Pemahaman Masyarakat Daerah Istimewa Yog

Pemahaman Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terhadap Kekerasan pada
Perempuan dan Anak
Tim Penyusun
Koordinator Tim: Ahmad Jawwad, S.IP
Analisis data dan Intrepretasi Data: Muhammad Faizal Alfian, S.IP, Nanda Zyitta
Anggota Penyusun : Zaki Syaiful Hunafa, Meuthia Maharani

Abstract
Violence of woman and child is not an individual problems but global problems. In fact, abuse of
women and children every day happen, and this problem is a serious problem for social life.
There are two dimensions to discuss the violence, namely the patriarchal culture and the misuse
of the Internet. Then discusses on this research is understanding DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta) society against violence on women and children, as well as public awareness of
Internet abuse to violence. This research method uses a qualitative method, where data
collection using survey methods.
The results of this study found: first, the understanded of the DIY society against violence on
women and children. Secondly, Internet abuse affected cases of violence against women and
children.
Keyword: Violence of Woman and Child, DIY, Internet Abuse.

1


LATAR BELAKANG
Aksi kekerasan terhadap perempuan bukan masalah ideologi Timur atau Barat, melainkan
sebuah fenomena global yang hinggi kini belum terdapat penyelesaiaan. Aksi terhadap antikekerasan, anti-pelecehan seksual dan diskriminasi gender amat panjang, dan setiap hari bisa
terus ditambah dengan fakta dan data baru. Negara-negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa masih
belum menghasilkan titik penyelesaian terhadap kekesaran pada perempuan dan anak. Program
sosial seperti sosialisasi, pelatihan, dan seminar terus menjadi upaya pemerintah untuk
mengkampanyekan anti-kekerasan.
Saat ini kekerasan menjadi momok yang menakutkan bagi perempuan dan anak. Dimana
masih maraknya tindakan kekerasan Kekerasan terhadap perempuan adalah suatu manifestasi
dari adanya perbedaan kekuasaan dalam hubungan lelaki - perempuan di sepanjang sejarah. Hal
ini mengakibatkan adanya penguasaan dan diskriminasi terhadap perempuan yang dilakukan
oleh lelaki (Konferensi Sedunia tentang Perempuan ke-IV di Beijing, 1995). Kekerasan yang
dialami oleh perempuan di sepanjang hidupnya pada hakekatnya berasal dari pola-pola
kebudayaan, secara khusus merupakan dampak dari praktik-praktik tradisional budaya tertentu
ataupun kebiasaan-kebiasaan yang merugikan serta semua perbuatan ekstrimisme yang berkaitan
dengan ras, jenis kelamin, bahasa, atau agama, yang mempertahankan pemberian kedudukan
yang lebih rendah bagi perempuan di dalam keluarga, di tempat kerja, dan masyarakat.
Keyakinan bahwa kodrat perempuan itu lemah, posisinya di bawah laki-laki, “bertugas”
melayani dan mudah ditindas menjadikan kaum perempuan dianggap sebagai “hak milik” lakilaki dan dapat diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan (Rahima, Pusat

Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-hak Perempuan).

2

Kenyataanya kekerasan perempuan dan anak setiap hari terjadi, dan problem ini
merupakan salah satu masalah yang serius bagi kehidupan sosial. Ideologi patriarki berkembang
secara luas mulai dari keluarga sampai pada kebijakan negara. Merasuk dalam kebudayaan dan
tertanam dalam semua sistem kehidupan. Kemudian pada gilirannya merupakan benteng yang
sangat kuat dalam menutupi realita bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran
hak asasi manusia. Disayangkan sekali kaum perempuan sendiri pun masih banyak yang belum
menyadarinya.
Sama halnya kekerasan terhadap perempuan, kekerasan pada anak merupakan kasus yang
sangat sering terjadi di masyarakat, melihat realitanya kekerasan yang dialami banyak datang
dari orangtuanya, karena anak-anak tidak dianggap berguna bagi kehidupannya, bahkan dalam
strata sosial terendah adalah anak-anak posisi terbentuk dimasyarakat, sehingga anak-anak
seringkali diperbudakkan dan disiksa oleh orangtuannya. Hal itu terjadi karena budaya, tradisi
maupun penafsiran ajaran agama yang seolah memberikan pembenaran bahwa mereka wajib
menerima tindak kekerasan sebagai takdir.
Kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap kekerasan merupakan salah satu
indikator yang penting untuk diketahui. Realitasnya masyarakat ibaratnya buta, bisu, dan tuli

terhadap permasalahan tersebut, sehingga masalah ini dibiarkan berlarut-larut. Apabila kesadaran
dan pemahaman itu tinggi maka kasus kekerasan dapat mudah untuk diatasi, dan sebaliknya
apabila kesadaran masyarakat rendah maka penyelesaian kasus kekerasan akan terus berkembang
dimasyarakat.
Akan tetapi, kesadaran dan pemahaman akan tindakan kekerasan terhadap perempuan
dan anak bukanlah ujung untuk mengentaskan perilaku kekerasan. Upaya pokok yang harus

3

dilakukan adalah membendung sumber-sumber yang menyebabkan kekerasan terhadap
perempuan dan anak dapat terjadi. Menurut beberapa penelitian, sumber kekerasan dapat berupa
kebiasaan yang melihat kekerasan yang terjadi, sehingga pelaku secara psikologis sangat mudah
untuk melakukan kegiatan yang sama.
Dengan berkembangnya internet menyebabkan arus informasi sangat mudah diperoleh
oleh semua kalangan masyarakat. Salah satu yang menjadi perhatian adalah penggunaan jaringan
internet yang banyak mengandung aksi kekerasan didalamnya. Sehingga internet dapat menjadi
sumber utama meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menurut penelitian
Arifah Budhyati MZ yang berjudul “Pengaruh Internet terhadap Kenakalan Remaja” Internet
menyumbang tingginya kasus kekerasan baik itu perempuan maupun anak.
Menurut laporan, terdapat kasus kematian seorang anak kecil yang dipukuli oleh teman

sebayanya karena temannya itu bermaksud untuk menirukan gaya berkelahi yang pernah ia lihat
di salah satu film yang ditayangkan televisi (Kompasiana.com). Kasus itu menyorot perhatian
masyarakat dan membuat peninjauan ulang terhadap program-program yang ditayangkan
televisi. Namun, peristiwa tersebut kembali terulang lagi. Video kekerasan yang dilakukan siswa
SD Pringsurat 1 Temanggung, Jawa Tengah, baru-baru ini menghebohkan masyarakat indonesia.
Dalam video itu, seorang anak perempuan sedang dikeroyok oleh empat anak laki-laki yang
notabene anak SD. Aksi kekerasan yang dilakukan anak SD itu sangat memprihatinkan, karena
seharusnya mereka bersikap jauh lebih lembut selayaknya anak-anak (Kompasiana.com).
Penguna internet belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, dan
cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu
efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Terlebih

