Chapter II Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri (Studi Korelasional Pengaruh Yoga Terhadap Konsep Diri Praktisi Yoga Di Kamalini Yoga Studio Medan)

9

BAB II
URAIAN TEORITIS

2.1

KERANGKA TEORITIS
Ketika suatu masalah penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba

membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya dan diangap
mampu menjawab masalah yang dihadapi peneliti (Bungin, 2011:31). Setiap
penelitian bersifat ilmiah dan memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan
berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Oleh karena itu
perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang
mengambarkan dari sudut pandang mana masalah akan disoroti.
Sebagai landasan berfikir peneliti dalam melakukan pemecahan masalah
secara jelas dan tepat, maka penelitian ini menggunakan teori-teori yang relevan
yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta
sebagai dasar untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yanga diajukan. Adapun teori-teori yang digunakan oleh peneliti adalah:


2.1.1 Komunikasi
2.1.1.1 Defenisi Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan oleh
seorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau merubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung
melalui

media.

Istilah

komunikasi

atau

dalam

bahasa


Inggris

Communication berasal dari bahasa latin, communicatio dan bersumber
dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah
kesamaan makna (Effendy, 2003: 9)
Ada begitu banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dari
berbagai sudut pandang mereka masing-masing. Menurut Carl I. Hovland,
komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah prilaku orang lain (komunikan) (dalam Mulyana, 2008: 68).

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

10

Menurut Laswell (dalam Mulyana, 2008: 69) komunikasi adalah :
“who says what in which chanell to whom with what effect”. Jadi jika
dijabarkan akan terdapat lima unsur atau komponen di dalam komunikasi,
yaitu:
1. Siapa yang mengatakan


Komunikator (communicator)

2. Apa yang dikatakan

Pesan (message)

3. Media apa yang digunakan

Media (channel)

4. Kepada siapa pesan disampaikan

Komunikan (Communicant)

5. Akibat apa yang terjadi

Efek (effect)

Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada
gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Menurut Barnuld
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan dan
memperkuat ego. Menurut Weaver komunikasi adalah seluruh prosedur
melalui pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya
(Fajar, 2009: 30-31).
Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, tentu belum
mewakili semua definisi para ahli. Namun gambaran dari definisi yang
dikemukakan diatas bahwa komunikasi dilakukan mempunyai tujuan
yakni untuk mengubah dan membentuk prilaku orang-orang lainnya yang
menjadi sasasran komunikasi.
2.1.1.2 Karakteristik Komunikasi
Adapun karakteristik komunikasi itu sendiri adalah (Fajar, 2009:
33-34):
1.

Komunikasi suatu proses


Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan serta
berkaitan satu dengan lainnya dalam kurun waktu tertentu.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

11

2.

Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja,
serta sesuai dengan tujuan atau keinginan pelakunya. Pengertian sadar
disini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang
sepenuhnya berada dalam mental psikologis yang terkendali bukan dalam
keadaan mimpi. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan
memang sesuai dengan kemauan dari pelakunya sementara tujuan
menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.
3.


Komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerja sama dari para

pelaku yang terlibat.
Kegiatan komunikasi berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan
mempunyai

perhatian

yang

sama

terhadap

topik

pesan


yang

dikomunikasikan.
4.

Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan lambing-lambang (simbol), misalnya bahasa.
5.

Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut tindakan memberi dan menerima.
Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau
proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
6.

Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu


Maksudnya adalah bahwa para peseta atau pelaku yang terlibat dalam
komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan
adanya berbagai produk teknologi komunikasi ruang dan waktu bukan lagi
menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
2.1.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi
Proses komunikasi terdiri dari berbagai macam unsur, cara
pandang atau elemen yang mendukung proses tersebut dapat terjadi. Ada
yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi cukup didukung oleh

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

12

tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan
lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. Perkembanga
terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph De Vito, K Sereno dan
Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak
kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.
Adapun unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut (Cangara, 2006: 2226).
a.


Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia
sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk
kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut
pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebur source,
sender atau Encoder.
b.

Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan
dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi yang isinya berupa
ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam
bahasa Inggrisnya biasa diterjemahkan dengan kata message, content atau
information.
c.


Media
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima. Dalam komunikasi massa, media adalah alat
yang menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca atau mendengarnya. Media
dalam komunikasi masa dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni media
cetak dan elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah,
buku, leaflet, brosur, stiker, hand out dan sebagainya. Sedangkan media
elektronik antara lain : radio, televisi dan sebagainya.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

13

d.

Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim


oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam
bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima adalah elemen penting
dalam proses komunikasi karena dialah yang menjadi sasaran dari
komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima akan
menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut
perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.
e.

Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang.
f.

Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah

salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan
tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti
pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.
g.

Lingkungan
Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat

mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas
empat macam yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya,
lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
2.1.1.4 Gangguan Dan Rintangan Komunikasi
Jika melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, maka
gangguan komunikasi bias terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur
yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu
terjadi. Menurut Shanon dan Weaver (dalam Cangara, 2006: 131).
gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang menganggu
salah satu elemen komunikasi, sehingga proses tidak dapat berlangsung

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

14

secara efektif. Sedangkan rintangan komunikasi dimaksudkan adalah
adanya hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat
berlangsung sebagaimana harapan komunikator dan penerima (Cangara,
2006: 131).
Gangguan atau rintangan komunikasi pada dasarnya dapat
dibedakan atas tujuh macam, yakni (Cangara, 2006: 131-134):
a.

