Analisis RIsiko Investasi Pada PT. Unile

Analisis RIsiko Investasi Pada PT. Unilever. Tbk
Aris Munandar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar risiko
investasi pada PT. Unilever. Tbk. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi selama 15 tahun dari tahun 2000 – 2015
sedangkan sampel penelitian dengan Teknik nonprobability sampling diperoleh
sampel 5 tahun dari tahun 2011 – 2015. Alat analisis menggunakan analisis t-test
one sampel. Dari hasil perhitungan t-test one sampel diperoleh sebesar -1,938. Hal
ini berarti bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttabel (-1,938 < 2.132), sehingga
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan Risiko investasi pada PT. Uniliver
Indonesia Tbk lebih kecil atau sama dengan dari 10% pertahun dari yang
diharapkan diterima. Artinya nilai risiko investasi yang diperoleh PT. Unilever
Indonesia. Tbk dengan ukuran risiko investasi yang kecil.
Kata Kunci : Risiko Investasi, t-test one sample
I. PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang ini setiap perusahaan baik yang bergerak di
bidang industri, jasa maupun perdagangan pasti memiliki visi, misi dan tujuan
yang berbeda-beda ataupun sama baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun tujuan jangka pendek suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh atau
mendapatkan laba (keuntungan), sedangkan tujuan jangka panjangnya yaitu untuk

mengembangkan perusahaan agar lebih maju dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan agar tetap bertahan di dalam era persaingan yang
semakin ketat ini.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, perusahaan perlu melaksanakan
berbagai macam strategi dengan cara mengatur perencanaan perusahaan agar
dapat berjalan dengan baik dan perlu memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan kemajuan suatu perusahaan seperti dari segi aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknik dan teknologi yang dapat menunjang sumber daya manusia (SDM)
yang memadai, aspek keuangan perusahaan yang baik serta sistem penganggaran
perusahaan yang efisien.
Semuanya itu sangat penting bagi setiap perusahaan agar perusahaan dapat
berkembang dan berjalan dengan baik. Setiap perusahaan di dalam melakukan
investasi pasti memiliki risiko-risiko yang dihadapi sehingga perlu mengevaluasi
ARIS

1

secara tepat setiap kemungkinan dalam usaha tersebut. Risiko akan selalu ada
dalam kegiatan investasi, oleh karena itu di dalam menginvestasikan modal pada
suatu perusahaan tertentu atau usaha lainnya, seorang investor perlu mengestimasi

berapa besarnya cash flow atau hasil (return) selama periode usia investasi
tersebut. Estimasi hasil atau expected return dari suatu kegiatan investasi belum
tentu sesuai dengan yang diharapkan apakah akan menguntungkan atau akan
merugikan bagi investor tersebut. Yang bisa dilakukan adalah memperkirakan
berapa keuntungan yang diharapkan dari kegiatan investasi dan seberapa jauh
kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang
diharapkan.
Apabila perusahaan bermaksud meningkatkan keuntungan yang diperolehnya,
maka peningkatan keuntungan ini akan diikuti oleh risiko yang semakin besar.
Demikian pula sebaliknya, apabila perusahaan ingin menurunkan risiko, maka
penurunan risiko ini akan diikuti oleh menurunnya tingkat profitabilitas. Adapun
Suratman (2001 : 135) mengemukakan bahwa : “Investor selalu menyukai
kegiatan investasi yang diharapkan memberikan keuntungan yang sama, tetapi
memiliki risiko yang lebih kecil atau dengan risiko yang sama tetapi memberikan
tingkat keuntungan yang lebih besar”.
Risiko aktiva dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu atas dasar berdiri sendiri
(stand-alone basis), dimana aktiva dipertimbangkan secara terpisah dan atas dasar
portofolio, dimana aktiva dipegang sebagai salah satu dari seluruh aktiva dalam
portofolio. Jadi aktiva dengan risiko berdiri sendiri (stand-alone risk) merupakan
risiko yang akan dihadapi investor jika dia hanya memiliki satu aktiva ini.

Kebanyakan aktiva dipegang dalam bentuk portofolio, tetapi perlu juga
memahami risiko yang berdiri sendiri agar dapat memahami risiko dalam konteks
portofolio (Houston dan Brigham, 2001 : 178).
Risiko investasi dapat terjadi pada investasi jangka pendek (modal kerja) dan
investasi jangka panjang (modal tetap) karena setiap kegiatan investasi selalu
memiliki risiko, oleh karenanya investor harus dapat mempertimbangkan atau
memperhitungkan kemungkinan risiko yang akan terjadi selama periode usia
investasi tersebut. Memperhitungkan dan mengestimasi risiko sangat penting
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan akan menerima atau
menolak rencana kegiatan investasi yang akan dilakukan, Suratman (2001 : 135).

