Kondisi Periodontal Akibat Pemakaian Piranti Ortodonti Cekat Pada Pasien Di Klinik Ortodonti Rsgm Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara

(1)

KONDISI PERIODONTAL AKIBAT PEMAKAIAN

PIRANTI ORTODONTI CEKAT PADA PASIEN DI

KLINIK ORTODONTI RSGM FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

NUR ADILA BINTI YAHYA NIM : 080600170

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2013

Nur Adila Binti Yahya

Penelitian kondisi periodontal akibat pemakaian piranti ortodonti cekat pada pasien di klinik ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

Ix + 38 Halaman

Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Pemakaian piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan komplikasi karena terjadinya kesukaran dalam penjagaan higiena oral.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasi dengan rancangan penelitian Cross-sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 64 orang yang diperoleh dari klinik ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan pasien klinik periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sampel terdiri dari pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang dan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang.

Pembentukan plak terbentuk dengan adanya piranti ortodonti cekat yang menghambat oral higine dan membentuk daerah retensi yang baru untuk plak dan debris sekaligus meningkatkan jumlah mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal dan untuk menentukan prevalensi penderita gingivitis pada pemakaian piranti ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.


(3)

Data yang diambil diuji dengan Uji-T dan Uji Mann-Whitney. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal. Hasil ini tidak bermakna secara statistik. Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pasien namun terdapat perbedaan keparahan hiperplasia gingiva antara pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Keparahan hiperplasia gingiva pasien yang memakai piranti ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Program tentang penjagaan kebersihan rongga mulut yang benar selama pemakaian piranti ortodonti cekat yang sifatnya pencegahan dapat membantu dalam menjaga kesehatan gingiva dan mencegah timbul serta berkembangnya inflamasi pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal. Daftar rujukan : 26 (1997-2012)


(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2013

Nur Adila Binti Yahya

Evaluation on correlation of fixed orthodontic appliance with periodontal conditions on patients in Orthodontic clinic (RSGM) of Dentistry Faculty, University of North Sumatera.

IX + 38 pages

Fixed orthodontic appliance is an appliance that is fixed on teeth that cannot be opened by patients. Fixed orthodontic appliance may cause many oral complications due to the difficulities in maintaining good oral hygiene. Plaque is formed with the appliance of fixed orthodontic appliance which obstruct the maintaince of oral hygiene, by forming a new retention area for plaque and debris which directly increases the number of microbes. The aim of this study is to evaluate the correlation of patients with fixed orthodontic appliance with periodontal conditions and also to determine the prevelance of gingivitis patients which uses fixed orthodontic appliance in Dentistry Faculty, University of North Sumatera.

The type of study that was used is analytic observation with Cross-sectional. Total sample in this study was 64 clinical patients from the department of Orthodontic Rumah Sakit Gigi dan Mulut and clinical patients from the department of Periodontia, Dentistry Faculty of North Sumatera University. The sample consists of


(5)

32 patients which used fixed orthodontic appliance and another 32 patients which doesn’t use fixed orthodontic appliance.

The data was then tested using T-test and Mann-Whitney test. Result from this study shows that there are no correlation between patients with fixed orthodontic appliance with periodontal condition. This result was not significant statistically. Mean of Gingiva Hyperplasia Index on patients with fixed orthodontic appliances was higher than patients without fixed orthodontic appliance. These differences was statistically significant.

The conclusion of this study was there are no correlations between the usage of fixed orthodontic appliances with periodontal condition on patients, but there was a difference in the degree of severity in gingival hyperplasia between patients with fixed orthodontic appliance and patients without fixed orthodontic appliance. The degree of gingival hyperplasia severity was higher on patients which used fixed orthodontic appliance compared to those who did not. Programs on maintaining good oral hygiene while using fixed orthodontic appliances should be taught as a prevention measure in maintaining healthy gingival and prevents gingival inflammation until the risk of periodontal disease can be reduced. References : 26 ( 1997-2012)


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PERSETUJUAN……….. HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ……… KATA PENGANTAR ……….

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL ………. vi

DAFTAR GAMBAR ……… vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………. 3

1.4 Manfaat Penelitian ……… 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pesawat Ortodonti Cekat ………. 4

2.2 Definisi Gingivitis ………. 5

2.3 Resesi Gingiva ……….. 5

2.4 Hiperplasia Gingiva ……….. 5

2.5 Faktor-Faktor Terjadi Gingivitis ……….. 6

2.6 Mekanisme Terjadinya Gingivitis Pada Pasien Yang Memakai Pesawat Ortodonti Cekat ……….. 9

2.7 Kerangka Teori ………. 11

2.8 Kerangka Konsep ……….. 12


(7)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ……… 13

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 13

3.2.1 Tempat ……… 13

3.2.2 Waktu Penelitian ……… 13

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel ………. 13

3.3.1 Populasi ……….. 13

3.3.2 Sampel ……… 14

3.3.3 Besar Sampel ……….. 15

3.4 Definisi Operasional ……….. 16

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ………. 22

3.5.1 Alat Penelitian ……… 22

3.5.2 Bahan Penelitian ………. 22

3.6 Prosedur Penelitian ………. 22

3.7 Analisa Data ……….. 23

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Sampel ……… 24

4.2 Perbedaan Rata-Rata Dan Standard Deviasi Indeks Gingiva, Indeks plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks Resesi Gingiva, Indeks Hiperplasia Gingiva ……….. 27

4.3 Prevalensi Gingivitis...………. 28

4.4 Tingkat Keparahan gingivitis ………. 29

BAB 5 PEMBAHASAN ………. 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 34

DAFTAR PUSTAKA ……….. 35 LAMPIRAN ………


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Kriteria Skor Indeks Gingiva ………. 17 2 Level kebersihan oral dari debris yang melekat dan level higiene oral.. 19 3 Data Demografis sampel penelitian ……… 25


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Skor hiperplasia indeks (HI) ……….. 22

2 Perbedaan Rata-Rata Dan Standard Deviasi Indeks Gingiva, Indeks plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks Resesi Gingiva, Indeks Hiperplasia Gingiva ……….. 27

3 Prevalensi Gingivitis pada kelompok kasus ……… 28

4 Prevalensi Gingivitis pada kelompok kontrol …...………. 28


(10)

KONDISI PERIODONTAL AKIBAT PEMAKAIAN PIRANTI

ORTODONTI CEKAT PADA PASIEN DI KLINIK ORTODONTI

RSGM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

(PERIODONTAL CONDITION DUE TO THE USE OF FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE ON PATIENT IN ORTHODONTIC CLINIC RSGM OF DENTISTRY

FACULTY, UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA)

Nur Adila, Irma Ervina

Departement of Periodontia

Faculty of Dentistry University of Sumatera Utara Jl. Alumni no.2 Kampus USU Medan 20155

Telp. 061 8216131, Fax. 061 8213421 Email. Nuradila89@yahoo.com

_____________________________________________________________________________________ Abstract

Fixed orthodontic appliance is an appliance that is fixed on teeth that cannot be opened by patients. Fixed orthodontic appliance may cause many oral complications due to the difficulities in maintaining good oral hygiene. Plaque is formed with the appliance of fixed orthodontic appliance which obstruct the maintaince of oral hygiene, by forming a new retention area for plaque and debris which directly increases the number of microbes. The aim of this study is to evaluate the correlation of patients with fixed orthodontic appliance with periodontal conditions in Dentistry Faculty (FKG), University of North Sumatera (USU). The type of study that was used is analytic observation with Cross-sectional design. Total sample in this study was 64 clinical patients from the clinic of Orthodontic and clinic of Periodontia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), FKG, USU were selected with accidental sampling technique. The sample consists of 32 patients which used fixed orthodontic appliance and another 32 patients which doesn’t use fixed orthodontic appliance. Clinical examinations on the samples was done using the Gingival Index, Oral Hygiene-Simplified Index (OHIS), Plaque Index, Papilla Bleeding Modified Index, Gingival Recession Index and Gingival Hyperplasia Index. The result of this research showed that the increase of the index was only in gingival hyperplasia index which is case group is higher than the control group. Based on research conducted can be concluded that there is no relationship between the use of fixed orthodontic appliances with periodontal conditions in patients but there is a statistically meaningful differences in the severity of hyperplasia of the gingiva between groups who wear fixed orthodontic appliance with the group who doesn’t wear orthodontic appliance.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan bertujuan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, bicara dan estetis seseorang.

Pemakaian piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan komplikasi pada gingiva karena terjadinya kesukaran dalam penjagaan higiena oral.

