Macam macam Gaya bahasa Kepemimpinan
MAKALAH
ORGANISASI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
(GAYA KEPEMIMPINAN)
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
RIKA HERNITA
LIANTONI
VOENLI
ERNA NINGSIH
NIM : 20176013016
NIM : 20176013018
NIM : 20176013030
NIM : 20176013039
Dosen Pengampu
1.Dr. H. Syarwani Ahmad, M.M
2.Dr. H. Tobari, M.Si
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2017/2018 (2)
ANGKATAN 5
2018
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam, karena atas
rahmat dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami. Shalawat
serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dalam
naungan iman dan islam.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas kelompok kami dalam mata kuliah
Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak
mengalami kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa/I yang masih dalam proses pembelajaran,
penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah
yang lebih baik untuk kedepannya.
Dan tak lupa pula kami haturkan terima kasih kepada dosen pembimbing / dosen
pengampu mata kuliah organisasi kepemimpinan pendidikan Bpk. Dr. H. Syarwani Ahmad,
M.M. dan Bpk. Dr. H. Tobari, M.Si. Serta kepada teman-teman yang telah ikut serta
memberi masukan demi penyempurnaan makalah kami.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Palembang,
Penyusun
Kelompok V
2
Maret 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
1
2
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………
4
5
5
BAB II PEMBAHASAN
a.
Gaya Kepemimpinan Demokratis……………………………………
b.
Gaya Kepemimpinan Otoriter..……………………………………….
c.
Gaya kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) .………………………
d.
Kepemimpinan dalam beragam budaya ……………………….…..
e.
Kepemimpinan Visioner. …………………………..…………………
f.
Menciptakan komunikasi yang efektif di lembaga pendidikan …...………….
1. Komunikasi dan kepemimpinan kepala sekolah ………………
2. Membangun komunikasi efektif di sekolah …………………….
6
11
12
15
18
20
23
25
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ……….………………………………………………………..
3.2. Saran …………………………..…………………………………………..
26
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN ..............................................................................
27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel (Hasibuan, 1996), Communication is received
as the transfer of information from one person to another whether or not it elicits confidence.
But the information transferred must be understandable to the receiver. Artinya, komunikasi
digambarkan sebagai pemindahan informasi dari seseorang keorang lain. Tetapi informasi
yang ditransfer harus dipahami si penerima.
R.C Davis dalam Hasibuan (1996) mengemukakan komunikasi sebagai tahap dari
proses kepemimpinan, yang memindahkan ide seseorang ke orang lain untuk digunakan
dalam fungsi-fungsinya memimpin pekerjaan. Sedangkan Hasibuan mengungkapkan
komunikasi adalah proses pemindahan lambing-lambang yang mengandung pengertian
antar-individu. Menurut G.R Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk
mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Gaya kepemimpinan adalah aspek yang sangat penting dalam implementasi strategi,
karena implementasi strategi perlu dikukuhkan dengan nilai yang dianut dan gaya
kepemimpinan yang tetap. Ini akan mempengaruhi sampai seberapa jauh implementasi
strategi mau didelegasikan dan dikembangkan dengan tingkat pengendalian yang tepat. Di
samping itu, pemimpin pun bertanggung jawab atas pengembangan iklim implementasi
strategi yang kondusif. Walaupun penelitian berbeda-beda sesuai dengan efektivitas
berbagai pendekatan, sebagian besar gaya kepemimpinan di dalam implementasi strategi
terkait dengan sifat kepemimpinan, motivasi, keputusan, komunikasi, dan proses
pengendalian serta pengembangan “budaya” perusahaan. (Iwan purwanto 2007: 223)
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan pemimpin
ialah mempelajari gayanya, yang akan melahirkan berbagai tipe kepemimpinan yang dikenal
seperti tipe Demokratis, Laissez Faire, dan Otokratis bahkan ada lagi yang dikenal sebagai
manipulasi demokratis. Dalam mempersoalkan gaya kepemimpinan boleh beranggapan
bahwa individu (pemimpin) harus mempertahankan yang konsisten dalam semua
aktivitasnya, tapi harus bersifat fleksibel menyesuaikan gaya tersebut dengan situasi yang
spesifik dan orang-orang yang dipimpin. Dengan demikian berarti elemen yang
harusdiperhatikan
adalah
pemimpin,
orang
4
yang
dipimpin,
dan
situasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Gaya Kepemimpinan Demokratis ?
