Chapter II Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Seks Pada Pelajar Raksana 1 Medan Tahun 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Seperti yang dikemukakan mengenai perilaku dimana perilaku adalah
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,2003). Manusia sebagai salah
satu mahluk hidup mempunyai aktifitas yang dapat dibagikan menjadi dua
kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang
tidak dapat dilihat oleh orang lain.

2.1.

Konsep Perilaku
Pada dasarnya setiap perilaku berorientasi pada tujuan. Dengan

perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan
untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi tidak selalu diketahui secara sadar
oleh individu yang bersangkutan mengenai tujuan spesifik tersebut (Winardi,
2004). Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi
teori-teori dan riset, sebagai berikut:
Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal

Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu
Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur
Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi (contoh berpikir,
melaksanakan persepsi) juga penting dalam rangka mencapai tujuantujuan
8

9

Perilaku dimotivasi
Menurut seorang ahli psikologi Skinner yang dikutip dari Notoatmodjo
(2007) beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap suatu stimulus (rangsangan dari luar). Oleh sebab itu
perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus, Organisme, dan Respons,
sehingga teori Skinner disebut teori “S-O-R”. Teori Skinner juga menjelaskan
adanya 2 jenis respons yaitu:
a.

Responden respon atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena

menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan
menimbulkan nafsu untuk makan dan sebagainya.
b.

Operant respon atau instrumental respon yakni respons yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Skinner dalam Notoatmodjo (2003) juga membedakan dengan dua
bentuk hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yaitu:
a.

Perilaku tertutup (covert behaviour)
Bentuk respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain.

Respons terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan
sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk "unobservable behavior"
atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
b.

Perilaku terbuka (overt behaviour)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau

10

"observable behavior ". Yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.

2.2.

Domain Perilaku
Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang

sangat luas. Benyamin Bloom (seorang ahli psikologi pendidikan) dalam
Notoatmodjo (2003) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 tingkat ranah
yakni :
a.

Kognitif (cognitive)


b.

Afektif (affective)

c.

Psikomotor (psychomotor)

Dalam

perkembangannya,

teori

Bloom

ini

dimodifikasi


untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :
2.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:
1.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya.

11

2.


Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut

3.

secara benar.

Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4.

Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


5.

Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.

6.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. (Notoatmodjo, 2007). Menurut Newcomb
dalam Notoatmodjo (2007), sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum


12

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan
atau perilaku.
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek .
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude ). Menurut Notoatmodjo (2007), sikap juga memiliki beberapa
tingkatan seperti yang dimiliki oleh pengetahuan, yaitu :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible )

13

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
2.2.3. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis

terwujud dalam suatu tindakan ( overt

behavior ). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah
fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan ( support)
dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Notoatmodjo (2007) membagi tingkatan
tindakan atau praktik menjadi 4, yaitu :

a. Persepsi (perception)
Mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response )
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Dimana seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat
tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut.

14

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo,
2007).

2.3.

Faktor Terjadinya Perilaku
Green (Notoatmodjo,2005) menganalis bahwa kesehatan itu dipengaruhi

oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Sedangkan
perilaku itu sendiri khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi atau ditentukan
oleh tiga faktor yaitu :
2.3.1. Faktor Predisposisi ( Predisposing factor )
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang antara lain :
a) Pengetahuan
b) Sikap
c) Kepercayaan
d) Keyakinan
e) Nilai-nilai
f) Tradisi dsb.
2.3.2. Faktor pemungkin (Enabling factor)
Yaitu faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan pemungkin adalah sarana dan prasarana atau

15

fasilitas untuk terjadinya perilaku, misalnya majalah atau internet yang dapat
digunakan siswa sebagai sarana untuk mengetahui tentang kesehatan reproduksi,
misalnya :
a) Puskesmas
b) Posyandu
c) Rumah sakit
d) Media cetak dan elektronik
2.3.3. Faktor Penguat (Reinforcing faktor )
Yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat,
tetapi tidak melakukannya, misalnya :
a) Ada anjuran dari orang tua, guru, toga, toma, sahabat, dll.

