Askep Pada Pasien Dengan Pioderma
BAB 2
PEMBAHASAN PIODERMA
2.1
Pengertian
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit,
dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus.
Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda
(lebih dalam mencapai dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa,
ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi profunda adalah selulitis, erisipelas,
flegmon, abses multiple kelenjar keringat, hidradenitis.
2.2
Etiologi
Penyebab yang utama dari pioderma adalah Staphylococcus B hemolyticus,
Streptococcus aureus.
2.3
Faktor Predisposisi
1) Higiene yang kurang
2) Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakitpenyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus
3) Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang
hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal
itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.
2.4
Patofisiologis
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis yang tampak
sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan yang berat dapat disertai demam,
malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai empat hari terjadi proses supurasi dan
terbentuk abses yang dapat diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi
terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada pasien
Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene yang jelek.
2.5
Klasifikasi
Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Pioderma Primer
3
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
biasanya satu macam mikroorganisme.
2) Pioderma Sekunder
Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit.
Gambaran klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organisme
pada pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut
impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta
berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai
demam.
2.6
Bentuk Pioderma
1) Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat tiga jenis
dari impetigo, yaitu:
a) Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury
Fox), disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai.
Predileksi di wajah, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi
dari daerah tersebut. UKK berupa eritem dan vesikel yang cepat memecah sehingga akan
terlihat krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi
dibawahnya, sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi,
glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu. Diagnosis bandingnya
adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi
antibiotic. Jika banyak berikan antibiotic sistemik.
b) Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet), penyebab biasanya
adalah Staphylococcus aureus, keadaan umum tidak dipengaruhi, dengan predileksi di daerah
ketiak, dada, punggung. Sering bersama miliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan
4
bula hipopion. Kadang saat datang berobat bula sudah pecah dan yang tampak hanyalah
koleret dan dasarnya masih eritematosa. Diagnosis banding dari impetigo ini adalah
dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret). Pengobatannya pecahkan bula, lalu
berikan antibiotic salep atau cairan antiseptic. Jika bula/vesikel banyak maka berikan pula
antibiotic sistemik.
c) Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada neonatus.
Kelainan sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi pada seluruh tubuh dan disertai
demam. Diagnosis bandingnya adalah sifilis congenital. Pengobatannya adalah antibiotic
sistemik, untuk topical dapat diberikan bedak salisil 2%
2) Folikulitis
Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Terbagi menjadi dua jenis:
a) Folikulitis Superfisial (terbatas didalam epidermis). Nama lainnya adalah
impetigo Bockhart, tempat predileksi adalah tungkai bawah. UKK berupa papul
atau pustule yang eritematosa, di tengahnya terdapat rambut. Biasanya multiple.
b) Folikulitis Profunda (sampai ke subkutan). Gambaran klinis sama, selain itu juga
teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis barbae, bersifat bilateral.
Diagnosis banding penyakit ini adalah tinea barbae. Pengobatan dipakai antibiotic
sistemik/topical dan cari faktor predisposisinya.
3) Furunkel/Karbunkel
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus
5
aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan UKK berupa nodus eritem berbentuk
kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan
jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong. Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan
antibiotic topical, jika banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi
furunkulosis atau karbunkel berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes
mellitus.
4) Ektima
Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi
Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika
krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah
impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di
muka dan dasarnya adalah erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi
tungkai bawah dan dasarnya adalah ulkus.
Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan disalep antibiotic. Jika banyak,
gabungkan dengan antibiotic sistemik.
5) Pionika
Radang sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau
Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma, mulai
6
infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng
kuku, dapat terbentuk abses subungual.
Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika
terjadi abses subungual, kuku diekstraksi.
6) Erisipelas
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B
hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan
dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya tungkai bawah. UKK yang utama
adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang
akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis.
Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis. Diagnosis
bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di subkutan. Pengobatan
terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi),
pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptic. Jika terjadi edem diberikan diuretic.
7) Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan lab, dan terapi
sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate difus di subkutan dengan tanda-tanda
radang akut.
