USAHA PEMBERDAYAAN UMKM UNTUK MENGATASI

USAHA PEMBERDAYAAN UMKM UNTUK MENGATASI KEMISKINAN
DI INDONESIA

Oleh :
MAHENDRA BAYU BINTORO
NIM F1217045 / Manajemen Transfer-B

PROGRAM MANAJEMEN TRANSFER S-1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018

BAB 1 PENDAHULUAN
Usaha memgembangkan perekonomian nasional yang dilakukan oleh suatu negara
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup penduduknya. Pada negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia yang masih berusaha untuk mengembangkan
perekonomian dari masyarakat dengan perekonomian rendah menjadi kearah lebih maju
supaya kesejahteraan dan ekonomi yang lebih baik.
Salah satu indikator keberhasilan pengembangan ekonomi di suatu negara adalah
berkurangnya jumlah penduduk yang masuk dalam golongan miskin selama periode

pengembangan ekonomi. Di Indonesia strategi pengembangan ekonomi diprioritaskan pada
pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan arah dan tujuan pengembangan ekonomi
nasional harus dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan hasil yang
dicapai harus bisa dinikmati secara menyeluruh untuk semua rakyat. Tujuan akhirnya dari
pembangunan ekonomi di Indonesia adalah mengurangi kemiskinan.
Kemiskinan di Indonesia terjadi di wilayah desa dan kota, tingkat kemiskinan wilayah
pedesaan jauh meningkat dibanding kemiskinan dikota. Menurut Biro Pusat Statistik (dalam
Suryamin,2012) indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,88 pada maret 2012 menjadi 1,9
pada september 2012. Indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,47 menjadi 0,48 pada
periode yang sama. Kantong penyebab kemiskinan desa, umunya bersumber dari sektor
pertanian (sahdan,2005).
Masalah kemiskinan di Indonesia disebabkan kondisi Indonesia yang masih memiliki
beberapa sektor yang masih berstatus berkembang. Pemerintah Indonesia mulai
memperbaiki dan mengembangkan sektor pertanian didesa-desa. Berdasarkan data dari
Biro Pusat Stastistik (BPS) Indonesia pada tahun 2014 sampai 2015 menunjuka jumlah
penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,05 juta jiwa untuk penduduk
yang tinggal di daerah kawasan perdesaan, sedangkan pada daerah perkotaan mengalami
penurunan

sebesar 0,03 juta jiwa. Menurunya tingkat kemiskinan ini menjadi indikator


bahwa masyarakat desa dan kota sudah mulai berperan dalam mengembangkan
perekonomian sering juga disebut sistem ekonomi kerakyatan yang sedang dilakukan
pemerintah.

Ekonomi kerakyatan tidak akan lepas dari sektor UMKM (Usaha Kecil Mikro
Menegah)

sebagai

sarana

mengembangkan

perekonomian

Indonesia.

Menurut


(Kurniawan,2011 ; Duti dan Ayu,2013) dalam pratama (2015) upaya dalam mengembangan
ekonomi nasional Indonesia yang menjadi prioritas yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). UMKM menjadi tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi
permasalahan kemiskinan dan pengembangan mampu memperluas basis ekonomi serta
dapat memberikan konstribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian daerah
dan ketahanan ekonomi nasional. Menurut Nuhung (2012) melalui kewirausahaan UMKM
berperan sangat penting dalam menekan angka penganguran, menyediakan lapangan
kerja, mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan dan membangun
karakter bangsa.
Usaha mikro kecil dan menengah diatur didalam undang udang nomor 20 tahun
2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro)
perorangan dan atau badan usaha perorangan

adalah usaha produktif milik

yang memenuhi kriteria usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam perundang-undangan ini. UMKM merupakan kegiatan usaha
yang dapat memperluas lapangan kerja dengan mengurangi kemiskinan serta memberikan
pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi,

