Pelatihan IO dan IRIO

Analisis Input – Output

Daftar isi







Pengertian dan konsep dasar
Analisis angka pengganda (multiplier)
Input-output region tunggal
Input-output antarregion
Analisis keterkaitan antarsektor
Model input-output tertutup

Pengertian dan
konsep dasar

Proses produksi

Input primer
(primary input)

INPUT

Input antara
(intermediate input)

Pemakai akhir
(final demander/user)

OUTPUT

Pemakai antara
(intermediate user)

Transaksi input antara


Dalam konteks input antara terjadi arus/perpindahan

barang antarsektor. Misalkan dari sektor i ke sektor j.




Bisa juga terjadi intrasektor, yaitu dari sektor i ke i itu sendiri

Xi ialah bahwa total output sektor i,
zij ialah nilai uang dari arus barang
--atau nilai transaksi-- dari sektor i ke sektor j
Yi ialah total permintaan akhir sektor i .
Jika ada n sektor di ekonomi, dapat dituliskan bahwa
Xi = zi1 + zi2 + zi3 + . . . zin + Yi

Untuk seluruh perekonomian


Terdapat n-buah (artinya n-baris) persamaan seperti di atas, yang
dapat dinyatakan dalam suatu sistem persamaan seperti berikut


Baris vs. kolom


Secara baris, kita melihat
struktur distribusi output
antara masing-masing sektor
Ke pemakai antara dan
pemakai akhir



Secara kolom, kita melihat
distribusi input antara masingmasing sektor
Dari produsen input antara dan
input primer

Dalam satu tabel

Tiga matrix dasar


z11
Z 
z21

z12 
z22 


Y1  C1  G1  I 1  E1 
Y    

Y
C

G

I

E
 2  2

2
2
2

L1
W 
N 1

L2 
N2 


Sampai saat ini …






Seluruh informasi mengenai struktur input dan output

produksi telah diletakkan dalam suatu tabel yang relatif
utuh
Tabel tersebut tidak lain adalah suatu gambar atau
potret perekonomian di satu titik waktu
Kini waktunya untuk analisis lanjutan

Koefisien input-output (i-o coefficient)


Nama lain: koefisien input langsung (direct input coefficient)

aij 

zij
Xj

a32 = 0,3 berarti untuk
memproduksi setiap
Rp 1 output sektor 2,
dibutuhkan input

antara dari sektor 3
sebesar 30 sen

Matriks teknologi


Jika ada n sektor, maka akan
ada nxn banyaknya koefisien
input-output aij.



Keseluruhan koefisien tersebut
dapat disajikan dalam sebuah
matriks A sebagai berikut



Matriks ini disebut pula matriks
teknologi




Salah satu konsekuensi dari
perhitungan koefisien inputoutput ialah sebagai berikut:

aij 

zij
Xj

 zij  aij X j

Dengan beberapa manipulasi aljabar …


Dengan menyatakan bahwa
zij = aij . Xj
maka sistem persamaan kita
yang terdahulu dapat

dituliskan ulang dalam bentuk
berikut

Dan beberapa manipulasi aljabar lagi …
X 1  a11 X 1  a12 X 2   a1 n X n  Y1

X 2  a21 X 1  a22 X 2   a2 n X n  Y2


X  a X  a X   a X  Y
nn n
n
 n n1 1 n2 2

1  a11
 a
 21
 

 an 1


(1  a11 ) X 1  a12 X 2   a1 n X n  Y1

a21 X 1  (1  a22 ) X 2   a2 n X n  Y2


a X  a X   (1  a ) X  Y .
nn
n
n
 n1 1 n2 2

a12 
1  a22 

an 2

a1 n X 1  Y1 
 Y 
a2 n 

X
2
   2 

      
   
 1  ann X n  Yn 

(I - A)X = Y

Sehingga jika kita bertanya:


Bagaimanakah efek suatu perubahan eksogen (yaitu perubahan
pada nilai permintaan akhir Y) terhadap output X?
Kita ketahui bahwa (I – A)X = Y. Maka,

X = (I
A)
  

-1

Matriks
Leontief Inverse

Y

Leontief Inverse dan pengganda Keynes
-1

X = (I - A) Y
b11
b
-1
(I - A)  B   21


bn 1

Y

1
(1 c )