7
8) Flegmon
Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja ditambah
dengan insisi.
9) Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya.
Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga perlu
dilakukan kultur.
10) Abses Multipel Kelenjar Keringat
Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar
keringat berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor
predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga sering
bersama denga miliaria. UKK berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri, berbentuk kubah
dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.
Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan
bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah. Pengobatan
yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan faktor predisposisi.
11) Hidradenitis
Infeksi kelenjar apokrin biasanya oleh Staphylococcus aureus. Sering didahului
oleh trauma, dengan gejala konstitusi berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan
kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak
menjadi abses, dan memecah membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada
8
yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di
ketiak, juga di perineum. Terdapat leukositosis.
Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis
didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Pengobatan yang digunakan
adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi. Jika belum melunak diberi
kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.
12) S4 (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)
S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter.
S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas
ialah terdapatnya epidermolisis. Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun,
pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55
dan/atau faga 71.
2.7
Tanda dan Gejala
1) Demam / Panas
2) Adanya Nodul
3) Mual, Muntah
4) Krusta
9
5) Nyeri
6) Gatal-gatal
7) Radang
8) Papul dan Prustul
2.8
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan
stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong,
invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
2.9
Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma, factor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota
besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak
dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan
semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
10
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.
Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4
dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin
resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi
dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member
rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
11
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari
generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
5) Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma.
Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar
kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin,
neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatifgram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi,
jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak
digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap
atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan
permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 %
yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil
mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena
mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
12
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Data subyektif:
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit,
terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi
sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b) Data obyektif:
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis,
menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri,
porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien
bertanya tentang penyakitnya
2) Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b) Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus
f) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
3) Intervensi Keperawatan
a) Dx 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Dx
1
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Pantau
suhu
pasien Suhu 38,9 – 41OC
keperawatan … x 24 jam, (derajat dan pola)
menunjukkan
diharapkan
infeksius
Membantu
mengurangi
demam
Anjurkan pasien untuk Membantu
mengurangi
suhu
tubuh
menurun dengan kriteria Berikan kompres hangat
hasil :
Suhu : 36,5 -370C
banyak minum
Berikan antipiretik
proses
demam
Digunakan
untuk
mengurangi
dengan
aksi
demam
sentralnya
pada hipotalamus
b) Dx 2: Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
13
2
Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri, misal lokasi Informasi
keperawatan ... x 24 jam, nyeri, frekuensi, durasi, data
memberikan
dasar
untuk
diharapkan nyeri px dapat dan intensitas (skala 1- mengevaluasi kebutuhan/
terkontrol dengan kriteria 10),
hasil :
Pasien
serta
tindakan keefektifan intervensi
penghilang nyeri yang
tidak
tampak digunakan.
Dorong
penggunaan Memungkinkan
klien
meringis
Skala nyeri 0 (tidak keterampilan manajemen untuk berpartisipasi secara
nyeri)
Pasien
nyeri
tampak
rileks
Ukuran
mengecil
lebih
pioderma
(missal
relaksasi,
visualisasi, rasa control.
bimbingan
tertawa,
teknik aktif dan meningkatkan
imajinasi,
music,
dan
sentuhan terapeutik)
Tingkatkan kenyamanan Meningkatkan
dasar
(missal
relaksasi,
teknik dan
relaksasi
membantu
visualisasi, memfokuskan
kembali
bimbingan imajinasi)dan perhatian.
aktivitas hiburan(missal :
music, televisi)
Evaluasi
penghilang Tujuannya adalah control
nyeri/ control
nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada
aktivitas kegiatan sehari-
Kembangkan
manajemen
hari
rencana Rencana
terorganisasi
nyeri mengembangkan
bersama klien dan tim kesempatan untuk control
medis.
nyeri. Terutama dengan
nyeri kronis, klien/orang
terdekat
harus
aktif
menjadi partisipan dalam
manajemen
Berikan
rumah.
