s pgsd kelas 1204139 chapter3

(1)

24

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni. Dalam pelaksanaan penelitian eksperimen dilaksanakan dengan cara membandingkan dua kelas yaitu, kelas eksperimen dan kelas kontrol. “Penelitian eksperimen merupakan cara praktis untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal lainnya” (Arifin, 2012, hlm. 68).

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa kelas V pada materi pesawat sederhana dengan cara satu kelas dijadikan sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan perlakuan khusus menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL), dan kelas lainnya digunakan sebagai kelas kontrol yang diberikan perlakuan yang menggunakan model pembelajaran konvensional kemudian nantinya akan diamati hasil belajar pada subjek penelitian.

Desain dalam penelitian ini merupakan desain eksperimen murni yang menggunakan dua kelompok subjek dan dipilih secara acak dengan asumsi memiliki karakteristik sama. pretest-posttest digunakan untuk peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana. Pretest diberikan pada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kelas kontrol sebelum diberi perlakuan dan posttest diberikan setelah keduanya diberikan perlakuan baik pada kelompok kelas kontrol maupun pada kelompok kelas eksperimen dengan soal yang sama.

Menurut Arifin (2012, hlm. 81) “Jika antara kedua postes dan antara pretes dengan postes pada kelompok eksperimen menunjukkan menunjukkan perbedaan, maka terdapat pengaruh dari perlakuan yang diberikan”.


(2)

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen OΌ X O΍

Kontrol OΌ . O΍

Gambar 3.1

B. Partisipan

Penelitian ini berlokasi di dua SD yaitu SDN Kulur 1 dan SDN Cicurug 1. SDN Kulur 1 sebagai kelas eksperimen dan SDN Cicurug 1 sebagai kelas kontrol. Kedua SD tersebut berada di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Adapun waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2016. Setiap SD menggunakan waktu dua pertemuan sehingga terdapat empat kali pertemuan. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arifin (2012, hlm. 215) mengemukakan “Populasi atau universe

adalah keseluruhan obyek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai, maupun hal-hal yang terjadi”. Menurut Sugiyono (dalam Hatimah. & Dkk, 2010, hlm. 173) menyatakan bahwa „populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya‟. Sedangkan menurut Sukardi (2005, hal. 53) “populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. Jadi, Populasi bukan hanya manusia, melainkan berhubungan dengan data yang berasal dari suatu wilayah yang sama.

Populasi yang diambil pada penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka yang mempunyai kriteria kemampuan sedang. Adapun seluruh jumlah sekolah dasar se-Kecamatan Majalengka sebanyak 37 SD, pengelompokkan dilakukan berdasarkan hasil Ujian Sekolah (US) pada tahun ajaran 2014/2015 yang diperoleh dari UPTD Kecamatan Majalengka. Sekolah-sekolah tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok rendah, sedang dan tinggi, dalam membagi kelompok terdapat beberapa metode, bergantung pada kebutuhannya. Pada penelitian ini


(3)

menggunakan metode 27% untuk kelompok rendah, 27% untuk kelompok tinggi, dan sisanya masuk ke dalam kelompok sedang, sehingga untuk kelompok tinggi terdapat 10 SD, kelompok rendah 10 SD, dan 17 kelompok sedang. Adapun daftar nilai rata-rata hasil Ujian Sekolah se-Kecamatan Majalengka yang digunakan untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Data Jumlah Siswa Kelas V Kecamatan Majalengka Kelompok Tinggi

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa Rombel

Nilai Ujian Sekolah

1 SDN Majalengka Wetan VII 67 2 83

2 SDN Tonjong I 50 2 80

3 SDN Majalengka Wetan III 48 2 78

4 SDN Sindangkasih I 18 1 78

5 SDN Kawunggirang I 16 1 76

6 SDN Majalengka Kulon I 42 2 76

7 SDN Cijati I 88 3 75

8 SDN Babakanjawa III 20 1 75

9 SDN Kulur II 19 1 75

10 SDN Munjul II 51 2 74

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Tabel 3.2

Data Jumlah Siswa Kelas V Kec. Majalengka Kelompok Sedang

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa rombel

Nilai Ujian Sekolah

1 SDN Tarikolot I 17 1 74

2 SDN Babakanjawa I 42 2 74

3 SDN Majalengka Wetan VIII 20 1 73

4 SDN Majalengka Kulon V 30 1 73

5 SDN Majalengka Kulon III 36 1 71

6 SDN Cicurug III 54 1 71

7 SDN Babakanjawa II 20 1 70

8 SDN Cicurug I 42 2 70

9 SDN Kulur I 57 2 70

10 SDN Sindangkasih II 43 2 70


(4)

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa rombel

Nilai Ujian Sekolah

12 SDN Munjul III 10 1 65

13 SDN Majalengka Wetan IV 60 2 65

14 SDN Majalengka Kulon II 48 2 64

15 SDN Majalengka Kulon VII 21 1 64

16 SDN Tonjong III 25 1 63

17 SDN Tarikolot II 15 1 61

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Tabel 3.3

Data Jumlah Siswa Kelas V Kec. Majalengka Kelompok Rendah

No Nama Sekolah Jumlah

Siswa rombel

Nilai Ujian Sekolah

1 SDN Babakanjawa V 24 1 60

2 SDN Cicurug II 32 1 60

3 SDN Kawunggirang II 12 1 59

4 SDN Sidamukti II 23 1 59

5 SDN Cibodas I 36 2 58

6 SDN Sidamukti I 38 1 50

7 SDN Sindangkasih III 28 1 -

8 SDIT Insan Kamil 48 2 -

9 SDIT Insan Rabbani 0 - -

10 SDIT AL AFIYAH 0 - -

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka 2. Sampel

Menurut Arikunto (dalam Hatimah. & Dkk, 2010, hlm.174) „Sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti‟. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Margono (dalam Hatimah. & Dkk, 2010, hlm.174) Menyatakan bahwa „sampel adalah sebagai bagian dari populasi‟. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sampel merupakan perwakilan dari sekelompok populasi sehingga objek yang diteliti tidak perlu semuanya, melainkan hanya sebagian dari populasi tersebut.

Penelitian ini menggunakan sampel siswa kelas V se-kecamatan Majalengka dengan peringkat sedang yang diperoleh hasil Ujian Sekolah tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Majalengka. Sekolah yang dijadikan sebagai


(5)

semple yaitu dua sekolah yang berbeda dalam populasi dengan mengelompokkan berdasarkan kelompok sekolah (tinggi, sedang, rendah), kemudian dipilih beberapa sekolah yang memenuhi batas minimum subjek minimum 30 siswa dalam setiap kelompok, selanjutnya dilakukan pengundian untuk menentukan sekolah yang dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil random maka terpilihlah SDN Kulur I dan SDN Cicurug I termasuk ke dalam kelompok sedang. Selanjutnya, dilakakukan kembali pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka terpilihlah SDN Cicurug I sebagai kelompok kontrol dan SDN Kulur I sebagai kelompok eksperimen.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Hatimah, Susiliana, & Aedi (2010, hlm. 203) “Menyusun instrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti”. Instrumen penelitian dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu tes dan nontes.

Menurut (Arifin, (2012, hlm. 226) “Tes terdiri dari beberapa jenis, diantaranya tes tertulis, tes lisan, dan tes tindakan, sedangkan nontes terdiri dari angket, observasi wawancara, skala sikap, daftar cek, skala penilaian, studi dokumentasi, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Arikunto (2010, hlm. 193) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan intelegensi, keterampilan atau bahan yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes digunakan untuk mengukur pengetahuan mata pelajaran IPA siswa pada materi pesawat sederhana.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan bentuk tes jawaban singkat, karena jawaban singkat dipandang cocok untuk mengukur pengetahuan siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan dari bentuk soal jawaban siswa yang dikemukakan oleh sudjana (2008, hlm. 45) adalah sebagai berikut.

Kelebihan :

a. Menyusun soalnya relatif mudah.

b. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak. c. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat.


(6)

d. Hasil penilaiannya cukup objektif. Kelemahan :

a. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.

b. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian

c. Menyulitkan pemeriksa apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa.

Selain menggunakan bentuk soal jawaban singkat, penelitian ini juga menggunakan jenis tes uraian atau sering juga disebut essay examination. Hal ini berpandangan dengan uraian dapat menuntut siswa untuk lebih mengekspresikan gagasan melalui tulisan. Tes uraian sendiri lebih banyak memiliki kelebihan dibandingkan dengan tes objektif. Adapun beberapa keunggulan dan kelebihan dari uraian yang dikemukakan oleh Sudjana (2008, hlm. 36) diantaranya :

a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;

b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa; c. Dapat melatih kemampuan teratur atau penalaran, yakni berfikir logis,

analitis, dan sistematis;

d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);

e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.

Sehingga atas dasar kelebihan itu, penelitian ini menggunakan tes jawaban singkat uraian untuk mengukur pengetahuan IPA kelas 5 pada materi pesawat sederhana .

Sebuah instrumen yang baik perlu adanya uji validitas dan reliabilitas. Seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2012, hlm. 245) bahwa “Syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reabilitas”. Untuk instrumen tes hasil belajar ditambah dengan dua syarat lain yaitu daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.

Menurut Arifin (2012, hlm. 245) megemukakan “Syarat pokok suatu instrumen penelitian adalah validitas dan reabilitas”. Untuk instrumen tes hasil belajar ditambah dengan dua syarat lain yaitu daya pembeda dan tingkat kesukaran soal.


(7)

E. Validitas (ketepatan/kesahihan)

Menurut Arifin (2012, hlm. 235) “Validitas adalah derajat ketepatan instrumen (alat ukur)”. Sukardi (2005, hlm. 121) “Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur” . Dalam evaluasi banyak pendapat yang mengemukakan tentang jenis-jenis validitas, diantaranya validitas permukaan, validitas isi, validitas empiris, validitas konstruk, dan validitas faktor.

Dalam mengukur validitas tes hendaknya yang menjadi kriteria yang sudah betul-betul valid sehingga benar-benar akurat dan dapat dikatakan sebagai tes standar. Sebaliknya apabila tidak valid, maka soal tersebut kurang meyakinkan. Untuk menguji validitas empiris dapat dapat digunakan teknik sebagai berikut

r,xy

keterangan : rx,y = koefisien kolerasi antara X dan Y N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil uji coba Y = skor total / nilai ujian)

Dalam menghitung korelasi ini akan digunakan aplikasi SPSS 19.0 for windows. Setelah itu data hasil perhitungan data ditafsirkan sebagai berikut.

0,81 – 1,00 = sangat tinggi 0,61 – 0,80 = tinggi 0,41 – 0,60 = cukup 0,21 – 0,40 = rendah

0,00 – 0,20 = sangat rendah (Arifin, 2012, hlm. 257)

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan diperoleh hasil 0,66, artinya validitas instrumen memiliki interpretasi tinggi sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. Koefisien korelasi validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Validitas Tiap Butir Soal

No Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

1a 0,55 Cukup

2a 0,56 Cukup


(8)

No Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

4a 0,59 Cukup

5a 0,6 Tinggi

6a 0,72 Tinggi

7a 0,65 Tinggi

8a 0,08 Sangat Rendah

9a 0,52 Cukup

10a 0,56 Cukup

1b 0,43 Cukup

2b 0,68 Tinggi

3b 0,81 Sangat Tinggi

4b 0,78 Tinggi

5b 0,59 Cukup

Perhitungan nilai validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Microsoft Office Excel. Adapun hasil perhitungan terlampir.

F. Reliabilitas

Menurut Arifin (2012, hlm. 258) mengatakan bahwa “Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada waktu yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda”. Sedangkan menurut Arikunto (2009, hlm. 89) bahwa “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat”. Artinya tes hasil belajar dikatakan tetap apabila hasil yang dilakukan sekarang dan tes yang dilakukan di kemudian hari hasilnya relatif sama dan memberikan hasil yang tepat.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Office Excel, instrumen pada penelitian ini memiliki korelasi sebesar 0,91 yang artinya instrumen mencapai kriteria reliabilitas sangat tinggi. Adapun hasil perhitungannya terlampir.

G. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui kategori soal tersebut mudah, sedang, atau sukar. Tingkat kesukaran soal dilakukan setelah soal tersebut diujikan, kemudian soal itu dianalisis. Adapun cara menganalisis soal dalam menentukan tingkat kesukaran menurut Sudjana (2008, hlm. 137) adalah sebagai berikut :


(9)

I = indeks kesulitan untuk setiap soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut.

0 - 0,30 = soal kategori sukar, 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang, 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Office Excel diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.6 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal

No Soal Rata-rata Tingkat

kesukaran Interpretasi

1a 0,77 0,77 Mudah

2a 0,68 0,68 Sedang

3a 0,81 0,81 Mudah

4a 0,55 0,55 Sedang

5a 0,68 0,68 Sedang

6a 0,77 0,77 Mudah

7a 0,77 0,77 Mudah

8a 0,1 0,1 Sukar

9a 0,58 0,58 Sedang

10a 0,45 0,45 Sedang

1b 2,68 0,89 Mudah

2b 1,71 0,57 Sedang

3b 1,58 0,53 Sedang

4b 1,55 0,52 Sedang

5b 2,58 0,86 Mudah

H. Daya pembeda

Menurut Sudjana (2008, hlm. 141) daya pembeda bertujuan untuk “Mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu


(10)

(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya”. Sehingga dengan kata lain ketika soal tersebut diujikan kepada anak yang pandai maka akan menunjukkan hasil yang tinggi, dan ketika soal tersebut diberikan kepada siswa yang kurang pandai maka hasilnya pun akan rendah. Menurut Arifin (2009, hlm. 133) dalam menguji daya pembeda guru perlu menempuh langkah-langkah sebgai berikut :

a. Menghitung skor total tiap peserta didik.

b. Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai skor terkecil. c. Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta

didik banyak (diatas 30) dapat ditetapkan 27%.

d. Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).

e. Menghitung daya pembeda dengan rumus : Keterangan :

DP = daya pembeda

X KA = rata-rata kelompok atas X KB = rata-rata kelompok bawah Skor Maks = skor maksimum

f. Membandingkan daya pembeda dengan kriteria seperti berikut : 0,40 ke atas = sangat baik

0,30 - 0,39 = baik

0,20 - 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan 0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Office Excel diperoleh data daya pembeda dari uji instrumen yang telah dilaksanakan. Dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal No Soal Data Pembeda Interpretasi

1a 0,38 Cukup

2a 0,63 Baik

3a 0,50 Baik

4a 0,75 Sangat Baik

5a 0,63 Baik

6a 0,50 Baik

7a 0,50 Baik

8a 0,13 Kurang Baik

9a 0,63 Baik

10a 0,88 Sangat Baik


(11)

No Soal Data Pembeda Interpretasi

2b 0,54 Baik

3b 0,71 Sangat Baik

4b 0,75 Sangat Baik

5b 0,46 Baik

Adapun rekapitulasi validitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Analisis Butir Soal No

soal

Validitas Indeks kesukaran Daya Pembeda

Keterangan Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1a 0,55 Cukup 0,77 Mudah 0,38 Cukup Digunakan

