6 Kemudian dilakukan proses perankingan dengan menentukan nilai preferensi V
i
pada setiap alternative A
i
dari matriks ternormalisasi R dengan pesamaan sebagai berikut.
Dimana: V
i
= Nilai akhir dari alternatif W
j
= Bobot yang telah ditentukan telah ditentukan oleh judgement dan untuk konversi nilai kualitatif di butuhkan variable fuzzy dimana untuk
nilai {W
1
=0.00, W
2
=0.20, W
3
=0.40, W
4
=0.60,W
5
=0.80, W
6
=1.00} r
ij
= Normalisasi matriks. 7 Nilai V
i
terbesar dari proses perankingan mengindikasikan alternative A
i
yang terpilih.
3.4 Perancangan Flowchart Sistem
Sistem flowchart dapat didefinisikan sebagai bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urut-urutan dari
prosedur-prosedur yang ada didalam sistem. Bagan alir sistem menunjukkan apa yang dikerjakan di sistem. Flowchart yang akan dirancangan pada sistem ini
terdiri dari flowchart overlay, penentuan prioritas dan penentuan prioritas global. Berikut masing-masing flowchart untuk proses tersebut. Gambar flowchart
overlay peta wilayah sesuai kriteria dijelaskan pada gambar 3.3.
n j
ij j
i
r w
V
1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.3 Flowchart overlay peta wilayah sesuai kriteria
Gambar Flowchart penentuan nilai prioritas kriteria dijelaskan pada gambar 3.4.
Mulai
Peta topografi dan aksesibilitas
Hasil overlay 1
Hasil overlay 2
Hasil ovelay 3
Overlay peta hasil overlay 3 dan aksesibilitas Overlay Peta topografi dan aksesibilitas
Overlay peta hasil overlay 1dengan geologi
Overlay peta hasil overlay 2 dan hidrologi
selesai
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.4 Flowchart penentuan nilai prioritas kriteria
Gambar Flowchart penentuan nilai prioritas global dijelaskan pada gambar 3.5.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Matriks ternormalisasi R
Kalikan nilai setiap bobot keputusan dengan hasl setiap matriks ternormalisasi R
Selesai
Gambar 3.5 Flowchart penentuan nilai prioritas global
3.5 Perancangan Data Flow Diagram DFD
Data flow diagram DFD adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses
fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi. DFD ini sering disebut juga dengan nama bubble chart,
bubble diagram,model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi.DFD memberikan suatu mekanisme bagi pemodelan fungsional dan pemodelan
informasi.
3.5.1 DFD Level 0
Universitas Sumatera Utara
Gambar data flow diagram level 0 dapat dilihat pada gambar 3.6.
User FADM
Simple additive weighting
Matriks Decision
Gambar 3.6 DFD level 0
Kamus data untuk menjelaskan tentang gambar DFD level 0 dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Kamus Data DFD Level 0 Nama Proses
Input Keterangan Proses
Output Fuzzy Multiple
Atribut Decision Making
Matriks
Pada proses ini, kriteria untuk setiap alternatif akan diproses
untuk menghasilkan alternatif lokasi hydrant
Decision
3.5.2 DFD Level 1
Gambar data flow diagramlevel 1 dapat dilihat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7 DFD level 1
Universitas Sumatera Utara
Kamus data untuk menjelaskan gambar DFD level 1 dapat dilihat pada tabel
3.10.
Tabel 3.10 Kamus Data DFD Level 1
No Nama Proses
Input Keterangan Proses
Output
1.0 Penentu prioritas
Kriteria Matriks
Kriteria Pada
proses ini,
admin memasukan nilai kriteria yang
akan menghasilkan
matriks prioritas.
Hasil Prioritas
Kriteria
2.0 Penentuan
Prioritas Global Hasil Prioritas
Kriteria Pada proses ini, data hasil
prioritas kriteria diproses untuk menghasilkan sebuah decision.
Decision
3.0 Tampilan wilayah
pembanguna hydran
Nilai preferensi
untuk setiap alternatif
Pada proses ini, nilai tertinggi dari hasil
prioritas global
akan menjadi
pilahan wilayah
pembangunan hydrant Keputusan
3.6 Perancangan Antar Muka
Tahapan ini sangat penting karena antarmuka yang baik akan membuat pengguna merasakan kenyamanan dalam menggunakan sebuah aplikassi komputer. Berikut
struktur menu yang akan dirancang pada aplikasi sistem pendukung keputusan ini.
3.6.1 Rancangan Halaman Muka
Halaman muka merupakan halaman “Selamat Datang” kepada user dengan penjelasan singkat mengenai sistem. Rancangannya dapat dilihat pada Gambar
3.8.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7 Rancangan halaman utama
Gambar 3.8. Halaman Muka
Gambar 3.8 Halaman Utama
3.6.2 Rancangan Fire Hydrant Kota Medan
Gambar Rancangan halaman fire hydrant untuk menentukan matriks keputusan dapat dilihat pada gambar 3.9.