aktivitas Membantu
terapeutik tepat sesuai konsentrasi
nyeri
di
mengurangi
nyeri
yang
14
dengan kondisi dan usia dialami dan memfokuskan
pasien
kembali perhatian
Berikan analgesic sesuai Nyeri adalah kompikasi
indikasi, missal morfin, tersering
dari
kanker,
metadon, atau campuran meskipun respon individu
narkotik
IV
khusus. berbeda. Saat perubahan
Pastikan
hal
tersebut penyakit/pengobatan
hanya untuk memberikan terjadi, penilaian dosis dan
analgesic dalam sehari. pemberian
akan
Ganti dari analgesic kerja diperlukan
pendek
menjadi
kerja
panjang bila ada indikasi.
c) Dx 3: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
Dx
3
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji/catat ukuran atau Memberikan
informasi
keperawatan selama ... x
warna, kedalaman luka dasar tentang kebutuhan
24 jam diharapkan
dan kondisi sekitar luka
kerusakan integritas kulit
dapat teratasi, dengan
sirkulasi
Anjurkan pasien untuk Menjaga kebersihan kulit
kriteria hasil :
menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
Px menyatakan
dengan cara mandi sehari
ketidaknyamanannya
hilang
Px menunjukkan
perilaku/tekhnik untuk
mencegah kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai
indikasi
Px dapat mencapai
dan
petunjuk
tentang
2 kali
Lindungi kulit yang sehat Maserasi pada kulit yang
terhadap
kemungkinan sehat dapat menyebabkan
maserasi
Beri
pasien
pecahnya
nasehat
untuk
kulit
dan
perluasan kelainan primer
kepada Pioderma memerlukan air
menjaga agar
fleksibelitas
kulit
agar kulit tetap lembab tetap terjaga. Pengolesan
dan
fleksibel
dengan cream atau lotion untuk
penyembuhan luka
pengolesan cream atau mencegah agar kulit tidak
sesuai
lotion
waktu/penyembuhan
lesi terjadi
Kolaborasi
menjadi kasar, retak dan
bersisik
dalam Mencegah
atau
15
pemberian obat topical
mengontrol infeksi
d) Dx 4: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Dx
4
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI
Kaji tingkat tidur pasien
RASIONAL
Untuk mengetahui kualitas
keperawatan selama … x
24 jam kebutuhan tidur
tidur pasien
Anjurkan pasien untuk Cafein memiliki
klien dapat terpenuhi
menghindari
dengan kriteria hasil :
yang mengandung cafein dikonsumsi
Klien tidur 6-8 jam
menjelang tidur malam
minuman puncak 2-4 jam sesudah
hari
Anjurkan pasien untuk Memberikan
dalam sehari
efek
efek
melakukan gerak badan menguntungkan
secara teratur
yang
untuk
tidur jika dilakukan pada
sore hari
Anjurkan melakukan hal- Tindakan ini memudahkan
hal ritual rutin menjelang peralihan
tidur
Kolaborasi
dari
keadaan
terjaga menjadi keadaan
pemberian Memberikan
obat
obat antihistamin
diharapkan pasien dapat
tidur
e) Dx 5: Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus
Dx
5
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan Berikan
kesempatan Pasien
membutuhkan
keperawatan selama ...x 24 untuk
pengungkapan, pengalaman
didengarkan
jam gangguan citra diri dengarkan dengan cara dan dipahami
teratasi
dengan
kriteria terbuka
hasil :
menghakimi
Px
untuk
tidak
untuk
dapat mengekspresikan
mengembangkan
peningkatan
dan
kemauan
menerima
perasaan.