Gangguan Teknis
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat komunikasi yang

digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi
yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan (chanel noise),
misalnya gangguan pada stasiun radio atau televisi sehingga suara menjadi
berisik dan semacamnya.
b.

Gangguan Semantik
Gangguan semantik adalah gangguan komunikasi yang disebabkan

karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering
terjadi karena:
i. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa
asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.
ii. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang
digunakan oleh penerima.
iii. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya,
sehingga membingungkan penerima.
iv. Latar belakang budaya yang berbeda sehingga menyebabkan salah
persepsi terhadap simbol-simbol yang digunakan.
c.

Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang

disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa
curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan
kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi tidak
sempurna.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

15

d.

Rintangan Fisik
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan kondisi

geografis misalnya jarak yang sangat jauh sehingga sulit dicapai, tidak
hanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur trasportasi dan sebagainya.
e.

Rintangan Status
Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan karena jarak

sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara
senior dan junior atau antara atasan dan bawahan.
f.

Rintangan Kerangka Berfikir
Merupakan rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi

antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam
komunikasi. Ini disebabkan karena adanya latar belakang dan pengalaman
yang berbeda.
g.

Rintangan Budaya
Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi disebabkan karena

adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihakpihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi.
2.1.1.5 Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Pentingnya komunikasi dalam kehidupan memiliki tujuan,
sehingga dapat diketahui untuk apa komunikasi dilakukan. Secara umum,
tujuan komunikasi (Effendy, 2002:8) ialah:
1)

Mengubah sikap (to change the attitude)

2)

Mengubah opini/ pendapat/ pandangan (to change the opinion)

3)

Mengubah perilaku (to change the behaviour)

4)

Mengubah masyarakat (to change the society)
Komunikasi dapat membentuk sikap seseorang serta bagaimana

sikap itu dapat berubah, sebab melalui proses komunikasi dapat
memengaruhi tindakan seseorang, misalnya seorang anak yang memiliki
sikap tidak patuh dan suka melawan kepada kedua orang tuanya, namun

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

16

bisa saja anak tersebut menjadi patuh dan taat terhadap orang tuanya,
karena hasil belajar dari pengalaman dalam faktor lingkungan yang
menyebabkan si anak memiliki perubahan dalam sikapnya (Effendy,
2002:25).
Sama halnya dengan mengubah opini, perilaku dan mengubah
masyarakat. Manusia dapat saling mengemukakan opininya dalam setiap
kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing individu/kelompok, sehingga
melalui komunikasi mereka dapat mengambil keputusan yang tepat serta
mengubah perilaku mereka menjadi pribadi yang lebih baik. Namun tidak
mudah untuk mengubah masyarakat, sebab perlu komunikasi yang lebih
dekat dan menyeluruh seperti komunikasi penyuluhan mengenai Keluarga
Berencana (KB) dalam sebuah desa, agar informasi-informasi mengenai
hal tersebut dapat diterima seluruhnya oleh masyarakat bahwa pentingnya
untuk ber-KB dalam sebuah keluarga. Begitu juga dengan kegiatan
bergotong-royong di sebuah desa, dilakukan demi tercapainya hubungan
yang harmonis antar penduduk desa dan menciptakan desa yang bersih nan
indah. Adanya ilmu pengetahuan memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat menyebabkan mereka sadar akan
fungsi sosialnya sehingga menjadi aktif dalam masyarakat.
Sedangkan fungsi komunikasi menurut Harold D. Laswell (Effendy,
2002:27) yaitu:
1)

Manusia mengamati lingkungannya, baik lingkungan internal

maupun eksternal untuk terhindar dari ancaman dan nilai masyarakat yang
berpengaruh.
2)

Terdapat korelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi

lingkungannya
3)

Penyebaran warisan sosial, dalam hal ini berperan sebagai pendidik

dalam kehidupan rumah tangga maupun sekolah untuk meneruskan
warisan sosial pada keturunan selanjutnya.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

17

Lebih singkatnya, fungsi komunikasi itu ialah:
1)

Menginformasikan (to inform)

2)

Mendidik (to educate)

3)

Menghibur (to entertain)

4)

Mempengaruhi (to influence)
Penjelasan dari fungsi-fungsi tersebut ialah komunikasi tentunya

memberikan informasi mengenai sesuatu hal yang kita inginkan, sehingga
kita bisa mengetahuinya dan sebaliknya kita memiliki kebutuhan untuk
memberikan informasi. Misalnya, dalam lingkungan sekolah, seorang guru
menjelaskan mengenai pelajaran kepada siswa-siswanya, sehingga dalam
proses belajar mengajar tersebut para siswa menjadi tahu tentang apa yang
diterangkan oleh gurunya. Secara langsung, guru telah mendidik sehingga
memengaruhi para siswanya untuk rajin belajar, baik di rumah maupun di
sekolah. Acara komedi di televisi, buku cerita lucu, perform seorang badut
dan pesulap dalam sebuah pesta ulang tahun dan sebagainya, itu semua
dilakukan untuk penyegaran semata dan sebagai kesenangan individu
maupun kelompok. Secara jelas fungsi komunikasi tersebut kita rasakan
dalam kehidupan kita baik kita sebagai komunikator maupun penerima
pesannya (komunikan).

