119 1 10 20180521 ##common.downloadPdf##

Jurnal Manajemen Informatika dan Teknik Komputer
Volume 3, Nomor 1, April 2018

PENYELEKSIAN WASIT KARATE TERBAIK MENGGUNAKAN
METODE PROFILE MATCHING (Studi Kasus : FORKI Kabupaten Asahan)
Ruri Ashari Dalimunthe
Manajemen Informatika, AMIK Royal Kisaran
Jl. Imam Bonjol No. 179 Kisaran, Telp: 0623-42451, Faksimili: 0623- 42366
Email : ruriazharidalimunthe@royal.ac.id

Abstrak
Penentuan wasit karate terbaik yang diseleksi menjadi masalah bagi FORKI (Federasi Olahraga Karate
Indonesia), sehingga dibutuhkan suatu cara untuk mengoptimumkan jumlah profil tersebut. Profile matching
merupakan salah satu ilmu/ metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai pencocokan
profil. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah kompetensi yang optimum dengan mengaplikasikan
sistem Profile Matching berdasarkan jumlah profil dan jumlah variabel.
Metode Profile Matching sistem berupa pencocokan kriteria dengan profil. Berdasarkan metode
Profile Matching yang merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu ke dalam kompetensi
jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut juga gap), telah diterapkan masalah
dalam keputusan untuk penyeleksian wasit karate terbaik. Dengan menggunakan aplikasi Visual Basic 2010.
Implementasi metode Profile Matching memberikan hasil sistem pengambil keputusan yang mampu mengatasi

masalah penentuan wasit karate terbaik.
Kata Kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Profile Matching, Wasit Karate

I.

PENDAHULUAN
Pemimpin atau wasit pada suatu turnamen
dalam pertandingan di bidang olahraga amatlah
penting untuk memberikan peraturan yang sesuai
dengan kriteria dari jenis olahraganya masingmasing. Wasit adalah orang yang memiliki
kekuasaan dalam berbagai olahraga dan
bertanggung jawab untuk mengurus permainan
dari sudut pandang netral dan membuat keputusan
yang diterapkan oleh peraturan sebuah olahraga.
Tidak kemungkinan seorang wasit juga memiliki
prestasi dalam memimpin suatu pertandingan.
Masalah yang sering muncul dalam prestasi
penentuan wasit terbaik adalah masalah kurangnya
kriteria – kriteria yang digunakan dalam seleksi
wasit terbaik. Untuk mengatasi masalah tersebut

diperlukanlah suatu sistem yang dapat membantu
memberikan solusi dalam penyeleksian wasit
karate terbaik yang efektif.
Sistem Pendukung Keputusan (Decision
Support System) Merupakan sistem informasi
interaktif
yang
menyediakan
informasi,
permodelan dan pemanipulasian data. Sistem itu
digunakan untuk membantu pengambilan
keputusan dalam situasi yang semiterstruktur dan
situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorang
pun tahu secara pasti bagaimana keputusan
seharusnya dibuat. DSS biasanya dibangun untuk
mendukung solusi atas suatu masalah atau untuk
mengevaluasi suatu peluang (Kusrini, 2007).
Dalam penelitian ini menggunakan Metode
Profile Matching. Profile matching merupakan
suatu proses dalam manajemen SDM dimana


terlebih
dahulu
ditentukan
kompetensi
(kemampuan) yang diperlukan oleh suatu jabatan.
Kompetensi/ kemampuan tersebut haruslah dapat
dipenuhi oleh pemegang jabatan. Dalam proses
profile matching secara garis besar merupakan
proses membandingkan antara kompetensi
individu ke dalam kompetensi jabatan sehingga
dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut
juga gap), telah diterapkan di berbagai masalah di
bidang dalam keputusan kenaikan golongan,
pemilihan beasiswa, penentuan kenaikan jabatan,
penerimaan asisten pratikum, prestasi kinerja.
Semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot
nilainya semakin besar yang berarti memiliki
peluang lebih besar untuk karyawan menempati
posisi tersebut. Rachma (2003:101).