2

Risiko adalah penyimpangan arus kas yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang. Risiko dapat diartikan juga sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang
diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan (Suratman,
2001 : 138).
Risiko aktiva dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu atas dasar berdiri sendiri
(stand-alone basis), dimana aktiva dipertimbangkan secara terpisah dan atas dasar
portofolio, dimana aktiva dipegang sebagai salah satu dari seluruh aktiva dalam

portofolio. Aktiva dengan risiko berdiri sendiri (stand-alone risk) merupakan
risiko yang akan dihadapi investor jika dia hanya memiliki satu aktiva ini.
Kebanyakan aktiva dipegang dalam bentuk portofolio, tetapi perlu memahami
risiko yang berdiri sendiri agar dapat memahami risiko dalam konteks portofolio
(Houston dan Brigham, 2001 : 178).
Menurut Sartono (2001 : 139-140) sikap terhadap risiko dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu: investor yang menyukai risiko (risk seeker), investor tidak
menyukai atau menghindari risiko (risk averter) dan investor yang bersikap netral
terhadap risiko (risk neutrality). Risk seeker adalah investor yang senang
menghadapi risiko. Apabila investor tersebut dihadapkan dengan dua pilihan
investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka investor tersebut akan memilih investasi dengan risiko yang lebih
besar. Sementara itu risk averter akan lebih senang pada pilihan investasi dengan
risiko yang lebih kecil dengan tingkat keuntungan yang sama. Risk neutrality
adalah kelompok investor yang bersikap netral terhadap risiko artinya investor
akan meminta kenaikan keuntungan yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Dari
ketiga sikap dalam menghadapi risiko yang telah diuraikan diatas maka sikap
umum yang dimiliki oleh para investor kita adalah risk averter. Hal ini dapat
dilihat dari sebagian besar investor dimana investasi yang paling disukai adalah
investasi yang dapat memberikan tingkat keuntungan/pendapatan besar dengan

tingkat risiko yang lebih kecil.
Risiko dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu risiko murni dan risiko
spekulatif. Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contohnya: kebakaran,
kecelakaan, banjir dan sebagainya. Sedangkan risiko spekulatif adalah suatu
keadaan yang dihadai perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga

3

dapat memberikan kerugian. Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan
risiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif
masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat
kemungkinan untung.
Waktu

merupakan

faktor

pertimbangan


yang

sangat penting

dalam

mengevaluasi risiko yang dihadapi. Sebab risiko tidak hanya berhubungan pada
periode sekarang, tetapi juga berhubungan dengan waktu yang akan datang.
Semakin lama usia suatu kegiatan investasi berarti semakin besar risiko yang
dihadapi, karena semakin banyak kemungkinan yang terjadi. Dalam hal ini risiko
sering disebut fungsi dari waktu (The Function of Time). Oleh sebab itu, distribusi
probabilitas dari cash flow akan mungkin lebih menyebar sejalan dengan semakin
lamanya waktu suatu kegiatan investasi.
PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan fast Moving
Consumer Goods terkemuka di Indonesia. Rangkaian produk Perseroan mencakup
produk Home & Personal Care serta foods & Beverages ditandai dengan brandbrand terpercaya dan ternama di dunia, antara lain Wall’s, Lifebuoy, Vaseline,
Pepsodent, Lux, Pond’s, Sunlight, Rinso, Blue Band, Royco, Dove, Rexona,
Clear, dan lain-lain Bidang usaha yang dijalankan oleh PT. Unilever Indonesia
Tbk adalah Produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang

meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk-produk
kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah.
(www.unilever.or.id)
Dalam menjalankan operasinya juga perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk di
bebankan biaya-biaya yang bersifat tetap baik ada maupun tidak ada operasi
perusahaan sehingga mempengaruhi laba yang di peroleh perusahaan. Untuk
mengurangi risiko dalam menghindari ancaman tersebut perusahaan PT. Unilever
Indonesia Tbk harus mampu memenuhi permintaaan pasar yang semakin banyak
dengan cepat. Jika perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk sudah mampu
memenuhi permintaan pasar dengan cepat maka kinerja perusahaan akan
mengalami peningkatan yang pesat. Sehingga laba yang di peroleh perusahaan
akan mengalami peningkatan juga sesuai harapan. Selain itu, untuk mengurangi
risiko investasi PT. Unilever Indonesia Tbk melakukan penerapan pertanian
berkelanjutan secara luas dengan menggunakan metode pertanian berkelanjutan

4

berpotensi meningkatkan hasil panen, mengurangi dampak perubahan iklim, serta
memberikan manfaat ekonomi dan sosial kepada para petani, keluarga mereka,
dan masyarakat di sekitarnya.

Pembelian bahan baku secara berkelanjutan membantu mengamankan pasokan
serta mengurangi risiko dan volatilitas dalam rantai pasokan bahan baku. Hal ini
juga membuka peluang inovasi dengan berfokus pada kebutuhan hidup
masyarakat yang berkelanjutan dan preferensi konsumen PT. Unilever Indonesia
Tbk membangun brand yang lebih kuat. Metode pertanian berkelanjutan juga
dapat meningkatkan kualitas produk, misalnya saus, sup, saus salad, atau es krim.
Namun ada beberapa persoalan yang terkait risiko investasi pada PT. Unilever
Indonesia Tbk yaitu terjadinya perubahan produk domestik regional bruto
(PDRB) atas dasar harga pasar yang disebabkan adanya perubahan nilai inflasi
dan adanya tingkat inflasi yang fluktuatif mampu mempengaruhi tingkat risiko
investasi, (www.unilever.or.id).
Adapun data tingkat inflasi selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
N

Tahun

Tingkat Inflasi

O

1
2010
3.35%
2
2011
8.36%
3
2013
8.38%
4
2014
4.30%
5
2015
3.79%
Sumber : Bank Indonesia
Dari tabel diatas dapat diketahui jika tingkat inflasi selama 5 tahun terakhir
mengalami fluktuatif. Kondisi inflasi yang fluktuatif akan mempengaruhi harga
bahan baku. Tingkat Inflasi yang tinggi akan memberikan pengaruh yang cukup
besar terhadap harga bruto bahan baku yang berdampak pada menurunnya faktor

produksi perusahaan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan judul
“Analisis Risiko Investasi pada PT. Unilever. Tbk
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Investasi

5

Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan
dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu
bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan pada masa depan.
Terkadang,

investasi

disebut

juga

sebagai


penanaman

modal.

