Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

(1)

Lampiran I

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang,

Bersama ini saya, Siti Muthi’atun Naila adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan status kesehatan jaringan pendukung gigi pada perokok ringan, sedang, dan berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Selain itu, tujuan jangka panjang dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan rongga mulut masyarakat khususnya bagi perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Disamping itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan edukasi bagi para perokok untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya.

Manfaat penelitian ini bagi Bapak adalah memberi pengetahuan kepada Bapak tentang status kesehatan jaringan pendukung gigi akibat merokok. Merokok dapat menyebabkan beberapa masalah dalam rongga mulut seperti terdapat banyak noda pada gigi, banyak karang gigi, gusi menjadi lebih mudah berdarah pada saat menyikat gigi, bahkan gigi akan menjadi goyang sehingga memerlukan pemeliharaan kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Diharapkan, setelah mengetahui status kesehatan jaringan pendukung gigi, Bapak mampu menjaga kebersihan rongga mulut dan mengurangi kebiasaan merokok.

Perlakuan yang diterima oleh Bapak adalah pertama kami akan memilih peserta penelitian sesuai dengan persyaratan yang ditentukan kemudian Bapak akan menandatangani surat tanda kesediaan untuk turut serta dalam penelitian ini. Selanjutnya, Bapak akan mengisi lembar pertanyaan yang saya berikan. Setelah itu saya akan melakukan pemeriksaan menggunakan kaca mulut dan prob periodontal untuk melihat kondisi rongga mulut dan pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit pada rongga mulut Bapak. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 10 menit per orang.

Sebanyak 80 orang akan ikut dalam penelitian ini yaitu semua peserta adalah laki-laki yang merokok di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang berusia 18 tahun keatas, dan setuju untuk menjadi peserta penelitian.

Data yang diperoleh nantinya akan saya simpan dengan baik dan dijamin kerahasiaannya, begitu juga ketika hasil penelitian ini akan saya publikasikan. Kesediaan


(2)

Bapak sangat saya hargai dan bukan merupakan paksaan. Sewaktu-waktu bila Bapak ingin mengundurkan diri dapat mengajukan pada saya dan saya berjanji hal ini tidak akan mengurangi pelayanan yang diberikan selama berobat di RSGM USU.

Sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Bapak dalam penelitian ini, saya akan memberikan sebuah sikat dan pasta gigi sehingga Bapak dapat lebih menjaga kesehatan rongga mulut.

Bila ada hal yang kurang berkenan atau merasa kenyamanan terganggu, Bapak dapat menghubungi saya Siti Muthiatun Naila (telp. 085760770785).

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,


(3)

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

No. Telp/Hp :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan pada penelitian yang berjudul:

“Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara”

Maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan,

Mahasiswa peneliti Peserta Penelitian


(4)

(5)

LAMPIRAN III Nomor :

Tanggal : ..……….

Data Subjek Penelitian

“Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang dan Berat

di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ”

KUISIONER

Nama Lengkap :

A. Data Responden

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

No. Hp/Telp :

Pilih satu jawaban yang biasa anda lakukan.

B. Pertanyaan Status Kebersihan Rongga Mulut dan Kebiasaan Merokok

1. Berapa kali anda menyikat gigi dalam satu hari? a. 1x dalam satu hari

b. 2x dalam satu hari 1

DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(6)

c. Lebih dari 2x dalam satu hari d. Tidak tentu

2. Kapan waktu yang anda gunakan untuk menyikat gigi?

a. Pagi dan malam hari 2

b. Setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur c. Sebelum sarapan pagi dan malam sebelum tidur d. Setiap selesai mandi

e. Tidak tentu

3. Berapa lama biasanya anda menyikat gigi? a. Kurang dari 1 menit

b. 1-2 menit 3

c. Lebih dari 2 menit d. Tidak tentu

4. Apakah anda memakai pasta gigi saat menyikat gigi?

a. Ya 4

b. Tidak

5. Apakah gusi anda berdarah pada saat menyikat gigi?

a. Ya 5

b. Tidak

6. Apakah anda rutin memeriksakan gigi anda ke dokter gigi? a. Ya

Setiap 6 bulan sekali

Setiap 1 tahun sekali 6 Lainnya, _____________________ (sebutkan)


(7)

b. Tidak c. Tidak tentu

7. Kapan terakhir kali anda berkunjung ke dokter gigi? a. 3 bulan yang lalu

b. 6 bulan yang lalu 7

c. 1 tahun yang lalu d. Tidak pernah

e. Lainnya, ______________________ (sebutkan) 8. Apakah anda memilik penyakit sistemik?

a. Ya, _____________________________ (sebutkan) 8 b. Tidak

9. Apakah anda seorang perokok?

a. Ya 9

b. Tidak

10. Jika anda seorang perokok, berapa banyak jumlah rokok yang anda konsumsi per hari?

a. < 10 batang rokok per hari 10

b. 10-20 batang rokok per hari c. > 20 batang rokok per hari

11. Apa alasan anda merokok? a. Stress atau jenuh

b. Kebiasaan 11

c. Faktor lingkungan d. Mengikuti pergaulan


(8)

e. Lainnya, ____________________________ (sebutkan)

12. Berapa kali anda mengonsumsi rokok dalam sehari? a. 1 – 5 kali per hari

b. 6 – 10 kali per hari 12

c. > 10 kali per hari

13. Kapan saja anda merokok? a. Ketika stress atau jenuh b. Ketika selesai makan

c. Ketika berkumpul bersama teman 13

d. Kapan saja

e. Lainnya, ___________________________ (sebutkan)

14. Sudah berapa lama anda mengonsumsi rokok? a. < 10 tahun

b. 11 – 20 tahun 14

c. > 20 tahun

15. Apa jenis rokok yang biasa anda konsumsi?

a. Filter, ________________ (sebutkan) 15


(9)

C. Pemeriksaan Rongga Mulut 1. Pemeriksaan Gigi Geligi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan :

X = Missing teeth Jumlah gigi-geligi =

... K = Karies

√ = Radiks (sisa akar gigi) O = Tambalan

2. Pemeriksaan Jaringan Periodontal (Indeks Periodontal Russell)

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Kriteria Penilaian :

Sko r


(10)

Jumlah gigi yang diperiksa Jumlah skor seluruh gigi_

= ………

0 Negatif Tidak ada kerusakan jaringan periodontal dan tidak ada kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung 1 Gingivitis ringan Adanya daerah yang mengalami peradangan pada daerah

gingiva bebas tetapi tidak mengelilingi gigi

2 Gingivitis Adanya peradangan yang mengelilingi ggi tetapi tidak terjadi kerusakan pada perlekatan epitel

6 Gingivitis disertai dengan

pembentukan poket periodontal

Perlekatan epitel terputus, adanya poket periodontal, fungsi pengunyahan normal, gigi masih tetap berada pada soketnya dan tidak adanya tilting

8 Kerusakan periodontal yang berat dan

kehilangan fungsi pengunyahan

Kemungkinan adanya gigi goyang dan kehilangan gigi, tilting, adanya bunyi tumpul saat dilakukan perkusi dengan logam atau gigi terlihat tidak stabil saat berada dalam soket


(11)

Lampiran IV

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

1. Peralatan Penelitian

No Peralatan Kuantitas Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga (Rp)

1 Prob Periodontal

UNC 15 2 unit Rp 185.000,- Rp 370.000,- 2 Kaca mulut 2 unit Rp 31.000,- Rp 62.000,- 3 Sonde halfmoon 2 unit Rp 20.000,- Rp 40.000,- 4 Pinset 2 unit Rp 35.000,- Rp 70.000,- 5 Pipet tetes 5 unit Rp 1.000,- Rp 5.000,- 6 Nierbeken 2 unit Rp 25.000,- Rp 50.000,-

Sub Total Rp 597.000,-

2. Bahan Penelitian

No Peralatan Kuantitas Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga (Rp)

1 Sarung tangan

disposable 2 kotak Rp 56.000,- Rp 112.000,- 2 Masker 1 kotak Rp 24.000,- Rp 24.000,- 3 Celemek 2 pack Rp 50.000,- Rp 100.000,- 4 Larutan disclosing

agent 2 botol Rp 8.000,- Rp 16.000,- 5 Kapas 5 pack Rp 3.000,- Rp 15.000,- 6 Alkohol 70% 1 L Rp 30.000,- Rp 30.000,- 7 Larutan Desinfektan 500 mL Rp 65.000,- Rp 65.000,-


(12)

8 Sabun cuci tangan 255 mL Rp 25.000,- Rp 25.000,- 9 Tissu 5 pack Rp 10.000,- Rp 50.000,-

Sub Total Rp 437.000,-

3. Administrasi dan lain-lain

No Peralatan Kuantitas Harga

Satuan (Rp)

Jumlah Harga (Rp)

1 Fotokopi lembar

pemeriksaan 100 set Rp 1.000,- Rp 100.000,- 2 Administrasi Ethical

Clearance - - Rp 100.000,-

3 Pembelian souvenir (sikat

dan pasta gigi) 100 unit Rp 5.000,- Rp 500.000,- 4 Alat tulis 1 kotak Rp 12.000,- Rp 12.000,-

Sub Total Rp 712.000,-

4. Total Dana yang Dibutuhkan

No Keterangan Jumlah (Rp)

1 Peralatan Penelitian Rp 597.000,- 2 Bahan Penelitian Rp 437.000,- 3 Administrasi dan lain-lain Rp 712.000,- 4 Biaya Tak Terduga (10%) Rp 174.600,-

Total Rp 1.920.600,-

Total Biaya Penelitian Rp 1.920.600,-


(13)