(C 0  I 0  G0 )

b12
b22

bn 2

 b1 n 
 b2 n 




 bnn 

Kasus hipotetis

Leontief inverse

Perubahan final demand

Dalam bentuk tambahan (incremental)

Beberapa konsep
tambahan

Efek langsung dan tidak langsung


Jika terjadi tambahan permintaan akhir tentunya tambahan tersebut
haruslah diproduksi, dan otomatis menjadi tambahan output. Di
contoh kasus kita di atas, terjadi tambahan permintaan akhir untuk
sektor 1 sebesar 200. Otomatis output sektor 1 harus naik
setidaknya sebesar 200 tersebut. Inilah yang disebut dengan EFEK
LANGSUNG



Memproduksi tambahan output akibat efek langsung tadi
memerlukan input dan bahan baku dari sektor 2. Bagi sektor 2 ini
adalah tambahan permintaan. Namun dalam proses produksinya,
sektor 2 membutuhkan input pula dari sektor 1 → sehingga output
sektor 1 lag-lagi naik. Kenaikan karena keterkaitan antarsektor ini
disebut dengan EFEK TIDAK LANGSUNG

Round-by-round effect

Jika dilakukan terus menerus …


Bagaimana membuktikan bahwa jika tahap-tahapan
tersebut dilakukan terus menerus hingga tambahan
output yang diperlukan oleh setiap sektor adalah nol,
maka nilai total output yang diperlukan tersebut akan
dapat dinyatakan dalam X = (I – A)-1 Y

Pembuktiannya begini:

Konsekuensi efek langsung


Koefisien aii nilainya harus lebih besar dari 1. Membuktikannya?

Presentasi grafis sistem solusi
Dalam model 2-sektor, sistem
persamaannya adalah sbb.:
(1  a11 ) X 1  a12 X 2  Y1

a21 X 1  (1  a22 ) X 2  Y2

Secara grafis, harus didapatkan
sedemikian hingga solusinya ada
di kuadran I (yaitu, jumlah input
yang digunakan haruslah positif

Kedua persamaan tersebut dapat
dinyatakan dalam bentuk
X2 = f ( X 1 )
dan agar solusinya berada di
kuadran I maka kemiringan dua
garis tersebut haruslah memenuhi
syarat tertentu

Syarat solusi yang relevan:
Dua persamaan garis
a

a21 X 1  (1  a22 ) X 2  Y2



X 2  (1 1a22 ) Y2  (1 a2122 ) X 1

(1  a11 ) X 1  a12 X 2  Y1



X 2  a121 Y1 

(1 a11 )
a12

X1

Maka harus dipenuhi kendala bahwa:

Dua komponen ini
harus positif
Ini tidak lain adalah determinan
matriks A, sehingga | I – A | > 0

Hawkin-Simons Condition

Efek tidak langsung – IO Indonesia 1990

Kode tabel
1 Pertanian
2 Pertambangan
& penggalian
3 Industri
4 Listrik, gas &
air minum
5 Konstruksi
6 Jasa non-publik
7 Jasa publik
& jasa lainnya
8 Kegiatan yg tdk
jelas batasannya

Analisis angka
pengganda (multiplier)

Angka pengganda


Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang
terjadi terhadap variabel-variabel endogen, yaitu output
sektoral, apabila terjadi perubahan variabel-variabel
eksogen, seperti permintaan akhir, di perekonomian

Perubahan
variabel eksogen
--- konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah ---

Perubahan
variabel endogen
--- output/produksi --Angka pengganda
(multiplier)

Tiga macam angka pengganda


Pengganda output (output multiplier)



Pengganda pendapatan rumah tangga
(income multiplier)



Pengganda tenaga kerja (employment multiplier)

Angka pengganda output


Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu
sektor tertentu (katakan sektor i), berapa besar
tambahan output sektor tersebut?

