Vera Anjani, Rekan Terbaik yang selalu memberikan semangat, Teman-Teman Seperjuangan Angkatan 2009 IK Humas 1, IK Skripsi Nijam Zakhrifa Universitas Komputer Indonesia

135 DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abidin, Zaenal. 2002. Filsafat Manusia. Bandung: PT.Remaja Rosada Karya Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Curtis, Dan B., Floyd, James J., Winsor, Jerry L., 2005. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Darmawan, Ferry. 2009. Dunia Dalam Bingkai Dari Fotografi Film Hingga Fotografi Digital. Bandung : Graha Ilmu Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya ------------------------------. 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya ------------------------------. 2000 . Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti ------------------------------. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya ------------------------------. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hadiwijono, Harun. 2011. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta : Kanisius Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang : UMM Press. Kasali, Rhenald. 2005. Change. Jakarta : PT Gramedia Pustaka. Kertajaya, Hermawan. 2008. Arti Komunitas. Bandung : Gramedia Pustaka Indonesia Kuswarno, Engkus. 2009. Metodelogi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung : Widia Padjajaran Littlejhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika Moeleong, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2005. Jurnal Komunikasi dan Informasi. Bandung : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosadakarya. Rismawaty. 2008. Kepribadian Etik Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu. Satori, Djam’an dan Aan Komariah . 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Sendjaja, Sasa Djuarsa. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. ------------. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R D. Bandung: Alfabeta

B. INTERNET SEARCHING

http:id.prmob.netfotografibatu-umurkamera-2450034.html 10 Maret 2013, 13:50 http:ns1.jambiekspres.co.idberita-788-komunitas-fotografi--menjamur.html Senin, 18 Maret 2013 Pukul 11:07 http:www.seputar-indonesia.comedisicetakcontentview441554 Rabu, 20 Maret 2013 Pukul 18:47 http:www.fotomedia.com.myforumshowthread.php?t=11287 Kamis, 21 Maret 2013 Pukul 21:16 http:prezi.comyefc1afw5nwqperkembangan-teknologi-fotografi-terhadap- gaya-hidup-manusia Rabu, 20 Maret 2013 Pukul 19:00 http:afs-onnidefinisi_kemampuan.blogspot.com Rabu, 20 Maret 2013 Pukul 18:47 http:definisimu.blogspot.com201302definisi-perkembangan.html Rabu, 20 Maret 2013 Pukul 19:45 http:daniarwikan.blogspot.com201303sejarah-fotografi indonesia Kamis, 21 Maret 2013 Pukul 19:43 http:www.paf-bandung.com diakses pada tanggal Minggu, 14 April 2013 Pukul 14:09

