Stimulasi dini pada perkembangan verbal

1

PENTINGNYA STIMULASI DINI PADA PERKEMBANGAN VERBAL
DAN KOGNITIF ANAK
Oleh : Nunung Cipta Dainy
I.

PENDAHULUAN

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif
yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman
(Hurlock 1980). Untuk mengoptimalkan perkembangan anak sesuai degan
usianya diperlukan stimulasi yang tepat. Stimulasi adalah adalah
rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak
di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua
sistem

indera

(pendengaran,


penglihatan,

perabaan,

pembauan,

pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus
kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta merangsang
perasaan yang menyenangkan bayi dan anak-anak (Herawati 2011).
Adapun aspek-aspek perkembangan anak yang perlu untuk di stimulasi
adalah sbb :
1. Sensory (vibration, auditory, visual, smell, taste)
2. Motor (locomotion) : gross, fine, vestibular
3. Communication, language & speech
4. Cognitive, intelligence,
5. Creativity, art
6. Self help
7. Emotional, Social,
8. Cooperation & Leadership
9. Moral & Spiritual

Seluruh aspek perkembangan anak tersebut saling tergantung dan
memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Artinya jika salah satu kurang
berkembang, maka akan mempengaruhi pada tahap perkembangan
aspek yang lain. Anak yang seluruh aspek perkembangananya tercapai

2

sesuai usiannya akan membentuk multiple intelegences yang sempurna
sesuai dengan potensinya.
Multiple inteligences adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat
dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistic (kemampuan
menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, diskusi, tulisan), logical–
mathematical

(kemampuan

menggunakan

logika-matematik


dalam

memecahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga
dimensi), bodily-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari, olahraga), musical
(kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi,
irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri
sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri
dengan

orang

lain),

naturalist

(kemampuan

memanfaatkan lingkungan) (Herawati 2011).

memahami


dan

3

II.

STIMULASI DINI TERHADAP PERKEMBANGAN MULTIPLE
INTELLIGENCES
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang kurang kasih

sayang

dan

kurang

stimulasi

akan


mengalami

hambatan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya serta kesulitan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Stimulasi yang diberikan pada anak selama tiga tahun
pertama (golden age) akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
perkembangan otaknya dan menjadi dasar pembentuk kehidupan yang
akan datang. Semakin dini stimulasi yang diberikan, maka perkembangan
anak akan semakin baik. Semakin banyak stimulasi yang diberikan maka
pengetahuan anak akan menjadi luas sehingga perkembangan anak
semakin optimal. Disebutkan juga bahwa jaringan otak anak yang banyak
mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun.
Sebaliknya, jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka jaringan otak
akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal inilah yang
menyebabkan perkembangan anak menjadi terhambat.
Stimulasi

sebaiknya


dilakukan

setiap

kali

ada

kesempatan

berinteraksi dengan anak. misalnya ketika memandikan, mengganti
popok, menyusui, menyuapi makanan, menggendong, mengajak berjalanjalan, bermain, menonton TV, di dalam kendaraan, dan menjelang tidur.
Semakin bervariasi rangsangan yang diterima maka semakin kompleks
hubungan antar sel-sel otak. Semakin sering dan teratur rangsangan yang
diterima, maka semakin kuat hubungan antar sel-sel otak tersebut.
Semakin kompleks dan kuat hubungan antar sel-sel otak, maka semakin
tinggi

dan


bervariasi

kecerdasan

anak

di

kemudian

hari,

bila

4

dikembangkan terus menerus, anak akan mempunyai banyak variasi
kecerdasan (multiple inteligensia).
Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan

dan kegembiraan antara orang tua ataupun pengasuh dan anak-anak.
Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-terburu, memaksakan
kehendak orang tua/pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan
bayi/balita, atau bayi-balita sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain
yang lain. Orang tua atau pengasuh yang sering marah, bosan, sebal,
maka tanpa disadari akan memberikan rangsang emosional yang negatif.
Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan orang
tua/pengasuh (tipe parenting) merupakan stimulasi yang direkam, diingat
dan akan ditiru oleh anak. Temperamen anak akan terbentuk sesuai
dengan tipe pengasuhan orang tua, misalnya temperamen easy, slow to
warm atau difficult.
Stimulasi perlu dilakukan untuk semua aspek perkembangan anak,
otak kiri maupun otak kanan. Waktu yang tepat untuk memulai stimulasi
adalah sejak dalam kandungan hingga usia balita, karena pada usia ini
mulai terbentuk synaps-synaps pada otak (Gambar 1).