(www.wikipedia.org)
Investasi itu biasanya berasal dari pihak pemerintah maupun dari pihak swasta
dimana masing-masing pihak itu mengharapkan keuntungan dari hasil
investasinya. Dari pihak swasta, investasi yang dilakukan pada dasarnya adalah
manfaat financial yang diharapkan berupa keuntungan untuk kelangsungan hidup
usahanya, sedangkan bagi pihak pemerintah, investasi yang dilakukan tidak lain
adalah manfaat terhadap perkembangan perekonomian nasional.
Dalam melakukan suatu investasi hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah
sebagai berikut Subagyo (1992 : 36) :
a. Pengeluaran untuk penanaman modal, salah dikeluarkan biasanya tidak
dapat ditarik kembali tanpa mengakibatkan kerugian.
b. Keputusan pembelanjaan modal, merupakan strategi keputusan yang
diambil itu akan mempengaruhi profitabilitas,apsar dan lain-lain di
kemudian hari.
c. Keputusan investasi sangat diperngaruhi oleh ketidakpastian dan resiko
yang relatif tinggi karena adanya keharusan untuk membuat suatu ramalan
yang jauh kedepan.
d. Banyak ragam kebutuhan investasi, itu akan mempengaruhi keputusan
terhadap pembelanjaan modal yang tepat.
Semua hal tersebut diatas, merupakan dasar untuk melihat dan meneliti
pelaksanaan suatu kegiatan investasi itu dapat menguntungkan atau tidak.
Pengertian investasi dapat dikutip dari beberapa ahli diantaranya Antony dan
James S. Reece (1985:613) adalah sebagai berikut “The proposal is to invest fund,
that is capital. At the present time in the expetation of earning return on this
money over some future period”.
Jadi menurut pengertian tersebut diatas investasi adalah modal yang ditanam
sekarang atau saat ini yang diharapkan akan diterima kembali setelah beberapa
tahun kemudian. Dapat pula dikatakan bahwa investasi itu meliputi semua dana

6

(modal) yang tertanam dalam suatu perusahaan atau proyek baik berupa harta
lancar atau harta tetap dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.
Menurut M.G. Wriot B. Com (1995:59) mengatakan bahwa “Investasi adalah
dengan harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang
telah diinvestasikan dalam aktiva tersebut”
Dari pengertian di atas bahwa apabila perusahaan mengadakan investasi dalam
aktiva tetap juga bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang
ditanamkan dengan harapan yang sama dengan investasi aktiva lancar. Dalam
perputaran dana yang tertanam pada kedua aktiva itu adalah berbeda yaitu
investasi dalam aktiva lancar itu diharapkan pengembaliannya dalam waktu
singkat dan secara sekaligus. Sedangkan investasi aktiva tetap itu adalah dana
yang tertanam di dalam perusahaan itu kembali secara keseluruhan dalam waktu
beberapa tahun, dan kembali lagi secara berangsur-angsur melalui depresiasi.
Untuk lebih memperjelas mengenai investasi, berikut disajikan pengertian yang
dikutip dari beberapa pendapat antara lain Kartadinata (1993:37) menyatakan,
bahwa “Investasi adalah konversi uang pada saat sekarang dengan perhitungan
untuk memperoleh arus dana atu penghematan arus dana dimasa yang akan
datang”
Dari pengertian di atas, maka dapatlah dikatakan bahwa menanamkan dana
dalam suatu investasi untuk memperoleh manfaat yang menguntungkan di masa
yang akan datang. Dalam suatu perusahaan menanamkan modal (investasi) dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu investasi dalam aktiva lancar dan investasi dalam
aktiva tetap. Pada aktiva lancar, investasi ditanamkan pada persediaan, piutang
atau aktiva lancar lainnya yang pengembaliannya diharapkan dapat diterima
dalam waktu singkat yaitu kurang atau sama dengan satu tahun. Sedangkan pada
aktiva tetap investasi ditanamkan pada gedung, tanah, mesin-mesin, kendaraan
dan alat-alat kantor yang pengembaliannya diharapkan dapat diterima dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun atau sesuai dengan umur investasi.
Definisi investasi oleh Anthony dan James S. Reece (2009 : 613), menyatakan
bahwa proposal untuk penanaman investasi yang berupa dana, yang biasanya
disebut modal, maka waktu prosentase yang dianalisa pada tingkat perputaranya,
maka uang yang telah tertanam akan diharapkan pada masa yang akan datang.