Adapun Federasi Olah Raga Karate
Indonesia (FORKI) Kabupaten Asahan pada
dasarnya mempunyai cara untuk menentukan
kriteria-kriteria tersendiri dalam menetukan wasit
karate terbaik, tetapi terkadang mereka mengalami
kesusahan dalam memilih wasit tersebut, dengan
adanya alternatif yang ada pada sistem pendukung
keputusan dengan metode Profile Matching untuk
penyeleksian wasit karate terbaik. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul yaitu ”Penyeleksian
Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus Di FORKI
Kabupaten Asahan).

31

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)


II.

METODELOGI PENELITIAN
Pada
metodologi penelitian yang
digunakan dalam penyelesaian masalah penelitian.
Metodologi penelitian akan sangat membantu
penulis dalam proses kerja penyelesaian masalah.
Penelitian ini memiliki beberapa tahapan dalam
pelaksanaan kegiatan yang tertuang pada kerangka
kerja penelitian yaitu definisi masalah, analisa
masalah, menentukan tujuan, mempelajari
literatur, mengumpulkan data, analisa metode
Profile Matching , pengolahan data, implementasi
dan pengujian.
Metodelogi dan kerangka kerja penelitian
yang digunakan dalam penyelesaian proposal
penelitian ini. Kerangka kerja ini merupakan
tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam

rangka penyelesaian masalah yang akan dibahas.
Adapun kerangka kerja dari penelitian ini dapat
dilihat pada gambar berikut.
Mendefinisikan Masalah

Menganalisa Masalah

besar berarti memiliki peluang besar untuk
menentukan wasit terbaik.
Langkah-langkah pada metode profil
matching yaitu :
1. Menentukan variable-variabel pemetaan GAP
kompetensi menentukan aspek aspek yang
akan digunakan dalam memproses nilai
karyawan.
2. Menghitung
hasil
pemetaan
GAP
Kompetensi yang dimaksud dengan GAP

disini adalah beda antara profil ideal yang
diharapkan atau dapat ditunjukkan pada
rumus dibawah ini:
1.) Pemetaan GAP Kompetensi
GAP yang dimaksud disini adalah perbedaan
antara profil wasit dengan profil ideal atau bisa
ditunjukan pada rumusan dibawah ini:

Gap = Profile wasit – profil Ideal…(1)
2.) Pembobotan
Bobot nilai dengan patokan table bobot nilai
gap yang terihat dalam table dibawah ini Table 1
Table Bobot Nilai GAP Sumber : Kusrini(2007)

Menentukan Tujuan
No

Selisih

Bobot

Nilai

Mempelajari Literatur
1

0

5

Keter
angan
Tidak ada selisih (kompetensi
sesuai
dengan yang dibutuhkan)

Mengumpulkan data
2

1


4,5

3

-1

4

4

2

3,5

5

-2

3


6

3

2,5

Analisa Metode Profile Matching

Perancangan

Implementasi

Kompetensi individu kelebihan
1
tingkat/level
Kompetensi individu
kekurangan 1
tingkat/level
Kompetensi individu kelebihan
2

tingkat/level

Pengujian

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Penelitian
2.1 PROFILE MATCHING
Menurut Kusrini (2007), Metode Profile
Matching atau pencocokan profil adalah metode
yang sering digunakan sebagai mekanisme dalam
pengambilan keputusan dengan mengansumsikan
bahwa terdapat tingkatan variabel predikator yang
ideal yang harus dipenuhi oleh subyek yang
diteliti, bukannya tingkat minimal yang harus
dipenuhi atau dilewati. Dalam proses profile
matching secara garis besar merupakan proses
membandingkan antara nilai aktual dari suatu
profile yang akan dinilai dengan nilai profil yang
diharapkan, sehingga dapat diketahui perbedaan
kompetensinya (disebut juga gap), semakin kecil
gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin

Kompetensi individu
kekurangan 2
tingkat/level
Kompetensi individu kelebihan
3
tingkat/level

7

-3

2

8

4

1,5

9

-4

1

Kompetensi individu
kekurangan
3tingkat/lev
el
Kompetensi individu kelebihan
4
tingkat/level
Kompetensi individu
kekurangan 4
tingkat/level