Gambar 1. Pembentukan synaps-synaps otak berdasarkan umur

5


(Chugani 1999)
Kualitas dan Stabilitas Synaps
Jaringan sypnaps yang stabil akan terbentuk pada anak yang selalu
diberikan stimulus pada aktifitas sehari-hari secara terus menerus
(konsisten). Selain itu lingkungan yang kaya akan stimulus akan
memperbanyak

percabangan

dendrite

sehingga

meningkatkan

kemampuan kognitif anak. Peran caregivers yang memberikan stimulasi
berulang-ulang serta mendukung anak dalam mengeksplorasi hal-hal
yang baru sangat berpengaruh terhadap pembentukan pengalaman anak.
Anak yang kurang perhatian dari caregivers, kemampuan kognitif dan
emosionalnya akan terhambat, hal ini sering terjadi pada anak yatim dan

miskin (Kaler et al 1994).
Stimulasi pada Janin
Vibroakuistik dapat meningkatkan irama detak jantung serta
pergerakan janin. Sensitifitas janin terhadapa suara vibroakustik dimulai
saat janin berusia sekitas 29 minggu, sedangkan pergerakan janian
berawal pada usia 26 minggu. Respon tersebut terung meningkat hingga
6

minggu

selanjutnya.

Respon

terhadap

sentuhan

dan


system

pendengaran janin mulai usia 26 minggu (Kisilevsky at al., 2004).
Dampak stimulasi pada janin terhadap neonatus
Pengalaman stimulasi pada tahap janin seperti sentuhan, sapaan
akan berdampak pada neonates. Beberapa jam setelah bayi dilahirkan ia
dengan cepat akan mengenali/membedakan suara ibu dan suara orang
lain/asing. Hal ini dapat diketahui dari respon menghisap bayi. Bayi akan
mengubah pola hisapannya saat mendengar suara asing. Keakraban
yang terjadi selama masa janin juga akan berdampak pada neonatus. Jika
saat kehamilan, janin sering berada di lingkungan dengan suara TV dan
radio, maka neonatus juga akan merasa nyaman saat mendengar suarasuara TV dan radio, dan akan menangis jika berada di tempat yang sepi
(Slater & Muir, 1999).
 Stimulasi sentuhan pada neonatus

6

Stimulasi sentuhan pada bayi prematur dapat dilakukan dengan
menggunakan sikat halus. Cara ini membantu bayi tumbuh lebih
cepat dan mempersingkat waktu rawat inap di rumah sakit.


Stimulasi sentuhan berupa belaian pada neonatus secara
signifikan akan meningkatkan kemampuan motoriknya
(Purves, 1994; Field et al, 1986 ; Solkoff et al, 1975).
Stimulasi Intermodal
Stimulasi intermodal adalah stimulasi yang dilakukan untuk lebih

dari satu modal sensori. Hal ini perlu dilakukan karena bayi mulai usia dua
bulan telah mampu menggunakan lebih dari satu modal sensori. Bayi usia
2 – 5 bulan mampu untuk memahami beberapa hal misalnya :
menghubungkan antara wajah dengan suara, gerakan mulut dengan
bicara, sinkronisasi waktu dengan ritme (Lewkowicks, 1996), serta bentuk
bibir dengan suara huruf vocal (Kuhl & Meltzoff, 1984).. Sedangkan bayi
usia 5 – 7 bulan dapat memasangkan wajah dengan suaranya (Bahrick et
al. 1998; Walker – Andrew et al. 1991). Stimulasi intermodal juga dapat
membentuk hubungan spatial untuk menyerap informasi yang didapatkan
dari organ-organ sensori seperti penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba dan perasa (Gilmore, 1999).
Stimulasi Pendengaran dan Bahasa
System pendengaran telah sempurna saat bayi

dilahirkan.

Stimulasi pendengaran dapat dilakukan sejak masa janin(Huttenlocher,
Juscyk, Kuhl, 1999). Berikut ini tahapan perkembangan pembelajaran bayi
untuk system pendengaran :
 Bayi usia 6 – 12 bulan mulai dapat mempelajari pola suara
pengasuh/orang tua (caregiver)
 Bayi usia 7 – 11 bulan mulai mampu untuk mengucapkan satu kata
 Akhir dari tahun pertama usianya, bayi dapat membedakan
tekanan suara berdasarkan isyarat dan mempelajari karekteristik
bahasa ibu

7

 Input bahasa saat anak-anak usia 16-26 bulan berhubungan
dengan kemampuan kosa kata dan syntax anak ketika usia 5 – 6
tahun.
 Mulai usia 3 tahun, anak-anak yang

sering berbicara akan

memperbanyak kosakata yang dimilikinya. Orang tua yang sering
mengeksplor apa yang disampaikan oleh anak akan meningkatkan
pertumbuhan syntac anak. Kemampuan bahasa dan kosakata anak
meningkat sampai usia TK dan SD.


Sekolah

yang

kaya

akan

pembelajaran

bahasa

dapat

meningkatkan perkembangan bahasa pada anak 1997
 Pembelajaran bahasa kedua dapat dilakukan saat anak mulai
berusia 5 tahun, karena pada usia ini anak mampu mempelajari
bahasa kedua lebih mudah dibandingkan dengan orang dewasa.
Namun pengenalan bahasa kedua pada anak yang lebih muda
belum terbukti dapat meningkatkan kemampuan bahasanya.
 Setelah masa puber kemampuan dalam mempelajari bahasa
menurun, dan lebih sulit dalam menguasai bahasa kedua serta
seringkasi tidak sempurna dalam tatabahasa dan aksen (Mills,
1997)
Stimulasi Penglihatan
Organ sensori penglihatan belum sempurna saat bayi dilahirkan,
maksimal 17 % yang telah terbentuk. Adapun tahapan perkembangan
penglihatan bayi sbb:
 usia 4 bulan, kematangan organ penglihatan bayi sudah mencapai
95 %, dan akan stabil saat usia bayi 4 – 8 bulan.
 usia 4 bulan – 5 tahun organ penglihatan sudah matang sempurna
(Sauer et al, 1983)
 usia 10 tahun organ penglihatan anak telah sama dengan organ
penglihatan orang dewasa (Courten, Garey, Loos, Huttenlocher,
1987)

