Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

(1)

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2010

KHAIRUL BARIAH 095102019

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKUTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Khairul Bariah

Efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

viii + 45 hal + 6 tabel + 2 skema + 8 lampiran Abstrak

Persalinan di Indonesia dengan operasi seksio sesarea terjadi sekitar 22,8% atau 921.000 dari 4.039.000 persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di abdomen harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Dewasa ini banyak dokter menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya atau yang disebut dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang bersifat post test only dengan jumlah sampel sebanyak 64 dan metode pengambilan sampel accidental

sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Pebruari sampai 24 April 2010. Hasil

penelitian diperoleh rata – rata volume buang air kecil yaitu 339 ml, rata – rata frekuensi buang air besar yaitu 1 x/hari, rata – rata jumlah lokia yaitu 2x ganti doek/hari, rata – rata tinggi fundus uteri yaitu 5 cm, rata – rata penyembuhan luka operasi yaitu tujuh hari. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan signifikan dari volume buang air kecil setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol(p = 0,179), tidak ada perbedaaan signifikan dari frekuensi buang air besar setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,089), tidak ada perbedaaan signifikan dari jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,570), ada perbedaaan signifikan dari tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,007), ada perbedaaan signifikan dari penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai intervensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

Daftar Pustaka : 21 ( 1998-2008)


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan Karunia – Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca Bedah Seksio Caesaria Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan sara untuk perbaikan di masa yang akan dating.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Nur Asnah Sitohang, S. Kep.Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

karya tulis ilmiah hingga karya tulis ilmiah ini selesai.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU


(4)

5. Kedua orang tua tercinta dan adik – adik tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa, serta dukungan berupa moril dan materil serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin Ya Robbal A’lamin.

Medan, Juni 2010 Peneliti,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .... ... ... i

DAFTAR ISI ... ... ... iii

DAFTAR TABEL ... ... ... v

DAFTAR SKEMA ... ... ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... ... 3

C. Tujuan Penelitian ... ... 4

1. Tujuan Umum ... ... 4

2. Tujuan Khusus ... ... 4

D. Manfaat Peneitian ... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 6

A. Seksio Sesarea ... ... 6

1. Definisi ... ... 6

2. Keuntungan Seksio Sesarea ... ... 6

3. Kerugian Seksio Sesarea ... ... 6


(6)

5. Kontra Indikasi Seksio Sesarea ... ... 9

B. Anestesi ... ... ... 10

1. Anestesi General ... ... 10

2. Anastesi Spinal ... ... 11

C. Mobilisasi ... ... 11

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi ... 12

2. Indikator Pemulihan Pasca Seksio Sesarea dengan Mobilisasi ... ... 13

3. Tujuan Mobilisasi ... ... 13

4. Prosedur Mobilisasi... ... 14

5. Manfaat Mobilisasi ... ... 18

6. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP ... ... 20

A. Kerangka Konsep ... ... 20

B. Hipotesis .. ... ... 21

C. Definisi Operasional ... ... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 23

A. Desain Penelitian ... ... 23


(7)

C. Tempat Penelitian ... ... 25

D. Waktu Penelitian... ... 25

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... ... 25

F. Instrumen Penelitian ... ... 26

G. Prosedur Pengumpulan Data ... ... 26

H. Analisa Data ... ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 29

A. Hasil ... ... ... 29

1. Analisis Univariat ... ... 29

2. Analisis Bevariat ... ... 31

B. Pembahasan ... ... 34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 40

A. Kesimpulan... ... 40

B. Saran ... ... ... 42 DAFTAR PUSAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di ruang kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.………. ………...30 Tabel 5.2 Pengaruh mobilisasi dini terhadap volume buang air kecil pasien pasca

seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diruang kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...31 Tabel 5.3 Pengaruh mobilisasi dini terhadap frekuensi buang air besar pasien pasca

seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diruang kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 ... 32 Tabel 5.4 Pengaruh mobilisasi dini terhadap jumlah lokia pasien pasca seksio sesarea

pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………32 Tabel 5.5 Pengaruh mobilisasi dini terhadap tinggi fundus uteri pasien pasca seksio

sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...33 Tabel 5.6 Pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka operasi pasien pasca

seksio sesarea pada kelompok intervensi dan kelompok control diruang kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010………...34


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep penelitian………...20 Skema 2. Desain penelitian efektifitas mobilisasi dini terhadap penyenbuhan pasien pasca seksio sesarea………23


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran 2 Prosedur pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea Lampiran 3 Lembar observasi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah

mobilisasi dini

Lampiran 4 Protap penelitian efektifitas mobilisai dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Lampiran 5 Surat izin pengambilan data penelitian Lampiran 6 Surat izin penelitian

Lampiran 7 Balasan surat izin penelitian Lampiran 8 Lembar konsultasi


(11)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Khairul Bariah

Efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

viii + 45 hal + 6 tabel + 2 skema + 8 lampiran Abstrak

Persalinan di Indonesia dengan operasi seksio sesarea terjadi sekitar 22,8% atau 921.000 dari 4.039.000 persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di abdomen harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Dewasa ini banyak dokter menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya atau yang disebut dengan mobilisasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen yang bersifat post test only dengan jumlah sampel sebanyak 64 dan metode pengambilan sampel accidental

sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Pebruari sampai 24 April 2010. Hasil

penelitian diperoleh rata – rata volume buang air kecil yaitu 339 ml, rata – rata frekuensi buang air besar yaitu 1 x/hari, rata – rata jumlah lokia yaitu 2x ganti doek/hari, rata – rata tinggi fundus uteri yaitu 5 cm, rata – rata penyembuhan luka operasi yaitu tujuh hari. Dari uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan signifikan dari volume buang air kecil setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol(p = 0,179), tidak ada perbedaaan signifikan dari frekuensi buang air besar setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,089), tidak ada perbedaaan signifikan dari jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,570), ada perbedaaan signifikan dari tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,007), ada perbedaaan signifikan dari penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p = 0,002). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea khususnya pada penurunan tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi, sehingga bidan dapat menerapkan mobilisasi dini sebagai intervensi dalam mempercepat penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

Daftar Pustaka : 21 ( 1998-2008)


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Operasi caesar telah menjadi bagian kebudayaan manusia sejak zaman dahulu, namun operasi caesar selalu dipandang sebagai usaha terakhir untuk menyelmatkan sang bayi dan mempertahankan hidup sang ibu (Gallagher,C, 2004, hlm 3). Angka kejadian seksio sesaria di Indonesia menurut data survey nasional tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 % (http://www.idi.seksio.com.20%.sesaria).

Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga akan membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu ikut terpengaruh (Bobak,L.J, 2004, hlm 52)

Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk tidak berdiam

diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi. (Kasdu, 2003, hlm1).

Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah seksio sesarea. Banyak keuntungan yang


(13)

bisa diraih dari latihan di tempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernafasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. (Carpenito, 2000, ¶ diperoleh tanggal 25 September 2009).

Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang didikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan (Roper, 2002, ¶ 3,http://www.postseksio.com diperoleh tanggal 25 September 2009)

Setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, sirkulasi pernafasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung di kantong urin, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lokia. Hal ini untuk memastikan tidak di temukan gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. (Kasdu, 2003, hlm 2).

Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca seksio sesarea, disarankan untuk melakukan mobilisasi dini. Tetapi, pada ibu yang mengalami seksio sesarea rasanya sulit untuk melaksanakan mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan pasien mengenai mobilisasi dini. Untuk itu


(14)

diperlukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio sesarea sehingga pelaks anaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu yang mengalami seksio caesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilisasi dini, namun

ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini (Surininah, 2004, ¶ 1,http://www.ayahbunda-online.co.id diperoleh tanggal 1 Oktober 2009)

Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal, maka system saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter., Perry, 2006, hlm 31).

Dari survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 26 Oktober 2009 peneliti mendapatkan informasi dari sepuluh orang ibu yang bersalin dengan operasi seksio sesarea mengatakan bahwa sangat takut untuk melakukan mobilisasi pasca seksio sesaria. Hal ini disebabkan karena ibu merasa sangat kesakitan saat efek dari anestesi telah hilang sehingga tidak mampu untuk melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas operasi akan meregang atau terbuka, sehingga menyebabkan terjadinya ruam atau lecet pada bagian punggung bagian bawah, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih serta bengkak pada tungkai kaki.

Berdasarkan data di atas, diperlukan upaya terhadap penyembuhan pasien pasca bedah seksio sesaria dengan mobilisasi dini, oleh sebab itu peneliti tertarik


(15)

untuk meneliti efektifitas mobilisasi dini terhadap peneyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah adakah pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi volume BAK setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

b. Mengidentifikasi frekuensi BAB setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

c. Mengidentifikasi jumlah lokia setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

d. Mengidentifikasi tinggi fundus uteri setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(16)

e. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

f. Mengidentifikasi volume BAK pada kelompok kontrol g. Mengidentifikasi frekuensi BAB pada kelompok kontrol h. Mengidentifikasi jumlah lokia pada kelompok kontrol i. Mengidentifikasi tinggi fundus uteri pada kelompok kontrol

j. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi pada kelompok kontrol

k. Membandingkan efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi bidan tentang penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi pengetahuan tentang mobilisasi sebagai intervensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis. 3. Bagi Pendidikan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan pada institusi kebidanan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang manfaat mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Seksio Sesaria 1. Definisi

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu histerektomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim; seksio adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Llewelyn, D, 2001, hlm 189).

2. Keuntungan seksio sesarea

Operasi caesar lebih aman dipilih dalam menjalani proses persalinan karena telah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami kesulitan melahirkan. Jalan lahir tidak teruji dengan dilakukannya seksio sesarea, yaitu bilamana didiagnosis panggul sempit atau fetal distress didukung data pelvimetri. Bagi ibu yang paranoid terhadap rasa sakit, maka seksio seasria adalah pilihan yang tepat dalam menjalani proses persalinan, karena diberi anastesi atau penghilang rasa sakit (Fauzi, D.A, 2007, hlm 8)

3. Kerugian seksio sesarea

Operasi seksio sesarea merupakan prosedur medis yang mahal. Prosedur anastesi pada operasi bisa membuat anak ikut terbius, sehingga anak tidak spontan menangis, keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan hemodinamika dan


(18)

mengurangi apgar score. Ibu akan mendapat luka baru di perut dan kemungkinan timbulnya infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik. Gerak tubuh ibu menjadi sangat terbatas sehinga proses penyembuhan luka akan semakin lama. Tindakan seksio sesaria biasanya dianggap sebagai suatu penyiksaan bagi yang tidak memiliki kebiasaan beristirahat lama di rumah sakit setelah melahirkan (Fauzi, D.A, 2007, hlm 11).

4. Indikasi seksio sesarea a. indikasi medis

Dalam prose persalnan terdapat tiga faktor penentu yaitu power ( tenaga mengejan dan kontraksi dinding otot perut dan dinding rahim ), passageway

( keadaan jalan lahir ), dan passanger ( janin yang dilahirkan ).

Mula – mula indikasi seksio sesaria hanya karena ada kelainan passageway, misalnya sempitnya panggul, dugaan akan terjadinya trauma persalina serius pada jalan lahir atau pada anak, dan adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular kepada anak, sehingga kelahiran tidak bisa melalui jalan yang benar yaitu melalui vagina. Namun, akhirnya merambat ke faktor power dan passanger. Kelainan power yang memungkinkan dilakukannya seksio sesaria, misalnya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga. Sedangkan kelainan passanger diantaranya anak terlalu besar, anaka dengan kelainan letak jantung, primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan

terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrom (denyut jantung janin kacau dan melemah).


(19)

Secara terperinci ada tujuh indikasi medis seorang ibu yang harus menjualani seksio sesarea, yaitu :

1. Jika panggul sempit, sehingga besar anak tidak proporsional dengan ukuran panggul ibu ( disporsi ). Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengukuran panggul pada waktu pemeriksaan kehamilan awal dengan tujuan dapat memperkirakan apakah panggul ibu masih dalam batas normal atau tergolong sempit untuk dilalui bayi nantinya.

2. Pada kasus sudah terjadi gawat janin akibat terinfeksi, misalnya, kasus ketuban pecah dini ( KPD ) sehingga bayi terendam cairan ketuban yang busuk, atau bayi ikut memikul demam tinggi. Bisa juga akibat ibu mengalami eklamsia (keracunan kehamilan), sehingga bayi ikut terpengaruh akibat penderitaan ibu. Kondisi bayi – bayi seperti ini termasuk gawat biasanya jika dokter menilai denyut jantung bayi lebih cepat dari biasa termasuk jika terjadi lilitan tali pusat pada leher bayi.

