Paper Higiene Makanan Bab Higiene
Paper Higiene Makanan
Higiene Susu
Disusun Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara definitif, susu merupakan cairan suspensi antara padatan dan bahan cair yang
diekskresikan oleh hewan mamalia. Hewan mamalia yang dimaksud merupakan hewan
mamalia betina yang telah mengalami masa bunting dan partus, masa saat menyusui disebut
dengan masa laktasi. Susu merupakan zat yang sangat bergizi sehingga sangat tepat diberikan
pada hewan ternak muda, dimana pada masa tersebut ternak muda masih memiliki dayatahan
tubuh yang rendah serta sensitif pada saluran pencernaanya.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dan sebagainya.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dan subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai sampah agar sampah tidak dibuang
sembarangan.
Sanitasi sangat penting dalam industri pangan, produksi dengan menggunakan metode
yang tepat akan dapat memberikan konsumen makanan yang memiliki kualitas tinggi dan
sehat. Karena ketentuan ini mencakup fasilitas dan tempat bekerja maka perencanaan
produksi yang tepat dan benar harus dipertimbangkan sebaik mungkin. Setiap tahap produksi
dan distribusi ke konsumen harus terjamin sehingga produk tersebut tetap sehat. Sanitasi
yang efektif memberikan kontribusi terhadap kualitas makanan yang diinginkan.
Selain itu, kita perlu mengetahui tentang karakteristik berbagai jenis tanah, senyawa
pembersihan dan sanitizer yang efektif, ketersediaan peralatan pembersihan dan prosedur
sanitasi yang efektif. Setiap Negara harus mempunyai jaminan kesehatan terhadap produk
yang akan diproduksi. Faktor penting lainnya adalah tingkat kesadaran konsumen akan
pentingnya nilai gizi, manfaat dan kondisi pengolahan semua makanan.
Lingkungan di lokasi pabrik dapat berkontribusi terhadap pencemaran dalam pabrik,
serta kontaminasi ke produk. Peralatan pengolahan, kemasan, dan ruang bekerja dapat
menjadi sumber kontaminasi. Sanitasi yang efektif bertujuan untuk mengurangi kontaminasi.
Bahan baku dan lingkungan pengolahan merupakan sumber kontaminasi Listeria
monocytogenes.
Meskipun bakteri patogen dapat dimusnahkan dalam pengolahan melalui pasteurisasi
dan proses termal, tetapi pada makanan olahan dan makanan siap saji bakteri tersebut dapat
saja tumbuh kembali.
BAB II
ISI
A. Pascapanen Susu Sapi (seri pengolahan susu)
Dalam pengembangan industri Sapi Perah, hal penting yang harus dilakukan adalah
meminimalisir permasalahan yang terjadi dan sekaligus mengoptimalkan potensi yang
dimiliki saat ini. Disamping mengoptimalkan kondisi ternak sehingga menghasilkan produk
susu yang optimal kualitas, diperlukan juga penanganan pascapanen dengan baik sehingga
mutu dan kualitas susu tetap terjaga. Proses pertama yang dilakukan setelah susu dipanen
adalah proses pateurisasi . Kemudian baru diolah lebih lanjut menjadi berbagaimacam produk
olahan susu. Berikut akan kita bahas lebih lanjut penanganan pascapanen susu sapi.
B. Teknologi Penanganan Pasca Panen Susu
Dikenal beberapa teknologi yang lazim dipakai untuk melakukan pencegahan
kerusakan makanan yang disebabkan oleh kegiatan mikroba, yaitu :
1. Refrigeration (Pendinginan)
2. Deep – Freezing (Pembekuan)
3. Chemical preservation (Pengawetan dengan bahan kimia)
4. Heat Treatment (Perlakuan panas)
1. Refrigeration (Pendinginan)
Adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu sekitar 00C sampai 1000 C. Waktu
pertumbuhan bakteri antara lain ditentukan oleh faktor suhu. Pada suhu rendah pada
umumnya pertumbuhan bakteri terhambat dan jika ada beberapa jenis bakteri yang masih bisa
berkembang pada suhu rendah maka kecepatan pertumbuhannya sangat lambat dan
diperlukan waktu cukup lama untuk dapat meyebabkan kerusakan bahan makanan atau
dengan kata lain umur keawetan bahan makanan bertambah. Selain itu pada suhu rendah
proses reaksi kimia, bio-kimia dan fisika juga akan menjadi lambat. Perlu ditegaskan sekali
lagi bahwa pendinginan hanya memperlambat semua proses yanag terjadi dan bukan
menghentikan. sehingga didalam proses pendinginan perlu dijaga agar suhu pendinginan
harus selalu konstan.
2. Heat Treatment ( Perlakuan Panas)
Adalah perlakuan panas yang cukup tinggi pada makanan dan ditujukan untuk mengurangi
atau membunuh mikroba yang ada didalam makanan. Dalam hal ini dikenal 2 macam proses,
yaitu :
a. Proses Pasteurisasi
b. Proses Sterilisasi
a. Proses Pasteurisasi
Proses pasteurisasi terutama ditujukan untuk membunuh semua bakteri pathogen dan juga
dengan sendirinya mengurangi jumlah bakteri non-pathogen. Tetapi spora-spora bakteri tetap
tahan terhadap perlakuan pasteurisasi.
Dikenal beberapa type pasteurisasi yaitu :
Low Temperature Long Time (LTLT) yaitu proses pasteurisasi pada suhu sekitar 60 – 70 0C
selama 30 menit
Type High Temperature Short Time dimana perlakuan panasnya pada suhu 76 – 80 0 C atau lebih
selama 15 detik.
Perlu diperhatikan disini adalah waktu yang dipakai pasteurisasi adalah waktu yang
dihitung sejak suhu ditetapkan (misalnya 650 C) telah tercapai.
b. Proses Sterilisasi
Pada dasarnya dikenal 2 macam type sterilisasi, yaitu :
Batch Sterilization
Produk yang belum steril diisikan kedalam kemasan dan selanjutnya bersama-sama dilakukan
proses sterilisasi. Biasanya dipakai suhu sterilisasi 120 0C selama 20 atau 30 menit.
Flow Sterilization (UHT)
Produk dan kemasan disterilisasikan sendiri-sendiri/terpisah. Biasanya dipakai suhu sterilisasi
135 oC sampai 150 oC selama 2 detik.
C.
Ciri-ciri susu yang baik
Warna putih susu dan kental.
Cairannya konstan dan tidak menggumpal.
Aroma khas susu, tidak berbau asam, tengik atau bau amis.
Berat jenis lebih tinggi dari air (BJ diatas 1,0).
Kalau dituang dari gelas masih menempel di dinding gelas.
Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam).
Bebas dari kotoran fisik seperti darah, debu, bulu serangga dll.
D. Bahaya kontaminasi pada susu
Tuberculosis pada susu segar.
Staphylococcus aureus.
Pemalsuan dengan santan.
E. Sanitasi Susu
1. Untuk mendapatkan susu yang baik ada dua syarat sebagai berikut:
a) Safe milk tidak mengandung bibit penyakit yang membahanyakan kesehatan.
b) Clean milk tidak mengandung zat-zat lain yang tidak ditemukan dalam susu murni walaupun
2.
a)
b)
c)
d)
zat tersebut tidak berbahaya untuk kesehatan.
Untuk mendapatkan safe dan clean milk adalah sebagai berikut;
Hewan yang diambil susunya haruslah hewan yang sehat
Orang yang mengelola susu harus sehat
Lingkungan tempat susu diambil harus selalu dalam keadaan bersih
Usahakan ada ruangan yang bersih untuk menyimpan sementara susu ini, yang dekat dengan
kandang susu
e) Alat-alat yang digunakan harus bersih
f) Pengelolaan susu harus terjamin kebersihannya
g) Kalau pengangkutan lebih dari dua jam, harap alat transportasi dilengkapi dengan alat
pendingin
h) Lakukan pasteurisasi sebelum susu tersebut diminum
Macam-macam pasteurisasi adalah sebagai berikut:
1) Dengan suhu tinggi, waktu pendek
2) Dengan suhu rendah, waktu panjang
3) Ultra high temperature pasteurisasi, yaitu dengan memanaskan sampai suhu 90ºC selama
0,75 detik.