Bantu pasien yang cemas Menetralkan
kecemasan
dalam mengembangkan yang tidak perlu terjadi
kemampuan
untuk dan memulihkan realitas
16
keadaan diri
menilai
diri
dan situasi
Px dapat mengikuti dan
mengenali diri serta
turut
berpartisipasi mengatasi masalah.
dalam
tindakan Dorong
pasien
untuk Membantu
perawatan mandiri
bersosialisasi
dengan
Px dapat melaporkan
orang lain dan Bantu
perasaan
dalam
pasien
kearah
pengendalian situasi
penerimaan diri
Px dapat menguatkan
Kaji perubahan dari
kembali
dukungan
gangguan persepsi dan
positif dari diri sendiri
hubungan dengan derajat
Px dapat mengutarakan
ketidakmampuan
perhatian terhadap diri
sendiri yang lebih sehat
Anjurkan klien untuk
Px tampak tidak begitu
mengekspresikan
memprihatinkan
perasaan, termasuk sikap
kondisi
dan
Menggunakan tekhnik bermusuhan
menyembunyikan
kekurangan
menekankan
untuk
dan
tekhnik
meningkatkan
penampilan
dalam
meningkatkan
sosialisasi
dan penerimaan diri
Menentukan
bantuan
individual
dalam
menyusun
rencana
perawatan atau pemilihan
intervensi
Menunjukkan penerimaan,
membantu
klien
untuk
mengenal
dan
mulai
menyesuaikan
dengan
kemarahan
Pernyataan
perasaan tersebut
pengakuan Membantu klien
terhadap
penolakan melihat
tubuh,
bahwa
untuk
perawat
mengingatkan menerima kedua bagian
kembali fakta kejadian sebagai
bagian
tentang realitas bahwa seluruh
masih
dari
tubuh.
dapat Mengizinkan klien untuk
menggunakan sisi yang merasakan adanya harapan
sakit
dan
mengontrol
belajar dan
sisi
mulai
menerima
yang situasi baru
sehat
Dukungan perilaku atau Klien dapat beradaptasi
usaha,
seperti terhadap perubahan dan
peningkatan minat atau pengertian tentang peran
partisipasi
dalam individu
di
masa
aktivitas rehabilitasi
mendatang
Bersama klien mencari Dukungan perawat pada
alternative koping yang klien dapat meningkatkan
17
positif
f)
Dx
6
rasa percaya diri klien
Dx 6: Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Berikan petunjuk yang Pemberian intruksi yang
keperawatan
diharapkan jelas dan rinci kepada jelas
infeksi berkurang dan tidak pasien
diperkuat
dengan
mengenai instruksi tertulis
ada infeksi dengan kriteria program terapi
Nasehati pasien untuk Reaksi alergi dapat terjadi
hasil :
Tidak ada tanda-tanda menghentikan pemakaian
setiap obat kulit yang
infeksi seperti kalor,
memperburuk masalah
rubor, dolor, tumor,
Berikan terapi antibiotic
fungsiolesia
sesuai instruksi dokter
akibat setiap unsur yang
ada dalam obat tersebut
Membunuh atau mencegah
pertumbuhan
mikroorganisme penyebab
Gunakan
topical
infeksi
obat-obat Kortikosteroid
memiliki
yang kerja anti inflamasi
mengandung
koortikosteroid
sesuai
indikasi
18
PEMBAHASAN PIODERMA
2.1
Pengertian
Pioderma berasal dari kata pio dan derma. Pio berarti nanah, dan derma berarti kulit,
dengan kata lain artinya kulit bernanah. Dalam definisi di literatur pioderma adalah infeksi
kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus atau streptococcus beta hemoliticus.
Infeksi pada kulit ini dapat bersifat superfisial (hanya sebatas di epidermis) atau profunda
(lebih dalam mencapai dermis).
Jenis infeksi superfisial contohnya seperti, impetigo nonbulosa, impetigo bulosa,
ektima, folikulitis, furunkel, dan karbunkel. Jenis infeksi profunda adalah selulitis, erisipelas,
flegmon, abses multiple kelenjar keringat, hidradenitis.
2.2
Etiologi
Penyebab yang utama dari pioderma adalah Staphylococcus B hemolyticus,
Streptococcus aureus.
2.3
Faktor Predisposisi
1) Higiene yang kurang
2) Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakitpenyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes melitus
3) Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma yang
hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya tersebut, hal
itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu oleh penyakit.