4

lagi perusahaan-perusahaan yang terkait dengan dunia internet dan pemasaran selalu menjadikan
kaum muda sebagai “tambang emas” demi meraih keuntungan. Maka tidak mengherankan jika
selama ini bahaya mengancam dari pemanfaatan online terhadap kebiasaan dan perilaku kaum
remaja, di mana remaja merupakan sorotan utama untuk dikaji baik oleh pemerintah maupun
lingkungan akademis. Saat ini nampaknya telah terjadi kecenderungan pengguna internet yang
sering mengenyampingkan nilai-nilai moral dan etika. Namun, dalam tatanan sosial, etika sangat

diperlukan guna menghindari terjadinya pergesekan yang berujung kepada konflik.
Yogyakarta merupakan salah satu kota yang rentan akan tingkat kekerasan terhadap
perempuan dan anak. Dimana lapisan masyarakat masih memegang budaya patriarki yang kental
dan arus informasi yang sangat luas. Budaya Jawa yang mengagungkan posisi laki-laki dan
perempuan menjadikan kaum laki-laki sebagai penguasa atas perempuan dan keluarganya. Selain
itu, Yogyakarta merupakan kota pelajar dimana tingkat kebutuhan akan informasi juga tinggi.
Sehingga kedua faktor tersebut, dapat menjadi sumber timbulnya tindak kekerasan pada
perempuan dan anak.
Jumlah kekerasan di Yogyakarta cenderung fluktuatif, misalnya pada tahun 2013 terdapat
142 laporan dan turun di tahun 2014 terdapat 120 kasus. Kasus kekerasan terhadap perempuan
mendominasi jumlah laporan tersebut sebanyak 70 laporan, sementara kekerasan pada anak
sendiri terjadi 24 kali di tahun 2014. Dari data tersebut Sleman merupakan wilayah yang paling
sering terjadi kekerasan sebanyak 42 kasus disusul Bantul dengan 30 kasus, dan 29 kasus di
Yogyakarta (sorotjogja.com).
Menurut Koordinator UPT Jaringan Penanganan Korban Kekerasan Berbasis Gender
Kota Yogyakarta Anik Setyawati Saputri, kekerasan yang terjadi pada anak dan perempuan

5

muncul karena faktor pendidikan dan penggunaan teknologi informasi seperti game, tontonan,

media sosial yang tidak didampingi. Terdapat kasus kekerasan dengan pelaku dari kenalan di
media sosial (radarjogja.com). Selain itu, menurut Ketua Lembaga Perlindungan anak (LPA)
DIY Dr. Sari Murti, membeberkan hingga bulan September 2015 LPA telah menangani 70 kasus
kekerasan pada anak dengan sebagian besar kasus kekerasan seksual. Dari jumlah tersebut,
pelaku tidak hanya bersal dari orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Ada juga korban sodomi
yang dilakukan oleh anak-anak, faktor utama yang menyebabkan kekerasan seksual yang
dilakukan oleh sesama anak adalah internet yang mengandung konten kekerasan dan pornografi.
(beritasatu.com).
Berdasarkan dari pemahaman diatas terdapat dua pokok permasalahan yang sangat
penting untuk dibahas dalam kekerasan perempuan dan anak, dimana terdapat kesadaran
ideologis terhadap posisi perempuan dan anak pada lingkungan terutama keluarga, dan peran
penyalahgunaan internet yang menyumbang peningkatan kekerasan pada perempuan dan anak.
Jadi perlu adanya perhatian penting bagi masyarakat terhadap kedua pokok permasalahan
tersebut.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, kami melihat perlunya kesadaran dan
pemahaman terhadap masyarakat terhadap kekerasan pada perempuan dan anak.
1. Bagaimana pemahaman masyarakat Yogyakarta terhadap kekerasan pada perempuan
dan anak?
2. Bagaimana pengaruh penyalahgunaan internet terhadap kekerasan pada perempuan

dan anak?

6

KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian ini teori yang penulis gunakan adalah “Social Learning and
Development Theory”. Teori ini mengatakan bahwa kekerasan adalah perilaku yang dipelejari
yang diperankan, diturunkan, dan didukung oleh keluarga atau budaya (Arivia, 2003).
Analisis berdasarkan teori ini terfokus pada perilaku-perilaku dari setiap aktor yang
terlibat dalam perilaku menyimpang tersebut. Seorang pria yang pernah melakukan kekerasan
terhadap suatu pihak, baik perempuan ataupun anak karena mereka telah mempelajari perilaku
ini di usia anak-anak dari keluarga dan lingkungan. Seorang anak yang yang menyaksikan tindak
kekerasan dalam rumah tujuh kali lebih beresiko untuk melakukan hal serupa di masa yang akan
datang. Ini disebabkan ketika anak tersebut melihat kekerasan dalam rumah tangga antara ayah
dan ibunya secara tidak langsung mempelajari bahwa ada kedudukan yang lebih tinggi yang
dimiliki oleh pihak laki-laki dibandingkan dengan perempuan ketika sang ibu tidak berdaya saat
sang bapak melakukan kekerasan terhadapnya.
Hal ini serupa dijelaskan oleh teori “patriarchy society” yang dipegang oleh masyarakat
Yogyakarta dimana adanya struktur sosial pada masyarakat yang menganggap bahwa pria lebih
berkuasa ketimbang perempuan. Yang menyebabkan adanya kelebihan power yang dimiliki oleh

pria ketimbang perempuan (Hayati, 2002). Dan batasan-batasan yang dibebankan oleh
perempuan yang umunya akan mendapatakan sanksi baik oleh masyarakat sekitar pada
umumnya maupun oleh internal keluarga pada khususnya.
Disisi asas individulisme yang tertanam dalam dimasyarakat modern, cenderung untuk
selalu menghidar dari permasalahan internal sekitarnya dengan berasumsi bahwa itu merupakan
masalah internal yang harus diselesaikan secara pribadi bukan secara kekeluargaan umum.

7

Teknologi juga merupakan media internalisasi dari proses kekerasan itu, didukung pada
saat ini control yang kurang dari orang tua. Anak-anak cenderung mengaplikasikan apa yang dia
lihat dari media intenet kepada temannya (Venny, 2003). Seperti ketika seorang anak bermain
game kekerasan, anak itu cenderung akan mengaplikasan hal itu pada dunia nyata.
HIPOTESIS
1. Dengan Pemahaman masyarakat tinggi terhadap tindak kekerasan pada perempuan dan
anak, maka kasus kekerasan dapat berkurang. Dan pemahaman masyarakat rendah, maka
kasus kekerasan sangat sulit untuk dikurangi.
2. Apabila tingkat Pemahaman masyarakat DIY terhadap kekerasan pada perempuan dan
anak dapat dikatakan tinggi, maka eksistensi budaya di DIY tidak berpengaruh pada
pemahaman masyarakat DIY. Akan tetapi apabila pemahaman masyarakat DIY terhadap

kekerasan pada perempuan dan anak rendah maka eksistensi budaya di DIY berpengaruh
tinggi pemahaman masyarakat DIY.
3. Penyahalgunaan internet berpengaruh pada tingginya kasus kekerasan pada perempuan
dan anak.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
bersifat explanatory survey. Penelitian ini mengunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data,
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam situasi sosial merupakan kajian utama penelitian
kualitatif.
Dalam penilitian ini penulis membagi variabel menjadi tiga, yaitu:

8

a. Pemahaman Masyarakat DIY
b. Kekerasan pada Perempuan dan Anak
c. Penyalahgunaan Internet
Variabel

Dimensi




Pemahaman
Masyarakat DIY

Kekerasan pada
perempuan dan
Anak

Indikator
Bagaimana pengetahuan
umum responden terhadap
kejadian, seberapa jauh
responden mencari tahu
informasi tentang
pengetahuan umum.