1

2

Pembentukan plak terbentuk dengan adanya piranti ortodonti cekat yang menghambat higiena oral dan membentuk daerah retensi yang baru untuk plak dan debris sekaligus meningkatkan jumlah mikroba.

Selain itu, akibat tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat, maka terjadi perubahan pada gingiva. Kekuatan tekanan yang memberikan respon biologis dari struktur jaringan pendukung gigi adalah kekuatan yang tidak melebihi tekanan pembuluh darah kapiler yaitu 20-26 gr/cm

3

2

. Gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah tetapi kemampuannya beradaptasi tidak sama pada setiap orang.

Respon jaringan periodontal terhadap kekuatan yang diberikan tergantung dari besar kekuatan. Kekuatan yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrosis elemen seluler dalam ligamen periodontal dan terjadinya undermining resorption atau indirect resorption pada tulang alveolar. Kerusakan pada gingiva yang akan terjadi


(12)

akibat kekuatan ortodonti yang besar akan menyebabkan gigi bergerak dari soketnya dan jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak sehingga jaringan gingiva akan berubah sesuai dengan kekuatan yang diterimanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva berwarna merah dan odematus.

Piranti ortodonti cekat ini juga mempunyai kelebihan setelah selesai perawatan yaitu dapat mengurangi daerah retensi plak. Hal ini terjadi karena gigi yang tersusun rapi lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan gigi yang berjejal. Dengan mudahnya gigi tersebut dibersihkan maka dapat mengurangi penumpukan sisa-sisa makanan sekaligus mengurangi daerah retensi plak.

4,5

Menurut penelitian Lee dkk., terdapat peningkatan bakteri oral Treponema

denticola dan Tannarelle forystensis yang signifikan pada pasien dewasa yang

menderita gingivitis dan memakai piranti ortodonti cekat. Pada penderita gingivitis, telah ditemukan sejumlah mikroba, diantaranya adalah Actinomyces species, Streptococcus species, Veillonella species, Treponema denticola, Prevotella

intermedia, dan Fusobacterium nucleatum. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengevaluasi terjadinya patogen periodontal pada pasien yang dirawat dengan piranti ortodonti cekat.

6,7

1.2Perumusan Masalah

8

Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul permasalahan sebagai berikut : 1.Apakah ada hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal?


(13)

2.Berapakah prevalensi penderita gingivitis pada pemakai piranti ortodonti cekat di klinik ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara?

1.3Tujuan Penelitian

1.Untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal.

2.Untuk menentukan prevalensi penderita gingivitis pada pemakaian piranti ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

1.4Manfaat penelitian

1.Memberikan informasi kepada pemakai piranti ortodonti cekat tentang peningkatan risiko menderita gingivitis.

2.Meningkatkan kesadaran tentang penjagaan higiena oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, bicara dan estetis seseorang, tetapi perawatan ortodonti dapat juga menyebabkan komplikasi karena terjadinya kesukaran di dalam penjagaan higiena oral.9 Piranti ortodonti cekat dapat membentuk daerah retensi yang baru bagi plak maupun debris dan juga meningkatkan jumlah mikroba sehingga akumulasi plak dalam rongga mulut meningkat.10 Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi gingivitis meningkat pada pemakai piranti ortodonti cekat.

2.1 Definisi piranti ortodonti cekat.

11

Piranti ortodonti cekat merupakan suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Piranti ortodonti cekat ini mampu menggerakkan gigi dengan beberapa macam gerakan seperti rotasi, tiping, intrusi, ekstrusi dan juga dapat menggerakkan akar gigi. Oleh karena itu, piranti ortodonti cekat dapat digunakan untuk merawat maloklusi. Kekurangan dalam pemakaian ortodonti cekat ini adalah penjagaan higiena oral menjadi lebih sukar. Plak dan debris makanan cenderung untuk berakumulasi diantara perlekatan piranti dengan gigi sehingga semakin sukar untuk pasien membersihkan gigi. Hal tersebut memicu terjadinya gingivitis. 1,12


(15)

2.2 Definisi Gingivitis

Gingivitis merupakan suatu kondisi inflamasi pada jaringan ikat disekeliling gigi ataupun gingiva yang belum melibatkan destruksi struktur periodontal pendukung yaitu ligamen periodontal,tulang alveolar, dan sementum.

2.3 Resesi Gingiva

13

Resesi gingiva pada satu gigi atau beberapa gigi sering menjadi suatu permasalahan umum. Gingiva yang mengalami resesi mungkin terinflamasi atau bebas dari penyakit tergantung ada atau tidak iritasi lokal yang bisa menyebabkan resesi gingiva. Terdapat banyak faktor etiologi terjadinya resesi gingiva antaranya adalah kesalahan di dalam prosedur menyikat gigi, malposisi gigi, inflamasi gingiva dan pelekatan frenulum yang abnormal. Resesi gingiva terjadi pada gigi yang berada dalam posisi labio versi dan pada gigi yang mengalami rotasi atau miring sehingga menyebabkan akar gigi tersebut mengarah ke arah labial. Gigitan terbuka anterior juga meningkatkan prevalensi resesi gingiva. Resesi gingiva bisa terjadi sewaktu berada dalam fase transisi erupsi gigi atau dalam perawatan ortodonti dan akan terkoreksi dengan sendirinya jika gigi sudah berada dalam susunan yang benar. Resesi pada interproksimal gingiva menyebabkan masalah dalam penjagaan higiena oral sehingga menyebabkan akumulasi plak terjadi.

2.4 Hiperplasia Gingiva

13

Hiperplasia Gingiva atau pembesaran gingiva merupakan akibat dari perubahan inflamasi gingiva kronis maupun akut. Inflamasi gingiva kronis pada mulanya terlihat seperti sedikit penggembungan pada papila interdental dan/ atau


(16)

pada margin gingiva gigi yang terlibat. Penggembungan tersebut bisa membesar sehingga bisa menutup sebagian dari mahkota gigi. Pembesaran gingiva tersebut bisa secara lokalisata atau generalisata dan akan berkembang secara perlahan dan tanpa rasa sakit kecuali disebabkan oleh infeksi akut atau trauma. Pembesaran inflamasi kronis gingiva adalah disebabkan karena pemaparan yang panjang terhadap plak dental. Faktor yang mendukung akumulasi dan retensi plak adalah termasuk higiena oral yang buruk disebabkan oleh restorasi yang tidak benar dan pemakaian piranti ortodonti sewaktu perawatan ortodonti.

2.5 Faktor-faktor terjadinya gingivitis

13

Gingivitis merupakan reaksi inflamasi yang paling umum pada gingiva yang disebabkan oleh kolonisasi bakteri plak pada permukaan gigi dan invasi mikroorganisme ke dalam sulkus gingiva. Kondisi gingiva yang sudah mengalami gingivitis adalah oedematous, konsistensinya lunak dan mudah berdarah apabila diprobing.14

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara insiden terjadinya gingivitis dengan higiena oral. Perubahan inflamasi pada margin gingiva disebabkan oleh akumulasi bakteri periodontopathogenic pada permukaan gigi. Kebanyakan individu secara klinis menghasilkan gingivitis setelah 10-21 hari pertumbuhan biofilm bakteri secara terus menerus. Jika dalam tempo waktu tersebut bakteri biofilm disingkirkan dan kontrol plak secara efektif dilaksanakan maka inflamasi gingiva tidak akan terjadi.

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya gingivitis yaitu oral higiene yang jelek, kebiasaan merokok, infeksi, konsumsi obat-obatan, perubahan hormonal, kekurangan nutrisi dan penyakit sistemik.


(17)

Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menumpuk ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut. Proses pembentukan plak dibagi atas tiga tahap yaitu:

i.Pembentukan pelikel dental

Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi ( cekat maupun lepasan) akan dibalut oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkular, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris.

Komponen khas pelikel pada berbagai daerah adalah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk ( dua jam) menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal mana berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif. Mekanisme yang terlibat dalam pembentukan pelikel enamel adalah tekanan elektrostatis, tekanan van der waals, dan tekanan hidrofobik. Permukaan hidroksiapatit didominasi oleh grup fosfat yang bermuatan listrik negatif yang secara langsung atau tidak langsung berinteraksi dengan komponen makromolekul saliva dan cairan sulkular yang bermuatan listrik positif.

16

Pelikel berfungsi sebagai penghalang protektif yang bertindak sebagai pelumas permukaan dan mencegah desikasi ( pengeringan) jaringan. Selain itu, pelikel merupakan substrat kemana bakteri dari sekitarnya akan melekat.

