Tanaman penting dataran tinggi. doc

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi
LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
KEL. 5 / GOL. B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Andik Setyawan
Moh. Abu Amar
Chrisman Susanto
Miftahul Ulum
Firdha Rafiandani
Devi Viddhianty

(141510501058)
(141510501087)

(141510501188)
(141510501164)
(141510501022)
(141510501053)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepualauan dengan lebih dari 17 ribu pulau.
Tiap pulau memepunyai karakteristik topografi tersendiri yang berbeda-beda,
yang umumnya terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, dan
pegunungan. Pulau-pulalu yang besar di Indonesia seperti: Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Jawa, dan Papua memiliki dataran tendah, dataran tinggi, dan
pegunungan. Salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah
adalah negara Indonesia. Sumber daya alam yang ada di Indonesia dapat

memenuhi kebutuhan manusia. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah
sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah agraris. Bermata
pencaharian agraris penduduk Indonesia dapat memenuhi semua kebutuhannya
baik kebutuhan primer, sandang, papan.
Tanaman merupakan salah satu sumber daya alam yang terpenting dalam
suatu kehidupan. Tanaman dapat memberikan suatu sumber penghasilan bagi
sebagian besar penduduk Indonesia. Tumbuhan memiliki kesesuain dengan
lingkungannya agar dapat tumbuh dengan baik. Faktor dari lingkungan itu sendiri
meliputi iklim, topografi, kondisi tanah, dan curah hujan. Selain hal tersebut,
tanaman akan tumbuh dengan baik ketika memiliiki kesesuaian dengan habitat
dan zona agroekologi tempat hidupnya. Berbagai kondisi lingkungan yang
mempengaruh pertumbuhan tanaman dan menentukan komposisi jenis berbagai
tumbuhan di sebut faktor faktor habitat. Faktor faktor ini mencakup mencakup
kondisi fisik dan kimia yang berlaku misalnya tanah dan iklim.
Pengelompokan tanaman harus sesuai dengan karakteristik fisik dan kondisi
tanah. Tanah yang memiliki selang kemasaman, selang tekstur, dan drainase
berpengaruh dalam budidaya sutu tanaman. Iklim merupakan gabungan dari
beberapa kondisi cuaca yang menjadi factor peubah yang paling dominan.
Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki suhu panas dan dingin. Suhu
panas biasanya diperoleh dari ketinggian di bawah 700 m dan untuk daerah

dengan suhu sejuk dengan ketinggian mencapai 2000 m dpl. Di Indonesia juga

dapat dijumpai rejim suhu yang dingin, tetapi tidak banyak tanaman yang bisa
tumbuh di sana untuk budidaya tanaman dibidang pertanian.
Tumbuhan yang umumnya dibidayakan pada wilayah dataran tinggi
mempunyai syarat tumbuh pada ketiggian lebih dari 1000m di atas permukaan
laut. Pengelompokan untuk jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan dataran
tinggi yang sesuai karakteristik iklim meliputi tanaman pangan, tanaman
perkebunan, dan hortikultura. Daerah dengan iklim basah meliputi tanaman
kentang, seledri, kubis, wortel, brokoli, dan sebagainya. Sedangkan untuk
pengelompokan tanaman buah-buahan dan perkebunan yang sesuai yaitu
klengkeng, jeruk, straberi, teh, kopi, dan sebagainya. Dengan mengetahui sifatsifat tanah baik fisik maupun kimia tanah dan iklim di dataran tinggi, akan dapat
mencirikan tingkat kesesuaian lahan dibidang pertanian dengan jenis-jenis
tanaman serta morfologi dan taksonominya. untuk dibudidayakan pada wilayah
dataran tinggi.
1.2 Tujuan
Mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting yang berhabitat di
daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan. Di
antarannya iklim yang meliputi suhu udara, radiasi sinar matahari, angin, dan
kelembaban. Faktor berikutnya adalah tanah dan kandungan unsur hara yang ada
pada tanah. Dan yang terahir adalah Faktor biotik. Cahaya matahari merupakan
sumber energi bagi tanaman dan merupakan salah satu unsur iklim yang
memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembang-an
tanaman. (Firmansyah, 2009). Keadaan ekologi dan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. lingkungan yang tidak cocok akan
membuat tanaman tidak tumbuh dengan baik sehingga angka produktivitasnya
menjadi rendah (Samadi,1997).
Kesesuaian kondisi lingkungan atau kondisi ekologi menjadi pertimbangan
penting dalam menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan (Anasiru,
2013). Pertumbuhan tanaman juga di pengaruhi oleh habitatnya yaitu berbagai
kondisi fisik lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan menentukan
komposisi berbagai jenis komunitas tumbuhan. Faktor- faktor ini mencakup
kondisi fisik dan kimia tanah. Selain itu Habitat tanaman bergantung terhadap
ketinggian topografinya. Topografi suatu habitat mempengaruhi keadaaan iklim
mikro, suhu, intensitas cahaya, kondisi solum tanah, dan lainnya. persebaran
berbagai jenis tanaman berbeda, satu tanaman terdapat di dataran rendah (kawasan
pesisir), beberapa lagi terdapat di dataran tinggi (pegunungan) (Loveless, 1989).

