EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA pembelajaran DENG

MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS X

SMAN 2 MAJENE KAB. MAJENE SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh

SYAMSUDDIN NIM.20402107142

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara SYAMSUDDIN, NIM 20402107142, Mahasiswa Jurusan Tadris Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti

dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA

Negeri 2 Majene Kabupaten Majene ”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui dan diajukan ke sidang Munaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Makassar, Juli 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ibrahim Nasbi, M.Th.I Drs. Thamrin Tayeb, M.Si NIP: 19550817 199103 1 002

NIP: 19610529 199403 1 001

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Dan jika dikemudian hari terbukti ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan ataupun sebagian, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh batal demi hukum

Makassar, Juli 2011

Penulis:

SYAMSUDDIN NIM: 20402107142

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene

Kabupaten Majene ” yang disusun oleh saudara Syamsuddin, NIM: 20402107142, mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 15 bulan Desember tahun 2011 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Matematika, dengan beberapa perbaikan.

Samata Gowa, Oktober 2012 M, Zulkaiddah 1433 H

DEWAN PENGUJI (Sesuai dengan SK Dekan No. 095 Tahun 2011 )

1. Ketua : Dra. Hj. Djuwairiah Ahmad, M.Tesol (…………...…….)

2. Sekretaris : Dra. Kamsinah, M.Pd.I (…………...…….)

3. Munaqisy I : Dr. H. Muh. Amri, M.Ag (…………...…….)

4. Munaqisy II : St. Hasmiah Mustamin, S.Ag, M.Pd. (…………...…….)

5. Pembimbing I : Drs. Ibrahim Nasbi, M.Th.I (…………...…….)

6. Pembimbing II : Drs. Thamrin Tayeb, M.Si (…………...…….)

Disahkan Oleh: Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Dr. H. Salehuddin, M.Ag

NIP. 19541212 198503 1 001

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, yang senantiasa memberikan limpahan rahmat, kesehatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Salam dan shalawat atas junjungan nabi besar Muhammad saw yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia dalam setiap aspek kehidupan.

Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar di Tinambung, Desa Lekopa’dis Kabupaten Polewali Mandar terkhusus untuk kedua orang tua tercinta

ayahanda Nurdin, S.Pd dan ibunda Hj. Hasnah, serta adinda saya (Husain, Nahrawi, Muh. Ainun Ridha dan Khusnul Khatimah) atas kasih sayangnya yang tulus, dan do’anya yang selalu mengiringi penulis dalam setiap langkah hidupnya.

Dan semoga jasanya dibalas oleh Allah swt. Amien... Penulis juga menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Abd. Kadir Gassing, M.A., selaku Rektor UIN Alauddin Makasar.

2. Dr. H. Salehuddin Yasin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

3. Drs. Thamrin Tayeb, M.Si., dan St.Hasmiah Mustamin, S.Ag., M.Pd., Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar.

4. Drs. Ibrahim

I dan Drs. Thamrin Tayeb, M.Si., selaku pembimbing II yang membimbing dan mengarahkan penulis hingga taraf penyelesaian.

Nasbi,

M.Th.I.,

selaku

pembimbing

5. Para Dosen Prodi Pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar, yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama kuliah.

6. Drs. Nursyamsu, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Majene dan Hasri, S.Si., selaku guru matematika serta adik-adik siswa kelas X 2 atas segala pengertian dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku, Ramli, Rudiyanto, Sadar, Sirajuddin, Supriadi, Zaharuddin, Syahrul Arifin, Sudirman, dan Ulil Amri, serta teman-teman seperjuanganku angkatan 2007 khususnya yang ada di ”matematika 7-8 community” yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuan, canda tawa, dan kebersamaan selama melewati masa perkuliahan.

Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi pengajaran matematika dan semoga bantuan yang telah diberikan bernilai ibadah di sisi Allah swt dan mendapat pahala yang setimpal.