2a 0,56 Cukup 0,68 Sedang 0,63 Baik Digunakan

3a 0,4 Cukup 0,81 Mudah 0,50 Baik Tidak digunakan

4a 0,59 Cukup 0,55 Sedang 0,75 Sangat Baik Digunakan

5a 0,6 Tinggi 0,68 Sedang 0,63 Baik Digunakan

6a 0,72 Tinggi 0,77 Mudah 0,50 Baik Digunakan

7a 0,65 Tinggi 0,77 Mudah 0,50 Baik Digunakan

8a 0,08 Sangat Rendah 0,1 Sukar 0,13 Kurang Baik Tidak digunakan

9a 0,52 Cukup 0,58 Sedang 0,63 Baik Digunakan

10a 0,56 Cukup 0,45 Sedang 0,88 Sangat Baik Digunakan

1b 0,43 Cukup 0,89 Mudah 0,33 Cukup Digunakan

2b 0,68 Tinggi 0,57 Sedang 0,54 Baik Digunakan

3b 0,81 Sangat Tinggi 0,53 Sedang 0,71 Sangat Baik Digunakan

4b 0,78 Tinggi 0,52 Sedang 0,75 Sangat Baik Digunakan

5b 0,59 Cukup 0,86 Mudah 0,46 Baik Digunakan

Berdasarkan Tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa tidak semua soal digunakan, hanya soal-soal yang memenuhi kriteria cukup, tinggi, dan sangat tinggi yang digunakan untuk penelitian. Soal 8a tidak digunakan karena mempunyai intepretasi validitas sedang, sedangkan soal no 3a tidak digunakan meskipun mempunyai interpretasi sedang karena indikator soal sudah terwakili oleh soal lain. Jadi kesimpulannya indikator dan tujuan pembelajaran pada penelitian ini diukur dengan soal no. 1a,2a,4a,5a,6a,7a,9a,10a,1b,2b,3b,4b,5b. I. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan data hasil penelitian. Pada tahap perencanaan penelitian dilakukan beberapa langkah-langkah diantaranya merumuskan judul penelitian, mengumpulkan data sekolah, menyusun proposal penelitian, kemudian melakukan


(12)

uji coba instrumen ke beberapa sekolah untuk mendapatkan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indkes kesukaran instrumen.

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan setelah semua tahap perencanaan matang. Pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari pelaksanaan pretest

di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melaksanakan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol sesuai rencana pembelajaran, kemudian melakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tahap pengolahan data merupakan tahapan terakhir dari prosedur penelitian, tahap ini terdiri dari pengumpulan, pengolahan, kemudian hasil dan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 3.2 berikut.

Merumuskan

Mengumpulkan Data

Revisi Menyusun Proposal

Uji Coba Instrumen

Tes Awal

Model CTL Model Konvensional

Tes Akhir

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 3.2

J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengolahan data diantaranya data kualitatif (bentuk kata-kata) dan data kuantitatif (bentuk angka).


(13)

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data dalam bentuk kata-kata. “Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkip)”(Hatimah, Susiliana, & Aedi, 2010, hlm. 220). Bentuk lain dari data kualitatif adalah gambar yang diperoleh dari foto dan video.

Dalam penelitian ini data kualitatif akan diambil dari lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik itu di kelompok eksperimen maupun di kelompok kontrol, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL). Dalam lembar observasi ini akan dilakukan penilaian sesuai dengan indikator yang seharusnya muncul dalam pembelajaran. Skor penilaian dari data kuantatif, kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka. Data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematika dan statistika. Data yang diperoleh dari hasil tes siswa diperiksa kemudian diberikan penskoran terhadap setiap butir soal, kemudian dilakukan perhitungan untuk secara keseluruhan untuk mengetahui persentasi hasil belajar siswa. Adapun cara pengolahan data dijelaskan sebagai berikut.

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apabila data skor posttest

kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol menunjukkan hasil secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows. Adapun hipotesis yang akan diuji:

H0=Distribusi Normal H1=Distribusi tidak normal.