Berdasarkan suhu dan ketinggian tempat, sayuran di bagi menjadi dua
golongan yaitu sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah. Sayuran
dataran tinggi akan tumbuh baik pada suhu rata-rata bulanan kurang dari 210C.
sedangkan sayuran dataran rendah mebutuhkan suhu yang lebih tinggi dari pada
sayuran dataran tinggi yaitu lebih dari 210C. Dataran tinggi mempunyai
kesesuaian suhu yang baik dengan suhu rendah. Biji berkecambah dengan baik
pada tanah yang dingin dan lembab. Penyerapak pada suhu rendah juga dapat
terlakasana dengan baik. Sayuran dataran tinggi umumnya dikonsumsi pada
bagian dari tanaman yang berada di atas tanah seeperti daun, kuncup dan batang
(Nazaruddin, 2000).

Sayuran yang cocok untuk di budidayakan di dataran tinggi seperti dataran
tinggi di daerah temanggung desa cangal merupakan daerah yang potensial
sebagai pemasok sayur untuk daerah jawa tengah. Desa tersebut terletak di
dataran tinggi dengan kemiringan lereng 15-30%, zona agroklimat A, B dan C
serta jenis tanah andisol dari bahan nduk folkan yang merupakan habitat yang
sesuai untuk di tanam dan di budidayakan sayuran. Tetapi kemiringan lahan
tersebut berpotensi untuk terjadi erosi tanah, sehingga upaya untuk tetap
memperlancar kegaiatan usaha tani adalah dengan menanami lereng dengan
tanaman pakan rumput gajah sebagai penguat teras (Herawati, 2012).

Tanaman pangan yang banyak di budidayakan di dataran rendah (sawah)
setelah pemanenan padi adalah tanaman kedelai. Budidaya tanaman kedelai
sangat jarang di temukan di lahan kering, hal ini karena resiko kekeringan sangat
besar sehingga akan mengurangi produktivitas. Tetapi beberapa kultivar kedelai
mempunyai tingkat adaptasi yang luas. sehingga mampu hidup dan berproduksi
pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Tidak semua tempat atau lahan dapat di
tanami kedelai karena berbeda tempat berbeda pula iklim, suhu udara, topografi
dan cara tanam (Amir, 2011).
Salah satu komoditas holtikultura yang dapat tumbuh di daerah yang sejuk
dalah Kentang. Sehingga budidaya kentang kebanyakan lakukan di dataran tinggi
di atas 700m di atas permukaan laut yang memiliki suhu di bawah 22 0 C. Salah
satu daerah yang mayoritasnya bermata bermatapencaharian sebagai petani
kentang adalah dataran tinggi dieng. Dataran tinggi dieng merupakan daerah yang
sangat tepat untuk di tanami kentang karena karakteristik ekologinya yang sesuai
untuk pertumbuhan kentang yang memiliki syarat tumbuh di derah yang sejuk
(Turasih, 2012).
Kopi arabika merupakan salah satu tanaman dataran tinggi yang sangat
cocok untuk tumbuh di tempat dengan ketnggian antara 900-1700 m di atas
permukaan laut. Dataran tinggi Gayo yang sebagian besar terletak di ketinggian
antara 1900-1700 meter merupakan daerah yang tepat untuk budidaya kopi. Kopi

yang di kembangakan oleh masyarakat setempat adalah jenis kopi arabica Gayo
yang kebanayakan di tanam pada ketinggian tempat 1.000-1.400 m di atas