Makassar, Juli 2011

Penulis

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel 1 Penggunaan Otak Pada Peta Pikiran ................................................ 35

2. Tabel 2 Subjek Populasi Siswa-siswi SMAN 2 Majene Kab. Majene.......... 43

3. Tabel 3 Kriteria Penilaian ............................................................................. 51

4. Tabel 4 Hasil Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ................................... 54

5. Tabel 5 Hasil Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran dengan Metode Peta Pikiran ................................................................................ 56

6. Tabel 6 Respon Siswa terhadap Pembelajaran .............................................. 57

7. Tabel 7 Hasil Belajar Siswa .......................................................................... 58

8. Tabel 8 Pencapaian Kefektifan Metode Pembelajaran Peta Pikiran ............. 60

ABSTRAK

Nama Penyusun : Syamsuddin Nim

: 20402107142 Jurusan

: Pendidikan Matematika Fakultas

: Tarbiyah dan Keguruan Judul

: Efektivitas

Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene Kabupaten Majene

Pembelajaran

Penelitian yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Peta Pikiran pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Majene Kabupaten Majene ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode peta pikiran. Sedangkan keefektifan pembelajaran ditinjau dari empat aspek, yaitu: aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil belajar klasikal. Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika paling sedikit tiga dari empat aspek di atas terpenuhi, dengan syarat aspek aktivitas siswa dan hasil belajar klasikal terpenuhi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Majene dan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X 2 yang terdiri dari 28 siswa yang diambil secara acak. Setelah penelitian ini dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1). Aktivitas siswa aktif lebih besar daripada aktivitas pasif, maka aktivitas siswa dikatakan efektif. 2). Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran menunjukkan bahwa semua rata- rata aspek memiliki kategori baik, maka kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan efektif. 3). Angket respon siswa menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode peta pikiran untuk tiap aspek yang menjawab senang, menarik dan ya lebih dari 65 %, yang berarti respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan metode peta pikiran adalah positif, 4). Analisis

tes akhir menunjukkan bahwa 23 siswa kelas X 2 dikatakan tuntas dalam belajarnya, sedangkan 5 siswa lainnya tidak tuntas dalam belajarnya. Sedangkan hasil belajar klasikal dikelas X 2 dikatakan tuntas dengan persentase 82,14 %. Jadi dilihat dari kriteria keefektifan, pembelajaran matematika dengan menggunakan peta pikiran dikatakan efektif.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era milenium ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, sehingga semua orang dituntut untuk selalu memperbaharui informasi yang dimilikinya dengan cara mengolah informasi yang berada di sekelilingnya untuk kemudian dikonstruksi di dalam otaknya sehingga menjadi wawasan yang baru dan luas. Salah satu contohnya adalah dalam proses belajar dimana siswa mendapatkan tambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.

Mengingat merupakan suatu proses pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Ingatan terbentuk karena adanya reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan Mengingat merupakan suatu proses pemberian kode-kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan. Ingatan terbentuk karena adanya reaksi kimia elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran inderawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup (rangsangan inderawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan

bahasa-bahasa yang berkaitan dengan bidang tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa hanya sedikit individu yang mampu menangani informasi secara efektif dan menjadi pemenang di tengah persaingan yang ketat saat ini. Kebanyakan individu yang lainnya gagal menangani informasi seoptimal mungkin dan tidak mampu memberikan kontribusi berarti. Jika ditelaah lebih lanjut, sebenarnya hambatan pemrosesan informasi terletak pada dua hal utama yaitu: proses pencatatan informasi dan proses penyajian kembali informasi yang didapatnya. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain.

Khusus mengenai pencatatan informasi, seringkali individu tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif. Kebanyakan individu melakukan pencatatan secara linear, baris per baris. Tidak sedikit pula di antara mereka membuat catatan dengan cara menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji di buku. Hal ini tentunya berakhir pada kesulitan untuk mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar atau bekerja. Kebiasaan ini sangat kontra produktif dengan pencapaian hasil pembelajaran optimal. Aktivitas mencatat seperti ini memaksa pikiran untuk bekerja (membuat catatan) secara terpisah dari proses pengingatan dan pembelajaran. Penggunaan pikiran lebih sedikit dibandingkan penggunaan mata dan tangan. Segera setelah melihat informasi

1 http://etd.eprints.ums.ac.id/8521/1/A420050070.pdf 1 http://etd.eprints.ums.ac.id/8521/1/A420050070.pdf