Lampiran V

BIODATA PENELITI

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Siti Muthi’atun Naila

2. Status Mahasiswa

3. NIM 120600089

4. Tempat dan Tanggal Lahir Medan/ 17 Desember 1994

5. Alamat Rumah Jl. Kesatria Gg. Damai No. 3 Medan 20122

6. E-mail

7. No. Telepon/Hp 085760770785

B. Riwayat Pendidikan

Program SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Nama Sekolah MIN Medan Sunggal

MTs Negeri 3 Medan

MAN 1 Medan

Universitas Sumatera Utara

Tahun Masuk 2000 2006 2009 2012


(14)

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid < 30 tahun 39 48.8 48.8 48.8

30-50 tahun 29 36.3 36.3 85.0 > 50 tahun 12 15.0 15.0 100.0 Total 80 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Mahasiswa 31 38.8 38.8 38.8

Wiraswasta 44 55.0 55.0 93.8

PNS 5 6.3 6.3 100.0

Total 80 100.0 100.0

Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 kali 13 16.3 16.3 16.3

2 kali 55 68.8 68.8 85.0 Lebih dari 2 kali 11 13.8 13.8 98.8 Tidak tentu 1 1.3 1.3 100.0 Total 80 100.0 100.0

Berapa lama biasanya anda menyikat gigi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kurang dari 1 menit 20 25.0 25.0 25.0

1-2 menit 41 51.3 51.3 76.3 Lebih dari 2 menit 15 18.8 18.8 95.0 Tidak tentu 4 5.0 5.0 100.0 Total 80 100.0 100.0


(15)

Apakah anda memakai pasta gigi saat menyikat gigi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 79 98.8 98.8 98.8

Tidak 1 1.3 1.3 100.0 Total 80 100.0 100.0

Apakah gusi anda berdarah saat menyikat gigi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 33 41.3 41.3 41.3

Tidak 47 58.8 58.8 100.0 Total 80 100.0 100.0

Apakah anda rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 16 20.0 20.0 20.0

Tidak 64 80.0 80.0 100.0 Total 80 100.0 100.0

Kapan terakhir kali berkunjung ke dokter gigi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 6 bulan yang lalu 11 13.8 13.8 13.8

1 tahun yg lalu 11 13.8 13.8 27.5 Tidak pernah 35 43.8 43.8 71.3 Lainnya 23 28.8 28.8 100.0 Total 80 100.0 100.0

Apakah anda memiliki penyakit sistemik?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak 80 100.0 100.0 100.0


(16)

Apakah anda seorang perokok?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya 80 100.0 100.0 100.0

Apa alasan anda merokok?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Stres atau jenuh 11 13.8 13.8 13.8

Kebiasaan 31 38.8 38.8 52.5 Faktor kebiasaan 23 28.8 28.8 81.3 Mengikuti pergaulan 11 13.8 13.8 95.0 Lainnya 4 5.0 5.0 100.0 Total 80 100.0 100.0

Berapa kali anda mengonsumsi rokok dalam sehari?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1-5 kali per hari 29 36.3 36.3 36.3

6-10 kali per hari 24 30.0 30.0 66.3 > 10 kali per hari 27 33.8 33.8 100.0 Total 80 100.0 100.0

Kategori Perokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Perokok ringan < 10 batang

rokok per hari

25 31.3 31.3 31.3

Perokok sedang 10-20 batang rokok per hari

32 40 41.3 72.5

Perokok berat > 20 batang rokok per hari

23 28.7 27.5 100.0


(17)

Kapan saja anda merokok?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ketika stres atau jenuh 8 10.0 10.0 10.0

Ketika selesai makan 6 7.5 7.5 17.5 Ketika berkumpul bersama

teman

14 17.5 17.5 35.0

Kapan saja 49 61.3 61.3 96.3

Lainnya 3 3.8 3.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

Sudah berapa lama anda merokok?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1-10 tahun 35 43.8 43.8 43.8

11-20 tahun 28 35.0 35.0 78.8 > 20 tahun 17 21.3 21.3 100.0 Total 80 100.0 100.0

Apa jenis rokok yang biasa anda konsumsi?

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Filter 75 93.8 93.8 93.8

Non filter 5 6.3 6.3 100.0 Total 80 100.0 100.0

Kategori PI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Skor 2 52 65.0 65.0 65.0

Skor 6 22 27.5 27.5 92.5

Skor 8 6 7.5 7.5 100.0


(18)

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Skor Indeks Periodontal (PI) 80 2.2455 .98818 1.23 5.56 Skor Indeks Debris 80 1.5639 .45123 .67 3.00 Skor Indeks Kalkulus 80 2.10 .500 1 3 Skor OHIS 80 3.6525 .82371 2.16 6.00 Skor PCR 80 62.436 9.7035 42.0 91.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor Indeks Periodontal Russell

N 80

Normal Parametersa,b Mean 2.2455 Std. Deviation .98818 Most Extreme Differences Absolute .249

Positive .249

Negative -.152

Kolmogorov-Smirnov Z 2.225

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(19)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Perce

nt

N Percent N Percent

Kategori Perokok * Kategori PI

80 100.0 %

0 .0% 80 100.0%

Kategori Perokok * Kategori PI Crosstabulation

Count

Kategori PI

Total Skor 2 Skor 6 Skor 8

Kategori Perokok Perokok ringan < 10 batang rokok per hari

21 3 1 25

Perokok sedang 10-20 batang rokok per hari

22 8 2 32

Perokok berat > 20 batang rokok per hari

9 11 3 23


(20)

Oneway

Descriptives

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minim um

Maxim um Lower

Bound

Upper Bound Skor PI Perokok ringan : < 10

batang rokok per hari

25 1.7756 .62403 .12481 1.5180 2.0332 1.23 4.10

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

32 2.3945 1.08202 .18836 2.0109 2.7782 1.40 5.56

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

23 2.5559 1.02260 .21802 2.1025 3.0093 1.35 4.13

Total 80 2.2455 .98818 .11048 2.0256 2.4654 1.23 5.56

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig. Skor PI 10.106 2 77 .051

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Skor PI Between Groups 8.373 2 4.187 4.688 .012

Within Groups 68.770 77 .893 Total 77.143 79


(21)

Post Hoc Tests Multiple Comparisons LSD Dependent Variable (I) Klasifikasi Perokok (J) Klasifikasi Perokok Mean Differen ce (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound Skor PI Perokok ringan :

< 10 batang rokok per hari

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

-.61895* .25058 .016 -1.1179 -.1200

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.78031* .27626 .006 -1.3304 -.2302

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.61895* .25058 .016 .1200 1.1179

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.16136 .26012 .537 -.6793 .3566

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.78031* .27626 .006 .2302 1.3304

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

.16136 .26012 .537 -.3566 .6793

Skor ID Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

-.23767* .11829 .048 -.4732 -.0021

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.13040 .13042 .321 -.3901 .1293

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.23767* .11829 .048 .0021 .4732

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

.10727 .12280 .385 -.1372 .3518

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari


(22)

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

-.10727 .12280 .385 -.3518 .1372

Skor IC Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

-.29168* .12875 .026 -.5481 -.0353

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.33547* .14195 .021 -.6181 -.0528

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.29168* .12875 .026 .0353 .5481

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.04379 .13365 .744 -.3099 .2224

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.33547* .14195 .021 .0528 .6181

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

.04379 .13365 .744 -.2224 .3099

Skor OHIS Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

-.53301* .21227 .014 -.9557 -.1103

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.41831 .23403 .078 -.8843 .0477

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.53301* .21227 .014 .1103 .9557

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

.11470 .22035 .604 -.3241 .5535

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.41831 .23403 .078 -.0477 .8843

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari


(23)

Skor Plak Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

.42327 2.60438 .871 -4.7627 5.6093

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.41764 2.87135 .885 -6.1352 5.2999

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

-.42327 2.60438 .871 -5.6093 4.7627

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

-.84091 2.70353 .757 -6.2243 4.5425

Perokok berat : > 20 batang rokok per hari

Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari

.41764 2.87135 .885 -5.2999 6.1352

Perokok sedang : 10-20 batang rokok per hari

.84091 2.70353 .757 -4.5425 6.2243


(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Irianto K. Epidemiologi penyakit menular dan tidak menular panduan klinis. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2014: 468-72.

2. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah E. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2010: 220-2.

3. World Health Organization (WHO). Global Health Observatory (GHO) data Prevalence of tobacco us 2015).

4. Jain CD et al. Comparative analysis of periodontal health status by CPI Index in cigarette somkers and non-smokers. International Journal of Advanced Health Science 2014; 1(1): 2-5.

5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013: 132-5.

6. Alamsyah RM. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status periodontal remaja di kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009: 31-4.

7. Sitepoe M. Usaha mencegah bahaya merokok. Jakarta: Gramedia, 1997: 7-10. 8. Bustan MN. Menejemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2015:261-70.

9. Ng M, et al. Smoking prevalence and cigarette consumption in 187 countries, 1980-2012. J American Med Assoc 2014; 311(2): 183-92.

10. Jacob SP. Smoking as a risk factor for periodontitis: A literature review. Rev Odonto J 2010; 25(4): 406-11.

11. Neto JBC, Rosa EF, Pannuti CM, Romito GA. Smoking and periodontal tissues: a review. Braz Oral Res 2012; 26(1): 25-31.

12. Mohamed S, Anakiram C. Periodontal status among 35-44 years old tobacco users in Karnataka, India. Indian Journal of Public Health 2013; 57(2): 105-8. 13. Malhotra R, Kapoor A, Grover V, Kaushal S. Nicotine and periodontal tissues.


