Strategi Pertahanan Negara Menghadapi An

Strategi Pertahanan Negara
Menghadapi Ancaman LSM Asing Pada Kasus Disintegrasi
Papua
Oleh
Yosua Praditya1
Pendahuluan
Dalam satu dekade terakhir, Papua terus mengalami gejolak yang
berkepanjangan. Isu-isu terkait disintegrasi menyebabkan Indonesia tidak
bisa memandang sebelah mata terhadap persoalan ini. Papua merupakan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus dijaga.
Negara harus melakukan segala usaha dan upaya untuk mempertahankan
kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala
bentuk ancaman2. Saat ini, nuansa disintegrasi Papua sangat erat dengan isu
internasionalisasi. Hal ini terlihat dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
asing yang terus menyuarakan kemerdekaan Papua di dunia internasional.
Realita ini merupakan ancaman besar terhadap kedaulatan negara. Indonesia
perlu mengkaji dan menerapkan strategi pertahanan negara (Hanneg) yang
tepat dan akurat dalam menghadapi berbagai intervensi LSM asing.

Tulisan ini akan mengangkat dan menganalisa isu disintegrasi Papua,
khususnya bagaimana Indonesia merumuskan strategi Hanneg untuk

menghadapi ancaman LSM asing. Ruang lingkup pembahasan akan
mencakup tiga substansi, yaitu: (1) bagaimana merumuskan sistem Hanneg
melalui media demi menjaga komitmen NKRI; (2) bagaimana menerapkan
kerja sama pertahanan melalui politik luar negeri; dan (3) bagaimana konteks
interrelationship dalam merumuskan sistem Hanneg yang aplikatif. Semua ini
ditujukan untuk menghadapi intervensi LSM asing dan aktor yang bermain di
belakang layar, yakni Benny Wenda yang terus aktif menyuarakan
kemerdekaan Papua di dunia internasional.
                                                        
1

Mahasiswa Universitas Pertahanan Jurusan Manajemen Pertahanan
Putih Pertahanan Negara Tahun 2008, Konsepsi Pertahanan Negara

2 Buku

 




Komitmen NKRI Melalui Media
Bagi Indonesia, penyelenggaraan Hanneg tidak semata-mata ditujukan untuk
perang, melainkan juga menjamin keutuhan NKRI3. Kasus disintegrasi Papua
yang dihadapi Indonesia membutuhkan penerapan startegi Hanneg yang
total, terpadu, dan berkelanjutan4. Dalam hal ini, bersifat total berarti
mengeluarkan segala bentuk usaha dan upaya untuk mempertahankan
Papua agar tidak lepas dari kedaulatan NKRI. Usaha ini tidak hanya menjadi
tanggung jawab militer saja, namun kontribusi sipil turut diperlukan dalam
penyelesaian konflik Papua. Implementasinya adalah kaum sipil dapat
dilibatkan melalui peran media nasional yang memiliki integritas dan
komitmen terhadap NKRI. Tidak bisa dipungkiri bahwa media memiliki
pengaruh

yang

luar

biasa

terhadap


kepentingan

nasional

maupun

internasional. Berbagai media nasional yang ada, baik cetak maupun
elektronik dapat digunakan oleh Indonesia sebagai kekuatan pertahanannya.
Strategi ini sangat efektif dan low cost karena media nasional mampu
memberitakan berita positif terhadap kebijakan pemerintah Indonesia
terhadap Papua. Melalui media, kebijakan otonomi khusus dan pemberian
dana alokasi umum yang besar untuk Papua dapat dipublikasikan ke dunia
internasional. Strategi ini bisa dijadikan sebagai kekuatan nonmiliter untuk
memperlihatkan ke publik bahwa Indonesia sangat peduli terhadap
peningkatan perekonomian Papua.

Sedangkan pada konteks terpadu dan berkelanjutan, Indonesia harus
memadukan kekuatan militer dan sipilnya menjadi permanen. Kombinasi
kekuatan tersebut merupakan smart power dalam penyelesaian kasus

disintegrasi Papua. Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menjaga wilayah
Papua secara profesional harus dipublikasikan melalui media ke dunia
internasional. Peran TNI dalam menghadapi berbagai ancaman di Papua
merupakan jawaban terhadap kritikan LSM yang selalu menyinggung isu
                                                        
3 Ibid.
4 Arahan dari Letjen (Purn) Syarifuddin Tippe pada kuliah Sistem Pertahanan Negara di
Universitas Pertahanan, tanggal 27 Jui 2012.

 



pelanggaran

hak

asasi

manusia


(HAM).

Strategi

ini

harus

segera

diberlakukan pada masa sekarang dan mendatang. Dengan demikian,
strategi Hanneg yang terpadu dan berkelanjutan dapat dipraktikkan secara
nyata demi menjaga keutuhan NKRI.

Kerja Sama Pertahanan Melalui Politik Luar Negeri
Salah satu cara menghadapi ancaman nonmiliter bisa dilakukan dengan
pendekatan diplomatik. Peningkatan instrumen politik luar negeri merupakan
strategi kerja sama pertahanan di tingkat regional dan global untuk
menghadapi ancaman, dalam hal ini adalah intervensi LSM asing. Indonesia

diarahkan untuk selalu aktif dan berperan dalam membangun kerja sama
dengan negara lain dalam kerangka prinsip saling mempercaya, saling
menghargai dan tidak mengintervensi urusan dalam negeri.