2.4
Patofisiologis
Bakteri masuk kedalam folikel rambut sehingga menimbulkan folikulitis yang tampak
sebagai nodus kemerahan dan sangat nyeri, pada keadaan yang berat dapat disertai demam,
malaise, mual dan muntah. Setelah dua sampai empat hari terjadi proses supurasi dan
terbentuk abses yang dapat diketahui dengan terjadinya fluktuasi, ada bagian tengah lesi
terdapat bintik kekuningan yang merupakan jaringan nikrotik yang disebut mata bisul (core).
Bila penyebaran bakteri lebih dalam atau lebih luas terjadi selulitis. Pada pasien
Diabetes militus furunkel sering kambuh terutama dengan hygiene yang jelek.
2.5
Klasifikasi
Pioderma terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Pioderma Primer
3
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
biasanya satu macam mikroorganisme.
2) Pioderma Sekunder
Pioderma yang terjadi pada kulit yang sebelumnya telah ada penyakit kulit.
Gambaran klinisnya menjadi tidak khas dan kadang ditemukan lebih dari satu organisme
pada pemeriksaan. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder maka disebut
impetigenisata. Tanda impetigenisata adalah munculnya pustule, pus, bula purulen, krusta
berwarna kuning kehijauan, pembesaran KGB regional, leukositosis, dan dapat pula disertai
demam.
2.6
Bentuk Pioderma
1) Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis). Terdapat tiga jenis
dari impetigo, yaitu:
a) Impetigo krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury
Fox), disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus. Gejala umum tidak menyertai.
Predileksi di wajah, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi
dari daerah tersebut. UKK berupa eritem dan vesikel yang cepat memecah sehingga akan
terlihat krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi
dibawahnya, sering menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah. Komplikasi,
glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu. Diagnosis bandingnya
adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi
antibiotic. Jika banyak berikan antibiotic sistemik.
b) Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet), penyebab biasanya
adalah Staphylococcus aureus, keadaan umum tidak dipengaruhi, dengan predileksi di daerah
ketiak, dada, punggung. Sering bersama miliaria. Kelainan kulit berupa eritema, bula dan
4
bula hipopion. Kadang saat datang berobat bula sudah pecah dan yang tampak hanyalah
koleret dan dasarnya masih eritematosa. Diagnosis banding dari impetigo ini adalah
dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret). Pengobatannya pecahkan bula, lalu
berikan antibiotic salep atau cairan antiseptic. Jika bula/vesikel banyak maka berikan pula
antibiotic sistemik.
c) Impetigo neonatorum, varian impetigo bulosa yang terjadi pada neonatus.
Kelainan sama dengan impetigo bulosa hanya saja bisa terjadi pada seluruh tubuh dan disertai
demam. Diagnosis bandingnya adalah sifilis congenital. Pengobatannya adalah antibiotic
sistemik, untuk topical dapat diberikan bedak salisil 2%
2) Folikulitis
Radang pada folikel rambut, biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Terbagi menjadi dua jenis:
a) Folikulitis Superfisial (terbatas didalam epidermis). Nama lainnya adalah
impetigo Bockhart, tempat predileksi adalah tungkai bawah. UKK berupa papul
atau pustule yang eritematosa, di tengahnya terdapat rambut. Biasanya multiple.
b) Folikulitis Profunda (sampai ke subkutan). Gambaran klinis sama, selain itu juga
teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis barbae, bersifat bilateral.
Diagnosis banding penyakit ini adalah tinea barbae. Pengobatan dipakai antibiotic
sistemik/topical dan cari faktor predisposisinya.
3) Furunkel/Karbunkel
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus
5
aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan UKK berupa nodus eritem berbentuk
kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan
jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong. Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan
antibiotic topical, jika banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi
furunkulosis atau karbunkel berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes
mellitus.
4) Ektima
Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi
Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika
krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah
impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di
muka dan dasarnya adalah erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi
tungkai bawah dan dasarnya adalah ulkus.
Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat dan disalep antibiotic. Jika banyak,
gabungkan dengan antibiotic sistemik.
5) Pionika
Radang sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau
Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma, mulai
6
infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng
kuku, dapat terbentuk abses subungual.
Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika
terjadi abses subungual, kuku diekstraksi.
6) Erisipelas
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B
hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan
dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya tungkai bawah. UKK yang utama
adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang
akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis.
Jika sering residif ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis. Diagnosis
bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di subkutan. Pengobatan
terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi),
pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptic. Jika terjadi edem diberikan diuretic.
7) Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan lab, dan terapi
sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate difus di subkutan dengan tanda-tanda
radang akut.
7
8) Flegmon
Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja ditambah
dengan insisi.
9) Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya.
Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga perlu
dilakukan kultur.
10) Abses Multipel Kelenjar Keringat
Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar
keringat berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor
predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga sering
bersama denga miliaria. UKK berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri, berbentuk kubah
dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.
Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan
bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah. Pengobatan
yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan faktor predisposisi.
11) Hidradenitis
Infeksi kelenjar apokrin biasanya oleh Staphylococcus aureus. Sering didahului
oleh trauma, dengan gejala konstitusi berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan
kelima tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak
menjadi abses, dan memecah membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada
8
yang menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di
ketiak, juga di perineum. Terdapat leukositosis.
Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma, perbedaannya pada hidradenitis
didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi. Pengobatan yang digunakan
adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi. Jika belum melunak diberi
kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.
12) S4 (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)
S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter.
S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas
ialah terdapatnya epidermolisis. Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun,
pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55
dan/atau faga 71.
2.7
Tanda dan Gejala
1) Demam / Panas
2) Adanya Nodul
3) Mual, Muntah
4) Krusta
9
5) Nyeri
6) Gatal-gatal
7) Radang
8) Papul dan Prustul
2.8
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan
stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong,
invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.
2.9
Penatalaksanaan
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma, factor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma.
1) Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain,
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota
besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak
dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan
semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
10
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam
3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah makan.
Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi
dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4
dosis.
2) Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena itu
dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin
resisten-penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi
dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
3) Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan dengan
linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering member
rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-5mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3-4 dosis.
4) Sefalosporin
11
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari
generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
5) Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma.
Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar
kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin,
neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatifgram.Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi,
jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak
digunakan karena harganya murah. Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap
atau krim. Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan
permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 %
yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil
mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena
mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
12
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a) Data subyektif:
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada kulit,
terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan kondisi
sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b) Data obyektif:
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis,
menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri,
porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien
bertanya tentang penyakitnya
2) Diagnosa Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b) Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
d) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
e) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus
f) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
3) Intervensi Keperawatan
a) Dx 1: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
Dx
1
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Pantau
suhu
pasien Suhu 38,9 – 41OC
keperawatan … x 24 jam, (derajat dan pola)
menunjukkan
diharapkan
infeksius
Membantu
mengurangi
demam
Anjurkan pasien untuk Membantu
mengurangi
suhu
tubuh
menurun dengan kriteria Berikan kompres hangat
hasil :
Suhu : 36,5 -370C
banyak minum
Berikan antipiretik
proses
demam
Digunakan
untuk
mengurangi
dengan
aksi
demam
sentralnya
pada hipotalamus
b) Dx 2: Nyeri yang berhubungan dengan agen injuri fisik (lesi kulit)
Dx
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
13
2
Setelah dilakukan tindakan Kaji nyeri, misal lokasi Informasi
keperawatan ... x 24 jam, nyeri, frekuensi, durasi, data
memberikan
dasar
untuk
diharapkan nyeri px dapat dan intensitas (skala 1- mengevaluasi kebutuhan/
terkontrol dengan kriteria 10),
hasil :
Pasien
serta
tindakan keefektifan intervensi
penghilang nyeri yang
tidak
tampak digunakan.
