ditanggung oleh kekayaan pribadi para anggota firma.

Dasar Hukum Firma
Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta
Pendirian Firma harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus
diumumkan dalam Berita Negara atau Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan
merupakan badan hukum, maka akta pendirian Firma tidak memerlukan pengesahan dari
Departemen Kehakiman RI.
Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang‐Undang
Hukum Dagang (KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum
mengenai Firma terdapat dalam bagian 2 dalam KUHD dengan judul “Perseroan Firma Dan
Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang Atau Disebut “Perseroan Komanditer” yang
dimulai dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 16
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11, 29;
Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)
Pasal 17
Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untuk bertindak,
mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat perseroan kepada
pihak ketiga, dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan yang tidak bersangkutan
dengan perseroan, atau yang bagi para persero menurut perjanjian tidak berwenang untuk
mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan ini. (KUHPerd.1632, 1636, 1639, 1642;
KUHD 20, 26, 29, 32.)
Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk
seluruhnya atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642, 1811.)
Pasal 19
Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan
komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung
jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai

pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap
persero-persero firma di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman
uang. (KUHD. 16, 20, 22 dst.)
Pasal 20
Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, maka
nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.) Persero ini
tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan
tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.) Ia tidak ikut
memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalam perseroan
atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan yang
telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)
Pasal 21
Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea kedua
dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap
semua utang dan perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)
Pasal 22
Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya kemungkinan
untuk disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874,
1895, 1898; KUHD 1, 26, 29, 31.)
Pasal 23
Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang disediakan
untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum tempat
kedudukan perseroan itu. (Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.; S.
1946-135 pasal 5.)
Pasal 24
Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya saja
dari akta itu dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)

Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat memperoleh
salinannya atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)
Pasal 26
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat :
1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;
2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah terbatas
pada suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir, dengan
menunjukkan cabang khusus itu; (KUHD 17.)
3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;
4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;
5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai
untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)
Pasal 27
Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawa
kepada panitera. (KUHD 23.)
Pasal 28
Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabar
resmi sesuai dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)
Pasal 29
(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka perseroan
firma itu terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk segala urusan,
dianggap didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang persero
pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu.
Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap
pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang
dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916; KUHD 30 dst., 39.)

Pasal 30

Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau lebih,
baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh bekas
persero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli
warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta,
dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan
cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak berlaku, jikalau persero
yang mengundurkan diri sebagai persero firma menjadi persero komanditer. (KUHPerd.
1651, KUHD 26.)
Pasal 31
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian, atau
terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah habis waktu yang
ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam perjanjian yang asli yang
berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta otentik, dan terhadap ini
berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam surat kabar resmi seperti
telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa pembubaran, pelepasan diri,
penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak ketiga. Terhadap kelalaian
mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu perseroan, berlaku
ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)

Pasal 32
Pada pembubaran perseroan, para persero yang tadinya mempunyai hak mengurus harus
membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga, kecuali bila dalam
perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh persero (tidak termasuk para persero komanditer)
mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi seorang dengan
suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil keputusan
sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan yang
dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)

Pasal 33

Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utang-utang
yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan keperluan itu dapat
menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap persero
menurut bagiannya masing-masing. (KUHD 18, 22.)
Pasal 34
Uang yang selama pemberesan dapat dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan
sementara. (KUHD 33.)
Pasal 35
Setelah pemberesan dan pembagian itu, bila tidak ada perjanjian yang menentukan lain, maka
buku-buku dan surat-surat yang dulu menjadi milik perseroan yang dibubarkan itu tetap ada
pada persero yang terpilih dengan suara terbanyak atau yang ditunjuk oleh rada van justitie
karena macetnya pemungutan suara, dengan tidak mengurangi kebebasan para persero atau
para penerima hak untuk melihatnya. (KUHPerd. 1801 dst., 1652, 1885; KUHD 12, 56.)
Proses Pendirian Firma
Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma
adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan memakai
nama bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap perusahaan yang
didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama atau Firma sebagai
nama yang dipakai untuk berdagang bersama-sama. Adapun pendirian Firma telah diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan cukup lengkap, terutama dalam Pasal
22 hingga Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Adapun pendirian Firma dalam
Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa, tiap-tiap
persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta demikian
tidak dapat ditemukan untuk merugikan pihak ketiga.
Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Firma harus didirikan dengan akta otentik;
2. Firma dapat didirikan tanpa akta otentik;
3. Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga
menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha,

didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang
menandatangani berbagai surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29
KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di Pasal 26 KUHD yang harus
memuat sebagai berikut :
1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.
2. Pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah persekutuan itu umum
ataukah terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal
terakhir dengan menunjukkan cabang khusus itu.
3. Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama
firma.
4. Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.
5. Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus
dipakai untuk menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.
Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma biasanya berisi
tentang hal-hal berikut :
1. Nama dan alamat firma.
2. Jenis usaha firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau manufaktur.
3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer serta tugas
dan wewenang anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk uraian
lengkap tentang aktiva non-kas yang diserahkan (bila ada) yang digunakan dalam
operasi firma.
5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukkan dalam bentuk rasio antara anggota
yang satu dengan yang lain.
6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.
7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.
8. Prosedur keluarnya anggota firma.
9. Prosedur pembubaran firma apabila firma di likuidasi.
10. Dan uraian penting lainnya.

Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah berfungsi
sebagai alat bukti untuk memudahkan pembuktian berdirinya suatu Firma dan perincian hak
dan kewajiban masing-masing anggota. Setelah Firma didirikan, maka Firma harus
didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
kedudukan Firma yang bersangkutan, dan pendaftaran Firma dapat berupa petikan akta saja
(Pasal 23-25 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut dalam Undangundang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan). Dalam Pasal 28 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang, Ikhtisar resmi dari akta Firma pendirian itu harus
diumumkan dalam Berita Negara Rakyat Indonesia (BNRI) atau Tambahan Berita Negara.
Apabila akta Firma tersebut tidak didaftarkan kepada Panitera, maka pendirian Firma tersebut
hanya dianggap sebagai persekutuan umum, didirikan tanpa batas, dianggap tidak ada sekutu
yang dikecualikan bertindak atas nama Firma (Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang) bahkan tiap sekutu berhak menandatangani dan berbuat perbuatan hukum bagi
persekutuannya. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian
Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.
Proses Pembubaran Firma
Pengaturan Firma dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak hanya
mengatur mengenai pendirian Firma, tetapi telah mengatur hingga mengenai pembubaran
Firma. Pembubaran Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
terutama di dalam Pasal 31 hingga Pasal 35, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.

Perubahan harus dinyatakan dengan data otentik;
Perubahan akta harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri;
Perubahan akta harus diumumkan dalam berita negara;
Perubahan akta yang tidak diumumkan akan mengikat pihak ketiga;
Pemberesan oleh persero adalah pihak lain yang disepakati atau yang ditunjuk
oleh Pengadilan.

Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau
lebih, baik atas kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh
bekas pesero yang namanya disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli
warisnya tidak menentangnya, dan dalam hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta,
dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam surat kabar resmi atas dasar dan dengan
cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta dengan ancaman hukuman yang
tercantum dalam pasal 29.
Pembubaran sebuah perseroan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam
perjanjian, atau terjadi karena pelepasan diri atau penghentian, perpanjangan waktu setelah
habis waktu yang ditentukan, demikian pula segala perubahan yang diadakan dalam
pertikaian yang asli yang berhubungan dengan pihak ketiga, diadakan juga dengan akta
otentik, dan terhadap ini berlaku ketentuan-ketentuan pendaftaran dan pengumuman dalam
surat kabar resmi seperti telah disebut. Kelalaian dalam hal itu mengakibatkan, bahwa
pembubaran, pelepasan diri, penghentian atau perubahan itu tidak berlaku terhadap pihak

ketiga. Terhadap kelalaian mendaftarkan dan mengumumkan dalam hal perpanjangan waktu
perseroan, berlaku ketentuan-ketentuan pasal 29. (KUHPerd. 1646 dst.; KUHD 22, 26, 30.)
Pada pembubaran perseroan, para pesero yang tadinya mempunyai hak mengurus
harus membereskan urusan-urusan bekas perseroan itu atas nama firma itu juga, kecuali bila
dalam perjanjiannya ditentukan lain , atau seluruh pesero (tidak termasuk para pesero
komanditer) mengangkat seorang pengurus lain dengan pemungutan suara seorang demi
seorang dengan suara terbanyak. Jika pemungutan suara macet, raad van justitie mengambil
keputusan sedemikian yang menurut pendapatnya paling layak untuk kepentingan perseroan
yang dibubarkan itu. (KUHPerd. 1652; KUHD 17, 20, 22, 31, 56; Rv. 6-50, 99.)
Bila keadaan kas perseroan yang dibubarkan tidak mencukupi untuk membayar utangutang yang telah dapat ditagih, maka mereka yang bertugas untuk membereskan keperluan itu
dapat menagih uang yang seharusnya akan dimasukkan dalam perseroan oleh tiap-tiap pesero
menurut bagiannya masing-masing (KUHD 18, 22.). Uang yang selama pemberesan dapat
dikeluarkan dari kas perseroan, harus dibagikan sementara. (KUHD 33.)