3. Pada kasus plasenta terletak di bawah ( plasenta previa ). Biasanya plasenta melekat di bagian tengah rahim. Akan tetapi pada kasus plasenta previa letak plasma dibagian bawah sehingga menutupi liang rahim dan akhirnya bayi tidak bisa keluar normal melalui liang rahim ibu.

4. Pada kasus kalainan letak. Jika posisi anak dalam kandungan letaknya melintang dan terlambat dikoreksi selagi kehamilan belum tua ( letak lintang kasep ). Dalam situasi ini, persalinan normal sudah tidak mungkin dilakukan lagi, baik kepala atau kaki yang turun lebih dahulu.


(20)

5. Jika terjadi kontraksi yang lemah dan tidak terkoordinasi. Hal ini menyebabkan tidak ada lagi kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim ( incoordinate uterine – action ).

6. Jika ibu menderita preeklamsia, yaitu jika selama kehamilan muncul gejala darah tinggi, ada protein dalam air seni, penglihatan kabur dan juga melihat bayangan ganda. Pada eklamsia timbul gejala yang lebih berat lagi, yakni selain gejala preeklamsia tersebut ibu mulai kejang – kejang tak sadarkan diri. 7. Jika yang pernah di seksio sesarea sebelumnya maka pada persalinan berikut

umumnya juga harus di seksio karena takut terjadi robekan rahim. Namun sekarang, teknik seksio adalah dilakukan sayatan dibagian bawah rahim sehingga potongan pada otot rahim tidak membujur lagi. Dengan demikian bahaya rahim robek akan lebih kecil dibandingkan teknik seksio dulu yang sayatannya dibagian tengah rahim dengan potongan yang bukan melintang. Persalinan lewat vagina pada ibu yang pernah di seksio dapat dilakukan dengan catatan : persalianan harus dilakukan di rumah sakit ibu sudah dirawat beberapa hari sebelum hari persalinan ( harapan partus ), persalinan kala II, yakni setelah mulas – mules timbul, yang berarti otot rahim berkonsentrasi dan tidak boleh berlangsung lama (Llewellyn, D, 2001, hlm 189).

b. Indikasi sosial

Selain indikasi medis terdapat indikasi non medis untuk melakukan seksio sesaria yang indikasi sosial. Persalinan seksio sesarea karena indikasi sosial timbul


(21)

karena adanya permintaan pasien walaupun tidak ada masalah atau kesulitan untuk melakukan persalinan normal.

Indikasi sosial biasanya sudah direncanakan terlebih dahulu untuk dilakukan

tindakan seksio caesaria atau disebut dengan seksio sesarea elektif (Kasdu, 2003, hlm 14).

5. Kontra indikasi seksio sesarea

Mengenai kontra indikasi, perlu diketahui bahwa seksio sesaria dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak, oleh sebab itu, seksio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa. Seksio sesaria tidak boleh dilakukan pada kasus – kasus seperti di bawah ini :

Anak sudah mati dalam kandungan. Dalam hal ini, dokter menilai apabila denyut jantung anak sudah tidak ada, ibu sudah tidak merasakan adanya gerakan anak dan pencitraan ultrasonografi ( USG ), atau Doppler, dan tidak ada lagi tanda – tanda kehidupan dari anak tersebut.

1. Jika anak terlalu kecil untuk mampu hidup diluar rahim ibu.

2. Jika anak dikandungan ibu terbukti cacat, misalnya kepala anak besar ( hydrocepalus ), atau anak tanpa kepala ( anencepalus ).


(22)

B. Anestesi

Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa dipilih untuk operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada anestesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu tetap sadar kala operasi. Anestesi general bekerja secara jau lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan proses persalinan yang cepat (Gallagher, C.M, 2004, hlm 20 ).

a. Anestesi general

Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan tekis maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan melalui penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik, maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorokkan pasien untuk membantu pasien bernafas dan mencegah muntah. Jika digunakan anestesi total, pasien akan dimonitor secara konstan oleh seorang ahli anestesi. Dan biasanya pasangan tidak boleh mendampingi pasien kala persalinan dengan anestesi general.

b. Anestesi spinal

Dalam operasi caesar elektif, pasien diberi penawaran untuk menggunakan spinal anestesi. Kedua pilihan itu dapat membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa, tetapi pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi tanpa merasakan sakit, dan pasangan juga bisa mendampingi untuk memberikan dorongan dan semangat.


(23)

c. Komplikasi – komplikasi yang mungkin terjadi

Komplikasi yang umum terjadi saat anestesi spinal adalah turunnya tekanan darah. Beberapa wanita merasakan sakit kepala yang parah setelah operasi caesar dengan anestesi spinal, sementara ada pula yang merasakan sakit pada daerah punggung.

Anestesi general mungkin membuat pasien merasa pusing ; kerongkongan terasa kering dan sakit. Selain itu, pasien mungkin juga akan mengalami rasa mual yang hebat dan muntah. Jika obat bius yang diberikan mengandung morfin, mungkin akan merasa gatal di sekujur tubuh. Efek – efek samping itu dapat hilang dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah persalinan (Gallagher, C.M, 2004, hlm 21 ).

C. Mobilisasi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemuihan pasca bedah; mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara

membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologi ( Carpenito, 2000 hlm 6 ).

Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan kembali ketempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya. Disamping kemampuan menggerakkan akstremitas bawah mobilisasi tercakup dalam pengkajian


(24)

terhadap aktivitas kehidupan sehari – hari pasien untuk menyusun rencana askeb yang bersifat individual (Suchinchliff, 1999 hlm 7).

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian – bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000, hlm 17).

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi seksio sesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari – jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal ( Kasdu, 2003, hlm 71 ).

Konsep mobilisasi mula – mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur – angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mecegah komplikasi (Ancheta, R.,S, 2005, hlm 31).

1. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi

a). Faktor fisiologis; frekuensi penyakit atau operasi dalam 12 bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status musculskletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. b).faktor emosional; faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri. c). faktor perkembangan; faktor perkembangan yang mempengaruhi moilisasi adalah usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skletal (Potter & Perry, 2006, hlm 9).


(25)

2. Indikator pemulihan pasca seksio sesaria dengan mobilisasi

Pada hari ketiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan pulang ke rumah apabila tidak terjadi komplikasi. Perkembangan kesembuhan ibu pasca seksio sesaria dapat dilihat dari hari kehari. Hari kedua setelah operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter, dan melakukannya di kamar mandi dengan dibantu suami atau keluarga. Hari ketiga umumnya ibu baru akan buang air besar, dimana saat awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari keempat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti doek/ hari, perubahan ini menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk kembali ke kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri berada pada pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi luka bekas sayatan mengering (Kasdu, 2003, hlm 69).