32

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

3.) Perhitungan dan Pengelompokan Core
Factor dan Secondary Factor
Kemudian setiap aspek dikelompokan
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Core
Factor dan Secondary Factor. Perhitungan core
factor dapat menggunakan rumus dibawah ini:

NCF =

∑ ��
∑ ��

… (2)

NCF = nilai rata-rata core factor
NC = Jumlah total nilai core factor IC
= Jumlah item core fator

dalam membantu pembuatan rancangan sistem ini.
Untu memperjelas bagaimana sistem yang akan
dibuat dari mana saja data – data akan di inputkan
serta siapa saja yang terlihat didalamnya.
1. Use Case Diagram
Diagram use case bersifat statis, diagram
ini memperlihatkan himpunan use case dan aktor –
aktor (suatu jenis khusus dari kelas). Diagram use
case ini menggambarkan user atau pengguna yang
akan menggunakan aplikasi ini. Dibawah ini
diagram use case penentuan penyeleksian wasit
karate terbaik.

Sementara untuk perhitungan secondary factor
dapat menggunakan rumus di bawah ini :

NSF =

∑ ��
∑ ��

Admin

… (3)

kelola Penilaian

Perhitungan

NSF = nilai rata-rata secondary factor
NS = Jumlah total nilai Secondary factor
IS = Jumlah item Secondary fator

Melihat Hasil Akhir

4.) Perhitungan Nilai Total
Setelah perhitungan Core factor dan
Secondary factor , kemudian menghitung Nilai
total berdasarkan dari persentase dari core factor
dan secondary factor yang diperkirakan
berpengaruh terhadap kinerja tiap-tiap profil.
Contoh perhitungan dapat dilihat pada rumus
dibawah ini

(X)% NCF (Nilai rata-rata core factor) +
(X)% NsF (Nilai rata-rata secondary
factor)…(4)
Keterangan :
(x)% : Nilai Persen yang Diinputkan
5.) Perhitungan Penentuan Rangking
Terakhir perhitungan Ranking, perhitungan
tersebut dapat menggunakan rumus dibawah ini

Ranking = (x)%N1+ (x)%N2+ (x)%N3
…(5)
Keterangan :
N1,N2,N3
:Nilai
aspek yang
dihitung total
(x)% : Nilai persen yang diinputkan.
III.

Kelola Data Wasit

sudah

ANALISA DAN PERANCANGAN
Pada proses rancangan sistem ini akan
digambarkan secara garis besar tentang Sistem
Pendukung Keputusan Penyeleksian wasit karate
terbaik dengan menggambarkan UML (Unified
Modeling Language) sebagai pemodelan sistem.
Ada beberapa diagram yang digunakan untuk
menjelaskan proses rancangan sistem ini yaitu
dengan mengimplementasikan pengguna user case
Gap ,= activity
Profile diagram
wasit – profil
Ideal…(1)
diagram
dan class
diagram

Monitoring dan
Evaluasi

Pimpinan FORKI Kabupaten Asahan

Gambar 3.1 Use Case Diagram
3.1 Langkah-langkah perhitungan Manual
Berikut ini adalah contoh perhitungan
profile matching yang mana terdapat 5 aspek:
a. Sikap kewibawaan: Penampilan Wasit,
Reaksi Wasit, Sikap Wasit, Pengaruh dari
Luar.
b. Penguasaan peraturan permainan dan
penerapannya: Penjelasan Permainan di
lapangan.
c. Kapabilitas/
Kemampuan
mewasiti:
Kordinasi dengan sesame wasit, Kemampuan
mewasiti secara menyeluruh.
d. Penampilan
dalam
memutuskan/
Performance: Pengawasan dalam hal-hal
kecil, Kerja sama, Sudut pandang,
Penggunaan Pluit, Isyarat tangan wasit yang
resmi,
e. Organisasi: Persiapan yang dilakukan
sebelum
dan
sesudah
pertandingan,
Protokoler
sebelum
dan
sesudah
pertandingan, Ketelitian.
3.2 Pemetaan GAP Kompetensi
Pada Tahap ini profil wasit yang akan dinilai
akan diproses dengan cara pengurangan dengan
rumus :