Rp 1 tambahan final demand
di sektor i
--- konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah ---

Tambahan output
di sektor i

Angka pengganda output
(output multiplier)

Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
0,1 0,2 
A 

0,3
0,3



1,228 0,351 
(I  A)1  

0,526
1,579



Katakan terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1 untuk sektor 1
sementara final demand sektor 2 tidak berubah. Dituliskan,
1 
Y   
0

Dengan menggunakan

X  (I  A)1 Y

1,228 0,351 1  1,228 
X  
0  0,526 
0,526
1,579

  


Angka pengganda (multiplier) output sektor 1:

O1 

1,754 unit uang
 1,754
1 unit uang

Untuk sektor 2, dan seterusnya …
Dengan cara yang sama, jika terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1
untuk sektor 2, sementara final demand sektor 1 tidak berubah, maka
0 
Y   
1 

Dengan menggunakan

X  (I  A)1 Y

1,228 0,351 0  0,351 
X  
1  1,579 
0,526
1,579

  


Angka pengganda (multiplier) output sektor 2:

O2 

1,930 unit uang
 1,930
1 unit uang

n

Sehingga secara umum dapat dituliskan

O j   bij
i 1

Angka pengganda pendapatan RT




Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu
(katakan sektor i), berapa besar tambahan pendapatan rumah
tangga di sektor tersebut?
Pendapatan rumah tangga berasal dari penerimaan gaji/upah tenaga
kerja – yang pada gilirannya merupakan proporsi tertentu dari output
yang diproduksi

Rp 1 tambahan final demand
di sektor i
--- konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah ---

Tambahan output
di sektor i

Angka pengganda output
(output multiplier)

Tambahan
pendapatan
rumah tangga
di sektor i

Angka pengganda
pendapatan rumah tangga
(household income
multiplier)

Hubungan output-pendapatan rumah tangga


Pendapatan rumah
tangga berasal dari
pembayaran upah/gaji
oleh sektor produksi



Untuk setiap Rp1 output
sektor i, berapakah
proporsi yang
dikeluarkan untuk
membayar upah/gaji?



Dapat dilihat pada matriks input primer. Biasanya diletakkan sebagai
input primer pertama

Sehingga, proporsi upah/gaji dalam struktur produksi
Sektor i dapat dilihat pada koefisien an+1,i

Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
1,228 0,351 
(I  A)1  

0,526 1,579 

Tambahan pendapatan rumah tangga:
H 1  (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297
H 2  (0,2)(0,351)  (0,35)(1,579)  0,6228

Ini adalah SIMPLE HOUSEHOLD
INCOME MULTIPLIER, dinotasikan:

an 1,1  0,2
an 1,2  0,35

n

H j   an 1,i bij
i 1

Efek awal alternatif  Type-I multiplier
Di contoh terdahulu, angka multiplier
didapatkan dengan menggunakan
efek awal (initial effect) dari
perubahan sektoral, yaitu sebesar
Rp 1. Sehingga:

Alternatif lain adalah dengan
menggunakan efek awal sebesar
proporsi upah/gaji dalam total
output, yaitu koefisien an+1,j.
Sehingga:

H 1  (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297

Y1 

H1 

0,4297 unit uang
 0,4297
1 unit uang

(0,2)(1,228)  (0,35)(0,526)
 2,148
0,2

Ini disebut dengan
TYPE-1 HOUSEHOLD INCOME
MULTIPLIER

Angka pengganda tenaga kerja




Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor
tertentu (katakan sektor i), berapa besar tambahan penyerapan
tenaga kerja di sektor tersebut?
Terdapat hubungan yang proporsional antara output yang
diproduksi dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jika kita
ketahui besar tambahan output yang akan diproduksi, maka dapat
dihitung pula jumlah tenaga kerja yang diperlukan

Rp 1 tambahan final demand
di sektor i
--- konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah ---

Tambahan output
di sektor i

Angka pengganda output
(output multiplier)

Tambahan
serapan
tenaga kerja
di sektor i

Angka pengganda
tenaga kerja
(employment multiplier)

Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
Kita membutuhkan data jumlah pekerja
Di setiap sektor. Katakan data yang ada:
Sektor 1 = 4 orang pekerja
Sektor 2 = 10 orang pekerja
Selanjutnya dapat dihitung rata-rata
output sektoral untuk tiap pekerja:

wj 

Berarti:

w1 

Xj
Lj
4
 0,004
1000

10
w2 
 0,005
2000

1,228 0,351 
(I  A)1  

0,526 1,579 

Tambahan jumlah pekerja:
E1  (1,228)(0,004)  (0,526)(0,005)  0,0075
E2  (0,351)(0,004)  (1,579)(0,005)  0,0093