serta berperan dalam stabilitas ekonomi.
Pada tahun 2008, kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap
pendapatan devisa nasional melalui ekspor nonmigas mengalami peningkatan sebesar Rp
40,75 triliun atau 28,94 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp 183,76 triliun
atau 20,17 persen dari total nilai ekspor nonmigas nasional (Hamid dan Susilo, 2011).
Selanjutnya pada tahun 2008, produk domestik bruto (PDB) nasional atas harga konstan
tahun 2000 sebesar Rp 1.997,73 triliun, kontribusi UMKM sebesar Rp 1.165,26 triliun atau
58,33 persen dari total PDB. Harga konstan tahun 2000 nasional mengalami perkembangan
sebesar Rp 115,41 triliun atau 6,13 persen dari tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008,
UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90.896.270 orang atau 97,04 persen atau
2.156.526 orang dibandingkan (Hamid dan Susilo,2011).
Mengingat kontribusi UMKM diatas sudah saatnya kedudukan dan posisi UMKM
perlu ditingkatkan dan pemberdayaan masyaratakat dalam UMKM menjadi perhatian utama
pemerintah. Diharapkan dengan

masyarakat yang dituntut semakin berperan aktif dan

berkerja melalui UMKM untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat
meningkatkan kesejahteraan dan nantinya menjadi sarana mengurangi kemiskinan di
Indonesia di wilayah desa dan kota.


BAB 2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara memperdayakan UMKM agar dapat mengatasi kemiskinan di
Indonesia ?

BAB 3 KAJIAN LITERATUR
A. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia
UMKM merupakan kelompok usaha yang berada di perekonomian Indonesia.
Kriteria usaha yang termasuk dalam usaha mikro kecil dan menengah telah diatur
dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan
menengah terdapat bebrapa kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan
pengertian dan kriteria UMKM.
Menurut Menurut Rahmana (2008), beberapa lembaga atau instansi bahkan
memberikan definisi tersendiri pada Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya
adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan
UKM),

Badan

Pusat


Statistik

(BPS),

Keputusan

Menteri

Keuangan

No

316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994. Definisi UKM yang disampaikan berbedabeda antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk
Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu,
Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMK berdasarkan kuantitas
tenaga kerja. Usaha Mikro (UM) merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah
tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga keluarga yang tidak bibayar.
Usaha Kecil (UK) merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
sampai dengan 19 orang.

Kementrian Koperasi dan UKM mengelompokan UKM menjadi tiga kelompok
berdasarkan total aset, total penjualan tahunan dan status usaha dengan kriteria:
1. Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat
tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat, dan belum
berbadab hukum. Hasil penjualan paling banyak 100 juta rupiah.

2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria :
a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupaih tidak
b.
c.

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

Usaha yang memiliki penjualan tahunan paling banyak 1 milyar rupiah.
Usaha yang berdiri sendiri bukan perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau terafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

d.

dengan usaha menengah dan skala besar.
Bentuk badan usaha yang dimiliki perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum atau badan nusaha yang berbadan hukum termasuk

koperasi.
3. Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memenuhi kriteria:
a. Usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari 200 juta rupiah dan paling
b.

banyak 10 miliyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.
Usaha yang berdiri sendiri bukan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai dan terafiliasi baik langsung maupun

c.


tidak langsung dengan usaha menengah atau skala besar.
Berbentuk usaha yang dimiliki perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum termasuk kopersi.

Menurut Kwartono (2007) secara garis besar UMKM dikelompokkan kedalam
empat jenis, yaitu:
a. Usaha perdagangan, termasuk didalamnya keagenan, pengecer, ekspor/impor
produk lokal dan sektor informal.
b. Usaha
pertanian,
termasuk

didalamnya

perkebunan,

perternakan

danperikanan.

c. Usaha industri, termasuk didalamnya industri makanan dan minuman,
pertambangan, pengrajin dan konveksi.
d. Usaha jasa termaasuk didalammnya konsultan, perbengkelan, restoran
jasakonstruksi tranportasi, telekomunisai dan pendidikan.

B. Konsep Pemberdayaan
Menurut Totok dan Poerwoko (2013:14) memberikan definisi pemberdayaan
adalah sebagai prosses serangakian kegiatan untuk memperkuat dan atau
mengoptimalkan keberdayaan (dalam arti kemampuan dan atau keunggulan
bersaing) kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang

mengalami masalah kemiskinan. Sebagai proses, pemberdayaan merujuk pada
kemampuan, untuk berpartisipasi dalam memperoleh kesempatan dan atau
menakses sumberdaya dan layanan yang diperlukan guna memperbaiki mutu
hidupnya (baik secara individual, kelompok dan

masyarakat dalam artian luas).