Secara sistematis, perilaku menurut green itu dapat digambarkan sebagai berikut :

B = F (Pf, Ef, Rf)
B : Behavior
F : Fungsi
Pf : Predisposising factor
Ef : Enabling factor
Rf : Reinforcing factor

16

2.4.

Perilaku Seks Bebas
Bentuk perilaku seks pranikah memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda

dalam aktivitasnya. Bentuk perilaku seks pranikah ini merupakan aktivitas yang
dilakukan oleh pasangan tanpa ada ikatan pernikahan.
Reiss (dalam Duvall & Miller 1985), membagi bentuk perilaku seks
pranikah itu menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Bersentuhan (touching), antara lain berpegangan tangan, berpelukan.
2. Berciuman (kissing), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya
sekedar kecupan (light kissing), sampai dengan (french kiss) yaitu adanya
aktivitas atau gerakan lidah di mulut (deep kissing).
3. Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik
secara seksual, antara pria dan perempuan, yang lebih dari sekedar
berciuman atau berpelukan yang mengarah kepada pembangkit gairah
seksual, namun belum sampai berhubungan kelamin. Pada umumnya
bentuk aktivitas yang terlibat dalam petting ini, melibatkan perilaku
mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada daerahdaerah pasangan; seperti mencium payudara pasangan perempuan, atau
mencium alat kelamin pasangan pria.
4. Berhubungan kelamin (sexsual intercourse), yaitu adanya kontak antara
penis dan vagina, dan terjadi penetrasi penis kedalam vagina.

Sedangkan menurut Papalia & Olds (1998), yang mengungkapkan mengenai
bentuk perilaku seks pranikah dilakukan oleh pasangan, antara lain:

17

1. Berciuman (kissing)
2. Berpelukan (necking)
3. Bercumbu (petting)
4. Kontak alat vital (genital contact)

Menurut Nevid, Rathus & Rathus (1995), terdapat beberapa bentuk perilaku seks
pranikah, yaitu:

1. Berciuman (kissing), ciuman dapat menjadi bentuk afeksi seseorang
terhadap pasangannya, teman atau kerabatnya. Untuk itu ciuman bisa
sebatas pada pipi, atau yang lebih jauh lagi yaitu ciuman pada bibir.
Berciuman bibir dapat dengan adanya gerakan lidah pada mulut pasangan
(deep kissing), atau hanya sekedar menempelkan bibir pada bibir
pasangan. Pada setiap deep kissing hampir selalu disertai dengan adanya
gerakan erotis tangan pada tubuh pasangan.
2. Stimulasi payudara, antara lain mencium, menghisap, atau menjilat
payudara pasangan. Bagian tubuh lain yang biasanya juga dicium
termasuk tangan dan kaki, leher, dan lubang telinga, paha dalam, dan alat
kelamin.
3. Menyentuh (touching) dan stimulasi oral genital, menyentuh atau meraba
daerah erotis dari pasangan dapat menimbulkan rangsangan. Perempuan
dan pria secara umum memilih stimulasi oral (mulut) atau manual (tangan)
terhadap alat kelaminnya.

18

Jadi dapat disimpulkan komponen-komponen perilaku seks pranikah
antara lain adalah bersentuhan (touc hing), berciuman (kissing), bercumbu
(petting) dan berhubungan kelamin (sexual intercourse ).
2.5.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya

permasalahan seksual pada remaja, menurut (Sarwono, 1994) adalah :
a. Perubahan-perubahan hormonal pada usia remaja yang meningkatkan
hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.
b. Penyaluran tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang
perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin
menuntut

persyaratan

yang

terus

meningkat

untuk

perkawinan

(pendidikan, pekerjaan, persiapan, mental, dll).
c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak
dapat menahan diri memiliki kecendrungan untuk melanggar hal-hal
tersebut.
d. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam
masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran perempuan dengan pria.
Menurut (Dianawati, 2006) alasan seorang remaja melakukan hubungan seks
diluar nikah terbagi dalam beberapa faktor, diantaranya adalah :
a. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya

19

Pada umumnya, remaja tersebut melakukannya hanya sebatas ingin
membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temannya, sehingga
dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang
diinginkan.
b. Adanya tekanan dari pacarnya
Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus
rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko
yang nanti dihadapinya.
c. Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang. Wajar saja jika semua orang, tidak
tekecuali remaja menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari
perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan resiko yang
akan mereka hadapi.
d. Rasa penasaran
Pada masa remaja, rasa keingintahuan begitu besar terhadap seks. Apalagi
jika teman-temannya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, ditambah lagi
adanya segala informasi yang tidak terbatas masuknya. Maka, rasa
penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi
melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya.
e. Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya, karena terlanjur
berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah

20

tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya. Maka dengan
pikirannya tersebut, ia akan merasa putus asa lalu mencari pelampiasan
yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas.
Pembahasan tentang pengetahuan diatas berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan, dimana akan di ketahui sejauh mana pengetahuan remaja
tentang seks bebas.
2.6.

Media Sosial
Social media atau dalam bahasa Indonesia disebut media sosial adalah

media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial yang bersifat interaktif
atau dua arah. Media sosial berbasis pada teknologi internet yang mengubah pola
penyebaran informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens,
banyak audiens ke banyak audiens (Paramitha, 2011:42).
Defenisi media sosial dalam arti luas adalah demokratisasi informasi,
mengubah orang dari pembaca konten ke penerbit konten. Hal ini merupakan
pergeseran dari mekanisme siaran ke model banyak ke banyak, berakar pada
percakapan antara penulis, orang, dan teman sebaya. Berdasarkan defenisi
tersebut diketahui unsur-unsur fundamental dari media sosial yaitu pertama,
media sosial melibatkan saluran sosial yang berbeda dan online menjadi saluran
utama. Kedua, media sosial berubah dari waktu ke waktu, artinya media sosial
terus berkembang. Ketiga, media sosial adalah partisipatif. “penonton” dianggap
kreatif sehingga dapat memberikan komentar (Evans, 2008 : 34).
2.6.1. Ciri Media Sosial
Media sosial mempunyai ciri-ciri, yaitu sebagai berikut :

21

Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa
keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun
internet.
Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media
lainnya.
Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.
Perkembangan media sosial berdampak pada cara berkomunikasi
organisasi. Munculnya web memungkinkan orang membangun
hubungan bisnis dan sosial serta berbagi informasi. Pemasaran melalui
media sosial biasanya berpusat pada upaya membuat konten yang
menarik perhatian dan mendorong pembaca untuk berbagi dengan
jaringan sosial mereka. media sosial menjadi platform yang mudah
diakses oleh siapapun, maka peluang perusahaan untuk meningkatkan
kesadaran merek mereka dan memfasilitasi percakapan dengan
pelanggan.
Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua orang untuk membuat
dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di blog,
tweet, atau video di YouTube dapat direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang

secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar banyak uang kepada
penerbit atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan
dapat membuat konten sendiri yang menarik dan dilihat banyak orang (Zarrella,
2010: 2).

22

2.6.2. Bentuk Media Sosial
Media sosial dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk forum internet,
papan pesan, weblog, wiki, podcast, gambar dan video. Teknologi seperti blog,
berbagi gambar, dinding posting, e-mail, instant messaging , music-sharing,
pembuatan grup dan voice over IP .
Beberapa jenis aplikasi media sosial adalah Bookmarking, Content
Sharing, Wiki, Flikcr, Connecting, Creating-opinion, Blog (Puntoadi, 2011: 34).

a.