7

Menurut definisi di atas, bahwa investasi adalah sebagai modal yang tertanam
pada perusahaan untuk memperluas usaha dengan harapan akan diterima kembali
setelah beberapa tahun kemudian. Dikatakan bahwa investasi itu meliputi semua
dana (modal) yang tertanam dalam suatu perusahaan atau proyek untuk
ditanamkan pada harta lancar (current assets) dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun dalam proses produksi perusahaan.
Pada dasarnya pengertian investasi merupakan usaha penanaman faktor-faktor
produksi sebagai langkah-langkah untuk menentukan proyek tertentu untuk
menanamkan investasi. Hal ini yang merupakan salah satu faktor produksi, untuk
langkah-langkah penanaman modal. Proyek ini sendiri dapat bersifat baru sama
sekali, atau perluasan proyek yang ada agar tujuan dari pada proyek dapat dicapai
sesuai apa yang diharapkan, maka diperlukan pelaksanaan yang masing-masing
pengetahuannya/ keahliannya.
2. Risiko
Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Risiko didefinisikan sebagai
kejadian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai untuk analisis
investasi adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari yang
diharapkan.
Menurut Silalahi (1997 : 5-6), ada beberapa definisi risiko yang dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Risk is the chance of loss adalah kesempatan timbulnya kerugian dalam
statistik. Chance (kesempatan) digunakan untuk menunjukkan tingkat
probabilitas akan terjadinya peristiwa tertentu, sehingga loss digunakan
untuk menunjukkan suatu kemungkinan adanya kerugian.
b. Risk is the probability of loss adalah risiko kemungkinan timbulnya
kerugian.
c. Risk is uncertainty Risiko adalah ketidakpastian.
d. Risk is dispersion of actual from expected result adalah penyimpangan hasil
aktual dari hasil yang diharapkan.
e. Risk is the probability of any outcomes different from the one expected
adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dari hasil yang diharapkan.
Menurut Houston dan Brigham (1998 : 178) mendefinisikan risiko sebagai
kecelakaan, bahaya (dihadapkan pada kerugian atau kecelakaan). Jadi risiko

8

mengacu pada peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan
terjadi.
Risiko adalah penyimpangan arus kas yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang. Risiko dapat diartikan juga sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang
diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan (Suratman,
2001 : 138).
Risiko aktiva dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu atas dasar berdiri sendiri
(stand-alone basis), dimana aktiva dipertimbangkan secara terpisah dan atas dasar
portofolio, dimana aktiva dipegang sebagai salah satu dari seluruh aktiva dalam
portofolio. Aktiva dengan risiko berdiri sendiri (stand-alone risk) merupakan
risiko yang akan dihadapi investor jika dia hanya memiliki satu aktiva ini.
Kebanyakan aktiva dipegang dalam bentuk portofolio, tetapi perlu memahami
risiko yang berdiri sendiri agar dapat memahami risiko dalam konteks portofolio
(Houston dan Brigham, 2003 : 178).
Menurut Sartono (2001 : 139-140) sikap terhadap risiko dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu: investor yang menyukai risiko (risk seeker), investor tidak
menyukai atau menghindari risiko (risk averter) dan investor yang bersikap netral
terhadap risiko (risk neutrality). Risk seeker adalah investor yang senang
menghadapi risiko. Apabila investor tersebut dihadapkan dengan dua pilihan
investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang
berbeda, maka investor tersebut akan memilih investasi dengan risiko yang lebih
besar. Sementara itu risk averter akan lebih senang pada pilihan investasi dengan
risiko yang lebih kecil dengan tingkat keuntungan yang sama. Risk neutrality
adalah kelompok investor yang bersikap netral terhadap risiko artinya investor
akan meminta kenaikan keuntungan yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Dari
ketiga sikap dalam menghadapi risiko yang telah diuraikan diatas maka sikap
umum yang dimiliki oleh para investor kita adalah risk averter. Hal ini dapat
dilihat dari sebagian besar investor dimana investasi yang paling disukai adalah
investasi yang dapat memberikan tingkat keuntungan/pendapatan besar dengan
tingkat risiko yang lebih kecil.
Risiko dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu risiko murni dan risiko
spekulatif. Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contohnya : kebakaran,

9

kecelakaan, banjir dan sebagainya. Sedangkan risiko spekulatif adalah suatu
keadaan yang dihadai perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga
dapat memberikan kerugian. Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan
risiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif
masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat
kemungkinan untung.
3. Macam-macam Risiko Investasi
Adapun beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko
suatu investasi yaitu (Sartono (2001 : 139-140) :
a. Risiko suku bunga, dimana perubahan suku bunga bisa mempengaruhi
variabelitas hasil suatu investasi.
b. Risiko pasar, dimana fluktuasi pasar secara keseluruhan mempengaruhi
variabelitas hasil suatu investasi.
c. Risiko inflasi, dimana inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan
daya beli rupiah yang diinvetasikan.
d. Risiko bisnis yaitu risiko yang terjadi dalam menjalankan bisnis suatu jenis
usaha.
e. Risiko finansial, dimana risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan
untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya.
f. Risiko likuiditas, dimana risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu
sekuritas yang diterbitkan perusahaan yang bisa diperdagangkan di pasar
sekunder.
g. Risiko nilai tukar mata uang, dimana risiko ini berkaitan dengan fluktuasi
nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya.
h. Risiko negara, dimana risiko ini juga disebut sebagai risiko politik karena
sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara.
4. Faktor-faktor Risiko dalam Investasi
Semua perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis tidak bisa melepaskan
diri dari persaingan. Walaupun perusahaan sudah mengantisipasi dengan berbagai
strategi yang dimiliki, namum pesaing tidak mau menyerah begitu saja. Kondisi
seperti itu merupakan risiko yang harus dihadapi oleh investor dalam mendirikan
sebuah perusahaan. Risiko akan selalu ada dalam setiap investasi, karena investor