(25)

Journal of Indian Society of Periodontology 2010; 14(1): 72-8.

14. Kolte AP, Kolte RA, Laddha RK. Effect of smoking on salivary composition and periodontal status. Jorunal of Indian Society of Periodontology 2012; 16(3): 350-2.

15. Arowojulu MO, Fawole OI, Dosumu EB, Opeodu OI. A comparative study of oral hygiene status of smokers and non-smokers in Ibadan, Oyo state. Nigerian Medical Journal 2013; 54(4): 240-3.

16. Gautam DK, Jindal V, Gupta SC, Tuli A, Kotwal B, Thakur R. Effect of cigarette smoking on the periodontal health status: A comparative, cross sectional study. J Indian Soc Periodontol 2011; 15(4): 383-7.

17. Rajali M, Palmer RM, Coward P, Wilson RF. A retrospective study of periodontal disease severity in smokers and non-smokers. British Dent Journal 2005; 198(8): 495-8.

18. Abu M. The effect of smoking on periodontal disease: An evidence-based comprehensive literature review. Journal of Stomatology 2014; 4: 33-41.

19. Bergstrom J, Eliasson S, Dock J. Exposure to tobacco smoking and periodontal health. Journal of Clinical Periodontology 2000; 27(1): 61-8.

20. Tomar SL, Asma S. Amoking-attributable periodontitis in the United States: finding from NHANES III. National Health Nutrition Examination Survey. J Periodontol 2000; 71(5): 743-51.

21. Erdemir EO, Sonmez IS, Oba AA, Bergstorm J, Caglayan O. Periodontal health in children exposed to passive smoking. J Clin Periodontol 2010; 37(2): 160-4. 22. Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed.,

Philadelphia: WB Saunders, 2007: 97.

23. Shetty AC. Patiens’ awareness of the relationship between smoking and periodontal disease in Kingdom of Saudi Arabia. Journal of Dentistry and Oral Hygiene 2015; 7(5): 60-3.

24. Sredeevi M, Ramesh A, Dwarakanath. Periodontal status in smokers and non-smokers: A clinical, microbiological, and histopatological study. Int D of J 2012; 1-10.


(26)

25. Novak MJ, Novak KF, Preshaw PM. Smoking and periodontal disease. In: Carranza FA ed. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed 11., Missouri: Elsevier, 2012: 294-301.

26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesian Nomor. 1022/MENKES/SK/XI/2008. Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif. 11-4.

27. The Tobacco Atlas. Our largest objective is to dramatically reduce the consumption of combustible cigarettes. September 2015).

28. Wigand JS. Additives, cigarette design and tobacco product regulation. Japan : Kobe, 2006: 2-42.

29. Geiss O, Kotzias D. Tobacco, cigarettes and cigarette smoke. Italy: Luxembourg, 2007: 1-10.

30. Wibowo A, dkk. Kesehatan masyarakat di Indonesia konsep, aplikasi dan tantangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014: 323-9.

31. Kusuma ARP. Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut. Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi Unisula 2013; 1-8.

32. Pejcic A, Obradovic R, Kesic L, Kojovic D. Smoking and periodontal disease a review. Journal of Medcine and Biology 2007; 14(2): 53-9.

33. Lawande SA. Effect of smoking on periodontal therapy. International Jorunal of Health Science and Research 2014; 4(5): 248-58.

34. Torkzaban P, Khalili Z, Ziaei N. Smoking and periodontal disease. Avicenna J Dent Res 2013; 5(2): 1-7.

35. Javed F, Ahmed HB, Romanos GE. Assotiation between environmental tobacco smoke and periodontal disease: A systematic review. Environmental Research 2014; 133: 117-22.

36. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2004: 128.

37. Jogezai U, Maxood A, Khan NA. Comparison of periodontal health status of smokers versus non-smokes. J Ayub Med Coll Abbottabad 2013; 25(1-2): 183-6.


(27)

38. Eley BM, Soory M, Manson JD. The aetiology of periodontal disease. In: Periodontics. 6th ed., Missouri: Elsevier, 2010: 36-41.

39. Jenco RJ. Risk factor for periodontal disease. In: BC Decker Periodontal Medcine. London: BC Decker Inc, 2000: 12-9.

40. Taggart EJ, Perry DA. Gingival disease. In: Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., Philadelphia: WB Saunders, 2007: 102-8.

41. James E. Hinrichs and M. John Novak. Classification of disease and conditions affecting the periodontium. In: Carranza FA ed. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed 11., Missouri: Elsevier, 2012: 34-42.

42. Taggart EJ, Perry DA. Periodontal disease. In: Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., Philadelphia: WB Saunders, 2007: 124-5.

43. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Ed ke-4., Jakarta: CV Sagung Seto, 2011: 368.

44. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Ed ke-3., Jakarta: Salemba Medika, 2010: 21.

45. Perry DA. Epidemiology of Periodontal Disease. In: Perry AD, Beemsterboer PL. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed., Philadelphia: WB Saunders, 2007: 48-9.

46. Reimondos et al,. Smoking and Young Adults in Indonesia. The 2010 Greater Jakarta Transition of Adulthood Survey 2010: 1-6.

47. World Heath Organization (WHO). The Global Adult Tobacco Survey : Indonesian Report 2011, 2011 : 14-35.

48. The Health and Social Care and Information Centre National Statistic UK. Preventive behavior and risks to oral health – a report from the adult dental health survey, 2011: 7-13.

49. Peeran et al., Periodontal status and risk factors among adults of sebha city (Libya). International Journal of Dentistry 2012; 1-5.


(28)

attitudes, and behavior of adults in China. International Dental Journal 2005; 55: 231-41.

51. Singh S, et al,. Association between tobacco smoking and periodontal status among bank employees of Meerut city. Journal of Dental Research and Review 2015; 2(2): 67-9.

52. Pereira A, Castro A, Ramos Q, Alves C. Effect of cigarette smoking on oral hygiene status. Rev Odonto Cienc 2013; 28(1): 4-7.

53. Petrovic M et al,. Comparative analysis of smoking influence on periodontal tissues in subjects with periodontal disease. Journal of the Academy of Medical Sciences of Bosnia and Herzegovina 2013; 25(3): 196-8.

54. Anil SW et al,. Oral hygiene status and periodontal treatment needs of Nigerian male smokers. TAF Prev Medicine Bulletin 2010; 9(2): 107-12.

55. Warnakulasuraiya S, et.al,. Oral heatlh risk of tobacco use and effects of cessation. International Dental Journal 2010; 60(1): 7-30.

56. Gaphor SM, Ali SH, Abdullah MJ. Evaluation of Salivary Interleukin-1beta

(IL-1β) Level in Relation to the Periodontal Status in Smoker and Non-smoker Individuals. J Interdiscpl Med Sci 2014; 2(3): 1-5.

57. Camargo et al,. Level of prostaglandin E2 (PGE2) in gingival crevicular fluid from smokers and non-smokers in gingivitis and chronic periodontitis disease. Journal of Dentistry and Oral Hygiene 2015; 7(5): 54-9.

58. Ali BJ et al,. Periodontal health status of heavy and light smokers and its correlation with salivary superoxide dismutase enzyme (A comparative study). J Bagh College Dentistry 2013; 25(3): 97-102.


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan November 2015 – Januari 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua orang yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.3.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah perokok yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi USU. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti agar maksud dan tujuan penelitian dapat tercapai.

3.3.2.1 Besar Sampel

Pertimbangan penentuan besar sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan rumus43,44:


(30)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

α = level of significant, penelitian ini menggunakan α = 5%, sehingga Zα = 1,96 β = power of test, penelitin ini menggunakan β = 10%, sehingga Zβ = 1,282 S = Standar deviasi, SD = 0,19

X1–X2 = selisih proporsi yang dianggap bermakna, pada penelitian ini digunakan X1–X2 = 10%

Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel sesuai dengan rumus diatas, diperoleh hasil sebanyak 80. Maka total sampel yang diperlukan dalam penelitian ini sebesar 80 orang yang merupakan perokok yang berada di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

- Subjek berusia 18-65 tahun - Keadaan umum subjek baik

- Subjek merupakan perokok aktif (minimal 1 batang rokok per hari) - Masih memiliki gigi asli minimal 15 gigi

- Tidak melakukan pembersihan karang gigi < 6 bulan - Laki-laki

- Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

3.4.2 Kriteria Eksklusi

- Subjek mengonsumsi obat-obatan sistemik - Pecandu alkohol

- Memakai pesawat ortodonti 80 8 , 75 1 , 0 19 , 0 ) 282 , 1 96 , 1 ( 2 ) ( 2 2 2 2 1 ≈ =       + =     − + = n n X X S Z Z


(31)

3.5 Variabel Penelitian Variabel Bebas

- Perokok

Variabel Tergantung

Status periodontal yang diukur berdasarkan : - Indeks Periodontal Russell

Variebel Terkendali

- Subjek merupakan perokok aktif, minimal 1 batang rokok per hari - Jenis rokok yang dikonsumsi adalah rokok tembakau

- Jenis kelamin - Usia

Variabel Tidak Terkendali

- Diet


(32)

3.6 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Pemeriksaan dan

Alat Ukur Kategori

Skala Data

1. Perokok Seseorang yang

mengonsumsi rokok dengan jumlah minimal 1 batang per hari dan lama

konsumsi minimal 1 tahun

Wawancara terpimpin dengan menggunakan

kuisioner

- Nominal

2. Kategori perokok Pengelompokan perokok berdasarkan banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi seseorang dalam sehari Wawancara terpimpin dengan menggunakan kuisioner a. Perokok ringan : < 10 batang rokok per hari b. Perokok

sedang : 10 – 20 batang rokok per hari c. Perokok

berat : > 20 batang rokok per hari

Ordinal

3. Indeks Periodontal Russell

Indeks untuk

mengevaluasi kondisi gingiva dan menilai kedalaman poket dan kehilangan tulang

Pemeriksaan pada rongga mulut dengan menilai seluruh gigi menggunakan kaca mulut dan prob periodontal UNC 15. Kriteria Penilaian :

0 = Negatif. Tidak ada kerusakan jaringan periodontal dan tidak ada kehilangan fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung

1 = Gingivitis ringan. Adanya daerah yang mengalami peradangan pada daerah gingiva bebas tetapi tidak mengelilingi gigi

2 = Gingivitis. Adanya

peradangan yang mengelilingi gigi tetapi

tidak terjadi kerusakan pada perlekatan epitel 6 = Gingivitis disertai


(33)

dengan pembentukan poket. Perlekatan epitel terputus, adanya poket periodontal, fungsi pengunyahan normal, gigi masih tetap berada pada soketnya dan tidak adanya tilting

8 = Kerusakan

periodontal yang berat dan kehilangan fungsi pengunyahan.