Kriteria pengujian menggunakan taraf sigifikansi 5% (α = 0,05) dengan demikian maka: H0 diterima apabila Signifikasi. ≥ 0,05 dan H0 ditolak apabila Signifikasi. < 0,05.


(14)

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Jika sebelumnya data diketahui tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Mann Whitney. Dan apabila sebelumnya diketahui data berdistribusi normal maka akan dilakukan uji Fisher (F). Penelitian menggunakan uji Levene dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows. Dengan hipotesis yang akan diajukan yaitu.

= tidak adanya perbedaan varian antara kedua kelompok sampel. = terdapatnya perbedaan varian antara kedua kelompok sampel.

Agar dapat mengetahui kesamaan varian antara kedua kelompok sampel dengan membandingkan varian terbesar dengan varian terkecil. diterima apabila sigifikansi. ≥0,05 dan ditolak apabila sigifikansi. <0,05. Jika F hitung > F tabel, maka kedua variansi homogen maka tinggal dilakukan uji perbedaan rata-rata.

c. Uji Perbedaan Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk mengetahi apakah rata-rata kelompok kontrol sama dengan kelompok eksperimen atau tidak. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata maka hipotesis yang digunakan yaitu dengan menggunakan uji t. Uji-t (Independent Semple T-test) apabila kedua varians homogen (Equal Variance Assumed), dengan kata lain kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. atau Uji-t (Independent Semple T-test) apabila kedua varians tidak homogen (Equal Variance not Assumed) dengan kata lain kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen. Uji perbedaan rata-rata pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows.

Hipotesis yang akan diuji:

= tidak adanya perbedaan rata-rata hasil kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

= adanya perbedaan rata-rata hasil kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data sampel salah satu tidak terdistribusi normal maka dilakukanlah uji U (Mann-Withney), akan tetapi jika sampelnya terikat dan uji normlitas salah satu sampel tidak terdistribusi dengan normal maka menggunakan uji rata-rata yang digunakan uji Wilcoxson. diterima apabila Sig. > 0,05 dan ditolak apabila Sig. ≤0,05. Dengan Taraf sigifikansi 5% (α = 0,05).


(1)

I = indeks kesulitan untuk setiap soal

B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksud Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut.

0 - 0,30 = soal kategori sukar, 0,31 - 0,70 = soal kategori sedang, 0,71 - 1,00 = soal kategori mudah.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Office Excel diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal. Hasil dapat dilihat pada Tabel 3.6 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal

No Soal Rata-rata Tingkat

kesukaran Interpretasi

1a 0,77 0,77 Mudah

2a 0,68 0,68 Sedang

3a 0,81 0,81 Mudah

4a 0,55 0,55 Sedang

5a 0,68 0,68 Sedang

6a 0,77 0,77 Mudah

7a 0,77 0,77 Mudah

8a 0,1 0,1 Sukar

9a 0,58 0,58 Sedang

10a 0,45 0,45 Sedang

1b 2,68 0,89 Mudah

2b 1,71 0,57 Sedang

3b 1,58 0,53 Sedang

4b 1,55 0,52 Sedang

5b 2,58 0,86 Mudah

H. Daya pembeda

Menurut Sudjana (2008, hlm. 141) daya pembeda bertujuan untuk “Mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu


(2)

(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya”. Sehingga dengan kata lain ketika soal tersebut diujikan kepada anak yang pandai maka akan menunjukkan hasil yang tinggi, dan ketika soal tersebut diberikan kepada siswa yang kurang pandai maka hasilnya pun akan rendah. Menurut Arifin (2009, hlm. 133) dalam menguji daya pembeda guru perlu menempuh langkah-langkah sebgai berikut :

a. Menghitung skor total tiap peserta didik.

b. Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai skor terkecil. c. Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta

didik banyak (diatas 30) dapat ditetapkan 27%.

d. Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).

e. Menghitung daya pembeda dengan rumus : Keterangan :

DP = daya pembeda

X KA = rata-rata kelompok atas X KB = rata-rata kelompok bawah Skor Maks = skor maksimum

f. Membandingkan daya pembeda dengan kriteria seperti berikut : 0,40 ke atas = sangat baik

0,30 - 0,39 = baik

0,20 - 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan 0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program

Microsoft Office Excel diperoleh data daya pembeda dari uji instrumen yang telah dilaksanakan. Dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal No Soal Data Pembeda Interpretasi

1a 0,38 Cukup

2a 0,63 Baik

3a 0,50 Baik

4a 0,75 Sangat Baik

5a 0,63 Baik

6a 0,50 Baik

7a 0,50 Baik

8a 0,13 Kurang Baik

9a 0,63 Baik

10a 0,88 Sangat Baik


(3)

No Soal Data Pembeda Interpretasi

2b 0,54 Baik

3b 0,71 Sangat Baik

4b 0,75 Sangat Baik

5b 0,46 Baik

Adapun rekapitulasi validitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran tiap butir soal dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7

Rekapitulasi Analisis Butir Soal No

soal

Validitas Indeks kesukaran Daya Pembeda

Keterangan

Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1a 0,55 Cukup 0,77 Mudah 0,38 Cukup Digunakan

2a 0,56 Cukup 0,68 Sedang 0,63 Baik Digunakan

3a 0,4 Cukup 0,81 Mudah 0,50 Baik Tidak digunakan

4a 0,59 Cukup 0,55 Sedang 0,75 Sangat Baik Digunakan

5a 0,6 Tinggi 0,68 Sedang 0,63 Baik Digunakan

6a 0,72 Tinggi 0,77 Mudah 0,50 Baik Digunakan

7a 0,65 Tinggi 0,77 Mudah 0,50 Baik Digunakan

8a 0,08 Sangat Rendah 0,1 Sukar 0,13 Kurang Baik Tidak digunakan

9a 0,52 Cukup 0,58 Sedang 0,63 Baik Digunakan

10a 0,56 Cukup 0,45 Sedang 0,88 Sangat Baik Digunakan

1b 0,43 Cukup 0,89 Mudah 0,33 Cukup Digunakan

2b 0,68 Tinggi 0,57 Sedang 0,54 Baik Digunakan

3b 0,81 Sangat Tinggi 0,53 Sedang 0,71 Sangat Baik Digunakan

4b 0,78 Tinggi 0,52 Sedang 0,75 Sangat Baik Digunakan

5b 0,59 Cukup 0,86 Mudah 0,46 Baik Digunakan

Berdasarkan Tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa tidak semua soal digunakan, hanya soal-soal yang memenuhi kriteria cukup, tinggi, dan sangat tinggi yang digunakan untuk penelitian. Soal 8a tidak digunakan karena mempunyai intepretasi validitas sedang, sedangkan soal no 3a tidak digunakan meskipun mempunyai interpretasi sedang karena indikator soal sudah terwakili oleh soal lain. Jadi kesimpulannya indikator dan tujuan pembelajaran pada penelitian ini diukur dengan soal no. 1a,2a,4a,5a,6a,7a,9a,10a,1b,2b,3b,4b,5b.

I. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengolahan data hasil penelitian. Pada tahap perencanaan penelitian dilakukan beberapa langkah-langkah diantaranya merumuskan judul penelitian, mengumpulkan data sekolah, menyusun proposal penelitian, kemudian melakukan


(4)

uji coba instrumen ke beberapa sekolah untuk mendapatkan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indkes kesukaran instrumen.

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan setelah semua tahap perencanaan matang. Pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari pelaksanaan pretest

di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melaksanakan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol sesuai rencana pembelajaran, kemudian melakukan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tahap pengolahan data merupakan tahapan terakhir dari prosedur penelitian, tahap ini terdiri dari pengumpulan, pengolahan, kemudian hasil dan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 3.2 berikut.

Merumuskan Mengumpulkan Data

Revisi Menyusun Proposal

Uji Coba Instrumen Tes Awal

Model CTL Model Konvensional

Tes Akhir Pengumpulan Data

Pengolahan Data Hasil dan Kesimpulan

Gambar 3.2 J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengolahan data diantaranya data kualitatif (bentuk kata-kata) dan data kuantitatif (bentuk angka).


(5)

1. Data Kualitatif

Data kualitatif merupakan data dalam bentuk kata-kata. “Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, observasi yang telah dituangkan dalam catatan

lapangan (transkip)”(Hatimah, Susiliana, & Aedi, 2010, hlm. 220). Bentuk lain

dari data kualitatif adalah gambar yang diperoleh dari foto dan video.

Dalam penelitian ini data kualitatif akan diambil dari lembar observasi untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran baik itu di kelompok eksperimen maupun di kelompok kontrol, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning

(CTL). Dalam lembar observasi ini akan dilakukan penilaian sesuai dengan indikator yang seharusnya muncul dalam pembelajaran. Skor penilaian dari data kuantatif, kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data dalam bentuk angka. Data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematika dan statistika. Data yang diperoleh dari hasil tes siswa diperiksa kemudian diberikan penskoran terhadap setiap butir soal, kemudian dilakukan perhitungan untuk secara keseluruhan untuk mengetahui persentasi hasil belajar siswa. Adapun cara pengolahan data dijelaskan sebagai berikut.

a. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apabila data skor posttest

kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol menunjukkan hasil secara normal. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows. Adapun hipotesis yang akan diuji:

H0=Distribusi Normal H1=Distribusi tidak normal.

Kriteria pengujian menggunakan taraf sigifikansi 5% (α = 0,05) dengan demikian maka: H0 diterima apabila Signifikasi. ≥ 0,05 dan H0 ditolak apabila Signifikasi. < 0,05.


(6)

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Jika sebelumnya data diketahui tidak berdistribusi normal maka dilakukan uji Mann Whitney. Dan apabila sebelumnya diketahui data berdistribusi normal maka akan dilakukan uji Fisher (F). Penelitian menggunakan uji Levene dengan bantuan program SPSS 19.0 for windows. Dengan hipotesis yang akan diajukan yaitu.

= tidak adanya perbedaan varian antara kedua kelompok sampel. = terdapatnya perbedaan varian antara kedua kelompok sampel.

Agar dapat mengetahui kesamaan varian antara kedua kelompok sampel dengan membandingkan varian terbesar dengan varian terkecil. diterima apabila sigifikansi. ≥0,05 dan ditolak apabila sigifikansi. <0,05. Jika F hitung > F tabel, maka kedua variansi homogen maka tinggal dilakukan uji perbedaan rata-rata.

c. Uji Perbedaan Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk mengetahi apakah rata-rata kelompok kontrol sama dengan kelompok eksperimen atau tidak. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata maka hipotesis yang digunakan yaitu dengan menggunakan uji t. Uji-t (Independent Semple T-test) apabila kedua varians homogen (Equal Variance Assumed), dengan kata lain kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. atau Uji-t (Independent Semple T-test) apabila kedua varians tidak homogen (Equal Variance not Assumed) dengan kata lain kedua sampel berdistribusi normal tetapi tidak homogen. Uji perbedaan rata-rata pada penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows.

Hipotesis yang akan diuji:

= tidak adanya perbedaan rata-rata hasil kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

= adanya perbedaan rata-rata hasil kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Jika data sampel salah satu tidak terdistribusi normal maka dilakukanlah uji U (Mann-Withney), akan tetapi jika sampelnya terikat dan uji normlitas salah satu sampel tidak terdistribusi dengan normal maka menggunakan uji rata-rata yang digunakan uji Wilcoxson. diterima apabila Sig. > 0,05 dan ditolak apabila Sig. ≤0,05. Dengan Taraf sigifikansi 5% (α = 0,05).