Gambar 3.8 Rancangan halaman matriks keputusan
Gambar 3.9. Rancangan halaman fire hydrant untuk menentukan matriks
keputusan
Image
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Home
Tentukan bobot matriks keputusan
Fire Hydrant Kota Medan Topografi
Geologi Hidrologi
Aksesbility
Matriks keputusan
Reset Proses
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Home
Fire Hydrantkota Medan Topografi
Geologi Hidrologi
Aksesbility
Universitas Sumatera Utara
Halaman ini tampil ketika tombol ”fire hydrant kota Medan” di klik dan menampilkan menu untuk memasukkan matriks keputusan.
3.6.3 Rancangan Halaman Hasil Matriks ternormalisasi R danPreferensi Setiap Alternatif
Gambar Rancangan halaman hasil ternormalisasi R danpreferensi setiap alternatif. Halaman ini tampil ketika tombol ”Proses” di klik dan menghasilkan
matriks ternormalisasi R dan preferensi setiap alternatif, dapat di lihat pada gambar 3.10.
Gambar 3.7 Rancangan halaman hasil alternatif lokasi fire hydrant
Gambar 3.10 Rancangan Halaman Matriks Ternormalisasi R dan Preferensi Setiap Alternatif
3.6.4 Rancangan Halaman Tampilkan Peta Lokasi Fire Hydrant dikota
Medan
Gambar Rancangan halaman Peta Lokasi Hydrant yang tepat di kota Medan. Halaman ini tampil ketika tombol ”Tampikan Peta” diklik, rancangandapat
dilihat pada gambar 3.11.
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Home
Fire Hydrant Kota Medan Topografi
Geologi Hidrologi
Aksesbility
Lokasi terbaik
Matriks ternormalisasi R
Nilai preferensi Tampilkan
Peta
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10 R
Gambar 3.11. Rancangan Halaman Tampilan Peta Lokasi Hydrant
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Home
Peta Lokasi Hydrant
Fire Hydrant Kota Medan Topografi
Geologi Hidrologi
Aksesbility
IMAGE PETA
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL DAN IMPLEMENTASI
Pada bab ini akan dilakukan analisis spasial berupa overlay terhadap peta layer kriteria untuk memperoleh alternatif yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil overlay tersebut selanjutnya akan diseleksi lagi menggunakan metode Simple Additive Weighting untuk memperoleh
alternatif terbaik, alternatif yang terpilih akan divisualisasikan dalam bentuk peta.
4.1 Metode Overlay
Setelah proses registrasi dan digitasi peta kriteria ke dalam bentuk format shapefile dilakukan, maka dilakukan overlay dengan prosedur berikut:
1. Melakukan overlay peta topografi dengan peta penggunaan lahan sehingga menghasilkan peta berikut:
Gambar 4.1 Peta Hasil Overlay 1 Topografi dan Penggunaan
Lahan
Universitas Sumatera Utara
Dari overlay 1 tampak bahwa wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi berada pada lingkaran merah dengan variasi penduduk yang
sangat padat lingkaran biru, padat lingkaran kuning, dan sedang, sehingga wilayah yang memenuhi pada overlay ini adalah semua kecamatan pada
lingkaran merah.
2. Hasil overlay 1 pada gambar 4.1 selanjutnya di-overlay lagi dengan peta geologi, sehingga menghasilkan peta berikut:
Gambar 4.2 Peta Hasil Overlay 2 Overlay 1 dan Geologi
Hasil overlay 2 menunjukkan hanya empat kecamatan yang memenuhi syarat dari sisi geologi yaitu Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Helvetia,
Kecamatan Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Selayang.
Universitas Sumatera Utara
3. Hasil overlay 2 pada gambar 4.2 selanjutnya di-overlay lagi dengan peta hidrologi untuk melihat potensi suplai air dari keempat kecamatan di atas.
Gambar 4.3 Peta Hasil Overlay 3 Overlay 2 dan Hidrologi
Peta overlay 3 menunjukkan hanya tiga kecamatan yang memiliki potensi air yang memadai berupa sungai dan mata air, yaitu Kecamatan Medan Deli,
Kecamatan Medan Sunggal, dan Kecamatan Medan Selayang.
4. Setelah wilayah kecamatan yang memiliki potensi air yang baik diperoleh dari hasil overlay gambar 4.3, selanjutnya peta tersebut di overlay lagi untuk
melihat bagaimana aksesibilitas wilayah tersebut apakah mudah dijangkau atau tidak. Aksesibilitas yang dimaksudkan disini adalah berupa akses
transportasi darat. Hasil overlay-nya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Peta Hasil Overlay 4 Overlay 3 dan Aksebilitas
Dari overlay 4 diperoleh bahwa ketiga kecamatan yang diperoleh dari overlay pada gambar 4.3 sama-sama memiliki aksesibilitas yang baik, sehingga
kecamatan-kecamatan tersebut akan dijadikan sebagai alternatif untuk selanjutnya dianalisis dengan metode Simple Additive Weighting untuk
memperoleh alternatif yang paling tepat untuk lokasi hydrant.
4.2 Metode Simple Additive Weighting