Bookmarking

Berbagi alamat website yang menurut pengguna bookmark sharing menarik
minat mereka. Social bookmarking memberikan kesempatan untuk share
sebagai link dan tag yang mereka minati, hal ini bertujuan agar lebih banyak
orang menikmati apa yang kita sukai. Beberapa contoh bookmarking site
yakni www.dig.com, www.muti.com, www.reddit.com.
b. Content Sharing
Melalui situs-situs content sharing orang-orang menciptakan berbagai media
dan mempublikasikannya dengan tujuan berbagi kepada orang lain. YouTube
dan Flickr adalah situs content sharing yang sering dikunjungi oleh
khalayak. Youtube menyajikan fasilitas bagi orang-orang yang ingin berbagi
video dari YouTube ke website/blog, demikian juga Flickr memberikan
kesempatan untuk dapat mem-print out berbagai gambar dari Flickr.
c. Wiki
Media sosial yang sering menyajikan seluruh informasi yang disajikan oleh
pengunjung situs itu sendiri dan khalayak dapat melakukan editing jika

23

merasa informasi yang diajukan kurang tepat, salah, atau kurang lengkap.
Beberapa situs Wiki yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda
seperti wikipedia yang merupakan situs knowledge sharing, wikitravel yang
memfokuskan diri dalam informasi tempat dan ada juga yang menganut
konsep komunitas secara lebih eksklusif.
d. Flickr

Situs milik yahoo yang mengkhususkan pada image sharing dengan
kontributor yang ahli di bidang fotografi dari seluruh dunia. Flickr dapat
dijadikan sebagai “photo catalog” bagi produk yang ingin dipasarkan.
e. Social network

Aktivitas yang menggunakan berbagai fitur yang disediakan oleh situs
tertentu untuk menjalin hubungan, interaksi dengan sesama. Situs social
networking adalah facebook, MySpace, Linkedin.
f.

Creating Opinion

Sosial media yang memberikan sarana untuk berbagi opini dengan orang
lain di seluruh dunia. Melalui social media creating opinion , semua orang
dapat menulis, jurnalis sekaligus komentator. Blog merupakan website yang
memiliki sifat creating-opinion.
Menurut Daneback (Novika 2010) , situs-situs di internet juga dapat dibagi
menjadi 2 tipe yaitu interaktif dan non-interaktif.
a. Non-interaktif meliputi seks, gambar dan film yang pada dasarnya ditemukan
dalam www dan juga termasuk web shops. Dalam situs non-interaktif, tidak

24

diketahui siapa penggunanya sehingga pembuat situs memberikan keterangan
jumlah pengunjung situs.
b. Interaktif meliputi www chat rooms, web communities dan instant massaging
software. Karakteristik dari situs ini adalah bertujuan untuk komunikasi dan

berinteraksi dengan yang lain. Pengguna web chat rooms dapat tidak diketahui
identitasnya kecuali instant massaging sofware masih dapat diketahui identitas
penggunanya, namun pengguna dapat memalsukan identitasnya.
2.6.3. Situs Jejaring Sosial
Aditya Firmansyah (2010: 10), mengemukakan bahwa situs jejaring sosial
merupakan sebuah situs berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya
untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang
atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dasar situs
jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya
terdiri dari identitas diri dan foto pengguna serta informasi yang berhubungan
dengan pengguna (user).
Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial
pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter
misalnya, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan
sebuah mobile phone yang menawarkan beragam fasilitas untuk mengakses
dengan cepat dalam berbagai merek ternama seperti Apple, Samsung, Nokia,
HTC, dan lain sebagainya. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial
mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di
negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial

25

juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam
menyebarkan berita-berita.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang
seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti
televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang
banyak, maka lain halnya dengan media. Seorang pengguna media sosial bisa
mengakses menggunakan media sosial dengan jaringan internet bahkan yang
aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan
sendiri tanpa karyawan. Kita sebagai pengguna media sosial dengan bebas bisa
mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
berbagai model content lainnya baik itu untuk tujuan komersial maupun nonkomersial dan penggunaannya juga terkadang bersifat pribadi dan umum.
2.6.4. Klasifikasi Pengguna Internet
Cooper, Delmonico, dan Burg (dalam Carners, Delmonico & Griffin,
2001) mengklasifikasikan tiga kategori individu yang menggunakan internet
untuk tujuan seksual, ketiga kategori tersebut adalah:
1. Recreational users yaitu individu yang mengakses materi seksual
karena keingintahuan atau untuk hiburan dan merasa puas dengan
ketersediaaan materi seksual yang diinginkan. Pada individu juga
ditemukan adanya masalah yang berhubungan dengan perilaku
mengakses materi seksual. Dari penelitian yang dilakukan maka
ditemukan bahwa orang yang mengakses situs yang berkaitan dengan