33

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

1.Tabel pemetaan aspek Sikap Kewibawaan

4.
Tabel pemetaan aspek Penampilan dalam
memutuskan/ Performance:

VARIABEL
NO

ALTERNATIF
WASIT

Penampilan
wasit

Reaksi
wasit

Sikap
wasit

Pengaruh
dari luar

1

WASIT 001

2

3

2

2

2
3
4
5
6

WASIT 002
WASIT 003
WASIT 004
WASIT 005
WASIT 006

1
1
2
1
2

3
2
3
2
3

2
2
3
2
3

1
1
2
1
1

TARGET

2

3

3

2

WASIT 001
WASIT 002
WASIT 003
WASIT 004
WASIT 005
WASIT 006

0
-1
-1
0
-1
0

0
0
-1
0
-1
0

-1
-1
-1
0
-1
0

0
-1
-1
0
-1
-1

1
2
3
4
5
6

2.Tabel pemetaan aspek Penguasaan peraturan
permainan dan penerapannya
VARIABEL
Penjelasan
ALTERNATIF
NO
Permainan
WASIT
Rotasi Wasit
di
lapangan
1
WASIT 001
3
2
2
WASIT 002
5
3
3
WASIT 003
4
3
4
WASIT 004
5
4
5
WASIT 005
2
1
6
WASIT 006
4
3
TARGET
5
5
1
WASIT 001
-2
-3
2
WASIT 002
0
-2
3
WASIT 003
-1
-2
4
WASIT 004
0
-1
5
WASIT 005
-3
-4
6
WASIT 006
-1
-2
3.Tabel pemetaan aspek Kapabilitas/ Kemampuan
mewasiti
VARIABEL
NO

1
2
3
4
5
5
1
2
3
4
5
6

ALTERNATIF
WASIT
WASIT 001
WASIT 002
WASIT 003
WASIT 004
WASIT 005
WASIT 006
TARGET
WASIT 001
WASIT 002
WASIT 003
WASIT 004
WASIT 005
WASIT 006

Kordinasi
Sesama
wasit
4
2
3
5
3
2
5
-1
-3
-2
0
-2
-3

Kemampuan
mewasiti secara
menyeluruh
3
2
2
3
3
2
5
-2
-3
-3
-2
-2
-3

ALTERNATIF
WASIT

NO

VARIABEL
Pengawasan
hal-hal
kecil

Kerja
sama

Sudut
pandang

Penggunaan
Pluit

Isyarat
tangan
wasit

1

WASIT 001

1

1

1

1

1

2

WASIT 002

2

2

2

1

1

3

WASIT 003

2

2

2

2

1

4

WASIT 004

2

2

2

2

1

5

WASIT 005

1

2

2

2

2

6

WASIT 006

1

2

2

2

2

TARGET

2

2

2

2

2

1

WASIT 001

-1

-1

-1

-1

-1

2

WASIT 002

0

0

0

-1

-1

3

WASIT 003

0

0

0

0

-1

4

WASIT 004

0

0

0

0

-1

5

WASIT 005

-1

0

0

0

0

6

WASIT 006

-1

0

0

0

0

5.Tabel pemetaan aspek Organisasi
VARIABEL
NO

ALTERNATIF
WASIT

Persiapan
sebelum dan
sesudah
pertandingan

Protokoler
sebelum dan
sesudah
pertandingan

Ketelitian

1

WASIT 001

2

3

4

2

WASIT 002

3

2

4

3

WASIT 003

2

3

3

4

WASIT 004

3

2

3

5

WASIT 005

2

3

4

6

WASIT 006

3

2

4

TARGET

3

3

4

1

WASIT 001

-1

0

0

2

WASIT 002

0

-1

0

3

WASIT 003

-1

0

-1

4

WASIT 004

0

-1

-1

5

WASIT 005

-1

0

0

6

WASIT 006

0

-1

0

3.3 Pembobotan
Setelah diperoleh gap wasit setiap profil
wasit diberi bobot nilai sesuai ketentuan pada table
bobot nilai gap. seperti yang terlihat pada tabel.
Tabel Hasil Pembobotan Aspek Kewibawaan
NO
1