Dengan pemahaman seperti itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses
terencana guna meningkatkan keberhasilan atau peningkatan dari obyek yand

diberdayakan.
Dalam rangka ngembangkan pemberdayaan UMKM di Indonesia, Bank
Indonesia (2011) mengembangkan filosofi lima jari / Five finger philosophy,
maksudnya setiap jari mempunyai peran masing-masing dan tidak dapat berdiri
sendiri serta akan lebih kuat jika digunakan secara bersamaan.
1. Jari jempol, mewakili peran lembaga keuangan yang berperan dalam
intermediasi keuangan, terutama untuk memberikan pinjaman/pembiayaan
kepada nasabah mikro, kecil dan menengah serta sebagai Agents of
development (agen pembangunan).
2. Jari telunjuk, mewakili regulator yakni Pemerintah dan Bank Indonesia yang
berperan dalam Regulator sektor riil dan fiskal, Menerbitkan ijin-ijin usaha,
Mensertifikasi tanah sehingga dapat digunakan oleh UMKM sebagai agunan,
menciptakan iklim yang kondusif dan sebagai sumber pembiayaan.
3. Jari tengah, mewakili katalisator yang berperan dalam mendukung perbankan
dan UMKM, termasuk Promoting Enterprise Access to Credit (PEAC) Units,
perusahaan penjamin kredit.
4. Jari manis, mewakili fasilitator yang berperan dalam mendampingi UMKM,
khususnya usaha mikro, membantu UMKM untuk memperoleh pembiayaan
bank,

membantu

bank

dalam

hal

monitoring

kredit

dan

konsultasi

pengembangan UMKM.
5. Jari kelingking, mewakili UMKM yang berperan dalam pelaku usaha, pembayar
pajak dan pembukaan tenaga kerja.

C. Mengembangkan usaha UMKM
Perkembangan usaha merupakan suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri
agar nantinya suatu usaha dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar
mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan. Perkembangan usaha
yang dilakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada
kemungkinan untuk berkembang lebih maju lagi. Perkembangan usaha merupakan
suatu keadaan terjadinya peningkatan omset penjualan (Purdi E.Chandra,2000).
Menurut Soeharto Prawirokusumo (2010) perkembangan usaha termasuk
perkembangan usaha dari UMKM ini dibedakan menjadi 4 tahap, yaitu tahap
conceptual, start up, stabilisasi, pertumbuhan (growth stage) dan kedewasaan.

Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah pada hakekatnya merupakan tanggung
jawab

bersama

antara

masyarakat

dengan

pemerintah.

Pada

awalnya

perkembangan UMKM belum mengalami kemajuan yang sangat berarti, namun
setelah krisis moneter yang melandan Indonesia pada tahun 1997 sampai akhir 1998
membuat pemerintah Indonesia mulai mengembangan pemberdayaan UMKM
sebagai sarana ketahanan dan stabilitas ekonomi di masa yang akan datang.
Menurut Hubeis (2009:11) Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi
(UKMK) tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi
berbasis lokal yang mengandalkan sumber daya lokal.
b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya
saing.
c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik
maupun ekspor)
d. Berbasis bahan baku lokal
e. Substitusi impor.

D. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi dimana adanya keterbatasan
sebagaian manusia dalam mencukupi kebutuhanya. Menurut Ilyas Saad dan Irdam
Ahmad (2016) ada umumnya kemiskinan selalu dikaitkan dengan tingkat pendapatan
yang bisa dibedakan menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan
absolut adalah jika penghasilan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar baik
berupa makanan maupun non makanan. Sedangkan kemiskinan relatif menunjukkan
tingkat ketimpangan dalam distribusi atau pembagian pendapatan diantara berbagai
golongan penduduk, antar daerah maupun antar sektor kegiatan ekonomi.
Sedangkan menurut kriteria Badan Pusat Statistik seorang disebut miskin
absolut bila pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
minimum dalam makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan

kebutuhan dasar lainnya. Khusus untuk dasar kebutuhan makanan minimal yang
digunakan adalah 2100 kalori perkapita perhari.
Menurut Bappenas kemiskinan adalah sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang laki- laki dan perempuan, tidak dapat memenuhi hak-hak
dasarnya

untuk

bermartabat

yaitu

mempertahankan
terpenuhinya

dan

mengembangkan

kebutuhan

pangan,

kehidupan

kesehatan,

yang

pendidikan,

pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam, lingkungan hidup,
rasa aman dari perlakuan kekerasan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk
berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik baik bagi perempuan maupun laki-laki.
Badan koordinasi Penangulangan Kemiskinan dan SMERU (2001) Secara
sistematis mengartikan kemiskinan dengan berbagai dimensi yaitu,
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan)
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (transportasi,
kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi)
3. Tidak adanya jaminan masa depan (tidak ada investasi untuk pendidikan dan
keluarga)
4. Kerentaan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun masal
5. Rendahnya kulitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya
alam
6. Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat
7. Tidak ada akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan
8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental
9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita
korban kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil).
Penyebab

kemiskinan

di

Indonesia

disebabkan

beberapa

hal

diawali

permasalahan pemerataan pembangunan yang belum menyebar secara merata
terutama didaerah perdesaan. Lalu yang kedua masyarakat miskin belum mampu
menjangkau pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air minum dan sanitasi.
Terakhir harga kebutuhan bahan pokok yang cenderung kurang stabil membuat daya
beli masyarakat miskin rendah (Bappenas.2007).

BAB 4 PEMBAHASAN
A. Asas, Tujuan dan Prinsip UMKM
Asas Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Udang-Undang Nomor 20 tahun
2008 pasal 2 yaitu: Kekeluargaan, Demokrasi ekonomi, Kebersamaan, efisiensi

berkeadilan,berkelanjutan, Berwawasan lingkungan, Kemandirian, Keseimbangan
kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional.
Tujuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Udang-Undang Nomor 20 tahun
2008 pasal 5 adalah
a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan
berkeadilan
b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan
daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Prinsip Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam Udang-Undang Nomor 20 tahun
2008 pasal 4 adalah
a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.
b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai
dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan penyelenggaraan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

B. Indikator kemiskinan
Menurut Ellis dalam Suharto (2006) dimensi kemiskinan menyangkut aspek
ekonomi,

politik

dan

sosial-psikologis.

Secara

ekonomi,

kemiskinan

dapat

didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.
Sumber daya dalam konteks ekonomi tidak hanya menyangkut aspek finansial tetapi
meliputi semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam arti luas. Secara politik, kemiskinan dilihat dari rendahnya akses
terhadap kekuasaan. Pengertian kekuasaan dalam konteks ini mencakup tatanan
sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam
menjangkau dan menggunakan sumber daya. Tiga pertanyaan mendasar berkaitan
dengan akses terhadap kekuasaan adalah :
1. bagaimana orang dapat memanfaatkan sumber daya yang ada dalam
masyarakat,
2. bagaimana orang dapat ikut ambil bagian dalam pembuatan keputusan
penggunaan sumber daya yang tersedia dan
3. bagaimana kemampuan orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan. Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada

kekurangan

jaringan

dan

struktur

sosial

yang

mendukung

dalam

mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas.
Indikator kemiskinan di Indonesia dijelaskan dalam indikator-indikator kemiskinan
yang di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Indikator kemiskinan antara
lain:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita
korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil).
C. Program pemerintah dalam pemberdayaan UMKM
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tidak
bisa terlepas dari dukungan dan peran pemerintah. Pemerintah dalam hal ini
memberikan bantuan kredit dari perbankan untuk menyalurkan kredit kepada UMKM,
salah satunya yang paling familiar adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). Setiap tahun
kredit kepada UMKM mengalami pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya.
Kredit UMKM adalah kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang
memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro.
Menurut

