Perbedaan Gambaran EKG dan Tekanan Darah antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

PERBEDAAN GAMBARAN EKG DAN TEKANAN DARAH

ANTARA MAHASISWA PEROKOK DENGAN

BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN

DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH :

KHAIRUNNISAQ

080100213

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PERBEDAAN GAMBARAN EKG DAN TEKANAN DARAH

ANTARA MAHASISWA PEROKOK DENGAN

BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN

DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

KHAIRUNNISAQ

NIM: 080100213

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian: Perbedaan Gambaran EKG dan Tekanan Darah antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Nama : Khairunnisaq Nim : 080100213

Pembimbing Penguji I

(dr. Yetty Machrina, M.Kes) (dr. Rina Amelia,MARS) NIP: 19790324 200312 2 002 NIP: 19760420 200312 2 002

Penguji II

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.ED) NIP: 19741019 200112 2 001

Medan, 12 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. Gontar A.Siregar, SpPD, KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Merokok sudah menjadi kebiasaan yang lazim dilakukan masyarakat Indonesia. Dimana bahan nikotin dan karbonmonoksida yang terkandung di dalam rokok dapat berpengaruh terhadap terjadinya atherosclerosis sehingga dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah dan gangguan sistem konduksi jantung.

TUJUAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran EKG dan tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

METODE : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan teknik pengambilan sampel adalah simple cluster sampling. Dengan jumlah sampel 60 orang mahasiswa laki-laki yang dibedakan atas 30 orang perokok dan 30 orang bukan perokok. Tekanan darah sebelum, saat melakukan latihan pada setiap stage dan gambaran EKG dinilai pada saat melakukan latihan. Latihan dilakukan menggunakan treadmill test dengan protokol modbalke selama 10 menit. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik “t-independent” dan dikatakan bermakna bila p < 0,05.

HASIL : Baik mahasiswa perokok dan bukan perokok menunjukkan gambaran EKG yang normal saat melakukan latihan selama 10 menit. Tidak ada perbedaan kenaikan tekanan darah antara mahasiswa perokok dan bukan perokok saat melakukan latihan baik dari pretest-stage 1, stage1-stage 2, maupun stage 2- stage 3. Dimana nilai p > 0,05.

KESIMPULAN : Tidak ada perbedaan gambaran EKG dan Tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(5)

ABSTRACT

BACKGROUND: Smoking is a prevalent habit among Indonesian society. As nicotine and carbon monoxide in the cigarettes can affect the occurrence of atherosclerosis that can lead to increase blood pressure and impaired cardiac conduction system.

PURPOSE: This study aims at determining the differences in both ECG and blood pressure among the smoking and nonsmoking students while doing exercise at the Medical Faculty, University of North Sumatra.

METHODS: This research is an experimental study that uses a simple cluster sampling with as the sampling technique. The total sample is 60 male students which are divided into 30 smokers and 30 nonsmokers. The students’ blood pressure before, while doing the exercises at every stage and ECG is assessed during the exercise. The exercise is performed by using a treadmill test with modbalke protocol for 10 minutes. The data analysis are conducted by using "t-independent" statistical tests and it is said to be significant when p <0.05.

RESULTS: Both the smoking and nonsmoking students showed a normal ECG while doing the 10 minute exercises. There was no difference of the blood pressure among them during the the pretest- stage 1, stage1- stage2, or Stage 2- Stage 3. In which the value of p is> 0.05.

CONCLUSION: There is no differences in both ECG and blood pressure among the smoking and nonsmoking students while doing exercise at the Medical Faculty, University of North Sumatra.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian dengan judul “Perbedaan Gambaran EKG dan Tekanan Darah antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Yetty Machrina, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. dr. Rina Amelia, MARS dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.ED (IMR) selaku dosen penguji penulis. Terima kasih atas segala ktitikan dan saran, serta waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

4. Seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical Education Unit (MEU).

4. Kepala Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukukan penelitian .


(7)

6. Kedua orang tua penulis : H. Safrel Zein dan Hj. Lisniar . Terima kasih penulis ucapkan atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya yang telah diberikan kepada penulis.

5. Kakak penulis : dr. Fajar Sadli . Terima kasih untuk dukungan serta doa yang diberikan.

6. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis. Cempaka, Riko, Viera, Yulia, Diah, Wahyu, Nadrah, Risty, Irma, Rani, Mutia, Mona, Vira. Terima kasih atas bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. 7. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.

Medan, 12 Januari 2012

Penulis,

Khairunnisaq 080100213


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Rokok ... 4

2.1.1. Definisi Rokok ... 4

2.1.2. Bahan Kimia Dalam Asap Rokok dan Pengaruhnya Pada Tubuh ... 4

2.1.3. Jumlah Rokok Yang Dihisap ... 5

2.2. Tekanan Darah ... 5

2.2.1. Definisi Tekanan Darah ... 5

2.2.2. .Faktor yang mempengaruhi tekanan darah ……… 6

2.2.3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah 7 2.3. Aterosklerosis ………. 8

2.3.1. Definisi Aterosklerosis……… . 8

2.3.2. Lesi Aterosklerosis ……… 8

2.3.3. Faktor Risiko Aterosklerosis ………. 9

2.4. Sistem Konduksi Jantung ... 10

2.5. Elektrokardiogram ……… 11


(9)

2.5.2. Sadapan-Sadapan EKG ……… 12

2.5.3. Karakteristik Elektrokardiogram Normal ………… 13

2.5.4. Karakteristik gambaran ST elevasi dan ST depresi 14

2.6. Hubungan Merokok dengan Tekanan Darah dan Gambaran EKG ………. 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL….. 17

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……… 17

3.2. Definisi Operasional ……… 17

3.2.1. Perokok ………... . 17

3.2.2. Latihan ………. 17

3.2.3. Gambaran Elektrokardiogram ... 18

3.2.4. Tekanan Darah ... 18

3.3. Hipotesis ……….. 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ………. 19

4.1. Rancangan Penelitian ……….. 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ……… 20

4.5. Metode Analisa Data ……… 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 23

5.1. Hasil Penelitian ………. 23

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 23

5.1.2. Distribusi Usia, Karakteristik Perokok dan Frekuensi Olahraga Sampel ... 23

5.1.3. Hasil Analisis EKG Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan ... 24

5.1.4. Hasil Analisis Rata-Rata Tekanan Darah Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan 25 5.1.5. Hasil Analisis Rata-Rata Kenaikan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan ... 29

5.2. Pembahasan……… 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 36

6.1. Kesimpulan ………... 36

6.2. Saran ………. 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 20

5.1. Distribusi Usia Sampel 23

5.2. Distribusi Kriteria Perokok Sampel 24

5.3. Distribusi Frekuensi Olahraga Sampel 24 5.4. Gelombang EKG Mahasiswa Perokok dan 25 Bukan Perokok Saat Latihan

5.5. Uji t-Independent Tekanan Darah Sistolik 25 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Sebelum Latihan

5.6. Uji t-Independent Tekanan Darah Diastolik 26 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Sebelum Latihan

5.7. Uji t-Independent Tekanan Darah Sistolik 26 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Stage 1 Latihan

5.8. Uji t-Independent Tekanan Darah Diastolik 27 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Stage 1 Latihan

5.9. Uji t-Independent Tekanan Darah Sistolik 27 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Stage 2 Latihan

5.10. Uji t-Independent Tekanan Darah Diastolik 28 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok


(11)

5.11. Uji t-Independent Tekanan Darah Sistolik 28 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Stage 3 Latihan

5.12. Uji t-Independent Tekanan Darah Diastolik 29 Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok

Stage 3 Latihan

5.13. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan Tekanan 30 Darah Sistolik Pretest-Stage 1 Latihan

5.14. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan Tekanan 30 Darah Diastolik Pretest-Stage 1 Latihan

5.15. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan Tekanan 31 Darah Sistolik Stage 1- Stage 2 Latihan

5.16. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan Tekanan 31 Darah Diastolik Stage 1- Stage 2 Latihan

5.17. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan Tekanan 32 Darah Diastolik Stage 2- Stage 3 Latihan

5.18. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan Tekanan 32 Darah Diastolik Stage 2- Stage 3 Latihan


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Sistem Konduksi Jantung 11

Gambar 2.