Kemungkinan adanya gigi goyang dan kehilangan gigi, tilting, adanya bunyi tumpul saat dilakukan perkusi dengan logam atau gigi terlihat tidak stabil saat berada dalam soket

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

- Kaca mulut - Sonde - Pinset

- Prob periodontal UNC 15 - Nirbeken

- Celemek

- Sarung tangan dan Masker - Alkohol

- Larutan desinfektan


(34)

3.8 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.8.1 Pemberian Informed Concent dan Pengisian Kuisioner

Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta untuk menandatangani lembar informed concent. Setelah itu, subjek diminta mengisi beberapa pertanyaan yang ada pada kuisioner melalui wawancara.

3.8.2 Pemeriksaan Jaringan Periodontal dengan Indeks Periodontal Russell

Setelah subjek terpilih menjawab beberapa pertanyaan yang tertera pada kuisioner, selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan jaringan periodontal untuk melihat keadaan jaringan periodontal subjek penelitian untuk mendapatkan skor indeks periodontal Russell dari subjek. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut akan ditentukan apakah subjek termasuk penderita gingivitis ringan, gingivitis disertai dengan pembentukan poket, atau telah adanya destruksi tulang yang dilihat melalui kehilangan perlekatan. Pengukuran ini dilakukan pada seluruh gigi-geligi. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan Prob Periodontal UNC 15. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pemeriksaan.45

Gambar 5. Pemeriksaan jaringan periodontal menggunakan prob periodontal UNC 15


(35)

3.8.3 Pencatatan Hasil Pemeriksaan

Setelah semua rangkaian pemeriksaan diatas telah dilaksanakan, lakukan pencatan pada hasil pengamatan yang dilakukan. Pencatatan hasil pengamatan dilakukan pada lembar pemeriksaan yang tersedia. Seluruh data hasil pengamatan pada subjek penelitian akan dikumpulkan dan dilakukan pengolahan dan analisis data.


(36)

3.9 Skema Alur Penelitian

Skema alur penelitian yang akan dilakukan :

Mencari sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dari populasi penelitian

Memberikan informed concent kepada sampel yang terpilih untuk meminta kesediaan sampel berpartisipasi dalam penelitian dengan memberikan lembar penjelasan kepada calon sampel penelitian dan lembar persetujuan

Pengisian kuisioner

Pemeriksaan kondisi jaringan periodontal subjek dengan menggunakan Indeks Periodontal Russell

Pencatatan hasil pemeriksaan

Pengumpulan dan pengolahan data


(37)

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, koding dan entry data, kemudian dilakukan analisis data menggunakan analisis statistik dengan menggunakan uji nonparametrik Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak. Apabila data terdistribusi normal, analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji ANOVA one way untuk melihat perbedaan status periodontal pada perokok di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Nilai p dianggap bermakna apabila p<0,05 dengan interval kepercayaan 95%.

3.11 Etika Penelitian

Etika penelitian mencakup:

1. Lembar persetujuan (informed concent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

2. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat nasional.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 di Instalasi Periodonsia RSGM USU pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuisioner dan pemeriksaan klinis yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada 80 orang perokok sebagai subjek penelitian. Seluruh subjek penelitian berhasil mengikuti kegiatan penelitian ini hingga selesai. Subjek penelitian hanya diperiksa satu kali saja pada saat tertentu dan data hasil penelitian akan langsung dicatat. Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1 Kelompok usia a. < 30 tahun b. 30 – 50 tahun c. > 50 tahun

39 29 12 48,8 36,3 15

Total 80 100

2 Frekuensi menyikat gigi a. 1x dalam sehari b. 2x dalam sehari

c. Lebih dari 2x dalam sehari d. Tidak tentu

13 55 11 1 16,3 68,8 13,8 1,3

Total 80 100

3 Gusi berdarah saat menyikat gigi a. Ya

b. Tidak

33 47

41,3 58,8

Total 80 100

4 Kunjungan terakhir ke dokter gigi a. 3 bulan yang lalu

b. 6 bulan yang lalu c. 1 tahun yang lalu d. Tidak pernah e. Lainnya 0 11 11 35 23 0 13,8 13,8 43,8 28,8


(39)

Tabel 3 memperlihatkan bahwa kelompok usia <30 tahun merupakan subjek terbanyak yaitu dengan jumlah 39 orang (48,8%) dibandingkan dengan subjek pada kelompok usia lainnya. Selain itu, sebagian besar dari subjek penelitian menyikat gigi 2 kali dalam satu hari yaitu sebanyak 55 orang (68,8%). Sebanyak 41,3% atau 33 orang dari subjek penelitian ini mengalami perdarahan gusi pada saat menyikat gigi, sementara 47 orang (58,8%) lainnya tidak mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi. Sementara itu dari seluruh subjek yang diteliti, sebanyak 35 orang atau 43,8% bahkan tidak pernah mengunjungi dokter gigi sebelumnya, baik untuk dilakukan perawatan gigi ataupun hanya untuk memeriksakan kondisi rongga mulutnya.

Data kebiasaan merokok pada penelitian ini terdiri dari jumlah rokok yang dikonsumsi per hari dan lama merokok. Data tersebut akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Data kebiasaan merokok subjek penelitian

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1 Jumlah rokok yang dikonsumsi per hari a. < 10 batang rokok per hari

b. 10 – 20 batang rokok per hari c. > 20 batang rokok per hari

25 32 23 31,3 40 28,7

Total 80 100

2 Lama merokok a. ≤ 10 tahun b. 11 – 20 tahun c. > 20 tahun

35 28 17 43,8 35 21,3

Total 80 100

Data yang disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian cenderung mengonsumsi rokok 10 – 20 batang per hari yaitu sebanyak 32 orang (40%). Sementara itu, lama merokok termasuk kedalam data kebiasaan merokok yang cukup diperhitungkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35 orang (43,8%) telah merokok selama ≤ 10 tahun lamanya.

Data mengenai keadaan jaringan periodontal subjek pada penelitian ini merupakan hasil dari pemeriksaan klinis yang telah dilakukan. Penilaian klinis


(40)

jaringan periodontal tersebut dilakukan dengan menggunakan Indeks Periodontal Russell. Data hasil penelitian akan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5. Data skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat Kategori

Perokok

Indeks Periodontal Russell

Total Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor 6 Skor 8

n % N % n % n % n %

Perokok ringan 0 0 0 0 21 26,3 3 3,7 1 1,25 25 Perokok sedang 0 0 0 0 22 27,5 8 10 2 2,5 32 Perokok berat 0 0 0 0 9 11,2 11 13,8 3 3,75 23

Total 0 0 52 65 22 27,5 6 7,5 80

Tabel 5 menunjukkan bahwa hampir seluruh subjek memiliki indeks periodontal Russell dengan skor 2 yaitu gingivitis sebanyak 65% dan kebanyakan subjek merupakan perokok sedang. Selain itu diperoleh juga indeks periodontal Russell dengan skor 6 yaitu gingivitis dengan pembentukan poket periodontal dengan jumlah 27,5% dan skor 8 yaitu destruksi tulang disertai adanya kehilangan fungsi pengunyahan sebanyak 7,5%. Pada masing-masing skor tersebut didominasi oleh perokok berat.

Pada tabel 6, rerata skor indeks periodontal pada perokok berat menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan kelompok perokok lainnya, yaitu 2,55±1,02 dengan nilai signifikan 0,012 (p<0,05), sedangkan kelompok perokok ringan menunjukkan hasil 1,78±0,62 dan perokok sedang 2,39±1,08. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat.