10

harus memproyeksikan berapa besarnya cash flow atau penerimaan yang akan
diterima selama usia investasi. Estimasi penerimaan yang akan diharapkan
tersebut belum tentu sama dengan kenyataannya karena ada faktor-faktor tertentu
yang mempengaruhi. Apabila faktor-faktor tertentu tersebut bisa diramalkan
sebelumnya disebut sebagai suatu risiko. Tetapi bila keadaan yang dihadapi tidak
dapat diramalkan sebelumnya disebut sebagai ketidakpastian (Sutrisno, 2001 :
175-176).
Suatu proyek investasi mengharapkan hasil dari penerimaan-penerimaan yang
akan datang. Penerimaan-penerimaan yang didapat dari aliran kas tersebut
bervariasi. Semakin besar variasi penerimaan (cash flow) yang diperoleh semakin
tinggi risiko yang mungkin terjadi (Sutrisno, 2001 : 175-176).
5. Metode Pengelolaan Risiko
Menurut Hanafi (2006: 11-12), risiko bisa dikelola dengan berbagai cara
seperti:
a. Penghindaran
Cara paling mudah dan aman adalah menghindari risiko. Akan tetapi cara
semacam ini tidak optimal.
b. Ditahan
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika menghadapi sendiri risiko
tersebut (menahan risiko tersebut, atau risk retention).
c. Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Jika terjadi kerugian pada satu
aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh keuntungan dari
asset lainnya.
d. Transfer Risiko
Jika kita ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa mentransfer risiko
tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut.
Menurut Silalahi (1997 : 19-21) metode yang dapat dipakai dalam pengelolaan
risiko antara lain adalah dengan jalan :
a. Asumsi (Asumption or Retention)

11

Asumsi atau retensi risiko merupakan cara umum yang digunakan dalam
pengelolaan risiko, dimana pilihannya diarahkan pada risiko yang tingkatannya
rendah dan apabila terjadi tidak akan membawa pengaruh keuangan pada
perusahaan.
b. Dipindahkan (Transfer)
Pemindahan risiko sering kali digunakan baik dalam pengelolaan risiko
yang bersikap murni/statis umumnya dilakukan pada perusahaan asuransi
sedangkan risiko yang bersikap spekulatif/dinamis dapat dipindahkan pada
masyarakat, konsumen, atau lembaga non asuransi. Risiko murni (pure risk)
risiko kemungkinan terjadinya sesuatu yang bersifat risiko dan biasanya
sumber risiko itu adalah dari alam seperti banjir, gempa bumi dan lain-lain.
Risiko statis adalah risiko yang biasanya muncul dalam keadaan ekonomi
statis. Sedangkan risiko yang timbul karena dinamika atau perubahan ekonomi,
misalnya tingkat harga, selera dan teknologi.
c. Dikombinasikan
Metode ini dalam pengelolaan risiko merupakan salah satu cara dalam
asuransi. Misalnya dengan cara diversifikasi produk yang dihasilkan atau bisa
juga dengan pendirian Holding Company yang membawahi kegiatan usaha
yang tidak mempunyai hubungan atau kegiatan usaha yang sama.
d. Pencegahan Kerugian (Prevention)
Metode ini merupakan metode yang lebih menekan pada pengawasan
dengan melakukan kegiatan preventif atau menekan serendah mungkin apabila
kerugian tersebut muncul.
e. Menghindari (Avoidance)
Metode ini erat hubungannya dengan pencegahan kerugian dan pemindahan
kerugian. Pemindahan risiko adalah teknik menghindari situasi yang secara
potensial dapat menimbulkan kerugian pada seseorang ataupun badan usaha
lainnya dengan cara menghindari melakukan kegiatan-kegiatan yang risikonya
relatif tinggi.
6. Return
Menurut Jogiyanto (2008 : 109) “hasil (return) merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi, berupa hasil realisasi yang sudah terjadi dan hasil ekspektasi yang
belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang”.

12

Hasil realisasi (realized return) merupakan hasil yang telah terjadi, dimana
hasil realisasi diperoleh berdasarkan data historis. Analisis ini dipergunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang diperoleh
dalam sebuah investasi modal dan digunakan oleh perusahaan untuk mengukur
efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
Hasil ekspektasi (expected return) adalah hasil yang diharapkan akan diperoleh
oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan hasil realisasi yang sifatnya
sudah terjadi, sedangkan hasil ekspektasi yang sifatnya belum terjadi.
7. RTA (Return on Total Asset)
RTA (Return on Total Asset) merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas
jumlah investasi yang digunakan dalam perusahaan. RTA juga merupakan suatu
ukuran efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. RTA juga
menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman
maupun modal sendiri. Semakin kecil rasio ini maka semakin kurang baik dan
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh
operasi perusahaan.
Menurut Riyanto (2010 : 336), RTA (Return on Total Asset) adalah kemampuan
dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan investasi untuk menghasilkan
keuntungan bagi seluruh investor. Adapun rumus untuk mencari RTA (Return on
Total Asset) sebagai berikut Riyanto (2010 : 336) :
EBIT
x 100
RTA = Total Asset

Dimana :
EBIT

= Laba bersih sebelum bunga dan pajak.