8

Saat lahir, bayi lebih tertarik pada wajah seseorang, bayi tersebut
belajar menghubungkan informasi melalui modal sensori yang berbeda,
misalnya menghubungkan antara penglihatan dengan pendengaran
(Karmilff-Smith, 1996; Slater, 2000).
Perceptual, Visual & Later Intelligence
Bayi

baru lahir memiliki keterbatasan dalam fungsi dasar

penglihatannya seperti : scanning, ketajaman, sensitifitas terhadap
kontras, kedalaman persepsi, serta perbedaan warna. Namun walaupun
demikiann Pascalis & Schonen (1994) menyatakan bahwa bayi baru lahir
dapat mengingat apa yang mereka lihat, dan mereka lebih senang melihat
wajah manusia. kecepatan dalam proses informasi melalui penglihatan
menandakan

IQ bayi, semakin cepat memproses maka pertanda ia

memiliki IQ yang tinggi (Sigman, Cohen, Beckwith, 2000).
Infants Learn from Watching and Imitation
bayi belajar sesuatu dari melihat dan menirukan apa yang ia lihat
(Gamber 2).

Gambar 2. Bayi mampu meniru
Usia bayi 2 – 3 minggu bayi dapat meniru menjulurkan lidah, membuka
mulut, dan menjulurkan bibir (Meltzoff, 1977). Anak-anak sangat antusias

9

dalam meniru sesuatu. hal ini perlu stimulasi dan interaksi dari orang tua,
karena apa yang dilakukan bayi adalah apa yang dilakukan orang yang ia
lihat. meniru kebiasaan, empati dan moral yang baik akan membantu
perkembangan social-emosional anak (Meltzoff, 1999;

Gopnik et al,

1999).
Infants enjoy being imitated
Setelah masa meniru, ada saat-saat dimana bayi juga senang saat
orang lain meniru apa yang dilakukannya. Sejak bayi berusia 14 bulan
perhatian dan senyumannya akan lebih terarah pada orang yang
menirukan apa yang ia lakukan. pada usia ini bayi lebih menyukai orang
yang melakukan apa yang mereka lakukan. Bayi yang vocal akan
terbentuk jika orang tua berbicara atau bernyanyi dengan nada tinggi
(Meltzoff , 1991).
Watching TV monitor
sebanyak 129 bayi berusia 14-24 bulan yang menonton acara TV
dewasa akan meniru apa yang mereka lihat (Meltzoff , 1988). anak usia 23
bulan yang mendengar komersial jingle dapat secara spontan
mengatakan pesan yang ada pada jigle tersebut. anak yang berusia 3
tahun 75% dapat memberikan nama acara TV favorit mereka (Lyle et al,
1992).
Stimulasi Kognitif
Berikut adalah hal yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak :
 Prefrontal cortex
Sejak usia 9-12 bulan, bayi mampu memecahkan masalah spatial
dan masalah memory dengan cara kreatif, dan hal ini berlanjut
hingga melewati usia 20 tahun (Diamond et al, 1991; 1997; 1999).
usia 6 – 8 bulan, bayi mulai bertahan untuk terus mencapai mainan
yang terhalang oleh hambatan yang transparan, namun tidak ke
bagian yang terbuka. usia

8.5 – 9 bulan, bayi bagian kanan,

sedangkan tangan kanan menopang tubuhnya (Diamond, 1999).
 Depend on experience

10

Kemampuan

kognitif

ditentukan

juga

berdasarkan

pada

pengalaman anak terhadap stimulasi, misalnya :


mendengakan perkataan



bermain



bergerak di sekitar lingkungan /aktifitas fisik



berinteraksi dengan orang lain

 Well-intentioned caregiver
Caregiver yang baik dapat lebih besar mendorong bayi untuk
meningkatkan proses pembelajaran dari pengalaman mereka.