2.1.2 Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang berlangsung
dalam diri seseorang. Orang tersebut berperan baik sebagai komunikator
maupun sebagai komunikan. Dia berbicara, berdialog, bertanya dan
menjawab kepada dirinya sendiri.
Di saat kita sedang berbicara kepada diri kita sendiri, sedang
melakukan perenungan, perencanaan, dan penilaian pada diri kita terjadi
proses neuro-fisiologis yang membentuk landasan bagi tanggapan,
motivasi, dan komunikasi kita dengan orang-orang atau faktor-faktor
lingkungan kita.
Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal diri
sendiri. Adalah hal penting bagi kita untuk bisa mengenal diri sendiri

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

18

sehingga kita dapat berfungsi secara bebas di masyarakat. Belajar
mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir dan berasa
dan bagaimana kita mengamati, menginterpretasikan dan mereaksi
lingkungan.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang
mengacu pada identitas spesifik dari individu. Elemen dari kesadaran diri
adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan
identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Proses

pengolahan

informasi

yang

disebut

komunikasi

intrapersonal ini meliputi sensasi, persepsi,memori, dan berpikir.
a) Sensasi
Merupakan tahap paling awal dalam penerimaan pesan atau informasi.
Sensasi

berasal

dari

kata

“sense”,

artinya

pengindraan,

yang

menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Melalui alat indera,
manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu,
melalui alat inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua
kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya (Rakhmat, 2007 : 49).
b) Persepsi
Persepsi adalah pengalaman-pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi
adalah bagian dari persepsi (Rakhmat, 2007 : 51).
c) Memori
Memori adalah sistem yang sangat terstruktur yang menyebabkan
organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. (Schlessinger dan
Groves dalam Rakhmat, 2007 : 62). Memori melibatkan 3 proses yaitu:

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

19

1) Perekaman (Encoding)
Perekaman adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera
dan sirkit saraf internal.
2) Penyimpanan (Storage)
Penyimpanan adalah menentukan berapa lama infomasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana.Penyimpanan bisa
aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif bila kita
menambahkan informasi tambahan.
3) Pemanggilan (Retrieval)
Pemanggilan yang dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi,
adalah menggunakan informasi yang disimpan (Mussen dan
Rosenzweig dalam Rakhmat, 2007 : 63).
d) Berpikir
Proses keempat yang mempengaruhi penafsiran kita terhadap stimuli
adalah berpikir. Pada proses ini melibatkan sensasi, persepsi, dan memori
(Rakhmat, 2007 : 67). Berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang
melibatkan pengunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan
peristiwa. Seorang individu berpikir dengan tujuan untuk mengambil
keputusan (Decision making), memecahkan masalah (Problem Solving),
dan Menghasilkan yang baru (Creativity). Secara singkat Anita Taylor et
al mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan
(Rakhmat, 2007 : 68). Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan
informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Secara
garis besar ada dua macam berfikir, autuistic dan realistic. Dengan berfikir
autistic orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai
gambar-gambar fantasi. Terbalik dengan berfikir secara realistic yang
bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berfikir realistic di
bagi menjadi tiga macam, yaitu deduktif, induktif dan evaluative.
Jadi komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal
secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan.
Seorang

individu

menjadi

pengirim

sekaligus

penerima

pesan,

memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

20

berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk
komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui
proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness)
terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator.
Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi,
maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.
Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada
dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan
pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan seharihari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a,
bersyukur, instrospeksi diri denganmeninjau perbuatan kita dan reaksi hati
nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara
kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan
perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.

2.1.3 Impression Management Theory
Impression management atau pengelolaan kesan merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh seorang individu dalam menciptakan kesan
atau persepsi tertentu atas dirinya dihadapan khalayaknya. Pengelolaan
kesan tersebut baik terhadap simbol verbal maupun simbol nonverbal yang
melekat di dirinya (Rakhmat, 2007:96).
Teori impression management menyatakan bahwa setiap individu
atau organisasi harus mendapatkan dan memelihara kesan yang konguren
dengan persepsi yang ingin mereka sampaikan pada publik. Gagasan
penegelolaan kesan juga mengacu pada praktek komunikasi profesional,
dimana istilah ini digunkan untuk menggambarkan proses pembentukan
citra seseorang atau organisasi. Hal ini biasanya digunakan bersamaan
dengan ketika seseorang mempresentasikan dirinya, hal ini dikarenakan
individu tersebut mencoba mempengaruhi persepsi mengenai citra dirinya.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

21

Pengelolaan kesan juga mengacu pada praktiknya ketika seseorang berada
pada kegiatan profesinya. Misalnya, seorang pengajar akan selalu
menampilkan dirinya layak sebagai seseorang yang memiliki wawasan
luas, sehingga menimbulkan persepsi baik dikhalayak umum maupun anak
didiknya.
Berbagai faktor yang mengatur impression management dapat
diidentifikasi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa impression management
diperlukan bilamana terdapat semacam situasi sosial, baik nyata atau
imajiner. Logikanya, kesadaran merupakan subjek potensial dalam
pemantauan. Selain itu, karakteristik dari situasi sosial tertentu juga
penting. Secara khusus, norma-norma budaya sekitarnya menentukan
kelayakan perilaku nonverbal tertentu.
Tindakan harus sesuai dengan target dan budaya yang ada,
sehingga jenis publik serta segala yang berkaitan dengan cara
mempengaruhi impression management publik direalisasikan. Tujuan
seseorang merupakan faktor dalam mengatur cara dan strategi impression
management. Hal ini mengacu pada isi suatu pernyataan, yang juga
mengarah pada cara penyajian aspek diri yang berbeda. Tingkat selfefficacy menggambarkan apakah seseorang yakin untuk menyampaikan
kesan yang dituju.
Sebuah studi baru menemukan bahwa, semua hal lain dianggap
sama, orang lebih cenderung memperhatikan wajah yang telah
dihubungkan dengan gosip negatif daripada dengan hubungan netral atau
positif. Penelitian ini memberikan kontribusi bahwa persepsi kita dibentuk
oleh proses otak bawah sadar yang menentukan apa yang kita "pilih" untuk
melihat atau mengabaikan - bahkan sebelum kita menjadi sadar akan hal
itu. Temuan ini juga menambah gagasan bahwa otak berkembang menjadi
sangat sensitif terhadap "orang jahat" atau "cheater" - sesama manusia
yang merusak kehidupan sosial dengan penipuan, pencurian atau nonkooperatif perilaku.
Konsep diri penting bagi teori impression management sebagai
gambaran diri dalam membentuk dan dibentuk oleh interaksi sosial.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