4) Setelah dipasteurisasi, suhu yang paling baik untuk susu ialah 10ºC untuk mencegah
kerusakan susu lebih lanjut.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Teknologi Pasteurisasi Susu
Dipandang dari segi kesehatan manusia susu segar yang tidak dipasteurisasi
merupakan bahan makanan yang membahayakan bila dikonsumsi langsung, karena susu
merupakan media yang sempurna untuk pertumbuhan mikroba yang dapat menginfeksi
manusia. Penyakit seperti TBC, typhus, disentri Seperti penjelasan sebelumnya, Pasteurisasi
adalah suatu proses pemanasan pada suhu dibawah 100 0C dan dalam jangka waktu tertentu
yang dapat mematikan sebagian mikroba yang ada dalam susu. Selain ditujukan untuk
membunuh mikroba pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteri TB; Coli, dll, proses
pasteurisasi yang dilanjutkan dengan pendinginan segera akan menghambat pertumbuhan
mikroba yang tahan suhu pasteurisasi juga akan merusak sistem ensimatis yang dihasilkannya
(misalnya enzim phosphatase, lipase, dll), sehingga dapat mengurangi kerusakan zat gizi serta
memperbaiki daya simpan susu (keeping quality) dan mempertahankan rupa maupun cita rasa
susu segar.
Dikenal dua metoda yang lazim digunakan pada proses pasteurisasi susu yaitu LTLT
(Low Temperature Long Time) dan HTST (High Temperature Short Time). Metode LTLT
pada dasarnya dilakukan dengan pemanasan susu sampai suhu 63 – 65 0C dan dipertahankan
pada suhu tersebut selama 30 menit. Alat yang digunakan untuk LTLT berupa tangki terbuka
(open vat) dengan pemanas tidak langsung atau lebih dikenal dengan “Batch Pasteuriser”.
Sedang metoda HTST dilakukan dengan pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 76
– 80 0C atau lebih dengan menggunakan alat penukar panas (heat exchanger) dan diikuti
dengan proses pendinginan susu dengan cepat agar mikroba yang masih hidup tidak tumbuh
kembali.
Selanjutnya sebagai tambahan informasi berikut penanganan dan pengolahan susu
sapi yang sesuai dengan standart GMP, sehingga susu yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang baik.
B. Cara Pengolahan Yang Baik
GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik oleh sebagian besar industri – industri
pangan di Indonesia, melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor 23/Men.Kes/SK 1978.
serta Peraturan Menteri Pertanian nomor : 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman
sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
GMP telah dijadikan pedoman penuntun bagi produsen makanan dan minuman dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya dan dengan demikian masyarakat dapat
dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran makanan yang
telah memenuhi syarat. Secara garis besar mengenai pelaksanaan GMP dapat disampaikan
sebagai berikut :
a. Lingkungan Produksi
·
·
·
Industri pengolahan harus berada di tempat yang :
Bebas pencemaran, semak belukar dan genangan air
Bebas dari sarang hama, khususnya serangga dan binatang pengerat
Tidak berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah baik sampah padat maupun
sampah cair atau daerah penumpukan barang bekas dan daerah kotor lainnya. Unit
pengolahan susu tidak berada di daerah pemukiman penduduk yang kumuh.
·
·
·
Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-cara :
Sampah harus dibuang dan tidak menumpuk
Tempat sampah harus selalu tertutup
Jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik
Untuk menetapkan lokasi unit pengolahan susu perlu dipertimbangkan keadaan dan
kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan telah
mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk
melindungi pangan yang diproduksinya.
C.
Bangunan dan Fasilitas Unit Pengolahan Susu
1.
Persyaratan Umum Bangunan
Didalam industri pengolahan susu, maka spesifikasi bangunan/ruangan proses dan
lingkungan sama pentingnya dengan spesifikasi peralatan proses. Dalam kaitan ini
disampaikan persyaratan umum (minimal) untuk bangunan pengolahan susu pasteurisasi
mini, dengan maksud untuk menjadikan panduan dalam Lingkungan disekitar lokasi pabrik
membuat bangunan proses
a.
·
·
·
·
·
·
·
·
·
Ruang Proses
Harus ada drainase utama di ruang proses
Lantai dari keramik miring 3 0 kearah drainase
Dinding keramik setinggi 1,2 m
Pintu utama 2 daun dari Aluminium + kaca
Plafond tinggi 2,8 m dari asbes
Lengkapi kran-kran air dan stop kontak
Lampu penerangan TL
Kawat nyamuk pada dinding ventilasi
Pertemuan dinding dan lantai melengkung
b.
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
Ruang Filling/Pengisian Susu
Saluran pipa drainase dia 3 ” beri tutup
Lantai dari keramik miring 3 0 kearah drainase
Dinding keramik setinggi 1,2 m
Sebagian dinding separo bata + kaca
Pintu 90 cm dari Al + kaca
Lengkapi foot bath depan pintu masuk
Lengkapi kran air + stop kontak
Plafon dari asbes
Selain lampu TL lengkapi lampu UV
Kalau perlu lengkapi AC
Kalau perlu lengkapi lobang pengeluaran produk
c.
·
·
·
·
Ruang Utilitas
Ruang terpisah/di luar ruang proses
Lantai dari beton/adukan
Lengkapi kran air dan stop kontak
Kalau perlu lengkapi Gen-set
Luas bangunan tergantung pada kapasitas produksi susu pasteurisasi yang akan
dihasilkan tiap harinya. Yaitu minimal dibutuhkan luas bangunan 60 – 75 m 2 tiap produksi
1000 liter susu pasteurisasi. Sedang kebutuhan air yang diperlukan adalah sekitar 7 – 10 liter
air setiap produksi 1 liter susu pasteurisasi (dikutip dari buku “Milk Pasteurization ” Hall,
Carl, Trout M, 1968).
2.
Ruang Produksi
Ruang produksi harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi
a.
Disain dan Tata Letak
Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah dibersihkan
b.
·
Lantai
Lantai seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat mudah
·
c.
·
dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan pengaliran air.
Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan kotoran lainnya.
Dinding
Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air minimal 2 meter, rata, halus, berwarna
·
terang, tahan lama, tidak mudah megelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.
d.
·
Langit- langit
Konstruksi langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan
debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, memperkecil terjadinya
·
kondensasi, serta terbuat dari bahan tahan lama dan mudah dibersihkan.
Langit-langit harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labah- labah dan kotoran
e.
·
lainnya.
Pintu Jendela dan Lubang Angin
Pintu dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus,
·
berwarna terang dan mudah dibersihkan.
Pintu, jendela dan lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat
·
dilepas untuk memudahkan pembesihan dan perawatan.
Pintu seharusnya didisain membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran dari
·
luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan
Pintu seharusnya didisain untuk dapat menutup sendiri, dapat ditutup dengan baik dan
·
selalu dalam keadaan tertutup.
Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi
·
Lubang angin harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan tidak dipenuhi sarang
labah-labah.
Bangunan dan fasilitas unit pengolahan dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses
produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis dan kimia serta mudah dibersihkan dan
disanitasi.
f.
·
Kelengkapan ruang produksi
Ruang produksi seharusnya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya
·
dengan teliti.
Di ruang produksi ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih
·
serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
Di ruang produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK)
g.
·
Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP)
·
seharusnya terpisah dengan produk akhir.
Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan- bahan bukan pangan
·
seperti bahan pencuci, pelumas dan oli.
Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga,
binatang pengerat seperti tikus, burung atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
3.