Seberapa besar pemahaman
masyarakat terhadap
penanggulangan, apa saja
yang dilakukan untuk
menanggulang.
Seberapa besar tindakan
yang dilakukan masyarakat
DIY pada kejadian yang
sedang berlangsung

Pengetahuan umum



Pemahaman terhadap
penanggulangan



Tindakan yang dilakukan
pada kejadian yang sedang
berlangsung



Tindakan yang dilakukan
pada pasca kejadian



Penyebab /sumber-sumber
kekerasan pada perempuan
dan anak



Macam kekerasan yang
terjadi pada perempuan
dan anak



Dampak dari kekerasan
perempuan dan anak





faktor-faktor yang
berhubungan

9





Seberapa besar tindakan
yang dilakukan masyarakat
DIY pasca kejadian



Seberapa besar responden
mengetahui sumber-sumber
kekerasaan pada perempuan
dan anak.



Seberapa besar responden
mengetahui macam-macam
kekerasan yang terjadi.



Seberapa besar dampak
kekesaran yang diketahui
oleh responden.



Mengukur pengetahuan
responden terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi
yang berhubungan dengan
tindakan kekerasan



Penyahlahgunaan
Internet



Penggunaan internet pada
umumnya



Resiko penyalahgunaan
internet



Pengaruh penyalahgunaan
internet





Bagaimana pengetahui
responden mengenai
pengguaan internet pada
umumnya dan mengukur
intensitas repsonden dalam
menggunakan internet.
Bagaimana pengetahuan
responden terhadap resiko
penyalahgunaan internet.
Bagaimana responden
mengetahui seberapa jauh
pengaruh penyalahgunaan
internet.

Sumber Data
Teknik penentuan Sample menggunakan metode systematic random sampling, sampel
acak sistematik adalah sampel yang diambil dimana anggota sample dipilih secara sistematis dari
daftar populasi. Untuk menetukan jumlah responden yang akan dijadikan sampel pada penelitian
ini digunakan tehnik penentuan sampel yang minimal yang dianggap representative yakni
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Yamane dalam Jalaludin Rakhmad, 2000 : 82):
n = 25% x N
Keterangan:
n

= Jumlah sampel minimal

N

= Ukuran populasi
Berdasarkan hasil perhitungan, ditemukan hasil sample sebanyak 125 responden dari

5000 peserta yang hadir dalam Kegiatan “Yogya Istimewa Tanpa Kekerasan pada Perempuan
dan Anak”.

10

Teknik Pengumpulan Data
Penelitian survei yang digunakan adalah Cross-Sectional Survey. Dimana data hanya
dikumpulkan untuk waktu tertentu saja dengan tujuan menggambarkan kondisi populasi. Jenis
data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Husein Umar (1997:43)
berpendapat bahwa data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perorangan, sedangkan data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut, baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain. Dalam mengumpulkan data
diperlukan berbagai perangkat untuk mendapatkan data tersebut adalah kuesioner.
Teknik Pengolahaan Data
Setelah data terkumpul, penelitian diolah agar data tersebut memberikan gambaran
mengenai masalah yang diajukan. Hasil pengolahan data dapat menyimpulkan kebenarankebenaran sebagai hasil temuan dari masalah yang ada di lapangan. Untuk mendapatkan suatu
gambaran dari data yang diolah, perlu adanya analisis sebagai akhir dari penyilidikan. Teknik
Pengolahan data dikelompokkan beberapa rangkaian kegiatan yang saling menunjang yaitu:

1. Pengelompokan data (Data Coding), data yang telah terkumpul dari lapangan perlu
diteliti kembali yang disebut editing. Terutama data yang dikumpulkan melalui
kuesioner.
2. Statistik Sederhana, pengolahan data dari statistik sederhana ini diperoleh dari
frekuensi yang dicapai pengumpulan data yang merupakan suatu ukuran. Ukuran
statistik merupakan ukuran deskriptif yang akan memperlihatkan gejala yang
terkandung dalam data sehingga akan memperlihatkan kecenderungan dan
pengelompokan data.
11

3. Hubungan berbagai data dengan Tabulasi, Hubungan berbagai data melalui dua
variabel atau lebih dapat digambarkan dengan cara-cara tabulasi silang. Tabulasi
silang dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh satu variabel terhadap variabel
lainnya yang diperiksa secara serempak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Tindak Kekerasan pada Perempuan dan Anak di DIY
Tindak kekerasan dapat terjadi dimana-mana, bahkan dalam kenyataannya tindak
kekerasan dalam rumah tangga juga terjadi dalam frekuensi yang tidak sedikit. Kekerasan dalam
rumah tangga baik dalam ruang publik sebenarnya dapat menjadikan siapapun menjadi korban
kekerasan. Peristiwa-peristiwa penganiayaan, pelecehan seksual dan lainnya bukan hal yang baru
dalam kehidupan saat ini, dampak sosial ekonomi dalam keluarga dan masyarakat juga
merupakan pemicu terjadinya kekerasan, sehingga sangat komplek permasalahan yang terjadi
dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat (Venny, 2003).
Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menjadi pusat perhartian, dengan intensitas
pergerakan manusia yang begitu besar yang terlihat dari tempat wisatanya, pelajarnya yang
berdatangan dari berbagai daerah, dan budaya serta adatnya masih sangat kentalnya. Seluruh
unsur tersebut menjadi tolak ukur perhatian terhadap tindak kekerasan cenderung rentan terjadi
di Yogykarta. Walaupun berstatus sebagai Kota Pelajar, Kota Pariwisata dan lain sebagainya
ternyata tidak membuat Yogyakarta seratus persen ramah bagi perempuan dan anak. Berbagai
bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak di Daerah Istimewa Yogyakarta makin sering
terjadi, ditinjau dari perspektif individual dan sosial. Kekerasan terhadap perempuan dan anak
dapat mengakibatkan dampak kesehatan fisik dan psikis yang berat. Hal ini sangat merugikan

12

bagi kehidupan sosial masayrakat jogja yang jelasnya termasuk kedalam kota dengan mobilitas
tinggi di Indonesia.
Terlebih lagi kekerasan terhadap perempuan dan anak sampai saat ini masih menjadi isu
yang sangat penting, baik itu di dalam negeri ataupun di luar negeri. Kekerasan ini terjadi dalam
segala bidang kehidupan baik itu dalam lingkungan budaya maupun agama. Terjadinya
kekerasan terhadap perempuan dan anak pada akhirnya akan menghambat perempuan dan anak
untuk terlibat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan, sehingga kekerasan menjadi isu
penting bagi Yogyakarta.
Kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan mengalami peningkatan cukup signifikan.
Hal itu menjadi kerpihatinan bersama. Tren peningkatan kasus kekerasan terhadap anak dan
perempuan bahkan mencapai 50 persen (www.radarjogja.co.id). Setidaknya jika dilihat data di
tahun 2011 dengan jumlah kejadian 59 kasus, sementara di tahun 2014 naik menjadi 92
kasus.Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Kulonprogo Sutedjo saat membacakan pengantar bupati
dalam rapat paripurna (Rapur) DPRD tentang penyampaian tiga Raperda, di gedung dewan
(www.radarjogja.co.id). Sutedjo memaparkan, dari 59 kasus yang terjadi pada tahun 2011
rinciannya kasus kekerasan terhadap perempuan sebanyak 32 dan kekerasan terhadap anak 27
kasus (www.radarjogja.co.id).
BPPM Yogyakarta melalui salah satu alat kelengkapannya, yaitu Pusat Pelayanan
Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (P2TPAKK) Rekso Dyah Utami mencatat
adanya 120 laporan yang masuk pada tahun 2014 (news.viva.co.id). Lebih spesifik lagi kasus
kekerasan terhadap istri mendominasi jumlah tersebut secara mencolok, yaitu 70 laporan.
Sementara kekerasan terhadap anak sendiri terjadi 24 kali di tahun 2014 (news.viva.co.id).