16

ii.Kolonisasi awal dan perlekatan bakteri pada permukaan gigi.


(18)

Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang pertama sekali mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Sebagai contoh, sel-sel Actinomyces viscosus memiliki struktur protein yang fibrous yang dinamakan fimbria yang menjulur dari permukaan sel bakteri. Adhesin protein pada fimbria tersebut berikatan dengan protein kaya-prolin yang terdapat pada plak dental sehingga terjadi perlekatan sel bakteri ke permukaan gigi yang dibalut pelikel.

Massa plak kemudian mengalami permatangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.

16

iii.Kolonisasi sekunder dan pematangan plak 16

Pengkoloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaan gigi yang bersih, diantaranya Provotella intermedia,

Provotella loescheii, spesies Capnocytophaga, Fusobakterium nucleatum dan


(19)

Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak. Proses perlekatannya adan berupa interaksi stereokemikal yang sangat spesifik dari molekul-molekul protein dan karbohidrat yang berada pada permukaan sel bakteri dan interaksi yang kurang spesifik yang berasal dari tekanan hidrofobik, tekanan elektrostatis dan tekanan van der waals.

Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Koagregasi pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal terjadi antara Fusobacterium nucleatum dengan

Streptococcus sanguis, Prevotella loescheii dengan Actinomyces viscosus dan

Capnocytophaga ochracea dengan Actinomyces viscosus. Pada stadium akhir

pembentukan plak yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis.

16

2.6 Mekanisme terjadinya gingivitis pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat.

16

Menurut penelitian Sheibanina A, Saghiri MA, dkk, penyakit periodontal merupakan kompromi sejumlah inflamasi dan proses degeneratif struktur pendukung periodontal termasuk gingivitis, resesi gingiva, perdarahan gingiva dan hiperplasia gingiva25

Menurut penelitian Naranjo dkk, pemakaian piranti ortodonti cekat menyebabkan peningkatan terjadinya plak bakteri secara kualitatif yang berubah dari


(20)

mikroflora aerob menjadi mikroflora anaerob yang membahayakan integritas jaringan lunak dan keras. Dalam penelitian klinis, peningkatan insiden lesi dan gingivitis generalisata ditemukan pada pasien yang sedang menjalani perawatan ortodonti cekat.

Penelitian Hagg dkk dan Boyd dkk menunjukkan bahwa perubahan ekologi dalam mikrobiota oral berpengaruh terhadap komposisi, aktivitas metabolik dan patogenitas biofilm dengan jumlah daerah retentif bagi plak yang tinggi dan kesulitan di dalam menyingkirkan plak dan menjaga higiena oral.

17

Menurut penelitian Eliades dkk dan Anhoury dkk telah diobervasi bahwa material dan permukaan piranti cekat dapat mempengaruhi perlekatan bakteri dan kapasitas retensi plak.

17

Penelitian Hannig menunjukkan bahwa pembentukan pelikel terjadi dari biopolimer saliva yang terabsorbasi setelah terpaparnya semua jaringan keras dan lunak dalam rongga mulut.

17

Menurut penelitian Bussher dan Van der Mei dan Bos dkk menunjukkan bahwa lapisan pertama ini terbentuk diantara permukaan gigi dengan kolonisasi mikroorganisme.

17

17

Penelitian Liljemark dan Bloomduist menunjukkan bahwa kolonisasi awal bakteri adalah pre-kondisi untuk pembentukan biofim yang matang. Jika plak/biofilm tidak disingkirkan dalam waktu 72 jam, plak akan mengeras menjadi kalkulus dan tidak dapat dibersihkan dengan cara menyikat gigi dan flossing sehingga dapat menyebabkan terjadinya gingivitis.


(21)

Penelitian epidemiologi telah menunjukkan hubungan signifikan antara keparahan penyakit periodontal dengan jumlah plak dental dan tahap oral higiene dengan penyebab dan hubungan diantara pembentukan dan penumpukan plak dengan pembentukan gingivitis.

2.7 Kerangka Teori

18-2

Pemakaian piranti ortodonti cekat

Sukar memelihara higiena oral

Akumulasi plak daerah retensi plak

Kolonisasi bakteri plak

Invasi bakteri ke daerah subgingiva

Gingivitis, Hiperplasia Gingiva Resesi gingiva


(22)

2.8 Kerangka Konsep

2.9 Hipotesis

Penelitian ini menguji hipotesis nol yaitu :

1. Tidak ada hubungan antara piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal.

Status periodontal : - Indeks Plak

- Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS)

- Indeks Gingiva

- Indeks Perdarahan papila dimodifikasi (IPPD)

- Indeks resesi gingiva - Indeks hiperplasia gingiva Pemakai piranti ortodonti


(23)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross-sectional yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol hanya diobservasi satu kali tanpa diberi perlakuan dan variabel-variabel diukur menurut keadaan atau status sewaktu diobservasi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara Medan

3.2.2 Waktu Penelitian

Agustus 2012 - Oktober 2012

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah pasien klinik ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan pasien klinik periodonsia, FKG USU yang memakai piranti ortodonti cekat dan yang tidak memakai piranti ortodonti.


(24)

3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Untuk kelompok kasus:

Kriteria inklusi:

1. Pemakai piranti ortodonti. 2. Berusia 15 – 30 tahun.

3. Harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford. 4. Laki-laki dan Perempuan

Kriteria eksklusi :

1. Perokok, alkoholik, dan penggunaan obat-obatan. 2. Penderita penyakit sistemik.

3. Memakai protesa. 4. Ibu hamil.

5. Menderita gingivitis sebelum pemakaian piranti ortodonti.

Untuk kelompok kontrol: Kriteria inklusi:

1. Tidak memakai piranti ortodonti 2. Berusia 15 – 30 tahun.

3. Harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford. 4. Laki-laki dan Perempuan


(25)

Kriteria eksklusi:

1. Perokok, alkoholik, dan penggunaan obat-obatan. 2. Penderita penyakit sistemik.

3. Memakai protesa. 4. Ibu hamil.

3.3.3 Besar Sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

n1 = n2 = [Zα √(2PQ) + Zβ √ (P1Q1 + P2Q2)] (P

2

1 – P2)

α = taraf signifikan 10% (arrow) =1,64 2

β = kekuatan uji 20 % (arrow) = 0,90 P1

P = (P

= proporsi kejadian unit yang diteliti 1 +P2

Za = α = 0,10 Za = 1,64 ) /2

ZB= β = 0,20 ZB

P

= 0,90

1

Q

= Proporsi gingivitis pada pemakai piranti ortodonti cekat = 0,80

1 = 1 – P1

P

= 0,20

2

= 0,50


(26)

Q2 = 1 – P2

P = P

= 0,50

1 + P 2

2

P = 0,80 + 0,50 2

= 0,65

Q = 1 – P = 0,35

n1 = n2 = [ 1,64 √(2 x 0,65 x 0,35) + 0.90 √ (0,8 x 0,2) + (0,5 x 0,5)] ( 0,80 – 0,50 )

2

=

2

[ 1,64( 0,675) + 0.90 ( 0,640)] 0,04

2

= 0,09

2.832

= 31.46 31

3.4 Definisi Operasional

a. Piranti ortodonti cekat adalah suatu pesawat ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien.

b. Gingivitis adalah suatu kondisi inflamasi jaringan ikat disekeliling gigi ataupun gingiva yang belum melibatkan destruksi struktur pendukung. Kondisi gingiva yang mengalami gingivitis adalah edematus, konsistensinya lunak dan mudah berdarah apabila diprobing dengan lembut.

1


(27)

c. Indeks gingiva adalah indeks yang digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Indeks ini dikemukakan oleh Loe dan Silness. Pengukuran dilakukan pada empat sisi gingiva gigi-geliga yang diperiksa yaitu: papila distovestibular, tepi gingiva vestibular, papila mesiovestibular, dan tepi gingiva oral.22

Kriteria penentuan skor indeks gingiva :

0 : Gingiva normal

1 : Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna, sedikit oedema, pada palpasi tidak terjadi perdarahan.

2 : Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan berkilat, pada palpasi terjadi perdarahan.

3 : Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok, odematous, terjadi ulserasi, gingiva cenderung berdarah spontan.

Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari Indeks Gingiva dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 1 : KRITERIA SKOR INDEKS GINGIVA

Skor Indeks Gingiva Kondisi Gingiva

0,1 – 1,0 1,1 – 2,0 2,1 – 3,0

Gingivitis ringan Gingivitis sedang Gingivitis parah Skor indeks gingiva = jumlah skor dari gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa (6)


(28)

d. Indeks oral higine (OHIS) adalah indeks digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dengan mengukur indeks kalkulus dan indeks debris dan kemudiannya dicampurkan untuk mendapatkan indeks oral higienenya. Indeks ini telah dikemukakan oleh Greene dan Vermillion. 23,24

Indeks debris

0 : tidak ada debris atau stein. :

1 : ada debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik tanpa debris dengan tidak memperhitungkan perluasannya.

2 : adanya debris lunak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi belum sampai 2/3 permukaan gigi.

3: adanya debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi.

0 : tidak dijumpai kalkulus. Indeks kalkulus :

1 : adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 : adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi belum melewati 2/3 permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingival sekeliling serviks gigi atau kedua-duanya.

3 : adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingival mengelilingi serviks gigi atau kedua-duanya.

C.I.S / O.D.I.S = ____

Jumlah gigi yang diperiksa jumlah angka____


(29)

Table 2 : LEVEL KEBERSIHAN ORAL DARI DEBRIS YANG MELEKAT DAN LEVEL HIGIENE ORAL

Level kebersihan oral dari debris yang melekat.

Skor debris Level hygiene oral Skor OHI

Baik Sedang

jelek

0,0 – 0,6 0,7 – 1,8 1,9 – 3,0

Baik Sedang

Jelek

0,0 – 1-2 1,3 – 3,0 3,1 – 6,0

e. Indeks plak adalah indeks yang digunakan untuk memeriksa/ mengukur ketebalan plak yang terdapat pada gigi. Indeks ini dikemukakan oleh Loe dan Silness. Pemeriksaan dilakukan pada semua gigi. Lokasi untuk tiap gigi yang diperiksa adalah : distovestibular, vestibular, mesiovestibular dan oral.

Kriterianya adalah :

23

0 : tidak ada plak pada daerah gingiva.

1 : ada lapisan tipis plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang permukaan gigi.

2 : penumpukan yang sedang dari deposit lunak di dalam saku dan tepi gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.


(30)

3 : penumpukan plak yang banyak dari deposit lunak didalam saku dan/atau pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.

f. Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) adalah indeks yang digunakan untuk mengukur perdarahan gingiva. Indeks yang dipakai adalah indeks perdarahan papilla dimodifikasi dari Saxer dan Muhlemann. Indeks ini didasarkan pada pengamatan perdarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan dari arah vestibular ke col (lembah) sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular. Prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks perdarahannya.

Kriteria pemberian skor IPPD : 22

0 : tidak terjadi perdarahan. 1 : perdarahan berupa titik kecil.

2 : perdarahan berupa titik yang besar atau berupa garis. 3 : perdarahan menggenang di interdental.

Skor IPPD

Jumlah gigi yang diperiksa (6)


(31)

g. Indeks resesi gingiva yang dikemukakan oleh Miller Jr.. Resesi dibedakan atas:

klas I = resesi pada tepi gingiva yang belum meluas ke batas mukosa-gingiva dan belum ada kehilangan tulang atau jaringan lunak pada daerah interdental. Resesi bisa sempit atau lebar.

Klas II = resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva, namun belum ada kehilangan tulang maupun kehilangan jaringan lunak pada daerah interdental. Resesinya bisa sempit atau lebar. Klas III = resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva disertai oleh kehilangan tulang dan/atau kehilangan jaringan lunak pada daerah interdental, atau adanya malposisi gigi yang ringan.

Klas IV = resesi tepi gingiva yang telah meluas ke atau melewati batas mukosa-gingiva disertai oleh kehilangan tulang dan jaringan lunak yang parah pada daerah interdental, atau malposisi gigi yang berat.

h. Indeks hiperplasia gingiva digunakan sebagai parameter mengukur derajat pembesaran gingiva. Menurut Seymour penentuannya dilihat dengan skor berikut :

0 = tidak ada pembesaran pada interdental papil ke permukaan gigi.

1 = sedikit pembesaran pada interdental papil, ujung papil tampak membulat. 2 = pembesaran sedang, papil mengembang meliputi bagian lateral yang melintasi permukaan bukal. Pembesaran gingiva kurang dari separuh panjang mahkota gigi.

3 = pembesaran papil yaitu pembesaran gingiva lebih dari separuh panjang mahkota gigi. Bentuk normal papila hilang.


(32)

Gambar 1 : Skor hiperplasia indeks (HI)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian

1. Prob periodontal (Kohler, Germany) 2. Kaca Mulut

3. Pinset 4. Sonde 5. Senter

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Handscoon disposable 2. Masker disposable 3. Kapas

4. Alkohol 70%

5. Betadin (Desinfektan)

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap pasien klinik ortodonti dan periodonsia yang memakai piranti ortodonti cekat sebagai kasus dan yang tidak memakai piranti ortodonti sebagai kontrol di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.


(33)

Skema Alur Penelitian

Mencari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi.

Meminta kesediaan sampel untuk mengikuti penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Memberikan pertanyaan-pertanyaan melalui kuestioner.

Melakukan pemeriksaan klinis dengan Indeks gingiva, OHIS, Indeks plak, IPPD, Indeks resesi gingiva, dan Indeks hyperplasia gingiva.

Pencatatan hasil pemeriksaan

Analisis data.

3.7 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program SPSS versi 17. Ini adalah untuk memperlihatkan kondisi periodontal akibat pemakaian piranti ortodonti cekat di klinik ortodonti RSGM Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan uji-T dan uji Mann Whitney. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai P<0,05.


(34)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 64 orang yang diperoleh dari klnik ortodonti Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan pasien klinik periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Sampel terdiri dari pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang dan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat sebanyak 32 orang.

4.1 Data Demografis Sampel Penelitian

Data demografis sampel pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat dapat dilihat pada tabel 3.


(35)

Tabel 3. DATA DEMOGRAFIS SAMPEL PENELITIAN

Variabel Kelompok Valid Frekuensi Jumlah

(%) 1. Waktu

menyikat gigi

Kasus Sebelum sarapan pagi. Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

0 2 12 18 0 6,3 37,5 56,3 Kontrol Sebelum sarapan pagi.

Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

1 1 16 14 3,1 3,1 50,0 43,8 2. Frekuensi menyikat gigi

Kasus 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari

Tidak tentu 2 17 10 3 6,3 53,1 31,3 9,4 Kontrol 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari

Tidak tentu 0 25 6 1 0 78,1 18,8 3,1 3. Frekuensi mengganti sikat gigi

Kasus 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 13 10 9 40,6 31,3 28,1 Kontrol 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 12 2 18 37,5 6,3 56,3 4. Alat bantu

pembersih gigi yang digunakan

Kasus Sikat gigi interdental Dental floss Tidak ada 12 2 18 37,5 6,3 56,3 Kontrol Sikat gigi interdental

Dental floss Tidak ada 0 0 100 0 0 100 5. Menerima pembersihan karang gigi

Kasus Pernah

Rutin Tidak pernah 23 4 5 71,9 12,5 15,6

Kontrol Pernah

Rutin Tidak pernah 7 0 25 21,9 0 78,1 6. Menggunakan obat kumur

Kasus Ada

Tidak ada

13 19

40,6 59,4

Kontrol Ada

Tidak ada

10 22

31,3 68,8


(36)

Dari tabel 3 di dapat bahwa secara garis besar kelompok kasus yang melakukan prosedur menyikat gigi terbesar terdapat pada waktu sehabis makan dan sebelum tidur yaitu sebesar 18 orang (56,3%), sedangkan pada kelompok kontrol terbesar pada waktu sebelum sarapan pagi dan sebelum tidur yaitu 16 orang (50,0%). Selain itu, pada kelompok yang menggunakan alat bantu pembersih gigi (sikat gigi interdental, dental floss) dan menerima pembersihan karang gigi (pernah,rutin) juga didapat frekuensi yang lebih tinggi pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (43,8%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 27 orang (84,4%) pada prosedur pembersihan karang gigi sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 0 orang (100%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 7 orang (21,9%) pada prosedur pembersihan karang gigi. Pada kelompok kasus didapat bahwa lebih banyak yang menggunakan obat kumur dibanding kelompok kontrol yaitu sebesar 13 orang (40,6%). Dari tabel 3 ini juga dapat dilihat bahwa hampir semua sampel menyikat gigi 2 kali sehari.


