Tuhan Bagi Manusia di Era Modern
TUHAN BAGI MANUSIA DI ERA MODERN
Berkembangnya ilmu pengetahuan seperti yang telah kita rasakan saat ini seakan
menegasikan bahwasannya di Era yang sudah semakin modern ini, manusia sudah tidak
membutuhkan Tuhan. Tuhan yang selama ini kita yakini sebagai Dzat yang dapat
memberikan kehidupan bagi para umat-Nya sudah semakin hilang dari ingatan mahluknya.
Manusia modern seakan tidak lagi memerlukan Tuhan, seperti yang telah dijelaskan oleh
agama-agama seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu dan Budha dan agama-agama samawi
sejenisnya. Dengan ilmu dan teknologi yang telah mereka capai, mereka mampu mengatasi
berbagai macam persoalan yang mereka hadapi.
Mereka yang telah hidup di Era modern seperti saat ini seakan berkeyakinan bahwa
mereka bisa hidup tanpa bantuan Tuhan. Bagi mereka, Tuhan telah sirna dan telah digantikan
oleh kecangihan teknologi dan ilmu pengetahuan. Karena Tuhan yang sesungguhnya adalah
Tuhan yang mampu menyelesaikan segala macam problematika umat saat ini, dan Tuhan bagi
mereka tidak lain adalah “kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi”, karena dengan itu
semua mereka mampu menyelesaikan persoalan-persoalan rumit yang dihadapi manusia saat
ini.
Dan sebaliknya berkembangnya ilmu pengetahuan dan majunya teknologi tidak bisa
menghapus keberadaan Tuhan dengan begitu saja. Berbagai temuan ilmiah telah banyak
ditemukan oleh para ilmuan dari berbagai cabang ilmu, dan kebanyakan dari merekan tetap
meyakini akan keberadaan Tuhan dan peran-Nya kepada semua umat manusia disunia ini,
dan hal itu bisa kita rasakan dalam setiap hembusan nafas yang kita hirup setiap hari.
Menariknya, justru dengan ditemukannya berbagai bukti-bukti ilmiah akan keberadaan
Tuhan, mereka semakin yakin bahwa di Era modern dan secanggih ini Tuhan masih
menyertai kita. Dan tidak jarang banyak ilmuan yang dahulunya tidak mempercayai akan
keberadaan Tuhan dan Risalah yang dibawa Nabi Muhammad dalam al Qur’an, mereka
menjadi yakin dan semakin terkagum-kagum dengan yang disebutkan Allah(Tuhan umat
Islam) dalam kitab sucinya Al Qur’an.
Sebagai contoh, seorang pakar Fisika dan Biologi Frank Alan, yang membuktikan
bahwasannya adanya alam semesta ini ada penciptanya, yaitu Allah SWT Tuhan seru
sekalaian alam. Bagi mereka yang meyakini bahwa “alam maretial tidak memerlukan
pencipta”, adalah anggapan yang salah dan hal itu bertentangan dengan kenyataan yang kita
saksikan saat ini. Akaan tetapi jika kita mempercayaai bahwasannya adanya alam ini ada
penciptanya, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita mengetahui awal
keberadaannya dan dan perkembangannya? Dan untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya
1
ada 4 argumen yang bisa kita sebutkan. Pertama, mungkin adanya alam ini hanyalah
imajinasi semata, dan pastinya ini bertentangan dengan kenyataan yang kita saksikan, dan
tidak perlu kita dikusikan. Kedua, bisa juga alam ini muncul dengan sendirinya begitu saja,
tanpa ada yang membuatnya, ini sama halnya dengan pendapat pertama yang tidak perlu
didiskusikan. Ketiga, alam ini adalah eternal tak bermula. Keempat, dan inilah pendapat yang
bisa kita kaji dengan ilmu pengetahuan, bahwa adanya alam ini pasti ada yang menciptakan.