ALTERNATIF
WASIT
WASIT 001

VARIABEL
Penampilan
wasit
0

Reaksi
wasit
0

Sikap
wasit
-1

Pengaruh
dari luar
0

34

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

2
3
4
5
6

WASIT 002
WASIT 003
WASIT 004
WASIT 005
WASIT 006

-1
-1
0
-1
0

0
-1
0
-1
0

-1
-1
0
-1
0

-1
-1
0
-1
-1

5
5
4
5
4
5

4
4
4
5
4
5

5
4
4
5
4
4

NSF=

5  5 10

5
2
2

NCF=

44
8

4
2
2

NILAI BOBOT
1
2
3
4
5
6

WASIT 001
WASIT 002
WASIT 003
WASIT 004
WASIT 005
WASIT 006

Keterangan

5
4
4
5
4
5

3.3
Perhitungan
Core
Factor
dan
Secondary Factor
Setelah seluruh bobot nilai diketahui,
maka proses berikutnya adalah menggabungkan
kriteria-kriteria tersebut ke dalam kelompok Core
Factor (CF) dan Secondary Factor (SF). Untuk
perhitungan core factor untuk lebih jelasnya
pengelompokan bobot nilai dapat dilihat pada
perhitungan variabel penilaian dalam memimpin.
Penghitungan core factor dan secondary factor
diawali dengan terlebih dahulu menentukan sub
variabel mana yang menjadi core factor . Maka sub
variabel sisanya akan menjadi secondary factor .
Kemudian nilai core factor dan secondary factor
ini dijumlahkan sesuai rumus kriteria, sehingga
diperoleh nilai sebagai berikut:

NCF =
NSF =

(WASIT002)

NCF =

NSF =

(WASIT003)

NCF=

NSF=

(WASIT004)

NSF=

:
Core Factor
SecondaryFactor

(WASIT001)

(WASIT005)

NCF=

5  5 10

5
2
2
45 9
  4,5
42 5 29
  4,5
2
2

44
8

4
2
2

44
8

4
2
2

44
8

4
2
2

5  5 10

5
2
2

(WASIT006)

NCF =

NCF =

44
8

4
2
2

5  5 10

5
2
2
5 4 9
  4,5
2
2

Tabel Nilai NCF Dan NSF Untuk Variabel Penilaian
Sikap Kewibawaan
NO

ALTERNATIF
WASIT

1

WASIT 001

Core
Factor
5

Secondary
Factor
4,5

2

WASIT 002

4,5

4

3

WASIT 003

4

4

4

WASIT 004

5

5

5

WASIT 005

4

4

6

WASIT 006

5

4,5

3.4 Perhitungan Nilai Total
Dilihat dari hasil dasar persentase dari
core dan secondary pada tebel diatas yang
diperkirakan dapat berpengaruh terhadap kinerja
tiap-tiap profil. Contoh perhitungan pada rumus di
bawah ini:
NT = (X)%NCF + (X)%NSF
Dimana:
NCF : Nilai Rata-rata Core Factor
NSF : Nilai Rata-rata Secondary Factor
NT : Nilai Total dari variabel
(x)% : Nilai persen yang dimasukkan
Perhitungan nilai sikap kewibawaan
dengan nilai presentase 60% dan 40%

Berikut ini adalah:
(WASIT 001) = (60% x 5) + (40% x 4,5) = 4,8
(WASIT 002) = (60% x 4,5) + (40% x 4) = 4,3
(WASIT 003) = (60% x 4) + (40% x 4) = 4
(WASIT 004) = (60% x 5) + (40% x 5) = 5
(WASIT 005) = (60% x 4) + (40% x 4) = 4
35

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

(WASIT 006) = (60% x 5) + (40% x 4,5) = 4,8

Tabel Nilai Total Variabel Penilaian Sikap
Kewibawaan

NO

ALTERNATIF
WASIT

Core
Factor

Secondary
Factor

Nilai
Total (Sikap
Kewibawaan)