13

Dari data tersebut Sleman menjadi wilayah yang paling sering terjadi kekerasan kepada
perempuan dan anak dengan 42 kasus, disusul Kabupaten Bantul dengan 30 kasus serta Kota
Jogja dengan 29 kasus. Kepala BPPM Yogyakarta, Kristiana Swasti mengatakan bahwa tren
kekerasan terhadap perempuan dan anak mengalami penurunan dari tahun ke tahun, yaitu
dimulai dari tahun 2010 dengan 126 laporan, tahun 2011 dengan 124 laporan, tahun 2012 dengan
133 laporan, dan tahun 2013 dengan 142 laporan (new.viva.co.id).
Dari data tahun 2013, terdapat kasus kekerasan terhadap istri sebanyak 75 korban, kekerasan
terhadap anak sebanyak 21 korban, terdapat 4 korban perkosaan, 13 korban kasus kekerasan
dalam pacaran, 20 korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan 9 kasus lainnya, total 142 kasus.
Yang tersebar di kota Yogyakarta sebanyak 49 korban, di Kabupaten Bantul 33 korban, di
Kabupaten Sleman 35 korban, di Kabupaten Gunungkidul 6 korban dan di Kabupaten Kulon
Progo 5 korban serta 14 orang dari luar DIY (reskohdyahutami.blogspot.co.id).
Dari data tahun 2014, terdapat kasus kekerasan terhadap istri sebanyak 50 korban,
kekerasan terhadap anak sebanyak 21 korban, terdapat 8 korban perkosaan, 6 korban kasus
kekerasan dalam pacaran, 31 korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan 10 kasus lainnya,
total 120 kasus. Yang tersebar di kota Yogyakarta sebanyak 29 korban, di Kabupaten Bantul 30
korban, di Kabupaten Sleman 42 korban, di Kabupaten Gunungkidul 6 korban dan di Kabupaten
Kulon Progo 7 korban serta 6 orang dari luar DIY (reskohdyahutami.blogspot.co.id).
Kekerasan terhadap perempuan dapat berupa pelanggaran-pelanggaran sebagai berikut;
hak atas kehidupan, hak atas persamaan, hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas
perlindungan yang sama di muka umum, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik
maupun mental yang sebaikbaiknya, hak atas pekerjaan yang laya dan kondisi kerja yang baik,
hak untuk pendidikan lanjut, hak untuk tidak mengalami penganiayaan atau bentuk kekejaman

14

lain, perlakuan atau penyiksaan secara tidak manusiawi dan sewenang-wenang. Kekerasan
perempuan dapat terjadi dalam bentuk (e-journal.uajy.ac.id).


Tindakan kekerasan fisik ; Adalah tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau
menganiaya orang lain. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota



tubuh pelaku (tangan, kaki) atau dengan alat-alat lainnya.
Tindakan kekerasan non fisik; Adalah tindakan yang bertujuan merendahkan citra atau
kepercayaan diri seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun melalui perbuatan



yang tidak disukai/dikehendaki korbannya.
Tindak kekerasan psikologis atau jiwa; Adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau
menekan emosi korban. Secara kejiwaan, korban menjadi tidak berani mengungkapkan
pendapat, menjadi penurut, menjadi selalu bergantung pada suami atau orang 15 lain
dalam segala hal (termasuk keuangan). Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu
dalam keadaan tertekan atau bahkan takut.
Untuk melihat tindak kekerasan yang terjadi di DIY, penelitian ini menemukan beberapa

hal yang dapat merujuk pada tindak kekerasan termasuk kecenderungan terjadinya kekerasan,
lokasi dan tempat terjadinya kekerasan, kecenderungan pelaku tindak kekerasan, dan tindakan
yang dilakukan bila melihat kekerasan pada perempuan dan anak.
a. Kecendrungan terjadinya tindak kekerasan di DIY
Untuk mengukur kecendrungan terjadinya tindak kekerasan, penelitian menemukan
bahwa, masyarakat DIY yang melihat langsung tindak kekerasan adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Kecendrungan masyarakat DIY yang melihat tindak kekerasan pada perempuan dan anak secara
langsung

Kecenderungan
Tidak Pernah
Jarang
Pernah

Responden
35
69
162
15

Persentase
12%
23%
54%

Sering

34

11%

Berdasarkan data tersebut, penelitian menemukan kecenderungan masyarakat DIY yang
melihat dan mengetahui tindak kekerasan tergolong besar, dimana 54% warga DIY pernah
melihat tindak kekerasan, 11% yang sering melihat kekerasan tersebut. Sedangkan warga DIY
yang jarang meilhat tindak kekerasan adalah sebesar 23%, dan tidak pernah melihat tindak
kekerasan adalah sebesar 12%. Sehingga tindak kekerasan pada perempuan dan anak yang
terlihat di DIY cenderung tinggi.
b. Lokasi yang rentan terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak di DIY
Sedangkan, berdasarkan lokasi dan tempat terjadinya tindak kekerasan pada perempuan
dan anak, peneliti membagi menjadi empat tempat yaitu; sekolah, tempat kerja, publik, dan
rumah tangga. Hasil penelitian menemukan bahwa:
Tabel 3 Lokasi terjadinya tindak kekerasan pada perempuan dan anak di DIY
Tempat dan Lokasi
Sekolah
Tempat Kerja
Publik
Rumah Tangga
Lainnya
Tidak Menjawab
Jumlah

Responden
15
4
77
144
49
11
300

Persentase
5%
1%
26%
48%
16%
4%
100%

Berdsarkan data diatas, peneliti menemukan bahwa tempat dan lokasi terjadinya tindak
kekerasan pada perempuan dan anak di DIY adalah terbesar terjadi pada rumah tangga sebesar
48%, dan tempat publik sebesar 29%. Kemudian lokasi rendahnya tempat terjadinya tindak
kekerasan adalah sekolah dengan persentase sebesar 5% dan tempat kerja sebesar 1%. Maka dari
itu menurut lokasi terjadinya tindak kekerasan cenderung besar pada kasus kekerasan pada

