CONTOH KASUS PELANGGARAN HAM (3)

NAMA KELOMPOK : 1. DHIAH FITRIYANI
2. LINA ANIFATUR R.
3. ZAHROTUL ULIYAH

CONTOH KASUS PELANGGARAN HAM
1.Kasus Marsinah
Marsinah (10 April 1969?–Mei 1993) adalah seorang aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra
Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada
8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong
Kecamatan Wilangan Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat.
Dua orang yang terlibat dalam otopsi pertama dan kedua jenazah Marsinah, Haryono (pegawai
kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (Kepala Bagian Forensik
RSUD Dr. Soetomo Surabaya), menyimpulkan, Marsinah tewas akibat penganiayaan berat.
Marsinah memperoleh Penghargaan Yap Thiam Hien pada tahun yang sama.
Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.
Awal tahun 1993, Gubernur KDH TK I Jawa Timur mengeluarkan surat edaran No. 50/Th. 1992
yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan
memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut
dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya beban
pengeluaran perusahaan.Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT.
CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS

memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp 1700
menjadi Rp 2250.
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang aktif dalam aksi unjuk
rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat
yang membahas rencana unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin Sidoarjo.
3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja.Komando Rayon Militer (Koramil)
setempat turun tangan mencegah aksi buruh.
4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan harus

menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per
hari mereka perjuangkan dan bisa diterima, termasuk oleh buruh yang absen.
Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993, Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam
kegiatan unjuk rasa dan perundingan-perundingan.Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang
perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.
Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa
digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo.Di tempat itu mereka dipaksa
mengundurkan diri dari CPS.Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah
karyawan masuk kerja.Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan
keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim.Setelah itu, sekitar pukul
10 malam, Marsinah lenyap.

Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya
ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
Tanggal 30 September 1993 telah dibentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim untuk melakukan
penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah.Sebagai penanggung jawab Tim
Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan
penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.
Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk
Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap,
mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian
diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah
membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah.Pemilik PT CPS, Yudi
Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.
Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim
dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah.Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi,
mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh
Marsinah.
Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat
pembunuhan terhadap Marsinah.Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan
tersebut adalah Anggota TNI.
Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS)

menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu
dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita,
Surabaya.Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.
Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu
dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan
Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah

Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni).
Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah
pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah "direkayasa".
Kasus : pembunuhan
HAM yang dilanggar : pasal 28 I ayat 1, hak untuk hidup dan tidak di siksa.
Penyebab : karena Marsinah ikut terlibat dalam unjuk rasa buruh.
Penyelesaian : dilaporkan ke pihak yang berwajib.

2.Kasus Babeh Baekuni
Nama Bakeuni alias Babe, mendadak terkenal. Setelah ditangkap polisi, lelaki berusia 50 tahun
itu diduga menjadi pelaku pembunuhan dan mutilasi anak-anak jalanan di Jakarta.Ada yang
dibuang di Jakarta, sebagian “dikubur” di sawah milik keluarganya di tepi Kali Gluthak Desa
Mranggen, Magelang, Jawa Tengah.Babe memang berasal dari desa itu.

Sebelum namanya terkenal karena kasus pembunuhan itu, nama Babe sebetulnya hanya dikenal
di kalangan terbatas: Anak-anak jalanan dan beberapa penggiat anak-anak jalanan. Di mata anakanak itu, yang sebagian kini beranjak dewasa, Babe adalah dewa penolong.Bukan saja dia
menyediakan tempat menginap di kontrakannya di Gang Mesjid RT 06/02, Pulogadung, Jakarta
Timur tapi Babe juga melindungi anak-anak itu.“Pernah suatu hari, teman saya bernama Diki,
dipalak laki-laki bernama Gomgom.Laki-laki itu lebih tua dan lebih besar dibandingkan Diki.
Ketika Diki mengadu ke Babe, Gomgom langsung didatangi Babe dan diancam,” kata Anggi
Setiawan, 17 tahun, yang pernah ikut dan tinggal bersama Babe. Perkenalan Anggi dengan Babe
terjadi 10 tahun silam, saat usia Anggi baru tujuh tahun. Anggi ingat, saat itu dia sedang
mengamen di pintu tol Cakung, ketika melihat banyak anak-anak pengamen lainnya akrab
dengan seorang pria penjual rokok.“Anak-anak itu memanggilnya Babe,” kenang Anggi.
Sejak itu Anggi kemudian tinggal di rumah Babe. Di kontrakan itu, setiap hari empat hingga lima
anak jalanan menginap. Kalau akhir pekan, jumlahnya bisa bertambah hingga 15 anak. Kata
Anggi, semua anak diperlakukan sama. Anggi ingat, Babe selalu memotong pendek, rambut
anak-anak jalanan itu. Potongannya seragam: Bagian depan dibiarkan panjang, dan dipangkas
habis di bagian belakang. Karena air untuk mandi terbatas, bergiliran anak-anak itu dimandikan
Babe.
Biasanya kata Anggi, dimulai dengan guyuran dari atas lalu tangan anak-anak itu
direntangkan.Babe kemudian menyabuni tubuh anakanak dengan deterjen.Sabun cuci itu juga
digunakan sebagai sampo.“Nunduk, nunduk,” Anggi masih ingat kata-kata Babe saat 10 tahun
lalu memandikannya.Ketika anak-anak itu sudah terlelap, jam dua pagi, Babe biasanya bangun