Salah satu faktor dari luar siswa yang mendukung dalam pencapaian hasil belajar yang efektif adalah kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di

dalam mengajar. 2 Penggunaan suatu metode belajar dalam kegiatan pembelajaran tersebut adalah yang menghubungkan antara pendidik dan peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jelaslah bahwa metode pembelajaran mempengaruhi proses belajar. Metode pembelajaran yang kurang baik akan mengakibatkan proses belajar siswa yang tidak baik pula, seperti siswa tidak aktif dalam mengikuti pelajaran dikarenakan pola pengajaran yang monoton akibat terpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut berfikir secara lebih aktif. Siswa cenderung jenuh terhadap kegiatan pembelajaran akan berdampak kurang berminat dalam pembelajaran sehingga perhatian dalam kegiatan pembelajaran juga akan berkurang. Kurangnya perhatian terhadap suatu materi ajar akan menyebabkan siswa kurang memahami konsep dari suatu materi ajar. Padahal

2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2003) 2 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta, 2003)

Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan berdasarkan alasan logis. Namun kerja matematis terdiri dari observasi menebak dan merasa, mengetes hipotesis, mencari analogi dan akhirnya merumuskan teorema yang dimulai asumsi-asumsi dan unsur-unsur yang

didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental. 3

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan. Belajar matematika berarti belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan ide-ide atau konsep yang bersifat abstrak. Hal ini membuat siswa beranggapan bahwa matematika merupakan materi ajar yang sulit. Pada kenyataannya banyak siswa yang kurang berminat terhadap matematika. Akibatnya siswa menjadi lamban dalam menguasai konsep-konsep matematika.

Hal ini terlihat dalam menyelesaikan suatu permasalahan, siswa selalu menyelesaikan permasalahan tersebut runtut sama seperti cara atau langkah- langkah penyelesaian yang diberikan oleh guru. Siswa tidak memahami langkah-langkah atau konsep penyelesaian suatu permasalahan tetapi menghafal langkah-langkah penyelesaiannya, sehingga apabila permasalahan mengalami perubahan namun inti permasalahannya sama, siswa kurang mampu

3 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Matematika, (cet. I; Surabaya : Usaha Nasional, 1978), h. 96 3 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum Matematika, (cet. I; Surabaya : Usaha Nasional, 1978), h. 96

Permasalahan di atas juga dijumpai di dalam pembelajaran matematika di SMAN 2 Majene kelas X. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, tingkat pemahaman konsep yang ditunjukkan oleh kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dan mengerjakan soal secara tepat, kemampuan siswa dalam menerapkan konsep secara tepat, kemampuan siswa memberi tanggapan tentang jawaban siswa lain dan kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan materi yang meliputi mendefinisikan konsep, menemukan sifat-sifat dari konsep dan memberikan contoh dan non contoh dari konsep masih rendah.

Selain pemahaman konsep dalam matematika, penanaman konsep yang benar juga sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Jika konsep dasar yang diterima siswa salah, maka akan sukar memperbaiki kembali terutama jika sudah diterapkan dalam penyelesaian suatu permasalahan, sehingga penting sekali untuk membuat siswa memahami suatu konsep. Salah satu metode pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep adalah peta pikiran (mind map).

Peta pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi Peta pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi

Strategi peta pikiran merupakan satu-satunya bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai masalah penyajian kembali (recalling) informasi-informasi yang telah dipelajari. Recalling merupakan kemampuan menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan hubungannya, dalam format yang sangat personal. Hal ini juga merupakan indikator pemahaman individu atas informasi yang diberikan. Jelaslah kiranya bahwa proses recalling sangat erat hubungannya dengan

proses pengingatan (remembering). 5

Definisi real dari peta pikiran adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.

Pembuatan peta pikiran tidaklah terlalu rumit. Justru karena kesederhanaannya, peta pikiran menjadi alat bantu favorit guna memproses informasi. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta pikiran adalah sebagai berikut:

1. Gambarkan tema utama di tengah-tengah kertas dan beri warna.

2. Gunakan satu kata atau frase yang sederhana sebagai informasi, pada umumnya kata dalam penulisan normal tersaji dalam kondisi saling melengkapi, hal ini utamanya ditujukan untuk memastikan bahwa maksud dari tulisan tersampaikan secara sempurna. Pada peta pikiran dibuat, gunakan satu kata kuat dan frase berarti yang dapat

4 http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping/ 5 http://etd.eprints.ums.ac.id/7233/1/A410060038.pdf 4 http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-pikiran-mind-mapping/ 5 http://etd.eprints.ums.ac.id/7233/1/A410060038.pdf

3. Gunakan simbol dan gambar.

4. Gambarkan informasi pendukung lainnya di sekitar tema utama.

5. Kata-kata pendukung dapat dicetak pada garis penghubung. Garis- garis penghubung harus digambarkan secara jelas guna mempermudah hubungan antar informasi.