22

Konsep diri berkembang sesuai dengan pengalaman sosial hidup.
Schlenker lebih lanjut menunjukkan bahwa anak-anak mengantisipasi
perilaku yang mereka memiliki terhadap orang lain dan bagaimana orang
lain mengevaluasi mereka, mereka mengontrol kesan yang dibentuk orang
lain dan mengontrol hasil yang mereka peroleh dari interaksi sosial.
Identitas sosial mengacu pada bagaimana seseorang didefinisikan dan
dianggap dalam interaksi sosial.
Individu

menggunakan

strategi

pengelolaan

kesan

untuk

mempengaruhi identitas sosial mereka terhadap orang lain. Identitas
mempengaruhi perilaku mereka di depan orang lain. Oleh karena itu,
dalam upaya untuk mempengaruhi orang lain seseorang harus membentuk
kesan dirinya sendiri, kemudian

memainkan peran tersebut untuk

mempengaruhi sosialnya.
Signifikansi dalam penelitian empiris dan ekonomi Impression
Manajement

dapat

didistorsi

dengan

penelitian

empiris

yang

mengandalkan wawancara dan survei, fenomena yang sering disebut
sebagai "bias keinginan sosial". Kesan teori manajemen tetap merupakan
bidang penelitian tersendiri. Ketika datang ke pertanyaan praktis tentang
hubungan masyarakat dan cara organisasi harus menangani citra publik
mereka, asumsi yang diberikan oleh teori kesan manajemen juga dapat
menyediakan kerangka kerja.
Pemeriksaan strategi impression management yang berbeda
diperankan oleh individu yang menghadapi pengadilan kriminal di mana
hasil uji coba bisa berkisar dari hukuman mati, penjara seumur hidup atau
pembebasan telah dilaporkan dalam literatur forensik.
Artikel Perri dan Lichtenwald diperiksa perempuan psikopat
pembunuh, yang sebagai sebuah

kelompok sangat termotivasi untuk

mengelola kesan bahwa pengacara, hakim, profesi kesehatan mental dan
akhirnya, juri memiliki para pembunuh dan pembunuhan yang mereka
lakukan. Ini memberikan ilustrasi kasus hukum para pembunuh
menggabungkan

dan atau berpindah dari satu strategi impression

management seperti menjilat atau permohonan yang lain karena mereka

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

23

bekerja

menuju

tujuan

mereka

mengurangi

atau

menghilangkan

pertanggungjawaban atas pembunuhan yang mereka lakukan.
Sejak 1990-an, para peneliti di bidang olahraga dan psikologi
latihan telah mempelajari diri

presentasi. Kekhawatiran tentang

bagaimana seseorang dianggap telah ditemukan untuk menjadi relevan
dengan studi kinerja atletik. Misalnya, kecemasan dapat dihasilkan ketika
seorang atlet di hadapan penonton. Self-presentasional kekhawatiran juga
telah ditemukan

untuk menjadi relevan untuk berolahraga. Misalnya,

kekhawatiran dapat menimbulkan motivasi untuk berolahraga.
Penelitian yang lebih baru menyelidiki efek dari impression
management pada perilaku sosial menunjukkan bahwa perilaku sosial
(misalnya makan) dapat berfungsi untuk

menyampaikan kesan yang

diinginkan untuk orang lain dan meningkatkan seseorang citra

diri.

Penelitian tentang makan telah menunjukkan bahwa orang cenderung
makan lebih sedikit ketika mereka percaya bahwa mereka sedang diamati
oleh orang lain.

2.1.4 Konsep Diri (Self Concept)
Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting
dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri
merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk
membedakan manusia dari mahkluk hidup lainnya. Para ahli psikologi
kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konesp diri,
sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri dinyatakan melalui
sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai
organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan

ia

sadar

keberadaan

dirinya.

Perkembangan

yang

berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri
individu bersangkutan.
Semakin berkembang seseorang, semakin lebih mampu dia
mengatasi

lingkungannnya.