dan mencuci baju anakanak. Dia keluar rumah sekitar jam lima pagi untuk berjualan rokok, dan
kembali ke rumah sekitar jam 10 pagi untuk membangunkan anakanak. Sarapan pagi sudah
disediakan Babe.

Menunya menu ikan cuek goreng, sayur sawi dan satu baskom sambal.Malam hari, Babe
mengajak patungan membeli mi instan.“Dia juga memasak nasi goreng untuk kami,” kata
Anggi.Begitu seterusnya, setiap hari.Kalau misalnya ada anak yang sakit, Babe pula yang
mengobati mereka.Biasanya, kata Anggi, Babe ngerokin anak-anak itu.“Dia disayangi anakanak,
dan saya menganggap sebagai orang tua sendiri,” kata Anggi yang masih punya orang tua, dan
tinggal di Tanjung Priok. Sumber Unicef Deni 13 tahun yang juga pernah tinggal di kontrakan
Babe bercerita, Babe selalu mengajarkan anak-anak itu agar uang hasil mengamen dikumpulkan
dan diberikan kepada orang tua masing-masing.
Sebagian anak-anak jalanan yang tinggal di rumah Babe, memang masih memiliki orang tua,
termasuk Anggi.Kalau anak-anak itu tidak menurut, misalnya, Babe mengancam mereka agar
tidak tinggal bersamanya.Sering pula Babe mengajak anakanak itu ke Magelang, tempat asal
Babe.Sebelum berangkat, Babe meminta mereka menabung, untuk bekal ongkos. Sehari lima
ribu rupiah. “Saya pernah ikut Babe, Desember lalu, setelah menabung selama satu bulan,” kata
Deni.
Mungkin karena semua perhatiannya kepada anak-anak itu, beberapa tahun lalu Babe pernah
menjadi sumber Unicef. Badan PBB itu mencoba mengangkat kehidupan anakanak jalanan

termasuk yang ada di Jakarta dan di tempat Babe.Kini semua berubah.Babe ditangkap polisi dan
diduga sebagai pelaku pembunuhan terhadap anak-anak jalanan itu.Kepada polisi, Babe
mengaku membunuh 10 anak sejak 1995 tapi Arist Merdeka Sirait meragukan
keterangannya.Sekretaris Jenderal Komnas Perlindungan Anak itu menduga korban Babe bisa
lebih 15 orang. Alasan Arist, ada sekitar 15 foto anak jalanan yang dikoleksi Babe.
“Menurut keterangan anak jalanan, foto-foto yang disimpan itu yang disenangi dia (Babe),” kata
Arist.Benarkah Babe yang melakukan semua pembunuhan sadis itu?“Polisi menunjukkan fotofoto korban.Babe enggak mengakui kalau memang tidak kenal.Dia akan bilang enggak kenal,”
kata Rangga B. Rikuser, pengacara Babe. Mengutip keterangan Babe, Rangga bercerita, Babe
membunuh anakanak itu dengan cara dijerat menggunakan tali plastik. Biasanya, Babe
membelakangi korban, lalu leher mereka dikalungi tali plastik. Tangan kanan Babe kemudian
mendorong kepala korban ke depan, dan tangan kirinya menarik tali ke belakang.
“Dia menikmati erangan bocah-bocah yang dijerat lehernya itu.Detik-detik bocah itu meregang
nyawa menjadi sensasi tersendiri bagi Babe,” kata Rangga.Jika korban sudah meninggal, barulah
Babe menggauli bocah-bocah itu.“Korbannya pasti berkulit bersih dan putih, karena sewaktu
anak-anak, kulit Babe juga bersih,” kata Rangga.Babe bukan tidak menyesal melakukan
pembunuhan itu.Masih menurut Rangga, usai memotong tubuh korbannya, Babe selalu menyesal
tapi dia juga sulit menghentikan nafsunya.Babe, karena itu, juga seolah selalu memberi tanda ke
polisi agar kelakuannya segera terungkap.
Caranya, setiap korban yang dibunuh, selalu dia letakkan dalam kardus air mineral.“Sehari-hari
dia kan berdagang rokok, dan air mineral,” kata Rangga. Dan tanda dari Babe itu baru diketahui