Sabirin

(2001)

menjelaskan

bahwa

untuk

memberdayakan

masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah dengan
menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah satu strategi
pembiayaan bagi golongan ini adalah usaha kredit mikro. Lembaga keuangan mikro
merupakan institusi yang menyediakan jasa-jasa keuangan penduduk yang
berpendapatan rendah dan termasuk dalam kelompok miskin. Lembaga keuangan
mikro ini bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan dana penduduk miskin
atas ketersediaan dana. Bagi lembaga keuangan formal perbankan, penduduk

miskin akan tidak dapat terlayani karena Kesuksesan pemberdayaan UMKM akan
terwujud bila semua stakeholder berperan secara bersama-sama sesuai peran
masing-masing. Baik regulator termasuk Pemerintah Daerah, para pelaku UMKM
dan dunia perbankan yang dapat bekerja sesauai dengan tugas dan fungsinya, maka
keberhasilan dan kemajuan UMKM akan cepat terlaksana. Sehingga pada akhirnya
peningkatan penerimaan pajak dari sisi penggalian wajib pajak baru maupun nilai
pajaknya akan terus meningkat.
Pemerintah Indonesia sebagai regulator perekonomian, pada dasarnya telah
banyak mengeluarkan program yang telah disediakan untuk memberdayakan
UMKM.

Program

ini

hendaknya

terus

dioptimalisasikan.

Program-program

pemerintah tersebut antara lain:
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) layanan kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh
pemerintah melalui perbankan kepada UMKMKatau koperasi yang feasible tapi
belum bankable. Feasible sendiri maksudnya adalah usaha tersebut memiliki
kelayakan, potensi, prospek bisnis yang baik, dan mempunyai kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman.
2. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE),KKPE adalah kredit investasi atau
modalkerja yang diberikan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan,
dan diberikan melalui kelompok tani atau koperasi. Program Usaha Agrobisnis
Pertanian (PUAP) PUAP merupakan fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani
anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga
tani yang dikoordinasikan oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan).
3. Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)
4. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM).

D. Penagulangan kemiskinan dengan pemberdayaan UMKM
Strategi penanggulangan kemiskinan merupakan upaya yang dilakukan
pemerintah terhadap pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam
menigkatkan kontribusi dalam lingkungan perekonomian Indonesia sehingga
membuka lapangan kerja baru di berbagai daerah yang nantinya dapat mengurangi
angka pengganguran dan menekan angka kemiskinan.
Menurut Badan perencanaan Pembangunan (BAPPENAS) Secara umum
kebijakan dalam pemberdayaan UMKM diarahkan untuk mendukung upaya
penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan serta menciptakan kesempatan
kerja.

Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan

kesenjangan, langkah kebijakan yang ditempuh adalah penyediaan dukungan dan
kemudahan untuk mengembangan usaha ekonomi produktif berskala mikro

/informal, terutama di kalangan keluarga miskin dan atau di daerah tertinggal dan
kantong-kantong

kemiskinan.

Pengembangan

usaha

skala

mikro

tersebut

dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan
usaha,

peningkatan akses ke lembaga keuangan mikro,

serta sekaligus

meningkatkan kepastian dan perlindungan usahanya sehingga menjadi unit usaha
yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan bersaing.
Pelaksanaan program-program pemberdayaan UMKM yang telah dilakukan oleh
Kementrian Negara Koperasi dan UMKM yang berkerja sama dengan pemerintah
propinsi dan daerah di fokuskan kepada (a)Pemberdayaan institusional UMKM
dalam bentuk program penyederhaan perizinan, penataan Peraturan Daerah,
penataan Peraturan perundang-undangan pengembangan dan revitalisasi koperasi,
(b)Peningkatan akses UMKM terhadap sumber pendanaan, (c)Pemberdayaan
dibidang produksi melalui bantuan sektor usaha selektif, (d)Pengembangan
jaringan pemasaran, (e)Pemberdayaan sumberdaya UMKM dan (f)Pengkajian
penelitian dan pengembangan sumberdaya UMKM dan koperasi.
Pemberdayaan dan pengembangan UMKM merupakan salah satu upaya untuk
menanggulagi kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Caranya adalah memberikan
akses kepada penduduk miskin untuk dapat terlibat dalam berusaha dan aktif
dalam kegiatan usaha yang produkif. Upaya yang bisa dilakukan selanjutnya
memberikan akses dalam mendapatkan bantuan atau kredit dari sektor perbankan.