1

WASIT 001

5

4,5

4,8

2

WASIT 002

4,5

4

4,3

3

WASIT 003

4

4

4

4

WASIT 004

5

5

5

5

WASIT 005

4

4

4

6

WASIT 006

5

4,5

4,8

3.5 Perhitungan Nilai Total
Hasil akhir dari proses pencocokan profil
adalah ranking dari calon wasit terbaik yang
diajukan untuk mengisi suatu peluang tertentu.
Penentuan ranking mengacu pada hasil
perhitungan rumus di bawah ini:
Skor = (x) %NT(s) + (x)%NT(p) + (x)%NT(k) +
(x)%NT(m) + (x)%NT(o)
Ketentuan nilai persentase untuk setiap
variabel
adalah
10%
(Penilaian
sikap
kewibawaan),
40%
(Penilian
penguasaan
peraturan permainan dan penerapan), 30%
(Penilaian kapabilitas/ kemampuan mewasiti),
10% (Penilaian penampilan dalam memutuskan/
performance), dan 10% ( Penilaian organisasi).
Setelah
dihitung
penilaian
dari
keseluruhan wasit dengan beberapa aspek kriteria/
Parameter, maka Proses perhitungan ranking
setiap kandidat adalah sebagai berikut :
WASIT 001 :
Skor
= (10% x 4,8) + (40% x 2,6) + (30% x
3,6) + (10% x 4) + (10% x 4,7)
= 0,48 + 1,04 + 1,08 + 0,4 + 0,47
= 3,47
WASIT 002 :
Skor
= (10% x 4,3 ) + (40% x 4,2) + (30% x
2) + (10% x 4,6) + (10% x 4,7)
= 0,43 + 1,68 + 0,6 + 0,46 + 0,47
= 3,64
WASIT 003 :
Skor
= (10% x 4) + (40% x 3,6) + (30% x 2,6)
+ (10% x 4,8) + (10% x 4,3)
= 0,4 + 1,44 + 0,78 + 0,48 + 0,43
= 3,53
WASIT 004 :
Skor
= (10% x 5) + (40% x 4,6) + (30% x 4,2)
+ (10% x 4,8 ) + (10% x 4,3)

= 0,5 + 1,84 + 1,26 + 0,48 + 0,43
= 4,51
WASIT 005 :
Skor
= (10% x 4) + (40% x 1,6) + (30% x 3) +
(10% x 4,8) + (10% x 4,7)
= 0,4 + 0,64 + 0,9 + 0,48+ 0,47
= 2,89
WASIT 006 :
Skor
= (10% x 4,8 ) + (40% x 3.6 ) + (30% x
2) + (10% x 4,8) + (10% x 4,7)
= 0,48 + 1,44 + 0,6 + 0,48+ 0,47
= 3,47
Pada tabel dibawah adalah hasil akhir dari
perhitungan dengan menggunakan metode
pencocokan profil yang telah dibahas sebelumnya
NO

1

2

NAMA WASIT
KARATE
Dr. H. MUH.
SALEH
MALAWAT, S.E.,
M.MA
BAKRIE
MALAWAT. SE

KODE
WASIT

SKOR

W001

3,47

W002

3,64

3

SYAFRIZAL

W003

3,53

4

SYAHRUL

W004

4,51

5

AMEL

W005

2,89

6

INDRA

W006

3,47

Tabel hasil skor calon wasit terbaik di
atas menunjukkan bahwa wasit terbaik dengan
kode wasit (W004) adalah wasit yang
mendapatkan skor tertinggi diantara wasit
lainnya.Wasit yang terpilih dengan ketentuan yang
diberikan FORKI kepada peserta wasit nantinya
dapat berhak atau bertanggung jawab untuk
memimpin pertandingan di Kejuaraan Nasional
(KEJURNAS) Khususnya Sumatra Utara. Dengan
menggunkan metode Profile Matching telah
berhasil mendapatkan wasit-wasit yang terpilih
dengan kode (W004) menduduki peringkat
pertama sebagai wasit ke-4 dengan hasil total skor
(4,51) atas nama SYAHRUL.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada
FORKI Kab. ASAHAN adalah sebuah Sistem
Pendukung Keputusan Penyeleksian Wasit Karate
terbaik menggunakan metode Profile Matching .
Calon wasit karate yang mana penilaian
meliputi aspek-aspek atau kriteria yang telah
ditentukan. Hasil akhir dari penilaian wasit karate
terbaik berupa ranking yang didapat dari aspek
penilaian. Wasit karate terbaik mempunyai
36