Namun,

sementara

dia

mengetahui

lingkungannya, dia pun akan semakin mengatahui siapa dirinya, dan dia

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

24

pun mengembangkan sikap terhadap dirinya sendiri dan perilakunya.
Pengetahuan dan sikap inilah dikenal sebagi konsep diri (self concept).
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns
konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan
dan orang lain pikirkan mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang
kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain
pada diri individu (Mulyana, 2001 : 27). Sedangkan menurut William D.
Brooks, konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Rakhmat, 2007:105).
Konsep diri berarti segala yang seseorang ketahui tentang dirinya
sendiri, semua apa yang dipercayai, dan apa yang telah terjadi dalam hidup
anda terekam dalam metal hard drive kepribadian seseorang, yaitu dalam
self concept seseorang. Self concept seseorang mendahului dan
memprediksi tingkat performa dan efektivitas setiap tindakannya. Tingkah
laku nyata seseorang akan selalu konsisten dengan self concept yang
terdapat didalam dirinya.
The self for Herbert Mead is at once individuality and
generality, agent and recipient, sameness and difference. Bluntly
put, what this means is that the self is the agency through which
individuals experience themselves in relation to others, but also an
object or fact dealt with by its individual owner he or she sees fit.
To possess a ‘self’ then necessarily implies an ability to
take one’s actions, emotions and beliefs as a unfied structure,
viewed from the perspective of significant others, as others would
view and interpret actions of the self. Seen from this angle, the self
is a social product through and through, an creation, thinking,
feeling, the building of attitude structures, the taking on of roles,
all in a quest for coherence and orientated to the social world
(Elliott, 2007:32).
Fitts mengatakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting
dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka
acuan (frame of reference) dalam ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Fitts juga mengemukakan bahwa konsep diri adalah sebagai suatu
keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi,
dialami, dan dinilai oleh seorang individu. Dengan demikian, sudah tentu

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

25

setiap individu akan memiliki perincian yang sangat banyak dan bervariasi
mengenai dirinya. Fitts membagi konsep diri ke dalam 2 (dua) dimensi
pokok, yaitu :
1. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal
(internal frame of reference) adalah bila seorang individu melakukan
penilaian terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia batinnya sendiri atau
dunia dalam dirinya sendiri terhadap identitas dirinya, perilaku dirinya,
dan penerimaan dirinya. Dimensi internal terdiri dari :
a. Diri sebagai obyek/identitas (identity self)
Identitas diri ini merupakan aspek konsep diri yang paling
mendasar. Konsep ini mengacu pada pertanyaan "siapakah saya ?",
dimana di dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang
diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk
menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Identitas
diri akan mempengaruhi cara individu mempersepsikan dunia
fenomenalnya, mengobservasinya, dan menilai dirinya sendiri
sebagaimana ia berfungsi. Identitas diri sangat mempengaruhi
tingkah laku seorang individu, dan sebaliknya identitas diri juga
dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku.
b. Diri sebagai pelaku (behavior self)
Diri pelaku merupakan persepsi seorang individu tentang
tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai
"apa yang dilakukan oleh diri". Selain itu, bagian ini sangat erat
kaitannya dengan diri sebagai identitas. Diri yang kuat akan
menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri
pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima baik diri
sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan keduanya
dapat dilihat pada diri sebagai penilai.
c. Diri sebagai pengamat dan penilai (judging self)
Diri penilai ini berfungsi sebagai pengamat, penentu
standart serta pengevaluasi. Kedudukannya adalah sebagai

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

26

perantara (mediator) antara diri, identitas dengan diri pelaku. Diri
penilai menentukan kepuasan seseorang individu akan dirinya atau
seberapa jauh ia dapat menerima dirinya sendiri. Kepuasan diri
yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang
miskin

dan

akan

mengembangkan

ketidakpercayaan

yang

mendasar kepada dirinya, sehingga menjadi senantiasa penuh
kewaspadaan. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan
diri yang tinggi, kesadaran dirinya akan lebih realistis, sehingga
lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan
keadaan dirinya dan lebih memfokukan energi serta perhatiannya
ke luar diri, yang pada akhirnya dapat berfungsi secara lebih
konstruktif. Diri sebagai penilai erat kaitannya dengan harga diri
(self esteem), karena sesungguhnya kecenderungan evaluasi diri ini
tidak saja hanya merupakan komponen utama dari persepsi diri,
melainkan juga merupakan komponen utama pembentukan harga
diri.
Penjelasan mengenai ketiga bagian dari dimensi internal,
memperlihatkan bahwa masing-masing bagian mempunyai fungsi yang
berbeda namun ketiganya saling melengkapi, berinteraksi, dan membentuk
suatu diri (self) serta konsep diri (self concept) secara utuh dan
menyeluruh.
2. Dimensi Eksternal, yang terdiri dari :
Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui hubungan
dan aktifitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain yang
berasal dari dunia di luar diri individu. Sebenarnya, dimensi eksternal
merupakan suatu bagian yang sangat luas, namun yang dikemukakan oleh
Fitts adalah bagian dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua
orang. Bagian-bagian dimensi eksternal ini, dibedakan Fitts atas 5 (lima)
bentuk, yaitu :
a. Diri fisik (physical self)
Diri fisik, menyangkut persepsi seorang individu terhadap keadaan
dirinya secara fisik. Dalam hal ini, terlihat persepsi seorang individu

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

27

mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik)
dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).
b. Diri moral-etik (moral-ethical self)
Diri moral, merupakan persepsi seseorang individu terhadap
dirinya sendiri, yang dilihat dari standart pertimbangan nilai-moral dan
etika. Hal ini menyangkut persepsi seorang individu mengenai
hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seorang individu akan kehidupan
agamanya, dan nilai-nilai moral yang dipegang seorang individu yang
meliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seorang individu
terhadap keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik
atau hubungannya dengan individu lain, tetapi dipengaruhi oleh
sejauhmana seorang individu merasa puas terhadap pribadinya atau
sejauhmana seorang individu merasakan dirinya sebagai pribadi yang
tepat.
d. Diri keluarga (family self) Diri keluarga menunjukkan pada
perasaan dan harga diri seorang individu dalam kedudukannya sebagai
anggota keluarga. Bagian diri ini menunjukkan seberapa jauh seorang
individu merasa kuat terhadap dirinya sendiri sebagai anggota keluarga
dan terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya selaku anggota dari
suatu keluarga.
e. Diri sosial (social self) Diri sosial merupakan penilaian seorang
individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan di
sekitarnya.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya
dalam dimensi eksternal ini, sangat dipengaruhi oleh penilaian dan
interaksinya dengan orang lain. Seorang individu tidak dapat begitu saja
menilai bahwa ia memiliki diri fisik yang baik, tanpa adanya reaksi dari
individu lain yang menunjukkan bahwa secara fisik ia memang baik dan
menarik. Demikian pula halnya, seorang individu tidak dapat mengatakan
bahwa ia memiliki diri pribadi yang baik, tanpa adanya tanggapan atau

