Perbedaan Kesanggupan Berolahraga dan Masa Pemulihan Antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

PERBEDAAN KESANGGUPAN BEROLAHRAGA DAN

MASA PEMULIHAN ANTARA MAHASISWA PEROKOK

DENGAN BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN

DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

OLEH :

CEMPAKA DEWI NASUTION

080100210

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERBEDAAN KESANGGUPAN BEROLAHRAGA DAN

MASA PEMULIHAN ANTARA MAHASISWA PEROKOK

DENGAN BUKAN PEROKOK SAAT LATIHAN

DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN

OLEH :

CEMPAKA DEWI NASUTION

NIM: 080100210

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pe rb edaan K esanggupan B e ro lah raga d an M asa Pe mu lihan Anta ra M ahasis wa Pe ro ko k dengan B ukan Pe ro kok Saat L atihan

di Fa ku ltas K edokte ran Unive rsita s Su mate ra Uta ra

NAM A : CEM PAK A DEWI NASU T ION NIM : 080100210

Pembimbing Penguji I

( dr. Yetty Machrina, M.Kes

) (

dr

.

Rina Amelia, MARS) NIP: 19790324 200312 2 002 NIP: 19760420 200312 2 002

Penguji II

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed) NIP: 19741019 200112 2 001


(4)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Perilaku merokok inipun dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan seseorang.

TUJUAN: untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

METODE: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental. Sampel diambil secara simple cluster sampling diperoleh 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok, kemudian sunyek penelitian dimintakan melakukan treadmill test dengan protokol Modbalke. Kesanggupan dinilai dengan menghitung VO2max dan masa pemulihan dihitung frekuensi nadi setelah latihan. Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test .

HASIL: Tingkat kesanggupan mahasiswa fakultas kedokteran sumatera utara perokok superior sebanyak 28 orang, excellent 1 orang, dan good 1 orang. Sedangkan tingkat kesanggupan bukan perokok superior sebanyak 28 orang,

excellent 2 orang, dan good tidak ada sama sekali. Rata-rata masa pemulihan

antara mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara perokok 3.70 (SD 2.65) dengan bukan perokok 3.93(SD 1.61) (p> 0,05).

KESIMPULAN: Tidak ada perbedaan kesanggupan dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan.


(5)

ABSTRACT

BACKGROUND: Smoking behavior was viewed from different points of view is very damaging, for the smoker and those around him. This smoking behavior could influence endurance to exercise and period of someone’s recovery.

OBJECTIVES: To assess the difference endurance to exercise and period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers with nonsmokers during exercise.

METHODS: This research used experimental design. Samples were taken for 30 student smokers and 30 student nonsmoker by simple cluster sampling. Then subject of research was requested to done treadmill test with protocol Modbalke. Endurance was marked with VO2max and period of recovery was marked with

pulse of frequence after exercise. Data analysis using statistical tests "t-independent"test.

RESULTS: Medical student of university of north sumatera endurance superior smoker are 28 peoples, excellent one people, and good one people. While endurance superior nonsmokers are 28 peoples, excellent 2 people, and there is nothing good nonsmokers. The average period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers 3.70 (SD 2.65) to 3.93 (SD 1.61) non-smokers (p> 0.05).

CONCLUSION: There is no difference endurance and period of recovery between student smokers with nonsmokers while exercising


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian dengan judul “Perbedaan Kesanggupan Berolahraga dan Masa Pemulihan antara Mahasiswa Angkatan 2008-2010 Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Yetty Machrina, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. dr. Rina Amelia, MARS selaku penguji I dan dr. Hemma Yulfi, DAP&E, Med.Ed selaku penguji II. Terima kasih atas ilmu, waktu dan saran yang diberikan kepada penulis.

4. Seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf

Medical Education Unit (MEU).

5. Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukukan penelitian .

6. Kedua orang tua penulis : Yusrizal Nasution dan Murniati Lubis, S.Ag. Terima kasih penulis ucapkan atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya yang telah diberikan kepada penulis


(7)

7. Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis, Dhanie, Tiara, puteri, Fadhilah, Maya, Nisa, Riko dan teristimewa Putri Seroja Nasution. Terima kasih atas bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini. 8. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.

Medan, 19 Desember 2011

Penulis,

Cempaka Dewi Nasution 080100210


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar... x

Daftar Singkatan... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Kesanggupan Berolahraga ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Ilmu Faal Dasar ... 4

2.1.3. Tes Kebugaran Jasmani………. 6

2.1.4. Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik….. 7

2.2. Denyut Nadi ... 8

2.2.1. Definisi ... 8

2.3. Paru ... 9

2.3.1. Definisi ... 9

2.3.2. Proses Pernapasan………. 10

2.3.3. Kapasitas Paru…….………... 10

2.4. Masa pemulihan ... 11

2.4.1. Definisi ... 11

2.4.2. Cara Mengukur Masa Pemulihan……… 12

2.5. Protokol latihan………. 13

2.6. VO2Max………... 14

2.6.1. Definisi.………... 14

2.7. Tingkat Kesanggupan Berolahraga……… 15

2.8. Merokok……… 16

2.8.1. Kebiasaan Merokok……….. 16

2.8.2. Bahan-Bahan Kimia Asap Rokok dan Dampaknya Bagi Tubuh……… 17


(9)

Kesanggupan Berolahraga……… 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep penelitian ... 19

3.2. Defenisi Operasional ... 19

3.2.1. Perokok ... 19

3.2.2. Kesanggupan Berolahraga ... 19

3.2.3. Masa Pemulihan……… 20

3.2.4. VO2max……… 20

3.3. Hipotesis ... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Rancangan Penelitian... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1. Populasi Penelitian………... 21

4.3.2. Sampel penelitian……….. 21

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

4.5. Metode Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian………. 25

5.1.1. Distribusi umur, kriteria perokok dan frekuensi olahraga ……….. 25

5.1.2. Hasil analisis tingkat kesanggupan berdasarkan rata-rata nilai VO2max antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 28

5.1.3. Hasil analisis masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara….………. 30

5.2. Pembahasan……….. 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……… 34

6.2. Saran………. 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1. Prediksi Rata-rata Maksimum Deyut Jantung Pada tes Latihan 9 Tabel 2.2. Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia Untuk Laki-laki 14

Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 20

Tabel 5.1. Distribusi Usia subyek Penelitian 24

Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Subyek Penelitian 25 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Olahraga Subyek Penelitian 25 Tabel 5.4. Uji T - Independent : VO2max Subyek Penelitian 26 Tabel 5.5. Kesanggupan Berolahraga Subyek Penelitian 26 Tabel 5.6. Uji T-Independent : Masa Pemulihan Subyek Penelitian 27


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 19


(12)

DAFTAR SINGKATAN

VO2max : Volume Oksigen Maksimum ES : Ergosistema


(13)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Perilaku merokok inipun dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan seseorang.

TUJUAN: untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

METODE: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental. Sampel diambil secara simple cluster sampling diperoleh 30 mahasiswa perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok, kemudian sunyek penelitian dimintakan melakukan treadmill test dengan protokol Modbalke. Kesanggupan dinilai dengan menghitung VO2max dan masa pemulihan dihitung frekuensi nadi setelah latihan. Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test .

HASIL: Tingkat kesanggupan mahasiswa fakultas kedokteran sumatera utara perokok superior sebanyak 28 orang, excellent 1 orang, dan good 1 orang. Sedangkan tingkat kesanggupan bukan perokok superior sebanyak 28 orang,

excellent 2 orang, dan good tidak ada sama sekali. Rata-rata masa pemulihan

antara mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara perokok 3.70 (SD 2.65) dengan bukan perokok 3.93(SD 1.61) (p> 0,05).