Gambar 3.

EKG Normal

EKG ST elevasi dan ST depresi

14 15


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lembar Persetujuan Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Izin Peminjaman Alat Lampiran 5. Data Induk Responden Lampiran 6. Hasil Output SPSS


(14)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Merokok sudah menjadi kebiasaan yang lazim dilakukan masyarakat Indonesia. Dimana bahan nikotin dan karbonmonoksida yang terkandung di dalam rokok dapat berpengaruh terhadap terjadinya atherosclerosis sehingga dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah dan gangguan sistem konduksi jantung.

TUJUAN : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran EKG dan tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

METODE : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan teknik pengambilan sampel adalah simple cluster sampling. Dengan jumlah sampel 60 orang mahasiswa laki-laki yang dibedakan atas 30 orang perokok dan 30 orang bukan perokok. Tekanan darah sebelum, saat melakukan latihan pada setiap stage dan gambaran EKG dinilai pada saat melakukan latihan. Latihan dilakukan menggunakan treadmill test dengan protokol modbalke selama 10 menit. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik “t-independent” dan dikatakan bermakna bila p < 0,05.

HASIL : Baik mahasiswa perokok dan bukan perokok menunjukkan gambaran EKG yang normal saat melakukan latihan selama 10 menit. Tidak ada perbedaan kenaikan tekanan darah antara mahasiswa perokok dan bukan perokok saat melakukan latihan baik dari pretest-stage 1, stage1-stage 2, maupun stage 2- stage 3. Dimana nilai p > 0,05.

KESIMPULAN : Tidak ada perbedaan gambaran EKG dan Tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(15)

ABSTRACT

BACKGROUND: Smoking is a prevalent habit among Indonesian society. As nicotine and carbon monoxide in the cigarettes can affect the occurrence of atherosclerosis that can lead to increase blood pressure and impaired cardiac conduction system.

PURPOSE: This study aims at determining the differences in both ECG and blood pressure among the smoking and nonsmoking students while doing exercise at the Medical Faculty, University of North Sumatra.

METHODS: This research is an experimental study that uses a simple cluster sampling with as the sampling technique. The total sample is 60 male students which are divided into 30 smokers and 30 nonsmokers. The students’ blood pressure before, while doing the exercises at every stage and ECG is assessed during the exercise. The exercise is performed by using a treadmill test with modbalke protocol for 10 minutes. The data analysis are conducted by using "t-independent" statistical tests and it is said to be significant when p <0.05.

RESULTS: Both the smoking and nonsmoking students showed a normal ECG while doing the 10 minute exercises. There was no difference of the blood pressure among them during the the pretest- stage 1, stage1- stage2, or Stage 2- Stage 3. In which the value of p is> 0.05.

CONCLUSION: There is no differences in both ECG and blood pressure among the smoking and nonsmoking students while doing exercise at the Medical Faculty, University of North Sumatra.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Merokok sudah menjadi kebiasaan yang lazim dilakukan masyarakat Indonesia. Kebiasaan yang sudah dianggap lazim ini angkanya meningkat terus, padahal dampak buruknya dari kebiasaan ini adalah kematian.

Dari data Survei Nasional tahun 2004 menyatakan sebanyak 63,2% laki-laki dan 4,4% perempuan di Indonesia merupakan perokok. Jika digabung jumlah perokok laki-laki dan perempuan, maka sebanyak 30% (± 60.000.000 orang) penduduk Indonesia adalah perokok (Aditama, 2006). WHO juga menyebutkan tembakau membunuh sebanyak lebih dari 5.000.000 orang per tahun, yang diperkirakan akan membunuh sebanyak 10.000.000 orang hingga tahun 2020. Berdasarkan jumlah tersebut, 70 % korban berasal dari negara berkembang. Lembaga Demografi UI menyebutkan, angka kematian yang timbul akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, yang artinya 1.172 jiwa per hari (22,5 %) dari jumlah seluruh kematian di Indonesia (Bustan, 2007).

Suatu penelitian di Amerika yang dinamakan Framingham study meneliti tentang dampak dari rokok terhadap terjadinya penyakit jantung dan penelitian ini memasukkan rokok dalam tiga besar penyebab terjadinya penyakit jantung koroner (Bustan, 2007). Hal ini disebabkan oleh zat-zat yang ada dalam asap rokok. Terkandung sekitar 4000 bahan kimia di dalam asap rokok antara lain nikotin , CO, NO, HCN, NH4, benzaldehyde, methanol, coumarin, dan lain-lain (Aditama, 2006). Diantara bahan kimia tersebut, nikotin dan CO berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada sistem kardiovaskuler. Namun, nikotin lebih besar pengaruhnya daripada CO (Magan, 1984). Nikotin dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit, tekanan


(17)

darah meningkat, agregasi trombosit dan kontraksi jantung pun meningkat. Selain itu, nikotin juga meningkatkan kadar kolesterol LDL dan asam lemak bebas (Sitepoe, 2000). Semua hal itu lah yang menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis. Bila progresivitas dari aterosklerosis ini terjadi pada arteri koroner (arteri yang memperdarahi jantung) maka akan timbul Penyakit jatung koroner (PJK) (Joewono, 2003). Aterosklerosis juga menyebabkan terjadinya lonjakan tekanan sistolik dengan peningkatan tekanan nadi yang besar, sehingga tekanan darah meningkat (Guyton & Hall, 2007). Pada orang yang mengalami aterosklerosis akan timbul sakit dada bila melakukan latihan fisik. Hal ini terjadi karena pada saat latihan kebutuhan aliran darah ke otot jantung meningkat. Jika terjadi aterosklerosis pada arteri yang memperdarahi jantung maka aliran darah pun terhambat, menyebabkan asupan oksigen untuk otot jantung menjadi berkurang. Maka timbul lah suatu keadaan yang disebut iskemi, keadaan ini mengakibatkan aktivitas listrik jantung untuk berkontraksi terganggu. Bila aktivitas listrik otot jantung terganggu maka akan terjadi perubahan pada gambaran EKG.

Dari penelusuran kepustakaan, belum ada penelitian mengenai pengaruh rokok terhadap gambaran EKG dan tekanan darah pada saat latihan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melihat perbedaan gambaran EKG dan tekanan darah antara Mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok pada saat latihan.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana perbedaan gambaran EKG dan tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum


(18)

Untuk mengetahui perbedaan gambaran EKG dan tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat gelombang EKG ST elevasi, ST depresi pada mahasiswa perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui apakah terdapat gelombang EKG ST elevasi, ST depresi pada mahasiswa bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat kenaikan tekanan darah pada

mahasiswa perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui apakah terdapat kenaikan tekanan darah pada

mahasiswa bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Univeristas Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi masyarakat dapat mengetahui dampak rokok terhadap penyakit jantung.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rokok

2.1.1. Definisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2.1.2. Bahan Kimia Dalam Asap Rokok dan Pengaruhnya Pada Tubuh Semua bahan yang terkandung dalam rokok akan ikut terbakar saat rokok dibakar, dan akan membentuk bahan kimia hasil pembakaran. Terkandung sekitar 4000 bahan kimia didalam asap rokok. Dimana terdiri dari dua fase yaitu fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri dari nikotin, nitrosamin dan N nitrosonornikotin, logam berat, polisiklik hidrokarbon, dan karsinogenik amin. Sedangkan Fase gas terdiri dari karbomonoksida, karbondioksida, benzena, amonia, formaldehid, hidrosianida, dan lain-lain (Sitepoe, 2000)

Semua bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok, membawa pengaruh tersendiri terhadap tubuh, dimana akan berdampak buruk bagi kesehatan. Namun, bahan kimia utama yang merupakan racun pada rokok adalah nikotin, CO dan tar (Magan, 1984).

a) Nikotin

Nikotin terdapat dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Dampak toksis dari nikotin terhadap tubuh dapat meliputi berbagai sistem, diantaranya sistem persarafan, metabolik, dan paling besar pengaruhnya pada sistem kardiovaskular.

Dampak rokok terhadap sistem metabolik antara lain dengan meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas dan kolesterol LDL. Sedangkan terhadap sistem kardiovaskular antara lain dengan meningkatkan


(20)

tekanan darah, denyut jantung dan agregasi sel trombosit. Selain itu, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. (Sitepoe, 2000).

b) Gas Karbomonoksida (CO)

Gas karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon.