Ini adalah SIMPLE EMPLOYMENT
MULTIPLIER, dinotasikan:
n

E j   wn 1,i bij
i 1

Efek awal alternatif  Type-I multiplier
Di contoh terdahulu, angka multiplier
didapatkan dengan menggunakan
efek awal (initial effect) dari
perubahan sektoral, yaitu sebesar
Rp 1. Sehingga:
E1  (1,228)(0,004)  (0,526)(0,005)
 0,0075
E2  (0,351)(0,004)  (1,579)(0,005)

Alternatif lain adalah dengan
menggunakan efek awal sebesar
proporsi upah/gaji dalam total
output, yaitu koefisien wj. Sehingga:
0,0075
 1,875
0,004
0,0093
W2 
 1,860.
0,005

W1 

 0,0093

Ini disebut dengan
TYPE-1 EMPLOYMENT
MULTIPLIER

Data input-output Indonesia 1990

Kode tabel
1 Pertanian
2 Pertambangan
& penggalian
3 Industri
4 Listrik, gas &
air minum
5 Konstruksi
6 Jasa non-publik
7 Jasa publik
& jasa lainnya
8 Kegiatan yg tdk
jelas batasannya

Angka pengganda pendapatan RT

Angka pengganda tenaga kerja

Input-output regional

Motivasi


Mengapa mempelajari input-output tingkat regional?



Karakteristik dan ciri suatu perekonomian regional bisa jadi berbeda
dengan perekonomian nasionalnya.
Semakin kecil suatu perekonomian, semakin besar
ketergantungannya kepada faktor-faktor eksogen dari luar
perekonomian tersebut





Input-output nasional tidak begitu saja dapat digunakan untuk
menganalisis suatu perekonomian regional

Input-output regional


Input-output region tunggal



Input-output antarregion

Input-output region
tunggal

Koefisien teknologi regional


Koefisien teknologi regional bisa didapatkan dengan dua
cara:


Metode survei, menanyakan kepada pelaku ekonomi di region
ybs. tentang struktur produksinya



Metode non-survei, dengan mengambil suatu patokan (biasanya
perekonomian nasional) dan melakukan proses penyesuaian
koefisien

Metode survei


Perusahaan ditanyai tentang struktur inputnya: input
antara dan input primer



Untuk mendapatkan koefisien teknologi regional, maka
perusahaan juga perlu memberitahukan besarnya input
yang berasal dari dalam region sendiri dan besarnya
input yang berasal dari luar region



Rumit vs. layak?

Metode non-survei


Mengambil patokan (proxy) bagi perekonomian regional yang
sedang diteliti



Alternatifnya?
Perekonomian nasional
Asumsinya ialah bahwa struktur produksi (atau teknologi) di tingkat
nasional sama dengan di tingkat regional
 Perekonomian region lain
Bagaimana memilih region lain yang “mirip” dengan region yang sedang
diteliti




Melakukan proses penyesuaian (adjustment) dari koefisien nasional
(atau koefisien regional daerah lain) untuk menunjukkan koefisien
regional daerah yang sedang diteliti

Penyesuaian nasional-regional

Matriks teknologi (A)
Nasional

Matriks teknologi (A)
Regional

Koefisien penyesuaian
(adjustment coefficient)

Koefisien Penyesuaian (1)


Location quotient

Yi R Yt R
LQi  N N
Yi Yt

LQ dapat dihitung dengan data pendapatan atau tenaga kerja

aij
a 
aij .LQi
R
ij

jika LQi  1



Kriteria penyesuaian:



Dengan begitu, didapatkan matriks A baru yang relevan untuk
region yang sedang diteliti



Data yang dibutuhkan hanyalah data untuk menghitung LQ (untuk
tiap sektor)

jika LQi  1

Koefisien Penyesuaian (2)
piR 

X iR  E iR



Regional supply percentage



piR = 0,7 berarti 70% dari keseluruhan persediaan barang sektor i,
yang ada di region tersebut, berasal dari produksi region itu sendiri.
Selebihnya (yaitu yang 30%) berasal dari luar region



Metode penyesuaian:

X iR  E iR  M iR

Kalikan baris i dari matriks teknologi A dengan regional supply
percentage piR . Maka akan didapatkan matriks A baru yang relevan
untuk region yang sedang diteliti


Data yang dibutuhkan adalah output, ekspor dan impor setiap
sektor di tingkat regional

Metode RAS partial-survey






Metode survei seringkali menjadi terlalu mahal untuk dapat
membuat matriks transaksi input-output. Di samping itu pertanyaan
yang harus dijawab oleh sektor usaha sangatlah rinci dan sulit
Namun, metode non-survei seringkali dianggap terlampau
sederhana untuk menangkap kondisi perekonomian daerah
Metode partial-survey merupakan kompromi, di mana survey yang
dilakukan tidak harus serinci metode survey. Sektor usaha tetap
dimintakan informasi tentang struktur input-nya, tetapi tidak harus
mengidentifikasi region asal input dan region penerima outputnya.

Prinsip dasar metode RAS

Nasional

Total output antara

Matriks transaksi
antara (A)

Total input antara

???
Matriks transaksi
antara (A) regional
???

Regional
Total input antara
Total input

Total output antara

Total input

Analisis input-output regional


Setelah didapatkan matriks koefisien input regional,
maka analisis dapat dilakukan seperti halnya dengan
input-output nasional


Sebagai contoh, analisis angka pengganda (multiplier), analisis
keterkaitan antarsektor, dst.

Input-output
antarregion (IRIO)

Struktur IO region tunggal
Sektor
1
2

Sektor

Input
Primer

1
2
3
:
n
Upah
Proft
Pajak
:

Permintaan akhir
3

...

n
C

Transaksi
antarindustri

I
G
Permintaan akhir

Total
Output

Input primer

Total Input

Transaksi
antarindustri

Koefsien input (A)

Leontief inverse (I-A)-1

Matriks transaksi antarregion

Struktur IO antarregion
Region
Sektor
1

1
:
n

2

1
:
n

3

1
:
n

Input
Primer

Upah
Proft
:

Total Input

1

1
...

n

1

2
...

n

1

3
...

n

Permintaan akhir
C
I
G

Total
Output

Struktur data survei


Selain transaksi intraregion, juga dibutuhkan data
mengenai transaksi antarregion



Lebih spesifik lagi, sektor usaha harus dapat
mengidentifikasi dari region mana asal dari setiap input
antara dan input primer yang digunakan dalam proses
produksi

Efek umpan balik antarregion

Contoh kasus hipotetis

Leontief inverse antarregional

Analisis keterkaitan
(linkage analysis)

Jenis analisis keterkaitan


Backward Linkage
Forward Linkage



Beberapa aplikasi:






Multiplier product matrix (MPM) analysis
Extraction method

Backward linkage – keterkaitan ke belakang








Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan
output sektor-sektor lainnya, melalui dua cara.
Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatkan
permintaan input sektor i tersebut.
Input sektor i tadi ada yang berasal dari sektor i sendiri, ada pula
yang berasal dari sektor lain, katakan (di model dua sektor) sektor j.
Sektor i meminta output sektor j lebih banyak dari sebelumnya,
yang berarti harus ada peningkatan output sektor j.
Peningkatan output sektor j ini, pada gilirannya, akan meningkatkan
permintaan input sektor i itu sendiri, Begitu seterusnya, terjadi
keterkaitan antarsektor industri tersebut.
Keterkaitan antarsektor industri yang seperti ini disebut dengan
keterkaitan ke belakang (backward linkage), karena keterkaitannya
bersumber dari mekanisme penggunaan input produksi

Ukuran backward linkage




Direct backward linkage

Total backward linkage

n

B(d ) j   aij
i 1

n

B(d  i ) j   bij
i 1

Terdiri dari komponen efek langsung dan efek tidak
langsung, di mana b adalah elemen Leontief inverse

Forward linkage – keterkaitan ke depan







Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan
output sektor-sektor lainnya, melalui dua cara.
Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatkan distribusi
output sektor i tersebut. Hal ini membuat sektor lain memiliki input
produksi yang lebih banyak.
Karena itu sektor-sektor lain akan meningkatkan pula proses
produksinya, yang pada gilirannya mendistribusikan output produksi
yang lebih banyak lagi
Keterkaitan antarsektor industri yang seperti ini disebut dengan
keterkaitan ke depan (forward linkage), karena keterkaitannya
bersumber dari mekanisme penggunaan output produksi