KESIMPULAN: Tidak ada perbedaan kesanggupan dan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan.


(14)

ABSTRACT

BACKGROUND: Smoking behavior was viewed from different points of view is very damaging, for the smoker and those around him. This smoking behavior could influence endurance to exercise and period of someone’s recovery.

OBJECTIVES: To assess the difference endurance to exercise and period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers with nonsmokers during exercise.

METHODS: This research used experimental design. Samples were taken for 30 student smokers and 30 student nonsmoker by simple cluster sampling. Then subject of research was requested to done treadmill test with protocol Modbalke. Endurance was marked with VO2max and period of recovery was marked with

pulse of frequence after exercise. Data analysis using statistical tests "t-independent"test.

RESULTS: Medical student of university of north sumatera endurance superior smoker are 28 peoples, excellent one people, and good one people. While endurance superior nonsmokers are 28 peoples, excellent 2 people, and there is nothing good nonsmokers. The average period of recovery between medical student of university of north sumatera smokers 3.70 (SD 2.65) to 3.93 (SD 1.61) non-smokers (p> 0.05).

CONCLUSION: There is no difference endurance and period of recovery between student smokers with nonsmokers while exercising


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Merokok adalah salah satu kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat (Hardinge, 2001). Bahkan jumlah perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006). Merokok memberikan risiko tinggi terhadap timbulnya berbagai jenis penyakit serta memberikan risiko kematian (Sitepoe, 2000).

Menurut Badan Kesehatan Dunia, sejak 1986 tercatat tiga juta kematian per tahun berkaitan dengan penyakit yang dipicu karena merokok. Selain itu, diperkirakan pada tahun 2025 kurang lebih sepuluh juta kematian akan dipicu oleh rokok. Di Indonesia pada tahun 1996 dikatakan 57.000 jiwa atau 157 jiwa meninggal setiap tahun akibat merokok. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8.000.000 jiwa (Sitepoe, 2000)

Badan Kesehatan Dunia menyebutkan Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok se-Asia, yaitu mencapai 146.860.000 jiwa. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1986 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada kelompok usia 15-19 tahun (13,2%) dan 20-24 tahun (46,0%) (Sitepoe, 2000).

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang di sekelilingnya. Beberapa bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, karbon monoksida dan tar akan memacu kerja dari susunan syaraf pusat dan syaraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal dan Hammen, 1998), menstimulasi kanker dan berbagai penyakit pada sistem pernafasan (Kaplan dkk, 1993).

Perilaku merokok inipun dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga seseorang, oleh karena kesanggupan berolahraga ditentukan oleh sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan. Apabila, salah satu sistem terganggu, maka dapat mempengaruhi kesanggupan berolahraga. Saat berolahraga, harus dibedakan antara perokok dengan bukan perokok yang tidak terlatih. Pada orang


(16)

tidak terlatih frekuensi pernapasannya semakin meningkat, dikarenakan banyaknya udara yang tidak ikut menyegarkan alveoli. Jadi, semakin tinggi frekuensi pernapasan, semakin kurang efisien seseorang saat melakukan olahraga (Octia, 1999). Sedangkan pada sistem kardiovaskular orang yang tidak terlatih, kerja jantung meningkat lebih tinggi, sehingga memperoleh efek terjadi peningkatan pasokan oksigen yang akan dipompakannya keseluruh tubuh. Dari kedua sistem ini dapat digunakan untuk mengukur kesanggupan berolahraga dan kebugaran seseorang (Pearce, 1995).

Penelitian mengenai Perbedaan Kesanggupan Berolahraga dan Masa Pemulihan antara Mahasiswa Angkatan 2008-2010 Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara belum ada dilakukan penelitian. Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimana perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan?”

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan.

1.3.2. Tujuan Khusus :

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan.

2. Untuk mengetahui lamanya masa pemulihan setelah melakukan latihan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok.


(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan efek merokok terhadap kesehatan, selain itu masyarakat dapat mengetahui perbedaan kesanggupan berolahraga perokok dengan bukan perokok saat latihan.

2. Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai penambah latihan dalam membuat suatu penelitian dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesanggupan berolahraga 2.1.1. Definisi

Secara harfiah arti kesanggupan berolahraga ialah kecocokan fisik atau kesesuaian jasmani. Secara akademis, pengertian kesanggupan berolahraga hanya menunjukkan keterkaitan antara kemampuan fisik yang dimiliki seseorang pada saat itu dengan tugas fisik yang harus dilakukan (Giriwijoyo, 2000).

Sebelum melakukan latihan terlebih dahulu harus mengenal Ilmu Faal Dasar. Ilmu faal dasar menjelaskan fungsi atau cara kerja organ-organ tubuh serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar tubuh. Pengaruh itu dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Misalnya bagaimana jantung dan paru melaksanakan fungsinya masing-masing di waktu istirahat dan di waktu berolahraga (Giriwijoyo, 2000).

2.1.2. Ilmu Faal Dasar

a. Sistematika Anatomi

Tubuh manusia dalam hal ini jasmani atau raga tersusun dari sekumpulan struktur-struktur (organ) dalam ikatan kerja-sama yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan terdiri dari Sistem:

• Skelet = kerangka • Muskular = otot • Nervorum = syaraf

• Hemo–hidro-limfatik = darah-cairan jaringan-getah bening • Respirasi = pernafasan

• Kardiovaskular = jantung – pembuluh darah • Termoregulasi = Tata suhu tubuh

• Digestivus = pencernaan • Ekskresi = pembuangan • Endokrin = hormon


(19)

• Sensoris = pengindera

• Reproduksi = pemulih generasi (Giriwijoyo, 2000).

b. Sistematika Fisiologik

Setelah mengenali struktur-struktur anatomis secara sistematis beserta masing-masing fungsinya, maka menjadi lebih mudah untuk memahami fungsi dari struktur-struktur tersebut serta tata hubungan fungsionalnya. Fungsi jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema itu ialah untuk bergerak, mempertahankan hidup, bekerja, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin. Oleh karena itu jasmani dapat disebut sebagai satu SISTEMA (untuk) KERJA = SK atau ERGOSISTEMA = ES (ergo = kerja). Jadi Ergosistema adalah sekumpulan struktur-struktur anatomis yang secara bersama-sama menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu bekerja atau berolahraga. Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu ergosistema, sistema-sistema anatomis tersebut secara fisiologis dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan jadilah Sistematika Fisiologik yaitu:

a. Perangkat Pelaksana gerak, disebut Ergosistema Primer -I atau Sistema Kerja Primer -I yang terdiri dari:

• Sistema skelet • Sistema muskular • Sistema nervorum

b. Perangkat Pendukung gerak, disebut Ergosistema Sekunder –II atau Sistem Kerja Sekunder –II yang terdiri dari:

• Sistema hemo-hidro-limfatik • Sistema respirasi

• Sistema kardiovaskular

c. Perangkat Pemulih/Pemelihara, disebut Ergosistema Tersier -III atau Sistem Kerja Tersier -III yang terdiri dari:

• Sistema digestivus • Sistema ekskresi


(20)

• Sistema reproduksi

ES-III ini berperan lebih dominan pada istirahat. Pada waktu bekerja atau berolahraga, Ergosistema yang berperan dominan adalah ES-I dan ES-II. Sistema endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat humoral. Sedangkan sistema sensoris berfungsi sebagai komunikator external maupun internal.

Sistem Termoregulasi berfungsi menata suhu tubuh. Kedua sistem tersebut terakhir tidak hanya berperan pada masa pemulihan/istirahat, tetapi bahkan berperan lebih penting dalam olahraga. Seluruh Ergosistema tersebut diatas secara terkoordinasi mempunyai satu tujuan akhir yang sama yaitu berusaha memelihara homeostasis pada istirahat maupun pada kerja/ olahraga (Giriwijoyo, 2000).