Interaksi dengan bayi. Dalam berinteraksi dengan bayi orang
tua/caregiver perlu memperhatikan isyarat dari bayi untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam kegiatan si bayi. bayi dapat
mengungkapkan kegiatan apa yang mereka siap, bersedia,
dan mampu untuk dilakukan



bayi belajar dengan cara mengamati dan kemudian meniru
apa yang dilakukan oleh orang lain.



saat usia bayi satu tahun, perlu lingkungan dimana ia dapat
bereksplorasi dan bermain untuk perkembangan spatial



usia 2 atau
dengan

3 tahun anak-anak dapat mulai dikenalkan

budaya

serta

memahami

symbol-simbol

(Newcombe, 1999)
 Kebersamaan dan ikatan antara ibu dan bayi
kebersamaan dan hubungan kedekatan antara ibu dan bayi akan
memberikan perasaan aman pada bayi, mengurangi kecemasan
serta

mempermudah

terbentuknya

sikap/perilaku

keibuan.

perasaan aman juga memiliki peran penting untuk perkembangan
social-emosional, sedangkan dasar kepercayaan penting untuk
psikososial anak. caregiver perlu memperhatikan isyarat anak
untuk memenuhi rasa aman dan kepercayaan. apa yang dirasakan
oleh anak ataupun ibu akan mempengaruhi system hormone, saat
anak merasa nyaman tubuh akan menghasilkan hormone oksitosin
begitu juga dengan ibu (Carter, 1999).

11

Bayi dapat menghitung dan berpikir
Hasil penelitian Wynn (1992) & Simon et al (1995) menunjukkan
bahwa bayi yang diperlihatkan sejumlah mainan kemudian ditutup oleh
layar kemudian mainan tersebut diambil atau ditambahkan (bayi melihat
pengambilan atau penambahan mainan tersebut) kemudian layar kembali
dibuka, maka bayi akan terkejut dengan jumlah mainan yang tidak sama
dengan pada saat awal sebelum di tutp oleh layar. Hal ini menunjukkan
bahwa bayi sudah menyadari tentang jumlah suatu benda. Bryant (1995)
menyakatan bahwa pemahaman akan jumlah sudah dimiliki sejak masa
bayi.

Wynn (1995) menyatakan bahwa kompetenci numeric adalah

bagian yang melekat pada pikiran manusia.
Bayi mengerti terhadap niat/tujuan kita
Berdasarkan Meltzoff (1995) tahapan pemahaman bayi terhadap
apa yang dilakukan sbb :



usia 18 bulan bayi dapat menyimpulkan tujuan suatu
kegiatan, ia akan tahu jika tujuan tidak akan berhasil walaupun ia tidak
pernah melihat atau melakukan sebelumnya.



usia 18 bulan, bayi mulai mengadopsi dengan sengaja apa
yang dilakukan manusia, misalnya berniat untuk membaca buku



bayi melakukan apa yang kita lakukan walaupun kita tidak
melakukannya dengan sempurna,



usia dua tahun bayi tahu arti/tujuan dari kegiatan yang
dilakukan seseorang



kemampuan dalam membaca niat merupakan langkah
penting menuju teori pikiran yang menentukan perilaku, pikiran
internal, emosi dan keinginan intention (Flavell et al, 1999: Taylor,
1996; Wellman, 1990)

12

III.
Diana

Baumrind

mengemukakan
Authoritarian,

tiga

TIPE PENGASUHAN
(1978,

model

Permissive

1989)

pola

dan

dalam

pengasuhan

Authoritative.

Ginintasasi
orang

tua,

Masing-masing

(2009)
yaitu:
pola

pengasuhan tersebut menggunakan cara-cara kontrol yang berbeda
dalam keluarga, dan masingmasing menunjukan pengaruh penting yang
diramalkan atas perasaan-perasaan dan perilaku anak. Selanjutnya, tipe
pola pengasuhan anak ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Model pola pengasuhan authoritarian


Orang tua bersikap dogmatis, menuntut, mengontrol, berkuasa
dan menghukum



Tidak memberikan penjelasan yang mereka buat



Sedikit menerima pandangan anak dan tidak memberikan
kesempatan pada anak untuk mengatur dirinya sendiri

2. Model pola pengasuhan permissive


Orang tua kurang dalam keterlibatan dan pengawasan terhadap
anak



Mereka serba memperbolehkan apa yang dilakukan anak



Cenderung mengabaikan tanggung jawab dan kepedulian
terhadap anak



Tidak menetapkan standar perilaku yang jelas dan tanpa
bimbingan terhadap anaknya

13

3. Model pola pengasuhan authoritative


Orang tua menggunakan dirinya sebagai contoh bagi anaknya



Mengajak

berpartisipasi,

mendorong

diskusi

dengan

menggunakan logika


Membuat

standar

perilaku

serta

memeliharanya

dengan

konsisten


Menghargai disiplin dan hangat dalam mengasuh tapi tetap
memelihara otoritas pemuat keputusan terakhir



Mendorong kebebasan dalam batas-batas wajar

Perangai/Watak Anak
Perangai anak dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu : anak
mudah (easy child), slow to warm child, dan anak sulit (difficult child).
Ketiga karakter tersebut merupakan karakter dasar (basic character) bayi
yang bisa terlihat dari pola tidur, makan, dan kemampuan adaptasi
dengan lingkungan baru.
Pada tipe difficult child sering bermasalah pada pola tidurnya,
sering teriak saat menangis, dan menolak bertemu orang lain. Berbeda
dengan tipe easy child, anak lebih tenang dan memiliki pola makan serta
tidur yang mudah diatur dan mudah beradaptasi dengan siapa pun.
Sedangkan, tipe slow to warm, awalnya sulit terdeteksi dini karena
merupakan pertengahan dari kedua tipe di atas. Namun tipe ini bisa
diamati, misalnya anak mudah tersentak ketika tidur kalau pun menangis
tidak meraung-raung.