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

peluang terbesar sebagai pengadil atau wasit
ditingkat Nasional bahkan Internasional.
4.2 Pembahasan
Pada pembahasan ini, penulis akan
menguraikan tampilan dari hasil sistem
pendukung keputusan penyeleksian wasit karate
terbaik dengan menggunakan Metode Profile
Matching.
4.2.1

Halaman Menu Login
Pada Gambar dibawah merupakan
tampilan menu Login, dengan mengisi nama
pengguna dan memasukkan password, Nama
pengguna di sini diisi dengan kata admin dan kata
sandi diisi dengan kata admin.
Gambar 4.3 Input Data Wasit
4.2.4 Tampilan Penilaian Wasit Karate dalam
Sikap Kewibawaan
Setelah penginputan data wasit berupa
kode wasit, nama lengkap wasit kemudian
tingkatan wasit dan yang terakhir asal daerah
wasit, kemudian data wasit tersebut tersimpan
dan kemudian bisa dilanjutkan dengan penilaian
wasit berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan.
Gambar 4.1 Login

4.2.2 Tampilan Awal Aplikasi Penyleksian Wasit
Karate

Gambar 4.2 Tampilan Home
4.2.3

Tampilan input data Wasit
Pada Gambar 4.3 merupakan tampilan
Input dari data Wasit yang akan dinilai, data
tersebut merupakan dari identitas dari nama wasit
karate yang akan dinilai seperti Kode wasit, Nama
lengkap wasit yang memimpin pertandingan,
Tingkatan wasit dan kemudian yang terakhir
alamat/ asal daerah wasit berasal, Sehingga
identitas wasit dapat diketahui dalam penilaian
masing-masing wasit.

Gambar 4.4 Input nilai Wasit Berdasarkan
Kriteria

4.2.5 Tampilan Hasil AKhir
Setelah Penginputan Nilai dari setiap
Kriteria diawali dengan penilaian Sikap
Kewibawaan, Penguasaan Peraturan Permainan,
Kapabilitas/ Kemampuan mewasiti, Penampilan
dalam memutuskan/ Performance
dan yang
terakhir Organisasi. Maka Nilai akan dihitung
berdasarkan perhitungan dengan Metode Profile
Matching. Sehingga dari setiap Penilaian Wasit
dapat diketahui nilai Tertinggi yang diperoleh
Wasit sehingga dapat diambil Keputusan dalam
Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan
Metode Profile Matching. Nilai wasit tertinggi

37

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

yang akan terpilih sebagai wasit terbaik dalam
Penyeleksian.

Gambar 4.5 Tampilan Hasil akhir
Pada Gambar 4.5 merupakan Tampilan
Hasil Akhir Perhitungan di mana dari ke 6 wasit
karate yang dinilai, akan diambil yang terbaik
berdasarkan hasil akhir perhitungan tertinggi, dan
dari ke enam wasit tersebut nilai yang tertinggi
atau skor total tertinggi diperoleh dengan kode
wasit W004 dengan nama SYAHRUL dengan nilai
akhir skor berjumlah 4,51.

5

PENUTUP
Berdasarkan dari hasil penelitian yang
penulis lakukan tentang implementasi Profile
Matching untuk menentukan hasil analisa sistem
pendukung keputusan untuk menyeleksi wasit
karate terbaik menggunakan Profile Matching
disimpulkan bahwa :
1.
Impementasi Profile Matching dalam
menyeleksi wasit karate terbaik dapat
digunakan untuk menentukan wasit
terbaik dengan cara yang lebih mudah dan
cepat.
2.
Penyeleksian wasit karate terbaik
berdasarkan kriterianya dalam penelitian
ini telah ditentukan yaitu pada Pengurus
Federasi Olah Raga Karate Indonesia
(FORKI) Kabupaten Asahan Sumatra
Utara.
3.
Aplikasi sistem pendukung keputusan
untuk menyeleksi wasit karate terbaik
dengan metode profile matching telah
dapat memenuhi kebutuhan untuk
membantu dalam menentukan wasit
karate terbaik dalam pertandingan
Kejuaraan Daerah.
4.
Hasil perhitungan profile matching yang
dilakukan secara manual sesuai dengan