(37)

4.2 Perbedaan rata-rata dan standar deviasi Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papilla Dimodifikasi (IPPD), Indeks Resesi Gingiva dan Indeks Hiperplasia Gingiva untuk kelompok kasus dan kontrol.

Gambar 2. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan

Pada gambar 2 diketahui bahwa rata-rata Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 2 diketahui bahwa rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).


(38)

Dari gambar 2 diketahui bahwa rerata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kontrol. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).

4.3 Prevalensi Gingivitis

Perbandingan prevalensi gingivitis pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat disajikan pada gambar 3 dan gambar 4.

Gambar 3 : Prevalensi gingivitis pada Gambar 4 : Prevalensi gingivitis pada kelompok kasus kelompok kontrol

Dari gambar 3 dan gambar 4 diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding dengan kelompok kontrol yaitu masing-masing adalah 97% dan 94% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.


(39)

4.4 Tingkat Keparahan Gingivitis

Perbandingan tingkat keparahan gingivitis pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat disajikan pada gambar 5.

Gambar 5. Persentase tingkat keparahan gingivitis

Dari gambar 5 diketahui bahwa tingkat keparahan gingivitis pada kelompok kasus adalah pada tingkat gingivitis sedang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%) sedangkan pada kelompok kontrol tingkat keparahan gingivitis terdapat pada gingivitis ringan yaitu 31 orang (96,6%). Perbedaan ini bermakna secara statistik.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

R S P R S P 84,4

96,6

12,5

0

0 0

Presentase Kelompok (%)

Tahapan Gingivitis

Column1 Column2 Column3 Gingivitis ringan Gingivitis sedang Gingivitis parah


(40)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal dan untuk menentukan prevalensi gingivitis pada pemakai piranti ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Sampel pada penelitian ini diperoleh dari Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.

Dari data demografis dapat dilihat bahwa frekuensi menyikat gigi pada kelompok kasus maupun kontrol adalah 2 kali sehari. Namun, ada sebagian dari kelompok tersebut dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali sehari dan 3 kali sehari. Untuk pemakaian alat bantu pembersih gigi pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kelompok yang menerima pembersihan karang gigi yang lebih tinggi juga terdapat pada kelompok kasus dibanding pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena sampel kasus sering mengunjungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan ortodonti sekaligus diberikan perawatan pembersihan karang gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel baik kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat maupun pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat menderita gingivitis. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara deskriptif jika dilihat pada rata-rata masing-masing indeks.


(41)

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin terjadi karena pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sering berkunjung ke dokter gigi mereka untuk dilakukan perawatan gigi sekaligus menyebabkan higiena oral mereka lebih tinggi. Semakin meningkat kebersihan mulut pasien maka secara signifikan indeks gingiva pasien juga bertambah baik. 26 Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovdal dkk yang mengatakan bahwa kombinasi terapi skeling dan kontrol higiena oral secara efektif dapat mengurangi insiden gingivitis.14

Rata-rata indeks plak pada pada kelompok kasus lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik disebabkan karena pasien pada kelompok kontrol secara mayoritas merupakan pasien yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan skeling sedangkan pasien kasus adalah sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lo Bue A.M dkk yang menyatakan bahwa perawatan ortodonti tidak menyebabkan peningkatan plak dental apabila pasien memiliki higiena oral yang tinggi.

26

Rata-rata Indeks Oral Higiene (OHIS) pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan kelompok kasus lebih menjaga kebersihan higiena oral mereka. Ini dapat dilihat melalui data demografis sampel yang menunjukkan bahwa kelompok kasus menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti sikat gigi interdental dan dental floss sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan sebarang alat bantu pembersih gigi.


(42)

Rata-rata Indeks Perdarahan Papila pada kelompok kasus adalah sedikit lebih tinggi dibanding dengan sampel kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi gingivitis antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara resesi gingiva dengan pemakaian piranti ortodonti cekat.

12

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat adalah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan Indeks Hiperplasia Gingiva tersebut bermakna secara statistik. Hal ini terjadi adalah karena tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat, maka terjadi perubahan pada gingiva yang mana gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

25

4,5

Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara hiperplasia gingiva dengan piranti ortodonti cekat.

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dibanding dengan kelompok


(43)

yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing adalah 96,9% dan 93,8% namun perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan perawatan ortodonti tidak mempengaruhi status periodontal pasien dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sadowsky dan Begole yang menyatakan bahwa tidak ada destruksi pada struktur periodontal yang signifikan pada pasien dengan perawatan ortodonti. 9 Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan gingivitis yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.13


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada keparahan hiperplasia gingiva antara kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

6.2 Saran

Untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran tentang cara menjaga higiena oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat dapat dilakukan melalui program tentang penjagaan kebersihan rongga mulut yang benar selama pemakaian piranti ortodonti cekat. Program ini dapat mencegah timbul dan berkembangnya inflamasi pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal.

Sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya jumlah sampel diperbanyakkan agar penelitian yang dilakukan lebih menampakkan hasil yang lebih jelas tentang hubungan piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bhalajhi SI. Fixed Appliance : Orthodontics The Art and Science. 4th

2. Nasir N, Ali S, Bashir U, Ullah A. Effect of orthodontic treatment on periodontal health. Pakistan oral & Dent J June 2011; 31(1): 111-4.

Ed, Tahun : 319 – 28.

3. Travess H, Harry DR, Sandy J. Orthodontics.Part 6: Risks in Orthodontic treatment. Bri Dent J 2004; 196(2): 71-7.

4. Yenni YB. Pengaruh perawatan ortodonti cekat terhadap anak biologis jaringan

periodontal. Tahun 2002.Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara, 2002: 19-26.

5. Mulyani. Biomekanik Dalam ortodonti. 1997 : 8-10.

6. Bathla S. Periodontics-Orthodontics : Periodontics revisited: 437.

7. Dr.Micheal Guy. Orthodontic Treatment for Children.

8. Cernochova P, Augustin P, Fassmann A. Occurrence of periodontal pathogens in

patients treated with fixed orthodontic appliances. Scripta Medica (BRNO) June

2008; 81(2): 85-96.

9. Lau P.Y, Wang R.W. Risk and Complications in Orthodontic Treatment. Hong Kong Dent J 2006 ; 3: 15-22.

10.Hagg. U, Kaveewatcharanont.R, Samaranayeke Y.H, et al. The effect of fixed orthodontic appliances on the oral carriage of Candida Species and Enterobacteriaceae. Euro J of Ortho 2004; 2(6): 623-29


(46)

11.Clocheret K, Dekeyser C, Carels C, Willems G. Idiopathic gingival hyperplasia and orthodontic treatment : a case report. Journal of Ortho 2003; 30: 13-9.

12.Bollen AM, Cruz JC, Bakko DW et al. The effects of orthodontic therapy on periodontal health : a systemic review of controlled evidence. The Journal of the American Dent Assoc 2008; 139: 413-422.

13.Newman MJ. Classification of Diseases and Conditions Affecting the Periodontium. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th

14.Belem A, Scombatti SL, Taba M et a., Control of gingival inflammation in a teenager population using ultrasonic prophylaxis. Braz Dent J 2004; 15 (1): 41-5.

Ed, 2012: 34-54.

15.Martinez B, Ruiz F. Periodontal diseases as a bacterial infection. AV Periodon Implantol 2005; 17(3): 111-8.

16.Quirynen M, Teurhels W, Haake SK, Newman MG. Microbiology of Periodontal Diseases. In: Newman MG, Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 10th

17.Demling A, Heuer W, Elter C, Heidenblut T. Analysis of supra- and subgingival

long-term biofilm formation on orthodontic bands. Euro J of Orthodon 2009; 31:

202-6.

ed. Missouri : Saunders Elsevier, 2006: 140-3.

18.Gomes SC, Varela CC, Veiga SL, Rosing. K, Oppermann RV. Periodontal conditions in subjects following orthodontic therapy. A preliminary study. Euro J of Orthodon 2007; 29: 477-81.


(47)

19.Gastel JV, Quirynen M, Teughels W et al. Influence of bracket design on microbial and periodontal parameters in vivo. J Clin Periodontal 2007; 34: 423-31.

20.Aksoy A, Duran N, Toroglu S, Koksal F. Short-term effect of mastic gum on

salivary concentrations of cariogenic bacteria in orthodontic patients. Angle

Orthodontist 2007; 77(1): 124-7.

21.Ellis PE, Benson PE. Potential Hazards or orthodontic treatment- what your patient should know. Dent update 2002; 29: 492-6.