Peralatan Produksi
Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah
dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan
Permukaan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya halus, tidak bercelah, tidak
mengelupas dan tidak menyerap air.
Permukaan yang kontak langsung dengan produk harus dijaga kebersihannya secara
rutin sebelum digunakan atau sesuai dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang
sesuai untuk peralatan yang bersangkutan
Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga
memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan
Semua peralatan seharusnya diperlihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan bersih.
Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawah keluar setelah prosesing. Bila ada mesin
yang harus diperbaiki selama produksi berjalan, tindakan pencegahan yang layak harus
dimbil untuk mencegah kontaminasi produk susu.
Perlengkapan dan peralatan harus di desinfeksi segera sebelum penggunaan dan
kapanpun bila ada kemungkinan kontaminasi.
4. Pembersihan
Peralatan yang digunakan untuk menangani produk susu cair seharusnya dibersihkan dan
didesinfeksi segera setiap periode penggunaan atau sekurang-kurangnya sehari sekali.
Peralatan yang digunakan untuk menangani produk kaya lemak seperti mentega dan keju
seharusnya dibersihkan sesuai persyaratan, tetapi tidak kurang dari sekali seminggu.
Tahapan dasar pembersihan bangunan dan peralatan adalah :
Bilas dengan air untuk mengangkat sisa minyak dengan air dingin atau hangat-hangat kuku
(40-500C ), tetapi air panas diatas 85oC digunakan untuk peralatan penyangga. Selanjutnya
cuci dengan deterjen hingga seluruh permukaan peralatan bersih. Hal ini harus dilakukan
sesuai dengan metode pembersihan yang tepat tergantung pada jenis peralatan yang dicuci.
Bilas dengan air dingin berstandar air minum hingga permukaan bersih dari deterjen.
5.
Desinfeksi Peralatan
Desinfeksi peralatan pemerahan harus dilakukan dengan beberapa aturan sebagai berikut :
Penguapan – Penguapan harus dilakukan 10-15 menit setelah suhu penguapan diatas
85oC.
Air panas – Air panas dengan suhu 80oC (gunakan air dengan kesadahan rendah untuk
menghindari deposisi garam-garam) digunakan tidak kurang dari 20 menit, dan pada
pembersihan dengan metode sirkulasi digunakan air panas dengan suhu 85oc selama
15 menit.
Deterjen/desinfeksi – digunakan sebagai bagian dari proses pembersihan pada suhu
antara 45-600 C atau sesuai dengan aturan pembersihannya untuk saluran-saluran
susu, tangki penyimpanan dan tangki-tangki lainnya.
6.
Suplai Air
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan seharusnya didisain.dikonstruksi
dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan. Air
yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi persyaratan kualitas air
bersih dan atau air minum.
Persyaratannya sebagai berikut :
·
Air yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh
·
kebutuhan proses produksi
Sumber dan pipa air untuk keperluan selain pengolahan pangan seharusnya terpisah dan
·
diberi warna yang berbeda.
Air yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus memenuhi persyaratan
air bersih.
D.
Fasilitasi dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi
Sanitasi Ruangan/Lingkungan tidak ada gunanya apabila semua peralatan dalam kondisi
bersih tetapi ruangan dan lingkungan (termasuk petugas/karyawan produksi) dalam kondisi
kurang bersih. Secara garis besar kondisi sanitasi ruangan dan lingkungan yang diinginkan
antara lain :
1. Peralatan Proses
Permukaan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih baik bagian luar ataupun bagian
dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu, yang dicirikan dengan :
·
Tidak ada bau dari produk yang membusuk
·
Permukaan halus dan bersih
·
Permukaan tidak belang-belang karena lidah air
2. Lingkungan yang bersih
·
Tembok, lantai dan got harus selalu bersih dan tidak berbau
·
Ruang Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu masuk dimana sepatu/boot
karyawan harus nyebur (foot-bath)
·
Bila kosong lampu Ultra-violet (UV) di ruang filling harus dinyalakan terutama malam
·
hari.
Harus dijaga tidak ada genangan air baik di dalam maupun diluar ruang proses, termasuk
saluran pembuangan limbah.
·
Ruang penyimpanan produk (storage area) harus selalu bersih
3. Alat cuci/pembersih
·
Alat cuci /pembersih seperti sikat, pel, deterjen, dan bahan sanitasi harus tersedia dan
·
terawat dengan baik.
Air panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu.
4. Kebersihan karyawan/Personil yang tinggi Semua karyawan yang ikut menangani produk
dari tahap awal produksi sampai akhir harus selalu rapih dan bersih
5. Kegiatan higiene dan sanitasi
·
Pembersihan dapat dilakukan secara fisik seperti dengan sikat atau secara kimia seperti
·
dengan deterjen atau gabungan keduanya.
Jika diperlukan, penyucihamaan dapat dilakukan dengan menggunakan kaporit sesuai
·
petunjuk yang dianjurkan.
Kegiatan pembersihan, pencucian, dan penyucihamaan peralatan harus dilakukan secara
·
rutin.
Harus ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pembersihan, pencucian
dan penyucihamaan.
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan dan
peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dari
karyawan
E.
Pengendalian Hama
Hama (tikus, serangga, dan lain-lain) merupakan pembawa cemaran biologis yang dapat
menurunkan mutu dan keamanan pangan. Kegiatan pengendalian hama dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan masuknya hama ke ruang produksi yang akan mencemari pangan
1. Mencegah masuknya hama
·
Lubang-lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya hama harus selalu dalam
·
keadaan tertutup.
Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan ayam tidak boleh berkeliaran di pekarangan
·
·
IRT apalagi di ruang produksi.
Bahan pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang masuknya hama
IRT seharusnya memeriksa lingkungannya dari kemungkinan timbulnya sarang hama.
2. Pemberantasan hama
·
Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan keamanan pangan.
·
Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan perangkap tikus atau
·
secara kimia seperti dengan racun tikus.
Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan tidak mencemari
pangan.
F.
Cara Transportasi Susu Yang Baik
Dalam pengangkutan jarak jauh, perlu peralatan pendingin untuk menjaga kesegaran,
karena air susu segar kesegarannya hanya mampu bertahan + 3 jam sejak diperah dari induk.
Produk harus diangkut dalam kendaraan yang bersih dan menggunakan alat pendingin, pada
kondisi yang sesuai dan tidak diletakkan bersama-sama dengan benda-benda lain.
1. Transport Susu Mentah
Susu yang telah didinginkan di peternakan atau sentra pendinginan dapat di kirim di
dalam can susu atau tangki besar. Tangki pengiriman sudah di isolasi, sehingga susu akan
tetap dingin hingga tempat pengolahannya (bila ketersediaan transportasi cepat, misal jarak
yang pendek atau fasilitas jalan yang bagus menyebabkan susu dapat dikirim sebelum suhu
susu meningkat menjadi 100 C
2. Transportasi susu dalam can
Sebagai alternatif, susu dapat diisi ke dalam can dan dikirim dalam cannya.
Keuntungannya, susu dari peternak dengan kualitas rendah tidak akan tercampur dengan susu
dari peternak yang memiliki kualitas bagus.
Bila can tidak diisolasi, transport menuju industri pengolahan haruslah efisien
sehingga memungkinkan susu dapat mencapai pabrik dalam kondisi yang bisa diterima.
Dalam kasus peternak mengirimkan susunya dengan sistem kolektif, dianjurkan agar can susu
ditempatkan di area yang teduh sembari menunggu kendaraan yang akan mengangkutnya.
Susu dengan kualitas rendah akan ditolak di tempat pengolahan sehingga peternak
akan kehilangan uangnya Pengirim susu juga akan kehilangan uangnya jika kesalahan ada
dipihaknya. Untuk mencegah hal buruk ini terjadi, penanganan susu yang higiene sangat
penting pada setiap tahap; saat di peternakan, tempat pendinginan dan selama transportasi.
G.