16

rumah tangga dan ruang publik. Rumah tangga merupakan lokasi yang rentan karena tempat
tersebut merupakan tempat yang sangat sensitive dan wialayahnya sangat private keluarga.
Sedangkan wilayah publik DIY juga menyumbang tingkat yang tinggi, hal ini didukung oleh
tingkat mobilitas di DIY yang tinggi menyebabkan tindak kekerasan pada wilayah publik
menjadi rentan.
c. Kecendrungan Pelaku tindak kekerasan pada perempuan dan anak di DIY
Berdasarkan penelitian kecendrungan pelaku dari tindak kekerasan pada perempuan dan
anak di DIY, peneliti membagi pelaku dalam lima bagian yaitu: anggota keluarga, orang dewasa,
pemuda, teman/rekan, dan lainnya. Peneliti menemukan bahwa:
Tabel 4 kencendrungan pelaku tindak kekerasan pada perempuan dan anak di DIY
Pelaku
Anggota Keluarga
Orang Dewasa
Pemuda
Teman
Lainnya
Jumlah

Perempuan
Anak
Responden Persentase Responden Persentase
85
28%
70
23%
138
46%
108
36%
18
6%
69
23%
14
5%
10
3%
33
11%
32
11%
12
4%
11
4%
300
100%
300
100%

Persentase antara perempuan dan anak cenderung sama. Data diatas menunjukkan bahwa
pelaku dari tindak kekerasan pada perempuan dan anak didominasi oleh orang dewasa dengan
persentase sebesar 46% kekerasan pada perempuan dan 36% kekerasan pada anak. Dan anggota
keluarga menempati posisi kedua yaitu sebesar 28% kekerasan pada perempuan dan 23%
kekerasan pada anak. Kemudian pemuda hanya sebesar 6% kekerasan pada perempuan dan 23%
kekerasan pada anak. Teman atau rekan kerja mejadi tingkatan terndah yaitu sebesar 5%

17

kekerasan pada perempuan, dan 3% kekerasan pada anak. Hal ini menunjukkan orang dewasa
cenderung melakukan tindak kekerasan baik itu pada perempuan dan anak.
d. Kepedulian masyarakat DIY terhadap kekerasan pada perempuan dan anak
Penelitian menemukan tindakan yang dilakukan oleh responden apabila melihat tindak
kekerasan pada perempuan dan anak di DIY adalah sebagai berikut:
Table 5 Tindakan yang dilakukan bila meilhat kekerasan pada perempuan dan anak di DIY
TIndakan yang dilakukan
Mengabaikan
Mencegah Tindakan
Melaporkan pada Pihak Berwajib
Lainnya
Missing
Jumlah

Responden
25
118
70
78
9
300

Persentase
8%
39%
23%
26%
3%
100%

Berdasarkan hasil penelitian menemukan tindakan yang diambil responden apabila
melihat tidak kekerasan pada perempuan dan anak mengabaikannya sebesar 8%, mencegah
tindakan sebesar 39%, melaporkan pada pihak berwajib sebesar 23%, dan lainnya adalah sebesar
26%. Sehingga tindakan yang paling banyak dipilih oleh masyarakat DIY secara umum adalah
mencegah tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat DIY terhadap tindak
kekerasan pada perempuan dan anak termasuk tinggi tetapi cenderung tidak melaporkan pada
pihak berwajib.
Jadi, tindak kekerasan pada perempuan dan anak di DIY tergolong tinggi, berdasarkan
pengamatan masyarakat pada seringnya masyarakat melihat kasus tersebut. Dan berdasarkan
lokasi tempat yang sangat rentan terjadinya kekerasan adalah rumah tangga dan tempat umum.
Pelaku kekerasan tersebut banyak dilakukan oleh orang dewasa. Sedangkan kepedulian
masyarakat terhadap kasus tersebut tergolong tinggi tetapi belum dapat menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan tingginya kasus kekerasan pada perempuan dan anak di DIY, permasalahanini
tidak dapat ditoleril, sehingga harus ada aksinya nyata untuk memerangi permasalahan tersebut.

18

Salah satu bentuk pasti bentuk nyata perang terhadap kekerasan tersebut adalah, hadirnya
kegiatan “Deklarasi Jogja Tanpa Kekerasan pada Perempuan dan Anak” yang dilaksanakan di
Yogyakarta. Hal ini menjadi dasar nyata bagi DIY untuk mengurangi dan mencegah kasus-kasus
tindak kekerasan pada perempuan dan anak. Dengan adanya deklarasi tersebut dapat menambah
keikutsertaan masyarakat terhadap penanggulangan, pengawasan, dan pencegahan yang langsung
ditujukan terhadap masyarakat sebagai actor utama dalam permasalahan tersebut.
Pemahaman Masyarakat DIY terhadap Tindak Kekerasan pada Perempuan dan Anak
Dari pembahasan sebelumnya tindak kekerasan di DIY digolongkan dalam rentan.
Dengan tingginya permasalahan tersebut pemahaman masyarakat menjadi penting, dimana
apabila masyarakat paham pada tindak kekerasan pada perempuan dan anak, maka pencegahan
terhadap masalah akan mudah untuk diselesaikan (Chayono, 2005).
Berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian ditunjukkan dalam diagram berikut ini:

Diagram 1; Pemahaman Masyarakat DIY terhadap Tindak Kekerasan pada Perempuan
dan Anak

19

Pemahaman masyarakat DIY terhadap kekerasan pada perempuan termasuk tinggi yaitu:
sangat paham 41% dari masyarakat DIY paham terhadap permasalahan tersebut, dan 36% yang
sangat paham. Sedangkan, terdapat 13% masyarakat yang kurang paham tentang kekerasan
tersebut. Dan 8% yang tidak paham sama sekali dengan permasalahan tersebut. Serta 2% yang
tidak menjawab pemahaman pada perempuan dan anak.
Berdasarkan data tersebut, tindak kekerasan sangat di pahami oleh masyarakat DIY, akan
tetapi dalam kasus tindak kekerasan yang terus berkembang di DIY, juga merupakan permasalah
yang rumit untuk dipecahkan, karena data tiap tahun, kasus kekerasan pada perempuan dan anak
jumlahnya terus menignkat. Maka, pemahaman masyarakat perlu ditinggkatkan terutama dari
sumber-sumber terjadinya kekerasan, sehingg pemahaman saja tidak akan cukup untuk
mengurangi kekerasan tersebut.
Walaupun banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut, faktor dasar yang
membentuk sumber-sumber kekerasan yaitu faktor budaya patriarki yang terbentuk
dimasyarakat. Dengan kuatnya budaya tersebut membuat posisi perempuan dalam kehidupan
akan termarginalisasi (Arivia, 2006). Berdasarkan data yang didapatkan penelitian menemukan
bahwa:
Diagram 2; Eksistensi Budaya Partarki di DIY

20

Diagram tersebut menunjukkan bahwa budaya partriarki masih melekat pada masyarakat
DIY. Dimana pengetahuan masyarakat yang masih menggunakan budaya partriarki menunjukkan
persentase sebanyak 27% yang mendukung budaya patriarki, dan 14% masyarakat DIY yang
sangat mendukung budaya tersebut. Terdapat 33% masyarakat yang mengetahui tidak
mendukung patriarki, dan 23 % yang tidak mendukugn eksistensi budaya tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya patriarki masih berpengaruh di DIY, dimana eksistensi budaya
tersebut menjadi pemicu tindak kekerasan pada perempuan dan anak.
Pemahaman Masyarakat DIY pada Pengaruh Penyalahgunaan Internet terhadap Tingkat
kekerasan pada Perempuan dan Anak
Pada umumnya internet merupakan sarana untuk mengakses informasi yang tersimpan,
dan tujuan utamanya adalah menghubungkan orang dari satu daerah ke daerah lainnya. Internet
merupakan singkatan dari Interconnected Network. Jika diterjemahkan secara langsung berarti
jaringan yang saling terhubung. Internet adalah kumpulan komputer yang terhubung satu dengan
yang lain dalam sebuah jaringan. Disebut jaringan yang saling terhubung karena internet
menghubungkan komputer dan jaringan-jaringan komputer yang ada di seluruh dunia menjadi
sebuah jaringan komputer yang sangat besar. Sehingga internet mempunyai banyak manfaat bagi
penggunannya.