14

IV.

PRINSIP-PRINSIP STIMULASI DINI

1. Stimulasi semua aspek perkembangan
Dalam memberikan stimulasi dini metode yang dapat dipakai
meliputi dengar, lihat, dan tiru/coba. Bagian yang distimulasi adalah otak
kanan-kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi- bahasa, sosioemosional, kemandirian, dan kreativitas. Cara melakukan stimulasi adalah
dengan

memberikan

rangsangan

berupa

suara,

musik,

gerakan,

perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan,
mengelompokkan,

memecahkan

masalah,

mencoret,

menggambar,

merangkai, dll.
2. Stimulasi fungsi bagian otak kiri dan kanan
Otak manusia mempunyai dua belahan, yaitu otak kanan dan otak
kiri. Kedua belahan otak tersebut mempunyai fungsi dalam proses
berpikir. Otak kanan dan otak kiri masing-masing mempunyai spesialisasi
kemampuan tertentu, namun terkadang terdapat persilangan fungsi di
antara keduanya. Dalam melakukan tugasnya kedua otak ini juga saling
bekerja sama.
Otak kiri mempunyai kemampuan dalam mengatur proses berpikir
analitis dan logis, fungsi bahasa serta kemampuan sains dan matematika.
Selain itu, otak kiri juga berfungsi untuk mengatur kerja organ yang ada di
sebelah kanan. Sehingga, tidaklah heran jika otak kiri cenderung lebih
berkembang karena sebagian besar dari kita menggunakan tangan kanan

15

untuk melakukan berbagai pekerjaan terutama menulis. Semakin banyak
gerakan yang dilakukan oleh tangan kanan akan semakin meningkatkan
dominasi otak kiri dalam proses berpikir.
Di belahan yang lain, otak kanan di samping mengatur kerja organ
yang berada di sisi kiri, bagian ini juga mengambil peran dalam mengatur
proses berpikir global dan lebih mengutamakan intuisi. Selain itu,
kemampuan seni, musik, dan kreativitas juga dikendalikan oleh otak
kanan.
Kedua belahan otak ini mempunyai peran yang sama pentingnya.
Oleh karena itu, seseorang akan dapat seimbang dalam setiap aspek
kehidupannya apabila dapat mengoptimalkan kemampuan kedua belahan
otak ini. Seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk berpikir
dengan otak kiri hendaknya mengimbangi dengan proses berpikir
menggunakan otak kanan untuk mencegah terjadinya stress dan
penurunan

kesehatan

fisik.

Sebaliknya,

orang

yang

cenderung

menggunakan otak kanannya, sebaiknya berusaha mengimbangi dengan
menggunakan pula otak kiri dalam aktivitas berpikirnya.
Berikut ini adalah ciri-ciri anak yang didominasi oleh salah satu
belahan otak menurut Joan Freeman dan Utami Munandar:
Otak Kanan:
-

Senang belajar kelompok

-

Tidak senang duduk dan kurang giat belajar

-

Senang bergerak, memegang, menyentuh, dan meng erjakan
sesuatu

-

Prestasi di sekolah tidak cemerlang

-

Menyenangi cahaya yang temaram dan kehangatan

Otak Kiri:
-

Senang belajar sendiri

-

Mandiri

-

Gigih, keras hati

-

Duduk tenang ketika belajar

-

Prestasi di sekolah baik

16

-

Senang pengajaran formal

Semua orang tua pasti menginginkan anaknya mempunyai kecerdasan
yang seimbang, sehingga yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah
sejak dini mengasah kemampuan anak untuk menggunakan kedua
kemampuan otaknya secara seimbang.
3. Terintegrasi dalam kegiatan sehari-hari, saat berinteraksi
dengan anak (sejak bayi)
Stimulasi yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari juga
penting dilakukan sejak masa bayi. Waktu melakukan stimulasi adalah
setiap kali orang tua berinteraksi dengan anak (menyusui, menidurkan,
memandikan, ganti baju, bermain, nonton TV, dsb).
4. Tipe Pengasuhan Authoritative
salah satu ciri dari tipe pengasuhan authoritative adalah sensitive
terhadap isyarat dan kebutuhan anak, memiliki toleransi yang tinggi,
mengedepankan diskusi dan selalu memberikan dukungan pada anakanak. Menanamkan kedisiplinan tidak dengan ancaman hukuman, namun
dengan memperbaiki kesalahan. Tipe pengasuhan yang authoritative
akan membentuk karakter anak yang easy child, hal ini akan membuat
anak lebih mudah dalam mempelajari hal-hal baru dan membantu
perkembangan cognitive yang lebih tinggi, kreatifitas serta multiple
intelegence anak. Selain itu anak-anak juga akan memiliki kemampuan
berkomunikasi yang lebih baik
5. Stimulasi sejak dini dan terus menerus
Stimulasi yang dilakukan sejak dini dan terus menerus akan
memberikan dampak yang sangat besar pada perkembangan anak. Hasil
dari Abecederian Project, CARE Project, IHDP dll memperlihatkan bahwa
stimulasi berupa intervensi edukasi yang dilakukan sejak masa bayi
hingga usia anak 48-52 bulan memiliki manfaat yang paling besar
terhadap kognitif dan kemampuan pre-akademik anak. Namun anak-anak
dengan orang tua yang memiliki tingkat ekonomi menengah biasanya
baru dapat melakukan intervensi edukasi saat usia anak 4 tahun
(sebagian kecil saat usia 3 tahun) dengan memasukkan mereka kedalam

17

program-program intensif seperti pre-school atau sekolah taman kanakkanak, hal ini masih memiliki manfaat yang medium dibandingkan dengan
anak yang lebih lambat di berikan intervensi edukasi atau bahkan tidak
sama sekali (Ramey et al, 2006).
Anak-anak yang dimasukkan ke taman kanak-kanak / pre-school
signifikan memiliki skor yang lebih tinggi pada kemampuan membaca dan
wawasan saat usia 12 tahun, serta kemampuan membaca dan
mathematics saat usia 15 tahun.
6. Pengaturan waktu stimulasi dan batasannya
Kapan waktu yang tepat untuk sebuah stimulasi sangat tergantung
dari pertumbuhan dan pematangan neural circuit pada otak anak. Hal ini
menyebabkan diperlukannya beberapa stimulasi yang berbeda di setiap
tahap pertumbuhan anak. Pelatihan dan pengalaman yang diberikan
memiliki pengaruh yang kecil

sampai anak berada di ambang

kompetensinya. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Overman et al (1992)
yang setiap hari melakukan tes sejak bayi berusia 12 bulan, tes tersebut
sukses dilakukan saat bayi berusia 21 bulan, namun kesuksesan bayi
tersebut sama dengan bayi lain yang baru di lakukan uji pertama kali
pada usia 21 bulan. Dapat disimpulkan bahwa setiap tahap pertumbuhan
anak memiliki kompetensi yang berbeda, sehingga beberapa tahap
perkembangan dapat dicapai tanpa memerlukan pengalaman. Namun
latihan – latihan membantu kemajuan dalam mencapai kompetensi anak
dan dapat dilakukan dua minggu sebelum masuk ke tingkat kompetensi
selanjutnya.
7. Intensitas
Stimulasi dapat dilakukan setiap saat, semakin intensif hasilnya
semakin positif (Ramey, 1996). Intensitas stimulasi dapat diukur dengan
jumlah jam/hari, atau jam/minggu dll. Orang tua dan anak yang aktif dan
secara regular berpartisipasi dalam stimulasi menunjukkan kemajuan
yang sangat besar.

18

Program intervensi home visit secara dini dilaporkan memberikan
efek yang signifikan terhadap kognitif anak dengan tiga kali kunjungan
setiap pekan (Powell, et al, 1989). Intervensi yang intensif selama 3 tahun
berhubungan linear dengan kemampuan intelektual dan perkembangan
perilaku anak di usia 36 bulan.
Kurang

berkembangnya

kemampuan

kognitif

anak

akan

menyebabkan retardasi mental (IQ < 70). Hal ini dapat dicegah dengan
melakukan intervensi edukasi sedini mungkin pada anak terutama pada
anak yang berasal dari keluarga yang tidak memberikan stimulasi yang
cukup. Ramey et al (1992) menyatakan bahwa pada grup yang tinggi
partisipasi intervensi menurunkan angka retardasi mental hingga 9 kali,
sedangkan cukup partisipasi menurunkan retardasi mental 5 kali,
partisipasi rendah menurunkan retarasi mental hanya 1.3 kali dan hal
tersebut tidak berhubungan dengan berat saat lahir, pendidikan serta
pendapatan orang tua. Seperti terlihat pada Gambar 3, bahwa
peningkatan perkembangan syaraf kognitif anak sangat ditentukan pada
masa bayi atau usia pre-school. Stimulasi yang diberikan di usia dini
meningkatkan perkembangan syarat kognitif anak secara signifikan.

Gambar 3. Hipotesis rentang reaksi perkembangan syaraf kognitif
yang dipengaruhi oleh pengalaman (sumber : Ramey (1998))