CV (Comanditaire Vennootschap)
Pengertian Perseroan Komanditer
Menurut pasal 19 KUHD menyebutkan, bahwa perseroan komanditer adalah suatu
perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk satu orang atau beberapa orang
pesero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung
jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldscheiter)
pada pihak yang lain.

Pada dasarnya

persekutuan komanditer (Commanditaire Vennotschap) adalah

persekutuan firma yang mempunyai satu atau lebih sekutu komanditer. Sekutu komanditer
sendiri adalah sekutu yang hanya menyerahkan uang atau barang sebagai pemasukan
(inbreng) pada persekutuan dan ia tidak turut serta dalam pengurusan atau penguasaan dalam
persekutuan.
Status seorang sekutu komanditer itu dapat disamakan dengan seseorang yang
menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan hasil keuntungan dari
uang, benda atau tenaga pemasukannya itu saja, sedangkan Ia sama sekali lepas tangan dari
pengurusan perusahaan. Dalam undang-undang sekutu komanditer itu disebut juga
“geldschieter” (pelepas uang).
Pada pelepasan uang (geldschieter) uang atau benda yang telah diserahkan kepada
orang lain (debitur) masih dapat dituntut kembali bila si debitur jatuh pailit, tetapi pada uang
atau benda yang telah diserahkan oleh sekutu komanditer kepada persekutuan, bila
persekutuan itu pailit, tidak dapat dituntut kembalinya.
Persekutuan komanditer memiliki dua macam sekutu, yaitu sekutu kerja dan sekutu
tidak kerja (stille vennot). Sekutu kerja atau sekutu komplementer adalah sekutu yang
menjadi pengurus persekutuan, sedangkan sekutu tidak kerja atau sekutu komanditer tidak
mengurus persekutuan. Baik sekutu kerja maupun sekutu tidak kerja masing-masing
memberikan pemasukannya, yang berwujud uang, barang atau tenaga (fisik atau fikiran) atas
dasar pembiayaan bersama, artinya untung rugi dipikul bersama antara sekutu kerja dengan
sekutu komanditer, meskipun tanggung jawab sekutu komanditer terbatas pada modal yang
disanggupkan untuk dimasukkan.
Pasal 19 KUHD menyebutkan sebagai persekutuan dengan jalan peminjaman uang
(geldscheiter) atau disebut juga persekutuan komanditer yang diadakan antara seorang sekutu
atau lebih yang bertanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya dan seorang atau lebih
sebagai sekutu yang meminjam uang.
H.M.N.

Purwosudjipto

tidak

menyetujui

penggunaan

istilah

“orang

yang

meminjamkan uang atau pelepas uang” (geldscheiter) untuk menyebut sekutu komanditer.
Sekutu komanditer tidak sama dengan pelepas uang.
Jenis Persekutuan Komanditer

Dalam perkembangannya, terdapat beberapa bentuk persekutuan komanditer. Pertama
adalah persekutuan komanditer murni. Dalam bentuk yang paling sederhana ini, hanya
terdapat satu pesero komplementer dan beberapa pesero komanditer.
Bentuk yang kedua adalah persekutuan komanditer campuran. Bentuk ini biasanya
terjadi pada persekutuan firma yang sedang membutuhkan tambahan modal. Pihak yang mau
memberikan tambahan modal itu bertindak sebagai pesero komanditer. Sementara pesero
firma secara otomatis akan menjadi pesero komplementer.
Sedangkan bentuk ketiga dari CV adalah persekutuan komanditer bersaham. Dalam
bentuk ini, perseroan menerbitkan saham dengan tujuan untuk memudahkan penarikan
kembali modal yang telah disetorkan. Tiap pesero komplementer dan komanditer memegang
saham yang tidak dapat diperjualbelikan ini.
Kelebihan dan Kelemahan Persekutuan Komanditer
o Kelebihan CV antara lain :Prosedur pendiriannya relatif mudah;
o Modal yang dapat dikumpulkan lebih banyak, karena didirikan banyak pihak
o
o
o
o
o

(modal gabungan);
Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besar;
Kemampuan manajemen lebih luas;
Manajemen dapat didiversifikasikan;
Struktur organisasi yang tidak terlalu rumit;
Kemampuan untuk berkembang lebih besar.