21

Akan tetapi, dengan perkembangnya arus-arus informasi membuat informasi tidak teratur
bahkan banyak dari konten-konten negatif yang berkembang secara pesat di Internet. Hal
tersebut membuat orang secara membuat pengguna menjadi sering menggunakan internet dalam
sarana negatif. Penggunaan tersebut sering disalahartikan oleh penggunanya dan menghasilkan
tujuan utama dari penggunaan internet kemudian bergeser pada penyalahgunaan fungsi internet.
Pada umumnya penyalahgunaan internet terjadi karena adanya keisengan dari pengguna
internet untuk mengganggu konektivitas dari jaringan tersebut. Penyalahgunaan internet juga
terjadi karena adanya sekelompok orang atau individu yang memasukkan video-video yang tidak
etis. Sehingga akeses informasi yang semakin mudah, juga dapat mempermudah penyalahgunaan
internet. Kenyataannyan internet juga memunculkan informasi-informasi yang negatif dan
mengkhawatirkan karena dapat SARAS (Suku, Agama, Ras) kekerasan antar golongan dan
sexuallitas. Penyalahgunaan Internet memudahkan penggunan memperoleh ajaran-ajaran ekstrim
yang menyesatkan, juga tulisan-tulisan yang meresahkan, serta pornografi yang berbahaya bagi
perkembangan generasi muda.
DIY merupakan salah satu wialayah dengan mobilitas tinggi, dimana arus infromasi juga
sangat banyak dan mudah didapatkan. Kaum-kaum pelajar yang dari luar daerah juga
menambah kompleksitas dari mobilitas informasi tersebut. Tingginnya mobilitas tersebut
menjadi ancaman bagi meingkatnya penyalahgunaan internet semua kalangan terutama kaum
remaja di DIY. Kondisi tersebut menyebabkan DIY menjadi rentan terhadap penyalahgunaan
internet yang secara jelas dampaknya adalah tingginnya kasus kekerasan yang dilakukan oleh
pengguna, baik berupa kekerasan fisik, maupun kekerasan verbal seperti bullying. Sehingga yang
menjadi sasaran dari tindak kekerasan tersebut adalah perempuan dan anak.
Pengaruh penyalahgunaan dapat menyebabkan prilaku pengguna khususnya remaja

22

berubah, dan cenderung untuk mengikuti konten yang telah di aksesnya. Sehingga apabila
pengguna mengakses konten kekerasan, pornography, dan konten negative lainnya, pengguna
cenderung mengikuti prilaku konten yang diaksesnya. Maka dari itu perlu adanya pemahaman
masyarakat akan hubungan penyalahgunaan internet pada kekerasan pada perempuan dan anak
khsusunya di DIY.
Berdasarkan data yang diolah dalam penelitian ini, masyarakat akan hubungan
penyalahgunaan internet pada kekerasan pada perempuan dan anak di DIY menunjukkan bahwa:
Diagram 3; Pemahaman Masyarakat DIY akan Penyalahgunaan Internet terhadap
Kekerasan pada Perempuan dan Anak

Berdasarkan data tersebut, pemahaman masyarakat DIY akan penyalahgunaan internet
terhadap kekerasan pada perempuan dan anak yaitu: 38% masyarakat DIY kurang memahami
pengaruh tersebut, dan 11 % tidak paham. Kemudian, 33% dari masyarakat DIY paham, dan 15
% masyarakat sangat paham. Akan tetapi data tersebut menunjukkan tingkat pemahaman
masyarakat tentang penyalahgunaan internet terhadap kekerasan pada perempuan dan anak

23

masih tergolong rendah. Maka, penyalahgunaan internet dapat menjadi sumber dalam
menyumbang kasus kekerasan pada perempuan dan anak.
Menentukan Solusi yang Tepat terhadap Kekerasan Pada Perempuan dan Anak
Kekerasan pada perempuan dan anak merupakan suatu permasalahan yang telah
mengakar di dalam system masyarakat. Walaupun sudah banyak solusi yang diberikan pada
stakeholder akan tetapi permasalahan tersebut sangat sulit untuk diatas dan dicegah. Telah
banyak cara yang telah akan tetapi waktu ke waktu permasalahan ini terus berkembang, menurut
jenisnya dan bentuk kekerasan tersebut.
Untuk mencari solusi yang tepat perlu adanya kajian mendalam tentang sumber-sumber
kekerasan pada perempuan dan anak. Pada pembahasan sebelumnya berbagai sumber yang
menjadi permasalahan untama yaitu budaya dan penyalahgunaan internet. Maka dari itu
penelitian ini berusaha untuk mencari solusi yang tepat dalam penanggulangan kekerasan pada
perempuan dan anak secara spesifik dan dapat berbentuk program, ataupun bahkan pergerakan
nyata antara masyarakat sebagai actor dan pemerintah sebagai pemangku kebijakan.
Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat beberapa sumber utama
yang menyumbang kasus kekerasan terbesar secara umum dan di DIY yaitu: Film yang ditonton,
perceraian dalam rumah tangga, faktor lingkungan, internet dan penyalahgunaannya, kebiasaan
yang terbentuk saat masih muda, dan paksaan dari pelaku kepada korban. Dari penyebabpenyebab utama tersebut penelitian ini menemukan bahwa:
Grafik 1; Sumber-Sumber Terjadinya Kekerasan pada Perempuan dan Anak

24

Berdasarkan grafik tersebut faktor lingkungan merupakan penyumbang faktor tertinggi di
masyarakat DIY, faktor lingkungan dapat dikatakan sebagai kebiasaan yang terbentuk
dilingkungan yang termasuk dalam budaya dan kebiasaan masyarakat. Hal ini membuktikan
peranan budaya menjadi penting dalam mengurangi tindak kekerasan pada perempuan dan anak.
Kemudian faktor kedua yang disetujui adalah totonan film para pelaku juga banyak
menyebabkan kasus kekerasan pada perempuan dan anak. Sedangkan penggunaan internet
negatif juga menyebabkan tingginya kasus kekerasan pada perempuan dan anak di DIY. Dan
faktor paksaan menjadi faktor penyebab terendah kekerasan tersebut. Sehingga, berdasarkan
hasil penelitian seluruh unsur berdampak negative pada munculnya kasus kekerasan pada
perempuan dan anak.
Dengan melihat data tersebut, masyarakat maupun pemerintah mengatasi permasalahan
tingginya kekerasan pada perempuan dan anak. Sedangkan tawaran solusi yang diberikan kepada
masyarakat adalah efektifitas penggunaan program-program pengurangan tindak kekerasan pada
pereempuan dan anak. Penelitan ini menunjukkan bahwa:
Grafik 2; Efektifitas Program-program untuk Mengatasi Tindak Kekerasan pada
Perempuan dan Anak