Gas karbon monoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor maupun penggunaannya. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per million) yang dapat meningkatkan kadar karboksi haemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%. Bila terus menerus berlangsung akan mempengaruhi sistem saraf pusat (Sitepoe, 2000).

c) Tar

Tar berasal dari tembakau, cengkeh, bahan organik lain yang dibakar dan pembalut rokok, yang dapat dijumpai pada rokok yang dibakar. Terdapat zat karsinogenik di dalam tar yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis yang akan memicu timbulnya kanker paru. Dijumpai juga N nitrosoamine nikotin di dalam rokok, zat ini sangat berpotensi sebagai karsinogenik pada jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000).

2.1.3. Jumlah Rokok Yang Dihisap

Menurut Bustan (2007) jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : 1. Perokok Ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

2. Perokok Sedang : apabila menghisap 10-20 batang per hari. 3. Perokok Berat : apabila menghisap lebih dari 20 batang.

2.2. Tekanan Darah

2.2.1. Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan suatu gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah yang bergantung pada volume darah di dalam


(21)

pembuluh darah dan daya regang dari dinding pembuluh darah itu sendiri. Tekanan darah arteri akan konstan bila volume darah yang masuk dan keluar arteri sama dan dalam periode yang sama. Namun yang terjadi, selama sistol ventrikel, volume sekuncup darah masuk arteri-arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol-arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke dalam arteri, sementara darah terus meninggalkan mereka, terdorong oleh rekoil elastik. Tekanan maksimum yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah masuk ke dalam arteri selama sistol, atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri sewaktu darah mengalir keluar selama diastol, yakni tekanan diastolik, rata-rata 80 mmHg. Tekanan arteri tidak turun menjadi 0 mmHg karena timbul kontraksi jantung berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar (Sherwood, L. 2001).

2.2.1. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

Suatu tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac Output (C.O) dan resistensi perifer (TPR).

Bila salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah mengalami kenaikan, maka tekanan darah akan mengalami peningkatan. Bisa disebabakan oleh C.O yang meningkat dan atau TPR yang meningkat.

a. Cardiac Output merupakan volume darah yang dipompakan oleh ventrikel dalam unit waktu. C.O dapat dihitung melalui denyut jantung (Heart Rate) yang dikalikan dengan stroke volume (SV). Stroke Volume merupakan jumlah darah yang dipompakan dalam sekali denyut jantung, yaitu sekitar 70 mL (Majid, 2005).

b. Resistensi perifer total dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu, viskositas (kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Viskositas mengarah pada pergeseran antara molekul suatu cairan yang timbul ketika molekul tersebut bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir.

TD = C.O x TPR


(22)

Semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi terhadap aliran. Jadi, semakin kental suatu cairan maka semakin tinggi pula tingkat viskositasnya. Pergesekan darah yang terjadi pada lapisan dalam pembuluh sewaktu mengalir, menyebabkan semakin besar luas permukaan yang berkontak dengan darah, sehingga resistensi terhadap aliran pun meningkat. Luas permukaan dipengaruhi oleh panjang (L) dan jari-jari (r) pembuluh. Pada kenyataannya, jari-jari arteriol adalah pembuluh resistensi utama pada pohon vaskuler. Berbeda dengan resistensi arteri yang rendah, resistensi arteriol yang tinggi menyebabkan penurunan yang bermakna terhadap tekanan rata-rata ketika darah mengalir melalui pembuluh-pembuluh ini (Sherwood, 2001).

2.2.2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah 1. Umur

Pada usia lanjut, kondisi kardiovaskuler mengalami penurunan, hal ini dikarenakan bahwa semakin bertambahnya usia maka tekanan sistolik semakin tinggi, sebagai akibat dari timbulnya aterosklerosis(Ganong, 2003).

2. Olahraga

Saat berolahraga seperti jalan cepat, bersepeda, joging, berenang, atau mengikuti aktivitas erobik lainnya, tekanan darah akan naik cukup banyak. Misalnya selama melakukan latihan-latihan fisik yang keras, tekanan darah sistolik dapat naik menjadi 150 - 200 mmHg dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 - 120 mmHg. Pada saat berolahraga, aktivasi sistem saraf simpatis akan terjadi yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah. Sebaliknya, segera setelah latihan selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Penurunan ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pada penderita hipertensi, penurunan itu akan terlihat nyata sekali. Jika dilakukan berulang-ulang, lama kelamaan penurunan tekanan darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah yang dapat menyebabkan latihan olahraga secara teratur akan dapat menurunkan tekanan darah (Kamaruzaman, 2010).


(23)

3. Merokok

Merokok merupakan faktor resiko mayor terhadap penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler. Zat-zat kimia dalam asap rokok terserap ke dalam aliran darah dari paru-paru lalu beredar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi setiap sel tubuh. Jumlah rokok yang dihisap juga berpengaruh, risikonya meningkat sesuai tingkat konsumsi, yaitu ringan (<10 batang sehari), sedang (10-20 batang sehari), dan perokok berat (> 20 batang sehari) (Davidson, 2003).

2.3 Aterosklerosis

2.3.1. Definisi aterosklerosis

Aterosklerosis adalah suatu proses dimana terjadi suatu penebalan dan pengerasan pada arteri besar dan kecil yang disebabkan oleh penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika media (lapisan otot polos) (Corwin, 2009). Sehingga pembuluh darah kehilangan sifat elastisitasnya. Proses tersebut dapat terjadi pada arteri-arteri dari sistem kardiovaskular, otak, ginjal, ekstremitas atas dan bawah (Ruhyanuddin, 2007). Bila terjadi pada arteri yang memperdarahi jantung (arteri koroner) maka akan menimbulkan Penyakit jatung koroner (PJK). Timbulnya PJK didasari oleh proses aterosklerosis yang bersifat progresif dimana proses tersebut dimulai sejak masa kanak-kanak dan menjadi nyata pada dekade 3-4 (Joewono, 2003). Arteri yang paling sering mengalami proses aterosklerosis adalah arteri koroner, aorta, dan arteri serebral (Corwin, 2009).

2.3.2. Lesi Aterosklerosis

Lesi terutama terjadi pada lapisan paling dalam dari dinding arteri yaitu lapisan intima. Dimana lesi tersebut meliputi Fatty streak, fibrous plaque, advance (complicated) plaque (Ruhyanuddin, 2007).

a. Fatty streak

Proses aterosklerosis sudah dimulai pada masa kanak-kanak dengan terbentuknya lapisan/timbunan kaya lemak. Diamana lesi terdiri dari makrofag dan sel otot polos yang mengandung lemak yaitu kolesterol dan kolesterol oleat


(24)

yang berwarna kekuningan yang disebut fatty streak. Fatty streak mula-mula tampak pada dinding aorta yang jumlahnya semakin banyak pada usia 8-18 tahun dan baru nampak pada arteri koronaria pada usia 15 tahun (Ruyhanuddin, 2007).

b. Fibrous plaque

Merupakan tingkatan lanjut dari fatty streak dimana terjadi proliferasi sel, penumpukan lemak yang lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat serta bagian dalam yang terdiri dari campuran lemak dan sel debris sebagai akibat proses nekrosis. Lesi yang semakin matang ini tampak pada usia sekitar 15-25 tahun. Secara makros lesi ini akan terlihat berwarna putih degan permukaan semakin meninggi ke dalam lumen arteri. Bila lesi ini semakin berlanjut maka diameter lumen akan menyempit dan mengganggu aliran darah. Akan terjadi proliferasi dari sel otot polos pada fase ini, dimana sel akan membentuk fibrous cap. Fibrous cap ini akan menutup timbunan lemak ekstraseluler dan sel debris (Ruyhanuddin, 2007).

c. Advance lesion

Fibrous plaque memperoleh vaskularisasi baik dari lumen maupun dari tunika media. Pada lesi yang berkembang jaringan nekrosis yang merupakan inti akan semakin membesar dan sering mengalami perkapuran, sehingga fibrous cap menjadi semakin tipis yang kemudian akan pecah sehingga lesi akan mengalami ulserasi dan perdarahan serta terjadi trombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah (Ruyhanuddin, 2007).