2.1.3. Tes Kesanggupan Jasmani

Kesanggupan jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang.

Komponen Kebugaran Jasmani secara anatomis terdiri dari : I dan ES-II. ES-I terdiri dari:

• Kerangka dengan persendiannya • Otot

• Saraf

a. ES-II terdiri dari:

• Darah dan cairan tubuh • Perangkat pernafasan • Perangkat kardiovaskular

b. Komponen Kebugaran Jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari komponen-komponen anatomis tersebut di atas yaitu:

1. ES-I yang wujud fungsionalnya adalah: • flexibilitas

• kekuatan dan daya tahan otot • fungsi koordinasi saraf


(21)

2. ES-II yang wujud fungsionalnya adalah: • daya tahan umum.

3. Secara fungsional, ES-I mewujudkan:

• kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal primer.

4. ES-II mewujudkan:

• kapasitas aerobik (VO2 max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal sekunder (Giriwijoyo, 2000).

2.1.4. Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik

Denyut nadi merupakan indikator untuk melihat intensitas olahraga yang sedang dilakukan. Pada satu orang, terdapat hubungan yang linier antara intensitas aktivitas fisik dengan denyut nadi, artinya: peningkatan intensitas olahraga akan diikuti dengan peningkatan denyut nadi yang sesuai. Sedang pada 2 orang yang berbeda, tinggi frekuensi denyut nadi yang dicapai untuk beban kerja yang sama ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmaninya masing-masing. Artinya beban kerja objektif yang sama akan memberikan intensitas relatif yang berbeda, tergantung pada tingkat kebugaran jasmaninya dan karena itu memberikan frekuensi denyut nadi yang berbeda. Bermacam-macam cara dipergunakan orang untuk menentukan denyut nadi maksimal dan denyut nadi olahraga.

Denyut nadi maksimal (DNM) rumus: DNM = 220 – umur. (Cooper 1994)

Pemantauan denyut nadi setiap kali dilakukan segera setelah selesai melakukan olahraga kesehatan - dalam batas waktu 10 detik dan selalu harus dilakukan untuk mengetahui berapa nilai denyut nadi yang dicapainya.

Menghitung denyut nadi latihan selama melakukan aktivitas olahraga sulit dilakukan, oleh karena itu denyut nadi latihan dihitung segera setelah orang berhenti/ menghentikan olahraganya. Namun waktu yang tersedia hanya 10 detik, lebih dari waktu itu nadi latihan sudah menurun, sehingga bila terlambat menghitung denyut nadi maka nadi yang diperoleh tidak mencerminkan nadi latihan yang sebenarnya, tetapi lebih rendah.


(22)

Kegiatan olahraga kesehatan aerobik mengambil waktu minimal 10 menit yang disebut sebagai waktu minimal yang efektif untuk meningkatkan kapasitas aerobik seseorang, sedangkan waktu maksimalnya ialah 20 menit yang disebut sebagai waktu maksimal yang efisien (Giriwijoyo, 2000).

2.2. Denyut Nadi 2.2.1. Definisi

Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang dihitung tiap menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan denyut nadi normal 60-100 kali/menit (Majid, 2005).

Jantung merupakan organ berongga empat dan berotot yang berfungsi memompa darah lewat sistem pembuluh darah. letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang kiri, pada tempat ini terjadi pukulan jantung yang disebut iktus kordis.jantung menggerakkan darah dengan konstraksi yang kuat dan teratur dari serabut otot yang membentuk dinding pada rongga-rongganya. Pola konstraksi sedemikian rupa, sehingga kedua bilik berkontraksi serempak dan hampir 1/10 detik kemudian dan kedua serambi berkontraksi bersama-sama (Kasiyo Dwijowinoto, 1993).

Untuk mengetahui kecepatan denyut jantung seseorang dapat dilakukan dengan menggunkaan pulse rate, yaitu dengan cara menghitung perubahan tiba-tiba dari tekanan yang dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah, sedangkan pengukuran dapat dilakukan pada :

1) Arteri Karotis (daerah leher),

2) Arteri Radialis (peregelangan tangan), 3) Arteri Femoralis (lipat paha),

4) Arteri Poplitea,

5) Arteri Dorsalis Pedis (daerah dorsum pedis), 6) Arteri Temporalis (ventral daun telinga).


(23)

Sedangkan untuk mengetahui sirkulasi darah tersebut yang paling sederhana dengan pemeriksaan denyut nadi. Jadi secara tidak langsung denyut nadi sebagai indeks kerja jantung memiliki peranan yang penting bahkan dapat mengukur tingkatan seseorang saat latihan. Denyut nadi merupakan sebagaian besar indeks pekerjaan jantung tetapi elastilitas pembuluh darah yang lebih besar, viskositas darah, resistensi arteriol dan kapiler memegang peranan dalam menetapkan sifat-sifat tertentu dari denyut nadi (Hairy, 1993). Usia sangat berperan penting dalam menentukan denyut nadi seseorang saat latihan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Prediksi Rata-rata Maksimum Denyut Jantung Pada Tes Latihan Usia

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 Denyut Nadi 197 195 193 191 189 187 184 182 180 178 176 174 172 *Ameican Heart Association Subcommittee on rehabilitation target group: standards for

cardiovascular exercise treatment programs. Circulation 59:1084A-1090A, 1979 by permission of The American Heart Association, Inc.

2.3. Paru 2.3.1. Definisi

Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan yang berfungsi sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan menggunakan bantuan haemoglobin sebagai pengikat oksigen. Setelah oksigen didalam darah diikat oleh haemoglobin, selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh. Dalam tubuh manusia oksigen digunakan sel-sel tubuh dalam proses pelepasan energi. Proses tersebut selain menghasilkan energi juga menghasilkan karbon oksida yang harus dikeluarkan dari tubuh.

Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar. Paru-paru tersusun oleh


(24)

bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus (Soejono, 1999)

2.3.2. Proses Pernapasan

Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas (inspirasi) serta mengeluarkan napas (ekspirasi). Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Pada saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasin terjadi secara bersamaan.

2.3.3. Kapasitas Paru

Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan

inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum.

2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi

+ volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.

3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume


(25)

merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.

4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu.

Besarnya ±5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).

2.4. Masa pemulihan 2.4.1. Definisi

Denyut jantung pemulihan adalah pengukuran diambil untuk membantu menentukan seberapa baik jantung berfungsi setelah melakukan latihan (Lori Newell, 2011). Hal ini mengacu pada kemampuan jantung untuk kembali sendiri ke irama normal setelah meningkat selama latihan.

2.4.2. Cara Mengukur Masa Pemulihan

Untuk menemukan tingkat pemulihan denyut jantung, pertama-tama membawa dan mencatat tingkat pra-latihan jantung. Kemudian melakukan

treadmill test. Dalam tes sederhana, latihan dilakukan selama sekitar 10 menit.

Dalam latihan, seseorang akan berjalan diatas treadmill sampai orang tersebut terlalu lelah untuk melanjutkannya.

Denyut jantung kemudian akan dipantau selama sesi latihan. Setelah berhenti berolahraga, kemudian orang tersebut duduk dan diambil denyut jantungnya untuk melihat seberapa meningkatnya denyut jantungnya. Kemudian mengambil tingkat pemulihan jantungnya setiap 15 detik untuk menit pertama, kemudian setelah setiap menit sampai kembali ke tingkat pra-latihannya. Ini adalah pemulihan detak jantungnya dimana jumlah waktu yang dibutuhkan bagi jantungnya untuk pulih dari latihan.