“Penddapat ketiga yang menyatakan bahwa alam ini adalah eternal tak bermula,
ternyata hampir memiliki kesamaan dengan pendapat terakhir yang menyatakan bahwa alam
ini ada yang menyiptakan”. Kemiripan tersebut terletak pada sifat eternalitasnya. Dari sini
kita mau menempatkan sifat eternalitasnya pada alam yang mati atau kepada Tuhan yang
maha Hidup dan Menciptakan. Tidak ada kesulitan teoritis untuk memutuskan 2
kemungkinan ini. “Hukum-hukum termodinamika telah membuktikan, daya panas energienergi alam secara perlahan akan hilang, dan pasti akan berjalan sampai pada suatu kondisi
dimana benda-benda ini berada dibawah titik panas yang amat rendah, yaitu nol mutlak”. Dan
pada waktu itulah energi tidak akan ada, dan otomatis kehidupan menjadi suatu hal yang
mustahil. Dan ketika kondisi ini telah terjadi, maka tidak bisa kita hindari bahwasannya
energi telah musnah.
“matahari yang menyala, bintang-bintang dan bulan yang bercahaya, serta bumi yang
penuh dengan berbagai kehidupan, masing-masing telah membuktikan bahwasannya alam ini
bersifat temporal yang dimulai dengan titik tertentu dan akan berakhir pada titik tertentu ”.
Dari adanya bukti tersebut telah mengantarkan pemahaman kita bahwasannya adanya alam
ini memang ada yang menciptakan, yaitu Dzat yang eternal, yang wajib adanya, yang
takbermula, dan maha kuasa atas segala ciptaaanya. Dialah Allah SWT tuahn seru sekalian
alam.
Keberadaan teknologi dan majunya ilmu pengetahuan bukan berarti meniadakan
keberadaan Tuhan dalam intervensinya dalam memunculkan ilmu pengetahuan dan majunya
teknologi masa kini. “Orang pemikir modern yang benar-benar berpijak pada teori ilmu
pengetahuan tidak akan mengingkari adanya Tuhan”. Bahkan manusia modern akan akan
sangat memerlukan Tuhan, sama halnya dengan para pemikir kuno yang dengan kelihaanya
dalam berfikir mereka tetap meyakini bahwa Tuhan ada, dan Dia ada bersama mahluknya.
Sebagai contoh Rene Descartes, Braise Pascal, dan Imanuel Kant.
Mereka semua
mempercayai keberadaan Tuhan berdasarkan teori-teori yang mereka kemukakan.
Rene Descartes misalnya, dia mengatakan “Je pense donce je suit!, atau Corgeto
ergo sum! I Think bence I am”, yang artinya; Aku berfikir maka aku ada!. Perkataan Rene
2
Descartes tersebut sebagai pembuktian bahwasannya Tuhan tekkah ada sebelum adanya alam
ini. Karena setelah dia menyatakan perkataannya tersebut, lantas dia bertanya, “saya berfikir
maka aku ada”, maka Siapa yang menciptakan aku? Dan aku tidak wujud denagn sendirinya.
Oleh karena itu harus ada Dzat yang wajib wujud adanya, dan Dzat yang tidak mungkin tidak
ada. Dialah Dzat yang tidak membutuhkan dzat lain untuk menjadikan dirinya ada, dan Dzat
itu harus selamanya ada, dan tidak ada kesudahan, serta Dialah yang mempunyai sifat-sifat
kesempurnaan-Nya. Begitu indahnya seorang ilmuan dan juga pemikir untuk membuktikan
keberadaan adanya Tuhan.
“Kemudian Braise Pascal dengan kecerdasannya berkesimpulan bahwasannya
Tuhan itu ada”, Pascal mengatakan bahwasannya pengetahuan kita tentang Tuhan tidak perlu
diperdebatkan dengan dalil-dalil pikiran. Hal ini bisa kita ketahui bahwasannya pengetahuan
tentang Tuhan adalah pengetahuan yang pertama, karena dia bisa ada karena ada ibunya
yang melahirkan, maka dia bukan Dzat yang musti ada, dan dia tidak selamanya ada, dan aku
bukan dzat yang berkesudahan, oleh karena itu harus ada Dazat yang wajib ada selamanya
tanpa adanya kesudahan, dan wujudnya bersandar pada diri-Nya, Dialah Tuhan yang
wujudnya bisa kita ketahui pada pengetahuan pertama, tanpa merepotkan diri dalam
perdebatan bukti-bukti alam pikiran.