permukaan laut. Selain di dataran tinggi Gayo, lahan kopi dengan ketinggian
tersebut umunya di temukan di peguungan dan lereng (Ellyanti, 2012).
Beberapa tanaman dapat tumbuh dan berproduksi di semua tempat baik
datran tinggi atau dataran rendah, karena mampu beradaptasi dengan baik
terhadap lingkungan. Seperti Ubi jalar yang dapat tumbuh pada dataran rendah
maupun tinggi. Namun hasil ubi jalar di dataran rendah dengan ketinggian di
bawah 500 mdpl lebih tinggi dari pada dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari
900 mdpl. Suhu udara yang dingin di dataran tinggi menyebabkan pertumbuhan
tanaman ubi jalar kurang optimal. (Rauf, 2009). Berbanding terbalik dengan
Tanaman brokoli yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah
dataran dataran tinggi dengan ketinggian (800 – 1300 mdpl) yang mempunyai
suhu kurang dari 220C. karena untuk dapat menginisiasi bunga brokoli
memerlukan temperatur yang relatif rendah (vernalisasi) pada ahir generatifnya.
Jika temperatur yang rendah tidak terpenuhi maka pertumbuhan generatifnya akan
terus berlanjut (Damar Jaya, 2009)
Daerah pegunungan dan dataran tinggi, seperti Dataran Tinggi Tibet (TP),
sangat rentan terhadap perubahan iklim. Perubahan Iklim yang terjadi

mempengaruhi vegetasi dan tutupan lahan pada tempat tersebut. (Xuefeng, 2014).
ketinggian selalu berkaitan dengan temperatur, dan temperatur sangat menentukan
pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka
semkin sejuk temperaturnya. Beberapa jenis tanaman memerlukan temperatur
tertentu untuk dapat berbunga. Seperti tanaman seledri, petsai, kubis putih, dan
bawang merah dapat di percepat perbungannya dengan menempatkan tanaman
tersebut pada suhu rendah. Sehingga tanaman ini banyak di temukan pada dataran
tingi (Rina, 2012).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan praktikum pengantar ilmu tanaman dengan acara pengenelan
tanaman penting dataran tinggi dilaksanakan pada hari Minggu, 26 Oktober 2014
pada pukul 07.00-selesai. Bertempat di Rembangan, Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman
3.2.2 Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris

3. Meja dada
4. Tabel pengamatan
3.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menetapkan obyek tanaman yang di amati
3. Menggambar bentuk tanaman yang di amati dan memberi keterangan bagianbagiannya.
4. Mengisi tabel pengamatan.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lembar kerja praktek lapang

1.

Varietas

2.

Deskripsi Varietas

: Bunga Krisan (Varietas Standart dan

Spray)

a. Kingdom

:

b. Devisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

c. Kelas

: Dicotyledonae (berkeping dua/dikotil)

d. Ordo

: Asterales

e. Famili


: Asteraceae

f. Genus

: Chrysanthenum

g. Spesies

: Chrysanthemum morifolium

3.

Cara pembibitan

: Bibit di datangkan dari bogor

4.

cara pengolahan tanah

: Minimum village, di gulud menggunakan

5.

Cara Penanaman

cangkul.
: Konvensional

6.

Sistem Penanaman

: Monokultur

7.

Cara Pemeliharaan
a. Pemupukan

Plantae (Tumbuhan)

: Pemupukan di laksanakan 1 minggu
setelah tanam, pemberian di sesuaikan
kebutuhan tanaman. Pupuk yang

b. Pengairan

digunakan antara lain: NPK dan UREA.
: Pengairan dilaksanakan berdasarkan
kondisi lahan.
1. Penyiraman tidak dilakukan pada saat
kondisi tanah basah karena air hujan.
2. Pada kondisi kering penyiraman

c. Pengendalian penyakit

dilakukan 2 kali dalam 1 sehari.
: 1 minggu sekali

d. Pengendalian hama

: Terdapat hama belalang, kutu, dan ulat.
pengendaliannya menggunakan pestisida

e. Pengendalian gulma
8.

dengan cara disemprotkan pada tanaman.
: Mekanik (langsung di cabut)

Ciri-Ciri Morfologi

Ukuran

a. Akar

: Akar serabut

b. Batang

: Tumbuh tegak, Berstruktur lunak dan
berwarna hijau, bila dibiarkan tumbuh

c. Daun

terus batang menjadi keras (berkayu).
: Bagian tepi bercelah dan bergerigi,
tersusun berselang seling pada cabang atau

d. Bunga

batang.
: Bunga majemuk (bunga pita dan tabung).

e. Buah

: Buah berisi banyak biji.

f. Biji

: Berukuran kecil, berwarna coklat sampai
kehitanaman.