Jika seseorang dalam keadaan fit dan kondisi baik melakukan olah raga tersebut, denyut jantungnya harus cepat kembali normal dalam waktu 10 sampai 15 menit setelah latihan. Pemulihan jantung normal didefinisikan sebagai penurunan denyut nadi 15 sampai 25 denyut per menit (Lori Newel, 2011).


(26)

Untuk menentukan tingkat pemulihan seseorang, digunakan rumus berikut:

Pemulihan detak jantung = (latihan detak jantung - denyut jantung pemulihan setelah 1 menit) / 10

Monitor denyut nadi latihan segera di akhir latihan. Tepat satu menit setelah latihan, ambil denyut jantungnya lagi. Kurangi satu-menit pemulihan tukar dari detak jantung latihan dan membagi angka ini dengan 10. Semakin tinggi nomor tingkat pemulihan, dengan cepat denyut jantung telah pulih dari latihan.

Untuk menilai pernapasan, pertama dilihat berapa konsumsi oksigen dan ventilasi paru dalam latihan. Konsumsi oksigen normal pada pria dewasa sewaktu istirahat adalah sekitar 250 ml/menit. Dimana konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali antara keadaan istirahat dan latihan (Guyton, 2007). Perhitungan dilakukan dari pernapasan sebelum latihan dan setelah selesai latihan.

2.5. Protokol latihan

Daya guna uji latihan fisik tergantung pada jenis latihan fisik. Beberapa latihan atau protokol yang digunakan meliputi peningkatan secara progresif terhadap rata-rata kerja tanpa adanya waktu istirahat diantara perubahan dari peningkatan rata-rata kerja tersebut (Washington dkk, 1994).

Beberapa protokol latihan yang digunakan dalam uji latihan fisik , antara lain: 1) Protokol Balke

2) Protokol Bruce 3) Protokol James 4) Protokol Siklus 5) Protokol Strong

Protokol Balke yaitu protokol yang memiliki kecepatan 3,7 kg/jam latihan dengan penunjukkan kemiringan yang konstan. Bagi seseorang yang bugar dan aktif, protokol ini terlalu lama dan tingkat kemiringannya terlalu rendah (Washington dkk, 1994).

Protokol Bruce ini menggunakan stadium.kecepatan dan derajat stadium meningkat setiap 3 menit, mulai dari 1,7 sampai 6 mph dan dari 10% - 22%


(27)

Keuntungan protokol Bruce ini ialah dapat digunakan untuk semua umur dan respon fisiologi untuk kerja submaksimal dapat diukur, oleh karena protokol ini menggunakan waktu yang lebih lama dari protokol lainnya yaitu 12 menit dapat membuat seseorang menjadi bosan.

Protokol James merupakan protokol yang spesifik yang berdasarkan luas permukaan tubuh. Protokol ini bertujuan untuk mencapai keadaaan yang melelahkan sehingga dapat mempengaruhi tenaga maksimal yang dikeluarkan serta untuk mengukur perubahan fisiologis yang terjadi selama uji latihan fisik (Washington dkk, 1994). .

Protokol siklus adalah protokol yang memiliki irama bervariasi antara 50 dan 60 rpm dengan lama stadium berbeda bertujuan untuk meningkatkan beban kerja (Washington dkk, 1994).

Protokol Strong adalah protokol yang bertujan untuk menentukan kapasitas kerja fisik pada frekuensi denyut jantung 170 kali permenit dan untuk membandingkan tingginya kerja sampai menunjukkan kelelahan atau kapan latihan fisik dihentikan (Washington dkk, 1994).

2.6. VO2max 2.6.1. Definisi

Volume oksigen maksimal (VO2max) merupakan ukuran yang sering digunakan pada kebugaran aerobik dan menunjukkan rata-rata energi maksimal yang ditimbulkan oleh sistem energi aerobik. VO2max ditentukan oleh kemampuan sistem pernapasan dan kardiovaskuler terhadap pengiriman oksigen ke otot skeletal yang mengalami kontraksi serta kemampuan otot dalam mengkonsumsi oksigen (Hargeaves, 2003). Secara latihan fisik maksimum, denyut nadi jantung dan isi sekuncup meningkat sekitar 95% dari nilai maksimal. Oleh karena curah jantung adalah isi sekuncup jantung, maka curah jantung juga meningkat. VO2max lebih banyak dipengaruhi oleh sistem jantung dibandingkan sistem pernapasan. Hal ini disebabkan jumlah oksigen yang digunakan tubuh tidak pernah melebihi nilai rata-rata oksigen yang dikirim oleh sistem jantung ke


(28)

jaringan (Guyton, 2007). Tingkat kesanggupan berolahraga berdasarkan VO2max dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia untuk Laki-laki

*Based on the Cooper Clinic modified Balke treadmill protocol

2.7. Tingkat Kesanggupan berolahraga Tingkat kesanggupan berolahraga antara lain: 1. Kardiorespiratori atau Daya Tahan Aerobik

Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang beratnya sedang pada jangka waktu tertentu. Kemampuan merefleks bagaimana baik jantung dan paru-paru bekerjasama untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh selama penggunaan dan latihan.

2. Daya Tahan Otot

Kemampuan untuk menahan posisi khusus untuk waktu yang terus-menerus atau mengulang gerakan berulangkali.

3. Kekuatan Otot

Kemampuan untuk menggunakan kekuatan maksimum, seperti mengangkat beban terberat yang bisa dialihkan 1 kali. Ini memungkinkan mempunyai

Fitness

Category*

<30 tahun

30 – 39 tahun

40 – 49 tahun

50-59 tahun

Very poor

(ml/kg/min)

<14.59 <13.59 <12.29 <10.02

Poor

(ml/kg/min)

15.00-18.06 14.00-16.59 12.30-15.29 10.03-12.59

Fair

(ml/kg/min)

18.07-22.05 17.00-20.59 15.30-19.59 13.00-16.59

Good

(ml/kg/min)

22.06-26.00 21.00-24.42 20.00-23.13 17.00-20.29

Excellent

(ml/kg/min)

26.01-28.59 24.43-27.09 23.14-26.15 20.30-23.59

Superior

(ml/kg/min)


(29)

kekuatan otot pada satu tempat, seperti di tangan, sedangkan kekuatan berkurang di tempat lain seperti di kaki.

4. Kelenturan

Kemampuan untuk menggerakkan sendi penuh dengan gerakan; elastisitas otot. Jaringan otot, yang mencapai 40 % sampai 50 % berat tubuh. Pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. (Ethel Sloane, 2001)

5. Komposisi Tubuh

Proporsi lemak dalam tubuh berbanding dengan tulang dan otot ketika suatu potensi tindakan telah melintas neuromuscular simpangan dan kemudian telah menyebar di (dalam) kedua-duanya arah sepanjang serabut otot yaitu 003 detik (Guyton , 2001)

2.8. Merokok

2.8.1. Kebiasaan Merokok

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel (Harrisons, 1987).

Merokok dapat mengganggu kesehatan, rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan nikotin (Sitepoe, 1997).


(30)

2.8.2 Bahan-Bahan Kimia Asap Rokok dan Dampaknya bagi Tubuh a. Nikotin

Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau yang tidak dibakar. Nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan merokok. Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah.

b. Tar

Dalam tar dijumpai kanserogenik yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis yang memicu kanker paru. Selain itu, juga dijumpai N nitrosoamine nikotin di rokok yang berpotensi besar sebagai kanserogenik terhadap jaringan paru-paru. c. Gas karbonmonoksida

Gas karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan gas oksigen dalam transport hemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 % gas karbon oksida yang diisap saat merokok, sedangkan gas karbon oksida yang diisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karbosi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-6 %. Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan terus berjalan maka terjadi polisitemia yang akan mempengaruhi syaraf pusat.

d. Timah Hitam

Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok yang diisap di perhitungkan mengandung 0,5 mikrogram, sedangkan batas bahaya kadar PB dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000).

