s pgsd kelas 1204139 chapter1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah pondasi bangsa. Pendidikan di Indonesia
telah diatur dalam sebuah Undang-Undang tentang pedoman dalam setiap
pendidikan dan penyelenggaraan yaitu: Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, sebagai pedoman pendidikan di Indonesia.
Makna pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 sebagai
proses dan

pengubah

prilaku seseorang atau kelompok dalam

usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam GBHN
Tahun 1973 dikemukakan pengertian pendidikan bahwa Pendidikan pada
hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di

luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
Dalam Undang-Undang RI nomor 2 tahun1989 tentang sistem pendidikan
nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa
dalam mengubah kedewasaan setiap individu dari berbagai aspek kepribadian
manusia baik itu pengetahuan, nilai, sikap, maupun keterampilan sehingga dapat
meningkatkan kualitas kehidupan setiap individu, dengan menjadikan dirinya
individu yang berguna untuk diri sendiri, maupun untuk orang lain, serta menjadi
generasi emas di masa yang akan datang. Pendidikan juga merupakan modal
utama setiap individu dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar.
Pendidikan tidak lepas dari peranan seorang guru. Guru, peserta didik, dan
kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem pendidikan nasional.
1


2

Sehingga untuk menjadi seorang guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah
karena memerlukan keahlian khusus dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Guru merupakan anggota masyarakat

yang memiliki kewajiban untuk

mencerdaskan bangsa, dengan dibekali keahlian khusus untuk menunjang tugas
keprofesiannya, dalam mengembangkan pendidikan yang lebih baik sehingga
dapat membangun bangsa dan negara yang lebih maju.
Dalam keprofesiannya seorang guru harus memiliki kemampuan untuk
membuat pembelajaran yang kreatif, variatif dan inovatif, dengan tujuan agar
siswa dapat tertarik dalam mengikuti proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan optimal.
Namun pada kenyataannya pendidikan belum dapat meningkatkan kualitas
kehidupan.
Berdasarkan data Survey United Nation Education, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) bahwa kualitas pendidikan Indonesia menempati


peringkat 10 dari 14 negara-negara berkembang di Asia Pasifik, sedangkan
kualitas para guru berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Salah satu
faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para
guru dalam menggali potensi anak.
Guru masih cenderung memaksakan pembelajaran tanpa memperhatikan
kebutuhan, minat dan bakat anak yang sesuai dengan kebutuhannya. Guru hanya
menggunakan model pembelajaran konvensional, karena penggunaan model ini
dinilai lebih praktis dari pada model pembelajaran lainnya. Guru hanya
menyampaikan informasi melalui metode ceramah, sedangkan siswa hanya
mencatat penjelasan guru, kemudian siswa mengerjakan tugas dan latihan.
Guru dalam memberikan pembelajaran seharusnya memperhatikan
kebutuhan anak, dan tidak memaksakan suatu pembelajaran yang kurang nyaman.
Pembelajaran seharusnya berpusat pada siswa, bukan berpusat pada guru. Selain
itu juga guru harus pandai memilih model pembelajaran dalam setiap mata
pelajaran, salah satunya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
langsung dengan alam sekitar dan kelangsungan hidup manusia, sehingga mata
pelajaran IPA perlu diberikan pada semua jenjang pendidikan, dari mulai tingkat

3


dasar sampai tingkat atas, bahkan sampai perguruan tinggi. IPA juga berperan
dalam proses pendidikan juga pengembangan teknologi. IPA mempunyai peran
yang sangat penting dalam kemajuan IPTEK yang begitu cepat. Di negara-negara
maju pendidikan IPA telah dikembangkan dan telah terbukti terdapat penemuanpenemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri
pendidikan IPA belum begitu dikembangkan.
Prestasi siswa Indonesia dalam bidang IPA dan Matematika di
internasional kurang begitu memuaskan. Menurut Trends in Mathematic and
Science Study (TIMSS) 2003 mengatakan bahwa Indonesia hanya berada pada

ranking 34 dari 46 negara dalam hal prestasi matematika, dan ranking 36 dari 46
negara dalam hal prestasi sains. Dengan kata lain prestasi siswa kita masih sangat
rendah, bahkan prestasi siswa kita masih dibawah dua negara tetangga yakni
Malaysia dan Singapura. Hal tersebut dikarenakan mata pelajaran IPA kurang
diminati.
Selama ini pembelajaran IPA yang dinilai memiliki tingkat kesulitan lebih
hanya dilakukan secara monoton dan terpaku pada teori-teori dalam buku,
sehingga membuat siswa merasa jenuh ketika mengikuti pembelajaran IPA. Selain
itu juga siswa hanya dituntut untuk mengetahui materi secara teori, tanpa
mengetahui manfaat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, salah satu

contoh pada materi pesawat sederhana.
Pesawat sederhana merupakan alat yang digunakan untuk memudahkan
pekerjaan manusia secara sederhana, contohnya seperti

pekerja bangunan

memindahkan pasir dengan bantuan roda, seorang ibu memotong daging dengan
menggunakan pisau, dan banyak lagi aktivitas lain yang menggunakan pesawat
sederhana.
Materi pesawat sederhana sangatlah dekat dengan kehidupan siswa,
bahkan banyak diantaranya aktivitas mereka yang menggunakan pesawat
sederhana. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan pembelajaran siswa yang
hanya disajikan secara konvensional, materi tersebut seharusnya disajikan secara
kontekstual, sehingga anak tidak hanya memahami secara teori, namun mereka
memahami materi pesawat sederhana berdasarkan keterlibatan langsung dalam
pembelajaran, dan mengaplikasikan temuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

4

Dengan menerapkan pembelajaran tersebut antusias siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran meningkat dapat meningkatkan hasil belajar, karena proses
pembelajaran dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Hasil belajar merupakan pencapaian yang diperoleh siswa dalam
pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran dilihat dari
pencapaian hasil belajar yang mereka peroleh.

Untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa, diperlukan kreativitas guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran, salah satunya melalui model pembelajaran yang digunakan. Sagala
(dalam Sujana, 2014. 129) mengemukakan bahwa “model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman peserta didik untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas mengajar”.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di
sekolah dasar adalah model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), karena dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) siswa dapat mengaitkan materi yang diberikan dengan


kehidupan nyata siswa, sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang dimilikinya
dengan kehidupan mereka sehari-hari. Model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) akan lebih meningkatkan hasil belajar yang optimal

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan
pada keterlibatan siswa untuk menemukan materi, guru dapat membantu
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata siswa,
sehingga diharapkan siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
dapatkan pada kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen diantaranya
sebagai berikut.
1.

Mengarahkan dan mengembangkan siswa untuk belajar dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan untuk memperoleh pengetahuan baru.

5


2.

Melakukan penemuan (inkuiri) sebanyak-banyaknya untuk kompetensi dasar
ataupun tema pelajaran, misalnya tentang berbagai pengertian maupun
contoh-contoh

3.

Mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan bertanya

4.

Membentuk dan menciptakan masyarakat belajar melalui diskusi kelompok

5.

Memberikan model sebagai contoh pembelajaran, baik itu berupa benda,
karya, maupun kegiatan

6.


melakukanlah refleksi pada akhir pertemuan

7.

melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Berdasarkan paparan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Materi Pesawat Sederhana”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
dilakukan untuk melihat pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) terhadap hasil belajar, secara lebih rinci rumusan masalah

sebagai berikut.
1.

Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pada materi pesawat


sederhana meningkat?
2.

Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
konvensional pada materi pesawat sederhana meningkat?

3.

Bagaimana perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) jika
dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
materi pesawat sederhana?
Penelitian ini difokuskan pada materi pesawat sederhana. Pesawat

sederhana yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam
memudahkan pekerjaan, namun kejadian tersebut sering kali tidak disadari oleh
mereka bahwa ketika melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat sebenarnya
mereka sedang menggunakan pesawat sederhana. Seharusnya siswa dapat
mengetahui konsep-konsep pesawat sederhana.


6

Penelitian ini dibatasi di kelas V tahun ajaran 2015/2016 pada bahasan
materi tentang pesawat sederhana. Pemilihan materi tersebut berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut.
1.

Materi pesawat sederhana merupakan materi yang berkaitan dengan
kehidupan siswa, sehingga hal tersebut bukanlah hal yang asing untuk
dilakukan.

2.

Membantu siswa agar dapat memahami konsep pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari secara kontekstual.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui model
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

pada materi pesawat sederhana. Tujuan penelitian lebih rinci adalah sebagai
berikut.
1.

Untuk mengetahui peningkatan belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pada materi
pesawat sederhana meningkat.

2.

Untuk mengetahui peningkatan belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi pesawat sederhana meningkat.

3.

Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada
materi pesawat sederhana.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memiliki kepentingan dalam penelitian, di antarnya adalah sebagai berikut.
1.

Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman baru bagi siswa

dalam pembelajaran IPA, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Selain itu juga

dengan model

pembelajaran

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

kontekstual

siswa

dapat

7

2.

Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat menambah

pengetahuan guru dalam meningkatkan pembelajaran yang lebih kreatif, variatif
dan inovatif, sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang lebih kontekstual,
menarik, mudah dipahami siswa, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
3.

Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam

meningkatkan kualitas sekolah, kualitas siswa lulusan dan hasil belajar siswa,
sehingga visi misi sekolah dan tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai dengan
baik.
4.

Bagi peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL), serta mengetahui pengaruh model Contextual Teaching and
Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana.

E. Struktur Organisasi
Pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Materi

Pesawat Sederhana” memiliki struktur organisasi. Pada bab I pendahuluan terdiri
dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
struktur organisasi. Pada bab II terdiri dari hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
pembelajaran IPA di SD, tujuan pembelajaran IPA di SD, teori belajar IPA, model
Contextual Teaching and Learning (CTL), hasil belajar, materi pesawat

sederhana, hasil penelitian yang relevan, dan hipotesis. Selanjutnya bab III
metode penelitian terdiri dari desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel,
instrumen

penelitian,

validitas

(ketepatan/kesahihan),

reliabilitas,

tingkat

kesukaran, daya pembeda, prosedur penelitian, dan teknik pengolahan dan analisis
data. Selanjutnya pada bab IV hasil dan pembahasan terdiri dari analisa data
kuantitatif, analisa data kualitatif, pengujian hipotesis, dan pembahasan.
Selanjutnya bab V simpulan dan saran.