Dorong
penggunaan Memungkinkan
klien
meringis
Skala nyeri 0 (tidak keterampilan manajemen untuk berpartisipasi secara
nyeri)
Pasien
nyeri
tampak
rileks
Ukuran
mengecil
lebih
pioderma
(missal
relaksasi,
visualisasi, rasa control.
bimbingan
tertawa,
teknik aktif dan meningkatkan
imajinasi,
music,
dan
sentuhan terapeutik)
Tingkatkan kenyamanan Meningkatkan
dasar
(missal
relaksasi,
teknik dan
relaksasi
membantu
visualisasi, memfokuskan
kembali
bimbingan imajinasi)dan perhatian.
aktivitas hiburan(missal :
music, televisi)
Evaluasi
penghilang Tujuannya adalah control
nyeri/ control
nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada
aktivitas kegiatan sehari-
Kembangkan
manajemen
hari
rencana Rencana
terorganisasi
nyeri mengembangkan
bersama klien dan tim kesempatan untuk control
medis.
nyeri. Terutama dengan
nyeri kronis, klien/orang
terdekat
harus
aktif
menjadi partisipan dalam
manajemen
Berikan
rumah.
aktivitas Membantu
terapeutik tepat sesuai konsentrasi
nyeri
di
mengurangi
nyeri
yang
14
dengan kondisi dan usia dialami dan memfokuskan
pasien
kembali perhatian
Berikan analgesic sesuai Nyeri adalah kompikasi
indikasi, missal morfin, tersering
dari
kanker,
metadon, atau campuran meskipun respon individu
narkotik
IV
khusus. berbeda. Saat perubahan
Pastikan
hal
tersebut penyakit/pengobatan
hanya untuk memberikan terjadi, penilaian dosis dan
analgesic dalam sehari. pemberian
akan
Ganti dari analgesic kerja diperlukan
pendek
menjadi
kerja
panjang bila ada indikasi.
c) Dx 3: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pioderma
Dx
3
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji/catat ukuran atau Memberikan
informasi
keperawatan selama ... x
warna, kedalaman luka dasar tentang kebutuhan
24 jam diharapkan
dan kondisi sekitar luka
kerusakan integritas kulit
dapat teratasi, dengan
sirkulasi
Anjurkan pasien untuk Menjaga kebersihan kulit
kriteria hasil :
menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
Px menyatakan
dengan cara mandi sehari
ketidaknyamanannya
hilang
Px menunjukkan
perilaku/tekhnik untuk
mencegah kerusakan
kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai
indikasi
Px dapat mencapai
dan
petunjuk
tentang
2 kali
Lindungi kulit yang sehat Maserasi pada kulit yang
terhadap
kemungkinan sehat dapat menyebabkan
maserasi
Beri
pasien
pecahnya
nasehat
untuk
kulit
dan
perluasan kelainan primer
kepada Pioderma memerlukan air
menjaga agar
fleksibelitas
kulit
agar kulit tetap lembab tetap terjaga. Pengolesan
dan
fleksibel
dengan cream atau lotion untuk
penyembuhan luka
pengolesan cream atau mencegah agar kulit tidak
sesuai
lotion
waktu/penyembuhan
lesi terjadi
Kolaborasi
menjadi kasar, retak dan
bersisik
dalam Mencegah
atau
15
pemberian obat topical
mengontrol infeksi
d) Dx 4: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Dx
4
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan
INTERVENSI
Kaji tingkat tidur pasien
RASIONAL
Untuk mengetahui kualitas
keperawatan selama … x
24 jam kebutuhan tidur
tidur pasien
Anjurkan pasien untuk Cafein memiliki
klien dapat terpenuhi
menghindari
dengan kriteria hasil :
yang mengandung cafein dikonsumsi
Klien tidur 6-8 jam
menjelang tidur malam
minuman puncak 2-4 jam sesudah
hari
Anjurkan pasien untuk Memberikan
dalam sehari
efek
efek
melakukan gerak badan menguntungkan
secara teratur
yang
untuk
tidur jika dilakukan pada
sore hari
Anjurkan melakukan hal- Tindakan ini memudahkan
hal ritual rutin menjelang peralihan
tidur
Kolaborasi
dari
keadaan
terjaga menjadi keadaan
pemberian Memberikan
obat
obat antihistamin
diharapkan pasien dapat
tidur
e) Dx 5: Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus
Dx
5
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah dilakukan tindakan Berikan
kesempatan Pasien
membutuhkan
keperawatan selama ...x 24 untuk
pengungkapan, pengalaman
didengarkan
jam gangguan citra diri dengarkan dengan cara dan dipahami
teratasi
dengan
kriteria terbuka
hasil :
menghakimi
Px
untuk
tidak
untuk
dapat mengekspresikan
mengembangkan
peningkatan
dan
kemauan
menerima
perasaan.