polisi, awal Januari silam: Sebuah kardus air mineral ditemukan berisi potongan tubuh seorang
bocah, yang belakangan diketahui bernama Ardiansyah 10 tahun. Babe atau yang dikenal juga
dengan sebutan Bungkih ditangkap dan diduga sebagai pelakunya.Dari mulut Babe, belakangan
muncul pengakuan, jumlah korban yang dibunuhnya bisa lebih 10 orang. Semuanya dimasukkan

dalam kardus air mineral. “Saya percaya dan tidak percaya dia jadi pembunuh,” kata Anggi. _
rangga prakoso.
Kasus : pembunuhan anak
HAM yang dilanggar : pasal 28 B ayat 2, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi
Penyebab : akibat BABE mempunyai kelainan pada dirinya yang menyukai anak-anak di bawah
umur serta BABE juga tidak bisa menahan nafsunya untuk membunuh dan menggauli anak-anak
yang disenanginya.
Penyelesain : dilaporkan ke pihak yang berwajib.

3.Bacok leher belakang
Satu siswa SMK Sudirman Ungaran, Kabupaten Semarang atas nama Alga Hidayat (15) warga
Pudakpayung Sewan, RT 5 RW 4 Kelurahan Pudakpayung, Kota Semarang tewas terkena
bacokan pada leher belakang saat terlibat tawuran antar pelajar di Lingkungan Tambakboyo,
Ambarawa, Jawa Tengah Jumat(27/9)sore. Korban sempat dibawa oleh warga yang saat itu

berada di sekitar lokasi ke RSUD Ambarawa untuk menjalani perawatan.
Namun karena terluka parah dan mengalami pendarahan banyak maka Alga akhirnya meninggal
dalam perawatan tim medis, Jumat(27/9) sekitar pukul 23.40 WIB malam. Informasi yang
berhasil dihimpun merdeka.com, polisi baik Polsek Bawen maupun Polsek Ambarawa sempat
melakukan penyisiran di dua wilayah yakni Bawen dan Ambarawa yang ditengarai bakal
menjadi tempat tawuran.Namun, polisi tidak menemukan adanya indikasi tawuran. Kasubag
Humas Polres Semarang, AKP Endang Suprobo saat dikonfirmasi menyatakan, ketika
melakukan pengecekan ke RSUD Ambarawa polisi mendapat keterangan bahwa tidak ada apaapa atau tidak ada yang mengkhawatirkan tentang kondisi korban.unikgaul.com
Kasus : tawuran
HAM yang dilanggar : pasal 28 I ayat 1, tentang hak untuk hidup hak untuk tidak
disiksa.
Penyebab : saling mengejek di sekolah
Penyelesaian : di laporkan kepada pihak yang berwajib.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

STUDI ANALISA KINERJA ANGKUTAN UMUM KOTA SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR (STUDI KASUS TRAYEK A RUTE PASAR PAGI – LOA BUAH)

6 87 19

ii EVALUASI KINERJA ANGKUTAN SUNGAI “KLOTOK” DI SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN (STUDI KASUS RUTE DERMAGA JEMBATAN BASIRIH – DERMAGA PASAR LIMA)

1 62 21

PENGARUH PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN TERHADAP KINERJA SALURAN DRAINASE DI SUB DASAMPRONG (STUDY KASUS DI KECAMATAN KEDUNG KANDANG)

7 130 1

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

MOTIVASI MENGEMIS LAGI DI JALAN PADA GELANDANGAN PENGEMIS DI BARAK(STUDI KASUS DI BARAK GELANDANGAN PENGEMIS KOTA MALANG)

0 38 1

EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (STUDI KASUS PADA BMT UGT SIDOGIRI BONDOWOSO)

2 64 22

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

2 62 11

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KASUS TINDAK PIDANA GRATIFIKASI OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TULANG BAWANG (Studi Putusan Nomor:02/Pid./TPK/2012/PT.TK.)

0 40 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58