2.3.3. Faktor Risiko Aterosklerosis

Terjadinya proses aterosklerosis dibagi atas beberapa faktor risiko, yaitu: 1. Faktor yang tidak dapat diintervensi

a. Genetik/riwayat keluarga b. Usia

c. Jenis kelamin d. Anatomi koronaria e. Profil lipoprotein f. Faktor metabolik


(25)

a. Rokok b. Hipertensi

c. Hiperkolesterolemia d. Obesitas

e. Hiperglisemia (DM)

f. Faktor riwayat keluarga dengan iskemik jantung 3. Faktor perilaku

Faktor perilaku dapat meliputi: kurang gerak dan stres (Bustan, 2007). 2.4 Sistem Konduksi Jantung

Secara normal jantung berdenyut dengan berurutan yaitu kontraksi atrium (atrial systole) yang diikuti dengan kontraksi ventrikel (ventricular systole), dan selama diastol secara keseluruhan 4 ruangan jantung mengalami relaksasi. Denyut jantung berhubungan dengan sistem konduksi jantung yang khusus dan menyebar ke seluruh bagian dari miokardium. Sistem konduksi ini terdiri dari:

a. Sinoatrial node (SA node), terletak di atrium kanan dekat tempat masuknya vena cava superior

b. Internodal atrial pathway, merupakan jalur yang menghubungkan SA node ke AV node

c. Atrioventricular node (AV node), terletak antara atrium dan ventrikel pada septum atrial

d. Bundle of His bercabang dua di septum yaitu left bundle branch (LBB), dan right bundle branch (RBB). LBB aktivasi ke ventrikel kiri, RBB aktivasi ke ventrikel kanan. LBB mempunyai cabang, left anterior fasicle dan left posterior fasicle


(26)

Gambar 1. Sistem konduksi jantung Sumber: (Majid, 2005).

Secara spontan masing-masing sistem konduksi ini akan menghasilkan rangsangan pada bagian miokard. Dari sistem konduksi ini, SA node menghasilkan rangsangan paling cepat, depolarisasi menyebar dari SA node ke bagian lain sebelum bagian lain menghasilkan rangsangan. Hal itu yang menyebabkan SA node disebut sebagai cardiac pacemaker (primary pacemaker) normal, kecepatannya menentukan besar denyut jantung. Rangsangan dari SA node kemudian berjalan melalui AV node, berlanjut ke bundle of His (kiri dan kanan) dan melalui cabang-cabang ini akan disampaikan ke sistem purkinje sampai ke otot ventrikel.

Untuk mengetahui tentang denyut jantung dan aliran konduksi jantung ini dapat diketahui melalui EKG (Majid, 2005). EKG merupakan rekaman aktivitas listrik jantung, dan melalui penyimpangan-penyimpangan pada pola listrik normal ini kita bisa menegakkan diagnosis dari berbagai macam penyakit jantung (Thaler, 2009).

2.5 Elektrokardiogram

2.5.1. Definisi Elektrokardiogram

Elektrokardiogram (EKG = ECG ) adalah aktivitas listrik yang dicatat dari permukaan tubuh memberikan penjumlahan vektor potensial aksi yang direkam dari berbagai arah dari serabut otot jantung. EKG dapat memberikan informasi tentang denyut jantung, aliran konduksi, eksitabilitas jantung, refraktori jantung dan sebagian kelainan anatomi. EKG tidak dapat memberikan informasi aksi


(27)

mekanik jantung seperti gerakan katup ataupun kekuatan kontraksi miokard (Majid, 2005).

2.5.2. Sadapan- Sadapan EKG

Dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :

1. Sadapan bipolar (sadapan ekstremitas standar) terdiri dari tiga sadapan :

a. Sadapan I dihasilkan dengan cara menjadikan lengan kiri (LA) sebagai kutub positif dan lengan kanan (RA) sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya 0º.

b. Sadapan II dihasilkan dengan cara menjadikan tungkai kiri (LL) sebagai kutub positif dan lengan kanan (RA) sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya 60º.

c. Sadapan III dihasilkan dengan cara menjadikan tungkai kiri (LL) sebagai kutub positif dan lengan kiri (LA) sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya 120º (Thaler, 2009).

2. Sadapan unipolar ekstremitas (augmented unipolar limb lead) :

a. Sadapan AVL dihasilkan dengan cara menjadikan lengan kiri sebagai kutub positif dan ekstremitas yang lain sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya -30º.

b. Sadapan AVR dihasilkan dengan cara menjadikan lengan kanan sebagai kutub positif dan ekstremitas yang lain sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya -150º

c. Sadapan AVF dihasilkan dengan cara menjadikan tungkai sebagai kutub positif dan ekstremitas yang lain sebagai kutub negatif. Sudut orientasinya +90º (Thaler, 2009).

3. Sadapan Dada (sadapan prakordial)

Terdiri dari enam sadapan, masing-masing elektroda dada secara bergiliran dijadikan kutub positif, dan seluruh tubuh dianggap sebagai elektroda negatif. Enam elektroda positif, yang menjadi sadapan prekordial V1 sampai V6, diatur sebagai berikut :


(28)

b. V2 ditempatkan di sela iga keempat disebelah kiri sternum c. V3 ditempatkan di antara V2 dan V4

d. V4 ditempatkan di sela iga kelima pada linea medioklavikularis e. V5 ditempatkan di antara V4 dan V6

f. V6 ditempatkan di sela iga kelima pada linea aksiaris media (Thaler, 2009).

Sadapan II, III dan AVF disebut sadapan inferior karena sadapan ini yang paling baik untuk mencatat aktivitas listrik bagian inferior jantung. Sadapan I dan AVL disebut sebagai sadapan lateral kiri. Sadapan V1 sampai V4 sering disebut sadapan anterior. Bila ditemukan gambaran EKG yang abnormal pada sadapan-sadapan tersebut, hal itu menunjukkan lokasi dimana letak infark terjadi (Thaler, 2009).

2.5.3. Karakteristik Elektrokardiogram Normal

Suatu elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS, dan sebuah gelombang T. Dimana kompleks QRS itu terdiri dari tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R, gelombang S. Gelombang P timbul dari potensial listrik yang muncul ketika atrium berdepolarisasi sebelum kontraksi atrium dimulai. Kompleks QRS timbul oleh potensial listrik yang muncul ketika ventrikel berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu ketika gelombang depolarisasi menyebar melewati ventrikel. Oleh karena itu, baik gelombang P maupun komponen-komponen kompleks QRS disebut sebagai gelombang depolarisasi. Gelombang T timbul dari potensial listrik yang muncul ketika ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi. Di dalam otot ventrikel proses ini normalnya terjadi 0,25-0,35 detik sesudah depolarisasi, dan gelombang T dikenal sebagai gelombang repolarisasi (Guyton & Hall, 2007).


(29)

Gambar 2. EKG Normal

Sumber: Cardiovascular Physiology Concepts (Klabunde, 2007). Keterangan gambar :

a. 1 kotak kecil = 0.04 detik

b. 1 kotak besar (terdiri dari 5 kotak kecil) = 0,2 detik (Thaler, 2009). c. Gelombang P normal : lebar 0,08-0,10 detik

d. Gelombang P-R interval normal= 0,12-0,2 detik

e. Gelombang QRS normal= 0,06-0,10 detik ( Klabunde, 2007).

Kita dapat menghitung denyut jantung dengan cara mencari ada berapa kotak besar atau kecil dari puncak R yang pertama ke puncak R yang kedua (RR interval), kemudian tentukan frekuensi dalam satuan denyut per menit seperti dibawah ini :

a. 300 : 4 kotak besar, misalnya 300 : 4 kotak persegi besar =75, maka denyut jantung nya 75 kali/menit.

b. 1500 : kotak kecil (Thaler, 2009).