BAB 5 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya dalam
mengurangi angka kemiskinan di Indonesia adalah dengan memperdayakan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian di
daerah dengan membuka lapangan kerja baru yang dapat menyerap pengangguran dan
mengurangi angka kemiskinan. diharapkan kedepanya dapat mengurangi angka kemiskinan
secara bertahap dari tahun ketahun agar kesejahteraan rakyat makin merata.
Hal ini tidak terlepas dari peran dan

dukungan pemerintah dalam menyalurkan

bantuan kredit melalui perbankan. Saat ini salah satu kredit untuk UMKM yang diberikan di
masyarakat adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang khusus diperuntukkan bagi UMKM
dengan kategori usaha layak, tanpa agunan. Selain itu penguatan lembaga pendamping

UMKM dapat dilakukan melalui kemudahan akses serta peningkatan pelatihan dan kegiatan
penelitian yang menunjang perkembangan kepada UMKM.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Penanggulagan Kemiskinan RI. 2001. SMERU Dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung : ALFABETA.
Bank Indonesia. 2011. Five Finger Philosophy:Upaya Memberdayakan UMKM,(online).
Hubeis, Musa, 2009. Prospek usaha kecil dalam wadah inkubator bisnis / Musa Hubeis,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis. Bogor:Ghalia.
Indah.Rahmana, Arief. 2008. Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Informasi Terdepan
tentang Usaha Kecil Menengah.
Kwartono, M, 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah, Yogyakarta:Andi Offset.
Mardikanto, Totok dan Soebianto, Poerwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Pamungkas,
L. H. A., Susilo, S., & Pratama, Y. P. (2017). Peranan Pertanian Sistem Arealan dan
Penanggulangan
Kecamatan

Kemiskinan

Kalitidu

di

Kabupaten

Pedesaan

(Studi

Bojonegoro).

Kasus

Jurnal

Desa

Ilmu

Manukan

Ekonomi

dan

Pembangunan, 15(1).
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:Refika
Aditama.
Prawirokusumo

Soeharto,

2010.

Kewirausahaan

dan

Manajemen

Yogyakarta:BPFE.
Purdi E. Chandra. (2000). Trik Sukses Menuju Sukses. Yogyakarta:Grafika .

Usaha

Kecil,

Rahayu ,Kurniawan. 2011. Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan
Bantuan Modal Usaha Pengaruhnya Terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Monel Di Kabupaten Jepara. Skripsi. Universitas Negeri Semarang ( tidak
dipublikasikan).
Rahmatia Nuhung. (2012). Bisnis Manajemen. http://bisnismanajemen.co.id
Sabirin, S. 2001. Pemanfaatan Kredit Mikro untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Rakyat di dalamEra Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Lustrum IX Universitas Andalas,
Padang
Sabirin, Syahril. 2001, Upaya Keluar dari Krisis Ekonomi dan Moneter, Orasi Ilmiah
disampaikan pada tanggal 29 September di Padang.
Setyanto, A. R., Samodra, B. R., & Pratama, Y. P. (2015). Kajian Strategi Pemberdayaan
UMKM Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas Kawasan Asean (Studi Kasus
Kampung Batik Laweyan). ETIKONOMI, 14(2).
Setyanto, A.

R.,

Samudro,

B.

R.,

&

Pratama, Y.

P.

(2017).

KAJIAN

POLA

PENGEMBANGAN UMKM DI KAMPUNG BATIK LAWEYAN MELALUI MODAL
SOSIAL

DALAM

MENGHADAPI

PERDAGANGAN

BEBAS

KAWASAN

ASEAN. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan, 15(2).
Setyanto, A. R., Samudro, B. R., Pratama, Y. P., & Soesilo, A. M. (2015). Kajian Strategi
Pengembangan UMKM Melalui Media Sosial (Ruang Lingkup Kampung Batik
Laweyan). Sustainable Competitive Advantage (SCA), 5(1).
Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Suharto, Edi. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Susilo, Sri & Edy Suandi Hamid. 2011. Strategi Pengembangan UMKM di Provinsi DIY.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.12, Nomor 1. Juni 2011:45-55.
Udang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM.
www.bappenas.go.id
www.bps.go.id
www.depkop.go.id