Bantu pasien yang cemas Menetralkan
kecemasan
dalam mengembangkan yang tidak perlu terjadi
kemampuan
untuk dan memulihkan realitas
16
keadaan diri
menilai
diri
dan situasi
Px dapat mengikuti dan
mengenali diri serta
turut
berpartisipasi mengatasi masalah.
dalam
tindakan Dorong
pasien
untuk Membantu
perawatan mandiri
bersosialisasi
dengan
Px dapat melaporkan
orang lain dan Bantu
perasaan
dalam
pasien
kearah
pengendalian situasi
penerimaan diri
Px dapat menguatkan
Kaji perubahan dari
kembali
dukungan
gangguan persepsi dan
positif dari diri sendiri
hubungan dengan derajat
Px dapat mengutarakan
ketidakmampuan
perhatian terhadap diri
sendiri yang lebih sehat
Anjurkan klien untuk
Px tampak tidak begitu
mengekspresikan
memprihatinkan
perasaan, termasuk sikap
kondisi
dan
Menggunakan tekhnik bermusuhan
menyembunyikan
kekurangan
menekankan
untuk
dan
tekhnik
meningkatkan
penampilan
dalam
meningkatkan
sosialisasi
dan penerimaan diri
Menentukan
bantuan
individual
dalam
menyusun
rencana
perawatan atau pemilihan
intervensi
Menunjukkan penerimaan,
membantu
klien
untuk
mengenal
dan
mulai
menyesuaikan
dengan
kemarahan
Pernyataan
perasaan tersebut
pengakuan Membantu klien
terhadap
penolakan melihat
tubuh,
bahwa
untuk
perawat
mengingatkan menerima kedua bagian
kembali fakta kejadian sebagai
bagian
tentang realitas bahwa seluruh
masih
dari
tubuh.
dapat Mengizinkan klien untuk
menggunakan sisi yang merasakan adanya harapan
sakit
dan
mengontrol
belajar dan
sisi
mulai
menerima
yang situasi baru
sehat
Dukungan perilaku atau Klien dapat beradaptasi
usaha,
seperti terhadap perubahan dan
peningkatan minat atau pengertian tentang peran
partisipasi
dalam individu
di
masa
aktivitas rehabilitasi
mendatang
Bersama klien mencari Dukungan perawat pada
alternative koping yang klien dapat meningkatkan
17
positif
f)
Dx
6
rasa percaya diri klien
Dx 6: Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan keadaan penyakitnya
Tujuan dan Kriteria Hasil
INTERVENSI
RASIONAL
Setelah diberikan asuhan Berikan petunjuk yang Pemberian intruksi yang
keperawatan
diharapkan jelas dan rinci kepada jelas
infeksi berkurang dan tidak pasien
diperkuat
dengan
mengenai instruksi tertulis
ada infeksi dengan kriteria program terapi
Nasehati pasien untuk Reaksi alergi dapat terjadi
hasil :
Tidak ada tanda-tanda menghentikan pemakaian
setiap obat kulit yang
infeksi seperti kalor,
memperburuk masalah
rubor, dolor, tumor,
Berikan terapi antibiotic
fungsiolesia
sesuai instruksi dokter
akibat setiap unsur yang
ada dalam obat tersebut
Membunuh atau mencegah
pertumbuhan
mikroorganisme penyebab
Gunakan
topical
infeksi
obat-obat Kortikosteroid
memiliki
yang kerja anti inflamasi
mengandung
koortikosteroid
sesuai
indikasi
18