2.8.3. Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Kesanggupan berolahraga Pada sistem kardiovaskular, nikotin berfungsi sebagai perangsang terhadap jantung, yaitu dengan melepaskan catecholamine yang dapat menaikkan tekanan darah, denyutan jantung dan jumlah oksigen yang diperlukan, juga dapat merangsang susunan saraf. Nikotin ini mengikat dan merangsang sel otak melalui


(31)

central nicotinic cholinergic receptors sehingga neurohumoral pathways

diaktifkan yang mengakibatkan keluarnya hormon dan berbagai neurotransmitters. Efek ini segera dirasakan dalam waktu 7 detik setelah orang mengisap dan mengeluarkan asap rokok yang pertama (Liwidjaja, 2005).

Bilamana penyempitan terjadi di pembuluh darah jantung, maka kekurangan oksigen pada jantung menimbulkan perasaan nyeri yang hebat yang disebut angina. Pada penyumbatan total, sebagian dari jantung tidak akan mendapat darah dan otot jantung tersebut akan mati sehingga penderita akan mendapat serangan jantung. Penyakit ini umumnya terdapat pada perokok. Hal demikian membuat seseorang mudah lelah saat berolahraga.

Kesanggupan berolahraga juga ditentukan oleh sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan efek rokok menyebabkan iritasi bronkial dengan sekresi lendir yang berlebihan, batuk, peningkatan resistensi terhadap aliran udara, kelumpuhan sementara silia, dan penurunan resistensi terhadap infeksi pernapasan. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat memblokir transpor oksigen ke jantung dan otot saat berolahraga (Strauss,1984). Karena asap rokok mengandung sejumlah besar karbon monoksida (sampai 4 persen berdasarkan volume) menyebabkan kapasitas pengangkutan oksigen darah berkurang, bahkan setelah hanya menghisap satu batang rokok (Strauss,1984).

Pada beban latihan ringan (ventilasi paru kurang dari 10 liter per menit), kenaikan resistensi saluran napas mungkin diabaikan. Namun, dengan tarif kerja yang lebih tinggi, ventilasi paru per menit dapat dikurangi, sehingga menghasilkan kinerja latihan yang optimal. Dengan semuanya itu, bahkan perokok ringan sekalipun sering merasakan adanya tahanan pernapasan selama latihan maksimum, dan tingkat kinerjanya dapat berkurang (Guyton, 2007). Karena efek ini dan asosiasi merokok dengan kanker paru-paru dan PPOK, Merokok harus dihindari oleh mereka yang ingin berolahraga.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU Angkatan 2008, 2009 dan 2010 perokok dengan bukan perokok saat latihan.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Perokok

a. Definisi : orang yang merokok dan langsung menghisap asap rokoknya selama lebih dari 6 bulan.

b. Alat ukur : kuesioner

c. Hasil pengukuran : perokok dengan bukan perokok d. Skala ukur : nominal.

3.2.2. Latihan

a. Definisi : berjalan di atas treadmill selama 9 menit dengan kecepatan tetap yaitu 3.2 km/jam. Dimana setiap stage akan berganti serta diikuti dengan kenaikan sudut kemiringan alat treadmill (seperti mendaki).

b. Alat Ukur : treadmill merek GE Cardiosoft. 3.2.3. Kesanggupan berolahraga

Perokok

Kesanggupan berolahraga dan Masa

Pemulihan Bukan Perokok


(33)

a. Definisi : orang yang melakukan latihan selama 10 menit diatas

treadmill untuk menilai kesanggupan berolahraga berdasarkan Volume

oksigen maksimal yang dapat diambil saat latihan.

b. Cara ukur : sampel berjalan di treadmill test dengan protokol

modbalke dan dihitung dengan rumus: VO2max (ml/kg/min) = 1,44(time)+14,99. .

c. Alat ukur: tredmill test

d. Hasil pengukuran: Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia untuk Laki-laki

e. Skala Ukur: ordinal 3.2.4. Masa pemulihan

a. Definisi: waktu yang diambil saat perhitungan nadi setelah latihan sampai mencapai nadi istirahat.

b. Cara ukur: mengukur nadi sampel dengan dua jari pada arteri radialis dengan menggunakan stopwatch.

c. Hasil pengukuran: < 3 menit, 3 menit, >3 menit d. Skala ukur: numerik

Fitness

Category*

<30 tahun

Very poor

(ml/kg/min)

<14.59

Poor

(ml/kg/min)

15.00-18.06

Fair

(ml/kg/min)

18.07-22.05

Good

(ml/kg/min)

22.06-26.00

Excellent

(ml/kg/min)


(34)

3.3. Hipotesis

Ada perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU dengan bukan perokok saat latihan.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental, dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Fisiologi FK USU dari bulan Juni-November 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Peneliti 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa perokok dengan bukan perokok di FK USU Angkatan 2008, 2009 dan 2010 yang berada di Fakultas Kedokteran.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel diambil secara simple cluster sampling (Notoatmojo, 2005). Sampel penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berdasarkan tabel 4.1. di bawah ini.

Tabel 4.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Berat badan normal :

BMI = Berat (kg) / tinggi² (m) Normal : 18,50 kg/m² -23.00 kg/m² Usia Kriteria : 18-23 tahun .

Frekuensi berolahraga: sering, sesekali,

tidak pernah.

a) Penyakit Jantung b) Hipertensi c) Kolesterol d) DM e) Asma


(36)

Ditentukan dengan alat Glukose test (KGD), dan mengukur tekanan darah (tensi jenis android).

n = 60 responden

Keterangan rumus :

n : besar sampel minimum.

Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu. Z1-β : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu. P0 : proporsi di populasi.

Pa : perkiraan proporsi di populasi.

Pa-P0 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pada tahap awal, seluruh responden mengisi identitas diri, menjawab pertanyaan apakah responden perokok atau bukan perokok dan mendapatkan kuesioner mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan terhadap perokok dengan bukan perokok, yaitu sebagai kriteria inklusi/eksklusi pada penelitian ini. Setelah didapatkan berapa jumlah responden yang termasuk dalam kriteria inklusi, kemudian sampel :

a) Sebelum latihan, sampel dihitung denyut nadinya selama 1 menit dengan mengunakan stopwatch.


(37)

b) Mengukur tekanan darah sampel dalam keadaan duduk c) Menghidupkan komputer yang dihubungkan ke alat treadmill

d) Masukkan data sampel ke dalam komputer dan tentukan target Heart Rate yaitu 70% beserta protokol yang akan digunakan yaitu modbalke.

e) Ada beberapa tahap dalam menjalankan treadmill test yang pertama adalah pretest (supine, standing, hiperventilation), setelah itu memasuki

exercise (stage 1, stage 2, stage3), stage akan berganti setiap 3 menit.

f) Setiap dua menit akan diminta nilai dari tekanan darah sampel, kemudian berlanjut ke recovery selama 30 detik, dan terakhir adalah test end, dimana treadmill test berakhir

g) Memberitahukan kepada sampel untuk naik ke treadmill test dengan kaki diregangkan sambil melakukan hiperventilasi sebanyak 10 kali.

h) Setelah hiperventilasi selesai, maka sampel diminta untuk membiasakan berjalan yang benar di atas treadmill test serta memberitahukan kepada sampel bila ada keluhan nyeri dada atau tidak sanggup lagi melakukan

treadmill test, maka sampel diminta untuk menekan tombol stop.

i) Setelah pretest selesai, maka dilanjutkan ke tahap exercise (stage 1, stage

2, stage3), stage akan berganti setiap 3 menit serta diikuti dengan

kenaikan sudut dari treadmill yang membentuk sudut tertentu dan akan meningkat di setiap perubahan stage.

j) Setiap dua menit dari setiap stage, akan diminta tekanan darah. k) Kemudian memperhatikan gambaran EKG dan tekanan darah sampel. l) Setelah exercise selesai, maka berlanjut ke tahap recovery, yaitu dimana

kembalinya posisi treadmill ke posisi awal, tahap ini berlangsung selama 30 detik.