6. Kata-kata pendukung dinyatakan dalam ‘satuan’ misal satu kata per garis penghubung.

7. Gunakan warna untuk mempermudah proses pengingatan.

8. Bebaskan pikiran. Karena pemikiran seperti “di mana satu informasi harus diletakkan?” akan menghambat pembuatan peta pikiran.

9. Gunakan hubungan saling. Informasi di salah satu bagian dari peta pikiran mungkin saja berhubungan dengan bagian yang lain. 6

Adapun keunggulan metode pembelajaran peta pikiran adalah sebagai berikut.

1. Tema utama terdefenisi secara sangat jelas karena dinyatakan di tengah.

2. Level keutamaan informasi terindikasi secara lebih baik. Informasi yang memiliki kadar kepentingan lebih diletakkan dekat dengan tema utama.

3. Hubungan antara tema masing-masing informasi secara mudah dapat segera dikenali.

4. Lebih mudah dipahami dan diingat.

5. Informasi baru setelahnya dapat segera digabungkan tanpa merusak keseluruhan struktur peta pikiran, sehingga mempermudah proses revisi infomasi.

6. masing-masing peta pikiran sangat unik, sehingga mempermudah proses pengingatan.

7. Mempercepat proses pencatatan karena hanya menggunakan kata kunci. 7

Dengan mengaplikasikan peta pikiran individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki kemampuan mencatat yang

6 Yovan P. Putra, Memori dan Pembelajaran Efektif (cet. I; Bandung: CV. Yrama Widya, 2008), h. 258-260.

7 Ibid, h. 258

memungkinkan terciptanya "mental computer printout". Hal ini tidak hanya berguna untuk membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tetapi juga dapat merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut. Selain itu peta pikiran juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu individu dalam mempelajari suatu informasi. Hal ini utamanya disebabkan karena peta pikiran dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal sehingga individu dapat menguasai suatu hal dalam waktu yang lebih singkat. Apabila hal ini diterapkan dalam pembelajaran matematika, proses belajar mengajar akan lebih efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh Mistin Dwiana pada tahun 2009 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Sebagai Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri Tepas 01 Kesamben Blitar Tahun Pelajaran 2009/2010 ” telah menunjukkan bahwa metode peta pikiran (mind mapping) sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini dibuktikan bahwa dari 16 siswa, pada pembelajaran pra tindakan (belum menggunakan metode peta pikiran) hanya ada 7 siswa (43,75%) yang tuntas. Berikutnya melalui tindakan 1 (siklus 1) meningkat dari 16 siswa yang tuntas ada 14 siswa (87,50%). Tindakan berikutnya pada siklus 2, diperoleh hasil 15 siswa (93,75%) yang tuntas dari 16 siswa yang melakukan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian menggunakan metode pembelajaran peta Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian menggunakan metode pembelajaran peta

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah metode pembelajaran peta pikiran efektif dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?” yang dapat dilihat dari empat aspek yaitu:

1. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

4. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene?

C. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak menimbulkan kesalahan penafsiran, maka penulis mendefinisikan hal- hal berikut:

1. Efektivitas adalah sesuatu yang menunjukkan ketercapain sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.

2. Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar yang diukur dengan lembar pengamatan aktivitas siswa.

3. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran adalah kemampuan guru dalam melaksanakan setiap tahap pembelajaran dengan metode pembelajaran peta pikiran yang diukur dengan lembar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan guru tersebut meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

4. Respon siswa adalah tanggapan atau komentar siswa terhadap metode pembelajaran peta pikiran yang telah dilakukan dan dinyatakan dalam bentuk angket.

5. Metode pembelajaran adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.

6. Peta pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan yang didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi. Peta pikiran dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari suatu informasi karena peta pikiran dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dalam waktu yang lebih singkat.

