Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi

3

BAB II PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi

2.1.1 Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya A. Aziz, 2006. Gangguan mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi mengacu mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas Perry dan Potter, 1994.

2.1.2 Manfaat Mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit Potter, 2006. Universitas Sumatera Utara 4

2.1.3 Tujuan Mobilisasi

Menurut Fitriyah sari, 2009. Tujuan dari pada mobilisasi adalah sebagai berikut: 1. Mempertahankan fungsi tubuh. 2. Memperlancar peredaran darah. 3. Membantu pernafasan lebih baik. 4. Mempertahankan tonus otot. 5. Memperlancar eliminasi urine. 6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. 7. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf Handiyani, 2009.Potter Perry 2006 dalam Handiyani 2009 menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal. Universitas Sumatera Utara 5

2.1.5 Persalinan dengan Seksio Sesaria

Konsep perawatan pasca seksio sesaria adalah mempercepat penyembuhan luka dan meminimalkan komplikasi dan biaya perawatan. Fokus utama dalam penanganan luka adalah dengan evakuasi semua hematoma dan seroma dan mengobati infeksi yang menjadi penyebabnya. Perhatikan perdarahan yang terlalu banyak inspeksi lapisan dinding abdomen atau perineal. Lakukan pemeriksaan hematokrit sehari setelah pembedahan mayor dan, jika perdarahan berlanjut, diindikasikan untuk pemeriksaan ulang. Luka abdomen harus diinspeksi setiap hari. Umumnya luka jahitan pada kulit dilepaskan 3-5 hari postoperasi dan digantikan dengan Steri-Strips.Idealnya, balutan luka diganti setiap hari dan diganti menggunakan bahan hidrasi yang baik. Pada luka yang nekrosis, digunakan balutan tipis untuk mengeringkan dan mengikat jaringan sekitarnya ke balutan dalam setiap penggantian balutan. Pembersihan yang sering harus dihindari karena hal tersebut menyebabkan jaringan vital terganggu dan memperlambat penyembuhan luka.

2.1.6 Tahapan-tahapan Mobilisasi dini pada ibu Pasca Seksio Sesaria

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi secsio caesarea Kasdu,2003 : a. 6 jam pertama Ibu post secsio caesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. b. 6-10 jam Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan. Universitas Sumatera Utara 6 c. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu. d. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

2.1.7 Pengkajian Hal-hal Yang Harus dikaji dalam Asuhan Keperawatan terkait

Mobilisasi sebagai berikut: a. Rentang gerak Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan tranversal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan prontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan trasversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah. b. Gaya berjalan Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya ketika berjalan Fish Nielsen, 1993. Dengan mengkaji gaya berjalan klien memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya berjalan manusia mengikuti kesesuaian system skeletal, syaraf dan otot tubuh manusia Fish Nielsen,1993 c. Latihan dan toleransi aktivitas Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningjatkan kesehatan dan mempertahankan kesehatas jasmani. Sedangkan toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang. Pengkajian toleranssi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seperti jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut dan kronik. Universitas Sumatera Utara 7 d. Kesejajaran tubuh Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau berbaring. e. Berdiri Hal-hal yang harus dikaji berfakus pada kesejajaran tubuh klien yang berdiri antara lain: 1. kepala tegak dan midline 2. ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar. 3. ketika dilihat dari arah posterior tulang belakang lurus 4. ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang di garis dalam pola S terbalik. 5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung. 6. Lengan klien nyaman di samping. 7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan jari-jari kaki menghadap ke depan. 8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengan tubuh, dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah antara kedua kaki. f. Duduk Perawat mengkaji kesejajjaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal-hal sebagai berikut: 1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus 2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha 3. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal 4. Kedua kaki ditopang dilantai. 5. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal pada permukaan lutut bagian posterior. Universitas Sumatera Utara 8 6. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, dipangkuan, atau diatas meja depan kursi. g. Berbaring Pada orang sadar mempunyai control otot volunter dan persepsi normal terhadap tekan. Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral pada klein dengan menggunakan satu bantal dan semua penompagnya diangkat dari tempat tidur.

2.1.8 Analisa Data Berdasarkan Konsep

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dengan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Effendi, 1995:4. Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokkan data. Setelah itu mencari kemungkinan penyebab dan dampak serta menentukan masalah atau penyimpangan yang terjadi.

2.1.8 Rumusan Masalah

Gangguan mobilisasi fisik pada pasca operasi SC yaitu hambatan mobilisasi fisik dimana kondisi ketika individu menunjukkan keterbatasan atau kemampuan mobilisasi fisik secara bebas berkurang Kim et el, 1995. Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus Harry Oxorn,1990. Akan tetapi, persalinan melalui Sectio Caesaria bukanlah alternatif yang lebih aman karena di perlukan pengawasan khusus terhadap indikasi di lakukannya Sectio Caesaria maupun perawatan ibu setelah tindakan Sectio Caesaria, karena tanpa pengawasan yang baik dan cermat akan berdampak pada kematian ibu Wiknjosastro, 2005. Universitas Sumatera Utara 9 Mobilisasi fisik adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang disebabkan oleh kondisi di mana gerakan terganggu atau dibatasi secara terapeutik Perry Potter,2006.

2.1.9 Perencanaan

Perencanaan pada gangguan mobilisasi yaitu menciptakan lingkungan yang nyaman pada klien agar dapat mempertahankan atau meningkaktkan postur tubuh dan mobilisasi. Mempertahankan postur tubuh klien merupakan hal penting khususnya pada klien yang mengalami keterbatasan mobilisasi aktual maupun potensial. Perry Potter,2005

2.1.10 rosedur tetap Perawatan Pasca Salin di RS. dr. Pirngadi Medan

1. Mengidentifikasi jenis pasca salin. 2. Mengidentifikasi kegawatan pasca salin. 3. Melakukan perawatan nifas. 4. Melakukan kolaborasi dan rujukan secara tepat. 5. Menganjurkan pasien mobilisasi miring kanan dan miring kiri. 6. Menganjurkan pasien untuk berjalan keluar dari kamar inap pasien. 7. Memberikan analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri. 8. Menganjurkan pasien untuk menyusui anaknya. 9. Melakukan evaluasi. 10. Melakukan dokumentasi. Universitas Sumatera Utara 10

2.2 Asuhan Keperawatan Kasus