(38)

m)Setelah tahap exercise selesai, maka memasuki tahap yang terakhir yaitu

test end, dimana treadmill test berakhir.

n) Kemudian setelah treadmill test selesai, maka dilakukan pengukuran denyut nadi setelah latihan dengan menggunakan stopwatch.

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data menggunakan uji statistik “t-independent” test untuk melihat apakah ada perbedaan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok. Dikatakan bermakna bila P<0,05. Analisis statistik dilakukan dengan bantuan komputerisasi (Wahyuni, 2008).


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, karakteristik subyek penelitian disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu; umur 18-23 tahun, indeks masa tubuh yang normal, frekuensi berolahraga kadar gula darah normal, tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, asma dan diabetes melitus.

5.1.1. Distribusi umur, kriteria perokok dan frekuensi olahraga

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah 30 orang perokok dan 30 orang bukan perokok, dimana perokok yang paling banyak berumur 19 tahun sebanyak 10 orang (16,7%) dan bukan perokok yang paling banyak berumur 20 tahun sebanyak 12 orang (20%) seperti terlihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Usia Subyek Penelitian

Usia

Riwayat perokok

Persentase (%) Perokok

(N)(%)

Bukan Perokok (N)(%)

18 8(13,3%) 3 (5%) 18,3%

19 10(16,7%) 8(13,3%) 30%

20 2 (2,3%) 12(20%) 23,3%

21 8 (16,7%) 6(10%) 26,7%

22 2 (3,3%) 1(1,7%) 5%


(40)

Berdasarkan distribusi kriteria perokok subjek penelitian, dimana perokok ringan yang paling banyak berjumlah 19 orang (63,3%) seperti terlihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Kriteria Perokok Subyek Penelitian.

Berdasarkan distribusi frekuensi olahraga subjek penelitian, dimana frekuensi olahraga pada perokok dengan bukan perokok adalah sama, hanya sesekali yaitu 25 orang (41,7%) seperti terlihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Olahraga subyek penelitian Kriteria Perokok

N Persentase (%)

Ringan 19 63,3% Sedang 9 30%

Berat 2 6,7% Jumlah 30 100%

Frekuensi Olahraga

Perokok Bukan Perokok (N)(%) (N)(%)

Persentase (%) Sering 5 4

(8,3%) (6,7%)

9 (15%) Sesekali 25 25

(41,7%) (41,7%)

50 (83,4%) Tidak pernah 0 1

(0%) (1,7%)

1 (1,7%)


(41)

5.1.2. Hasil analisis tingkat kesanggupan berdasarkan rata-rata nilai

VO2max antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat

latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan menggunakan uji t-independent, didapatkan nilai rata-rata VO2max dengan standard deviasi tertentu.

Tabel 5.4. Uji T Independent : VO2max Subyek Penelitian

Hasil Out put didapatkan rata-rata VO2max mahasiswa perokok adalah 29.19 (SD1.17) dan mahasiswa bukan perokok adalah 29.44 (SD 0.20). Hasil uji t = -1.138 dan p value 0.026. Hal ini berarti tidak ada perbedaan kesanggupan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran.

Tabel 5.5. Kesanggupan Berolahraga Subyek Penelitian VO2max

Riwayat perokok Rata-rata N Standard

Deviasi

Sig.

Perokok 29.19 30 1.17

0.260

Bukan perokok 29.44 30 0.20

Kesanggupan Perokok

(N)

Bukan perokok (N)

Superior 28 28

Excellent 1 2

Good 1 0


(42)

Berdasarkan tabel 5.5. Hasil analisis tingkat kesanggupan mahasiswa perokok dengan bukan perokok tidak jauh berbeda dimana kesanggupan superior adalah sama yaitu sebanyak 28 orang.

5.1.3. Hasil analisis masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan menggunakan uji t-independent, didapatkan nilai rata-rata masa pemulihan dengan standard deviasi tertentu.

Tabel 5.6. Uji T-Independent : Masa Pemulihan Subyek Penelitian

Hasil Out put didapatkan rata-rata masa pemulihan mahasiswa perokok adalah 3.70 (SD 2.65) dan mahasiswa bukan perokok adalah 3.93 (SD 1.61). Hasil uji t = - 0.411 dan p value 0.682. Hal ini berarti tidak ada perbedaan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan di Fakultas Kedokteran.

5.2 Pembahasan

Kesanggupan berolahraga antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok dapat diukur dari nilai VO2max. Dalam latihan, peningkatan VO2 max membutuhkan kemampuan paru untuk menyerap oksigen. VO2max mengacu pada kecepatan pemakaian oksigen bukan sekedar banyaknya oksigen yang dicapai. Nilai volume oksigen maksimal juga dipengaruhi dari berat badan seseorang.

Masa Pemulihan

Riwayat perokok Rata-rata N Standard

Deviasi

Sig.

Perokok 3.70 30 2.65

0.682


(43)

(Parahita, 2009) semakin bertambah berat badan seseorang (obes) maka, semakin besar pengambilan volume oksigen maksimum yang dipakai. Namun pada penelitian ini rata-rata pengambilan oksigen maksimal (VO2 max) tidak berbeda antara satu dengan yang lain, oleh karena rata-rata berat badan subyek penelitian adalah normal berdasarkan kriteria inklusi. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi VO2 max, yaitu: fungsi paru jantung, metabolisme otot aerobik, keadaaan latihan dan keturunan.

Kesanggupan dipengaruhi juga oleh sistem kardiovaskular. Dimana, Daya tahan atau kesanggupan jantung berfungsi secara optimal pada keadaan istirahat dan latihan untuk mengambil oksigen dan mendistribusikan ke jaringan yang aktif untuk metabolisme tubuh.

Daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada usia 30 tahun. Sesudah usia ini daya tahan kardiorespirasi akan menurun. Penurunan ini terjadi karena paru, jantung dan pembuluh darah mulai menurun fungsinya (Reza, 2008). Hal ini tidak dapat mempengaruhi kesanggupan perokok dan bukan perokok karena usia subyek penelitian 18 sampai 22 tahun (tabel 5.1).

Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh lama latihan. Lama latihan memiliki pengaruh terhadap pengambilan oksigen maksimum dan kerja jantung seseorang dalam berolahraga (Willmore dan Costill, 1994). Lama latihan pada penelitian ini sekitar 10 menit menurut protokol Modbalke dengan kecepatan 3.2 km/jam. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesanggupan seseorang saat latihan dimana subyek penelitian semuanya sanggup melakukan latihan selama 10 menit.

Masa pemulihan dapat diukur dari nadi sebelum latihan sampai nadi mencapai keadaan semula. Denyut nadi sendiri tidak dapat dipisahkan dengan sistem peredaran darah dan paru atau saling tergantung satu dengan yang lain. Supaya jantung efektif bekerja sebagai pemompa, maka otot jantung harus berkontraksi dalam waktu yang hampir bersamaan. Irama jantung dipengaruhi oleh frekuensi latihan begitu juga dengan irama atau denyut nadi.