1.2.2
Apa yang dimaksud dengan Gaya Kepemimpinan Otoriter ?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) ?
1.2.4
Apakah itu Kepemimpinan dalam berbagai budaya ?
1.2.5
Apakah itu Kepemimpinan Visioner ?
1.2.6
Bagaimanakah cara Menciptakan Komunikasi yang efektif di Lembaga
Pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian Gaya Kepemimpinan Demokratis
1.3.2
Untuk mengetahui pengertian Gaya Kepemimpinan Otoriter
1.3.3
Untuk mengetahui pengertian Gaya Kepeimpinan Bebas (Laissez Faire)
1.3.4
Untuk mengetahui apa itu Kepemimpinan dalam berbagai budaya
1.3.5
Untuk mengetahui apa itu Kepemimpinan Visioner
1.3.6
Untuk mengetahui bagaimana cara menciptakan komunikasi yang efektif di
Lembaga Pendidikan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Secara etimologi pemimpin berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau tuntun.
Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang memilik arti orang yang membimbing
atau menuntun (Pamudji, 1995) .
Dalam hal ini menunjukkan bahwa memimpin dan
pimpinan adalah dua hal yang berbeda. Menurut Mutohar (2013: 263), kepemimpinan
pendidikan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu mempengaruhi orang lain untuk
diajak bekerja sama dalam meningkkatkan mutu pendidikan. Sumber dari pengaruh tersebut
dapat diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang
didudukinya dalam suatu organisasi (Kurniadin & Machali, 2016).
Gaya kepemimpinan demokratis berorietasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawaha, dengan penekanan pada tanggung jawab internal dan kerja sama yang baik.
Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pimpinan,
melaikan kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok ( (Kurniadin &
Machali, 2016).
Siagian (2003) Tipe yang Demokratik adalah Seorang pemimpin yang demokratik
dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan
organisasional.
mengembangkan
Perilakunya
daya
mendorong
inovasi
dan
para
bawahannya
kreativitasnya.
Dengan
menumbuhkan
sungguh-sungguh
dan
ia
mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain terutama bawahannya
(Mardiana, 2014).
Suatu kepemimpinan pendidikan tidaklah dapat dikatakan berciri demokratis jika kegiatan
pimpinan dan situasi kerja yang dihasilkannya tidak menunjukkan secara nyata penerapan
prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut dibawah ini:
a. Prinsip partisipasi
Dalam suatu kepemimpinan pendidikan yang demokratis masalah partisipasi setiap
anggota staf pada setiap usaha lembaga tersebut dipandang sebagai suatu kepentingan
yang
mutlak
harus
dibangkitkan.Pemimpin
dengan
berbagai
usaha
mencoba
membangkitkan dan memupuk subur kesadaran setiap anggota stafnya agar mereka
merasa rela ikut bertanggung jawab, dan selanjutnya secara aktif ikut serta memikirkan
6
dan memecahkan masalah-masalah juga menyangkut perencanaan dan pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran.
Berhasilnya
pemimpin
menimbulkan
minat,
kemauan
dan
kesadaran
bertanggungjawab daripada setiap anggota staf dan bahkan individu diluar staf yang ada
hubungan langsung dan tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran pada lembaga kerjanya itu, dan yang selanjutnya menunjukkan partisipasi
mereka secara aktif, berarti satu fungsi kepemimpinan telah dapat dilaksanakannya
dengan baik.
b. Prinsip Kooperasi
Adanya partisipasi anggota staf belum berarti bahwa kerjasama diantara mereka
telah terjalin dengan baik. Partisipasi juga bisa terjadi dalam bentuk spesialisasi bentuk
tugas-tugas, wewenang tanggung jawab secara ketat diantara anggota-anggota, dimana
setiap anggota seolah-olah berdiri sendiri-sendiri dan berpegang teguh pada tugastugas,
tanggung jawab dan wewenang masing-masing individu.