22.Rebelo MAB, Queiroz AC. Gingival Indices: State of Art. In: Sotinos S, Panagakos, Davies RM. Gingival Disease-Their aetiology prevention and treatment. Brazil: InTech,2011:41-54.

23.Wong EJ. Indices of Periodontal Disease. Tahun 1983. Tesis. Department of Preventive Denstistry University of Sydney, 1983: 25-6,28-9,53-4.

24.Debnath T. Epidemiologic Indices. In: Public Health and Preventive Dentistry. Delhi: AITBS, 2002: 50-1.

25.Sheibaninia A, Sahhiri MA, dkk. Determining the relationship between the

application of fixed appliances and periodontal conditions. African J Biotech

2011; 10(72): 16347-50.

26.Bue AM, dkk. Microbiological and clinical periodontal effects of fixed orthodontic appliances in pediatric patients. New microbiologica 2008; 31: 299- 302.


(48)

27.Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Clinical Features of Gingivitis. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th

28.Carranza FA, Hogan EL. Gingival Enlargement. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza. Carranza’s Clinical Periodontology. 11

Ed, 2012: 76.

th


(49)

PENDAHULUAN

Piranti ortodonti cekat adalah suatu piranti ortodonti yang cekat pada gigi dan tidak dapat dibuka sendiri oleh pasien. Perawatan ortodonti merupakan suatu perawatan yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, bicara dan estetis seseorang.1 Pemakaian piranti ortodonti cekat dapat menyebabkan komplikasi pada gingiva karena menyebabkan kesulitan di dalam

memelihara kebersihan mulut.2

Pembentukan plak terbentuk dengan adanya piranti ortodonti cekat yang menghambat higiena oral dan membentuk daerah retensi yang baru untuk plak dan debris sekaligus meningkatkan jumlah mikroba.3 Selain itu, akibat tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat, maka terjadi perubahan pada gingiva. Kekuatan tekanan yang memberikan respon biologis dari struktur jaringan pendukung gigi adalah kekuatan yang tidak melebihi tekanan pembuluh darah kapiler yaitu 20-26 gr/cm2.Gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah tetapi kemampuannya beradaptasi tidak sama pada setiap orang.

Respon jaringan periodontal terhadap kekuatan yang diberikan tergantung dari besar kekuatan. Kekuatan yang besar akan menyebabkan rasa sakit, nekrosis elemen seluler dalam ligamen periodontal dan terjadinya undermining resorption atau indirect resorption pada tulang alveolar. Kerusakan pada gingival yang akan terjadi akibat kekuatan ortodonti yang besar akan menyebabkan gigi bergerak dari soketnya dan jaringan gingiva akan tertekan dan terdesak sehingga jaringan gingiva akan berubah sesuai dengan kekuatan yang diterimanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya

hiperplasia gingiva pada daerah interdental, labial dan lingual. Terlihat juga gingiva berwarna merah dan odematus.

4,5

4,5

Piranti ortodonti cekat ini juga mempunyai kelebihan setelah selesai perawatan yaitu dapat mengurangi daerah retensi plak. Hal ini terjadi karena gigi yang tersusun rapi lebih mudah dibersihkan dibandingkan dengan gigi yang berjejal. Apabila gigi tersebut mudah dibersihkan maka penumpukan sisa-sisa makanan berkurang sekaligus daerah retensi plak juga berkurang.6,7

Lee dkk. melakukan penelitian

yang bertujuan untuk mengevaluasi

terjadinya patogen periodontal pada pasien yang dirawat dengan piranti ortodonti cekat.8

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal dan untuk menentukan prevalensi penderita gingivitis pada pemakaian piranti ortodonti cekat di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada pemakai piranti ortodonti cekat tentang peningkatan risiko menderita gingivitis dan untuk meningkatkan kesadaran tentang pemeliharaan higiena

Dari hasil penelitian mereka, terdapat peningkatan bakteri oral

Treponema denticola dan Tannarelle

forystensis yang signifikan pada pasien

dewasa yang menderita gingivitis dan memakai piranti ortodonti cekat. Pada penderita gingivitis, telah ditemukan sejumlah mikroba, diantaranya adalah Actinomyces species, Streptococcus species, Veillonella species, Treponema

denticola, Prevotella intermedia, dan


(50)

oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah case control study dengan rancangan penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien klinik Ortodonsia dan Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), FKG USU yang memakai piranti ortodonti cekat dan yang tidak memakai piranti ortodonti. Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara accidental sampling

technique dan didapat 64 sampel

berdasarkan rumus perhitungan sampel yang terdiri atas 32 orang kelompok kasus dan 32 orang kelompok kontrol. Seluruh sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi : untuk kelompok kasus ; pemakai piranti ortodonti cekat, berusia 15-30 tahun dan harus memiliki ke-enam gigi indeks Ramford. Untuk kelompok kontrol ; tidak memakai piranti ortodonti, berusia 15-30 tahun dan harus memiliki ke-enam gigi Ramford.

Seluruh sampel ini diberi pertanyaan-pertanyaan melalui kuesioner. Setelah itu, sampel dilakukan pemeriksaan klinis dengan Indeks gingiva, Oral Higiene Index-Simplified (OHIS), Indeks plak, Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD), Indeks resesi gingiva, dan Indeks hiperplasia gingiva. Skor plak dan skor gingiva dihitung dengan menggunakan kriteria indeks plak dan indeks gingiva

Loe&Sillness. Skor OHIS dihitung

menggunakan kriteria indeks OHIS

Greene&Vermillion. Skor IPPD dihitung

dengan menggunakan kriteria indeks IPPD

Saxer&Muhlemann. Skor resesi gingiva

dihitung dengan menggunakan kriteria indeks Resesi Gingiva Miller.Jr. Skor

hiperplasia gingiva dihitung dengan menggunakan kriteria indeks hiperplasia gingiva Seymour.

Data yang diperoleh dianalisis

dengan cara non parametrik menggunakan uji-T dan uji Mann Whitney

untuk melihat perbedaan kondisi periodontal akibat pemakaian piranti ortodonti cekat di klinik ortodonsia RSGM, FKG, USU. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Signifikansi statistik diperoleh jika nilai P<0,05

HASIL

Data demografis sampel pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat dapat dilihat pada tabel 1.


(51)

Variabel Kelompok Valid Frekuensi Jumlah (%) 1. Waktu

menyikat gigi

Kasus Sebelum sarapan pagi. Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

0 2 12 18 0 6,3 37,5 56,3 Kontrol Sebelum sarapan pagi.

Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

1 1 16 14 3,1 3,1 50,0 43,8 2. Frekuensi menyikat gigi

Kasus 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari

Tidak tentu 2 17 10 3 6,3 53,1 31,3 9,4 Kontrol 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari

Tidak tentu 0 25 6 1 0 78,1 18,8 3,1 3. Frekuensi mengganti sikat gigi

Kasus 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 13 10 9 40,6 31,3 28,1 Kontrol 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 12 2 18 37,5 6,3 56,3 4. Alat bantu

pembersih gigi yang digunakan

Kasus Sikat gigi interdental Dental floss Tidak ada 12 2 18 37,5 6,3 56,3 Kontrol Sikat gigi interdental

Dental floss Tidak ada 0 0 100 0 0 100 5. Menerima pembersihan karang gigi

Kasus Pernah

Rutin Tidak pernah 23 4 5 71,9 12,5 15,6

Kontrol Pernah

Rutin Tidak pernah 7 0 25 21,9 0 78,1 6. Menggunakan obat kumur

Kasus Ada

Tidak ada

13 19

40,6 59,4

Kontrol Ada

Tidak ada

10 22

31,3 68,8


(52)

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara garis besar kelompok kasus yang melakukan prosedur menyikat gigi terbanyak terdapat pada waktu sehabis makan dan sebelum tidur yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak pada waktu sebelum sarapan pagi dan sebelum tidur yaitu 16 orang (50,0%). Selain itu, pada kelompok yang menggunakan alat bantu

pembersih gigi (sikat gigi interdental, dental floss) dan menerima pembersihan karang gigi (pernah,rutin) juga didapat frekuensi yang lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (43,8%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 27 orang (84,4%) pada prosedur pembersihan karang gigi sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 0 orang (100%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 7 orang (21,9%) pada prosedur pembersihan karang gigi. Pada kelompok kasus didapat bahwa lebih banyak yang menggunakan obat kumur dibanding kelompok kontrol yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Dari tabel 3 ini juga dapat dilihat bahwa hampir semua sampel menyikat gigi 2 kali sehari. Gambar 1. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan

Pada gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rerata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kontrol. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).