(44)

Conconi mengemukakan hasil penelitiannya bahwa ambang latihan dapat juga ditentukan melalui pengamatan denyut nadi selama pemberian beban latihan seperti yang dikutip oleh Janssen (1989). Subyek pada penelitian ini adalah perokok dan bukan perokok diketahui bahwa orang yang merokok akan mempengaruhi kerja jantungnya, salah satunya zat yang terkandung di dalam rokok adalah nikotin. Nikotin berfungsi sebagai perangsang terhadap jantung, yaitu dengan melepaskan catecholamine yang dapat menaikkan tekanan darah, denyutan jantung dan jumlah oksigen yang diperlukan, juga dapat merangsang susunan saraf. Akibat tersebut terlihat pada perokok berat (Liwidjaja, 2005). Hal ini akan mempengaruhi masa pemulihan bagi orang yang merokok. Namun pada penelitian ini rata-rata masa pemulihan perokok dan bukan perokok tidak berbeda antara satu dengan yang lain, oleh karena kriteria perokok subyek penelitian hampir seluruhnya adalah perokok ringan (tabel 5.2).

Adapun, faktor-faktor lain yang mempengaruhi masa pemulihan adalah usia seseorang. Orang yang berusia lebih dari 25 tahun membutuhkan waktu pemulihan lebih panjang dibandingkan orang yang berusia 18 tahun (berghind, 1992) pada penelitian ini subyek penelitian berusia 18 sampai 22 tahun berdasarkan kriteria inklusi sehingga tidak terdapat pebedaan masa pemulihan antara perokok dengan bukan perokok.

Hasil yang tidak signifikan pada penelitian ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh frekuensi olahraga subyek penelitian, sebab pada orang yang sering berolahraga, denyut nadi dalam keadaan istirahat lebih rendah dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah berolahraga (Hairy, 1989). Hal ini dapat mempengaruhi masa pemulihan subyek penelitian dimana hampir seluruhnya hanya sesekali berolahraga (tabel 5.3) sehingga tidak terdapat perbedaan masa pemulihan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok.


(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisa penelitian pada 30 mahasiswa FK USU perokok dan 30 mahasiswa bukan perokok saat latihan selama 10 menit.

1. Ternyata secara statistik dilihat dari nilai VO2max tidak ada perbedaan kesanggupan antara mahasiswa perokok dengan bukan perokok saat latihan.

2. Masa pemulihan antara mahasiswa FK USU perokok dengan bukan perokok saat latihan tidak mengalami perbedaan yang bermakna.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan, menambah jumlah sampel penelitian dan meneliti pada populasi yang berbeda usia atau pada usia yang lebih lanjut. Pada usia remaja perbedaan physical fitness tidak akan jauh bermakna di antara perokok maupun bukan perokok, apalagi bila kebiasaan merokok baru dijalani beberapa bulan/tahun terakhir. Selain itu, untuk meningkatkan kesanggupan berolahraga dan masa pemulihan yang merupakan indikator sistem kerja jantung dan pernafasan dapat dilakukan latihan dengan menambah waktu latihan sehingga mencapai target heart rate yang maksimal agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik lagi .


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Soejono. 1999. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Universitas Negeri Malang: Malang

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi: penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta Birrer, R., 1984. Sport Medicine for the Primary Care Physician.

USA: Prentice Hall.

Cooper, K.H., 1994. Antioxidant Revolution. Nashville-Atlanta-London- Vancouver: Thomas Nelson Publishers.

Corwin, E.J., 1997. Patofisiologi. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC. Fox, E.L., 1983. Sport Physiology, 2 ed., Saunders Colege Publishing, Halt- Saunders.

Ganong, WF., 2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Penerjemah Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.

Giriwijoyo,Y.S.S., 2000. Ilmu Faal Olahraga, Buku perkuliahan Mahasiswa

FPOK-IKIP Bandung.

Guyton dan Hall., 1997. Fisiologi Kedokteran. Penerjemah Irawati Setiawan, dkk. Jakarta: EGC.

Hargreaves, M., and Hawley, J., 2003. Phsiological Bases Of Sport Performance. New York: McGraw-Hill.

Harre Dietrich, 1982. Principles of Sports Training, Introduction The Theory and

Methods of Training. Berlin, Sportverlog.

Hoeger, W.K., and Hoeger, S.A., 1996. Fitness and Wellness. USA: Morton Publishing.

Madina, D 2007. Nilai Kapasitas Vital Paru dan Hubungan Kareteristik Fisik

Pasa Atlet Berbagai Cabang Olahraga, Universita Padjadjaran. Available


(47)

FjAF&url=http%3A%2F%2Fresources.unpad.ac.id%2Funpad-content%2Fuploads%2Fpublikasi_dosen%2FNILAI%2520KAPASITAS %2520VITAL%.html. [Accesed 24 Mei 2011]

Notoatmojo, S., 2003. Metedologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka. Pearce, E. 1985. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia. Satroasmoro, S., Ismael, S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta: Sagung Seto.

Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo Strauss, R., 1984. Sport Medicine. USA: W.B.Saunders.

Syaifuddin, 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS) Jakarta: Bamboedoe Communication.


(48)

Lampiran

DATA RIWAYAT HIDUP

Nama : Cempaka Dewi Nst

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Oktober 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl.Rajawali No:24 B, Mandala By pass, Medan Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-Kanak Hikmatul Fadhilah

2. Tahun 2002 lulus Madrasah Ibtidaiyah Negeri SEI AGUL

3. Tahun 2005 lulus Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan

4. Tahun 2008 lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Medan

Riwayat Pelatihan : - Riwayat Organisasi : -


(49)

LEMBAR PESETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang “Perbedaan Kesanggupan Berolahraga Dan Masa Pemulihan Antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini Saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari Saya mengundurkan diri, kepada Saya tidak akan dituntut apapun.

Medan………..2011 Peneliti Yang membuat pernyataan Peserta penelitian


(50)

No Umur TB BB Frekuensi olahraga

Riwayat merokok

Kriteria perokok Riwayat penyakitkeluarga

sering Sesekali

tidak

pernah ya tidak ringan sedang berat CVS Pulmo metabolik

1 19 167 55 +

+ +

+

2 18 173 61 +

+ +

+

3 17 165 55 +

+ +

4 18 171 60 +

+

5 22 172 59 +

+

6 19 160 55

+ + +

7 20 170 70 +

+

+ +

8 19 172 58 +

+ +

+

9 18 166 70 +

+

+

10 20 155 49 +

+

11 19 168 48 +

+

+

12 18 156 70 +

+ +

13 18 170 50 +

+ +

14 18 158 58 +

+ +

15 21 175 59 +

+ +

+ +

16 20 170 54 +

+

17 19 186 95 +

+

18 19 165 62 +

+

+ +

19 19 172 68 +

+ +

20 19 169 50 +

+

21 21 167 77 +

+

+ +

22 21 173 75 +

+ +

+


(51)

25 21 170 56 +

+

+

26 20 178 78

+

+

27 20 169 70 +

+

28 21 173 63 +

+

29 20 177 66 +

+

30 21 178 65 +

+

+ +

31 20 156 56 +

+ +

32 21 178 55 +

+

+ +

33 18 176 76

+ + + +

34 19 168 73 +

+ + +

35 19 172 55 +

+ + +

36 20 170 65 +

+

+

37 18 180 80 +

+ +

38 19 170 55 +

+ +

39 17 168 55 +

+

40 21 166 53 +

+

41 20 165 65 +

+ +

42 18 159 60 +

+ +

43 20 173 67 +

+

+ +

44 21 175 60 +

+ +

+

45 21 168 54 +

+

46 19 177 75 +

+

47 20 165 55 +

+

48 22 165 54 +


(52)

49 21 169 70

+ +

50 22 169 60 +

+ +

51 20 170 70 +

+

52 20 173 78 +

+

53 19 165 55 +

+ +

54 18 177 60 +

+ +

55 19 170 62 +

+ +

56 19 162 63 +

+ +

57 19 172 81 +

+ +

58 18 165 65 +

+ +

59 20 170 68 +

+ +

60 21 175 65 +


(53)