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

28

reaksi dari individu lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa ia
memang memiliki pribadi yang baik.
Pemikiran bahwa keyakinan, nilai, perasaan, penilaian-penilaian
mengenai diri memengaruhi prilaku adalah sebuah prinsip penting,
Herbert Mead berpendapat bahwa karena manusia memiliki diri, mereka
memiliki

mekanisme

untuk

berinteraksi

dengan

dirinya

sendiri.

Mekanisme ini digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Penting
juga diingat bahwa Mead melihat diri sebagai sebuah proses, bukan
struktur. Memiliki diri memaksa seseorang untuk mengkonstruksi tindakan
dan responya, daripada sekedar mengekspresikannya (Richard & Lynn
2007 : 102).
Menurut Tracy (2005:48), self concept memiliki 3 bagian utama
yaitu:


Self-ideal (Ideal Diri)



Self-Image (Citra Diri)



Self-Esteem (Harga Diri)
Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk

kepribadian seseorang, menentukan apa yang biasa seorang pikir, rasakan,
dan lakukan, serta apa yang diinginkan mengenai dirinya. Hal tersebut
juga akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri seseorang.


Ideal Diri
Ideal diri adalah komponen pertama dari konsep diri

individu. Ideal diri terdiri dari : harapan, impian, visi, dan idaman.
Ideal diri terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang
paling individu kagumi dari diri sendiri maupun orang lain yang
dihormati. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
harus berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau
penilaian personal tertentu. Standar tersebut dapat berhubungan
dengan tipe orang yang akan diinginkan atau sejumlah aspirasi
cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri juga berarti sosok
seperti apa yang paling seseorang inginkan untuk bisa menjadi diri

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

29

sendiri, di segala bidang kehidupan individu. Bentuk ideal ini akan
menuntun seseorang dalam membentuk perilaku.


Citra Diri
Citra Diri adalah sikap atau cara pandang seseorang

terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan,tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu (Stuart And Sundeen, 1998). Citra diri sering dikaitkan
dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya
penampilan

seseorang

secara

umum,

ukuran

tubuh,

cara

berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik.


Harga Diri
Harga diri adalah seberapa besar individu menyukai diri

sendiri. Menurut Baron dan Byrne (2005 : 173), Harga Diri (Self
Esteem) adalah evaluasi diri yang dibuat oleh individu; sikap
seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rentang dimensi positifnegatif. Harga diri juga berarti penilaian pribadi terhadap hasil
yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi

ideal

diri.

Frekuensi

pencapaian

tujuan

akan

menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi
(Stuart and Sundeen,1998).

2.1.5 Yoga
Sachindra

Kumar

Majumdar

dalam

(Claire,

2006:1)

mengungkapkan yoga pada awalnya berkembang di kalangan komunitas
yang sehat, kuat, dan mandiri yang telah mencapai tingkat budaya yang
tinggi. Para pendiri tradisi itu berasal dari keluarga bangsawan dan
terpelajar, dari para sarjana dan ksatria. Nabi-nabi besar India adalah para
raja dan pangeran, para pemikir agung dan penguasa. Mereka memiliki
kualitas terbaik dizaman mereka yang dapat disumbangkan dalam bidang
pendidikan dan budaya, dalam kekuasaan dan kesenangan.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

30

Kata ’yoga’ dan ‘yogi’ begitu popular di masyarakat. Apa
sesungguhnya makna kata tersebut? Indikasi yang paling jelas yang
berhubungan dengan arti yoga adalah yang terdapat dalam asal usul
katanya. Kata ‘yoga’ berasal dari akar kata Sansekerta yuj, yang secara
harfiah berarti ‘to yoke’, kata Sansekerta ini merupakan dasar dari kata
yoke dan union dalam bahasa Inggris modern. Dalam bahasa Indonesia ‘to
yoke’ sama dengan mengikat atau menyatukan. Yoga sering digambarkan
sebagai “penyatuan”, yaitu penyatuan antara pikiran dan tubuh, dan lebih
dari itu juga penyatuan antara pikiran, dan ruh; penyatuan antara individu
dan seluruh ciptaan; penyatuan antara individu dan daya kehidupan itu
sendiri; dan penyatuan dengan Tuhan dan segala ciptaan-Nya.
Untuk memperoleh pemahaman tentang bagaimana yoga bisa
berkembang seperti yang ada saat ini, maka kita perlu melihat sejenak latar
belakang sejarah yang mendasarinya. Yoga merupakan suatu teknik yang
telah berkembang sejak ribuan tahun, yang awalnya dikenal dengan
praktek “Tantra”. Tantra pertama kali diperkenalkan di India, sekurangkurangnya 5000 tahun yang lalu oleh seorang yogi besar Sadashiva. Yoga
didesain sebagai suatu pengetahuan menyeluruh tentang kehidupan,
melingkupi setiap aspek pengembangan pribadi dan sosial. Istilah Tantra
mengandung makna “sesuatu yang membebaskan dari kekasaran
(ketidakpedulian)”, dan oleh karenanya, latihan-latihannya didasarkan
pada suatu cara yang sistematis dan ilmiah, untuk membawa setiap
individu dari tingkat ketidakpedulian (ignorance) menuju tingkat
pencerahan spiritual (spiritual illumination). Latihan Tantra tidak terbatas
pada meditasi dan Yoga saja, namun meluas hingga mencakup bidang
kesenian, musik, sastra, obat-obatan, tari-tarian, kesadaran lingkungansingkatnya pendekatan hidup yang bersifat holistik.
Yoga menyelaraskan tubuh fisik, pikiran dan jiwa. Pada tubuh
fisik, yoga memberi efek kesehatan, keseimbangan, kekuatan dan vitalitas.
Pada pikiran, yoga meningkatkan daya ingat, konsentrasi, menajamkan
tingkat intelektual, menyeimbangkan emosi sehingga membuat hidup lebih

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

31

kaya dan bahagia. Pada jiwa, yoga membawa kesadaran, kebebasan dan
pencerahan.
Yoga dalam arti luas adalah suatu disiplin khusus yang diciptakan
untuk membantu manusia mengharmonisasi vibrasi diri nya dengan vibrasi
yang Tunggal. Jadi sebenarnya pengertian Yoga tidak terbatas pada suatu
metode yang berasal dari tradisi India kuno yang kebanyakan orang
mengartikannya seperti itu. Yoga itu dikenal oleh berbagai suku bangsa.
Hanya saja metodenya sedikit berbeda.
Di masa kini yoga dipandang sebagai suatu teknik yang bermanfaat
untuk mencapai kebugaran dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah
serta menyembuhkan berbagai macam penyakit atau gangguan tertentu.
Tujuan dari semua variasi yoga di atas sama. Sasaran ini adalah
pembebasan dari siklus kelahiran kembali yang disebut mukti atau
kaivalnya. Namun, metode dan isi dari masing-masing variasi berbeda.
Meskipun yoga merupakan sistem latihan yang beraneka ragam
yang terdiri dari banyak pendekatan menuju kesadaran diri, banyak ahli
yoga setuju bahwa ada empat cabang utama yoga yang dari waktu
kewaktu telah dijadikan titik awal pengembangan latihan yoga. Seperti
yang paling lazim dikemukakan, keempat cabang utama yoga itu adalah
yoga bhakti, yoga jnana, yoga karma dan yoga raja yang sering juga
disebut sebagai hatha yoga (Claire, 2006:17)..
1) Yoga Bhakti: Yoga Pengabdian
Bhakti secara harfiah dalam bahasa Sansekerta berarti “pengabdian”.
Yoga bhakti dikenal sebagai yoga pengabdian. Mengikuti jalan yoga
bhakti mensyaratkan seseorang untuk menyerahkan diri seutuhnya pada
suatu kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Kekuatan ini mungkin
Tuhan, orang suci, guru yang dihormati, atau suatu kualitas, misalnya
cinta. Pelaku bhakti yoga mengabdikan dirinya untuk menumbuhkan
kemampuan

menerima,

mencintai

dan

bertoleransi

pada

segala

sesuatu.Bhakta adalah istilah untuk menggambarkan seorang praktisi yoga
bhakti.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

32

2) Yoga Jnana: Yoga Ilmu Pengetahuan
Jnana secara harfiah dalam bahasa Sansekerta berarti “kearifan” atau
“ilmu pengetahuan”. Dari semua cabang yoga, yoga jnana dikenal sebagai
jalan yan mensyaratkan konsentrasi terbesar dari aktivitas mental. Jnanin
(“yang mencari ilmu pengetahuan”) atau praktisi yoga jnana mencari
pencerahan melalui kekuatan dari diskriminasi mental dan penyelidikan –
belajar untuk membedakan antara yang nyata dari yang tidak nyata, dan
diri pribadi yang terbatas dari diri yang mahaluas dan tidak terbatas, yang
merupakan sumber kehidupan. Meditasi merupakan sarana yang paling
kuat yang digunakan dalam latihan yoga jnana.
3) Yoga Karma: Yoga Tindakan
Karma secara harfiah dalam bahasa Sansekerta berarti “tindakan” atau
“sebab”. Yoga karma dikenal sebagai yoga tindakan, yang melibatkan
pencarian kebebasan melalui tindakan seseorang didunia ini. Setia
melayani orang lain tanpa mementingkan diri sendiri dan menjalankan
tugas-tugas dalam kehidupan dengan kesadaran dan kewaspadaan yang
sempurna tanpa memandang keberhasilan atau kegagalan.
4) Yoga Raja: Yoga Kerajaan
Raja dalam bahasa Sansekerta berarti “bangsawan”. Yoga raja dikenal
sebagai jalan para bangsawan menuju yoga atau pencerahan. Dari semua
cabang yoga, yoga raja merupakan pendekatan yoga yang paling dikenal
didunia barat. Para praktisi yoga raja mengikuti jalan yang sudah
ditentukan, yang terdiri dari delapan latihan atau cabang yang dikenal
sebagai ashtanga (“delapan cabang”) untuk mencapai kesadaran diri.
Cabang-cabang ini mencakup banyak latihan yoga yang paling dikenal dan
paling sering digunakan, termasuk posisi tubuh fisik, kontrol pernapasan,
dan konsentrasi. Yoga raja kadang disebut juga sebagai yoga klasik karena
latihan-latihannya dijelaskan dengan panjang-lebar di dalam kitab Yoga
Sutras karya Patanjali, salah satu teks paling awal yang masih ada
mengenai latihan yoga.
Keempat cabang utama yoga itu membentuk payung secara
keseluruhan dimana dibawahnya semua latihan yoga lainnya terbagi-bagi