2.5.4. Karakteristik gambaran ST elevasi dan ST depresi a. ST elevasi

Segmen ST dikatakan elevasi, bila:

i. Deviasi positif lebih dari 2 mm terhadap garis isoelektrik yang berbentuk garis lurus (sejajar dengan garis isoelektrik). Elevasi segmen ST merupakan tanda yang khas pada infark miokard akut (disertai atau tanpa gelombang Q) (Karim & Kabo, 2008).

ii. Tidak sejajar dengan garis isoelektrik tetapi menyudut ke atas namun titik J berada lebih dari 2 mm di atas garis isoelektrik. Gambaran ini


(30)

merupakan gambaran yang khas pada serangan Prinzmetal angina (Karim & Kabo, 2008).

iii. Early repolarisation merupakan variasi lain dari elevasi segmen ST yang bisa timbul pada orang normal atau pada perikarditis. Biasanya elevasi hanya 2-4 mm dengan segmen ST tidak mendatar namun melengkung ke atas, dan terjadi hampir pada semua sadapan (Karim&Kabo, 2008).

Elevasi segmen ST biasanya akan hilang setelah melewati masa akut penyakit-penyakit yang telah disebut tadi di atas. Bila gambaran elevasi segmen ST menetap setelah serangan infark miokard, maka hal ini menandakan adanya aneurisma (Karim & Kabo, 2008).

b. ST depresi

Terdapat dua variasi, yaitu:

i. Deviasi negatif segmen ST yaitu segmen ST dalam bentuk garis lurus yang sejajar dengan garis isoelektrik. Bentuk ini ditemukan pada iskemia subendokard (Karim & Kabo, 2008).

Akan tetapi kadang-kadang hanya titik J yang terletak lebih rendah dari garis isoelektrik sedangkan segmen ST menyudut ke atas. Dalam keadaan demikian, maka jarak antara titik J dan titik perpotongan segmen ST dengan garis isoelektrik perlu diperhitungkan. Apabila jarak ini labih dari 2 mm, maka gambaran ini dapat dianggap sebagai segmen ST atau dinamakan depresi segmen ST jungsional (Karim & Kabo, 2008).

ii. Deviasi negatif segmen ST yang tidak sejajar dengan isoelektrik tetapi menyerong ke bawah (Karim & Kabo, 2008).


(31)

2.6 Hubungan Merokok dengan Tekanan Darah dan Gambaran EKG

Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan dua penentu utama yang mempengaruhi tekanan darah. Maka berbagai faktor yang terlibat dalam mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer total akan mempengaruhi tekanan darah (Sherwood, 2001). Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.

Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan pasokan jaringan berkurang. Ini karena, gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di hemoglobin. Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme dan mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan) (Price & Wilson, 2006). Adanya aterosklerosis di pembuluh darah yang memperdarahi jantung (arteri koroner) menyebabkan asupan oksigen untuk otot jantung menjadi berkurang, maka timbullah suatu keadaan yang disebut iskemi, sehingga aktivitas listrik jantung untuk berkontraksi terganggu. Bila aktivitas listrik otot jantung terganggu maka akan terjadi perubahan pada gambaran EKG.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional 3.2.1. Perokok

a) Definisi : responden yang telah aktif menghisap rokok selama lebih dari 6 bulan, tidak tegantung pada banyaknya jumlah

rokok yang dihisap selama sehari. b) Alat ukur : kuesioner

c) Hasil ukur : perokok dan bukan perokok d) Skala ukur : nominal

3.2.2. Latihan

a) Definisi : berjalan di atas treadmill selama 10 menit dengan

kecepatan yang tetap yaitu 3,2 km/jam, yang terdiri dari pretest, stage 1, stage 2 dan stage 3. Dimana setiap 3 menit stage akan berganti dengan diikuti kenaikan sudut kemiringan treadmill (seperti mendaki)

b) Alat ukur : treadmill merek GE Cardiosoft

Perokok Gambaran EKG dan

tekanan darah Bukan Perokok


(33)

3.2.3. Gambaran Elektrokardiogram(EKG = ECG )

a) Definisi : gambaran gelombang yang dihasilkan dari hantaran jantung yang terekam di komputer pada saat latihan b) Cara ukur : memperhatikan gambaran EKG yang terekam selama sampel melakukan latihan

c) Alat ukur : elektroda merek GE SiverTrace, alat EKG merek GE Cardiosoft

d) Hasil ukur : - dikatakan tidak ada perubahan bila tidak didapati perubahan segmen ST (ST depresi, ST elevasi)

- dikatakan ada perubahan bila didapati perubahan

segmen ST(ST depresi, ST elevasi)

e) Skala ukur : nominal

3.2.4. Tekanan Darah

a) Definisi : gambaran tekanan darah yang diukur ketika sebelum, sedang dan sesudah latihan.

b) Cara ukur : memasangkan cuff pada lengan responden

c) Alat ukur : sphygmomanometer jenis aneroid merek GEA dengan tingkat ketelitiandan stetoskop merek Litmann

d) Hasil ukur : -apabila selisih > 0, itu menunjukkan adanya kenaikan tekanan darah.

-apabila selisih ≤ 0, itu menunjukkan tidak terjadi kenaikan tekanan darah

e) Skala ukur : ordinal

3.3 Hipotesis

Ada perbedaan pada gambaran EKG (elektrokardiogram) dan tekanan darah antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni, dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni-November 2011.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang berada di Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara berjenis kelamin laki-laki angkatan 2008, angkatan 2009 dan angkatan 2010 yang merupakan perokok dan bukan perokok.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang perokok dan bukan perokok. Untuk teknik pengambilan sampel digunakan teknik simple cluster sampling (Notoadmojo, 2005), dengan menggunakan rumus :

= 60 responden Keterangan :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu Z1-β = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu P0 = proporsi di populasi


(35)

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi yang diteliti

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal, dilakukan survei dimana seluruh responden mendapatkan kuesioner mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran EKG dan tekanan darah terhadap perokok dengan bukan perokok sebagai kriteria inklusi dan eksklusi (tabel 4.1.).

Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

• Berat badan normal, yaitu

dengan BMI = 18,50 kg/m² -23,00 kg/m²

BMI = Berat Badan(kg)/Tinggi Badan(m)²

• Umur = 18-23 tahun

• Frekuensi berolahraga = sering, sesekali dan tidak pernah

• Penyakit Jantung

• DM

• Hipertensi • Kolesterol

• Asma

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat glucose test (untuk ukur kadar gula darah), tensi aneroid (untuk ukur tekanan darah) Setelah didapat jumlah responden yang termasuk dalam kriteria inklusi, maka responden diminta untuk melakukan treadmill test. Terlebih dahulu responden di perkenalkan dengan alat.

Prosedur Pelaksanaan treadmill test

1. Mengukur tekanan darah sampel dalam posisi duduk

2. Menghidupkan komputer yang telah dihubungkan ke alat treadmill

3. Masukkan data pasien ke dalam komputer dan tentukan target Heart Rate yaitu 70% dari maksimal heart rate beserta protokol yang akan digunakan yaitu modbalke.


(36)

4. Memasang elektroda sejumlah 10 lead pada sampel dalam keadaan berbaring, sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu pada daerah yang akan di tempel elektroda.

-Pemasangan elektroda dilakukan pada:

V1: pada sisi kanan sternum di sela iga ke -4 (intercosta IV) V2: pada sisi kiri sternum di sela iga ke- 4(intercosta IV) V3: di antara V2 dan V4

V4: di sela iga ke-5(intercosta V) pada garis midklavikularis V5: pada garis aksilaris anterior kiri setinggi V4

V6: pada garis midaksilaris setinggi V4 RA: di bawah klavikula kanan

LA: di bawah klavikula kiri RL: intercosta 7 sebelah kanan LL: intercosta 7 sebelah kiri

5. Setelah selesai melakukan pemasangan elektroda, dilanjutkan dengan memasang BP (Blood Pressure) cuff pada lengan.

6. Menginformasikan kepada sampel untuk naik ke atas treadmill dan kaki diregangkan sambil melakukan hiperventilasi sebanyak 10 kali. Setelah hiperventilasi selesai, sampel diminta untuk membiasakan berjalan yang benar di atas treadmill serta memberitahukan kepada sampel untuk menekan tombol stop bila ada keluhan seperti nyeri dada atau tidak kuat lagi melakukan treadmill test.