Partisipasi harus ditingkatkan menjadi kerjasama yang dinamis, dimana setiap
individu bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diperuntukkan khusus bagi
dirinya, merasa berkepentingan pula pada masalah-masalah yang menyangkut
suksesnya anggota-anggota lain, perasaan yang timbul karena kesadaran bertangung
jawab untuk mensukseskan keseluruhan program lembaga kerjanya. Adanya perasaan
dan kesadaran semacam itu memungkinkan mereka untuk bantu membantu,
bekerjasama pada setiap usaha pemecahan masalah yang timbul didalam lembaga,
yang mungkin bisa menghambat keberhasilan dalam pencapaian tujuan program
lembaga kerja secara keseluruhan yang telah disepakati dan ditetapkan bersama-sama.
c. Prinsip Hubungan kemanusiaan yang Akrab
Suasana kerjasama demokratis yang sehat tidak akan ada, tanpa adanya rasa
persahabatan dan persaudaraan yang akrab, sikap saling hormat menghormati secara
wajar diantara seluruh warga lembaga-lembaga kerja tersebut.Hubungan kemanusiaan
seperti itu yang disertai unsur-unsur kedinamisan, merupakan pelicin jalan kearah
pemecahan setiap masalah yang timbul dan sulit yang dihadapi.
Pemimpin harus menjadi sponsor utama bagi terbinanya hubungan-hubungan
sosial dan situasi pergaulan seperti tersebut diatas didalam lembaga kerja yang
dipimpinnya itu.pemimpin tidak berlaku sebagai majikan atau mandor terhadap pegawai
dan buruhnya, tetapi ia sejauh mungkin menempatkan diri sebagai sahabat terdekat
daripada semua anggota staf dan penyumbang-penyumbang diluar staf dengan tidak
pula meninggalkan unsur-unsur formal jabatan.
7
ORGANISASI KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
(GAYA KEPEMIMPINAN)
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
RIKA HERNITA
LIANTONI
VOENLI
ERNA NINGSIH
NIM : 20176013016
NIM : 20176013018
NIM : 20176013030
NIM : 20176013039
Dosen Pengampu
1.Dr. H. Syarwani Ahmad, M.M
2.Dr. H. Tobari, M.Si
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
TAHUN AJARAN 2017/2018 (2)
ANGKATAN 5
2018
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji kami haturkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam, karena atas
rahmat dan petunjuknya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami. Shalawat
serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada nabi kita Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dalam
naungan iman dan islam.
Penyusunan makalah ini merupakan tugas kelompok kami dalam mata kuliah
Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak
mengalami kesulitan terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa/I yang masih dalam proses pembelajaran,
penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang bersifat positif, guna penyusunan makalah
yang lebih baik untuk kedepannya.
Dan tak lupa pula kami haturkan terima kasih kepada dosen pembimbing / dosen
pengampu mata kuliah organisasi kepemimpinan pendidikan Bpk. Dr. H. Syarwani Ahmad,
M.M. dan Bpk. Dr. H. Tobari, M.Si. Serta kepada teman-teman yang telah ikut serta
memberi masukan demi penyempurnaan makalah kami.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Palembang,
Penyusun
Kelompok V
2
Maret 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….
1
2
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………
1.3. Tujuan Penulisan ………………………………………………………
4
5
5
BAB II PEMBAHASAN
a.
Gaya Kepemimpinan Demokratis……………………………………
b.
Gaya Kepemimpinan Otoriter..……………………………………….
c.
Gaya kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) .………………………
d.
Kepemimpinan dalam beragam budaya ……………………….…..
e.
Kepemimpinan Visioner. …………………………..…………………
f.
Menciptakan komunikasi yang efektif di lembaga pendidikan …...………….
1. Komunikasi dan kepemimpinan kepala sekolah ………………
2. Membangun komunikasi efektif di sekolah …………………….
6
11
12
15
18
20
23
25
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ……….………………………………………………………..
3.2. Saran …………………………..…………………………………………..
26
26
DAFTAR KEPUSTAKAAN ..............................................................................
27
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Harold Koontz & Cyril O’Donnel (Hasibuan, 1996), Communication is received
as the transfer of information from one person to another whether or not it elicits confidence.
But the information transferred must be understandable to the receiver. Artinya, komunikasi
digambarkan sebagai pemindahan informasi dari seseorang keorang lain. Tetapi informasi
yang ditransfer harus dipahami si penerima.
R.C Davis dalam Hasibuan (1996) mengemukakan komunikasi sebagai tahap dari
proses kepemimpinan, yang memindahkan ide seseorang ke orang lain untuk digunakan
dalam fungsi-fungsinya memimpin pekerjaan. Sedangkan Hasibuan mengungkapkan
komunikasi adalah proses pemindahan lambing-lambang yang mengandung pengertian
antar-individu. Menurut G.R Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan-kegiatan untuk
mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Gaya kepemimpinan adalah aspek yang sangat penting dalam implementasi strategi,
karena implementasi strategi perlu dikukuhkan dengan nilai yang dianut dan gaya
kepemimpinan yang tetap. Ini akan mempengaruhi sampai seberapa jauh implementasi
strategi mau didelegasikan dan dikembangkan dengan tingkat pengendalian yang tepat. Di
samping itu, pemimpin pun bertanggung jawab atas pengembangan iklim implementasi
strategi yang kondusif. Walaupun penelitian berbeda-beda sesuai dengan efektivitas
berbagai pendekatan, sebagian besar gaya kepemimpinan di dalam implementasi strategi
terkait dengan sifat kepemimpinan, motivasi, keputusan, komunikasi, dan proses
pengendalian serta pengembangan “budaya” perusahaan. (Iwan purwanto 2007: 223)
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kesuksesan pemimpin
ialah mempelajari gayanya, yang akan melahirkan berbagai tipe kepemimpinan yang dikenal
seperti tipe Demokratis, Laissez Faire, dan Otokratis bahkan ada lagi yang dikenal sebagai
manipulasi demokratis. Dalam mempersoalkan gaya kepemimpinan boleh beranggapan
bahwa individu (pemimpin) harus mempertahankan yang konsisten dalam semua
aktivitasnya, tapi harus bersifat fleksibel menyesuaikan gaya tersebut dengan situasi yang
spesifik dan orang-orang yang dipimpin. Dengan demikian berarti elemen yang
harusdiperhatikan
adalah
pemimpin,
orang
4
yang
dipimpin,
dan
situasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan Gaya Kepemimpinan Demokratis ?
1.2.2
Apa yang dimaksud dengan Gaya Kepemimpinan Otoriter ?
1.2.3
Apa yang dimaksud dengan Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire) ?
1.2.4
Apakah itu Kepemimpinan dalam berbagai budaya ?
1.2.5
Apakah itu Kepemimpinan Visioner ?
1.2.6
Bagaimanakah cara Menciptakan Komunikasi yang efektif di Lembaga
Pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian Gaya Kepemimpinan Demokratis
1.3.2
Untuk mengetahui pengertian Gaya Kepemimpinan Otoriter
1.3.3
Untuk mengetahui pengertian Gaya Kepeimpinan Bebas (Laissez Faire)
1.3.4
Untuk mengetahui apa itu Kepemimpinan dalam berbagai budaya
1.3.5
Untuk mengetahui apa itu Kepemimpinan Visioner
1.3.6
Untuk mengetahui bagaimana cara menciptakan komunikasi yang efektif di
Lembaga Pendidikan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Secara etimologi pemimpin berasal dari kata pimpin yang berarti bimbing atau tuntun.
Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang memilik arti orang yang membimbing
atau menuntun (Pamudji, 1995) .
Dalam hal ini menunjukkan bahwa memimpin dan
pimpinan adalah dua hal yang berbeda. Menurut Mutohar (2013: 263), kepemimpinan
pendidikan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu mempengaruhi orang lain untuk
diajak bekerja sama dalam meningkkatkan mutu pendidikan. Sumber dari pengaruh tersebut
dapat diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang
didudukinya dalam suatu organisasi (Kurniadin & Machali, 2016).
Gaya kepemimpinan demokratis berorietasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawaha, dengan penekanan pada tanggung jawab internal dan kerja sama yang baik.
Kekuatan kepemimpinan demokratis ini bukan terletak pada person atau individu pimpinan,
melaikan kekuatannya terletak pada partisipasi aktif dari setiap kelompok ( (Kurniadin &
Machali, 2016).