3
Berkembangnya ilmu pengetahuan seperti yang telah kita rasakan saat ini seakan
menegasikan bahwasannya di Era yang sudah semakin modern ini, manusia sudah tidak
membutuhkan Tuhan. Tuhan yang selama ini kita yakini sebagai Dzat yang dapat
memberikan kehidupan bagi para umat-Nya sudah semakin hilang dari ingatan mahluknya.
Manusia modern seakan tidak lagi memerlukan Tuhan, seperti yang telah dijelaskan oleh
agama-agama seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu dan Budha dan agama-agama samawi
sejenisnya. Dengan ilmu dan teknologi yang telah mereka capai, mereka mampu mengatasi
berbagai macam persoalan yang mereka hadapi.
Mereka yang telah hidup di Era modern seperti saat ini seakan berkeyakinan bahwa
mereka bisa hidup tanpa bantuan Tuhan. Bagi mereka, Tuhan telah sirna dan telah digantikan
oleh kecangihan teknologi dan ilmu pengetahuan. Karena Tuhan yang sesungguhnya adalah
Tuhan yang mampu menyelesaikan segala macam problematika umat saat ini, dan Tuhan bagi
mereka tidak lain adalah “kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi”, karena dengan itu
semua mereka mampu menyelesaikan persoalan-persoalan rumit yang dihadapi manusia saat
ini.
Dan sebaliknya berkembangnya ilmu pengetahuan dan majunya teknologi tidak bisa
menghapus keberadaan Tuhan dengan begitu saja. Berbagai temuan ilmiah telah banyak
ditemukan oleh para ilmuan dari berbagai cabang ilmu, dan kebanyakan dari merekan tetap
meyakini akan keberadaan Tuhan dan peran-Nya kepada semua umat manusia disunia ini,
dan hal itu bisa kita rasakan dalam setiap hembusan nafas yang kita hirup setiap hari.
Menariknya, justru dengan ditemukannya berbagai bukti-bukti ilmiah akan keberadaan
Tuhan, mereka semakin yakin bahwa di Era modern dan secanggih ini Tuhan masih
menyertai kita. Dan tidak jarang banyak ilmuan yang dahulunya tidak mempercayai akan
keberadaan Tuhan dan Risalah yang dibawa Nabi Muhammad dalam al Qur’an, mereka
menjadi yakin dan semakin terkagum-kagum dengan yang disebutkan Allah(Tuhan umat
Islam) dalam kitab sucinya Al Qur’an.
Sebagai contoh, seorang pakar Fisika dan Biologi Frank Alan, yang membuktikan
bahwasannya adanya alam semesta ini ada penciptanya, yaitu Allah SWT Tuhan seru
sekalaian alam. Bagi mereka yang meyakini bahwa “alam maretial tidak memerlukan
pencipta”, adalah anggapan yang salah dan hal itu bertentangan dengan kenyataan yang kita
saksikan saat ini. Akaan tetapi jika kita mempercayaai bahwasannya adanya alam ini ada
penciptanya, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita mengetahui awal
keberadaannya dan dan perkembangannya? Dan untuk menjawab pertanyaan ini setidaknya
1
ada 4 argumen yang bisa kita sebutkan. Pertama, mungkin adanya alam ini hanyalah
imajinasi semata, dan pastinya ini bertentangan dengan kenyataan yang kita saksikan, dan
tidak perlu kita dikusikan. Kedua, bisa juga alam ini muncul dengan sendirinya begitu saja,
tanpa ada yang membuatnya, ini sama halnya dengan pendapat pertama yang tidak perlu
didiskusikan. Ketiga, alam ini adalah eternal tak bermula. Keempat, dan inilah pendapat yang
bisa kita kaji dengan ilmu pengetahuan, bahwa adanya alam ini pasti ada yang menciptakan.