7. Setelah pretest selesai, maka dilanjutkan pada tahap exercise (stage 1, stage 2, stage3), stage akan berganti setiap 3 menit serta diikuti dengan kenaikan dari treadmill yang akan membentuk seperti tanjakan yang akan meningkat di setiap terjadi perubahan stage. Setiap dua menit dari setiap stage, akan diminta tekanan darah, maka dilakukanlah pengukuran tekanan darah secara manual. Selama latihan akan terlihat gambaran EKG pada komputer, dan hasil EKG akan di print setiap terjadi pergantian stage.


(37)

8. Setelah tahap exercise selesai, maka berlanjut ke tahap recovery, yaitu dimana kembalinya posisi treadmill ke posisi awal, tahap ini berlangsung selama 30 detik.

9. Setelah tahap exercise selesai, maka memasuki tahap yang terakhir yaitu test end, dimana treadmill test berakhir

10.Kemudian setelah treadmill test selesai, maka dilakukan pengukuran tekanan darah setelah latihan.

11.Membantu sampel untuk melepaskan elektroda. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data di analisis dengan menggunakan uji statistik “t-independent” test dikatakan bermakna bila P<0,05. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan komputerisasi (Wahyuni, 2008).


(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa berjenis kelamin laki-laki di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2008, 2009 dan 2010, yang terdiri dari 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok. Mahasiswa yang setuju untuk menjadi sampel adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (tabel 4.1.).

5.1.2. Distribusi Usia, Kriteria Perokok dan Frekuensi Olahraga Sampel Distribusi usia sampel yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.1. dimana yang menjadi sampel perokok paling banyak adalah yang berusia 19 tahun (16.67%), sedangkan pada bukan perokok paling banyak menjadi sampel adalah yang berumur 20 tahun (20%).

Tabel 5.1. Distribusi UsiaSampel

Umur

Riwayat Perokok

Persentase Perokok

(n)

Bukan Perokok (n)

18 8 (13.3%) 3 (5%) 18.3%

19 10 (16.7%) 8 (13.3%) 30% 20 2 (3.3%) 12 (20%) 23.3%

21 8 (13.3%) 6 (10%) 26.7%

22 2 (3.3%) 1 (1.7%) 5%


(39)

Distribusi kriteria perokok sampel yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.2. dimana yang menjadi sampel paling banyak adalah pada yang berkriteria perokok ringan yaitu sebanyak 19 orang (63,3%).

Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Sampel

Distribusi frekuensi olahraga sampel yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3. dimana yang menjadi sampel paling banyak baik pada perokok dan bukan perokok adalah pada sampel yang frekuensi olahrganya tergolong sesekali yaitu masing-masing sebanyak 25 orang (41.7%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Olahraga Sampel

5.1.3. Hasil Analisis EKG Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan

Dari hasi penelitian yang dilakukan, tidak didapat perubahan gambaran gelombang segmen ST pada EKG sampel baik perokok dan bukan perokok saat latihan. Sehingga tidak perlu dilakukan uji statistik.

Kriteria perokok N Persentase Ringan 19 63.3% Sedang 9 30%

Berat 2 6.7% Jumlah 30 100%

Frekuensi Olahraga

Riwayat Perokok

Persentase Perokok

(n)

Bukan Perokok (n)

Sering 5 (8.3%) 4 (6.7%) 15% Sesekali 25 (41.7%) 25 (41.7%) 83.4%

Tidak Pernah

0 (0%) 1 (1.7%) 1.7% Total 30 (50%) 30 (50%) 100%


(40)

Tabel 5.4. Gelombang EKG Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan

Riwayat merokok Gelombang EKG

ST depresi ST elevasi

Perokok Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Bukan Perokok Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan

5.1.4. Hasil Analisis Rata-Rata Tekanan Darah Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Latihan

Dengan menggunakan uji t-independent , didapatkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik mahasiswa FK USU perokok dan bukan perokok sebelum dan saat latihan di stage 1 (tabel 5.5. - tabel 5.6.), stage 2 (tabel 5.7. - tabel 5.8.) dan stage 3 (tabel 5.9. - tabel 5.10.) latihan, dengan standard deviasi tertentu.

Tabel 5.5. Uji t-Independent : Tekanan Darah Sistolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Sebelum Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 117.50 7.736

0.709 Bukan

Perokok 118.33 9.408

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum latihan pada perokok adalah 117.50 (SD 7.736) dan rata-rata tekanan darah sistolik pada bukan perokok adalah 118.33 (SD 9.408). Hasil uji t = -0.375 dan p value 0.709. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.


(41)

Tabel 5.6. Uji t-Independent: Tekanan Darah Diastolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Sebelum Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard

Deviasi

Sig.

Perokok 74.67 5.074

0.432 Bukan

Perokok 76.00 7.701

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum latihan pada perokok adalah 74.67 (SD 5.074) dan rata-rata tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 76.00 (SD 7.701). Hasil uji t = -0.792 dan p value 0.432. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah diastolik pada perokok dan bukan perokok.

Tabel 5.7. Uji t- Independent : Tekanan Darah Sistolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Stage 1 Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard

Deviasi Sig.

Perokok 121.90 6.875

0.504 Bukan

Perokok 123.50 11.076

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah sistolik stage 1 latihan pada perokok adalah 121.90 (SD 6.875) dan rata-rata tekanan darah sistolik pada bukan perokok adalah 123.50 (SD 11.076). Hasil uji t = -0.672 dan p value 0.504. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.


(42)

Tabel 5.8. Uji t-Independent : Tekanan Darah Diastolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Stage 1 Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata

Standard

Deviasi Sig.

Perokok 77.33 4.498

1.000 Bukan

Perokok 77.33 8.172

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah diastolik stage 1 latihan pada perokok adalah 77.33 (SD 4.498) dan rata-rata tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 77.33 (SD 8.172). Hasil uji t = 0.000 dan p value 1.000. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.

Tabel 5.9. Uji t-Independent : Tekanan Darah Sistolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Stage 2 Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard

Deviasi Sig.

Perokok 126.93 5.798

0.429 Bukan

Perokok 128.83 11.721

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah sistolik stage 2 latihan pada perokok adalah 126.93 (SD 5.798) dan rata-rata tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 128.83 (SD 11.721). Hasil uji t = -0.796 dan p value 0.429. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.


(43)

Tabel 5.10. Uji t-Independent : Tekanan Darah Diastolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Stage 2 Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 78.00 4.068

0.836 Bukan

Perokok

78.83 7.805

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah diastolik stage 2 latihan pada perokok adalah 78.00 (SD 4.068) dan rata-rata tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 78.83 (SD 7.805). Hasil uji t = -0.207 dan p value 0.836. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok

Tabel 5.11. Uji t-Independent : Tekanan Darah Sistolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Stage 3 Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 129.67 5.862

0.120 Bukan

Perokok

133.17 10.626

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah diastolik stage 1 latihan pada perokok adalah 129.67 (SD 5.862) dan rata-rata tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 133.17 (SD 10.626). Hasil uji t = -1.580 dan p value 0.120. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok


(44)

Tabel 5.12. Uji t-Independent : Tekanan Darah Diastolik Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Stage 3 Latihan

Hasil out put mendapatkan rata-rata tekanan darah diastolik stage 3 latihan pada perokok adalah 77.67 (SD 4.302) dan rata-rata tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 78.33 (SD 7.915). Hasil uji t = -0.405 dan p value 0.687. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.

5.1.5. Hasil Analisis Rata-Rata Kenaikan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Perokok dan Bukan Perokok Saat Melakukan Latihan

Dengan menggunakan uji t-independent didapati rata-rata kenaikan tekanan darah sebelum dan selama latihan dengan deviasi tertentu. Tekanan darah telah diukur untuk menentukan apakah terdapat kenaikan tekanan darah. Tekanan darah sistolik dan diastolik dinilai dalam penelitian ini. Selisih tekanan darah (tekanan darah ketika berolahraga yaitu pada tahap pertma latihan - tekanan darah sebelum berolahraga, tekanan darah pada tahap kedua latihan – tekanan darah tahap pertama latihan, dan tekanan darah pada tahap ketiga latihan – tekanan darah tahap kedua latihan) sistolik dan diastolik dihitung untuk menentukan apakah terdapat peningkatan tekanan darah saat berolahraga. Selisih tekanan darah dibagi dalam dua kategori yaitu meningkat dan tidak meningkat. Apabila selisih > 0, itu menunjukkan adanya peningkatan pada tekanan darah. Apabila selisih ≤ 0, itu menunjukkan tidak terjadi peningkatan tekanan darah.