Semenjak era reformasi, tercatat ada sekitar 40 LSM asing yang
mendukung gerakan Papua merdeka5. Berbagai LSM tersebut tersebar di
wilayah Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia. Indonesia perlu melakukan
perlawanan terhadap LSM asing melalui instrumen politik luar negerinya. Hal
ini bisa ditempuh dengan penguatan kapasitas Indonesia di ASEAN Forum
Regional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan demikian Indonesia
secara langsung memperkuat strategi Hanneg melalui politik luar negeri.
Selain itu, forum ASEAN Defense Minister Meeting (ADMM) diharapkan
mampu merumuskan strategi Hanneg untuk kasus Papua. Hal ini dikarenakan
salah satu visi ADMM adalah menjaga stabilitas politik yang mampu
mengancam kedaulatan negara-negara di Asia Tenggara6. Melalui forum ini,
Menteri Pertahanan Indonesia diharapkan berunding dalam merumuskan
strategi baru untuk melawan intervensi LSM asing.

                                                        
5 “Asing


Obok-Obok Papua Lewat LSM”, http://hankam.kompasiana.com/2012/07/17/,
diakses pada tanggal 22 Juli 2012.
6 ASEAN

defence ministers meeting wraps up, http://admm.org.vn/sites/eng/Pages/ , diakses
pada tanggal 22 Juli 2012. 

 



Politik luar negeri harus memainkan perannya secara maksimal untuk
memperjuangkan kepentingan nasional, yakni mempertahankan Papua ke
dalam keutuhan NKRI. Peran diplomasi mampu mengidentifikasi potensipotensi ancaman berdimensi politik, salah satunya adalah LSM asing yang
mengancam kedaulatan dan kepentingan nasional Indonesia.

Interrelationship
Untuk membangun strategi Hanneg yang tepat, persiapan dan kolaborasi
antar komponen kekuatan bangsa sangat dibutuhkan. Dalam hal ini,

interrelationship merupakan determinasi dalam merumuskan kerjasama
pertahanan. Semua komposisi pertahanan negara harus dikerahkan dan
dihubungkan satu sama lain untuk menuntaskan gejolak Papua yang
berkepanjangan. Gejolak Papua yang belum tuntas dikarenakan salah satu
faktor, yakni peran Benny Wenda yang terus menyuarakan kemerdekaan
Papua di dunia internasional. Benny adalah aktor utama yang menyebabkan
konflik Papua sangat kental dengan nuansa internasionalisasi. Ia mendirikan
International Parliaments for West Papua pada tahun 2008, dimana
organisasi tersebut terus menggalang dukungan negara-negara asing untuk
mendukung gerakan Papua merdeka7. Keberadaan organisasi ini secara
langsung mempengaruhi secara siginifikan terhadap pertumbuhan LSM asing
pro Papua

Melihat realita di atas, pendekatan melalui konteks interrelationship
diharapkan mampu menghadapi ancaman tersebut.

Semua komponen

kekuatan negara, khususnya pada aspek nonmiliter harus segera dikolaborasi
sebagai sistem Hanneg yang aplikatif. Dalam hal ini, kekuatan diplomasi dan

peran media nasional harus dikombinasikan untuk melakukan perang
nonkonvesional terhadap Benny Wenda. Indonesia harus berperan aktif di
lingkup global dengan dukungan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal
ini secara langsung akan meningkatkan strategi Hanneg Indonesia dalam
                                                        
7 Comment

on the Indonesian Government's reaction to the International Parliamentarians
for West Papua, http://ilwp.org/pages/documents.html , diakses pada tanggal 22 Juli 2012.

 
 



menghadapi permasalahan disintegrasi Papua. Strategi ini harus diterapkan
secara simultan dan berkelanjutan untuk kasus Papua yang sangat erat
dengan nuansa internasionalisasinya.

Kesimpulan

Pada akhirnya, kebijakan Hanneg dalam kasus Papua tidak lepas dari
subtansi yang dibahas, yaitu strategi Hanneg melalui media, politik luar
negeri, dan interrelationship serta kerjasama pertahanan. Semua subtansi ini
perlu

diintegrasikan

sebagai

strategi

Hanneg

yang

aplikatif

untuk

permasalahan disintegrasi Papua, terutama dalam menghadapi intervensi

LSM asing. Penyiapan strategi Hanneg juga tidak lepas dari kolaborasi
pemangku

kepentingan

yang

terkait

dan

didukung

melalui

wadah

Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri.

Secara keseluruhan pembahasan dari tulisan ini dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Isu disintegrasi Papua merupakan permasalahan yang
serius dan harus segera diselesaikan, mengingat NKRI adalah harga mati; (2)
Strategi Hanneg harus diaplikasikan melalui kerja sama pertahanan yang
didukung melalui peran politik luar negeri; (3) Interrelationship menjadi
kebijakan yang aplikatif dalam mengombinasikan berbagai aspek dalam
merumuskan kerjasama pertahanan pada tingkat nasional, regional, dan
global untuk menghadapi LSM asing. Hasil kesimpulan ini diharapkan mampu
menjawab permasalahan gejolak Papua yang bernuansa internasionalisasi.

 



Daftar Pustaka
Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008
Departemen Pertahanan RI, 2007, “Strategi Pertahanan Negara”
www.admm.org
www.ilwp.org