Total Asset = Jumlah dari total investasi dalam neraca laporan keuangan.
Adapun Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio RTA (Return on Assets)
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Kriteria Penilaian Tingkat Kesehatan Rasio RTA
Rasio

Predikat

13

RTA ≥ 15%
< 15 % RTA ≥

Sangat Sehat
Sehat

10%
10% < RTA ≥

Cukup Sehat
5%
RTA < 5%
Tidak Sehat
Sumber : Munawir (2010 : 62)
8. Pengukuran Risiko dan Hasil
Agar dapat digunakan sebaik mungkin, maka setiap ukuran risiko harus
mempunyai nilai yang pasti (definitif). Sehingga hal ini memerlukan ukuran
kerapatan (tightness) distribusi probabilitas. Salah satu ukuran seperti itu disebut
deviasi standar yang dilambangkan dengan σ, semakin kecil deviasi standar,
semakin ketat distribusi probabilitas sehingga semakin kecil risiko. Deviasi
standar menggambarkan seberapa besar nilai sebenarnya akan berada dibawah
atau di atas nilai yang diharapkan (Houston dan Brigham, 1998 : 184).
Menurut Husnan (2000 : 77) ukuran penyebaran dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari
nilai yang diharapkan. Ukuran ini bisa digunakan sebagai ukuran risiko. Statistik
menyediakan ukuran ini yang disebut sebagai deviasi standar dan dinyatakan
dengan simbol σ, atau apabila dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut sebagai
variance (σ2).
Adapun rumus deviasi standar menurut Jogiyanto (2003 : 134) sebagai
berikut :



n

∑ [ Ei−E ]2

i =1

n −1

=
Dimana :
σ

= Deviasi standar,

Ei =Tingkat keuntungan yang diperoleh

E
n

= Rata-rata hasil yang diharapkan (expected return),
= Periode Investasi.

Deviasi standar menunjukkan penyimpangan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sebenarnya. Semakin besar deviasi standar, maka semakin
14

besar penyimpangan. Penyimpangan dipakai sebagai indikator risiko, jadi
semakin besar penyimpangan maka semakin besar risiko. Deviasi standar ini
merupakan besarnya risiko yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan dalam
kegiatan investasi yang dilakukannya.
Ukuran risiko yang lain adalah koefisien variasi. Koefisien variasi merupakan
suatu pengukuran relatif dari penyebaran yang menunjukkan besar kecilnya risiko
yang terkandung dalm proyek investasi yang bersangkutan. Koefisien variasi ini
digunakan apabila dari proyek investasi yang dibandingkan menghasilkan nilai
yang diharapkan tidak sama. Bila ada kasus seperti itu, deviasi standar tidak bisa
digunakan sebagai ukuran risiko proyek, tetapi yang digunakan sebagai alat ukur
adalah koefisien variasi (Sutrisno, 2001 : 179-180). Semakin besar koefisien
variasi berarti semakin besar pula risiko yang terkandung didalamnya. Sebaliknya
semakin kecil koefisien variasi berarti semakin kecil pula risiko yang terkandung
didalamnya (Syamsuddin, 2000 : 499).
Koefisien variasi (Houston dan Brigham, 1998 : 186) dapat dihitung dengan
rumus :

cv=

σ
E

Dimana :
cv

= Koefisien Variasi

σ

= Deviasi standar,

E

= Rata-rata hasil yang diharapkan (expected return).

9. Analisis Risiko Investasi
Menurut Jogiyanto (2003 : 144) bahwa hasil ekspektasi dan risiko mempunyai
hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu investasi maka semakin besar
hasil ekpektasi yang diharapkan. Sebaliknya, semakin kecil hasil ekspektasi maka
semakin kecil risiko yang harus ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku
untuk hasil ekspektasi yaitu untuk hasil yang belum terjadi. Untuk hasil realisasi,
hubungan positif ini tidak terjadi. Bagi hampir setiap orang, pengertian umum
hasil adalah baik dan risiko adalah buruk, sehingga investor menginginkan hasil
lebih besar dengan risiko sekecil mungkin
Menurut Hanafi (2006 : 17) bahwa hubungan risiko dan hasil menggambarkan
pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan lama menganggap bahwa ada
15

hubungan yang positif antara risiko dengan hasil. Semakin tinggi risiko, akan
semakin tinggi hasil yang diharapkan, sebaliknya juga semakin kecil hasil yang
diharapkan maka semakin kecil risiko yang harus ditanggung. Jika suatu
organisasi ingin meningkatkan tingkat keuntungannya, maka organisasi tersebut
harus menaikkan risikonya. Sedangkan pandangan baru menganggap bahwa
hubungan antara risiko dengan hasil bersifat non linier, dimana apabila risiko
yang diambil perusahaan terlalu kecil maka keuntungan yang diperoleh juga kecil.
Pada tahap ini, risiko bisa dinaikkan untuk meningkatkan hasil. Dan ditahap ini,
pengelolaan risiko belum optimal sehingga risiko harus dikelola. Oleh karena itu,
setiap investor yang menanamkan investasi harus mempunyai kriteria dan berani
menanggung segala sesuatu yang terjadi.
III.METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent)
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan
variabel yang lain. (Sugiyono, 2008; 11). Dalam penelitian ini untuk mengetahui
tingkat risiko investasi pada PT. Uniliver Indonesia.Tbk.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada IDX PT. Unilever Indonesia
Tbk link https://www.unilever.co.id/.
3. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 90).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah laporan keuangan PT. Unilever
Indonesia Tbk dari tahun 2000 sampai dengan 2015 yaitu selama 15 (lima belas)
tahun.
4. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut, (Sugiyono, 2010:91). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
16

berdasarkan nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010 : 95), dengan menggunakan teknik
sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
(Sugiyono, 2010 : 96). Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
sampling disebabkan karena data laporan keuangan yang tersedia untuk
dipublikasi hanya 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan neraca
dan laba rugi pada PT. Unilever Indonesia Tbk selama 5 (lima) Tahun terakhir,
yaitu tahun 2011 sampai dengan 2015.
5. Teknik Analisa Data
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan dapat digunakan beberapa teknik
analisa data yakni berdasarkan pandangan Sugiyono (2008 : 207) yang
menjelaskan bahwa pada penelitian ini pengolahan data menggunakan t-test satu
sampel, dengan rumus sebagai berikut :