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 77.67 4.302

0.687 Bukan

Perokok


(45)

Tabel 5.13. Uji t-Independent : Rata-Rata Kenaikan TD Sistolik Pretest -

Stage 1 Latihan Riwayat

Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 4.40 4.847

0.761 Bukan

Perokok

4.83 6.086

Hasil output mendapatkan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pretest ke stage 1 latihan pada perokok adalah 4.40 (SD 4.847) dan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada bukan perokok adalah 4.83 (SD 6.086). Hasil uji t = -0.305 dan p value 0.796. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.

Tabel 5.14. Rata-Rata Kenaikan TD Diastolik Pretest - Stage 1 Latihan Riwayat

Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 2.67 4.498

0.180 Bukan

Perokok

0.83 5.884

Hasil output mendapatkan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik pretest ke stage 1 latihan pada perokok adalah 2.67 (SD 4.498) dan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 0.83 (SD 5.884). Hasil uji t = 1.356 dan p value 0.180. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.


(46)

Tabel 5.15. Rata-Rata Kenaikan TD Sistolik Stage 1- Stage 2 Latihan Riwayat

Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 4.70 4.728

0.796 Bukan

Perokok

4.33 6.121

Hasil output mendapatkan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik stage 1 ke stage 2 latihan pada perokok adalah 4.70 (SD 4.728) dan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada bukan perokok adalah 4.33 (SD 6.121). Hasil uji t = 0.260 dan p value 0.796. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.

Tabel 5.16. Rata-Rata Kenaikan TD Diastolik Stage 1- Stage 2 Latihan Riwayat

Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 0.97 2.953

0.330 Bukan

Perokok

1.83 3.824

Hasil output mendapatkan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik stage 1 ke stage 2 latihan pada perokok adalah 0.97 (SD 2.953) dan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 1.83 (SD 3.824). Hasil uji t = -0.982 dan p value 0.330. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.


(47)

Tabel 5.17. Rata-Rata Kenaikan TD Sistolik Stage 2- Stage 3 Latihan Riwayat

Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 3.40 4.576

0.331 Bukan

Perokok

4.67 5.403

Hasil output mendapatkan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik stage 2 ke stage 3 latihan pada perokok adalah 3.40 (SD 4.576) dan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada bukan perokok adalah 4.67 (SD 5.403). Hasil uji t = -0.980 dan p value 0.331. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.

Tabel 5.18. Rata-Rata Kenaikan TD Diastolik Stage 2- Stage 3 Latihan

Riwayat Merokok

Rata-Rata Standard Deviasi

Sig.

Perokok 0.00 0.000

0.473 Bukan

Perokok

0.50 3.794

Hasil output mendapatkan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik stage 2 ke stage 3 latihan pada perokok adalah 0.00 (SD 0.000) dan rata-rata kenaikan tekanan darah diastolik pada bukan perokok adalah 0.50 (SD 3.794). Hasil uji t = -0.722 dan p value 0.473. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata kenaikan tekanan darah sistolik pada perokok dan bukan perokok.


(48)

5.2 Pembahasan

Tekanan darah merupakan suatu gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh darah yang bergantung pada volume darah di dalam pembuluh darah dan daya regang dari dinding pembuluh darah itu sendiri. Dari hasil penelitian perbedaan tekanan darah pada mahasiswa perokok dan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menunjukkan p value > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan tekanan darah pada mahasiswa perokok dan bukan perokok FK USU saat latihan. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh lama kerja dan beban kerja. Dimana dalam penelitian ini lama kerja olahraga dilakukan selama 10 menit, dengan beban submaksimal yang berarti tidak ada pemaksaan yang melebihi kemampuan individu tersebut baik dalam beban maupun intensitasnya. Dari sumber kepustakaan diketahui bahwa lama kerja dan beban kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tekanan darah, yang salah satunya disebabkan oleh resistensi perifer yang lebih rendah (Willmore dan Costill, 1994). Hal ini juga dipengaruhi oleh usia dimana pada usia lanjut akan terjadi atherosclerosis, dan penurunan dari kondisi kardiovaskular (Ganong, 2003), sehingga perubahan tekanan darah pun menjadi nyata. Dari hasi penelusuran kepustakaan disebutkan kematian akibat penyakit jantung di Amerika Serikat banyak dijumpai pada kelompok umur 35-65 tahun ( kelompok umur produktif). Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan kenaikan tekanan darah pada perokok dan bukan disebabkan oleh usia sampel yang relatif muda (tabel 5.1.). Faktor lain yang juga mempengaruhi tekanan darah adalah kriteria perokok sampel. Dimana asap rokok yang dihirup perokok dapat meningkatkan tekanan darah karena zat yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal yang menjadikan tekanan darah meningkat. Merokok akan meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-10 kali permenit (Mustafa, 2005). Secara teoritis beberapa zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif (ditambahkan), suatu saat dosis racun rokok akan mencapai titik toksin, yang mana pada keaadan ini akan mulai timbul gejala. Maka jelas pada perokok berat


(49)

dimana jumlah rokok yang dihisap lebih dari 10 batang setiap hari akan merasakan dampak lebih cepat dibandingkan dengan perokok ringan yang menghisap rokok hanya kurang dari 10 batang setiap harinya (Sitepoe, 2000). Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan tekanan darah disebabkan oleh kriteria perokok sampel yang sebagian tergolong dalam perokok ringan(< 10 batang per hari) (tabel 5.2.). Faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah sampel adalah lama menghisap rokok. Adanya dampak lama merokok terhadap tekanan darah sangat beralasan, karena semakin cepat seseorang mulai merokok, makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga mempunyai dose-respone effect, dimana semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena akan lebih banyak toksin yang menumpuk di dalam tubuh sehingga pada kurun waktu yang lama dosis racun akan mencapai titik toksin sehingga kelihatan gejala yang ditimbulkannya (Smet, Bart, 1994).

Elektrokardiogram (EKG = ECG ) adalah aktivitas listrik yang dicatat dari permukaan tubuh memberikan penjumlahan vektor potensial aksi yang direkam dari berbagai arah dari serabut otot jantung. Perubahan gambaran EKG dapat terjadi karena proses spasme berlangsung lama dan terus menerus akibat merokok. Hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah mudah rusak dengan terjadinya proses atherosclerosis (penyempitan) (Price & Wilson, 2006). Adanya atherosclerosis di pembuluh darah yang memperdarahi jantung (arteri koroner) menyebabkan asupan oksigen untuk otot jantung menjadi berkurang, maka timbullah suatu keadaan yang disebut iskemi, sehingga aktivitas listrik jantung untuk berkontraksi terganggu. Bila aktivitas listrik otot jantung terganggu maka akan terjadi perubahan pada gambaran EKG. Dari hasil penelitian perbedaan gambaran EKG pada mahasiswa perokok dan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menunjukkan p value > 0,05, berarti tidak terdapat perbedaan gambaran EKG pada mahasiswa perokok dan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (tabel 5.1.2.). Hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi sampel yang masih muda (tabel 5.1.) dan masuk dalam kriteria perokok ringan (tabel 5.2), dimana kondisi sistem kardiovaskuler belum mengalami penurunan (Ganong, 2003), sehingga


(50)

dampak pada sistem kardiovaskular tidak terlihat nyata ditambah lagi dengan pembebanan jantung yang tidak terlalu berat. Pada pemeriksaan kardiologi dengan latihan, perubahan ST segment dapat dilihat bila diberi latihan dengan pembebanan pada jantung yaitu 85% dari maksimal heart rate, yang dilakukan hingga target heart rate tercapai. (Williams & Wilkins, 1996).


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis data pada 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Univeristas Sumatera Utara selama 10 menit dengan metode modbalke.

a. Tidak ada perbedaan gambaran EKG pada mahasiswa perokok dan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .

b. Tidak ada perbedaan terhadap tekanan darah mahasiswa perokok dan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera.

6.2. Saran

Bila peneliti lain ingin melanjutkan penelitian ini, mungkin lebih baik diteliti pada usia yang lebih tua dan sudah merokok dalam waktu lama (perokok berat), juga perlu penambahan waktu untuk melakukan latihan dengan target heart rate yang maksimal, agar perubahan tekanan darah dan gambaran EKG lebih nyata.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi: Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Corwin, E.J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. edisi 3. Jakarta: EGC.