Cara Pemasaran Susu Yang Baik
Produk susu yang dipasarkan harus dalam kondisi dan kualitas yang baik serta dalam
kemasan yang menarik, sehingga produk tersebut terjamin aman dan baik untuk dikonsumsi.
Produk susu yang dipasarkan adalah produk yang terlebih dahulu diproduksi dan masih
dalam jangka waktu kadaluarsa (FIFO: First in First Out).
Untuk menjamin produk yang dipasarkan sampai ke konsumen dengan kualitas bagus,
aman dan baik untuk dikonsumsi, juga memperhatikan menerapkan cara pendistribusian
produk yang benar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kerusakan produk yang dipasarkan
selama pendistribusian.
Jika tempat pemasaran berwaktu tempuh lebih dari 1 jam, maka pengiriman produk
dilakukan menggunakan alat transportasi yang dilengkapi dengan pendingin. Alat transportasi
yang digunakan harus aman dan berfungsi dengan baik. Alat transportasi yang digunakan
harus dalam keadaan bersih dan kering sebelum maupun setelah digunakan untuk
pendistribusian produk. Jika tidak memungkinkan menggunakan alat transportasi yang
dilengkapi pendingin, pendistribusian produk bias dilakukan dengan menggunakan boks es
(coolbox) dengan penambahan es untuk menjaga kondisi produk tetap dalam keadaan dingin.
Boks es harus dalam keadaan bersih dan kering seblum digunakan, begitu juga setelah
dimasukkan produk, boks es harus dalam keadaan bersih dan tertutup rapat.
H.
Hygiene Petugas Penyelenggara Makanan
Yang dimaksud dengan hygiene adalah sikap bersih perilaku petugas penyelenggara
makanan yang ditangani tidak tercemar oleh petugas penyelenggara makanan. Sikap bersih
inilah yang harus disadari oleh para petugas penyelenggara makanan karena dalam
kegiatannya menyangkut kesehatan orang banyak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan
dilakukan oleh petugas dalam menangani makanan adalah sebagai berikut:
a.
Personal Hygiene
1.
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum seseorang diterima sebagai karyawan, sebaiknya diadakan pemeriksaan
kesehatan orang tersebut. Karena bila orang tersebut menderita penyakit yang menular,
misalnya penyakit TBC maka orang tersebut dapat merupakan pembawa bakteri TBC. Di
samping itu, pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan sebaiknya dilakukan minimal
sekali setiap tahun agar dari hasil pemeriksaan tersebut, karyawan yang terkena
penyakitdapat diobati terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali.
2.
Kebersihan Tangan dan Jari Tangan
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu
dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak terkontaminasi.
Oleh karena itu, kebersihan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan agar setiap kali
keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan dengan air hangat
dan sabun, lalu dikeringkan dengan serbet kertas (tisu) untuk tangan atau dengan
menggunakan alat mesin pengering tangan (hand dryer).
Karyawan yang menyelenggarakan makanan secara langsung tidak diperbolehkan
menggunakan cincin, baik yang bermata maupun tidak, juga jam tangan karena bakteribakteri dapat tertinggal di cincin yang tidak mungkin dapat dibersihkan pada saat bekerja.
Jam tangan tidak boleh digunakan karena akan rusak terkena uap panas atau air pada waktu
mencuci bahan makanan. Kuku harus dipotong pendek karena sumber kotoran/ penyakit,
serta tidak perlu mengunakan pewarna kuku yang kemungkinan besar akan mengelupas dan
jatuh ke dalam makanan.
Sewaktu mencicipi makanan yang telah matang harus menggunakan sendok dan bila
makanan tersebut diporsikan harus menggunakan alat pengambil, misalnya sendok, penjepit,
garpu. Namun, bila situasi tidak memungkinkan menggunakan alat tersebut, dianjurkan
menggunakan sarung tangan dari plastic transparan yang tipis dan sekali pakai.
3.
Kesehatan Rambut
Pencucian rambut dilaksanankan secara teratur karena rambut yang kotor akan
menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan untuk
menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran-kotoran dari kepala jatuh beterbangan ke
dalam makanan serta kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja para karyawan diharuskan
menggunakan tutup kepala (hair cap).
4.
Kebersihan Hidung
Selama bekerja usahakan jangan mengorek hidung karena pada hidung manusia
terdapat banyak sekali bakteri. Dalam keadaan terpaksa, pergunakan sapu tangan atau tisu
yang langsung dapat dibuang. Setelah itu, tangan harus dicuci. Apabila bersin, hidung harus
ditutup dengan sapu tangan sambil wajah dipalingkan dari makanan yang sedang
dipersiapkan, untuk menghindari bakteri-bakteri yang berasal dari hidung.
5.
Kebersihan Mulut dan Gigi
Dalam rongga mulut terdapat banyak sekali bakteri terutama pada gigi yang
berlubang. Apabila ada makanan yang terselip diantara gigi, jangan sekali-kali
membersihkannya dengan jari tangan, tetapi pergunakan tusuk gigi. Membersihkan gigi
jangan pada saat sedang menyiapkan makanan. Periksalah gigi secara teratur ke poliklinik
gigi. Pada saat batuk mulut harus ditutup dengan tisu dan wajah dialihkan dari arah makanan.
6.
Kebersihan Telinga
Lubang telinga sebaiknya dibersikan secara teratur karena kalau kotor akan membuat
telinga menjadi kotor dan gatal serta mendorong seseorang memasukkan jari-jari tangannya
ke lubang telinga.
b.
Hygiene Perlengkapan Karyawan
1.
Pakaian Karyawan
Pakaian yang digunakan di dapur harus pakaian khusus. Pegawai hotel biasanya
berganti pakaian di loker. Seragam karyawan ini harus diganti setiap hari karena pakaian
yang kotor merupakan tempat bersarangnya bakteri. Pakaian di dapur selayaknya dipilih
model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci, berwarna
terang/putih, terbuat dari bahan yang kuat, dapat menyerap keringat, tidak panas dan
ukurannya tidak begitu ketat sehingga dapat mengganggu pada waktu bekerja.
2.
Sepatu
Sepatu yang digunakan adalah sepatu kerja, artinya haknya pendek, tidak licn, ringan
dan enak dipakai, karena selama bekerja di dapur karyawan tidak boleh duduk.
Apabila sepatu yang digunakan karyawan kurang enak maka karyawan akan lekas lelah atau
sakit pada jari-jari kakinya. Hal inilah yang dapat menyebabkan nilai standar hygiene
menurun.
Dengan standar hygiene personal yang tinggi seorang karyawan dapat menyadari
bahwa yang dilakukannya adalah menyangkut kesehatan orang banyak dan dalam hal ini ia
telah dapat mencegah/mengurangi salah satu sebab terjadinya keracunan makanan.
Daftar pustaka
Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Buckle, K.A., 2009. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
6
Rebo International b.v., Lisse, The Netherlands .Dumont’s Lexicon of Cheese. 2004.. ISBN
978-90-366-1689-8. Page 19-21
7
Gisslen, Wayne.2007. Professional Cooking. John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-471-
66376-8. Page 811.
Higiene Susu
Disusun Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara definitif, susu merupakan cairan suspensi antara padatan dan bahan cair yang
diekskresikan oleh hewan mamalia. Hewan mamalia yang dimaksud merupakan hewan
mamalia betina yang telah mengalami masa bunting dan partus, masa saat menyusui disebut
dengan masa laktasi. Susu merupakan zat yang sangat bergizi sehingga sangat tepat diberikan
pada hewan ternak muda, dimana pada masa tersebut ternak muda masih memiliki dayatahan
tubuh yang rendah serta sensitif pada saluran pencernaanya.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subyeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
tangan, mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan dan sebagainya.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dan subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadai sampah agar sampah tidak dibuang
sembarangan.