7. Hasil belajar matematika adalah hasil yang di peroleh siswa sebagai akibat dari proses belajar matematika yang dilaksanakan oleh siswa.

8. Efektivitas pembelajaran adalah seberapa besar pencapaian tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai berdasarkan aspek-aspek berikut:

a. Aktivitas siswa efektif. Aktivitas siswa dikatakan efektif jika jumlah persentase aktivitas aktif lebih besar daripada aktivitas pasif. Jika tidak demikian, maka aktivitas siswa dikatakan tidak efektif.

b. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran efektif. Aktivitas guru dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mencapai kriteria baik.

c. Respon terhadap pembelajaran positif. Respon siswa dikatakan positif apabila presentase respon siswa yang dalam menjawab senang dan ya untuk tiap poin pertanyaaan lebih dari 65%.

d. Hasil belajar klasikal tuntas. Hasil belajar siswa dikatakan efektif apabila telah memenuhi ketuntasan belajar yang telah ditentukan.

Suatu pembelajaran dikatakan efektif jika paling sedikit tiga dari empat aspek diatas dipenuhi, dengan syarat aspek aktivitas siswa efektif dan hasil belajar klasikal tuntas terpenuhi.

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan metode pembelajaran peta pikiran dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene, yang terbagi ke dalam empat aspek, yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene.

2. Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN Majene Kab. Majene.

4. Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran matematika menggunakan metode peta pikiran di kelas X SMAN 2 Majene Kab. Majene.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Sebagai upaya peningkatan keefektifan dalam proses pembelajaran matematika.

b. Sebagai titik tolak dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan peta pikiran.

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa  Meningkatkan pemahaman konsep matematika.

 Menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.

 Mendorong siswa berperan aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika dengan

baik.

b. Bagi Guru  Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam matematika.  Membantu dalam mengembangkan metode pembelajaran yang tepat

dalam mengajarkan matematika.  Menambah variasi dalam penyampaian materi.

c. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai metode peta pikiran diformulasikan dalam pembelajaran matematika.

d. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan metode pembelajaran yang dianggap efektif dan efisien.

e. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.

F. Garis Besar Isi

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini meliputi lima bab termasuk bab pendahuluan dan penutup, antara yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang logis. Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok skripsi yang Sistematika pembahasan dalam skripsi ini meliputi lima bab termasuk bab pendahuluan dan penutup, antara yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang logis. Untuk mendapatkan gambaran mengenai isi pokok skripsi yang

Bab I Pendahuluan merupakan pengantar sebelum lebih jauh mengkaji dan membahas apa yang menjadi substansi penelitian ini. Di dalam Bab I ini terdiri atas enam bagian besar yaitu latar belakang permasalahan, rumusan masalah, definisi operasional variabel, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis besar isi. Pada latar belakang masalah yang dibahas adalah masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini untuk dicari solusinya. Kemudian masalah tersebut diramu ke dalam rumusan masalah. Rumusan masalah ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan yang akan terjawab setelah pelaksanaan tindakan selesai dilakukan. Definisi operasional yaitu definisi-definisi variabel yang menjadi pusat perhatian pada penelitian ini. Tujuan yaitu suatu hasil yang ingin dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang ada. Dan manfaat yaitu suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti setelah melakukan penelitian. Adapun yang terakhir yaitu garis besar isi yang merupakan uraian penjelasan setiap bab.

Bab II Tinjauan Pustaka yang membahas tentang kajian teoritis yang erat kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini dan menjadi dasar dalam merumuskan dan membahas tentang aspek-aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penelitian ini. Dengan demikian, di dalam bab ini dijelaskan hal-hal yang berhubungan dengan judul, terutama penjelesan-penjelasan yang terkait dengan efektivitas suatu pembelajaran.

Bab III Metode Penelitian yang memuat jenis penelitian yang membahas tentang jenis penelitian yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Populasi penelitian ini adalah kelas X SMA Negeri 2 Majene Kab. Majene. Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang memuat tentang tahap persiapan, tahap pelaksanaan tes hasil belajar, respon siswa dan tahap analisis hasil penelitian. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes hasil belajar dan angket respon siswa. Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Teknik analisis data yaitu suatu cara yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data-data yang diperoleh pada saat penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian yaitu data-data yang diperoleh pada saat penelitian dan pembahasan yang memuat penjelasan-penjelasan dari hasil penelitian yang diperoleh.