Ukuran forward linkage


Direct forward linkage

n

F (d )i   aij
j 1

n



Total forward linkage

F (d  i )i   bij
j 1

Terdiri dari komponen efek langsung dan efek tidak
langsung, di mana b adalah elemen Leontief inverse

Contoh kasus hipotetis
transaksi antarsektor

transaksi antarsektor

transaksi antarsektor

tahun 1

tahun 2

tahun 3

10

30

40

90

15

37

45

95

25

30

40

95

3

2

2

4

13

22

25

8

23

32

35

38

12

19

12

13

14

13

21

32

24

33

31

22

9

2

1

4

9

22

15

15

19

32

25

15

160

70

90

130

150

170

190

230

155

190

200

250

2.0000
1.6000

forward linkage

Series1
1.2000
Series2
0.8000
Series3
0.4000
Series4
0.0000
1

2

3

1.6000
Series1

1.2000

backward linkage

Series2

0.8000

Series3

0.4000

Series4
0.0000
1

2

3

Multiplier product matrix (MPM)






Beberapa analisis melihat keterkaitan antarsektor lebih
dari sekedar penghitungan keterkaitan ke belakang dan
ke muka.
Satu metode analisis yang dapat digunakan ialah
dengan menghitung multiplier product matrix atau MPM.
Penghitungan MPM ini dilakukan dengan membuat dua
indeks seperti yang diusulkan oleh Rasmussen.
Pertama ialah power dispersion for the backward
linkage, dan kedua ialah index of sensitivity of dispersion
for forward linkage

BL dan FL, sekali lagi …


Power dispersion for the backward linkage
BL j 



b

1
n

1
n2

i ij

i

b

j ij



1
n

Bi (d  i ) Bi (d  i )
 1
1
V
nV
n2

Indices of sensitivity of dispersion for forward linkage
1
n

1 F (d  i )
 j bij
F (d  i )
i
FLi  1
n 1
 i1
V
V
 i  j bij
n
n2
n2



Kedua indeks BL dan FL ini dinormalisir dengan rata-rata elemen
matriks kebalikan Leontief


Membandingkan total kolom/baris matriks kebalikan Leontief bisa jadi
bukan perbandingan yang setara. Kesetaraan didapat dengan
menormalisir total kolom/baris tersebut dengan suatu nilai rata-rata
yang didapatkan dari matriks kebalikan Leontief yang bersangkutan

Formula MPM


MPM pada prinsipnya adalah suatu teknik penyajian
peringkat sektor-sektor berdasarkan nilai forward dan
backward linkage. Secara formal rumusannya ialah
sebagai berikut
1
M   F (d  i )  B(d  i )  mij
V

 

Karakteristik MPM


Matriks M ini memiliki karakteristik yang identik dengan
karakteristik matriks kebalikan Leontief perekonomian
yang bersangkutan.



Berdasarkan penjumlahan kolom
 j mij 



1
 j Fi (d  i )  B j (d  i )  Fi (d  i )
V





Berdasarkan penjumlahan baris
 i mij 

1
 Fi (d  i )  B j (d  i )  B j (d  i )
V i





Teknik penyajian



Kolom dan baris matriks M dapat diperingkatkan
menurut peringkat backward linkage (untuk kolom) dan
peringkat forward linkage (untuk baris). Dengan
demikian kita dapatkan gambaran mengenai hirarki
sektor-sektor produksi di perekonomian berdasarkan
keterkaitannya baik ke muka maupun ke belakang

Kasus hipotetis terdahulu
tahun 1

1

tahun 2

1.000

1.000

1.000

0.800

0.800

0.800

0.600

0.600

0.600

0.400

0.400

0.400

0.200

3
2

0.000
4
2

4

3

1

tahun 3

0.200

1
3

0.000

2
4

2

4

3

1

1

0.200

3
2

0.000
4
2

4

3

1

MPM Indonesia - 19 sektor

1985

1990

1995

0.200

0.250

0.250

0.200

0.200

0.180
0.160
0.140
0.120

0.150

0.150

0.100
0.100

0.080

0.100

0.060
0.050

0.040

0.050

0.020
97
1013
1

0.000
415
163
818
1112
2

5 14

19
5 16
7 13
6 19
1 2
17 17

6 3

12
9 15
18 10

8 11
4 14

97
1013
14
1516
38
1811
12

0.000

25
14

19
5 16
7 13
6 19
1 2
17 17

18
6 3

4
1512
10 9

14 8

11

97
1013
1

0.000
415
163
818
1112
2

5 14

16 19
13 5
6 19
2 7
17 17 1

18 10
6 3

9

8 11
4 14
15 12

Metode ekstraksi (extraction method)


Pada awalnya, metode ini diarahkan untuk mencari
besarnya tingkat kepentingan suatu sektor di
perekonomian



Dengan metode ini, pertanyaan yang diajukan adalah:
Berapa besar dampak output apabila suatu sektor hilang
(extracted out) dari perekonomian ?



Suatu sektor hilang?

Ekstraksi: sektor vs. region


Hilangnya suatu sektor





Hilangnya suatu region




Perubahan definisi sektoral
Perubahan struktur ekonomi dalam jangka panjang

Perpecahan region dari suatu negara: Ceko-Slovenia, Rusia,
TimTim, dsb.

Jangka pendek – dari situasi perdagangan ke situasi
autarki. Jangka panjang?

Region 1 hilang dari perekonmian


Matriks koefisien input (A) dan kebalikan Leontief (L) dapat
dituliskan sebagai berikut:
A 11
A   R1
A



A 1R 

A RR 

L11
L   R1
L

L1R 

LRR 

Ekstraksi berarti komponen A1R and AR1 be dipaksa menjadi nol.
Output di sistem ini menjadi
(I  A 11 )1
f1 
0
x
RR 1  R 
0
(
I

A
) f 




Selisihnya dengan output ketika belum ter-ekstraksi ialah
11
 x1  x1  
L
xx  R
  R1
R 
x

x

 L

1

L1R  (I  A 11 )1
0
f 
 
 
LRR  
0
(I  A RR )1 f R 

Output hilang di region 1: dua dampak


Output hilang di region 1 karena region 1 tidak lagi berhubungan
dengan R
11
11 1 1
1R R


x1  x1  
(
L

(
I

A
)
)
f

L

  f 






Dampak langsung atau lokal (local or direct impact) dicerminkan
oleh komponen pertama. Ini adalah jumlah output yang tidak akan
diproduksi dalam konteks permintaan akhir region 1
Dampak tidak langsung (indirect impact) dicerminkan oleh
komponen kedua. Ini adalah sejumlah output yang tidak akan
tercipta dalam konteks permintaan akhir dari R

Output hilang di region R: dua dampak


Output hilang di region R karena region R tidak lagi berhubungan
dengan 1
RR
RR 1
R
R1 1


xR  xR  
(
L

(
I

A
)
)
f

L

  f 






Dampak langsung atau lokal (local or direct impact) dicerminkan
oleh komponen pertama. Ini adalah jumlah output yang tidak akan
diproduksi dalam konteks permintaan akhir region R
Dampak tidak langsung (indirect impact) dicerminkan oleh
komponen kedua. Ini adalah sejumlah output yang tidak akan
tercipta dalam konteks permintaan akhir dari 1

Efek hilangnya Timor Timur
Dampak total

Rp 4241.52 billion

Dampak antarregional

Rp 4154.92 billion
(97.9% dari total)

Distribusi interregional

Sumatra
Jawa-Bali
Kalimantan
Sulawesi
Prop di timur

4.5%
54.4%
30%
9.0%
1.8%

Determinan dampak ekstraksi


EI ij  f (Zi ,Z j )
Model dasar:
di mana EIij adalah dampak output di region i karena
ekstraksi region j; Zi dan Zj adalah karakteristik ekonomi
region i dan region j.

Hasil regresi
Makin tinggi PDRB
 makin tinggi dampak ekstraksi
 makin tinggi interaksi

Pengeluaran pemerintah secara
umum cenderung meningkatkan
dampak ekstraksi
Pengeluaran pemerintah daerah
cenderung meningkatkan dampak
ekstrasi -- sementara peningkatan
pengeluaran pemerintah
pemerintah pusat cenderung
menurunkan dampak ekstraksi