Kelemahan CV antara lain :
o
o
o
o

Sebagian anggota memiliki tanggung jawab tidak terbatas;
Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin;
Sulit untuk menarik kembali investasinya;
Apabila perusahaan berutang/merugi, maka semua sekutu bertanggung jawab
secara bersama-sama.

Dasar Hukum
Persekutuan firma diatur dalam pasal 16 s/d 35 KUHD. Tiga di antara pasal-pasal itu,
yakni pasal 19, 20 dan 21 adalah aturan untuk persekutuan komanditer. Pasal 19 ayat (1)
KUHD berbunyi: “De vennootschap bij wijze van geldschieting, anders an comanndite
genamd, wordt aangegaan tussen eene persoon, of tussen meerdere hoofdelijk vor het geheel
aansprakelijke vennoten, en eene of meer andere personen als geldschieters.” (persekutuan
secara melepas uang, yang juga disebut persekutuan komanditer, didirikan atas satu atau

beberapa orang yang bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan dengan satu atau
beberapa orang pelepas uang).
Letak aturan persekutuan komanditer yang ada di tengah-tengah aturan mengenai
persekutuan firma, yaitu pasal 19, 20 dan 21 KUHD. Letak aturan persekutuan komanditer di
tengah-tengah pasal-pasal yang mengatur persekutuan firma itu sudah sepatutnya, karena
persekutuan komanditer itu juga persekutuan firma dengan bentuk khusus. Kekhususannya
itu terletak pada adanya sekutu komanditer, yang pada persekutuan firma tidak ada. Pada
persekutuan firma hanya ada sekutu sekutu kerja “firmant”, sedangkan dalam persekutuan
komanditer, kecuali sekutu kerja, juga ada sekutu komanditer, yakni sekutu yang tidak kerja,
sekutu yang hanya memberikan pemasukan saja, tidak ikut mengurus perusahaan.
Pertanggungjawaban Hukum
Dalam melangsungkan kegiatan usahanya, aktivitas bisnis CV dilakukan oleh para
pesero aktifnya. Merekalah yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan pengurusan
atau bekerja di dalam perseroan tersebut. Bahkan jika ditarik lebih jauh, para pesero
komplementer ini juga dapat dimintakan tanggung jawab secara tanggung renteng atas
perikatan-perikatan perseroannya.
Di sisi lain, para pemberi modal atau pesero komanditer, tidak bisa terlibat dalam
menjalankan aktivitas perusahaan. Hal tersebut diatur secara tegas di dalam Pasal 20 KUHD
yang menjelaskan bahwa pesero komanditer ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan
atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, meskipun ada pemberian kuasa sekalipun.
Implikasinya, pesero komanditer tidak perlu ikut memikul beban kerugian yang
jumlahnya lebih besar dari modal yang disetorkannya ke perusahaan. Namun jika pesero
komanditer terbukti ikut menjalankan perusahaan sebagaimana yang dilakukan pesero
komplementer dan mengakibatkan kerugian perusahaan, maka sesuai dengan Pasal 21
KUHD, pesero komanditer ikut bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap semua
utang dan perikatan perseroan tersebut.
Prosedur Pendirian Perseroan Komanditer (CV)
Untuk mendirikan CV sama dengan PT yaitu dibutuhkan minimal 2 (dua) orang
sebagai Pendiri Perseroan yang juga sekaligus bertindak sebagai Pemilik Perseroan yang
terdiri dari Pesero Aktif dan Pesero Pasif. Para Pendiri CV haruslah Warga Negara Indonesia