Gambar 2. Prevalensi gingivitis pada kelompok kasus


(53)

Gambar 3. Prevalensi gingivitis pada kelompok kontrol

Dari gambar 2 dan gambar 3 diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding dengan kelompok kontrol yaitu masing-masing adalah 97% dan 94% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.

Gambar 4. Persentase tingkat keparahan gingivitis

Dari gambar 4 diketahui bahwa tingkat keparahan gingivitis pada kelompok kasus pada tingkat gingivitis sedang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%) sedangkan pada kelompok kontrol tingkat keparahan gingivitis terdapat pada gingivitis ringan yaitu 31 orang (96,6%). Perbedaan ini bermakna secara statistik.

PEMBAHASAN

Dari data demografis dapat dilihat bahwa frekuensi menyikat gigi pada kelompok kasus maupun kontrol adalah 2 kali sehari. Tetapi, ada sebagian dari kelompok kasus dan kontrol tersebut dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali sehari dan 3 kali sehari. Pada pemakaian alat bantu pembersih gigi pada kelompok kasus lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kelompok yang menerima pembersihan karang gigi yang lebih banyak juga terdapat pada kelompok kasus dibanding pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena kelompok kasus sering mengunjungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan ortodonti sekaligus diberikan perawatan pembersihan karang gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel baik kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat maupun pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat Gingivitis Tidak gingivitis Gingivitis Tidak gingivitis


(54)

menderita gingivitis ringan. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara deskriptif jika dilihat pada rata-rata masing-masing indeks.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin terjadi karena pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sering berkunjung ke dokter gigi mereka untuk dilakukan perawatan gigi sehingga kebersihan higiena oral mereka lebih baik. Semakin meningkat kebersihan mulut pasien maka secara signifikan indeks gingiva pasien juga bertambah baik. 9 Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovdal dkk yang mengatakan bahwa kombinasi terapi skeling dan kontrol higiena oral secara efektif dapat mengurangi insiden gingivitis.10

Rata-rata indeks plak pada pada kelompok kasus lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik disebabkan karena pasien pada kelompok kontrol secara mayoritas merupakan pasien yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan skeling

sedangkan pasien kasus adalah

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lo Bue A.M dkk yang menyatakan bahwa perawatan

ortodonti tidak menyebabkan peningkatan plak dental apabila pasien memiliki higiena oral yang baik.

9

Rata-rata Indeks Oral Higiene (OHIS) pada kelompok kasus adalah lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan kelompok kasus lebih menjaga kebersihan higiena oral mereka. Ini dapat dilihat melalui data demografis sampel yang menunjukkan bahwa kelompok kasus menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti sikat gigi interdental dan dental floss sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan alat bantu pembersih gigi.

Rata-rata Indeks Perdarahan Papila pada kelompok kasus adalah sedikit lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi gingivitis antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding dengan kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya


(55)

oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara resesi gingiva dengan pemakaian piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Hal ini terjadi karena tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat menyebabkan terjadi perubahan pada gingiva yang mana gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

12

4,5 Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara hiperplasia gingiva dengan piranti ortodonti cekat.

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dibanding dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing adalah 96,9% dan 93,8% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan perawatan ortodonti tidak mempengaruhi status periodontal pasien dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sadowsky dan Begole yang menyatakan bahwa tidak ada destruksi

pada struktur periodontal yang signifikan pada pasien dengan perawatan ortodonti.

12

13

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan gingivitis yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada keparahan hiperplasia gingiva antara kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Disarankan untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran tentang cara menjaga higiena oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat, dapat dilakukan dengan program pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang benar selama pemakaian piranti ortodonti cekat. Program ini dapat mencegah timbul dan berkembangnya inflamasi pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal. Selain itu, disarankan agar sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya jumlah sampel diperbanyak agar penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang lebih signifikan tentang hubungan


(56)

piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal.

DAFTAR PUSTAKA

29.Bhalajhi SI. Fixed Appliance : Orthodontics The Art and Science. 4th

30.Nasir N, Ali S, Bashir U, Ullah A. Effect of orthodontic treatment on periodontal health. Pakistan oral & Dent J June 2011; 31(1): 111-4.

Ed, Tahun : 319 – 28.

31.Travess H, Harry DR, Sandy J. Orthodontics.Part 6: Risks in

Orthodontic treatment. Bri Dent J

2004; 196(2): 71-7.

32.Yenni YB. Pengaruh perawatan ortodonti cekat terhadap anak

biologis jaringan periodontal.

Tahun 2002.Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2002: 19-26.

33.Mulyani. Biomekanik Dalam

ortodonti. 1997 : 8-10.

34.Bathla S.

Periodontics-Orthodontics : Periodontics

revisited: 437.

35.Dr.Micheal Guy. Orthodontic

Treatment for Children.

36.Cernochova P, Augustin P,

Fassmann A. Occurrence of

periodontal pathogens in patients treated with fixed orthodontic

appliances. Scripta Medica

(BRNO) June 2008; 81(2): 85-96.

37.Bue AM, dkk. Microbiological and clinical periodontal effects of fixed orthodontic appliances in pediatric

patients. New microbiologica

2008; 31: 299-302.

38.Belem A, Scombatti SL, Taba M et

a., Control of gingival

inflammation in a teenager population using ultrasonic

prophylaxis. Braz Dent J 2004;

15(1): 41-5.

39.Bollen AM, Cruz JC, Bakko DW et al. The effects of orthodontic therapy on periodontal health : a systemic review of controlled

evidence. The journal of the

American Dent Assoc 2008; 139: 413-422.

40.Sheibaninia A, Sahhiri MA, dkk. Determining the relationship between the application of fixed appliances and periodontal

conditions. African J Biotech

2011; 10(72) : 16347-50.

41. Lau P.Y, Wang R.W. Risk and complications in Orthodontic

Treatment. Hong Kong Dent J

2006; 3: 15-22.

42.Newman MJ. Classification of Diseases and Conditions Affecting The Periodontium. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza.

Carranza’s Clinical

Periodontology. 11th Ed, 2012: 34-54.


(1)

Variabel Kelompok Valid Frekuensi Jumlah (%) 1. Waktu

menyikat gigi

Kasus Sebelum sarapan pagi. Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

0 2 12 18 0 6,3 37,5 56,3 Kontrol Sebelum sarapan pagi.

Sehabis sarapan pagi. Sebelum sarapan pagi dan sebelum

tidur.

Sehabis makan dan sebelum tidur.

1 1 16 14 3,1 3,1 50,0 43,8 2. Frekuensi menyikat gigi

Kasus 1 kali sehari 2 kali sehari 3 kali sehari

Tidak tentu 2 17 10 3 6,3 53,1 31,3 9,4 Kontrol 1 kali sehari

2 kali sehari 3 kali sehari

Tidak tentu 0 25 6 1 0 78,1 18,8 3,1 3. Frekuensi mengganti sikat gigi

Kasus 3 bulan sekali 6 bulan sekali Tidak tentu 13 10 9 40,6 31,3 28,1 Kontrol 3 bulan sekali

6 bulan sekali Tidak tentu 12 2 18 37,5 6,3 56,3 4. Alat bantu

pembersih gigi yang digunakan

Kasus Sikat gigi interdental Dental floss Tidak ada 12 2 18 37,5 6,3 56,3 Kontrol Sikat gigi interdental

Dental floss Tidak ada 0 0 100 0 0 100 5. Menerima pembersihan karang gigi

Kasus Pernah

Rutin Tidak pernah 23 4 5 71,9 12,5 15,6 Kontrol Pernah

Rutin Tidak pernah 7 0 25 21,9 0 78,1 6. Menggunakan obat kumur

Kasus Ada

Tidak ada

13 19

40,6 59,4

Kontrol Ada

Tidak ada

10 22

31,3 68,8


(2)

Tabel 1 menunjukkan bahwa secara garis besar kelompok kasus yang melakukan prosedur menyikat gigi terbanyak terdapat pada waktu sehabis makan dan sebelum tidur yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak pada waktu sebelum sarapan pagi dan sebelum tidur yaitu 16 orang (50,0%). Selain itu, pada kelompok yang menggunakan alat bantu

pembersih gigi (sikat gigi interdental, dental floss) dan menerima pembersihan karang gigi (pernah,rutin) juga didapat frekuensi yang lebih banyak pada kelompok kasus sebanyak 14 orang (43,8%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 27 orang (84,4%) pada prosedur pembersihan karang gigi sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebanyak 0 orang (100%) pada penggunaan alat bantu pembersih gigi dan 7 orang (21,9%) pada prosedur pembersihan karang gigi. Pada kelompok kasus didapat bahwa lebih banyak yang menggunakan obat kumur dibanding kelompok kontrol yaitu sebanyak 13 orang (40,6%). Dari tabel 3 ini juga dapat dilihat bahwa hampir semua sampel menyikat gigi 2 kali sehari. Gambar 1. Perbedaan rata-rata dan standard deviasi berbagai indeks pemeriksaan

Pada gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Gingiva, Indeks Plak, Indeks Oral Higiene Simplified (OHIS), Indeks Perdarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (P>0,05).