¿−μ0
s
√n
t=
Dimana :
t

=

Nilai t yang dihitung

X

=

Nilai rata-rata

o

=

Nilai yang dihipotesiskan

s

=

Simpangan baku sampel

n

=

Jumlah anggota sampel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Pengukuran Risiko Investasi
Hasil realisasi diperoleh dari perhitungan rasio RTA (Return on Total Asset).
Menghitung RTA pada PT. Unilever Tbk dipergunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam mendapatkan keuntungan
atau laba dengan jumlah keseluruhan investasi yang tersedia pada PT. Unilever
Tbk. Semakin tinggi RTA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam
membayar beban bunga dan menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal.
Adapun hasil perhitungannya sebagai berikut :

17

Tabel Hasil Analisis Return on Total Asset
Tahun 2011- 2015
N
O

Periode

EBIT
(Rp)
(1)

Total Asset
(Rp)
(2)

1

RTA
(%)
(1)/
(2)=(3)

2011

5.574.799.000.000

10.482.312.000.000

53,18

2

2012

6.466.765.000.000

11.984.979.000.000

53,96

3

2013

7.158.808.000.000

12.703.468.000.000

56,35

4

2014

7.676.722.000.000

14.280.670.000.000

53,40

5

2015

7.829.490.000.000

15.729.945.000.000

49,77
53.40

Rata-rata
Sumber : Data Sekunder diolah, 2017

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai RTA yang dihasil oleh PT.
Unilever Tbk selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuatif dimana pada tahun
2011 sampai tahun 2013 nilai RTA mengalami peningkatan yang disebabkan
adanya peningkatan dari jumlah laba usaha yang dihasilkan. Sedangkan pada
tahun 2015 RTA PT. Unilever Indonesia Tbk mengalami penurunan yang
siginifikan, hal ini disebabkan adanya penambahan biaya pada beban administrasi
perusahaan.
Secara keseluruhan nilai RTA PT. Unilever Indonesia Tbk selama 5 tahun
terakhir dalam kondisi sangat baik. Hal ini sesuai dengan kriteria Penilaian
Tingkat Kesehatan Rasio RTA (Munawir, 2010) bahwa nilai RTA lebih dari atau
sama dengan 15% dalam kondisi sangat baik.
2. Hasil Ekspekasi (Expected Return)

18

Ket

Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

Hasil ekspektasi ditujukan untuk mencari nilai rata-rata hasil yang diharapkan
pada tahun 2016 dengan membagi nilai RTA dari tahun 2011 sampai dengan 2015
dengan jumlah periode investasi. Adapun rumus dari expected return menurut
Jogiyanto (2003 : 126) sebagai berikut :
n

E=∑
i=1

E=
E=

Ei
n

53.18+53 .96+56.35+53 .76+49.77
5

267 .02
5

E =53. 40
Dari perhitungan di atas maka dapat diketahui hasil yang diharapkan (expected
return) pada tahun 2016 sebesar 53,40%. Setelah nilai ekspetasi investasi
diperolah maka selanjutnya akan dilakukan perhitungan deviasi standar untuk
mengetahui seberapa besar resiko investasi yang mungkin terjadi pada

PT.

Unilever Indonesia.Tbk selama tahun 2016.
3. Deviasi standar
Risiko investasi dapat dihitung dengan menggunakan standar deviasi dan
koefisien variasi. Deviasi standar merupakan risiko investasi yang dapat dihitung
setelah perhitungan hasil realisasi dan hasil ekspektasi. Adapun rumus deviasi
standar menurut Jogiyanto (2003 : 134) sebagai berikut :
σ=

σ=






σ=

n

∑ ( Ei− E )2
i =1

n−1
2

2

2

( 53.18-53. 40 )2 + ( 53. 96-53. 40 ) + ( 56 .35-53. 0 ) + ( 53 .76-53.0 ) + ( 49 .77-53.0 )

2

5-1

( 0.05 ) + ( 0.31 )+ ( 8. 72 ) +( 0.13 ) +( 13.14 )
4

σ=



22.35
4

σ = ¿ 2. 36

¿

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui deviasi standar pada tahun
2016 adalah sebesar 2,36%.
Deviasi standar menunjukkan penyimpangan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sebenarnya. Semakin besar deviasi standar, maka semakin