Bab V Kesimpulan yang membahas tentang rangkuman hasil penelitian berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada. Dan saran-saran yang dianggap perlu agar tujuan penelitian dapat tercapai dan dapat bermamfaat sesuai dengan keinginan peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia. Namun pengertian yang lengkap atau memenuhi keinginan semua orang, khususnya keinginan pakar-pakar dibidang pendidikan dan psikologi. Sampai saat ini boleh dikatakan belum ada. Ini tidak berarti kita tidak dapat memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan belajar.

Para ahli telah mencoba menjelaskan pengertian belajar dengan mengemukakan rumusan atau definisi menurut sudut pandang masing-masing, baik bentuk rumusan maupun aspek-aspek yang ditekankan dalam belajar, berbeda antara ahli yang satu dengan yang lain. Namun perlu diketahui di samping perbedaan terdapat pula persamaan pengertian dalam definisi-definisi tersebut.

Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa pengertian belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian popular dan pengertian khusus, yang dimaksud pengertian belajar secara popular adalah pengertian belajar secara umum, tidak mengacu pada suatu aliran psikologi tertentu. Sedangkan pengertian Satu hal yang perlu dikemukakan disini adalah bahwa pengertian belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengertian popular dan pengertian khusus, yang dimaksud pengertian belajar secara popular adalah pengertian belajar secara umum, tidak mengacu pada suatu aliran psikologi tertentu. Sedangkan pengertian

a. Pengertian belajar secara popular

1) Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif menetap, sebagai hasil pengalaman-pengalaman atau praktek.

2) Belajar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

3) Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

4) Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahun, pemahaman, ketrampilan

dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. 8

Jadi, belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui pengalaman yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini relatif konstan dan berbekas.

b. Pengertian belajar secara khusus Yang di maksud pengertian belajar secara khusus ialah belajar menurut pandangan tertentu. Pandangan tersebut didasarkan pada aliran psikologis yang dipakai sebagai dasar membuat definisi. Beberapa aliran psikologis yang akan dikemukakan untuk menjelaskan pengertian belajar secara khusus ini adalah aliran behavioristik, kognitif, humanistik, dan gestalt.

1) Belajar menurut psikologi behavioristik

8 Chatarina Tri Anni dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Dikti, 2004), h. 36

Aliran psikologi behavioristik, dalam menyelidiki tingkah laku manusia sangat mengandalkan pada apa yang diperbuat, bukan pada apa yang disadari. Sesuatu yang diperbuat (perbuatan) lebih nyata, sehingga dapat diukur dan disimpulkan. Sebaiknya perubahan yang bersifat abstrak, umpamanya perubahan dalam pengetahuan, kesadaran, tanpa diwujudkan dalam perbuatan, tidak mungkin diselidiki dan disimpulkan.

Atas dasar pemikiran seperti itu, maka pengertian belajar menurut aliran psikologi behavioristik ialah perubahan perilaku yang dapat diamati, yang terjadi karena adanya hubungan antara stimulus dengan

respon menurut prinsip-prinsip yang mekanistik. 9 Penganut behavioristik memfokuskan perhatian mereka pada stimulus yang hadir mendahului

perilaku yang dipelajari, dan konsekuensi yang diperoleh dari perilaku itu. Konsekuensi berfungsi sebagai “reinforcement”. Oleh karena itu perilaku belajar tidak lebih dari usaha menemukan hubungan yang tepat antara stimulus dan respon yang sudah terjadi, diperlukan reinforcement. Jadi reinforcement berfungsi sebagai alat memperkuat perilaku. Dengan demikian dalam perilaku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dan aksi stimulusnya, dan diperkuat dengan hadiah (reward) dan penguat (reinforcement).

2) Belajar menurut psikologi kognitif

9 Ibid, h. 37

Aliran psikologi kognitif mengatakan bahwa tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, tetapi faktor yang ada dalam diri manusia juga mempunyai peran yang sangat penting. Faktor-faktor yang bersifat internal itu berupa kapasitas atau potensi yang bersifat untuk mengenal (kognisi) dunia luarnya, dan dengan pengenalan itu manusia baru memberikan respon terhadap stimulus, sesuai dengan tingkat daya kognisinya. Berdasarkan pandangan seperti itu, maka belajar menurut psikologi kognitif adalah memfungsikan unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikir, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar dirinya.