9.

Pemanenan
a. Ciri-ciri Panen

: Bunga telah mekar sempurna. tetapi bisa di
panen saat belum mekar sempurna,

b. Umur panen

tergantung permintaan pembeli.
: 3 bulan di hitung mulai penanaman. Panen

c. Cara Panen

dapat di percepat menggunakan pupuk.
: Tanaman di cabut, kemudian tangkai
dipotong menyesuaikan permintaan
pembeli.

d. Penanaganan pasca
panen
 Pengeringan

: Tidak ada, bunga di jual segar di toko.



: Kelopak bunga yang rusak dan kering di

Pembersihan

pisahkan dari kelopak yang bagus dan


Sortasi/grading

segar.
: Pensortiran dilakukan untuk memisakan
jenis spray dengan standart.



Pengemasan

: Bunga yang dijual di kemas menggunakan
koran.



Pelabelan

:



Penyimpanan

: Tidak disimpan, bunga yang di panen

-

langsung di jual di toko atau dikirim ke
pemesan.


Pengolahan

:

-

(menjadi produk


lain)
Pengolahan

: Biomassa (daun kering) di jadikan kompos



limbah
Kehilangan panen

di campur dengan organisme lain.
: Jarang terjadi gagal panen.

10. Pemasaran
a. Domestik/ekspor

: Domestik. Dijual di sekitar jember dan
siktarnya (tapal kuda). keluar pulau salah

b. Tataniaga pemasaran

satunya ke Bali.
: PGKA (toko) yang lokasinya berada di

c. Harga (Rp/kg atau

daerah setapal kuda.
: 1.500/tangkai (15.000/pak) untuk Krisan

Rp/ton).

jenis standart.
11.000/pak untuk krisan jenis spray.

4.2 Pembahasan
Acara ketiga dalam praktikum Fisologi Tumbuhan adalah kunjungan ke
petani krisan di Desa Rembangan. Petani lebih memilih bertani krisan karena
dinilai lebih menguntungkan dan mudah dalam perawatan. Modal pertama yang
dikeluarkan 25 juta dengan lahan seluas 1 ha yang dijadikan sebagai lahan
budidaya krisan dengan jumlah tanaman 5000 bibit. Tanaman Krisan dengan
nama Internasional Chrysanthemum atau disebut mum, terdiri dari banyak specis.
Dari banyaknya species inilah kemudian mulai dikembangkan/ disilangkan oleh
para pemulia, sehingga menghasilkan banyak cultivar yang baru dan hibrida.
Dalam penggunaannya krisan di kategorikan dalam tiga jenis, yaitu: cut mum
(krisan potong), pot mum (krisan pot), dan garden mum (krisan kebun). Jenis
krisan yang di budidayakan di Rembangan adalah jenis krisan potong. Krisan
dibudidayakan di dalam Green House yang dibuat sendiri oleh petani di desa
tersebut. Petani di Desa Rembangan sudah 17 tahun membudidayakan tanaman
hias krisan.
Krisan merupakan spesies tanaman hias dan dijadikan sebagai bunga pot
atau bunga potong dalam suatu acara penting seperti pernikahan dan sebagai
dekorasi. Krisan merupakan tanaman perdu yang memiliki sebutan chysanthemum
yang sering dibudidayakan di daerah dataran tinggi. Krisan dapat tumbuh baik
pada daerah dengan ketinggian tempat diatas permukaan laut sekitar 700 - 1200
m. dan dapat tumbuh juga hampir semua tanah, dengan persyaratan mengandung
banyak hara dalam tanah itu. sedangkan derajat keasaman (pH) yang baik untuk
tanaman krisan adalah 5,5 – 6,5 dengan kelembaban 90 – 95% pada awal
pertumbuhan akar dan 70-85% pada tanaman dewasa. Pada fase vegetatif, krisan
membutuhkan kisaran suhu optimal 22o C – 28oC pada siang hari dan tidak
melebihi 26oC pada malam hari. Sedangkan untuk fase generatif adalah 16oC18oC.
Bunga krisan memilik mahkota dengan warna yang beraneka ragam. Bunga
krisan terlihat angggun dan indah kerena memiliki warna kelopak yang beraneka
ragam tersusun indah dan rapi. Tanaman Krisan memiliki batang yang lunak
berwarna hijau dan tumbuh tegak, pada batang jika dibiarkan tumbuh lama akan