25

Berdesarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat DIY setuju dengan
program sosialisasi, kampanye dan pengawasan penggunaan internet. Dari grafik tersebut
menunjukkan sosialisasi lebih efektif dari pada program-program lainnya yaitu sebesar 98%,
kampanye sebesar 93%, dan pengawasan penggunaan internet 87%.
Jadi program-program yang dijalankan perlu mengetahui sumber-sumber dari tindak
kekerasan pada perempuan dan anak, terutama pada faktor lingkungan yang sangat
mempengaruhi tindak kekerasan tersebut. Dan menurut masyarakat DIY program sosialisasi
menjadi program yang paling efektif bagi masyarakat DIY untuk mengurangi tindak kekerasan
pada perempuan dan anak.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukaan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

26

1.

Kasus kekerasan pada perempuan dan anak di DIY sangatlah tinggi, dapat dilihat dari
jumlah kasus yang menignkat dari tahun ke tahun, sedangkan kencendrungan masyrakat
DIY melihat tindak kekerasan tersebut, juga menunjukkan hasil yang tinggi, sehingga
butuh pemahaman dari masyarakat untuk mengetaui permasalahn tindak kekerasan pada

perempuan dan anak.
2. Tingkat Pemahaman masyarakat DIY terhadap kekerasan pada perempuan dan anak
dapat dikatakan tinggi, maka eksistensi budaya di DIY tidak berpengaruh pada
pemahaman masyarakat DIY. Walaupu secara garis besar menurut masyarakat DIY
sumber dari kekerasan tersebut berasal dari faktor lingkungan , kesadaran masyarakat
terhadap permasalahan ini mulai tinggi, sehingga mempermudah kinerja pemerintah
dalam penanggulangan tindak kekerasan pada perempuan dan anak.
3. Penyahalgunaan internet berpengaruh pada tingginya kasus kekerasan pada perempuan
dan anak. Hal ini terlihat dari presepsi masayarakat terhadap faktor penyalahgunaan
internet sebagai sumber kekerasan pada perempuan dan anak. Selain itu, pemahaman
masyarakat pada penyalahgunaan internet masih sangat rendah.
SARAN
Berdasarkan kondisi dan fakta yang terjadi dalam proses penelitian, hasil yang diberikan
akan menjadi sumbangan ilmu dan bermanfaat bagi program-program yang dijalankan oleh
pemerintah selaku pemangku kebijakan. Selain itu, peran aktif pemerintah juga perlu didukung
oleh masyarakat sebagai aktor dalam permasalahan tindak kekerasan pada perempuan dan anak
di Indonesia, terutama di DIY. Hasil temuan dalam penelitian ini menghasilkan rekomendasi
kepada pemerintah dan masyarakat sebagai beriku:
1. Pemerintah Daerah dan Nasional perlu melakukan program-program sosialisasi langsung
kepada masyarakat, kampanye aktif untuk menolak kekerasan pada perempuan dan anak,

27

guna memberikan pemahaman tentang sumber-sumber dari permasalahan tersebut,
sehingga dapat mencegah, menanggulangi, dan meningkatkan kesadaran terhadap tindak
kekerasan pada perempuan dan anak.
2. Pemerintah Daerah dan Nasional perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat
tentang dampak penyalahgunaan internet terhadap tindak kekerasan pada perempuan dan
anak.
3. Pemerintah Daerah dan Nasional bersama masyarakat perlu bersinergi dalam mengurangi
aktifitas penyalahgunaan internet terutama dikalangan remaja. Pemerintah dalam hal ini
melakukan proteksi terhadap konten-konten negative yang berada dalam jaringan internet
atau penyaringan konten-konten kekerasan di internet. Sedangkan masyarakat perlu
melakukan pengawan terhadap anak, keluarga, maupun sahabatnya yang melakukan
tindak penyalahgunaan internet.
REFERENSI
Arivia, Gadis. 2006. “Feminisme Sebuah Kata Hati”, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan dan the
Japan Foundation Indonesia.
Chayono, Imam. 2005. “Wajah Kemiskinan Perempuan”, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan dan
the Japan Foundation Indonesia.
Rahima,

“Pusat

Pendidikan

dan

Informasi

Islam

dan

Hak-hak

Perempuan”

http://www.rahima.or.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1410:keluarga-sakinah-keluarga-setara-adil-dantanpa-kekerasan&catid=19:al-arham&Itemid=328. Diakses pada 11 Desember 2015.
Venny, Adriana. 2003. “Memahami Kekerasan terhadap Perempuan”, Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan dan the Japan Foundation Indonesia.

28

http://e-journal.uajy.ac.id/184/2/1SOS03510.pdf,

“Definisi

dan

Arti

Kekerasan

dalam

perempuan dan anak”. Diakses pada 20 Desember 2015
http://www.radarjogja.co.id/blog/2015/04/04/kasus-kekerasan-anak-dan-perempuan-meningkat/
diakses pada 25 Desember 2015
http://news.viva.co.id/nusantara/jogja/kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak-di-yogyakartamasih-tinggi diakses pada 25 Desember 2015

LAMPIRAN I: PENYAJIAN DATA
Kategorisasi Data

29

Berdasarkan hasil pengumpulan data Survei Pemahaman masyarakat Yogyakarta
terhadap Kekerasan pada perempuan dan Anak serta hubungannya dengan penyalahgunaan
teknologi dlakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat mengenai kekerasan
pada perempuan dan anak. Penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling dengan tidak
mencantumkan keterangan dan biodata responden secara terperinci, sehingga menghasilkan data
yang akan digeneralisasikan secara umum.
Hasil pengumpulan data dari 300 responden menunjukkan bahwa:
a. Keusioner Penyataan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

A
51
2
2
1
35
15
25
85
70
1
270
4
55

14
15

B
6
0
14
38
69
4
118
138
10
3
11
74
186

C
235
53
138
193
162
77
70
18
108
80
15
176
7

45

139

14

72

D
6
242
142
68
34
144
77
14
69
213
0
43
5

E
0
0
0
0
0
49
1
33
32
1
0
0
34

MISSING
2
3
4
0
0
11
9
12
11
2
4
3
13

JUMLAH
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300
300

77

36

1

2

300

152

55

0

7

300

b. Keusioner Pernyataan

NO.
1
2
3
4
5

TIDAK SEJUTU
12
3
13
11
3

KURANG
SETUJU
11
21
48
24
25

SETUJU
164
146
158
136
170

30

SANGAT
SETUJU
109
126
77
123
96

MISSING
4
4
4
6
6

JUMLAH
300
300
300
300
300

6
7
8
9
10
11
12
13

196
24
21
6
43
14
7
16

64
32
60
21
106
64
3
48

25
120
136
156
101
150
104
138

11
117
70
164
35
60
174
85

4
7
13
13
15
12
12
13

300
300
300
360
300
300
300
300

14

58

47

133

49

13

300

Selanjutnya penelitian ini dikelompokkan melalui metode coding, berdasarkan indicatorindikator yang mendukung, serta variable-variable dalam penelitian ini sesuai dengan desain
penelitian. Kemudian data yang tersusun diintrepetasikan berdasar pada variable pemahaman dan
indicator-indikator pendukungnya adalah sebagai berikut:
a. Pemahaman Masyarakat DIY merujuk pada pertanyaan 1, 2, 3, 4, 10, 11, 12, dan
pernyataan 2, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14.
Tidak
Paham

NO.