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

33

lagi. Akan tetapi, setiap cabang tidak harus dianggap eksklusif. Beberapa
latihan, seperti meditasi, lazim terdapat pada lebih dari satu cabang yoga.
Sementara kebanyakan ahli yoga setuju bahwa bhakti, jnana, karma, dan
raja merupakan empat cabang utama yoga, ada beberapa latihan yoga atau
pendekatan tradisional yoga yang telah menonjol, dan bisa dianggap
sebagai bagian dari cabang-cabang utama yoga. Diantaranya ialah
Kundalini, Laya, Mantra, Tantra, dan yoga Hatha. Nama terkahir mungkin
menjadi pendekatan yoga yang paling banyak digunakan oleh praktisi
yoga di Indonesia, walaupun seperti yang katakan oleh Swami Rama
dalam (Claire, 2006:21) “dalam yoga, banyak jalan untuk dipilih, dan
semua jalan sama-sama benar”.
Mendapatkan manfaat kesehatan dari kegiatan yoga merupakan
alasan utama banyak orang menekuni kegiatan ini. Berikut ini manfaat
kesehatan yang dapat diperoleh dengan melakukank kegiatan yoga secara
teratur:
1) Fleksibilitas
Gerakan-gerakan

yoga

dapat

membantu

meregangkan

dan

meningkatkan fleksibilitas tubuh. Seiring waktu, Anda dapat
meningkatkan kelenturan paha belakang, punggung, bahu, dan
pinggul dengan melakukan yoga secara teratur.
2) Kekuatan
Banyak pose yoga yang mengharuskan Anda untuk mendukung
berat tubuh sendiri, termasuk menyeimbangkan tubuh pada satu
kaki (seperti dalam Tree Pose) atau mendukung tubuh dengan
tangan (seperti dalam pose Downward Facing Dog). Beberapa
latihan mengharuskan Anda untuk berpindah dari satu pose ke pose
yang lain yang juga akan meningkatkan kekuatan.
3) Mengembangkan otot
Selain melatih kekuatan tubuh, yoga juga dapat meningkatkan
massa otot. Dengan yoga, otot-otot tubuh akan semakin kencang.

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

34

4) Mencegah nyeri
Meningkatnya fleksibilitas dan kekuatan tubuh dapat membantu
mencegah sakit punggung. Banyak orang yang menderita sakit
punggung karena menghabiskan banyak waktu duduk di depan
komputer atau mengemudi mobil. Yoga dapat melemaskan kembali
tulang dan otot yang kaku sehingga mencegah nyeri punggung.
5) Memperlancar pernapasan
Kita umumnya bernapas dengan tarikan dan hembusan napas yang
pendek-pendek.

Latihan

pernapasan

Yoga,

yang

disebut

Pranayama, memberi perhatian pada nafas dan mengajarkan
bagaimana kita dapat menggunakan paru-paru untuk meningkatkan
taraf kesehatan. Latihan napas juga dapat membantu membersihkan
saluran hidung dan bahkan menenangkan sistem saraf pusat.
Latihan yoga menekankan pada konsentrasi yang dapat memberi
pengaruh positif membawa ketenangan pikiran.
1) Ketenangan mental
Yoga juga memiliki teknik meditasi yang bermanfaat untuk
membantu menenangkan pikiran.
2) Mengurangi stres
Yoga memiliki manfaat mengurangi stres. Saat berkonsentrasi,
masalah sehari-hari, baik besar maupun kecil, akan mencair
sehingga Anda akan terbebas dari tekanan stres. Konsentrasi bisa
menjadi sarana relaksasi pikiran yang sangat dibutuhkan oleh
pikiran yang sedang stres.
3) Kesiagaan tubuh
Melakukan yoga akan memberikan peningkatan kesadaran dan
kesiagaan tubuh. Banyak gerakan halus yoga yang dapat
meningkatkan keselarasan. Seiring waktu, Anda akan lebih nyaman
dengan diri sendiri dan membuat Anda lebih percaya diri.
Diantara banyak manfaat kesehatan yoga, yang paling utama
adalah kemampuannya yang telah terbukti dalam membantu mengurangi
stres. Para ahli berpendapat bahwa hingga 80 persen dari semua penyakit

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

35

disebabkan oleh stres. Yoga membantu menimbulkan efek yang oleh
Herbert Benson, M.D. sebagai “respons relaksasi”, yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah, detak jantung, dan meningkatkan peredaran
darah untuk membantu membuang sisa-sisa makanan yang mengandung
racun dari dalam tubuh. Pada gilirannya, hal ini akan membantu
meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh (Claire, 2006:6). Selain
bermanfaat bagi kesehatan secara menyeluruh, yoga memiliki kegunaan
lain bagi praktisinya, yaitu membantu mereka berhubungan dengan
sumber-sumber batin mereka sendiri.

2.2

KERANGKA KONSEP
Berdasarkan operasional penelitian adapun variabel penenelitian yang

digunakan ada dua variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel bebas atau independent variabel(X)
Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai penyebab atau
pendahulu dari variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
kegiatan yoga.
2. Variabel terikat atau dependent variabel(Y)
Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagi akibat atau yang
dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah konsep diri praktisi yoga.

2.3

VARIABEL PENELITIAN
Gambar 2.1
Variabel Penelitian
Variabel Bebas (X)

Varible Terikat (Y)

Kegiatan Yoga

Konsep Diri

U nive rsit a s Sum a t e ra U t a ra

36

2.4

OPERASIONAL VARIABEL
Defenisi konsep operasional adalah unsur

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65