26

seksual kurang dari 1 jam per minggu dan sedikit konsekuensi negatif,
tergolong menjadi Recreational users.
2. At-risk users yaitu ditujukan pada orang yang tanpa adanya seksual
kompulsif, tetapi mengalami beberapa masalah seksual setelah
menggunakan internet untuk mendapatkan materi seksual. Individu
menggunakan internet dengan kategori waktu yang moderat untuk
aktivitas seksual dan jika penggunaan yang dilakukan individu
berkelanjutan, maka akan menjadi kompulsif.
3. Sexual Compulsive users yaitu individu menunjukkan kecenderungan
seksual kompulsif dan adanya konsekuensi negatif, seperti merasakan
kesenangan/keasikan

terhadap

pornografi,

menjalin

hubungan

percintaan dengan banyak orang, melakukan aktivitas seksual dengan
banyak orang yang tidak dikenal, karena menggunakan internet
sebagai forum atau tempat untuk aktivitas seksual, dan yang lainnya
berdasarkan DSM-IV.

Cooper, Delmonico, dan Burg (Novika 2010) juga mengatakan bahwa
berdasarkan waktu mengakses materi seksual, maka individu dibedakan menjadi 3
yaitu:
1. Low users yaitu individu yang mengakses materi seksual kurang dari 1 jam
setiap minggu.
2. Moderate users yaitu individu yang mengakses materi seksual antara 1-10 jam
setiap minggu.

27

3. High users yaitu individu yang mengakses materi seksual 11 jam atau lebih
setiap minggu, individu ini menunjukkan perilaku kompulsif.

2.7.

Remaja Dan Perkembangannya

2.7.1. Pengertian Masa Remaja
Remaja adalah usia peralihan antara masa anak-anak untuk menuju masa
kedewasaan. Batasan usia remaja menurut World Health Organization (badan
PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia
remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan
lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih
tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam
kelompok remaja.
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan
manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri yang bersumber dari
kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa (Agustiani, 2009).
2.7.2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Dra. Soesilowindradinin, MA (dalam psikologi perkembangan
masa) ciri-ciri khas masa remaja antara lain :
1. Status anak remaja tidak tentu. Pada suatu waktu ia diperlakukan seperti
anak-anak, akan tetapi bilamana berkelakuan seperti anak-anak ia
mendapat teguran supaya bertindak sesuai dengan usianya.

28

2. Anak remaja lebih emosional. Emosi-emosi yang dialami oleh anakanak remaja antara lain adalah : marah, takut, cemas, rasa ingin tahu, iri
hati, sedih dan kasih sayang.
3. Anak remaja tidak stabil keadaannya adalah akibat dari perasaan yang
tidak pasti mengenai dirinya. Perasaan yang tiba-tiba berganti
kesedihan-kegembiraan, percaya diri sendiri-meragukan diri sendiri,
egoisme-antusiasme-apatisme, semua ini adalah sikap yang wajar dari
anak remaja.
4. Anak remaja menghadapi banyak masalah. Beberapa macam masalah
yang dihadapi oleh remaja, adalah :
Masalah berhubungan dengan keadaan jasmaninya. Dalam masa
remaja anak mulai memikirkan mengenai tampangnya serta bentuk
badan yang diidam-idamkannya. Dia selalu membandingkan dirinya
dengan iklan dan film-film.
Masalah

berhubungan

dengan

kebebasan.

Anak

remaja

menginginkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya, misalnya cara berpakaian, musik yang digemari,
cara menata rambut dan lain-lain.
Masalah berhubungan dengan nilai-nilai. Anak remaja mulai
memikirkan tentang norma-norma untuk membimbing tingkah
lakunya serta anak remaja ingin sampai pada kesimpulannya
sendiri.