Ganong, WF., 2003. Fisiologi Kedokteran edisi 20. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Guyton., 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerjemah Petrus Adrianto, dkk. Jakarta: EGC.

Guyton dan Hall., 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk. Jakarta: EGC.

Hargreaves, M., and Howely, J., 2003. Physiological bases of Sport Performance. New York: McGraw-Hill.

Joewono, B.S., 2003 . Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press.

Kamaruzzaman, A., 2010. Gambaran Tekanan darah pada Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah berolahraga.

Karim, K., Kabo, P., 2008. EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Majid, Abdul., 2005. Fisiologi Kardiovaskular. edisi 2: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Notoatmojo, S., 2003. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penebit Rineka. Price, S.A., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Perjalanan Penyakit edisi 6.


(53)

Rilantono, L.I,et al., 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universiras Indonesia.

Ruyhanuddin, F., 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Malang: UMM Press.

Satroasmoro, S., Ismael, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood, Lauralee., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Sitorus, R. 2006., Tiga Jenis Penyakit Pembunuh Utama Manusia. Bandung: Yrama Widya.

Thaler, M.S., 2009. Satu-satunya Buku EKG yang Anda Perlukan. edisi 5. Jakarta: EGC.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication.

Williams and Wilkins., 1996. Exercise Physiology (Energy, Nutrition, And Human Performance). 4th Ed. Maryland: A Waverly Company.

Klabunde, R.E 2007. Electrocardiogram (EKG, ECG). Ohio University.

Available from


(54)

Lampiran 1

DATA RIWAYAT HIDUP

Nama : Khairunnisaq

Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen, 25 Maret 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rantang no. 20 J, Ayahanda, Medan

Nama Orang Tua : 1. Ayah : H.Safrel Zein 2. Ibu : Hj.Lisniar

Riwayat Pendidikan :Tahun 1997 lulus Taman Kanak-Kanak Pertiwi, NAD

Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Negeri 1 Bireuen, NAD

Tahun 2005 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bireuen, NAD

Tahun 2008 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan

Riwayat Pelatihan : 1.Seminar dan Workshop Vital Sign SCOPH PEMA FK USU 2009

2. Pengabdian Masyarakat SCOPH PEMA FK USU 2010 3. Seminar dan Workshop BLS dan Traumatology 2010

4. Workshop How to Treat Systolic and Dyastolic Heart Failure 2011


(55)

1.Usia

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur * Riwayatmerokok 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

umur * Riwayatmerokok Crosstabulation

Count

Riwayatmerokok

Total perokok bukan perokok

Umur 18 8 3 11

19 10 8 18

20 2 12 14

21 8 6 14

22 2 1 3

Total 30 30 60

2.Kriteria Perokok

Kriteriaperokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ringan 19 31.7 63.3 63.3

Sedang 9 15.0 30.0 93.3

Berat 2 3.3 6.7 100.0

50.0 100.0

Missing 50.0

100.0

Statistics

Kriteriaperokok

N Valid 30

Missing 30

Mean .4333


(56)

3.Frekuensi Olahraga

Frekuensiolahraga * Riwayatmerokok Crosstabulation

Count

Riwayatmerokok

Total perokok bukan perokok

Frekuensiolahraga sering 5 4 9

sesekali 25 25 50

tidak pernah 0 1 1

Total 30 30 60

4. Gambaran EKG

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Riwayatmerokok * Frekuensiolahraga

60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent


(57)

Riwayatmerokok * EKG Crosstabulation

Count

EKG

Total tidak ada

perubahan

Riwayatmerokok perokok 30 30

bukan perokok 30 30

Total 60 60

5.TD pretest sistolik

Group Statistics

Riwayatmerokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TDpretestsistolik perokok 30 117.50 7.736 1.412

bukan perokok 30 118.33 9.408 1.718

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e Lower Upper

TDpretestsistolik Equal variances assumed

.216 .644 -.375 58 .709 -.833 2.224 -5.285 3.618

Equal variances not assumed


(1)

13. Kenaikan TD diastolik pretest ke stage1

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper KenaikanTDsistolikprest

age1

Equal variances assumed

1.421 .238 -.305 58 .761 -.433 1.420 -3.277 2.410 Equal variances

not assumed

-.305 55.232 .761 -.433 1.420 -3.280 2.413

Group Statistics

Riwayatmerokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean kenaikanTDdiastolikprestage

1

Perokok 30 2.67 4.498 .821

bukan perokok 30 .83 5.884 1.074

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper kenaikanTDdiastolikpres

tage1

Equal variances assumed


(2)

14. Kenaikan TD sistolik stage1 ke stage 2

15. Kenaikan TD diastolik stage 1 ke stage 2

Group Statistics

Riwayatmerokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean kenaikanTDsistoliksatge1stag

e2

Perokok 30 4.70 4.728 .863

bukan perokok 30 4.33 6.121 1.118

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidenc Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper kenaikanTDsistoliksatge1sta

ge2

Equal variances assumed

5.502 .022 .260 58 .796 .367 1.412 -2.460 3.

Equal variances not assumed

.260 54.519 .796 .367 1.412 -2.464 3.

Group Statistics

Riwayatmerokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean kenaikanTDdiastolikstage1st

age2

perokok 30 .97 2.953 .539


(3)

16. Kenaikan TD sistolik stage 2 ke stage 3

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper kenaikanTDsistolikstag

e2stage3

Equal variances

2.994 .089 -.980 58 .331 -1.267 1.293 -3.854 1.321 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper kenaikanTDdiastolikstage

1stage2

Equal variances assumed

3.775 .057 -.982 58 .330 -.867 .882 -2.633 .899 Equal variances not

assumed

-.982 54.515 .330 -.867 .882 -2.635 .902

Group Statistics

Riwayatmerokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean kenaikanTDsistolikstage2stag

e3

perokok 30 3.40 4.576 .835


(4)

17. TD diastolik stage2-stage3

Group Statistics

Riwayatmerokok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean kenaikanTDdiastolikstage2st

age3

perokok 30 .00 .000 .000

bukan perokok 30 .50 3.794 .693

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference Lower Upper kenaikanTDdiastoliksta

ge2stage3

Equal variances assumed

10.158 .002 -.722 58 .473 -.500 .693 -1.887 .887

Equal variances not assumed


(5)

Data Sampel

No

Umur

TB

BB

Frekuensi olahraga

KGD

Riwayat

merokok

sering

sesekali

tidak pernah

g/dL

ya

1

19

167

55 +

110 +

2

18

173

61

+

112 +

3

17

165

55

+

110 +

4

18

171

60

+

109

5

22

172

59

+

109

6

19

160

55

+

112

7

20

170

70

+

110

8

19

172

58 +

108 +

9

18

166

70

+

110

10

20

155

49

+

110

11

19

168

48

+

108

12

18

156

70

+

120

13

18

170

50

+

110 +

14

18

158

58

+

108 +

15

21

175

59

+

122 +

16

20

170

54

+

110

17

19

186

95

+

109

18

19

165

62

+

110

19

19

172

68

+

120

20

19

169

50

+

108

21

21

167

77

+

112

22

21

173

75

+

109 +

23

21

172

74 +

110

24

21

172

66 +

108

25

21

170

56

+

109 +

26

20

178

78 +

110


(6)

35

19

172

55

+

120 +

36

20

170

65

+

115

37

18

180

80

+

109 +

38

19

170

55

+

109 +

39

17

168

55

+

112

40

21

166

53

+

110 +

41

20

165

65

+

109 +

42

18

159

60 +

108 +

43

20

173

67

+

109

44

21

175

60 +

109 +

45

21

168

54

+

110

46

19

177

75 +

108

47

20

165

55

+

120

48

22

165

54

+

112 +

49

21

169

70

109 +

50

22

169

60

+

109 +

51

20

170

70

+

110

52

20

173

78

+

109

53

19

165

55

+

108 +

54

18

177

60

+

110 +

55

19

170

62

+

115 +

56

19

162

63

+

111 +

57

19

172

81

+

112 +

58

18

165

65

+

110 +

59

20

170

68

+

112 +