Tabel 6. Perbandingan rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat

Parameter n Perokok

Ringan n Perokok Sedang N Perokok Berat p PI 25 1,78±0,62 32 2,39±1,08 23 2,55±1,02 0,012* Keterangan : *Uji One Way ANOVA signifikan pada nilai p <0,05


(41)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain adalah berupa data demografi, data riwayat dental, data kebiasaan merokok dan skor indeks periodontal Russell dari subjek penelitian. Data tersebut meliputi usia, frekuensi dan waktu menyikat gigi, dan kunjungan rutin ke dokter gigi. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek dengan kelompok usia <30 tahun merupakan kelompok subjek terbanyak dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu berjumlah 39 orang (48,8%). Reimondos dkk dalam penelitian yang dilakukan di Jakarta pada tahun 2011 menyatakan bahwa pada umumnya laki-laki dengan kelompok usia 25-29 tahun merupakan kelompok yang paling banyak mengonsumsi rokok yaitu sebesar 40%. Namun, kelompok usia yang mengonsumsi rokok dengan jumlah yang cukup banyak per harinya adalah kelompok usia 30-34 tahun.46 Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Gautam dkk yang menyatakan perokok dengan usia <35 tahun merupakan kelompok terbanyak yaitu sebanyak 96 dari 200 responden.16

Sementara itu, persentase frekuensi sikat gigi terbanyak adalah dua kali sehari yaitu 55 responden (68,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sonbul dkk., di Saudi Arabia yang menunjukkan 91% subjek menyikat giginya dua kali sehari dan 9% menyikat gigi satu kali sehari.48 The Health and Social Care Information Centre tahun 2011 juga memiliki data bahwa sebanyak 75% orang pada kelompok usia dewasa meyikat gigi sebanyak dua kali dalam sehari dan 54% diantaranya berusia 16-24 tahun.49 Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Peeran dkk yang menyatakan hanya 21,23% dari seluruh responden menyikat gigi dua kali dalam satu hari.50

Hasil penelitian mengenai kebiasaan merokok subjek penelitian terdiri atas jumlah rokok yang dikonsumai per hari dan lama merokok. Berdasarkan banyaknya rokok yang dikonsumsi per hari, diperoleh hasil sebanyak 32


(42)

responden (40%) diantaranya menghisap sekitar 10-20 batang rokok per hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk yang menyatakan bahwa sebanyak 53 dari 117 orang mengonsumsi rokok berkisar 10-20 batang per hari.51 Selain itu, penelitian Mohamed dkk juga menunjukkan bahwa 130 dari 459 orang mengonsumsi lebih dari 10 batang rokok per hari.12

Global Adult Tobaco Survey: Indonesia Report 2011 menyebutkan bahwa 63,8% dari perokok mengunsumsi rokok secara rutin setiap hari dan 9,5% lainnya mengonsumsi rokok hanya sesekali saja.47 Selain itu, 35 responden (43,8%) telah mengonsumsi rokok selama ≤ 10 tahun. Hasil serupa juga diperoleh oleh Sreedevi dkk yang menunjukkan 50 dari 100 subjek yang diteliti telah merokok selama 1-5 tahun.24 Mohamed dkk juga menyebutkan bahwa 397 dari 459 responden telah mengonsumsi rokok selama 1-10 tahun.12 Namun, penelitian yang dilakukan Singh dkk menunjukkan bahwa perokok dengan lama merokok <10 tahun hanya 12 dari 117 responden.51

Variabel yang diamati adalah skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat. Secara umum, skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor indeks periodontal pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pereira dkk yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara skor indeks periodontal pada perokok berat dan ringan dimana skor indeks periodontal pada perokok berat lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan.52

Pada penelitian ini didapatkan hasil sebanyak 52 responden memiliki skor 2 (gingivitis), 21 orang diantaranya merupakan perokok ringan, 22 orang perokok sedang, dan 9 orang lainnya adalah perokok berat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pereira dkk yang menyatakan bahwa perokok berat cenderung lebih sedikit mengalami inflamasi gingiva dibandingkan dengan perokok ringan.52 Sreedevi dkk juga menyatakan inflamasi gingiva yang terjadi


(43)

pada perokok memiliki rerata skor yang lebih kecil dibandingkan dengan bukan perokok.24

Para ahli telah banyak melakukan penelitian tentang faktor risiko merokok yang berperan cukup signifikan terhadap terjadinya penyakit periodontal. Perbandingan status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat dapat dilihat berdasarkan manifestasi klinis berupa meningkatnya kedalaman poket, adanya kehilangan perlekatan gingiva dan kehilangan tulang serta perdarahan gingiva yang ditandai dengan adanya inflamasi gingiva sebagai tanda awal terjadinya penyakit periodontal. Namun, inflamasi gingiva pada perokok berat memiliki rerata skor yang lebih rendah dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang.53 Pereira dkk52 dan Anil dkk54 menjelaskan bahwa nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan mengubah serta memperburuk sirkulasi gingiva sehingga berkurangnya inflamasi gingiva. Feldman dkk cited Gautam dkk juga menjelaskan nikotin dalam rokok menyebabkan vasokonstriksi lokal, mengurangi aliran darah, oedema dan bertindak sebagai penghambat tanda awal yang pada umumnya terjadi pada jaringan periodontal melalui berkurangnya inflamasi gingiva, warna kemerahan, dan perdarahan.16 Oleh karena itu, inflamasi gingiva lebih sedikit ditemukan pada perokok berat akibat paparan nikotin dengan jumlah yang banyak sehingga menyebabkan terjadinya keratinisasi gingiva.55

Selain itu, 22 orang dari total seluruh responden memiliki skor 6 (gingivitis disertai dengan pembentukan poket periodontal) dimana 3 orang merupakan perokok ringan, 8 orang perokok sedang, dan 11 orang perokok berat. Enam orang responden lainnya memiliki skor 8 (destruksi tulang disertai kehilangan fungsi pengunyahan), satu diantaranya adalah perokok ringan, 2 orang perokok sedang, dan 3 orang perokok berat. Hal ini sejalan dengan penelitian Gaphor dkk yang menyatakan bahwa perokok berat memiliki rerata skor kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang yang lebih besar (3,02±0,84 dan 2,8±0,87) jika dibandingkan dengan perokok ringan (2,7±0,56 dan


(44)

2,4±0,58).56 Singh dkk dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kedalaman poket pada perokok berat secara signifikan memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan. Perokok ringan memiliki skor periodontal yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perokok berat.51

Warnakulasuriya dkk telah merangkum beberapa hasil penelitian dari para ahli tentang risiko kesehatan rongga mulut dan efek yang ditimbulkan akibat merokok. Rangkuman tersebut menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okamoto dkk yang menunjukkan risiko penyakit periodontal dihubungkan dengan klasifikasi perokok. Hasilnya adalah perokok berat berisiko lebih tinggi terkena penyakit periodontal lalu kemudian perokok sedang, dan risiko terendah ada pada kelompok perokok ringan dengan rasio masing-masing 3,9 : 1,7 : 1,3.55

Penelitian ini memperoleh hasil mengenai status periodontal pada perokok sedang yang berjumlah 32 responden. Dua puluh dua diantaranya memiliki skor 2, 8 orang memiliki skor 6, dan 2 orang lainnya memiliki skor 8. Namun hasil penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan teori dan hasil penelitian para ahli lainnya karena belum banyak teori yang membahas mengenai status periodontal pada kelompok perokok sedang. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapat mengenai pengklasifikasian perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi oleh perokok tersebut dalam satu hari. Pereira dkk,52 Camargo dkk,57 dan Ali dkk58 berpendapat bahwa perokok ringan adalah orang yang mengonsumsi rokok ≤10 batang rok ok per hari dan perokok berat >10 batang rokok per harinya. Namun disisi lain, Singh dkk51 dan Kaldahl dkk cited Lawande33 menyebutkan perokok ringan mengonsumsi <20 batang rokok per hari dan perokok berat ≥20 batang rokok per hari.

Tanda klinis terjadinya inflamasi terlihat lebih sedikit pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perubahan respon inflamasi atau perubahan respon vaskularisasi gingiva. Walaupun tidak ada perbedaan yang signifikan pada densitas vaskular gingiva sehat yang telah diteliti pada perokok dan bukan perokok, respon mikrosirkulasi dari akumulasi plak menunjukkan adanya perubahan pada perokok dibandingkan


(45)

dengan bukan perokok dimana perkembangan inflamasi, peningkatan aliran cairan sulkus gingiva, perdarahan pada saat probing, dan pembuluh darah gingiva lebih sedikit pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.25

Di sisi lain, konsentrasi oksigen pada jaringan gingiva sehat terlihat lebih rendah pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok, meskipun demikian secara tidak langsung hal ini menunjukkan adanya inflamasi sedang. Temperatur subgingiva pada perokok lebih rendah dibandingkan dengan bukan perokok, dan pemulihan vasokonstriksi yang disebabkan oleh pemberian anestesi lokal akan terjadi lebih lama pada perokok. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan pada mikrovaskularisasi gingiva pada perokok yang menyebabkan menurunnya aliran darah dan mengurangi tanda-tanda inflamasi gingiva.25

Sementara itu, kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang cenderung meningkat pada perokok berat dibandingkan dengan perokok ringan. Calsina dkk dan Mahuca dkk cited Gaphor dkk dalam penelitiannya menjelaskan kehilangan perlekatan pada perokok lebih besar dibandingkan bukan perokok disebabkan efek paparan dosis dari berbagai zat kimia yang terkandung dalam rokok yang dihisap dan kemungkinan hal tersebut memengaruhi penyakit periodontal. Penjelasan yang menungkinkan adalah adanya efek kumulatif merokok pada mikroorganisme pada jaringan periodontal, melemahkan sistem imun dan regulasi sitokin.56 Merokok meregulasi ekspresi pro-inflamasi sitokin, seperti interleukin-1 yang terlibat dalam meningkatkan kerusakan jaringan dan resorpsi tulang alveolar.18 Ali dkk menyebutkan bahwa kedalaman poket dan kehilangan perlekatan yang lebih tinggi pada perokok berat tidak hanya disebabkan oleh oral hygiene yang buruk, tetapi ada juga efek langsung dari rokok yang dapat merusak jaringan.58

Hipotesis penelitian ini diterima yaitu ada perbedaan status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat di Fakults Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Hal ini terbukti dengan diperolehnya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perokok berat memiliki rerata skor indeks periodontal Russell yang lebih tinggi dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang.