3. Tujuan mobilisasi pada ibu pasca bedah seksio sesaria

Tujuan mobilisasi dini yaitu membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2000, hlm 2).


(26)

4. Prosedur mobilisasi

1. Hari 1 – 4

a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya. Kemudian regangkan masing – masing telapak kaki dengan cara menarik jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

b. Bernafas dalam – dalam

- Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas.

- Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mrngembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.

- Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut. Hal ini akan merangsang jaringan – jaringan di sekitar bekas luka. Sangga insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali.


(27)

c. Duduk tegak

- Tekuk lutut dan miring ke samping.

- Putar kapala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat.

- Kemudian, mulailah memeindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung dengan cara mengangkat tulang – tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.

d. Bangkit dari tempat tidur

- Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan ke sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan perlahan turunkan telapak – telapak kaki ibu ke lantai.

- Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki – kaki ibu.


(28)

e. Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

f. Berdiri dan meraih

Duduklah di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.

Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot – otot punggung agar dada mengembang dang meregang. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan – lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.

g. Menarik perut

- Berbaringlah di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut.

- Perlahan – lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.

h. Saat menyusui

Tarik perut semabari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.


(29)

2. Hari 4 – 7

a. Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukan selama 2 detik.

b. Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafaslah secara normal, lalu luncurkan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di sekitar insisi. Lakukan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

c. Sentakan pinggul

- Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atat dan remtangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari – jari kaki. - Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah

bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh dengan lurus. Lakukan 6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh.

d. Menggulingkan lutut

- Berbaring di tempat tidur , kemudian letakkan tangan di samping tubuh untuk menjaga keseimbangan

- Perlahan – lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke masing – masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.


(30)

e. Posisi jembatan

Berbaringlah di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki ke bawah dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

f. Posisi merangkak

- Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki di atas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa gerakan dalam rangkaian ini.

- Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong

ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa seolah – olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali

sehari.

- Tekan bagian tengah punggung ke arah bawah, saat melengkung tubuh ke bawa, ibu bisa merasakan perut meregang. Kemudian, saat meluruskan

punggung, berkonsentrasilah menarik abdomen (Gallagher, C.M, 2004, hlm 38).

5. Manfaat mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan


(31)

darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit (Potter., Perry, 2006, hlm 24).

6. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi

Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari gejala infeksi adalah peningkatan suhu tubuh; perdarahan yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007, hlm 8).


(32)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul efektifitas mobilisasi dini pada pasien pasca seksio sesarea terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen merupakan variabel yang bila dirubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel dependen adalah variabel yang berubah akibat perubahan dari variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektifitas mobilisasi dini dan variabel dependen adalah penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema. 1. Skema kerangka konsep Kelompok intervensi Dilakukan mobilisasi dini

Penyembuhan pasien pasca seksio sesarea :

1. Volume BAK 2. Frekuensi BAB 3. Jumlah lokia

4. Tinggi fundus uteri 5. Penyembuhan luka pasien pasca

seksio sesarea

Kelompok kontrol Tidak dilakukan mobilisasi dini


(33)

B. Hipotesis

Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.

C. Definisi Operasional

No

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1 Independen :

Mobilisasi Dini

Pergerakan yang dilakukan ibu-ibu 24 jam pasca seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi Medan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca seksio sesarea.

- - 1= Dilakukan

0= Tidak Dilakukan

Nominal

2 Dependen : Penyembuhan pasien pasca seksio sesarea

Penyembuhan ibu-ibu pasca seksio sesarea setelah dilakukan

mobilisasi dini di RSUD Dr.Pirngadi Medan Lembar observasi Observasi Wawancara Observasi 1= volume BAK....ml/ hari 2= frekuensi BAB....x/hari 3= jumlah lokia ....doek/ hari 4= perubahan tinggi fundus uteri...cm 5= penyembuhan luka operasi mengering ....hari Rasio

3 Paritas Jumlah anak yang

dilahirkan ibu pasca

Kuesioner Wawancara 1 = Primipara 2 = Multipara


(34)

seksio sesarea di RSUD Dr.Pirngadi Medan baik lahir mati maupun lahir hidup

4 Anestesi Obat penghilang

rasa sakit yang diberikan pada ibu di

RSUD Dr.Pirngadi Medan yang akan menjalani operasi seksio sesarea


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen yaitu rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan

cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen (Nursalam, 2003, hlm 89) dengan rancangan post test only.

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Perlakuan Post – test

K-A K-B

Diberikan Tidak diberikan

Test X Test Y

Skema 2. Desain penelitian Keterangan :

K-A : subjek (pasca seksio sesarea) perlakuan K-B : subjek (pasca seksio sesarea) kontrol

Penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan mobilisasi dini, dan kelompok kontrol yang tidak diberikan mobilisasi dini. Pada kelompok intervensi diberikan mobilisasi dini, dan setelah itu akan dilakukan


(36)

post-test. Kemudian membandingkan kedua kelompok antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu yang melahirkan dengan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Data dari kunjungan bulan Oktober 2009 sebanyak 78 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi. Untuk menentukan besar sampel peneliti menggunakan rumus :

Keterangan :

N = Jumlah populasi n = Jumlah sampel

d = ketetapan relatif (0,05)

Dari rumus di atas dapat kita lihat jumlah sampel yang dijadikan responden pada penelitian ini, yaitu :

2 ) (

1 N d

N n

+ =


(37)

n = ) 05 , 0 ( 78 1 78 +

n = 73

Dengan demikian jumlah sampel yang akan diteliti adalah 73 orang. Namun karena keterbatasan waktu penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan sehingga jumlah sampel tidak mencapai hasil dari jumlah penghitungan populasi seluruhnya, sampel yang didapatkan yaitu sebanyak 32 responden. Dimana 32 responden pada kelompok intervensi dan 32 responden pada kelompok kontrol. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan accidental sampling sesuai dengan kriteria:

a. ibu yang melahirkan anak pertama sampai dengan anak ketiga dengan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan

b. Ibu dengan seksio sesarea tanpa komplikasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan c. Ibu dengan seksio sesarea yang menggunakan anestesi spinal di RSUD Dr. Pirngadi Medan, dan

d. Ibu bersedia menjadi responden penelitian.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan di Ruang Kebidanan (lantai V dan Ruang V). Pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan banyaknya