19

besar penyimpangan. Penyimpangan dipakai sebagai indikator risiko, jadi
semakin besar penyimpangan maka semakin besar risiko. Deviasi standar ini
merupakan besarnya risiko yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan dalam
kegiatan investasi yang dilakukannya. Selanjutnya akan dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus koefisien standar. Penggunaan rumus ini untuk
mengetahui seberapa besar ukuran risiko investasi yang diperoleh perusahaan.
Koefisien variasi merupakan suatu pengukuran relatif dari penyebaran yang
menunjukkan besar kecilnya risiko yang terkandung dalam proyek investasi yang
bersangkutan. Koefisien variasi ini digunakan apabila dari proyek investasi yang
dibandingkan menghasilkan nilai yang diharapkan tidak sama. Bila ada kasus
seperti itu, deviasi standar tidak bisa digunakan sebagai ukuran risiko proyek,
tetapi yang digunakan sebagai alat ukur adalah koefisien variasi (Sutrisno, 2001 :
179-180). Semakin besar koefisien variasi berarti semakin besar pula risiko yang
terkandung didalamnya. Sebaliknya semakin kecil koefisien variasi berarti
semakin kecil pula risiko yang terkandung didalamnya (Syamsuddin, 2000 : 499).
Koefisien variasi (Houston dan Brigham, 1998 : 186) dapat dihitung dengan
rumus :

cv=
cv=

σ
E

2,36
53. 40

cv = ¿ 0 . 04

¿

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diketahui koefisien variasi pada
tahun 2016 adalah sebesar 0,04%. Jadi dari hasil koefisien standar tersebut dapat
diketahui ukuran investasi PT. Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2016 sebesar
0,04% yang artinya nilai risiko yang diperoleh sangat kecil.
4. Interpretasi Data
a. Perhitungan Simpangan Baku
Untuk mendapatkan nilai simpangan baku digunakan rumus sebagai berikut :

s=



− 2

∑ ( X −X )
n−1

20

s=



0,04
5-1

s=√ 0.011
s=0 .105

Dari perhitungan di atas dapat diketahui nilai dari masing-masing rumus t-test
one sampel sebagai berikut :
0 = 10% = 10/100 = 0.1
s = 1.105
n =5
b. Uji t-test
Untuk mendapatakan nilai t-hitung digunakan rumus sebagai berikut :
  0
s

t=

t=

t=

n

0,01-0, 1
1 .105
√5
−¿ 0.09
1. 105
2. 236

¿

t = -1,938
Jadi nilai t – hitung adalah -1,938
c. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik :
Ho:μ≤10 % = Risiko investasi pada PT. Unilever. Tbk lebih kecil atau sama
dengan 10% pertahun dari yang diharapkan.
Ha:μ>10 % = Risiko investasi pada PT. Unilever.Tbk lebih besar dari 10%
pertahun dari yang diharapakan.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut di atas maka dilakukan uji satu
pihak/kanan. Taraf kesalahan 5% (0.05) dan derajat kebebasan (dk = n – 1 atau dk
= 5 – 1 = 4) didapat nilai t tabel (terlampir) adalah sebesar 2,132.

21

Uji Pihak Kanan
Berdasarkan hasil perhitungan t-test one sampel diperoleh nilai thitung sebesar
-1,938. Hal ini berarti bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttabel (-1,938 < 2.132),
sehingga hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan Risiko investasi pada PT. Uniliver
Indonesia Tbk lebih kecil atau sama dengan dari 10% pertahun dari yang
diharapkan, dapat dinyatakan diterima dan hipotesis alternatif (Ha) yang
menyatakan Risiko investasi pada PT. Uniliver Indonesia Tbk lebih besar 10%
pertahun dari yang diharapkan, dapat dinyatakan ditolak. Artinya nilai risiko
investasi yang diperoleh PT. Unilever Indonesia Tbk dengan ukuran risiko
investasi yang kecil.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan t-test one sampel
diperoleh sebesar -1,938. Hal ini berarti bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttabel (1,938 < 2.132), sehingga hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan Risiko investasi
pada PT. Uniliver Indonesia Tbk lebih kecil atau sama dengan dari 10% pertahun
dari yang diharapkan. . Artinya nilai risiko investasi yang diperoleh PT. Unilever
Indonesia Tbk dengan ukuran risiko investasi yang kecil.

2. Saran
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal risiko investasi yang
dihadapi, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut :
a.

Diharapkan kepada PT. Unilever Indonesia Tbk dapat menekan pada
pengawasan dengan melakukan kegiatann preventif atau menekan serendah
mungkin jika terjadi kerugian, serta dapat menghindari kegiatan-kegiatan
investasi yang risikonya tinggi.
22

b.

Untuk peneliti selanjutnya ditambahkan variabel penelitian yang lain
yang berhubungan dengan risiko investasi.
DAFTAR RUJUKAN

Anthony, Robert N., Glenn A. Welsch, and James S. R eece. 1985. Fundamental
of Management Accounting , 4 th Edition, Homewood Illinois : Richard
D. Irwin, Inc.
Brigham, Eugene F. dan Joel F.

Houston.1998 .

Dasar-Dasar Manajemen

Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
________. 2001. Manajemen Keuangan. jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Hartono, Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPEF.
Silalahi, Ferdinand. 1997. Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Gramedia.
Pustaka Utama.
Suad, Husnan. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga.
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Suratman. 2001. Study Kelayakan Proyek. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta.
_______. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D ; Penerbit CV
Alfabeta, Bandung.
Sutrisno. 2003. Manajemen Keuangan Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
BPFE.
Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Munawir, S. 2010. Analisis laporan Keuangan. Edisi keempat. Cetakan Kelima.
Belas. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, ed. 4, BPFEYogyakarta.
https://datastudi.wordpress.com/2008/12/25/analisis-kelayakan-investasi/
http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/default.aspx

23

www.unilever.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Investasi

24

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45