(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Ada perbedaan yang bermakna pada rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat pada perokok di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara (p<0,05). Perokok berat memiliki rerata skor indeks periodontal yang lebih tinggi (2,55±1,02) dibandingkan dengan perokok ringan dan sedang (1,78±0,62 dan 2,39±1,08).

6.2Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai status periodontal pada perokok ringan, sedang, dan berat ditinjau berdasarkan lamanya merokok.

2. Dokter gigi turut berperan serta dalam memberikan nasihat dan motivasi pada pasien perokok agar melakukan selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya dan melakukan kontrol berkala secara rutin ke dokter gigi untuk mencegah akumulasi kalkulus dan kerusakan tulang.

3. Pasien perokok terutama perokok berat diharapkan agar memperhatikan kesehatan rongga mulutnya dengan memelihara kebersihan rongga mulut dan memeriksakan gigi secara rutin untuk mencegah penumpukan plak, stein dan kalkulus serta mencegah kerusakan tulang.


(47)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Merokok

2.1.1 Kebiasaan Merokok dan Prevalensinya

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang sangat lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan telah dianggap sebagai epidemi, baik di negara maju maupun negara berkembang.8,25 Perokok sangat mudah ditemukan dimana saja, baik itu laki-laki dan perempuan, anak-anak – lansia, kaya dan miskin; tidak terkecuali. Prevalensi merokok lebih tinggi ditemukan pada kelompok usia muda (≤34 tahun) dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua (≥55 tahun) , dan hal ini lebih umum ditemui pada laki-laki (30,9%) dibandingkan perempuan (25,1%).25

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok. Secara umum dapat dibagi dalam tiga bagian: 1) Faktor farmakologis, salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, 2) Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman, 3) Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya sekedar untuk menikmati asap rokok.6

Menurut Silvan Tomkins cited Alamsyah, ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan management of affect theory yaitu6 :

1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif, dengan merokok seseorang merasa akan penambahan rasa yang positif. Ada dua subtipe perilaku merokok : a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan

yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan. 2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Sebagian orang merokok

untuk mengurangi perasaan negatif misalnya bila ia marah, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.


(48)

3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok setiap saat setelah efek dari rokok berkurang.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin.

Gaya hidup merokok telah menjadi suatu masalah kesehatan karena merokok merupakan faktor risiko yang mendukung terjadinya berbagai macam penyakit dan membawa kematian berjuta penduduk dunia.8 Lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan. The Jakarta Global Youth Survey melaporkan bahwa 89% dari anak-anak sekolah yang disurvei terpajan asap rokok lingkungan di tempat-tempat umum. Anak-anak yang terpapar pada asap tembakau mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkhitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma bronkial. Kesehatan yang buruk pada usia dini mungkin akan menyebabkan kesehatan yang buruk pula pada saat dewasa.26

Namun demikian, tingkat konsumsi rokok terus meningkat. Pada tahun 2014, sekitar 5,8 triliun rokok dihisap oleh perokok dan diperkirakan ada lebih dari 1,3 miliar perokok di seluruh dunia (sekitar 1 miliar laki-laki dan 300 juta orang perempuan). Pola konsumsi rokok di setiap negara sangat bervariasi. Merokok sering dihubungkan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat, dimana lebih dari 80% dari jumlah perokok tersebut hidup di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah.25,27

China merupakan negara dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi di dunia,

baik pada laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut bukan hanya dilihat dari seberapa sering seseorang mengonsumsi rokok per hari, tetapi juga intensitas merokok yang tinggi atau jumlahrokok yang dihisapolehperokokper hari.27

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KEPMENKES) tahun 2008 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara terbesar ke-7 di dunia yang memproduksi tembakau. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, Jepang dan Rusia, dengan 31,5% prevalensi merokok, 80%


(49)

diantaranya mengkonsumsi rokok kretek, dan lebih dari 60% berada di daerah pedesaan. Pada tahun 2002, jumlah rokok yang dihisap penduduk Indonesia mencapai lebih 200 miliar batang.26

Namun data terbaru dari The Tobacco Atlas menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai negara dengan tingkat konsumsi rokok terbesar di dunia.27

Gambar 1. Tingkat konsumsi rokok per orang per tahun: usia ≥ 15 tahun, 201427

Data mengenai prevalensi merokok sangat bervariasi. Sumber data tersebut berupa data frekuensimerokok danjenisrokok yang dikonsumsi. Data mengenai frekuensi merokok, fokusnya tertuju pada perokok harian atau merokokminimal satu kali per hari, mengingat risiko kesehatan yang signifikan berhubungan dengan merokok setiap hari, bahkan pada tingkat konsumsi yang rendah sedangkan untuk data mengenai jenis rokok yang dihisap, fokus penelitian tertuju pada semua produk rokok yang dikonsumsi oleh masyarakat.27

2.1.2 Komponen Rokok

Rokok merupakan suatu produk komersial berbentuk silindris berdiameter 5-8 mm yang terdiri atas tembakau, kertas pembalut dan penapis dengan panjang total 70-100 mm dan panjang penapis 15-25 mm.28,29 Rokok adalah salah satu produk

1. CHINA Perokok di China mengonsumsi hingga 29 batang rokok per hari


(50)

tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu dan bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina tobacum atau yang biasa disebut dengan tembakau.8

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat tingkat produksi tembakau yang tinggi. Produksi tembakau di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2009, total produksi tembakau di Indonesia mencapai 176,94 ton. Namun, sekitar 98% produk tembakau di Indonesia digunakan untuk rokok.30

Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditas internasional.8 Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Bahan tersebut umumnya bersifat toksik, karsinogenik di samping beberapa bahan yang bersifat radioaktif dan adiktif. Rokok menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan dalam tubuh ketika dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).25,31

Komponen gas adalah berbagai macam gas berbahaya yang dihasilkan oleh asap rokok; terdiri dari nitrosamin, nitrosopirolidin, hidrasin, vinil klorida, uretan, formaldehid, hidrogen sianida, akrolein, asetaldehida, nitrogen oksida, amonia piridin, dan karbon monoksida.31,32 Komponen partikel adalah bahan yang terserap dari penyaringan asap rokok menggunakan filter cartridge dengan ukuran pori-pori 0,1μm, terdiri dari tar, nikotin, benzantrachne, benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzol dan kresol.31

Bahan kimia yang yang paling berbahaya dalam asap rokok adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik.8,31 Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.31


(51)

Nikotin merupakan senyawa yang paling aktif secara farmakologi didalam asap rokok.32 Nikotin merupakan bahan alkaloid alam yang bersifat toksik, berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap dan dapat menimbulkan ketergantungan psikis. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara.13 Nikotin memberikan efek terhadap sistem kardiovaskular. Selama merokok, terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sehingga memengaruhi terjadinya vasokonstriksi.8,32 Nikotin juga berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblas ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblas, serta dapat merusak sel membran.31

Gas karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan satu batang rokok dapat mencapai 3-6%, gas ini dapat dihisap oleh siapa saja, baik oleh perokok itu sendiri, orang yang berada di dekat perokok, ataupun orang yang berada pada ruangan yang sama dengan perokok.30 Gas karbonmonoksida (CO) dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit). Gas karbonmonoksida (CO) memiliki afinitas dengan haemoglobin (Hb) sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen terhadap haemoglobin (Hb).31 Zat ini akan berikatan dengan oksigen dan membentuk carboxihaemoglobin. Seorang perokok memiliki kadar carboxihaemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, yaitu sekitar 2-15%.8

Asap rokok yang dihisap ke dalam paru oleh perokoknya disebut asap rokok utama (main stream smoke), sedang asap yang berasal dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan (side stream smoke). Polusi udara yang ditimbulkan oleh asap rokok utama yang dihembuskan lagi oleh perokok dan asap rokok sampingan disebut asap rokok lingkungan atau environmenttal tobacco smoke.26

Kandungan bahan kimia pada asap rokok sampingan ternyata lebih tigggi dibanding asap rokok utama, antara lain karena tembakau terbakar pada temperatur lebih rendah ketika rokok sedang tidak dihisap, membuat pembakaran menjadi kurang lengkap dan mengeluarkan lebih banyak bahan kimia. Oleh karena itu asap


(52)

rokok lingkungan berbahaya bagi kesehatan dan tidak ada kadar pajanan minimal asap rokok lingkungan yang aman.26

2.1.3 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok

Alamsyah membagi perokok atas tiga kategori, yaitu : 1) bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; 2) perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tetapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan 3) perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.6

Berdasarkan kemampuannya menghisap rokok dalam sehari, perokok dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu8,32 :

1. Perokok ringan, yaitu perokok yang mengonsumsi rokok kurang dari 10 batang per hari.

2. Perokok sedang, yaitu perokok yang mengonsumsi 10-20 batang rokok per hari. 3. Perokok berat, yaitu perokok yang mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok per

hari.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi di bagi tiga jenis6,7:

1. Rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok putih memiliki kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin. Kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rokok kretek dan hal ini dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya. Kadar tar dan nikotin yang tergolong rendah ini menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan.

2. Rokok kretek yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek memiliki kandungan tar dan nikotin yang lebih besar dibandingkan dengan rokok putih, yaitu sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin.


(53)

3. Rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis7 :

1. Rokok Filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus. 2. Rokok Non Filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat

gabus.