dan kepemilikan perseroan 100% dimiliki oleh pengusaha lokal artinya keikutsertaan Warga
Negara Asing tidak diperbolehkan.
Setiap Pendirian CV harus dibuat dengan Akta Otentik sebagai Akta Pendirian dan
dilakukan oleh Notaris yang berwenang di wilayah Republik Indonesia. Yang harus di
lakukan pertama kali untuk mendirikan Perseroan Komanditer (CV) adalah menetapkan
Kerangka Anggaran Dasar Perseroan sebagai acuan untuk dibuatkan Akta Otentik sebagai
Akta Pendirian oleh Notaris yang berwenang.
Kerangka Anggaran Dasar Perseroan Meliputi :
1. Pendiri Perseroan
Harus menetapkan Nama Para Pendiri Perseroan dengan ketentuan seperti di bawah
ini:
a. Jumlah Pendiri minimal 2 (dua) orang dan Warga Negara Indonesia.
b. Para pendiri juga dapat diangkat sebagai salah satu pengurus baik sebagai
Direktur atau Komisaris dan jika Anggota Direktur atau Komisaris lebih dari
satu orang maka salah satu dapat diangkat menjadi Direktur Utama atau
Komisaris Utama.
2. Nama Perseroan
Harus menetapkan Nama dan Tempat kedudukan perseroan melakukan kegiatan
usaha;
a. Pemakaian nama Perseroan Komanditer tidak diatur oleh secara khusus oleh
Undang-undang atau Peraturan Pemerintah artinya Kesamaan atau Kemiripan
nama perseroan di perbolehkan.
b. Kedudukan perseroan harus berada di wilayah Republik Indonesia dengan
menyebutkan nama Kota/Kabupaten sebagai tempat Perseroan melakukan
kegiatan usaha dan sebagai kantor pusat perseroan.
3. Maksud & Tujuan serta Kegiatan Usaha
Harus menetapkan Maksud dan Tujuan serta Kegiatan Usaha seperti di bawah ini:
a. Setiap perseroan yang didirikan dapat melakukan kegiatan usaha yang sama
dengan perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan
keinginan para pendiri perseroan. Namun ada beberapa bidang usaha yang
hanya bisa dilaksanakan dengan ketentuan harus berbadan hukum PT.
b. Untuk memudahkan anda kami menyediakan informasi mengenai Maksud dan
Tujuan serta Kegiata Usaha Perseroan.

4. Modal Perseroan
Di dalam anggaran dasar perseroan komanditer (AKTA PENDIRIAN) tidak
disebutkan besarnya jumlah Modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor.
Penyebutan besarnya modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin
Usaha Perdagangan) atau Izin Operasional lainnya.
5. Pengurus Perseroan
Anda harus menetapkan siapa saja yang akan menjadi Pengurus Perseroan yaitu :
Pesero Aktif dan Pesero Pasif.
a. Persero Aktif; adalah orang yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk
mengelola perusahaan dengan jabatan sebagai Direktur.
b. Persero Pasif; Adalah orang yang mempunyai tanggung jawab sebatas modal
yang ditempatkan dalam perusahaan, yaitu sebagai Pesero Komanditer.
Setelah langkah no. 1 s.d. 5 telah anda tentukan maka anda sudah siap untuk
mengajukan permohonan Akta Pendirian sebagai langkah awal atau berdirinya Perusahaan
anda.
Setelah Akta Pendirian selesai dibuat maka yang harus dilakukan adalah melengkapi
pendaftaran dan perizinan yang harus dimiliki untuk dapat melakukan kegiatan usaha seperti;
Domisili Perusahaan, NPWP, SP-PKP, Pendaftaran ke Pengadilan Negeri setempat, SIUP
atau Izin Usaha Lainnya dan TDP.
Kewajiban Pajak
Merujuk pada UU tentang Ketentuan Umum Perpajakan yang menyebutkan bahwa
Badan sebagai subjek pajak adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah
dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya.
Dari definisi Badan di atas jelas bahwa persekutuan komanditer termasuk ke dalam
subjek pajak. Sehingga secara umum CV juga berkewajiban mendaftarkan diri untuk
mendapatkan NPWP atau Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana perseroan terbatas.
Berakhirnya Persekutuan Komanditer

Karena pada hakikatnya persekutuan komanditer adalah persekutuan perdata, maka
berakhirnya persekutuan komanditer adalah sama dengan persekutuan perdata yang diatur
dalam Pasal 1646 sampai dengan 1652 KUHPerdata.
Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan bahwa paling tidak ada 4 hal yang
menyebabkan persekutuan berakhir yaitu, lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan,
musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan,
kehendak dari sekutu, dan jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah
pengampuan atau dinyatakan pailit.