Hasil output spss berdasarkan karekteristik Umur Subyek Penelitian

N Valid 60

Missing 5

Mean 19.67

Std. Deviation 1.174

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 11 16.9 18.3 18.3

19 18 27.7 30.0 48.3

20 14 21.5 23.3 71.7

21 14 21.5 23.3 95.0

22 3 4.6 5.0 100.0

Total 60 92.3 100.0

Missing System 5 7.7

Total 65 100.0

Hasil output spss berdasarkan kriteria perokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ringan 19 63.3 63.3 63.3

Sedang 9 30.0 30.0 93.3

Berat 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Hasil output spss frekuensi olahraga subyek penelitian

riwayatperokok Total

Perokok

bukan

perokok perokok

frekuensiolahraga Sering Count 5 4 9

% within

frekuensiolahraga 55.6% 44.4% 100.0%

Sesekali Count 25 25 50

% within

frekuensiolahraga 50.0% 50.0% 100.0%

tidak pernah Count 0 1 1

% within

frekuensiolahraga .0% 100.0% 100.0%

Total Count 30 30 60

% within


(54)

Hasil output uji t independent vo2max subyek penelitian

riwayatperokok N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

vo2max perokok 30 29.1977 1.17400 .21434

bukan perokok 30 29.4453 .20633 .03767

Independent Samples Test

Hasil output spss tingkat kesanggupan subyek penelitian

Riwayatperokok Total

perokok

bukan

perokok perokok

kesanggupan Superior Count 28 28 56

% within kesanggupan 50.0% 50.0% 100.0%

excellent Count 1 2 3

% within kesanggupan 33.3% 66.7% 100.0%

Good Count 1 0 1

% within kesanggupan 100.0% .0% 100.0%

Total Count 30 30 60

% within kesanggupan 50.0% 50.0% 100.0%

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower

V vo2ma x

Equal variances

assumed 5.798 .019 -1.138 58 .260 -.24767 .21763 -.68329 .18796

Equal

variances not assumed


(55)

Hasil output uji t independent masa pemulihan subyek penelitian

riwayatperokok N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

masapemulihan Perokok 30 3.70 2.654 .485

bukan perokok 30 3.93 1.617 .295

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lowe

Masapemulihan Equal variances

assumed 2.536 .117 -.411 58 .682 -.233 .567 -1.369 .903

Equal variances


(1)

No Umur TB BB Frekuensi olahraga

Riwayat merokok

Kriteria perokok Riwayat penyakitkeluarga

sering Sesekali

tidak

pernah ya tidak ringan sedang berat CVS Pulmo metabolik

1 19 167 55 +

+ +

+

2 18 173 61 +

+ +

+

3 17 165 55 +

+ +

4 18 171 60 +

+

5 22 172 59 +

+

6 19 160 55

+ + +

7 20 170 70 +

+

+ +

8 19 172 58 +

+ +

+

9 18 166 70 +

+

+

10 20 155 49 +

+

11 19 168 48 +

+

+

12 18 156 70 +

+ +

13 18 170 50 +

+ +

14 18 158 58 +

+ +

15 21 175 59 +

+ +

+ +

16 20 170 54 +

+

17 19 186 95 +

+

18 19 165 62 +

+

+ +

19 19 172 68 +

+ +

20 19 169 50 +

+

21 21 167 77 +

+

+ +

22 21 173 75 +

+ +

+


(2)

25 21 170 56 +

+

+

26 20 178 78

+

+

27 20 169 70 +

+

28 21 173 63 +

+

29 20 177 66 +

+

30 21 178 65 +

+

+ +

31 20 156 56 +

+ +

32 21 178 55 +

+

+ +

33 18 176 76

+ + + +

34 19 168 73 +

+ + +

35 19 172 55 +

+ + +

36 20 170 65 +

+

+

37 18 180 80 +

+ +

38 19 170 55 +

+ +

39 17 168 55 +

+

40 21 166 53 +

+

41 20 165 65 +

+ +

42 18 159 60 +

+ +

43 20 173 67 +

+

+ +

44 21 175 60 +

+ +

+

45 21 168 54 +

+

46 19 177 75 +

+

47 20 165 55 +

+

48 22 165 54 +


(3)

49 21 169 70

+ +

50 22 169 60 +

+ +

51 20 170 70 +

+

52 20 173 78 +

+

53 19 165 55 +

+ +

54 18 177 60 +

+ +

55 19 170 62 +

+ +

56 19 162 63 +

+ +

57 19 172 81 +

+ +

58 18 165 65 +

+ +

59 20 170 68 +

+ +

60 21 175 65 +


(4)

Hasil output spss berdasarkan karekteristik Umur Subyek Penelitian

N Valid 60

Missing 5

Mean 19.67

Std. Deviation 1.174

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18 11 16.9 18.3 18.3

19 18 27.7 30.0 48.3

20 14 21.5 23.3 71.7

21 14 21.5 23.3 95.0

22 3 4.6 5.0 100.0

Total 60 92.3 100.0

Missing System 5 7.7

Total 65 100.0

Hasil output spss berdasarkan kriteria perokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ringan 19 63.3 63.3 63.3

Sedang 9 30.0 30.0 93.3

Berat 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Hasil output spss frekuensi olahraga subyek penelitian

riwayatperokok Total Perokok

bukan

perokok perokok

frekuensiolahraga Sering Count 5 4 9

% within

frekuensiolahraga 55.6% 44.4% 100.0%

Sesekali Count 25 25 50

% within

frekuensiolahraga 50.0% 50.0% 100.0%

tidak pernah Count 0 1 1

% within

frekuensiolahraga .0% 100.0% 100.0%

Total Count 30 30 60

% within


(5)

Hasil output uji t independent vo2max subyek penelitian

riwayatperokok N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

vo2max perokok 30 29.1977 1.17400 .21434

bukan perokok 30 29.4453 .20633 .03767

Independent Samples Test

Hasil output spss tingkat kesanggupan subyek penelitian

Riwayatperokok Total

perokok

bukan

perokok perokok

kesanggupan Superior Count 28 28 56

% within kesanggupan 50.0% 50.0% 100.0%

excellent Count 1 2 3

% within kesanggupan 33.3% 66.7% 100.0%

Good Count 1 0 1

% within kesanggupan 100.0% .0% 100.0%

Total Count 30 30 60

% within kesanggupan 50.0% 50.0% 100.0%

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower

V vo2ma x

Equal variances

assumed 5.798 .019 -1.138 58 .260 -.24767 .21763 -.68329 .18796

Equal

variances not assumed


(6)

Hasil output uji t independent masa pemulihan subyek penelitian

riwayatperokok N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

masapemulihan Perokok 30 3.70 2.654 .485

bukan perokok 30 3.93 1.617 .295

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lowe

Masapemulihan Equal variances

assumed 2.536 .117 -.411 58 .682 -.233 .567 -1.369 .903

Equal variances


Dokumen yang terkait

Perbedaan Gambaran EKG dan Tekanan Darah antara Mahasiswa Perokok dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

1 42 69

Perbedaan VO2max dan Gambaran Gerakan Pernapasan Antara Mahasiswa Perokok Dengan Bukan Perokok Saat Latihan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 49 54

Perbedaan Status Periodontal pada Perokok Ringan, Sedang, dan Berat di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3 15 87

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PAKSA (KVP) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Kapasitas Vital Paksa (KVP) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 4

PERBEDAAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) ANTARA LAKI-LAKI PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

0 0 13

PENDAHULUAN Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 4

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama (VEP1) Antara Laki-Laki Perokok Dan Bukan Perokok Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 4

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 14

PERBEDAAN pH SALIVA ANTARA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS Perbedaan pH Saliva Antara Perokok Dan Bukan Perokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 0 12