29

Masalah berhubungan dengan peranannya. Anak remaja ingin
menjalankan peranannya sebagai anak perempuan atau anak lakilaki dengan baik.
Masalah berhubungan dengan masyarakat. Dengan mulainya masa
remaja, anak remaja mulai menyadari betapa penting arti hubungan
baik dengan masyarakat.
Masalah berhubungan dengan jabatan. Anak remaja biasanya sangat
memikirkan masa depannya, khususnya yang berhubungan dengan
pemilihan dan persiapan untuk suatu jabatan.
Masalah berhubungan dengan kemampuan. Anak remaja ingin
berhasil dalam mengerjakan sesuatu, untuk dapat memiliki rasa
mampu ia harus dapat berhasil menyelesaikan sesuatu.
5. Sikap orang dewasa cenderung berpandangan negatif terhadap para
remaja. Hal ini disebabkan anak remaja seringkali bersikap keras
kepala, mengerjakan sebaliknya apa yang disuruh atau diharapkan dari
padanya. Hal ini menimbulkan ketegangan antara anak remaja dengan
orang tuanya dan menyebabkan jarak antara remaja dengan orang
tuanya.
6. Masa ini adalah masa kritis. Dikatakan demikian karena dalam masa
ini merupakan masa penentuan apakah anak remaja dapat menghadapi
persoalan-persoalan dengan baik bila ia dewasa nanti.
Menurut Agustiani (2009) masa ini hampir selalu merupakan masa-masa
sulit bagi remaja maupun orangtuanya. Beberapa yang menjadi alasan yaitu:

30

1. Remaja

mulai

menyampaikan

kebebasan

dan

haknya

untuk

mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat
menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat menjauhkan ia dari
keluarganya.
2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya daripada ketika
masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orangtua pun melemah.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik pertumbuhan
maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai muncul dapat
menakutkan, membingungkan, dan menjadi sumber perasaan salah dan
frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini bersama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar
menerima nasihat orangtua.
2.7.3. Tahap Perkembangan Masa Remaja
Tahap perkembangan masa remaja menurut Jahja (2011), adalah sebagai
berikut:
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak
dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan
tidak tergantung pada orangtua. Fokus pada tahap ini adalah
penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas
yang kuat dengan teman sebaya.
2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

31

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang
baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun
individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed).
Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku,
belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-keputusan
awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai.
Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran
orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan
vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan
yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok sebaya
dan orang dewasa, juga menjadi ciri dalam tahap ini.

2.8.

Perkembangan Seksual Masa Remaja
Perkembangan seksual pada masa remaja dipengaruhi oleh hormon seks,

baik pada laki-laki, maupun wanita, seperti testoteron dan estrogen.
Perkembangan seksual yang terjadi pada masa remaja mengakibatkan suatu
perubahan dalam perkembangan sosial remaja (Monks & Knoers, 1999).
Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi
oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap
dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada remaja,
baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual yang bisa

32

muncul dalam bentuk ketertarikan dengan lawan jenisnya, keinginan untuk
mendapatkan kepuasan seksual, dan sebagainya. Mereka akan melakukan
berbagai tingkah laku tertentu, misalnya pacaran dan juga mulai timbul minat
dalam keintiman secara fisik (Daccy & Kenny, 1997).
Perubahan dari perkembangan yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi
oleh hormon-hormon seksual. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap
dorongan seksual seseorang. Dengan adanya perubahan hormononal pada
remaja, baik pria maupun wanita, dapat meningkatkan dorongan seksual.
2.9. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor-faktor
Predisposisi :
- Intensitas
- Alamat Situs
- Jenis Media
- Umur
- Jenis Kelamin
Faktor Pendukung :

Perilaku seksual
Pada Remaja

- Media massa
(cetak dan
elektronik)
- Internet/Media
Sosial
Keterangan :
Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku remaja yang
mengakses media sosial dan kaitannya dengan perilaku seksual remaja. Dari

33

skema diatas dapat dilihat berdasarkan teori Lawrence Green bahwa faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor-faktor
predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin, pendidikan remaja dan
faktor pendukung yaitu sumber informasi yang diperoleh melalui media massa
seperti media cetak dan elektronik. Selanjutnya kedua faktor tersebut akan
memengaruhi kebiasaan mereka menggunakan media sosial.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65