Sanitasi sangat penting dalam industri pangan, produksi dengan menggunakan metode
yang tepat akan dapat memberikan konsumen makanan yang memiliki kualitas tinggi dan
sehat. Karena ketentuan ini mencakup fasilitas dan tempat bekerja maka perencanaan
produksi yang tepat dan benar harus dipertimbangkan sebaik mungkin. Setiap tahap produksi
dan distribusi ke konsumen harus terjamin sehingga produk tersebut tetap sehat. Sanitasi
yang efektif memberikan kontribusi terhadap kualitas makanan yang diinginkan.
Selain itu, kita perlu mengetahui tentang karakteristik berbagai jenis tanah, senyawa
pembersihan dan sanitizer yang efektif, ketersediaan peralatan pembersihan dan prosedur
sanitasi yang efektif. Setiap Negara harus mempunyai jaminan kesehatan terhadap produk
yang akan diproduksi. Faktor penting lainnya adalah tingkat kesadaran konsumen akan
pentingnya nilai gizi, manfaat dan kondisi pengolahan semua makanan.
Lingkungan di lokasi pabrik dapat berkontribusi terhadap pencemaran dalam pabrik,
serta kontaminasi ke produk. Peralatan pengolahan, kemasan, dan ruang bekerja dapat
menjadi sumber kontaminasi. Sanitasi yang efektif bertujuan untuk mengurangi kontaminasi.
Bahan baku dan lingkungan pengolahan merupakan sumber kontaminasi Listeria
monocytogenes.
Meskipun bakteri patogen dapat dimusnahkan dalam pengolahan melalui pasteurisasi
dan proses termal, tetapi pada makanan olahan dan makanan siap saji bakteri tersebut dapat
saja tumbuh kembali.
BAB II
ISI
A. Pascapanen Susu Sapi (seri pengolahan susu)
Dalam pengembangan industri Sapi Perah, hal penting yang harus dilakukan adalah
meminimalisir permasalahan yang terjadi dan sekaligus mengoptimalkan potensi yang
dimiliki saat ini. Disamping mengoptimalkan kondisi ternak sehingga menghasilkan produk
susu yang optimal kualitas, diperlukan juga penanganan pascapanen dengan baik sehingga
mutu dan kualitas susu tetap terjaga. Proses pertama yang dilakukan setelah susu dipanen
adalah proses pateurisasi . Kemudian baru diolah lebih lanjut menjadi berbagaimacam produk
olahan susu. Berikut akan kita bahas lebih lanjut penanganan pascapanen susu sapi.
B. Teknologi Penanganan Pasca Panen Susu
Dikenal beberapa teknologi yang lazim dipakai untuk melakukan pencegahan
kerusakan makanan yang disebabkan oleh kegiatan mikroba, yaitu :
1. Refrigeration (Pendinginan)
2. Deep – Freezing (Pembekuan)
3. Chemical preservation (Pengawetan dengan bahan kimia)
4. Heat Treatment (Perlakuan panas)
1. Refrigeration (Pendinginan)
Adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu sekitar 00C sampai 1000 C. Waktu
pertumbuhan bakteri antara lain ditentukan oleh faktor suhu. Pada suhu rendah pada
umumnya pertumbuhan bakteri terhambat dan jika ada beberapa jenis bakteri yang masih bisa
berkembang pada suhu rendah maka kecepatan pertumbuhannya sangat lambat dan
diperlukan waktu cukup lama untuk dapat meyebabkan kerusakan bahan makanan atau
dengan kata lain umur keawetan bahan makanan bertambah. Selain itu pada suhu rendah
proses reaksi kimia, bio-kimia dan fisika juga akan menjadi lambat. Perlu ditegaskan sekali
lagi bahwa pendinginan hanya memperlambat semua proses yanag terjadi dan bukan
menghentikan. sehingga didalam proses pendinginan perlu dijaga agar suhu pendinginan
harus selalu konstan.
2. Heat Treatment ( Perlakuan Panas)
Adalah perlakuan panas yang cukup tinggi pada makanan dan ditujukan untuk mengurangi
atau membunuh mikroba yang ada didalam makanan. Dalam hal ini dikenal 2 macam proses,
yaitu :
a. Proses Pasteurisasi
b. Proses Sterilisasi
a. Proses Pasteurisasi
Proses pasteurisasi terutama ditujukan untuk membunuh semua bakteri pathogen dan juga
dengan sendirinya mengurangi jumlah bakteri non-pathogen. Tetapi spora-spora bakteri tetap
tahan terhadap perlakuan pasteurisasi.
Dikenal beberapa type pasteurisasi yaitu :
Low Temperature Long Time (LTLT) yaitu proses pasteurisasi pada suhu sekitar 60 – 70 0C
selama 30 menit
Type High Temperature Short Time dimana perlakuan panasnya pada suhu 76 – 80 0 C atau lebih
selama 15 detik.
Perlu diperhatikan disini adalah waktu yang dipakai pasteurisasi adalah waktu yang
dihitung sejak suhu ditetapkan (misalnya 650 C) telah tercapai.
b. Proses Sterilisasi
Pada dasarnya dikenal 2 macam type sterilisasi, yaitu :
Batch Sterilization
Produk yang belum steril diisikan kedalam kemasan dan selanjutnya bersama-sama dilakukan
proses sterilisasi. Biasanya dipakai suhu sterilisasi 120 0C selama 20 atau 30 menit.
Flow Sterilization (UHT)
Produk dan kemasan disterilisasikan sendiri-sendiri/terpisah. Biasanya dipakai suhu sterilisasi
135 oC sampai 150 oC selama 2 detik.
C.
Ciri-ciri susu yang baik
Warna putih susu dan kental.
Cairannya konstan dan tidak menggumpal.
Aroma khas susu, tidak berbau asam, tengik atau bau amis.
Berat jenis lebih tinggi dari air (BJ diatas 1,0).
Kalau dituang dari gelas masih menempel di dinding gelas.
Kalau dimasak akan terbentuk lapisan busa lemak (foam).
Bebas dari kotoran fisik seperti darah, debu, bulu serangga dll.
D. Bahaya kontaminasi pada susu
Tuberculosis pada susu segar.
Staphylococcus aureus.
Pemalsuan dengan santan.
E. Sanitasi Susu
1. Untuk mendapatkan susu yang baik ada dua syarat sebagai berikut:
a) Safe milk tidak mengandung bibit penyakit yang membahanyakan kesehatan.
b) Clean milk tidak mengandung zat-zat lain yang tidak ditemukan dalam susu murni walaupun
2.
a)
b)
c)
d)
zat tersebut tidak berbahaya untuk kesehatan.
Untuk mendapatkan safe dan clean milk adalah sebagai berikut;
Hewan yang diambil susunya haruslah hewan yang sehat
Orang yang mengelola susu harus sehat
Lingkungan tempat susu diambil harus selalu dalam keadaan bersih
Usahakan ada ruangan yang bersih untuk menyimpan sementara susu ini, yang dekat dengan
kandang susu
e) Alat-alat yang digunakan harus bersih
f) Pengelolaan susu harus terjamin kebersihannya
g) Kalau pengangkutan lebih dari dua jam, harap alat transportasi dilengkapi dengan alat
pendingin
h) Lakukan pasteurisasi sebelum susu tersebut diminum
Macam-macam pasteurisasi adalah sebagai berikut:
1) Dengan suhu tinggi, waktu pendek
2) Dengan suhu rendah, waktu panjang
3) Ultra high temperature pasteurisasi, yaitu dengan memanaskan sampai suhu 90ºC selama
0,75 detik.