Penampilan seseorang sebagai hasil belajar tidak hanya tergantung pada jenis dan cara pemberian stimulasi (seperti pada psikologi behavioristik), tetapi mengorganisasikan potensi berpikirnya untuk

dapat mengolah stimulus, sehingga dapat dipahaminya. 10

Jadi belajar menurut aliran ini lebih menekankan pada proses internal dalam berpikir, yaitu proses pengorganisasian dalam berpikir inilah yang menentukan perubahan perilaku (hasil belajar) seseorang, bukan jenis dan jumlah materi pelajaran sebagai suatu stimulasi.

3) Belajar menurut psikologi humanistik

10 Ibid

Aliran psikologi humanistik sangat menghargai kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya, persepsi dan kesadaran merupakan dua potensi yang sangat menentukan perilaku seseorang, disamping unsur-unsur lainnya. Oleh karena itu tingkah laku seseorang dalam menghadapi suatu stimulus mempengaruhi tingkat kesadarannya terhadap stimulus itu. Jadi tidak heran kalau dua orang yang dihadapkan pada stimulus yang sama, akan bereaksi

dengan cara yang berbeda. 11

Dalam belajar pandangan inilah yang berlaku. Setiap orang bebas menentukan apa dan bagaimana cara mempelajari sesuatu. Kalau begitu belajar menurut aliran psikologi humanistik ini adalah suatu kegiatan untuk memahami sesuatu, sesuai dengan persepsi dan kesadarannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

4) Belajar menurut psikologi gestalt Aliran psikologi Gestalt memandang tingkah laku manusia sebagai

hasil persepsinya terhadap suatu stimulasi, dan melalui persepsi itu manusia mengorganisasikan dan mengatur stimulus, sehingga menjadi suatu pola yang bermakna baginya. Menurut aliran ini suatu totalitas yang integral lebih memiliki identitas dan makna dari pada sekedar kumpulan dari sejumlah bagian-bagian dari stimulus itu menjadi suatu pola (gestalt) maka orang akan memperoleh

insting atau pemahaman tentang stimulus itu. 12

Jadi pengertian belajar menurut aliran ini adalah kegiatan internal yang mengatur atau menorganisasikan stimulus yang terdiri dari beberapa bagian, sehingga seseorang mempersepsinya sebagai suatu pola atau struktur yang bermakna. Unsur internal dalam mempersepsi dan

11 Ibid, h. 38 12 Ibid.

mengorganisasikan stimulus tersebut antara lain adalah daya kognisi, seperti halnya pandangan psikologi kognitif.

Perlu dicatat bahwa dalam belajar, stimulus yang diterima oleh siswa berupa informasi, tidak boleh dilihat secara tidak jelas. Dengan informasi yang tidak jelas orang tidak akan berhasil mengambil suatu kesimpulan yang tepat. Orang harus mengorganisasikan berbagai stimulus menjadi suatu pola yang bermakna. Stimulasi yang sudah terpola akan lebih mudah dipersepsi, pengorganisasian stimulus, dan insting merupakan kunci belajar dalam psikologi gestalt.

2. Ciri-ciri Belajar Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, sebagai berikut:

a) Sadar akan tujuan

b) Adanya interaksi atau prosedur

c) Adanya pengerjaan materi yang khusus

d) Anak didik bersifat aktif

e) Peran guru sebagai pembimbing

f) Adanya kedisiplinan

g) Adanya batas waktu dalam belajar

h) 13 Adanya evaluasi.

3. Keaktifan Belajar Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa

“Individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu”. 14

13 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 46 14 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), h. 45

Keaktifan adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani. 15

Keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain:

a. Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain. Murid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal: akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil keputusan.

c. Keaktifan ingatan: pada waktu mengajar, anak harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi: dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya. 16

Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

e. Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal.

f. 17 Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

Paul. B. Diedrich mengklasifikasikan aktifitas menjadi:

a. Visual activities, seperti: membaca, melihat gambar, percobaan, mengamati pekerjaan orang lain.