Menurut Bustan, lamanya seseorang merokok dapat diklasifikasikan menjadi kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga memiliki dose-response effect, artinya semakin muda usia merokok seseorang, akan semakin besar pengaruhnya.8

2.1.4 Dampak Merokok Terhadap Kesehatan

Merokok merupakan suatu kebiasaan adiktif yang pertama kali diperkenalkan di Eropa.32 Berdasarkan segi kesehatan, tidak ada manfaat yang terkandung di dalam rokok.8 Merokok dapat menimbulkan efek yang berbahaya pada setiap jaringan tubuh, termasuk rongga mulut dan sering dikaitkan dengan beberapa penyakit yang dapat menurunkan harapan dan kualitas hidup seseorang.25,33 Efek sistemik yang dapat ditimbulkan akibat merokok diantaranya infarksi miokardial, penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, penyakit saluran pernafasan, masalah pada sistem reproduksi, emfisema, bronkhitis, impoten, ulkus, osteoporosis, kerutan pada wajah dan kecanduan nikotin.13,25,34 Kebanyakankematian akibatmerokokadalah karenakanker paru-paru, penyakit paru obstruktif kronisdanpenyakit jantung koroner.25

Selain mengganggu keadaan sistemik, merokok juga menimbulkan efek pada rongga mulut. Penyakit rongga mulut yang sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok diantaranya kanker mulut, faring, laring, esofagus dan bibir, abrasi gigi, stein, pembentukan kalkulus, halitosis, gangguan pengecapan, atrisi, luka menjadi lebih lama sembuh, dry socket, hairy dan coated tongue, meningkatkan risiko terjadinya celah bibir dan palatum, penyakit periodontal, dan lain-lain.13


(54)

Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap, bahkan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.31

Selain itu, asap rokok lingkungan juga dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan individu. Individu yang terpapar asap rokok lingkungan juga berpotensi terkena penyakit sistemik maupun rongga mulut.35 Erdemir dkk telah melakukan penelitian mengenai status kesehatan periodontal dan level nikotin pada cairan sulkus gingiva pada anak-anak yang terpapar asap rokok lingkungan. Hasilnya menunjukkan bahwa ada peningkatan level nikotin cairan sulkus gingiva dan berkurangnya level perlekatan jaringan periodontal pada anak yang terpapar asap rokok lingkungan dibandingkan dengan anak yang tidak pernah terpapar asap rokok lingkungan.21

Efek asap rokok lingkungan terhadap kesehatan memang tidak terlihat secara klinis, namun dosis paparan asap rokok lingkungan terlalu banyak di dalam tubuh akan menimbulkan bahaya bagi kesehatan tubuh maupun rongga mulut.35

Gambar 2. Efek merokok pasif terhadap kesehatan26

2.2 Penyakit Periodontal

2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko Penyakit Periodontal

Insidensi penyakit gigi dan mulut, terutama penyakit periodontal, tergolong kelompok penyakit yang cukup banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia, baik


(55)

oleh anak-anak maupun dewasa. Data nasional Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyebutkan prevalensi penyakit periodontal di Indonesia sudah mencapai 96,5%.36

Penyakit periodontal didefinisikan sebagai proses patologi yang terjadi pada jaringan pendukung gigi-geligi yang terdiri atas gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveloar.16,37 Penyakit periodontal hampir selalu mengacu pada terjadinya inflamasi pada jaringan periodontal yaitu gingivitis dan periodontitis.17

Penyakit periodontal merupakan infeksi yang disebabkan oleh plak gigi, namun faktor risiko juga berperan dalam meningkatkan keparahan penyakit serta respon pejamu dan perkembangan bakteri di rongga mulut.24 Plak gigi merupakan faktor etiologi utama yang menyebabkan terjadinya penyakit periodontal dan berperan terhadap perkembangan inflamasi penyakit periodontal.38

Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat pada permukaan gigi, terdiri atas akumulasi mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan rongga mulutnya.2 Plak gigi merupakan biofilm bakteri yang tersusun secara kompleks pada berbagai macam spesies bakteri dalam suatu substrat.38 Beberapa bakteri yang sering dihubungkan dengan penyakit periodontal diantaranya Prevotella intermedia, Eubacterium timidum, Fusobacterium nucleatum, Porphyromonas gingivalis dan lain-lain.24,39

Selain faktor etiologi utama, ada faktor lain atau yang biasa disebut faktor etiologi sekunder yang dapat memperparah penyakit periodontal yaitu faktor lokal dan sistemik. Faktor-faktor tersebut mendukung terjadinya akumulasi plak dan respon gingiva sehingga penyakit periodontal yang terjadi semakin parah. Adapun faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal adalah kalkulus, restorasi yang kurang baik, karies yang parah, impaksi makanan, desain gigi tiruan yang kurang baik, pemakaian pesawat ortodonti, kelainan gigi-geligi, kebiasaan bernafas melalui mulut, konsumsi alkohol, dan kebiasaan merokok.38

Dewasa ini, merokok merupakan faktor risiko yang paling banyak disebutkan sebagai penyebab keparahan penyakit periodontal.16 Hal ini telah dibuktikan dengan beberapa penelitian mengenai hubungan antara merokok dan penyakit periodontal.


(56)

Merokok bukan hanya memberikan pengaruh pada jaringan periodontal saja, tetapi juga berpengaruh terhadap perawatan periodontal. Efek merokok terhadap kesehatan jaringan periodontal dipengaruhi oleh banyaknya dosis asap rokok yang terpapar pada tubuh seorang perokok. Dosis yang terpapar berkaitan dengan berapa banyak jumlah rokok yang dikonsumsi dan berapa lama seseorang telah mengonsumsi rokok selama hidupnya.38

Faktor lain yang dapat menyebabkan penyakit periodontal yaitu faktor sistemik. Beberapa penyakit sistemik yang berkaitan dengan penyakit periodontal adalah diabetes melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, osteoporosis, gangguan sistem imun, faktor hormonal, dan lain-lain.38,39

2.2.2 Gingivitis

Gingivitis merupakan salah satu penyakit yang paling umum diderita oleh manusia. Gingivitis secara sederhana didefinisikan sebagai inflamasi gingiva. Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva tanpa adanya kehilangan perlekatan. Inflamasi ini terjadi pada gingiva dimana epitel penyatu masih utuh melekat pada gigi sehingga perlekatan gigi belum mengalami perubahan.2,40 Gingivitis bersifat ireversibel serta mudah untuk diobati dan dikontrol. Namun, gingivitis sering kali tidak menimbulkan rasa sakit dan jarang diketahui oleh penderitanya. Gambaran klinis gingivitis diantaranya perubahan warna pada gingiva menjadi lebih merah, edema, eksudasi, dan berpotensi terjadi perdarahan pada saat probing. Selain itu, kemungkinan terjadi perubahan kontur gingiva, hilangnya adaptasi jaringan pada gigi, dan meningkatnya aliran cairan sulkus gingiva.40


(57)

Gambar 3. Gingivitis yang terjadi pada perokok, disertai adanya stein dan kalkulus40

2.2.3 Periodontitis

Periodontitis didefinisikan sebagai inflamasi pada jaringan pendukung gigi-geligi yang disebabkan oleh kelompok mikroorganisme tertentu yang spesifik, sehingga menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman probing, resesi, atau keduanya. Tanda klinis yang membedakan periodontitis dan gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan klinis. Hal ini sering disertai dengan adanya pembentukan poket periodontal dan perubahan kepadatan dan ketinggian tulang alveolar. Tanda-tanda klinis dari peradangan, seperti perubahan warna, kontur, dan konsistensi jaringan periodontal, perdarahan saat probing dan kehilangan perlekatan.41

Periodontitis adalah penyakit yang sangat destruktif dan selalu melibatkan peradangan pada jaringan, migrasi epitel penyatu, hilangnya jaringan ikat, dan penghancuran tulang serat kolagen. Secara klinis, kondisi ini terlihat sebagai pembentukan poket dan jaringan yang meradang, resorpsi tulang dan mobiliti gigi terjadi akibat resorpsi tulang alveolar.42


(58)

Gambar 4. Periodontitis dengan kehilangan perlekatan 3-4 mm pada pasien perokok41

2.3 Efek Merokok Terhadap Jaringan Periodontal

2.3.1 Mikrobiologi dan Pembentukan Plak Akibat Merokok

Merokok memiliki efek yang cukup penting terhadap mikroorganisme rongga mulut.32 Peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit periodontal yang berhubungan

dengan merokok menunjukkan adanya interaksi pejamu-bakteri yang menyebabkan

kerusakan jaringan periodontal yang lebih luas. Ketidakseimbangan antara bakteri dan

respon pejamu dapat disebabkan oleh perubahan komposisi plak subgingiva dengan

peningkatan jumlah dan virulensiorganisme patogen, perubahanrespon pejamu terhadap bakteriataukombinasi keduanya.25

Merokok dapat menyebabkan penurunan potensi oksidasi-reduksi yang dapat menyebabkan peningkatan plak bakteri anaerob. Secara statistik, ada peningkatan yang signifikan pada proporsi bakteri gram-positif menjadi bakteri gram-negatif dalam 3 hari pada plak seorang perokok dibandingkandenganbukan perokok.25,32

Asap rokok yang dihasilkan mengandung fenol dan sianida yang memiliki sifat toksik. Secara signifikan, perokok memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi Tannerella forsythensis dibandingkan bukan perokok. Selain itu, Porphyromonas gingivalis pada subgingiva lebih dominan dalam menimbulkan infeksi pada perokok dibandingkan bukan perokok. Namun,tidak adarisiko yang relatiflebih tinggiuntuk infeksidenganbakteri ini.32 Tingkat debris dalam rongga mulutperokok lebih tinggidibandingkan dengan bukan perokok, hal ini mungkin terjadi karena perbedaan kebiasaan menjaga kebersihan mulut, peningkatan tingkat pembentukan plak, atau kombinasi keduanya. Wilson cited Torkzaban dkk menjelaskan bahwa deposit gigi pada perokok menyebabkan permukaangigi menjadi tidak rata sehingga plak gigi lebih mudah melekat pada permukaan gigi.34 Meskipun perokok memiliki lebih banyak plak dibandingkan bukan perokok, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwamerokok dapat meningkatkanperkembangan plak.32