19

8. Intervensi Langsung
Intervensi langsung lebih berpengaruh positif dan efeknya tahan
lama dibandingkan dengan intervensi tidak langsung, misalnya antara
kunjungan kerumah untuk menstimulasi anak (home visit) dibandingkan
dengan pelatihan tata cara stimulasi pada orang tuanya saja. Penelitian
yang dilakukan Wasik et al (1990) pada anak-anak miskin setelah lahir
hingga usia lima tahun mengkombinasikan home visit dengan daily center
menghasilkan pertumbuhan kognitif yang lebih baik daripada hanya
melakukan home visit saja. Penelitian lain yang dilakukan oleh Powell et
al (1989) menunjukkan bahwa untuk menghasilkan perbaikan yang
signifikan terhadap perkembangan kognitif anak diperlukan home visit
minimal tiga kali dalam satu pekan.
9. Setiap individu anak berbeda
Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang berbeda-beda bahkan
kembar sekalipun. Anak yang lahir prematur memiliki resiko biologis yang
lebih besar dibandingkan dengan anak yang lahir cukup umur. Hal ini
dikarenakan organ-organ vital pada bayi premature belum cukup matang
sehingga fungsinya masih harus dibantu oleh peralatan medis. Resiko
yang paling penting adalah perkembangan jaringan syaraf otak, jika
belum optimal maka akan menurunkan potensi kecerdasannya. Adapun
potensi kecerdasan diwariskan dari genetic ayah dan ibu, namun untuk
factor gen dari ibu memiliki persentase yang lebih besar pengaruhnya
daripada gen ayah. Penelitian yang dilakukan oleh Landesman, 1989 ;
Garber et al, 1988; Blair et al, 1995, anak yang dilahirkan dari ibu yang
mengalami retardasi mental menunjukkan IQ yang lebih tinggi sedikitnya
20 poin dari IQ ibunya. Hal ini tentu didukung dengan asupan gizi ibu
yang baik saat kehamilan.
Stimulasi yang dilakukan pada anak yang berkemampuan/IQ tinggi
berbeda dengan anak yang berkemampuan/IQ rendah. Anak yang
memiliki IQ tinggi dapat dengan mudah melakukan suatu kegiatan

20

dengan instruksi langsung, namun anak-anak dengan IQ rendah harus
melalui pembelajaran perantara terlebih dahulu (Cole et al, 1996).
Jenis temperamen anak juga mempengaruhi cara pemberian
stimulasi.

Anak

yang

easy

temperamen

dapat

dengan

mudah

mempelajari dan menerima stimulasi yang diberikan, namun untuk anak
yang difficult dan slow to warm temperamen perlu waktu adaptasi untuk
melakukan suatu pembelajaran.
10. Maintenance
Stimulasi perlu dilakukan terus-menerus secara konsisten sejak
bayi hingga minimal usia 8 tahun. Anak-anak yang menerima intervensi
selama 8 tahun pada usia 8 tahun memiliki kemampuan terbaik pada
bidang matematika dan membaca. Namun jika intervensi hanya dilakukan
sampai usia 5 tahun dampaknya lebih rendah (Horacek et al, 1987). Hasil
penelitian Garber et al, 1988 : Ramey et al, 1992, menunjukkan bahwa
anak-anak yang terus menerima intervensi, pada usia 12 tahun
memperlihatkan performa akademik yang baik, serta menurunkan angka
“tinggal kelas” hingga 50%.
11. omprehensive
Stimulasi perlu dilakukan secara komprehensif atau mencakup
seluruh aspek kehidupan anak. Contoh yang dilakukan pada program
intervensi Abecederian, CARE, Milwaukee, IHDP, selain intervensi edukasi
yang diberikan pada anak-anak juga menyediakan pelayanan kesehatan
dan social kepada keluarga. Pelayanan kesehatan tersebut mencakup
pada perbaikan gizi, pelayanan obat-obatan, dukungan makanan, tempat
tinggal, pekerjaan, transportasi dan pendampingan. Layanan yang
komprehensif dan beberapa jalur memiliki efek yang lebih kuat daripada
focus yang sempit (Schorr et al, 1988).

21

V.

TAHAPAN STIMULASI

Stimulasi untuk anak usia 0-3 bulan
Pada usia 0-3 bulan yang diperlukan bayi adalah rasa nyaman, aman,
sayang. Untuk itu hal yang dapat dilakukan oleh caregiver adalah :


Menyentuh, memegang, memeluk, menggoyang, serta
mengayun bayi.



Melakukan kontak mata, tersenyum, berbicara, menyayikan
lagi, memperdengarkan irama music, bel, atau suara gemerincing
pada bayi.



Memperlihatkan

sinar,

warna

hitam

dan

putih,

memperlihatkan mainan yang bisa bergerak atau berputar


melatih untuk berguling dan duduk

Stimulasi untuk anak usia 3-6 bulan
Stimulasi tahap usia 0 – 3 bulan terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut :


memanggil nama si bayi



bermain ciluk ba



melihat cermin



melatih untuk berguling dan duduk



memegang dan bermain dengan mainan

22

Stimulasi untuk anak usia 6-9 bulan
Stimulasi tahap usia 3 - 6 bulan terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut


Memanggil nama si bayi dan gerakan tangan untuk dadah (byebye)



Menunjuk objek



Bersalaman, bertepuk tangan



Memegang cangkir, minum dari cangkir



Duduk, berdiri dengan berpegangan, melatih untuk berdiri

Stimulasi untuk anak usia 9 - 12 bulan
Stimulasi tahap usia 6 - 9 bulan terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut


Melatih berbicara satu kata : mama, papa, bobo, mimi



Berdiri, berjalan



Menggelindingkan bola,



Minum dari cangkir



Mencorat-coret



Meniru kegiatan

Stimulasi untuk anak usia 12 - 18 bulan
Stimulasi tahap usia 9 - 12 bulan terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut


Menunjuk gambar atau objek



Menggabungkan kata



Mencorat-coret



Menyusun bangunan dari balok, menyusun puzzle



Menggunakan sendok, dapat dimintai bantuan sederhana



bermain dengan boneka,



Meniti tangga, berjalan mundur, membungkuk,



Berlari, menendang bola,

Stimulasi untuk anak usia 18 - 24 bulan

23

Stimulasi tahap usia 12 - 18 bulan terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut


Mengenal nama-nama bagian tubuh



Tahu nama-nama kegiatan sehari-hari, membuat kalimat sederahana



Bercerita, bermain music



Bermain lilin mainan



Mencuci dan mengeringkan tangan, membuka pakaian



Melempar bola, melompat



Menggosok gigi

Stimulasi untuk anak usia 2-3 tahun
Stimulasi tahap usia 18 - 24 bulan terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut


Tahu nama teman / saudara



Tahu nama-nama warna



Menghitung mainan



Mengetahui sifat,



Meniru garis vertical



Bermain boneka, kartu, permainan/games,



Menggosok gigi



Membuka t-shirt,



Membantu pekerjaan rumah,



Melompat jauh

Stimulasi untuk anak usia 3-5 tahun
Stimulasi tahap usia 2-3 tahun terus dilakukan dengan penambahan
kegiatan berikut


toilet training, berpakaian, mandiri



meniru lingkaran, plus, kotak, menggambar



Mengetahui prepositions, opposites



Melompat, keseimbangan kedua kaki, mampu berjalan jinjit



Menghitung, memberi nomor

24



Memegang pensil, menulis



Berbagi dengan teman, menungkapkan pendapat, membahas
cerita pendek, mengenal program TV

VI.

ALAT PERMAINAN STIMULASI

Berikut ini pemaparan mengenai alat permainan untuk anak usia 0-5
tahun berdasarka Kania (2006)
Anak usia 0 – 12 bulan
Tujuan :


Melatih refleks-refleks (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.



Melatih kerja sama mata dengan tangan



Melatih kerja sama mata dengan telinga



Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan



Melatih mengenal sumber asal suara



Melatih kepekaan perabaan



Melatih keterampilan dengan gerakan berulang-ulang

Alat permainan yang dianjurkan:


Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang



Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka

25



Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang



Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara



Alat permainan berupa selimut dan boneka



Giring-giring

Anak usia 12 – 24 bulan
Tujuan:


Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara



Memperkenalkan sumber suara



Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik



Melatih imajinasinya



Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan:


Genderang, bola denga giring-giring didalamnya



Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik



Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (cangkir, piring,
sendok, botol plastik, ember dll.), balok-balok besar, kardus-kardus
besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil
warna.

Anak usia 25 – 36 bulan
Tujuan:


Menyalurkan emosi/perasaan anak



Mengembangkan ketrampilan berbahasa



Melatih motorik halus dan kasar



Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna)



Melatih kerja sama mata dan tangan



Melatih daya imajinasi



Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda

Alat permainan yang dianjurkan:

26



Lilin yang dapat dibentuk



Alat-alat untuk menggambar



Puzzle sederhana



Manik-manik ukuran besar



Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna berbeda



Bola

Anak usia 36 – 72 bulan
Tujuan:


Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan



Mengembangkan kemampuan berbahasa



Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi



Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain purapura (sandiwara)



Membedakan benda dengan perabaan



Menumbuhkan sportivitas



Mengembangkan kepercayaan diri



Mengembang kreativitas



Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari dll)



Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus
dan kasar



Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya



Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misalnya pengertian terapung dan tenggelam



Mengenalkan suasana kompetisi, gotong royong

Alat permainan yang dianjurkan:


Berbagai benda dari sekitar rumah, bulu bergambar, majalah anakanak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air



Teman-teman bermain: anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah

27

VII.

DAFTAR PUSTAKA

Ginintasasi, R. 2009. Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua terhadap
Perkembangan Kemandirian dan Kreativitas Anak. Jurusan
Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Bandung
Herawati, T. 2011. Stimulasi Perkembangan Motorik dan Kecerdasan
Anak.http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/index.php?
option=com_content&view=article&id=175:stimulasi-pe. Di unduh
pada tanggal 18 Desember 2012.
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta
Kania, N. 2006. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak untuk Mencapai
Tumbuh Kembang yang Optimal. Makalah yang disampaikan pada
Seminar “Stimulasi Tumbuh Kembang Anak” Bandung, 11 Maret
2006.
Ramey, C. T. (1992). High-risk children and IQ: Altering Intergenerational
Patterns. Intelligence, 16, 239–256.
Ramey,C. T;Ramey, S. L. 1998. Early Intervention and Early Experience.
The American Psychological Association, Inc. 0003-066X/98/$2.00
Vol. 53, No. 2, 109-120

28

Ramey,C. T;Ramey, S. L; Lanzi R. G. 2006. Handbook of Child
Psychology, Chapter 21: Children’s Health and Education. 864-892
Santrok.
Physical
and
cognitive
development
in
infancy.
http://highered.mcgrawhill.com/sites/dl/free/0070909695/120220/san
trock_edpsych_ch02.pdf. di unduh pada tanggal 25 Desember 2012.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22