menjadi keras dan berkayu. Bentuk daun tanaman krisan pada bagian tepi
bercelah atau bergerigi dengan susunan berselang-seling pada tiap cabang. Akar
menyebar ke segala arah di dalam tanah yang biasanya mencapai 30 hingga 40
cm. Bunga majemuk dengan bentuk bunga pita atau tabung. Buahnya sendiri
berisi banyak biji dengan warna coklat kehitaman (Nuryanto, 2010).
Berdasarkan tipenya, krisan dapat digolongkan sebagai krisan standart dan
krisan sprey. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10-20 kuntum
bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya
terdapat satu kuntum bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang biasa
dibudidayakan sebagai bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa
dibudidayakan sebagai bunga potong adalah tunggal, anemone, pompon,
dekoratif, Bunga besar. Bunga krisan tunggal berukuran besar, bentuknya cukup
besar, dan tersusun dengan bunga pitanya. Sifatnya beragam serta warnanya pun
beragam.
Petani di Desa Rembangan mendapatkan bibit krisan dari wilayah bogor
yang dulunya hanya 5.000 bibit yang didapat, sekarang sudah mencapai 90.000
bibit. Pemilihan bibit yang berkualitas dengan kemurnian genetik tinggi, sehat,
tidak mengalami gangguan fisiologis, serta mempunyai daya tumbuh yang kuat
mempengaruhi keindahan dan pertumbuhan tanaman krisan. Cara penanaman
yang dilakukan petani di Rembangan secara konvensional (tradisional) yaitu
pengolahan lahan menggunakan cangkul untuk membuat guludan untuk membuat
bedengan menggunakan tali yang di kotak-kotakkan untuk mempemudah
penanaman dan mengatur jarak tanam dengan jarak penanaman sekitar 10 x 10
cm, tiap bedengan ditanami sekitar 900 bibit. pemupukan awal diberi pupuk
organik dan disiram dua hari sekali atau melihat kondisi pertanaman. Sistem
penanaman yang di terapkan adalah sistem monokultur yaitu hanya tanaman
krisan.
Setelah ditanam satu minggu tanaman krisan diberi pupuk N dengan satu
tong pupuk untuk dua bedengan dilakukan dengan cara disemprot pada tanaman
krisan, setelah tanaman memasuki vase generatif, yaitu tanaman telah berumur 30
hari di berikan pupuk NPK dengan dosis 50 gram per meter persegi, dengan cara