195 , 1 78 = n


(38)

pasien yang dirawat di rumah sakit tersebut dengan persalinan seksio sesarea serta belum diterapkannya program intervensi mobilisasi dini bagi pasien pasca seksio sesarea.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juni 2010 di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur peleksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed

consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia maka calon responden berhak

untuk menolak atau mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden, baik secara fisik maupun psikologis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen dan menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan dan peneliti akan memusnahkan instrumen penelitian setelah proses analisa data selesai. Data – data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


(39)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. Pengisian lembar observasi dilakukan langsung oleh peneliti dengan melihat dan melakukan wawancara kepada responden terhadap volume BAK, wawancara terhadap responden terhadap frekuensi BAB, melihat jumlah lokia, mengukur tinggi fundus uteri, serta melihat luka bekas operasi pada kelompok intevensi yang dilakukan mobilisasi dini dan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan mobilisasi dini.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti memberikan surat izin penelitian kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan. Setelah mendapat persetujuan dari Direktur, peneliti melaksanakan penelitian di ruangan Kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Dalam melaksanakan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan memperoleh persetujuan dari responden. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(Informed consent). Kemudian peneliti memberikan pengarahan tentang pelaksanaan

prosedur mobilisasi dini pada kelompok intervensi. Namun dalam penelitian ini tidak semua responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti berkenan menjadi responden sehingga tidak berkenan untuk menandatangani


(40)

informed consent yang diberikan oleh peneliti, disamping itu ada yang beranggapan bahwa penelitian ini merugikan mereka atau mencederai mereka. Mobilisasi yang diberikan seharusnya pada pasien yang 6 jam pasca seksio sesarea, namun ada pasien yang sudah 12 sampai 24 jam pasca seksio sesarea. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dimana kelompok intervensi dilakukan mobilisasi dini selama 15 menit setiap hari selama tujuh hari, sedangkan kelompok kontrol tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada hari ke tujuh peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pasien selama 10 menit terhadap voluma BAK, frekuensi BAB, jumlah lokia dari banyaknya doek yang diganti, mengukur tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita cm, dan melihat luka bekas operasi mengering atau tidak pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol untuk mengetahui perbedaan lamanya penyembuhan pasien pasca seksio sesarea yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Pada umunya pasien akan kembali ke rumah masing – masing pada hari ke empat atau ke lima, sehingga peneliti harus melaksanakan penelitian dengan mendatangi rumah – rumah pasien. Setelah selesai selanjutnya seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

H. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap, pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan data responden serta memastikan semua jawaban sudah diisi. Tahap kedua koding yaitu memberikan kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk memudahkan peneliti dalam memasukkan


(41)

data ke dalam komputer (entry). Setelah itu melakukan tabulasi dan analisa data dengan menggunakan bantuan program yang disesuaikan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Univariat

Data responden yang bersifat numerik yaitu data demografi dan penyembuhan pasien pasca seksio sesarea dicari mean dan standar deviasinya dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Bivariat

Dalam menganalisa data secara bivariat pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu uji t-independent yakni membandingkan penyembuhan pasien pasca seksio sesarea setelah 7 hari pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Taraf signifikan 95% (α = 0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka Ho ditolak, apabila (p) > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Data yang didapat disajikan dalam bentuk tabel.


(42)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea yang dilakukan di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Jumlah responden adalah 73 orang. Namun, dalam penelitian ada keterbatasan sampel dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Yang memenuhi kriteria yaitu 32 orang. Dimana 32 orang kelompok intervensi dan 32 orang kelompok kontrol. Responden diberikan mobilisasi dini 15 menit setiap hari selama tujuh hari berturut – turut dan dilakukan pada pagi hari atau sore hari.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan mendeskripsikan data yang bersifat numerik dicari mean dan standar deviasinya. Data responden yaitu volume buang air kecil, frekuensi buang air besar, jumlah lokia, tinggi fundus uteri dan penyembuhan luka operasi pada kelompok intervensi dan kontrol.


(43)

Table . 5.1

Distribusi Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea Setelah Mobilisasi Dini pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=64)

No Variabel Kelompok intervensi Kelompok kontrol

Mean SD Mean SD

1 Volume buang air kecil

setelah mobilisasi dini

339 ml 60.55 361 ml 68.07

2 Frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini

1 x/hari 0.36 1 x/hari 0.17

3 Jumlah lokia setelah

mobilisasi dini

2x ganti doek/hari

0.25 2x ganti

doek /hari

0.17

4 Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini

5 cm 0.88 6 cm 0.98

5 Penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini

7 hari 0.42 7 hari 0.24

Berdasarkan table 5.1 rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.

Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata jumlah


(44)

lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98.

Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24.

2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Dalam menganalisa data secara bivariat, dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji t-independent pada tabel di bawah ini.


(45)

Tabel. 5.2

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Volume Buang Air Kecil Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

1 Volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi 339 ml 60.55

16.10 0.179 Volume buang air kecil setelah

mobilisasi dini pada kelompok control 361 ml 68.07

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.179, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini.


(46)

Tabel. 5.3

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Frekuensi Buang Air Besar Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

2 Frekuensi buang air besar setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi 1 x/hari 0.36

0.07 0.089

Frekuensi buang air besar setelah

mobilisasi dini pada kelompok control 1 x/hari 0.17

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata – rata frekuensi buang air besar pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan pada kelompok control rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.089, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan frekuensi buang air besar yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini.


(47)

Tabel. 5.4

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Jumlah Lokia Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

3 Jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi

2x ganti

doek/hari 0.25

0.05 0.570

Jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol

2x ganti

doek/hari 0.17

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat rata – rata jumlah lokia pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan pada kelompok kontrol rata - rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.570, maka dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang siginifikan jumlah lokia yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini.


(48)

Tabel. 5.5

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Tinggi Fundus Uteri Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Kebidanan

RSUD Dr. Pirngadi Medan (n= 64)

No Variabel Mean SD SE P value

4 Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi

dini pada kelompok intervensi 5 cm 0.88

0.23 0.007

Tinggi fundus uteri setelah mobilisasi

dini pada kelompok control 6 cm 0.98

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat rata – rata tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.007, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tinggi fundus uteri yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini.


(49)

Tabel. 5.6

Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Penyembuhan Luka Operasi Pasien Pasca Seksio Sesarea pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang

Kebidanan RSUD Dr. Pirngadi Medan (n=64)

No Variabel Mean SD SE P value

5 Penyembuhan luka operasi setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi 7 hari 0.42

0.86 0.002

Penyembuhan luka operasi setelah

mobilisasi dini pada kelompok kontrol 7 hari 0.24

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat rata – rata penyembuhan luka operasi pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.002, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan penyembuhan luka operasi yang dilakukan mobilisasi dini dan yang dilakukan mobilisasi dini.

B. PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian akan diuraikan pembahasan tentang membandingkan hasil penelitian ini dengan literatur yang berhubungan. Yakni efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea.


(50)

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Dari hasil penelitian didapatkan rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.

Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98.

Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24.


(51)

Dari hasil uji statistik t-independent dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.179 (P>0.05).

Pada frekuensi buang air besar tidak ada perbedaan signifikan antara yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.089 (P>0.05).

Pada jumlah lokia tidak ada perbedaan signifikan antara yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf siginifikan 0.570 (P>0.05).

Sedangkan pada tinggi fundus uteri dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.007 (P<0.05).

Ada perbedaan yang signifikan pada penyembuhan luka operasi yang dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol dengan taraf signifikan 0.002 (P<0.05).

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan bahwa mobilisasi dini dapat membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi


(52)

darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Mckinder, 2003 dalam Hick, 2007, hlm. 47).

Hasil penelitian tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap buang air kecil tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara kelompok yang dilakukan mobilisasi dini dengan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penghancuran jaringan otot – otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi dan jaringan otot membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dari waktu masa kehamilan. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air kecil.

Buang air besar harus terjadi pada hari kedua sampai ketiga post partum. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa rata – rata ibu buang air besar pada hari kedua pasca operasi baik pada kelompok intervensi dengan mobilisasi maupun pada kelompok kontrol.

Pada hari keempat lokia pada ibu pasca seksio sesarea normalnya 2 x ganti doek/ hari. Lokia yang keluar biasanya lebih banyak daripada darah yang keluar saat menstruasi. Pada hasil penelitian umumnya ibu mengganti doeknya 2 – 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore setelah personal hygiene. Hal ini tidak berpengaruh pada kelompok dengan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini dan sesuai dengan teori.

Penyembuhan luka operasi dan involusi uterus yang baik karena melakukan latihan paska melahirkan dengan mengeluarkan sisa darah dan terhindar dari infeksi


(53)

atau gejala infeksi seperti peningkatan suhu tubuh; perdarahan yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka; involusi uterus yang tidak baik, tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus (Fauzi, C.M, 2007). Pada penelitian bahwa mobilisasi sangat berpengaruh pada involusio uteri dan penyembuhan luka operasi, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok yang dilakukan mobilisasi dini dengan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hala tersebut berkaitan pula dengan teori yang telah diapaparkan sebelumnya.

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambing, meningkatkan produksi panas tubuh; pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan, meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, pengurangan penyakit (Potter., Perry, 2006).


(54)

2. Keterbatasan penelitian

1. Sampel

Pemilihan responden yakni ibu pasca seksio sesarea hari pertama dan tanpa komplikasi tidak terpenuhi yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Namun, jika jumlah sampel sedikit akan mempengaruhi kekuatan analisis (power analisys).

Responden pada penelitian ini diperoleh 32 orang dan dianalisis dengan uji statistik t-independent. Jumlah responden pada penelitian seharusnya 55 orang, namun responden yang ditemukan hanya 32 orang, karena tidak memenuhi kriteria yakni sudah hari ke – 2 bahkan hari ke – 3 pasca seksio sesarea, pasien pasca seksio sesarea maksimal lima hari dirawat di rumah sakit, sementara penelitian dilakukan selama tujuh hari berturut – turut. Oleh sebab itu peneliti harus mendatangi ke rumah – rumah pasien untuk memenuhi prosedur penelitian. Namun hal ini juga merupakan kendala yang besar, dimana peneliti tidak mampu menjangkau rumah pasien yang jaraknya cukup jauh.

2. Desain penelitian

Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen yang bersifat post test only. Yakni hanya menguji efektifitas setelah mobilisasi dini terhadap kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dilihat perbedaanya antara kelompok intervensi dengan perlakuan dengan kelompok kontrol tanpa perlakuan. Sebaiknya pada penelitian berikutnya juga menggunakan desain sesudah pada dua kelompok, yakni sesudah


(55)

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, agar efektifitas mobilisasi dini yang diteliti lebih terlihat perbedaannya dan hasilnya lebih bermakna.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan

Dari hasil penelitian ini telah diketahui bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. Jadi, mobilisasi dapat digunakan juga sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada ibu paska melahirkan spontan.

Namun perlu diperhatikan lagi prosedur pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu sesuai dengan hari paska melahirkan, berapa kali dilakukan mobilisasi dini, dan berapa lama dilakukan mobilisasi dini setiap hari, karena jika tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaan, baik gerakan, frekuensi latihan dan lamanya waktu yang digunaka untuk melakukan mobilisasi dini maka akan berakibat sebaliknya yaitu mencederai ibu paska melahirkan.


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di Ruang Kebidanan RSUD. Dr. Pirngadi Medan ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Distribusi penyembuhan pasien pasca seksio sesarea dapat digambarkan sebagai berikut : rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan rata – rata volume buang air kecil pada kelompok kontrol setelah mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07.

Rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan rata – rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17.

Rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan rata – rata tinggi


(57)

fundus uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98.

Rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok kontrol adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24.

2. fektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea dapat diketahui dari rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi adalah 339 ml dengan standar deviasi 60.55, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata volume buang air kecil setelah mobilisasi dini adalah 361 ml dengan standar deviasi 68.07. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.179 (P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan volume buang air kecil yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak berkaitan dengan teori yang ada bahwa dengan latihan atau bergerak sesering mungkin akan ada penghancuran jaringan yang akan diserap oleh darah dan kemudian diserap oleh ginjal yang menyebabkan ibu akan sering buang air kecil.

Rata – rata frekuensi buang air besar pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.36, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini adalah 1 x/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.089 (P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang


(58)

signifikan frekuensi buang air besar yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini berkaitan dengan teori bahwa pada umumnya ibu buang air besar 1 – 2 kali dalam sehari.

Rata – rata jumlah lokia pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.25, sedangkan pada kelompok kontrol rata - rata jumlah lokia setelah mobilisasi dini adalah 2x ganti doek/hari dengan standar deviasi 0.17. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.570 (P>0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada tidak ada perbedaan yang siginifikan jumlah lokia yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini tidak berkaitan dengan teori bahwa lokia yang keluar akan lebih banyak daripada darah saat menstruasi, jadi dengan demikian ibu akan lebih sering mengganti doeknya.

Rata – rata tinggi fundus uteri pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 5 cm dengan standar deviasi 0.88, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata tinggi fundus uteri setelah mobilisasi dini adalah 6 cm dengan standar deviasi 0.98. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.007 (P<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tinggi fundus uteri yang dilakukan mobilisasi dini dan yang tidak dilakukan mobilisasi dini. Hal ini berkaitan dengan teori bahwa dengan mobilisasi kontraksi uterus lebih sering terjadi, sehingga menyebabkan pengecilan atau atrofi pada uterus (involusi).


(59)

Rata – rata penyembuhan luka operasi pada kelompok intervensi setelah mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.42, sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini adalah 7 hari dengan standar deviasi 0.24. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.002 (P<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan penyembuhan luka operasi yang dilakukan mobilisasi dini dan yang dilakukan mobilisasi dini. Hal ini berkaitan dengan teori bahwa dengan mobilisasi dini jaringan – jaringan luka akan mengecil karena adanya tarikan – tarikan otot polos, sehingga luka bekas operasi akan lebih cepat mengering

B. Saran

1. Bagi Praktik Kebidanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mobilisasi dini memberikan manfaat untuk penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di Ruang Kebidanan RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Oleh karena itu, penting untuk diinformasikan dan diterapkan bahwa mobilisasi dini adalah salah satu intervensi non – farmakologik untuk penyembuhan pasien pasca seksio sesarea di berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas maupun di masyarakat.


(60)

2. Bagi Pendidikan DIV Kebidanan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mobilisasi dini efektif dalam mempercepat proses penyembuhan pasien pasca seksio sesarea, maka penting mengintegrasikan materi ini dalam pendidikan DIV kebidanan terutama dalam materi pembelajaran asuhan kebidanan pada ibu nifas mengenai konsep dan cara mempercepat penyembuhan pasca bersalin dengan tekhnik mobilisasi. 3. Bagi Penelitian Kebidanan

Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan serta mengembangkan penelitian tentang mobilisasi di klinik ataupun di rumah sakit sebagai intervensi yang mampu memberikan dampak positif bagi pasien paska bersalin.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Ancheta, R., Simpkin, P. (2005). Persalinan. Jakarta : EGC

Bobak, L.J. ( 2004a ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta : EGC.

Carpenito. (2000). Perawatan pasca Seksio Caesaria dibuka pada situs http://www.bidanlia.com/25 september 2009

Fauzi, D.A. ( 2007 ). Operasi Caesar pengantar dari A sampai Z. Jakarta : Edsa Mahkota.

Kasdu, D ( 2003 ). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara Llewellyn, Derek. ( 2002 ). Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6 Jakarta :

Hipokrates.

, (2005). Setiap Wanita. Jakarta : Delapratasa publishing

Manik, M, Sitohang, N.A, dan Asiah, N. 2009. Panduan Penulisan Karya Tulis

Ilmiah. Medan : Tidak dipublikasikan

Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan, dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

, (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta : EGC Gallagher, C.M. ( 2004 ). Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga. Nursalam. ( 2008 ). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


(62)

Oxorn, H. ( 2003 ), Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan Human of

Labor

Labor and Birth, Jakarta : Yayasan Essentia Medica.

Potter., Perry, ( 2006 ). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, Jakarta : EGC.

Pritchard. ( 1999 ). Obstetri Williams, Edisi ketujuh belas, Surabaya : Airlangga University Press.

Roper. (2002). Mobilisasi pasca Seksio Caesaria, dibuka pada situs,

Salmah, dkk. (2006). Asuhan persalinan Normal. Jakarta : EGC

Stoppard, Miriam. (2007). Kehamilan dan Kelahiran. Jakarta : Pustaka Pelajar Sastroasmoro, P.,Sarwono. ( 2002 ). Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis,

Edisi Kedua. Jakarta : CV Sagung Seto.

Saryono. ( 2008 ). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Surininah. ( 2006 ). Memilih Melahirkan secara Alamiah atau Seksio, dibuka pada situs : Http://

www.ayahbunda-. ( 2006 )www.ayahbunda-. Pasca Caesar 6 Minggu bisa pulih, dibuka pada situs :


(63)

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Khairul Bariah / 095102019 adalah mahaiswi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca Bedah Seksio Cesaria”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya, saya mohon kesediaan ibu dalam melakukan pelaksanaan tentang tujuan penelitian saya. Jika, ibu bersedia silahkan tanda tangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Medan, Januari 2010 Peneliti Responden


(64)

Lampiran 2

PROSEDUR PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA

1. Definisi mobilisasi dini

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan pasien pada 6 jam pertama pasca seksio sesarea.

2. Tujuan mobilisasi dini

Membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan untuk menghindari terjadinya infeksi, konstipasi (sembelit), serta kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh.

3. Manfaat mobilisasi dini

a. Meningkatkan curah jantung b. Menguatkan otot jantung c. Menurunkan tekanan darah

d. Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan e. Meningkatkan mobilitas lambung

f. Meningkatkan produksi panas tubuh g. Meningkatkan toleransi terhadap stres


(65)

h. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit 4. Persiapan sebelum mobilisasi

a. Persiapan pasien

i. Ruangan yang tenang dan nyaman ii. Didampingi oleh suami atau keluarga b. Persiapan bidan

c. Alat

i. Tempat tidur yang nyaman ii. Bantal

5. Persiapan mobilisasi A. Mobilisasi pasien hari 1-4 :

1. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak kaki

• Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran dengan telapak kaki satu demi satu. Gerakan itu seperti sedang menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ibu ke satu arah, lalu ke arah lainnya. Kemudian regangkan masing – masing telapak kaki dengan cara menarik jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki ke arah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini 2 atau 3 kali sehari.


(66)

• Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas itu ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat ibu menghembuskan nafas.

• Kemudian tarik nafas sedikit lebih dalam. Tempatkan kedua tangan di atas tulang rusuk, sehingga ibu dapat merasakan paru – paru mrngembang, lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya.

• Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga merasakan tarikan di perut. Hal ini akan merangsang jaringan – jaringan di sekitar bekas luka. Sangga bekas luka operasi dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut di atas daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak 3 atau 4 kali.

3. Duduk tegak

• Tekuk lutut dan miring ke samping.

• Putar kapala ibu dan gunakan tangan – tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan sampai ibu berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat.

• Kemudian, mulailah memeindahkan berat tubuh ke tangan , sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul ke arah belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam – dalam beberapa kali, luruskan tulang punggung dengan


(67)

cara mengangkat tulang – tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali.

4. Bangkit dari tempat tidur

• Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan – pelan ke sisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong ke depan dan perlahan turunkan telapak kaki ibu ke lantai.

• Tekanlah sebuah bantal dengan ketat di atas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian, cobalah bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kedua kaki

5. Berjalan

• Dengan bantal tetap tertekan di atas bekas luka, berjalanlah ke depan. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

6. Berdiri dan meraih

• Duduk di bagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga berdiri.

• Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan – lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.


(68)

7. Menarik perut

• Berbaring di tempat tidur dan kontraksikan otot – otot dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut.

• Perlahan – lahan letakkan kedua tangan di atas bekas luka dan tarik perut menjauhi tangan ibu. Lakukan 5 kali tarikan, dan lakukan 2 kali sehari.

8. Saat menyusui

• Tarik perut sambil menyusui. Tarik otot – otot perut selama beberapa detik lalu regangkan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui.

B. Mobilisasi hari 4 – 7 1. Menekuk pelvis

• Tarik perut dan tekan punggung bagian bawah ke tempat tidur. Jika dilakukan dengan benar panggul akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukan selama 2 detik.

2. Meluruskan kaki

• Berbaring dengan lutut tertekuk dan bernafas secara normal, lalu luruskan kaki di atas tempat tidur, menjauhi tubuh. Saat mendorong tumit, luruskan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan di sekitar luka. Lakukan 4 kali dorongan untuk masing - masing kaki.


(69)

• Berbaring di atas tempat tidur, tekukkan kaki ke atas dan rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari – jari kaki.

• Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah bahu, lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi tubuh. Lakukan 6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing tubuh.

4. Menggulingkan lutut

• Berbaring di tempat tidur , kemudian letakkan tangan di samping tubuh untuk menjaga keseimbangan

• Perlahan – lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali ayunan lutut ke masing – masing sisi. Akhiri dengan meluruskan kaki.

5. Posisi jembatan

• Berbaring di atas tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk. Rentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki ke bawah dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

6. Posisi merangkak

• Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang pada kedua tangan dan kaki di atas tempat tidur. Saat ibu dapat mempertahankan posisi merangkak tanpa


(70)

merasa tak nyaman sedikitpun, ibu dapat menambah beberapa gerakan dalam rangkaian ini.

• Tekan tangan dan kaki di tempat tidur, dan coba untuk melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong ke arah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa seolah – olah menggoyang- goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5 kali sehari.

• Tekan bagian tengah punggung ke arah bawah, saat melengkung tubuh ke bawah, ibu bisa merasakan perut meregang. Kemudian, saat meluruskan punggung, berkonsentrasilah menarik perut.

Gerakan – gerakan di atas dilakukan selama 7 hari berturut – turut dan ibu harus melakukan gerakan yang sesuai dengan lamanya hari pasca operasi seksio sesarea.


(1)

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

Penyembuhan Pasien Pasca Seksio Sesarea setelah Mobilisasi Dini

No.Responden

Volume BAK

Frekuensi BAB

Jumlah Lokia

TFU

Penyembuhan

Luka Operasi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32


(2)

Lampiran 4

PROTAP PENELITIAN TENTANG EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI

TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA BEDAH

SEKSIO CAESARIA DI RSU.Dr. PIRNGADI MEDAN

1.

Peneliti memberikan surat izin penelitian kepada direktur RSU.Dr.Pirngadi

Medan setelah mendapatkan izin dari Program Studi D-IV Bidan Pendidik

Fakulatas Keperawatan Sumatera Utara.

2.

Setelah mendapatkan izin dari Direktur, peneliti melaksanakan penelitian di

ruangan Kebidanan RSU.Dr.Pirngadi Medan.

3.

Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat

penelitian dan memperoleh persetujuan dari responden.

4.

Responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(informed consent).

5.

Peneliti memberikan pengarahan tentang pelaksanaan prosedur mobilisasi

dini pada responden.

6.

Peneliti memberikan intervensi tentang mobilisasi dini pada responden dan

dilakukan selama 15 menit dalam sehari selama tujuh hari.


(3)

T-Test

Group Statistics

mobilisasi dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean volume buang air kecil

setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

dilakukan 32 339.06 60.554 10.705

tidak dilakukan 32 360.94 68.078 12.035

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confiden

ce Interval

of the Differenc

e

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

volume buang air kecil setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

Equal variances assumed

.501 .482 -1.358 62 .179 -21.875 16.106 -54.071 10.321

Equal variances not assumed

-1.358 61.169 .179 -21.875 16.106 -54.080 10.330

Group Statistics

mobilisasi dini N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean frekuensi buang air

besar setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

dilakukan 32 1.16 .369 .065


(4)

Group Statistics

mobilisasi dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean jumlah lokia setelah

mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

dilakukan 32 2.00 .254 .045

tidak dilakukan 32 1.97 .177 .031

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper jumlah lokia setelah Equal variances assumed

.001 .970 .571 62 .570 .031 .055 -.078 .141

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper frekuensi buang air besar setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol Equal variances assumed

14.384 .000 1.729 62 .089 .125 .072 -.020 .270

Equal variances not assumed

1.729 44.52 4


(5)

Group Statistics

mobilisasi dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean tinggi fundus uteri

setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

dilakukan 32 5.156 .8839 .1563

tidak dilakukan 32 5.813 .9899 .1750

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper tinggi fundus

uteri setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

Equal variances assumed

.311 .579 -2.797 62 .007 -.6563 .2346 -1.1252 -.1873

Equal variances not assumed


(6)

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper penyembuhan

luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

Equal variances assumed

15.808 .000 -3.269 62 .002 -.281 .086 -.453 -.109

Equal variances not assumed

-3.269 50.021 .002 -.281 .086 -.454 -.108

Group Statistics mobilisasi

dini N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

penyembuhan luka operasi setelah mobilisasi dini pada kelompok intervensi dan kontrol

dilakukan 32 6.78 .420 .074

tidak dilakukan