Perhitungan yang dilakukan sistem
dengan menggunakan Visual Basic 2010
DAFTAR PUSTAKA
Afijal, et al (2014) “Profile Matching untuk
penentuan
penerimaan
rumah
zakat”.
Academic Research
International Vol. 5(4) July 2014
ISSN :2223-9944, eISSN: 22239553.
Ahmad Mufid (2014) “Sistem Pendukung
Keputusan
Penilaian
Proposal
Kegiatan PNPM MPd Menggunakan
Metode Profile Matching dan
Analytic
Hierarchy
Process
(AHP)”.Jurnal Sistem Informasi
Bisnis 01(2014).
Asmita Joshi, J.S.Sodhi, Amity University, Noida
(2013)
“Atributes
Similarites
Supports Profile Matching In Social
Network”.International Journal of
Engineering Sciences & Emerging
Technologies, Dec.2013. ISSN:
2231-6604. Volume 6, Issue 3,pp:
368-372 ©IJESET.
Eta Wahab, et al (2013) “Exploring the
relationship between perceived
usefulness and perceived ease of use
towards intention to use Decision
Support System (DSS)”. ICTMBE
2013 2 nd International Conference
on
Technology
Management,
Business and Entrep Reneurship 5 th
December 2013 ISSBN 978-9670468-56-3.
Harianto Antonio, Novi Safriadi (2012) “Rancang
Bangun
Sistem
Informasi
Administrasi
Informatika”.Jurnal
ELKHA Vol 4, No 2, Oktober 2012.
Kusrini (2007) “Konsep sistem Pengambilan
Keputusan”.Penerbit ANDI
Yogyakarta.
M.Ramanjulu, M. Veresh Babu (2014) “Secure
Profile Matching for Portable
Public Networks”. International
Journal of Computer Applications
(0975 –8887) Volume 107 –No. 16,
December 201.
Nina Sherly (2013) “Penerapan Metode Profile
Matching Dalam Sistem Pendukung
Keputusan Pemberian
Bonus
Karyawan (Studi Kasus: PT.
Sanghai Seri Persero)”.
Volume : I, Nomor : 1, Oktober
2013 Majalah Ilmiah Informasi dan
Teknologi Ilmiah (INTI) ISSN :
2339-210X.
Paska Marto Hasugian (2012) “Fuzzy Multiple
Attribute Decesion Making Untuk
Menentukan Tenaga Kerja Dengan
38

Ruri Ashari Dalimunthe, Penyeleksian Wasit Karate Terbaik Menggunakan Metode
Profile Matching (Studi Kasus: Forki Kabupaten Asahan)

Metode Simple Additive Weighiting
(Studi Kasus : PT CAHAYA
BINTANG
MEDAN)”.
Pelita
Informatika Budi Darma,Volume II,
Desember 2012 ISSN : 2301-9425.
Silvi Agustina, et al
“Sistem Pendukung
Keputusan Penentuan Prioritas
Pelanggan Dealer Suzuki SoekarnoHattaMalang Menggunakan Metode
AHP Dan SAW”. Desember 2013
ISSN : 2391-9333.
Sukma Puspitorini, ST, Serly Afriska Sihotang,
S.Kom (2011) “Sistem Pendukung
Keputusan Untuk Menentukan
Pilihan Minat Perguruan Tinggi Di
Kota Jambi Dengan Menggunakan
Fuzzy Multi Criteria Decision
Making”.
Seminar
Nasional
Aplikasi
Teknologi Informasi 2011 (SNATI
2011)
ISSN:
1907-5022
Yogyakarta, 17- 18 Juni 2011.
Sri Eniyati (2011). “ Perancangan Sistem
Pendukung Pengambilan Keputusan
Untuk Penerimaan Beasiswa dan
Metode SAW (Simple Additive
Weighting).
Jurnal
Teknologi
Informasi DINAMIK volume 16,
No. 2, Juli 2011:17-176. Universitas
Stikubank
Zhang, et al (2014) “A New Profile Shape
Matching Stereovision Algorithm
for Real-time Human Pose and
Hand Gesture Recognition ”.
International Journal of Advanced
Robotic Systems, Int J Adv Robot
Syst, 2014, 11:16 | doi:
10.5772/5751

39