Siagian (2003) Tipe yang Demokratik adalah Seorang pemimpin yang demokratik
dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan
organisasional.
mengembangkan
Perilakunya
daya
mendorong
inovasi
dan
para
bawahannya
kreativitasnya.
Dengan
menumbuhkan
sungguh-sungguh
dan
ia
mendengarkan pendapat, saran dan bahkan kritik orang lain terutama bawahannya
(Mardiana, 2014).
Suatu kepemimpinan pendidikan tidaklah dapat dikatakan berciri demokratis jika kegiatan
pimpinan dan situasi kerja yang dihasilkannya tidak menunjukkan secara nyata penerapan
prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut dibawah ini:
a. Prinsip partisipasi
Dalam suatu kepemimpinan pendidikan yang demokratis masalah partisipasi setiap
anggota staf pada setiap usaha lembaga tersebut dipandang sebagai suatu kepentingan
yang
mutlak
harus
dibangkitkan.Pemimpin
dengan
berbagai
usaha
mencoba
membangkitkan dan memupuk subur kesadaran setiap anggota stafnya agar mereka
merasa rela ikut bertanggung jawab, dan selanjutnya secara aktif ikut serta memikirkan
6
dan memecahkan masalah-masalah juga menyangkut perencanaan dan pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran.
Berhasilnya
pemimpin
menimbulkan
minat,
kemauan
dan
kesadaran
bertanggungjawab daripada setiap anggota staf dan bahkan individu diluar staf yang ada
hubungan langsung dan tidak langsung dengan penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran pada lembaga kerjanya itu, dan yang selanjutnya menunjukkan partisipasi
mereka secara aktif, berarti satu fungsi kepemimpinan telah dapat dilaksanakannya
dengan baik.
b. Prinsip Kooperasi
Adanya partisipasi anggota staf belum berarti bahwa kerjasama diantara mereka
telah terjalin dengan baik. Partisipasi juga bisa terjadi dalam bentuk spesialisasi bentuk
tugas-tugas, wewenang tanggung jawab secara ketat diantara anggota-anggota, dimana
setiap anggota seolah-olah berdiri sendiri-sendiri dan berpegang teguh pada tugastugas,
tanggung jawab dan wewenang masing-masing individu.
Partisipasi harus ditingkatkan menjadi kerjasama yang dinamis, dimana setiap
individu bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diperuntukkan khusus bagi
dirinya, merasa berkepentingan pula pada masalah-masalah yang menyangkut
suksesnya anggota-anggota lain, perasaan yang timbul karena kesadaran bertangung
jawab untuk mensukseskan keseluruhan program lembaga kerjanya. Adanya perasaan
dan kesadaran semacam itu memungkinkan mereka untuk bantu membantu,
bekerjasama pada setiap usaha pemecahan masalah yang timbul didalam lembaga,
yang mungkin bisa menghambat keberhasilan dalam pencapaian tujuan program
lembaga kerja secara keseluruhan yang telah disepakati dan ditetapkan bersama-sama.
c. Prinsip Hubungan kemanusiaan yang Akrab
Suasana kerjasama demokratis yang sehat tidak akan ada, tanpa adanya rasa
persahabatan dan persaudaraan yang akrab, sikap saling hormat menghormati secara
wajar diantara seluruh warga lembaga-lembaga kerja tersebut.Hubungan kemanusiaan
seperti itu yang disertai unsur-unsur kedinamisan, merupakan pelicin jalan kearah
pemecahan setiap masalah yang timbul dan sulit yang dihadapi.
Pemimpin harus menjadi sponsor utama bagi terbinanya hubungan-hubungan
sosial dan situasi pergaulan seperti tersebut diatas didalam lembaga kerja yang
dipimpinnya itu.pemimpin tidak berlaku sebagai majikan atau mandor terhadap pegawai
dan buruhnya, tetapi ia sejauh mungkin menempatkan diri sebagai sahabat terdekat
daripada semua anggota staf dan penyumbang-penyumbang diluar staf dengan tidak
pula meninggalkan unsur-unsur formal jabatan.
7