4) Setelah dipasteurisasi, suhu yang paling baik untuk susu ialah 10ºC untuk mencegah
kerusakan susu lebih lanjut.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Teknologi Pasteurisasi Susu
Dipandang dari segi kesehatan manusia susu segar yang tidak dipasteurisasi
merupakan bahan makanan yang membahayakan bila dikonsumsi langsung, karena susu
merupakan media yang sempurna untuk pertumbuhan mikroba yang dapat menginfeksi
manusia. Penyakit seperti TBC, typhus, disentri Seperti penjelasan sebelumnya, Pasteurisasi
adalah suatu proses pemanasan pada suhu dibawah 100 0C dan dalam jangka waktu tertentu
yang dapat mematikan sebagian mikroba yang ada dalam susu. Selain ditujukan untuk
membunuh mikroba pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteri TB; Coli, dll, proses
pasteurisasi yang dilanjutkan dengan pendinginan segera akan menghambat pertumbuhan
mikroba yang tahan suhu pasteurisasi juga akan merusak sistem ensimatis yang dihasilkannya
(misalnya enzim phosphatase, lipase, dll), sehingga dapat mengurangi kerusakan zat gizi serta
memperbaiki daya simpan susu (keeping quality) dan mempertahankan rupa maupun cita rasa
susu segar.
Dikenal dua metoda yang lazim digunakan pada proses pasteurisasi susu yaitu LTLT
(Low Temperature Long Time) dan HTST (High Temperature Short Time). Metode LTLT
pada dasarnya dilakukan dengan pemanasan susu sampai suhu 63 – 65 0C dan dipertahankan
pada suhu tersebut selama 30 menit. Alat yang digunakan untuk LTLT berupa tangki terbuka
(open vat) dengan pemanas tidak langsung atau lebih dikenal dengan “Batch Pasteuriser”.
Sedang metoda HTST dilakukan dengan pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada suhu 76
– 80 0C atau lebih dengan menggunakan alat penukar panas (heat exchanger) dan diikuti
dengan proses pendinginan susu dengan cepat agar mikroba yang masih hidup tidak tumbuh
kembali.
Selanjutnya sebagai tambahan informasi berikut penanganan dan pengolahan susu
sapi yang sesuai dengan standart GMP, sehingga susu yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang baik.
B. Cara Pengolahan Yang Baik
GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik oleh sebagian besar industri – industri
pangan di Indonesia, melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor 23/Men.Kes/SK 1978.
serta Peraturan Menteri Pertanian nomor : 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman
sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan.
GMP telah dijadikan pedoman penuntun bagi produsen makanan dan minuman dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya dan dengan demikian masyarakat dapat
dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi dan peredaran makanan yang
telah memenuhi syarat. Secara garis besar mengenai pelaksanaan GMP dapat disampaikan
sebagai berikut :
a. Lingkungan Produksi
·
·
·
Industri pengolahan harus berada di tempat yang :
Bebas pencemaran, semak belukar dan genangan air
Bebas dari sarang hama, khususnya serangga dan binatang pengerat
Tidak berada di daerah sekitar tempat pembuangan sampah baik sampah padat maupun
sampah cair atau daerah penumpukan barang bekas dan daerah kotor lainnya. Unit
pengolahan susu tidak berada di daerah pemukiman penduduk yang kumuh.
·
·
·
Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-cara :
Sampah harus dibuang dan tidak menumpuk
Tempat sampah harus selalu tertutup
Jalan dipelihara supaya tidak berdebu dan selokannya berfungsi dengan baik
Untuk menetapkan lokasi unit pengolahan susu perlu dipertimbangkan keadaan dan
kondisi lingkungan yang mungkin dapat merupakan sumber pencemaran potensial dan telah
mempertimbangkan berbagai tindakan pencegahan yang mungkin dapat dilakukan untuk
melindungi pangan yang diproduksinya.
C.
Bangunan dan Fasilitas Unit Pengolahan Susu
1.
Persyaratan Umum Bangunan
Didalam industri pengolahan susu, maka spesifikasi bangunan/ruangan proses dan
lingkungan sama pentingnya dengan spesifikasi peralatan proses. Dalam kaitan ini
disampaikan persyaratan umum (minimal) untuk bangunan pengolahan susu pasteurisasi
mini, dengan maksud untuk menjadikan panduan dalam Lingkungan disekitar lokasi pabrik
membuat bangunan proses
a.
·
·
·
·
·
·
·
·
·
Ruang Proses
Harus ada drainase utama di ruang proses
Lantai dari keramik miring 3 0 kearah drainase
Dinding keramik setinggi 1,2 m
Pintu utama 2 daun dari Aluminium + kaca
Plafond tinggi 2,8 m dari asbes
Lengkapi kran-kran air dan stop kontak
Lampu penerangan TL
Kawat nyamuk pada dinding ventilasi
Pertemuan dinding dan lantai melengkung
b.
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
·
Ruang Filling/Pengisian Susu
Saluran pipa drainase dia 3 ” beri tutup
Lantai dari keramik miring 3 0 kearah drainase
Dinding keramik setinggi 1,2 m
Sebagian dinding separo bata + kaca
Pintu 90 cm dari Al + kaca
Lengkapi foot bath depan pintu masuk
Lengkapi kran air + stop kontak
Plafon dari asbes
Selain lampu TL lengkapi lampu UV
Kalau perlu lengkapi AC
Kalau perlu lengkapi lobang pengeluaran produk
c.
·
·
·
·
Ruang Utilitas
Ruang terpisah/di luar ruang proses
Lantai dari beton/adukan
Lengkapi kran air dan stop kontak
Kalau perlu lengkapi Gen-set
Luas bangunan tergantung pada kapasitas produksi susu pasteurisasi yang akan
dihasilkan tiap harinya. Yaitu minimal dibutuhkan luas bangunan 60 – 75 m 2 tiap produksi
1000 liter susu pasteurisasi. Sedang kebutuhan air yang diperlukan adalah sekitar 7 – 10 liter
air setiap produksi 1 liter susu pasteurisasi (dikutip dari buku “Milk Pasteurization ” Hall,
Carl, Trout M, 1968).
2.
Ruang Produksi
Ruang produksi harus selalu dalam keadaan bersih dan rapi
a.
Disain dan Tata Letak
Ruang produksi seharusnya cukup luas dan mudah dibersihkan
b.
·
Lantai
Lantai seharusnya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak licin, kuat mudah
·
c.
·
dibersihkan dan dibuat miring untuk memudahkan pengaliran air.
Lantai harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan kotoran lainnya.
Dinding
Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air minimal 2 meter, rata, halus, berwarna
·
terang, tahan lama, tidak mudah megelupas, kuat dan mudah dibersihkan.
Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran lainnya.
d.
·
Langit- langit
Konstruksi langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk mencegah penumpukan
debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan, bersarangnya hama, memperkecil terjadinya
·
kondensasi, serta terbuat dari bahan tahan lama dan mudah dibersihkan.
Langit-langit harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labah- labah dan kotoran
e.
·
lainnya.
Pintu Jendela dan Lubang Angin
Pintu dan jendela seharusnya dibuat dari bahan tahan lama, tidak mudah pecah, rata, halus,
·
berwarna terang dan mudah dibersihkan.
Pintu, jendela dan lubang angin seharusnya dilengkapi dengan kawat kasa yang dapat
·
dilepas untuk memudahkan pembesihan dan perawatan.
Pintu seharusnya didisain membuka ke luar/ ke samping sehingga debu atau kotoran dari
·
luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan pengolahan
Pintu seharusnya didisain untuk dapat menutup sendiri, dapat ditutup dengan baik dan
·
selalu dalam keadaan tertutup.
Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang produksi
·
Lubang angin harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan tidak dipenuhi sarang
labah-labah.
Bangunan dan fasilitas unit pengolahan dapat menjamin bahwa pangan selama dalam proses
produksi tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis dan kimia serta mudah dibersihkan dan
disanitasi.
f.
·
Kelengkapan ruang produksi
Ruang produksi seharusnya cukup terang sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya
·
dengan teliti.
Di ruang produksi ada tempat untuk mencuci tangan yang selalu dalam keadaan bersih
·
serta dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya.
Di ruang produksi harus tersedia perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK)
g.
·
Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan (BTP)
·
seharusnya terpisah dengan produk akhir.
Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan- bahan bukan pangan
·
seperti bahan pencuci, pelumas dan oli.
Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama seperti serangga,
binatang pengerat seperti tikus, burung atau mikroba dan ada sirkulasi udara.
3.
Peralatan Produksi
Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat, mudah
dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan
Permukaan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya halus, tidak bercelah, tidak
mengelupas dan tidak menyerap air.
Permukaan yang kontak langsung dengan produk harus dijaga kebersihannya secara
rutin sebelum digunakan atau sesuai dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang
sesuai untuk peralatan yang bersangkutan
Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya sehingga
memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan
Semua peralatan seharusnya diperlihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan bersih.
Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawah keluar setelah prosesing. Bila ada mesin
yang harus diperbaiki selama produksi berjalan, tindakan pencegahan yang layak harus
dimbil untuk mencegah kontaminasi produk susu.
Perlengkapan dan peralatan harus di desinfeksi segera sebelum penggunaan dan
kapanpun bila ada kemungkinan kontaminasi.
4. Pembersihan
Peralatan yang digunakan untuk menangani produk susu cair seharusnya dibersihkan dan
didesinfeksi segera setiap periode penggunaan atau sekurang-kurangnya sehari sekali.
Peralatan yang digunakan untuk menangani produk kaya lemak seperti mentega dan keju
seharusnya dibersihkan sesuai persyaratan, tetapi tidak kurang dari sekali seminggu.
Tahapan dasar pembersihan bangunan dan peralatan adalah :
Bilas dengan air untuk mengangkat sisa minyak dengan air dingin atau hangat-hangat kuku
(40-500C ), tetapi air panas diatas 85oC digunakan untuk peralatan penyangga. Selanjutnya
cuci dengan deterjen hingga seluruh permukaan peralatan bersih. Hal ini harus dilakukan
sesuai dengan metode pembersihan yang tepat tergantung pada jenis peralatan yang dicuci.
Bilas dengan air dingin berstandar air minum hingga permukaan bersih dari deterjen.
5.
Desinfeksi Peralatan
Desinfeksi peralatan pemerahan harus dilakukan dengan beberapa aturan sebagai berikut :
Penguapan – Penguapan harus dilakukan 10-15 menit setelah suhu penguapan diatas
85oC.
Air panas – Air panas dengan suhu 80oC (gunakan air dengan kesadahan rendah untuk
menghindari deposisi garam-garam) digunakan tidak kurang dari 20 menit, dan pada
pembersihan dengan metode sirkulasi digunakan air panas dengan suhu 85oc selama
15 menit.
Deterjen/desinfeksi – digunakan sebagai bagian dari proses pembersihan pada suhu
antara 45-600 C atau sesuai dengan aturan pembersihannya untuk saluran-saluran
susu, tangki penyimpanan dan tangki-tangki lainnya.
6.
Suplai Air
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang.
Peralatan produksi yang kontak langsung dengan pangan seharusnya didisain.dikonstruksi
dan diletakkan sedemikian untuk menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan. Air
yang digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi persyaratan kualitas air
bersih dan atau air minum.
Persyaratannya sebagai berikut :
·
Air yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup memenuhi seluruh
·
kebutuhan proses produksi
Sumber dan pipa air untuk keperluan selain pengolahan pangan seharusnya terpisah dan
·
diberi warna yang berbeda.
Air yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus memenuhi persyaratan
air bersih.
D.
Fasilitasi dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi
Sanitasi Ruangan/Lingkungan tidak ada gunanya apabila semua peralatan dalam kondisi
bersih tetapi ruangan dan lingkungan (termasuk petugas/karyawan produksi) dalam kondisi
kurang bersih. Secara garis besar kondisi sanitasi ruangan dan lingkungan yang diinginkan
antara lain :
1. Peralatan Proses
Permukaan peralatan harus selalu dalam keadaan bersih baik bagian luar ataupun bagian
dalam yang akan bersinggungan/kontak dengan susu, yang dicirikan dengan :
·
Tidak ada bau dari produk yang membusuk
·
Permukaan halus dan bersih
·
Permukaan tidak belang-belang karena lidah air
2. Lingkungan yang bersih
·
Tembok, lantai dan got harus selalu bersih dan tidak berbau
·
Ruang Filling harus disediakan larutan Chlorine di pintu masuk dimana sepatu/boot
karyawan harus nyebur (foot-bath)
·
Bila kosong lampu Ultra-violet (UV) di ruang filling harus dinyalakan terutama malam
·
hari.
Harus dijaga tidak ada genangan air baik di dalam maupun diluar ruang proses, termasuk
saluran pembuangan limbah.
·
Ruang penyimpanan produk (storage area) harus selalu bersih
3. Alat cuci/pembersih
·
Alat cuci /pembersih seperti sikat, pel, deterjen, dan bahan sanitasi harus tersedia dan
·
terawat dengan baik.
Air panas dapat digunakan untuk membersihkan peralatan tertentu.
4. Kebersihan karyawan/Personil yang tinggi Semua karyawan yang ikut menangani produk
dari tahap awal produksi sampai akhir harus selalu rapih dan bersih
5. Kegiatan higiene dan sanitasi
·
Pembersihan dapat dilakukan secara fisik seperti dengan sikat atau secara kimia seperti
·
dengan deterjen atau gabungan keduanya.
Jika diperlukan, penyucihamaan dapat dilakukan dengan menggunakan kaporit sesuai
·
petunjuk yang dianjurkan.
Kegiatan pembersihan, pencucian, dan penyucihamaan peralatan harus dilakukan secara
·
rutin.
Harus ada karyawan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pembersihan, pencucian
dan penyucihamaan.
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar bangunan dan
peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi silang dari
karyawan
E.
Pengendalian Hama
Hama (tikus, serangga, dan lain-lain) merupakan pembawa cemaran biologis yang dapat
menurunkan mutu dan keamanan pangan. Kegiatan pengendalian hama dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan masuknya hama ke ruang produksi yang akan mencemari pangan
1. Mencegah masuknya hama
·
Lubang-lubang dan selokan yang memungkinkan masuknya hama harus selalu dalam
·
keadaan tertutup.
Hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan ayam tidak boleh berkeliaran di pekarangan
·
·
IRT apalagi di ruang produksi.
Bahan pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang masuknya hama
IRT seharusnya memeriksa lingkungannya dari kemungkinan timbulnya sarang hama.
2. Pemberantasan hama
·
Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan keamanan pangan.
·
Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan perangkap tikus atau
·
secara kimia seperti dengan racun tikus.
Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan tidak mencemari
pangan.
F.
Cara Transportasi Susu Yang Baik
Dalam pengangkutan jarak jauh, perlu peralatan pendingin untuk menjaga kesegaran,
karena air susu segar kesegarannya hanya mampu bertahan + 3 jam sejak diperah dari induk.
Produk harus diangkut dalam kendaraan yang bersih dan menggunakan alat pendingin, pada
kondisi yang sesuai dan tidak diletakkan bersama-sama dengan benda-benda lain.
1. Transport Susu Mentah
Susu yang telah didinginkan di peternakan atau sentra pendinginan dapat di kirim di
dalam can susu atau tangki besar. Tangki pengiriman sudah di isolasi, sehingga susu akan
tetap dingin hingga tempat pengolahannya (bila ketersediaan transportasi cepat, misal jarak
yang pendek atau fasilitas jalan yang bagus menyebabkan susu dapat dikirim sebelum suhu
susu meningkat menjadi 100 C
2. Transportasi susu dalam can
Sebagai alternatif, susu dapat diisi ke dalam can dan dikirim dalam cannya.
Keuntungannya, susu dari peternak dengan kualitas rendah tidak akan tercampur dengan susu
dari peternak yang memiliki kualitas bagus.
Bila can tidak diisolasi, transport menuju industri pengolahan haruslah efisien
sehingga memungkinkan susu dapat mencapai pabrik dalam kondisi yang bisa diterima.
Dalam kasus peternak mengirimkan susunya dengan sistem kolektif, dianjurkan agar can susu
ditempatkan di area yang teduh sembari menunggu kendaraan yang akan mengangkutnya.
Susu dengan kualitas rendah akan ditolak di tempat pengolahan sehingga peternak
akan kehilangan uangnya Pengirim susu juga akan kehilangan uangnya jika kesalahan ada
dipihaknya. Untuk mencegah hal buruk ini terjadi, penanganan susu yang higiene sangat
penting pada setiap tahap; saat di peternakan, tempat pendinginan dan selama transportasi.
G.
Cara Pemasaran Susu Yang Baik
Produk susu yang dipasarkan harus dalam kondisi dan kualitas yang baik serta dalam
kemasan yang menarik, sehingga produk tersebut terjamin aman dan baik untuk dikonsumsi.
Produk susu yang dipasarkan adalah produk yang terlebih dahulu diproduksi dan masih
dalam jangka waktu kadaluarsa (FIFO: First in First Out).
Untuk menjamin produk yang dipasarkan sampai ke konsumen dengan kualitas bagus,
aman dan baik untuk dikonsumsi, juga memperhatikan menerapkan cara pendistribusian
produk yang benar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kerusakan produk yang dipasarkan
selama pendistribusian.
Jika tempat pemasaran berwaktu tempuh lebih dari 1 jam, maka pengiriman produk
dilakukan menggunakan alat transportasi yang dilengkapi dengan pendingin. Alat transportasi
yang digunakan harus aman dan berfungsi dengan baik. Alat transportasi yang digunakan
harus dalam keadaan bersih dan kering sebelum maupun setelah digunakan untuk
pendistribusian produk. Jika tidak memungkinkan menggunakan alat transportasi yang
dilengkapi pendingin, pendistribusian produk bias dilakukan dengan menggunakan boks es
(coolbox) dengan penambahan es untuk menjaga kondisi produk tetap dalam keadaan dingin.
Boks es harus dalam keadaan bersih dan kering seblum digunakan, begitu juga setelah
dimasukkan produk, boks es harus dalam keadaan bersih dan tertutup rapat.
H.
Hygiene Petugas Penyelenggara Makanan
Yang dimaksud dengan hygiene adalah sikap bersih perilaku petugas penyelenggara
makanan yang ditangani tidak tercemar oleh petugas penyelenggara makanan. Sikap bersih
inilah yang harus disadari oleh para petugas penyelenggara makanan karena dalam
kegiatannya menyangkut kesehatan orang banyak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan
dilakukan oleh petugas dalam menangani makanan adalah sebagai berikut:
a.
Personal Hygiene
1.
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum seseorang diterima sebagai karyawan, sebaiknya diadakan pemeriksaan
kesehatan orang tersebut. Karena bila orang tersebut menderita penyakit yang menular,
misalnya penyakit TBC maka orang tersebut dapat merupakan pembawa bakteri TBC. Di
samping itu, pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan sebaiknya dilakukan minimal
sekali setiap tahun agar dari hasil pemeriksaan tersebut, karyawan yang terkena
penyakitdapat diobati terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali.
2.
Kebersihan Tangan dan Jari Tangan
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu
dalam penyelenggaraan makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak terkontaminasi.
Oleh karena itu, kebersihan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan agar setiap kali
keluar dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan dengan air hangat
dan sabun, lalu dikeringkan dengan serbet kertas (tisu) untuk tangan atau dengan
menggunakan alat mesin pengering tangan (hand dryer).
Karyawan yang menyelenggarakan makanan secara langsung tidak diperbolehkan
menggunakan cincin, baik yang bermata maupun tidak, juga jam tangan karena bakteribakteri dapat tertinggal di cincin yang tidak mungkin dapat dibersihkan pada saat bekerja.
Jam tangan tidak boleh digunakan karena akan rusak terkena uap panas atau air pada waktu
mencuci bahan makanan. Kuku harus dipotong pendek karena sumber kotoran/ penyakit,
serta tidak perlu mengunakan pewarna kuku yang kemungkinan besar akan mengelupas dan
jatuh ke dalam makanan.
Sewaktu mencicipi makanan yang telah matang harus menggunakan sendok dan bila
makanan tersebut diporsikan harus menggunakan alat pengambil, misalnya sendok, penjepit,
garpu. Namun, bila situasi tidak memungkinkan menggunakan alat tersebut, dianjurkan
menggunakan sarung tangan dari plastic transparan yang tipis dan sekali pakai.
3.
Kesehatan Rambut
Pencucian rambut dilaksanankan secara teratur karena rambut yang kotor akan
menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat mendorong karyawan untuk
menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran-kotoran dari kepala jatuh beterbangan ke
dalam makanan serta kuku menjadi kotor. Pada saat bekerja para karyawan diharuskan
menggunakan tutup kepala (hair cap).
4.
Kebersihan Hidung
Selama bekerja usahakan jangan mengorek hidung karena pada hidung manusia
terdapat banyak sekali bakteri. Dalam keadaan terpaksa, pergunakan sapu tangan atau tisu
yang langsung dapat dibuang. Setelah itu, tangan harus dicuci. Apabila bersin, hidung harus
ditutup dengan sapu tangan sambil wajah dipalingkan dari makanan yang sedang
dipersiapkan, untuk menghindari bakteri-bakteri yang berasal dari hidung.
5.
Kebersihan Mulut dan Gigi
Dalam rongga mulut terdapat banyak sekali bakteri terutama pada gigi yang
berlubang. Apabila ada makanan yang terselip diantara gigi, jangan sekali-kali
membersihkannya dengan jari tangan, tetapi pergunakan tusuk gigi. Membersihkan gigi
jangan pada saat sedang menyiapkan makanan. Periksalah gigi secara teratur ke poliklinik
gigi. Pada saat batuk mulut harus ditutup dengan tisu dan wajah dialihkan dari arah makanan.
6.
Kebersihan Telinga
Lubang telinga sebaiknya dibersikan secara teratur karena kalau kotor akan membuat
telinga menjadi kotor dan gatal serta mendorong seseorang memasukkan jari-jari tangannya
ke lubang telinga.
b.
Hygiene Perlengkapan Karyawan
1.
Pakaian Karyawan
Pakaian yang digunakan di dapur harus pakaian khusus. Pegawai hotel biasanya
berganti pakaian di loker. Seragam karyawan ini harus diganti setiap hari karena pakaian
yang kotor merupakan tempat bersarangnya bakteri. Pakaian di dapur selayaknya dipilih
model yang dapat melindungi tubuh pada waktu memasak, mudah dicuci, berwarna
terang/putih, terbuat dari bahan yang kuat, dapat menyerap keringat, tidak panas dan
ukurannya tidak begitu ketat sehingga dapat mengganggu pada waktu bekerja.
2.
Sepatu
Sepatu yang digunakan adalah sepatu kerja, artinya haknya pendek, tidak licn, ringan
dan enak dipakai, karena selama bekerja di dapur karyawan tidak boleh duduk.
Apabila sepatu yang digunakan karyawan kurang enak maka karyawan akan lekas lelah atau
sakit pada jari-jari kakinya. Hal inilah yang dapat menyebabkan nilai standar hygiene
menurun.
Dengan standar hygiene personal yang tinggi seorang karyawan dapat menyadari
bahwa yang dilakukannya adalah menyangkut kesehatan orang banyak dan dalam hal ini ia
telah dapat mencegah/mengurangi salah satu sebab terjadinya keracunan makanan.
Daftar pustaka
Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Buckle, K.A., 2009. Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
6
Rebo International b.v., Lisse, The Netherlands .Dumont’s Lexicon of Cheese. 2004.. ISBN
978-90-366-1689-8. Page 19-21
7
Gisslen, Wayne.2007. Professional Cooking. John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-471-
66376-8. Page 811.