Kurang
Paham

1
2
3
4

51
2
2
1

6
0
14
38

Paham
235
53
138
193

10

1

3

11

15

12
1
2
3
4
5
6
7
6
8
9

Sangat
Paham

MISSING
6
242
142
68

2
3
4
0

80

213

3

11

70

200

4

4

74

176

43

3

12
3
13
11
3
196
24
11
21
6

11
21
48
24
25
64
32
25
60
21

164
146
158
136
170
25
120
64
136
156

109
126
77
123
96
11
117
196
70
164

4
4
4
6
6
4
7
4
13
13

31

10
11
12
13

43
14
7
16

106
64
3
48

101
150
104
138

35
60
174
85

15
12
12
13

14

49

133

47

58

13

Jumlah

505

831

2760

2415

149

b. Penyahlahgunaan Internet merujuk pada pertanyaan 13, 14, 15 dan pernyataan 10, 11.
Tidak
Paham

No.

Kurang
Paham

Sangat
Paham

Paham

Missing

13
14
15
10

55
45
14
43

186
139
72
106

7
77
152
101

39
37
55
35

13
2
7
15

11

14

64

150

60

12

171

567

487

226

49

Jumlah

c. Indikator Pendukung merujuk pada perntayaan 5, 6, 7, 8, 9 dan
pernyataan 1, 2, 3, 4, 5, 7.
1. Kecenderungan Responden Melihat Tindak Kekerasan pada perempuan dan anak.

Tidak Pernah
5

Jarang
35

Pernah
69

Sering
162

34

2. Kecenderungan lokasi responden melihat tindak kekerasan pada perempuan dan anak

6

Sekolah
15

Tempat
Kerja
4

Publik
77

rumah
Tangga
144

Lainnya Missing
49
11

3. Kecenderungan Tindakan yang dilakukan responden pada tindak kekerasan pada perempuan
dan anak 7

Mengabaikan

Mencegah
Tindakan

Melaporkan
pada Pihak
Berwajib
32

Lainnya

Missing

7

25

118

70

78

9

4. Kecenderungan pelaku tindak kekerasan pada perempuan dan anak menurut responden.
Anggota Orang
Keluarga Dewasa
Pemuda Teman Lainnya Missing
8
85
138
18
14
33
12
9
70
108
69
10
32
11
Jumlah
155
246
87
24
65
23

5.

Kecenderungan tindakan preventif dalam menurangi jumlah tindak kekerasan pada
perempuan dan anak menurut responden. 2, 3, 4

Solusi
Pernyataan
Penilaian

Pengawasan Penggunaan
Sosialisasi
Kampanye
Internet
Tidak Setuju Setuju
Tidak Setuju Setuju
Tidak Setuju Setuju
2
295
16
280
39
261

6. Kecenderungan pemahaman Responden terhadap sumber-sumber tindak kekerasan pada
perempuan dan anak. Pernyataan 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14

No
7
8
9
10

Sumber-sumber
Menonton Film
Perceraian
Faktor Lingkungan
Internet
Penyalahgunaan
11 Internet
13 Kebiasaan
14 Paksaan

Tidak Setuju Kurang Setuju
Setuju
24
32
120
21
60
136
6
21
156
43
106
101
14
16
58

64
48
47

33

150
138
133

Sangat
Setuju
Missing
117
7
70
13
164
13
35
15
60
85
49

12
13
13

LAMPIRAN II: KUESIONER
PERTANYAAN-PERTANYAAN DALAM KUESIONER
A. Pertanyaan pilihan
Jawablah pertanyaan berikut dengan (✗) pada jawaban pilihan
1. Pentingkah peran perempuan dan anak dalam keluarga?
a. Tidak penting
b. Kurang penting
c. Penting
d. Sangat penting
2. Pentingkah partisipasi perempuan dan anak dalam dunia publik?
a. Tidak penting
34

b. Kurang penting
c. Penting
d. Sangat penting
3. Apakah anda cukup menegerti tentang kekerasan pada perempuan dan anak?
a. Tidak mengerti
b. Sedikit mengerti
c. Mengerti
d. Sangat mengerti
4. Apakah anda pernah melihat secara langsung tindak kekerasan pada perempuan dan

anak?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Pernah
d. Sering
5. Jika anda melihat orang melakukan tindak kekerasan pada perempuan dan anak, apa
yang anda lakukan?
a. Mengabaikan
b. Langsung mencegah tindakan pelaku
c. Melaporkan kepada pihak yg berwajib
d. Lainnya…
6. Seberapa besar dampak yang terjadi pada kekerasan pada perempuan dan anak?
a. Tidak berdampak
b. Sedikit berdampak
c. Berdampak
d. Sangat berdampak
7. Apakah anda mengetahui tindakan-tindakan yang termasuk dalam kekerasan pada
perempuan dan anak?
a. Tidak Tahu
b. Sedikit tahu
c. Tahu
d. Sangat Tahu
8. Dari manakah anda sering mendapatkan informasi tentang tindak kekerasan pada
perempuan dan anak?
a. Media cetak
b. Sosial media
c. Pemerintah
d. Pihak berwajib
e. Lainnya…
9. Seberapa sering anda mengakses website yang mengandung kekerasan?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sekali-sekali

35

d. Sering
10.
Apakah website yang mengandung kekerasan dapat berpengaruh pada perilaku
penggunanya?
a. Tidak berpengaruh
b. Sedikit berpengaruh
c. Berpengaruh
d. Sangat berpengaruh
B. Pernyataan umum
Apabila anda setuju dengan penyataan isilah kolom dengan (✗), ket: TS: tidak setuju, KS:
Kurang setuju, S: Setuju, SS: Sangat Setuju

NO
1.

PERNYATAAN
Jika anda melihat orang melakukan tindak kekerasan
pada perempuan dan anak, anda akan melerainya.

2

Sosialisasi dapat mengurangi jumlah tindak kekerasan
pada perempuan dan anak.

3

Kampanye dapat mengurangi jumlah tindak kekerasan
pada perempuan dan anak.

4

Penggunaan internet positif dan pengawasan orang tua
akan mengurangi keinginan untuk melakukan tindak
kekerasan pada perempuan dan anak

5

Anda akan melaporkannya pada polisi atau komisi
perlindungan perempuan dan anak bila sering melihat
kekerasan yang dilakukan oleh seseorang.

36

TS

KS

S

SS

6

Anda menempatkan posisi perempuan dan anak hanya
untuk pekerjaan rumah

7

Menonton film beradegan tidak wajar menyebabka