15 Sriyono, dkk. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 75

16 Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2006), h. 124-134.

17 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: PT. Tarsito, 1988), h. 72.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, diskusi.

c. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian, percakapan, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti: menulis, keterangan, laporan.

e. Drawing activities, seperti: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, seperti: melakukan percobaan, membuat konstruksi.

g. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat-ingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. 18

Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika sangat penting, karena dalam Matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.

Keaktifan belajar dapat dilihat dari :

a. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

b. Kerjasamanya dalam kelompok

c. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli

d. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal

e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok

f. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat

g. Memberi gagasan yang cemerlang

h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang

i. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain j. Memanfaatkan potensi anggota kelompok k. 19 Saling membantu dan menyelesaikan masalah.

4. Interaksi Belajar Mengajar Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari

pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan

18 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 8-9. 19 http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-

dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/ dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/

laku serta kesadaran diri sebagai pribadi. 20

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya.

Ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yakni memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai dengan adanya aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan penilaian.

Interaksi belajar mengajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar.

5. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar. 21 Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik di mana setiap kegiatan belajar dapat

20 A.M. Sardiman, Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 2-3.

21 Chatarina Tri Anni dkk, op. cit., h.4 21 Chatarina Tri Anni dkk, op. cit., h.4

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah pendekatan dan media yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar). Tes hasil belajar yang dilakukan pada peserta didik dapat memberikan informasi sampai di mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), setiap mata pelajaran khususnya matematika memiliki standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian dalam mata pelajaran matematika terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek pemahaman konsep, aspek penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah.

6. Hakekat Matematika Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para ahli matematika. Oleh karena itu banyak ahli matematika berusaha memberikan pendapatnya tentang pengertian dari istilah matematika.

Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan Hakikat matematika berkenaan dengan ide struktur dan hubungannya yang di atur menurut sifat yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep yang abstrak, suatu kebenaran matematis dan di kembangkan

didefinisikan ini benar-benar aktivitas mental. 22

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan bersistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tak terdefinisikan.

7. Karakteristik Matematika Matematika memiliki karakteristik yang berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain. Karakteristik matematika, yaitu:

a. Memilliki objek kajian abstrak,

b. Bertumpu pada kesepakatan,

c. Berpola pikir deduktif,

d. Memiliki simbol yang kosong dari arti,

e. Memperhatikan semesta pembicaraan, dan

f. 23 Konsisten dalam sistemnya. Dari keenam karakteristik matematika diantaranya adalah memiliki objek kajian

yang abstrak. Dalam hal ini belajar matematika harus dipahami konsepnya, tidak cukup dihafal saja. Sebab, hafal konsep belum tentu dapat menyelesaikan masalah matematika.

8. Belajar Matematika Belajar matematika adalah belajar tentang konsep – konsep dan struktur -

struktur matematik yang terdapat dalam materi – materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antar konsep 24 – konsep dan struktur itu.

22 Herman Hudojo, op. cit. 23 R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa

Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000),h. 13 24 Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika Jurusan

FMIPA Universitas Negeri Malang, 2003

Hasil belajar matematika mempunyai empat aspek yaitu fakta, konsep, prinsip, dan skill.

a. Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

b. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan.

c. Prinsip adalah pola hubungan fungsional antara konsep – konsep.

d. Skill adalah keterampilan mental menjalankan prosedur guna menyelesaikan suatu masalah. 25

Untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam pembelajaran maka harus ada konsep strategi dalam pembelajaran. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yaitu:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

EFEKTIVITAS FISIOTERAPI DADA TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA BRONKITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT PARU BATU

22 163 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

UJI EFEKTIVITAS BENZALKONIUM KLORIDA KONSENTRASI 0,001% DENGAN pH 5 (Terhadap Aktivitas Bakteri Staphylococcus aureus)

10 193 21

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving

21 184 159

Pengaruh metode sorogan dan bandongan terhadap keberhasilan pembelajaran (studi kasus Pondok Pesantren Salafiyah Sladi Kejayan Pasuruan Jawa Timur)

45 253 84

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

EFEKTIVITAS siaran dialog interaktif di Radio Maraghita sebaga media komunikasi bagi pelanggan PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten di Kelurahan Lebakgede Bandung

2 83 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62