(59)

Beberapa hasil penelitian yang kontroversial mengenai hubungan merokok dan peningkatan plak. Bergstrom dkktidak menemukan perbedaan skor indeks plak pada 285 perokok dan bukan perokok. Selain itu, peneliti tidak menemukan adanya perbedaan

kuantitatif pada tingkat pertumbuhan plak antara perokok dan bukan perokok.34

Sebaliknya, penelitian lain telah menunjukkan perbedaan komposisi bakteri pada plak subgingiva pada perokok dibanding bukan perokok.Pada sisi lain, beberapa penelitian telah gagal membuktikan adanya perbedaan tingkat akumulasi plak pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini menunjukkan bahwa jika terdapat perubahan respon mikroba pada perokok, hal itu merupakan perubahan plak secara kualitatif, bukan kuantitatif.25

2.3.2 Pembentukan Kalkulus pada Perokok

Merokok tembakau sering dikaitkan dengan peningkatan akumulasi kalkulus supragingiva dan subgingiva pada gigi. Perokok memiliki lebih banyak kalkulus dibandingkan dengan bukan perokok. Hal ini disebabkan oleh pH asap rokok yang dihirup dan terpapar dalam rongga mulut.32,34 Pembentukan kalkulus lebih banyak pada perokok juga mungkin disebabkan karena laju aliran saliva yang meningkat. Konsentrasi kalsium meningkat dalam saliva perokok. Nikotin memengaruhi kelenjar eksokrin dengan peningkatan inisial dalam saliva dan sekresi bronkus yang diikuti oleh penghambatan sekresi. Fosfat kalsium ditemukan dalam kalkulus supragingiva berasal dari saliva. Selain itu, ditemukan komponen organik berupa protein dan polipeptida. Jumlah tersebut meningkat pada kalkulus yang ditemukan pada perokok disebabkan oleh efek dari asap rokok dan perubahan pada saliva.32

Ada efek yang kuat antara merokok tembakau terhadap deposisi kalkulus subgingiva. Peningkatan kalkulus subgingiva terjadi dengan meningkatnya paparan rokok sesuai dengan banyaknya dosis yang terpapar. Ada hubungan kuat antara merokok tembakau dan kalkulus supragingiva. Pembentukan dan keparahan kalkulus supragingiva serupa antara orang-orang yang telah berhenti merokok dan yang tidak pernah merokok.34


(60)

2.3.3 Inflamasi dan Perdarahan Gingiva Akibat Merokok

Inflamasi gingiva berkembang melalui beberapa tahap dan akhirnya berubah menjadi periodontitis. Perubahan pada pembuluh darah muncul sebagai manifestasi awal inflamasi gingiva, adanya dilatasi kapiler dan meningkatkan aliran darah. Pada lesi awal, infiltrasi inflamasi juga meningkat secara klinis sehingga menimbulkan pembesaran gingiva. Hal ini diikuti dengan perubahan populasi sel dengan peningkatan jumlah limfosit dan makrofag. Lesi berkembang sebagai konsekuensi dari adanya akumulasi plak bakteri yang dapat menembus ke dalam jaringan. Meningkatnya jumlah sel dalam inflamasi kronis diikuti oleh hilangnya kolagen pada jaringan ikat yang terkena. Namun, dalam tahap ini, masih belum ada kehilangan tulang atau perlekatan jaringan ikat.34

Selain itu, merokok tembakau dapat mengurangi permeabilitas pembuluh darah perifer. Efek yang dihasilkan mungkin dikaitkan dengan tingkat menghirup asap

rokok dan penyerapan nikotin. Nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

perifer yang merusak pembuluh darah gingiva dan mengurangi jumlah oksigen, akibatnya terjadi perdarahan pada saat probing.32,34 Nikotin dari rokok merangsang ganglia simpatik untuk menghasilkan neurotransmitter termasuk katekolamin. Hal ini memengaruhi reseptor alfa pada pembuluh darah yang pada gilirannya menyebabkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi yang dihasilkan oleh nikotin bertanggung jawab terhadap penurunan aliran darah gingiva.32

Perdarahan gingiva pada perokok bukan hanya disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah gingiva saja, tetapi mungkin juga disebabkan oleh adanya keratinisasi gingiva yang terjadi pada perokok.32

Merokok biasanya tidak menyebabkan perubahan yang mencolok pada gingiva. Perokok beratmungkin memilikiperubahan warnakeabu-abuandanhiperkeratosisgingiva, peningkatan jumlah sel keratin ditemukan pada gingiva perokok. Perubahan jaringan epitel digambarkan sebagai keratosis, hiperkeratosis dan hiperplastik. Perdarahan dari margin gingiva merupakan tanda awal terjadinya gingivitis, dan perdarahan gingiva pada


(61)

saat probing banyak digunakan dalam pemeriksaan klinis sebagai tanda dalam mengidentifikasilesiaktif dalampenyakit periodontal.32,34

Tabel 1. Efek Merokok terhadap Prevalensi dan Keparahan Penyakit Periodontal25

Penyakit Periodontal Efek yang Ditimbulkan

Gingivitis Menurunkan inflamasi gingiva dan perdarahan pada probing

Periodontitis - Meningkatkan prevalensi dan keparahan kerusakan jaringan periodontal

- Meningkatnya kedalaman poket, kehilangan perlekatan, dan kehilangan tulang alveolar

- Meningkatkan kerusakan jaringan periodontal - Meningkatkan prevalensi periodontitis

- Tingginya angka kehilangan gigi

- Meningkatkan prevalensi sejalan dengan bertambahnya jumlah rokok yang dikonsumsi per hari


(62)

2.4 Kerangka Teori

Rokok

Klasifikasi Perokok

Berat

Peningkatan stein

Retensi plak meningkat

Peningkatan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan Pembentukan kalkulus meningkat

Inflamasi dan perdarahan gingiva

Filter Non

Filter

Jenis Rokok Komponen Rokok

Nikotin Tar CO

Ringan Sedang

Rokok

Klasifikasi Perokok


(1)

seluruh teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

6. Sahabat terbaik penulis yaitu Ishmah Najla, Maria Ulfah, Chandra Lestari, dan Almira Novianty yang selalu ada untuk membantu dan saling memberikan semangat dan dukungan.

7. Teman seperjuangan Elvi Sahara Lubis dan adik kesayangan Lilia Sarifatamin Damanik dan Muhamad Shaleh yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan doa pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran, dan kritik untuk membangun skripsi ini nantinya menjadi lebih baik. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat digunakan dan memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Medan, 11 Maret 2016 Penulis,

Siti Muthi’atun Naila NIM. 120600089


(2)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesis ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Merokok ... 6

2.1.1 Kebiasaan Merokok dan Prevalensinya ... 6

2.1.2 Komponen Rokok ... 7

2.1.3 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok ... 11

2.1.4 Dampak Merokok Terhadap Kesehatan ... 12

2.2 Penyakit Periodontal ... 14

2.2.1 Etiologi dan Faktor Risiko Penyakit Periodontal ... 14

2.2.2 Gingivitis ... 15

2.2.3 Periodontitis ... 16

2.3 Efek Merokok Terhadap Jaringan Periodontal ... 17

2.3.1 Mikrobiologi dan Pembentukan Plak Akibat Merokok ... 17

2.3.2 Pembentukan Kalkulus pada Perokok ... 18


(3)

2.3.3 Inflamasi dan Perdarahan Gingiva Akibat Merokok ... 19

2.4 Kerangka Teori... 21

2.5 Kerangka Konsep ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 23

3.2.2 Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Populasi ... 23

3.3.2 Sampel ... 23

3.3.2.1 Besar Sampel ... 23

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 24

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 24

3.5 Variabel Penelitian ... 25

3.6 Definisi Operasional ... 26

3.7 Alat dan Bahan ... 27

3.8 Proses Pengambilang dan Pengumpulan Data ... 28

3.8.1 Pemberian Informed Concent dan Pengisian Kuisioner.... 28

3.8.2 Pemeriksaan Jaringan Periodontal dengan Indeks Perio- dontal Russell ... 28

3.8.3 Pencatatan Hasil Penelitian ... 29

3.9 Skema Alur Penelitian ... 30

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.11 Etika Penelitian ... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 32

BAB 5 PEMBAHASAN ... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Efek merokok terhadap keparahan dan prevalensi penyakit perio-

dontal ... 20

2 Definisi operasional ... 26

3 Data demografi dan riwayat dental subjek penelitian ... 32

4 Data kebiasaan merokok subjek penelitian ... 33

5 Data skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang dan berat ... 34

6 Perbandingan rerata skor indeks periodontal Russell pada perokok ringan, sedang, dan berat ... 34


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1 Tingkat konsumsi rokok per orang per tahun: usia ≥15 tahun, 2014 8 2 Efek merokok pasif terhadap kesehatan ... 13 3 Gingivitis pada perokok, disertai adanya stein dan kalkulus ... 16 4 Periodontitis dengan kehilangan perlekatan 3-4 mm pada pasien

Perokok ... 17 5 Pemeriksaan Jaringan Periodontal menggunakan Prob Periodontal


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 2. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

3. Kuisioner dan Lembar Pemeriksaan 4. Anggaran Biaya Penelitian

5. Daftar Riwayat Hidup

6. Surat Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearance) 7. Hasil Analisis Statistik