Dari gambar 1 diketahui bahwa rerata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding pada kelompok kontrol. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik (P<0,05).

Gambar 2. Prevalensi gingivitis pada kelompok kasus


(3)

Gambar 3. Prevalensi gingivitis pada kelompok kontrol

Dari gambar 2 dan gambar 3 diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok kasus dibanding dengan kelompok kontrol yaitu masing-masing adalah 97% dan 94% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.

Gambar 4. Persentase tingkat keparahan gingivitis

Dari gambar 4 diketahui bahwa tingkat keparahan gingivitis pada kelompok kasus pada tingkat gingivitis sedang yaitu sebanyak 4 orang (12,5%) sedangkan pada kelompok kontrol tingkat keparahan gingivitis terdapat pada gingivitis ringan yaitu 31 orang (96,6%). Perbedaan ini bermakna secara statistik.

PEMBAHASAN

Dari data demografis dapat dilihat bahwa frekuensi menyikat gigi pada kelompok kasus maupun kontrol adalah 2 kali sehari. Tetapi, ada sebagian dari kelompok kasus dan kontrol tersebut dengan frekuensi menyikat gigi 1 kali sehari dan 3 kali sehari. Pada pemakaian alat bantu pembersih gigi pada kelompok kasus lebih banyak dibandingkan pada kelompok kontrol. Selain itu, kelompok yang menerima pembersihan karang gigi yang lebih banyak juga terdapat pada kelompok kasus dibanding pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi karena kelompok kasus sering mengunjungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan ortodonti sekaligus diberikan perawatan pembersihan karang gigi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas sampel baik kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat maupun pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat

Gingivitis Tidak gingivitis

Gingivitis Tidak gingivitis


(4)

menderita gingivitis ringan. Hasil penelitian ini tidak bermakna secara statistik tetapi bermakna secara deskriptif jika dilihat pada rata-rata masing-masing indeks.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Gingiva pada kelompok kasus adalah lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini mungkin terjadi karena pasien yang memakai piranti ortodonti cekat sering berkunjung ke dokter gigi mereka untuk dilakukan perawatan gigi sehingga kebersihan higiena oral mereka lebih baik. Semakin meningkat kebersihan mulut pasien maka secara signifikan indeks

gingiva pasien juga bertambah baik. 9

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovdal dkk yang mengatakan bahwa kombinasi terapi skeling dan kontrol higiena oral secara efektif dapat mengurangi insiden gingivitis.10

Rata-rata indeks plak pada pada kelompok kasus lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik disebabkan karena pasien pada kelompok kontrol secara mayoritas merupakan pasien yang pertama kali berkunjung ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan skeling

sedangkan pasien kasus adalah

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Lo Bue A.M dkk yang menyatakan bahwa perawatan

ortodonti tidak menyebabkan peningkatan plak dental apabila pasien memiliki higiena oral yang baik.

9

Rata-rata Indeks Oral Higiene (OHIS) pada kelompok kasus adalah lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan kelompok kasus lebih menjaga kebersihan higiena oral mereka. Ini dapat dilihat melalui data demografis sampel yang menunjukkan bahwa kelompok kasus menggunakan alat bantu pembersih gigi seperti sikat gigi interdental dan dental floss sedangkan pada kelompok kontrol tidak menggunakan alat bantu pembersih gigi.

Rata-rata Indeks Perdarahan Papila pada kelompok kasus adalah sedikit lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol namun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi gingivitis antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dan pada pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Resesi Gingiva pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding dengan kelompok kasus. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya


(5)

oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara resesi gingiva dengan pemakaian piranti ortodonti cekat.

Rata-rata Indeks Hiperplasia Gingiva pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat. Perbedaan tersebut bermakna secara statistik. Hal ini terjadi karena tekanan yang diberikan di dalam perawatan piranti ortodonti cekat menyebabkan terjadi perubahan pada gingiva yang mana gingiva akan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

12

4,5

Hasil tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sheibanina A, Saghiri MA, dkk yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan di antara hiperplasia gingiva dengan piranti ortodonti cekat.

Diketahui bahwa prevalensi sampel yang mengalami gingivitis lebih tinggi pada kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dibanding dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat yaitu masing-masing adalah 96,9% dan 93,8% tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik. Hal ini disebabkan perawatan ortodonti tidak mempengaruhi status periodontal pasien dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sadowsky dan Begole yang menyatakan bahwa tidak ada destruksi

pada struktur periodontal yang signifikan pada pasien dengan perawatan ortodonti.

12

13

Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Bollen A.M dkk yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan gingivitis yang signifikan pada pasien yang memakai piranti ortodonti cekat dengan pasien yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemakaian piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal pada pasien namun terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada keparahan hiperplasia gingiva antara kelompok yang memakai piranti ortodonti cekat dengan kelompok yang tidak memakai piranti ortodonti cekat.

Disarankan untuk menjaga dan meningkatkan kesadaran tentang cara menjaga higiena oral yang baik pada pemakai piranti ortodonti cekat, dapat dilakukan dengan program pemeliharaan kebersihan rongga mulut yang benar selama pemakaian piranti ortodonti cekat. Program ini dapat mencegah timbul dan berkembangnya inflamasi pada gingiva sehingga menurunkan resiko terjadinya penyakit periodontal. Selain itu, disarankan agar sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya jumlah sampel diperbanyak agar penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang lebih signifikan tentang hubungan


(6)

piranti ortodonti cekat dengan kondisi periodontal.

DAFTAR PUSTAKA

29.Bhalajhi SI. Fixed Appliance :

Orthodontics The Art and Science. 4th

30.Nasir N, Ali S, Bashir U, Ullah A.

Effect of orthodontic treatment on

periodontal health. Pakistan oral &

Dent J June 2011; 31(1): 111-4. Ed, Tahun : 319 – 28.

31.Travess H, Harry DR, Sandy J.

Orthodontics.Part 6: Risks in

Orthodontic treatment. Bri Dent J

2004; 196(2): 71-7.

32.Yenni YB. Pengaruh perawatan

ortodonti cekat terhadap anak

biologis jaringan periodontal.

Tahun 2002.Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2002: 19-26.

33.Mulyani. Biomekanik Dalam

ortodonti. 1997 : 8-10.

34.Bathla S.

Periodontics-Orthodontics : Periodontics

revisited: 437.

35.Dr.Micheal Guy. Orthodontic

Treatment for Children.

36.Cernochova P, Augustin P,

Fassmann A. Occurrence of

periodontal pathogens in patients treated with fixed orthodontic

appliances. Scripta Medica

(BRNO) June 2008; 81(2): 85-96.

37.Bue AM, dkk. Microbiological and

clinical periodontal effects of fixed orthodontic appliances in pediatric

patients. New microbiologica

2008; 31: 299-302.

38.Belem A, Scombatti SL, Taba M et

a., Control of gingival

inflammation in a teenager population using ultrasonic

prophylaxis. Braz Dent J 2004;

15(1): 41-5.

39.Bollen AM, Cruz JC, Bakko DW

et al. The effects of orthodontic

therapy on periodontal health : a systemic review of controlled

evidence. The journal of the

American Dent Assoc 2008; 139: 413-422.

40.Sheibaninia A, Sahhiri MA, dkk.

Determining the relationship between the application of fixed appliances and periodontal

conditions. African J Biotech

2011; 10(72) : 16347-50.

41. Lau P.Y, Wang R.W. Risk and

complications in Orthodontic

Treatment. Hong Kong Dent J

2006; 3: 15-22.

42.Newman MJ. Classification of

Diseases and Conditions Affecting The Periodontium. In: Newman, Takei, Klokkerold, Carranza.

Carranza’s Clinical

Periodontology. 11th Ed, 2012: