Pembelajaran Keterampilan Bicara Di SD

PBSI KELAS TINGGI

KETERAMPILAN BERBICARA

Disusun Oleh

NAMA
IRWAN PUTRA

NIM
1701029151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FALKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA 2018

BICARA
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ABSTRAK


Dalam kelas yang efektif, guru memberikan penekanan pada keterampilan bicara,
bicara merupakan sarana yang utama dalam belajar. Bicara begitu penting sebagi
kebutuhan belajar maka kebiasaan menyimak dan berbicara perlu di galakkan oleh
guru agar tujuan belajarnya tercapai. Sering ada anggapan bahwa kegiatan
berbicara tidak perlu dipelajari, kegiatan itu akan muncul secara alamiah karena
memang begitu banyak mempergunakan waktu kita dalam “aneka situasi
menyimak” dalam kehidupan sehari-hari; misalnya: berbicara dengan temanteman, mengikuti kuliah, mendengarkan ceramah, menonton televisi, dan
mendengarkan siaran radio. Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu
setelah aktivitas
mendengarkan. Berbicara adalah suatu keterampilan menyatakan pesan melalui
bahasa lisan. Hubungan antar pesan dan bahasa lisan sangat erat
Kata Kunci: Hakekat Bicara, Jenis Berbicarak, dan Asessment

i

KATA PENGANTAR

Manusia merupakan mahluk individual sekaligus mahluk sosial. Oleh

karena itu, manusia harus bergaul dan berhubungan dengan manusia lain. Sebagai
mahluk sosial, manusia sering memerlukan orang lain untuk memahami apa yang
sedang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan apa yang diinginkan, pemahaman
terhadap pikiran, kehendak dan perasaan orang lain dapat dilakukan dengan
menyimak.
Banyak pilihan yang menganggap bahwa bicara merupakan keterampilan
yang paling penting diantara keterampilan-keterampilan lain. Melalui aktivitas ini,
siswa memperoleh kosakata yang gramatika, disamping tentunya pengucapan
yang baik.
keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa yang baik.
Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena
komunikasi tidak akan berjalan dengan lancar jika pesan yang sedang diberikan
atau diterima tidak dimengerti.

Jakarta, Mei 2018
Penyusun

Irwan Putra


ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………….. ..................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang .................................................................. 1
B Tujuan Penulisan ................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN .................................................................. 3
A Hakekat Bicara .................................................................. 3
B Jenis Bicara Di Kelas Tinggi ............................................. 4
C Bicara di Kelas Tinggi dan Kelas Rendah ....................... 11
D Asessment Keterampilan Bicara ...................................... 12
BAB III. PENUTUP ......................................................................... 14
A Kesimpulan ...................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

iii


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa
yang menjadi sasaran pokok, yaitu menyimak, berbicara, menulis, dan membaca.
Keterampilan menyimak dan berbicara dikategorikan dalam keterampilan berbahasa
lisan, sedangkan keterampilan menulis dan membaca dikategorikan dalam keterampilan
berbahasa tulisan. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang
biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut masih perlu untuk
terus dikembangkan di kelas-kelas tinggi.
Peningkatan kemampuan berbahasa lisan dimaksudkan agar anak-anak sekolah
dasar mampu memahami pembicaraan orang lain baik langsung maupun lewat media,
misalnya radio, televisi, dan pita rekaman. Tujuan yang lain adalah agar anak-anak
mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara lisan.
Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai keterampilan berbahasa lisan,
yaitu bagaimana meningkatkan keterampilan menyimak dan berbicara. Pengetahuan dan
keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan
prasyarat bagi mahasiswa calon guru agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di
kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik.


B. Rumusan Masalah

·

Bagaimana hakekat berbicara di kelas tinggi

·

Bagaimana jenis jenis berbicara di kelas tinggi

·

Bagaimana jenis jenis berbicara di kelas tinggi dengan berbicara di kelas rendah

·

Bagaimana penggunaan assessment yang dilakukan pada keterampilan berbicara

Irwan Putra Uhamka Jakarta


1

C. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan memiliki kemampuan yang memadai
tentang bagaimana meningkatkan keterampilan berbahasa lisan. Tujuan dan sasaran
mempelajari bagian ini adalah agar mahasiswa mampu :

·

Memahami hakekat berbicara di kelas tinggi?

·

Mengidentifikasi jenis jenis berbicara di kelas tinggi ?

·

Membedakan jenis berbicara di kelas tinggi dengan jenis menyimak di kelas rendah ?


·

Menerapkan penggunaan assessment yang tepat pada keterampilan berbicara ?

D. Manfaat
·

Sebagai calon guru dapat mengetahui bagaimana strategi yang tepat dan efektif dalam
meningkatkan keterampilan berbicara dengan kegiatan bercerita kreatif.

·

Sebagai calon guru dapat menyusun bahan pembelajaran berbicara dengan baik dan
menarik.

Irwan Putra Uhamka Jakarta

2

BAB II

PEMBAHASAN
A.

Hakikat Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi bunyi artikulasi atau
kata kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran,

gagasan dan perasaan. Dapat dikatakan bahwa berbicara

merupakan suatu

system tanda tanda yang dapat didengar dan yang kelihatan yang memanfaatkan
sejumlah otot dan jaringan tubuh manusia untuk maksud dan tujuan gagasan atau
ide yan dikombinasi
Berbicara adalah aktivitas

berbahasa kedua yang dilakukan manusia


dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berbicara
adalah suatu keterampilan menyatakan pesan melalui bahasa lisan. Hubungan
antar pesan dan bahasa lisan sangat erat.
Pesan yang diterima tidak dalam bentuk asli, namun masih dalam bentuk
bahasa.

Seterusnya pendengan akan mencoba mengalihkan pesan tersebut

menjadi bentuk

semula.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi bahasa untuk menyampaikan pesan berupa
gagasan, pikiran serta perasaan secara lisan kepada individu lain
Dalam menyampaikan pesan seseorang menggunakan suatu media atau
alat yaitu bahasa, dalam hal ini bahasa lisan. Seorang yang akan menyampaikan
pesan tersebut mengharapkan agar penerima pesan dapat memahaminya. Pemberi
pesan disebut juga pembicara dan penerima pesan disebut penyimak atau

pendengar. Peristiwa proses penyampaian pesan secara lisan seperti itu disebut
berbicara. Dengan rumusan lain dapat dikemukakan bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
B. Jenis Jenis Berbicara Di Kelas Tinggi
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis
berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato

Irwan Putra Uhamka Jakarta

3

menghibur, ceramah. Berdasarkan pengamatan ada lima landasan yang digunakan
dalam mengklasifikasikan kegiatan berbicara yaitu:
1. Situasi
Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu.
Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula
bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut
berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus
berbicara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak
dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Suksesnya suatu pembicaraan

tergantung pada pembicara dan pendengar. Kegiatan berbicara yang bersifat
informal banyak dilakukan dalam kehidupanmanusia sehari-hari, Untuk itu,
diperlukan beberapa prasyarat.
Jenis kegiatan berbicara informal meliputi :
1. Tukar pengalaman,
2.

Percakapan,

3. Menyampaikan berita,
4. Menyampaikan pengumuman,
5. Bertelepon dan memberi petunjuk
Sedangkan jenis kegiatan yang bersifat formal meliputi :
1. Perencanaan dan penilain
2. Ceramah
3. Interview
4. Prosedur parlementer dan Bercerita
b) Tujuan
1. Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar.
Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur,
menginformasikan, menstimulasikan dan meyakinkan atau menggerakan
pendengarnya. Sejalan dengan tujuan berbicara tersebut di atas dapat kita
klasifikasi berbicara menjadi 5 jenis, yaitu antara lain:
2. Berbicara menghibur, biasanya suasana santai, rileks dan kocak. Tidak
berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat membawakan pesan dalam

Irwan Putra Uhamka Jakarta

4

berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha membuat pendengarnya
senang gembira dan bersukaria.
3. Berbicara menginformasikan. Dalam suasana serius, tertib dan hening.
Berbicara

menginformasikan

pembicara

berusaha

berbicara

jelas,

sistematis dan tepat isi agar informasi benar-benar terjaga keakuratannya.
4. Berbicara menstimulasi, berbicara menstimulasi juga berusaha serius,
kadang-kadang terasa kaku, pembicara berkedudukan lebih tinggi dari
pendengarnya dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman,
jabatan atau fungsinya yang memang melebihi pendengarnya. Berbicara
menstimulasi,

pembicara

berusaha

membangkitkan

semangat

pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat lebih
baik, bertingkah lebih sopan, belajar lebih berkesenambungan. Pembicara
biasa dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan kemauan, harapan, dan
inspirasi pendengar.
5. Berbicara meyakinkan, sesuai dengan namanya, bertujuan meyakinkan
pendengarnya,

suasananya

pun

bersifat

serius,

mencekam

dan

menegangkan. Pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari
tidak setuju menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati dari tidak
mau membantu menjadi mau membantu. Pembicara harus melandaskan
pembicaraannya kepada argumentasi dan nalar, logis masuk akal, dan
dapat bertanggungjawabkan dari segala segi.
6. Berbicara menggerakkan, juga menuntut keseriusan baik dari segi
pembicara maupun dari segi pendengarnya. .Pembicara dalam berbicara
mendengarkan haruslah berwibawa, tokoh, idola, panutan masyarakat.

C. Perbedaan Berbicara di Kelas Tinggi Dengan Berbicara di Kelas Rendah
1. Pembelajaran Berbicara Di Kelas Rendah

a. Metode Ulang Ucap
Kegiatan ini dapat dimulai dari kegiatan sederhan terutama untuk kelas
awal SD yaitu dengan menugaskan siswa mengulang kata yang diucapakan
oleh guru.
Irwan Putra Uhamka Jakarta

5

b. Metode Lihat Ucap
Siswa ditugaskan untuk mengucapkan sesuatu kata atau kalimat yang
berhubungan dengan benda yang diperlihatkan oleh guru
c. Metode Memberikan Deskripsi
Dengan metode ini siswa diberikan tugas untuk untuk mendeskripsikan
suatu benda yang diperlihatkan oleh guru. Keterampilan yang dilatih selain
kemampuan pokok yaitu mengungkapkan pendapat adalah megamati
benda, memilih dan mencocokkan sehingga sangat cocok diterapkan pada
siswa kelas awal sampai menengah di Sekolah Dasar.
d. Metode Menjawab Pertanyaan
Metode ini sudah sangat umum sehingga dapat diterapkan pada kondisi dan
jenis sembarang bahan ajar. Pertanyaan dapat dikondisikan sedemian rupa
oleh guru untuk merangsang kreatifitas berfikir dan menyampaikan
tanggapan terhadap suatu masalah yang diajukan.

e. Metode Bertannya
Metode bertanya juga sangat layak digunaka pada sembarang bahan ajar.
Dengan menyajikan bahan ajar telebih dahulu kemudian siswa ditugaskan
untuk membuat pertanyaan tentang sesuatu yang tidak dipahami oleh siswa
atau bahkan dalam tataran menguji materi ajar itu sendiri. Dengan bertanya
mereka akan mendapat jawaban dan tanggapan tersebut. Tanggapan dan
jawaban tersebut yang diterima oleh siswa akan masuk dalam suatu kondisi
benar dan tidak. Apabila siswa memang dasarnya adalah murni bertanya
maka setelah mendengarkan jawaban/tanggapan dan menganalisanya akan
menanggapi benar atau salah. Dan apabila siswa bermaksud menguji sudah
barang tentu mereka sudah memiliki jawaban dan hal itu adalah proses
berfikir yang selangkah lebbih maju. Sehingga siswa ini tergolong memiliki
kecerdasan lebih dan layak mendapatkan penghargaaan yang lebih pula.
Kondisi-kondisi unik lainnya dapat ditemui secara langsung dilapangan
dengan tingkat variasi dan kompleksitas yang lebih tinggi.

Irwan Putra Uhamka Jakarta

6

f. Metode Pertanyaan Menggali
Metode ini sangat baik digunakan jika kondisi siswa yang stagnan dan
dengan rata-rata tingkat pemahaman bahkan IQ biasa-biasa saja. Karna
untuk mengantarkan mereka kepada suatu pemahaman yang menjadi tujuan
pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang menggiring siswa sehingga
sampai pada suatu keadaan paham kepada tema atau permasalahan yang
ingin kita sampaikan. Terkadang usaha ini agak sulit dan membuat kita
jengkel karna harus berputar-putar mencari pengandaian dan logika lain,
akan tetapi disinilah letak seni kita sebagai guru.Akhirnya siswa akan dapat
berbicara untuk menyampaikan gagasan, ide dan pendapat mereka.
g. Metode Melanjutkan
Pada kegiatan ini siswa secara bergilir ditugaskan untuk membuat ide cerita
dan siswa yang lainnya melanjutkan cerita tersebut. Dalam keadaan tertentu
dapat dikondisikan suatu bentuk permainan dalam kegiatan ini.

2. Pembelajaran Berbicara Di Kelas Tinggi

a. Menceritakan Kembali
Kegiatan

ini

sudah

sangat

umum

dilaksanakan

terutama

dalam

pembelajaran yang menggunakan bahan ajar certai baik fiksi maupun non
fiksi. Dimana siswa ditugaskan untuk membaca atau mendengar cerita
untuk kemudian menceritakan kembali isi cerita tersebut secara lisan di
depan teman-teman mereka yang berperan sebagai audien. Dengan kegiatan
ini maka siswa akan tertantang untuk berlomba memahami cerita yang
sudah pernah mereka dengar atau basa.

b. Metode Percakapan atau Bermain Peran
Kegiatan ini sangat baik dilaksanakan untuk pemahaman tingkat lanjut tentang
suatu cerita dimana dengan memerankan siswa akan lebih memahami bukan
hanya kepada alur cerita akan tetapi akan lebiih kepada penjiwaan karakter
masing masing tokoh. Dalam keadaan ini pemahaman siswa terhadap cerita
akan utuh karna dengan berbicara mengucapkan naskah cerita atau drama

Irwan Putra Uhamka Jakarta

7

mereka akan sangat menghayati setiap adegan dan untaian kata percakapan
yang diucapkan.

c. Metode Parafrase
Metode ini dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar menggunakan bahan
ajar puisi yang selanjutnya dirubah menjadi prossa yang kemudian siswa
ditugaskan menceritakan secara lisan hasil paraprase tersebut.

d. Metode Reka Cerita Gambar
Metode ini sangat kreatif dan layak untuk dicoba karna dengan menyajikan
gambar acak siswa akan mereka kembali dengan susunan yang benar urutan
gambar tersebut. Dalam kegiatan tersebut dengan sudah sangat pasti mereka
akan berbicara setelah guru bertanya, “Anak anak, Bagaimanakah susunan
yang benar dai gambar tersebut ?” .
e. Metode Memberi Petunjuk
Metode ini layak juga untuk dicoba terutama untuk mempelajari bahan ajar
tentang denah, petunjuk penggunaan obat dan alat tertentu. Dengan penugasan
untuk menyampaikan hal tersebut siswa akan tertantang untuk berbicara dan
menyampaikan penjelasan berdasarkan ide dan pendapat masing-massing
melalui bahasa sederhana dan sesederhanapun penyampaian layak mendapat
penghargaaan.

f. Metode Pelaporan
Melalui pengamatan terhadap obyek pada kegiatan tertentu siswa kemudian
melaporkan hasil pengamatan dengan penyampaian lisan yang didahului oleh
konsep tulisan. Dalam hal ini terjadi proses mirip dengan proses pada metode
identifikasi akan tetapi memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Sehingga
sesederhana apapun penyampaian siswa layak dihargai karna sebagai awal
mula yang baik untuk proses penelitian dan pelaporan dalam kegiatan ilmiah
yang sangat mendukung proses meningkatkan kreatifitas siswa.

Irwan Putra Uhamka Jakarta

8

g. Metode Wawancara
Kegiatan ini adalah kegiatan tingkat tinggi dari bertanya hingga menganalisa
jawaban audien kemudian mengajukan pertanyaan berikutnya yang diikuti
oleh proses pelaporan layaknya seorang wartawan. Proses berbicara dari
nkegiatan ini adalah awal dari membentuk pribadi yang kritis dan santun .

h. Metode Diskusi
Kegiatan ini adalah proses interaksi tingkat tertinggi yang merangsang daya
fikir, logika, kritis dan santun. Dalam kegiatan ini sejelek apapun pendapat,
sanggahan dan klarifikasi siswa adalah hal yang maha baik dalam memulai
suatu sikap peka terhadap lingkungan dan isu-isu tertentu dalam mencari jalan
keluar. Dimana sudah barang tentu merupakan kreatifitas yang sangat layak
mendapat penghargaan.

i. Metode Bertelpon
Seiring dengan teknologi informasi yang kian maju maka keterampilan
bertelpon sangat penting dalam membentuk sikap cepat, efektif dan sopan
dalam berkomunikasi. Karna berbicara melalaui telpon tanpa hadirnya lawan
bicara secara langsung memerlukan tingkat kepekaan yang tinggi dalam tata
cara pergaulan sehari-hari dalam kegiatan bertelpon

j. Metode Dramatisasi
Metode ini adalah kelanjutan dari kegiatan bermain peran yang dilengkapi
dengan tema, seting, perwatakan, seting dan naskah drama yang ditampilkan
secara utuh. Kegiatan ini penuh dengan kegiatan berbicara sesuai
dengantuntunan naskah yang runtut.

7.

Asessment Yang Tepat Pada Keterampilan Berbicara

Setiap kegiatan belajar perlu diadakan penilaian termasuk dalam
pembelajaran kegiatan berbicara. Cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana siswa mampu berbicara adalah tes kemampuan berbicara. Pada prinsipnya
Irwan Putra Uhamka Jakarta

9

ujian keterampilan berbicara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbicara, bukan menulis, maka penilaian keterampilan berbicara lebih ditekankan
pada praktik berbicara.
Untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan tertentu perlu ada
penilaian. Penilaian yang dilakukan hendaknya ditujukan pada usaha perbaikan
prestasi siswa sehingga menumbuhkan motivasi pada pelajaran berikutnya.
Penilaian kemampuan berbicara dalam pengajaran berbahasa berdasarkan pada
dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan
meliputi lafal, kosakata, dan struktur sedangkan faktor nonkebahasaan meliputi
materi, kelancaran dan gaya (Haryadi, 1997:95).
Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara seseorang pada prinsipnya harus
memperhatikan lima faktor, yaitu.
1. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat?
2. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta rekaman suku
kata memuaskan?
3. Apakah ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa
referensi internall memahami bahasa yang digunakan?
4. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?
5. Sejauh manakah “kewajaran” dan “kelancaran” ataupun “kenativespeaker-an” yang tecermin bila sesorang berbicara?
6. Penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa
dilakukan melalui tugas bercerita.
.

Irwan Putra Uhamka Jakarta

10