pupuk dimasukkan pada larikan antar barisan tanaman. Tanaman krisan termasuk
dalam tanaman hari panjang (16 jam siang), yang berasal dari daerah sub tropis
sehingga Krisan perlu diberi cahaya lampu tambahan untuk menambah panjang
hari yang diterima tanaman agar diperoleh tinggi tanaman optimal. Penambahan
cahaya dilakukan pada malam hari antara jam 22.00 – 02.00 atau dengan ratio 4
jam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu minggu sekali dengan
pestisida kimiawi, sedangkan untuk pengendalian gulma dilakukan secara
mekanik dengan mencabut atau menyiangi tanaman pengganggu. Pemberian
jaring penegak tanaman sendiri berfungsi untuk membantu tumbuh tegaknya
tanaman krisan dengan kualitas bunga juga ditentukan oleh tegak lurusnya
batanang tnamman krisan.
Krisan siap di panen setelah berumur umur 3 - 4 bulan setelah tanam pada
waktu bunga mekar sempurna. Bunga siap dipanen setelah petal bunga membuka
75-100% (sesuai dengan permintaan konsumen). Waktu pencapaian kematangan
ini tidak sama meskipun pada jenis tanaman yang sama. Karena dipengaruhi oleh
tingkat kesuburan tanah , intensitas matahari, iklim makro setempat, seperti
tempratur dan kelembaban dan teknik budidaya. Pemanenan di lakukan dengan
cara mencabut tanaman krisan yang kemudian memotong tangkai bunga
menyesuaikan permintaan konsumen.
Tanaman yang telah di panen di bersihkan yaitu dengan memisahkan
kelopak bunga ynag kering dan rusak dari bunga yang akan di pasarkan.
Selanjutnya di lakukan sortasi/grading yaitu memisahkan antara jenis krisan spray
dengan krisan standart. Bunga yang telah di bersihkan dan di sortir selanjutnya di
kemas menggunakan koran. Pengemasan disesuaikan dengan pesanan atau
permintaan dari pembeli. Tidak ada pelabelan pada kemasan yang digunakan.
Pemasaran secara domestik dengan tujuan pemasaran di daerah tapal kuda, jawa
timur malang dan luar pulau. Harga untuk bunga krisan berbeda antara jenis spray
dengan standart, Satu tangkai bunga standart berharga 1.500 rupiah atau 15.000
rupiah per pak yang berisi 10 tangkai bunga sedangkan bunga jenis spray di jual
dengan harga 11.000 rupiah per pak.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan ke dataran tinggi yang bertempat di
Rembangan, Kabupaten Jember. Mahasiswa atau praktikan telah mengetahui dan
mengenal salah satu tanaman penting yang berhabitat di dataran tinggi yaitu
tanaman krisan serta mengetahui syarat tumbuh dan cara pembudidayaannya.
krisan dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian tempat diatas permukaan
laut sekitar 700 - 1200 m. dan dapat tumbuh juga hampir semua tanah dengan
persyaratan tanah mengandung banyak hara dan unsur-unsur lain yang di
butuhkan tanaman. Pembudidayaannya di awali dengan penyiapan lahan,
pembuatan naungan, pengolahan tanah, penananaman, perawatan, pemanenan dan
kegiatan pasca panen seperti pemasaran. Selain itu mahasiswa juga telah
mengetahui morfologi dan taksonomi tanaman tersebut.
5.2 Saran
Melihat potensi pasar dan kebutuhan masyarakat terhadap bunga krisan
yang cukup tinggi, sebaiknya petani melakukan pengolahan terlebih dahulu
kepada bunga krisan yang telah dipanen sebelum menjualnya seperti perangkaian.
Sehingga harga jual akan meningkat dan petani akan mendapatkan nilai tambah.

DAFTAR PUSTAKA
Anasiru, R. H., M. L. Rayes, B. Setiawan, dan Soemarno. 2013. An Agroecological Approach for Sustainable Farming in Langge Sub-watershed,
Bolango Watershed, Gorontalo, Indonesia. Environment and Earth Science,
3 (5): 1-11.
Cui, X.,·Hans F. Graf. 2009. Recent land cover changes on the Tibetan Plateau.
Climatic Change, 94: 47–61.
Ellyanti, Abu bakar K., dan Hairul Basri. 2012. Analisis Indikasi Geografis Kopi
Arabika Gayo Ditinjau dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Agrista, 16(2): 46-61.
Firmansyah, F., Tino M. Anngo dan Aos M Akyas. 2009. Pengaruh Umur Tanam
Bibit dan Populasi Tanaman terhadap Hasil dan Kualitas Sayuran Pakcoy
(Brassica Campertris L, Chinensis group) yang Ditanam dalam Naungan
Kasa di Dataran Medium. Agrikultura, 20(3): 216-224.
Herawati, T., dan Miranti. 2012. Tanaman Pakan Ternak sebagai Penguat Teras.
Pastura,1(2): 35-38.
Jaya, I Komang D. 2009. Pengaruh Pemangkasan Cabang terhadap Hasil
Tanaman Brokoli (Brassica Oleracea L. Var. Italica) Di Dataran Rendah.
Crop Agro, 2(1): 15-21.
Loveless, A.R. 1983. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik
Jilid 2. Terjemahan oleh Kuswata Kartawinata, Ph.D., Sarkat Danimihardjo,
M.Sc. dan Usep Soetisna, Ph.D. 1989. Jakarta: Gramedia.
Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Rauf, A. W., dan Martina Sri Lestari. 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan
Lokalsebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua. Litbang Pertanian, 28(2):
54-62.
Rina, Dwi N., Chairul dan Solfiyeni. 2012. Komposisi dan Struktur Tanaman
Pekarangan Dataran Tinggi di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok.
Biologi Universitas Andalas, 1(2): 144-149.
Samadi, Budi. 1997. Usaha Tani Kentang. Yogyakarta: Kanisius.
Turasih, Soeryo Adi W. 2012. Sistem Nafkah Rumah Tangga Petani Kentang di
Dataran Tinggi Dieng. Sosiologi Pedesaan, 6(2): 196-207.

Yassi, Amir. 2011. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai
pada Wilayah Dataran Tinggi. Agrisistem, 7(1): 38-46.