“Penddapat ketiga yang menyatakan bahwa alam ini adalah eternal tak bermula,
ternyata hampir memiliki kesamaan dengan pendapat terakhir yang menyatakan bahwa alam
ini ada yang menyiptakan”. Kemiripan tersebut terletak pada sifat eternalitasnya. Dari sini
kita mau menempatkan sifat eternalitasnya pada alam yang mati atau kepada Tuhan yang
maha Hidup dan Menciptakan. Tidak ada kesulitan teoritis untuk memutuskan 2
kemungkinan ini. “Hukum-hukum termodinamika telah membuktikan, daya panas energienergi alam secara perlahan akan hilang, dan pasti akan berjalan sampai pada suatu kondisi
dimana benda-benda ini berada dibawah titik panas yang amat rendah, yaitu nol mutlak”. Dan
pada waktu itulah energi tidak akan ada, dan otomatis kehidupan menjadi suatu hal yang
mustahil. Dan ketika kondisi ini telah terjadi, maka tidak bisa kita hindari bahwasannya
energi telah musnah.
“matahari yang menyala, bintang-bintang dan bulan yang bercahaya, serta bumi yang
penuh dengan berbagai kehidupan, masing-masing telah membuktikan bahwasannya alam ini
bersifat temporal yang dimulai dengan titik tertentu dan akan berakhir pada titik tertentu ”.
Dari adanya bukti tersebut telah mengantarkan pemahaman kita bahwasannya adanya alam
ini memang ada yang menciptakan, yaitu Dzat yang eternal, yang wajib adanya, yang
takbermula, dan maha kuasa atas segala ciptaaanya. Dialah Allah SWT tuahn seru sekalian
alam.
Keberadaan teknologi dan majunya ilmu pengetahuan bukan berarti meniadakan
keberadaan Tuhan dalam intervensinya dalam memunculkan ilmu pengetahuan dan majunya
teknologi masa kini. “Orang pemikir modern yang benar-benar berpijak pada teori ilmu
pengetahuan tidak akan mengingkari adanya Tuhan”. Bahkan manusia modern akan akan
sangat memerlukan Tuhan, sama halnya dengan para pemikir kuno yang dengan kelihaanya
dalam berfikir mereka tetap meyakini bahwa Tuhan ada, dan Dia ada bersama mahluknya.
Sebagai contoh Rene Descartes, Braise Pascal, dan Imanuel Kant.
Mereka semua
mempercayai keberadaan Tuhan berdasarkan teori-teori yang mereka kemukakan.
Rene Descartes misalnya, dia mengatakan “Je pense donce je suit!, atau Corgeto
ergo sum! I Think bence I am”, yang artinya; Aku berfikir maka aku ada!. Perkataan Rene
2
Descartes tersebut sebagai pembuktian bahwasannya Tuhan tekkah ada sebelum adanya alam
ini. Karena setelah dia menyatakan perkataannya tersebut, lantas dia bertanya, “saya berfikir
maka aku ada”, maka Siapa yang menciptakan aku? Dan aku tidak wujud denagn sendirinya.
Oleh karena itu harus ada Dzat yang wajib wujud adanya, dan Dzat yang tidak mungkin tidak
ada. Dialah Dzat yang tidak membutuhkan dzat lain untuk menjadikan dirinya ada, dan Dzat
itu harus selamanya ada, dan tidak ada kesudahan, serta Dialah yang mempunyai sifat-sifat
kesempurnaan-Nya. Begitu indahnya seorang ilmuan dan juga pemikir untuk membuktikan
keberadaan adanya Tuhan.
“Kemudian Braise Pascal dengan kecerdasannya berkesimpulan bahwasannya
Tuhan itu ada”, Pascal mengatakan bahwasannya pengetahuan kita tentang Tuhan tidak perlu
diperdebatkan dengan dalil-dalil pikiran. Hal ini bisa kita ketahui bahwasannya pengetahuan
tentang Tuhan adalah pengetahuan yang pertama, karena dia bisa ada karena ada ibunya
yang melahirkan, maka dia bukan Dzat yang musti ada, dan dia tidak selamanya ada, dan aku
bukan dzat yang berkesudahan, oleh karena itu harus ada Dazat yang wajib ada selamanya
tanpa adanya kesudahan, dan wujudnya bersandar pada diri-Nya, Dialah Tuhan yang
wujudnya bisa kita ketahui pada pengetahuan pertama, tanpa merepotkan diri dalam
perdebatan bukti-bukti alam pikiran.
3