C. KARYA ILMIAH

Zakhrifa, Nijam. 2013. Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia Pradana, Hadish Syah. 2012. Eksistensi Diri Kaum Waria Di Kota Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia Septina, Reni. 2010. Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung. Bandung : Universitas Komputer Indonesia D. Sumber Lain Brosur Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Profesi atau pekerjaan apapun memerlukan pendalaman secara utuh, sehingga memancing pemikiran untuk men-set back, apakah profesi yang ditekuni baik itu mahasiswa seperti layaknya peneliti ini, pegawai negeri, swasta, polisi, TNI, pedagang, supir, loper koran, guru, dosen, pemulung dan lain-lain, sudahkah diresapi layaknya pakaian yang melekat dalam tubuh mereka ? Tentu saja jawabannya ada yang “ya, belum tentu, atau bahkan tidak sama sekali”. Kadang sering terdengar istilah “take it…or leave it”, sehingga tidak pantas lagi bagi siapapun memiliki rasa bimbang, setengah hati atau bahkan, enggan dalam melakukan sesuatu yang sudah menjadi pekerjaan atau profesinya. Karena tentu saja semua merupakan individu atau manusia yang bekerja sebagai mahluk sosial, sehingga segala hal yang dikerjakan akan memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap manusia atau lingkungan sekitar, baik ditinjau secara hukum, moral, budaya, dan keilmuan. Sebagai salah satu profesi yang peneliti ambil yaitu, fotografer. Dikenal sebagai profesi yang bekerja di balik foto untuk mengabadikan setiap momen yang terjadi di lingkungan. Walaupun setiap orang bisa menghasilkan foto menggunakan kameranya. Akan tetapi kebanyakan orang akan lebih percaya memberikan tanggung jawab mengabadikan momen hidupnya kepada seorang fotografer. ”Fotografi berasal dari kata photos sinarcahaya dan graphos mencatatmelukis. Secara harfiah fotografi berarti mencatat atau melukis dengan sinar atau cahaya. Pada awalnya fotografi dikenal dengan lukisan matahari karena sinar matahari yang digunakan untuk menghasilkan image.” Darmawan, 2009:20 Fotografi sering disebut sebagai aktivitas ekspresi diri seniman foto. Telah hadir lebih dari 1,5 abad yang lalu, dan telah menjadi sebuah inovasi tiada henti sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang mendukungnya. Fotografi merupakan aktivitas dimulai terbentuknya konsep atau ide foto, kemudian aktifitas memotret itu sendiri hingga hasil karya fotonya, dewasa ini hadir di mana-mana omnipresence bahkan di setiap elemen kehidupan masyarakat yang memasuki era informasi. 1 Aktivitas fotografi maupun karya foto seorang fotografer banyak tampil di berbagai tempat dan sudut kota. ”Ada dua macam fotografer yaitu fotografer amatir dan fotografer profesional. Fotografer amatir menjadikan fotografi sebagai hobi, kesenangan pribadi, masalah biaya tidak menjadi soal, yang penting hatinya senang, terhibur dan gembira. Sedangkan fotografer profesional menjadikan fotografi sebagai profesi, pekerjaan untuk mencari uang, biasanya fotografer profesional membekali diri dengan keahlian fotografi yang memadai.” Darmawan, 2009:21 Sebagai sebuah profesi, fotografer sebenarnya memiliki kelompok perkumpulan yang menjadi „pengawal‟ karya-karya mereka. Dengan berkumpul, para fotografer merupakan insan sosial yang membutuhkan 1 http:id.prmob.netfotografibatu-umurkamera-2450034.html diakses pada tanggal 1032013 pukul 13:50 komunikasi dan sosialiasi antar fotografer. Berbagai komunitas pencinta fotografi bermunculan bak jamur di musim hujan. Mereka sering mengadakan berbagai kegiatan, seperti pameran dan lomba foto. Situs jejaring sosial seperti facebook maupun website yang mereka miliki pun penuh dengan karya para anggotanya. Saling puji, saling sindir, dan saling berbagi pengalaman dan ilmu terbangun dalam komunitas yang dibentuk atas dasar kesamaan hobi. 2 “Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values “Kertajaya Hermawan, 2008. Salah satu komunitas fotografi yang menarik peneliti untuk dijadikan sebagai objek penelitian adalah fotografer yang berada di salah satu komunitas fotografi yang berada di kota Bandung yaitu, Perhimpunan Amatir Foto PAF. Perhimpunan Amatir Foto PAF merupakan salah satu komunitas pencinta fotografi yang berdiri sejak tahun 1924. Komunitas fotografi yang cukup tua di Kota Bandung ini dimotori oleh beberapa guru besar dari Technische Hogeschool Bandung Sekarang ITB. Para pendiri PAF ini diantaranya Prof.Schermamhorn dan Prof Wolf Schoemaker. Beliau adalah seorang arsitek di kota Bandung juga adalah guru dari Ir.Soekarno Mantan Presiden R.I. pertama dan hasil karyanya yang menjadi warisan Budaya sampai sekarang adalah : Gedung Merdeka, Vila Isola UPI sekarang Teropong Bintang Boscha, Hotel Preanger, Gedung GEBEO sekarang PLN, 2 http:ns1.jambiekspres.co.idberita-788-komunitas-fotografi--menjamur.htmldiakses pada tanggal 18313 pukul 11:07 Gereja Katedral dan Gereja Bethel GPIB. PAF merupakan komunitas foto pertama di Bandung yang menjalin kerjasama dengan FIAP Federation Internationale de LArt Photographique ditahun 1970, serta mendorong berdirinya Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia FPSI sekitar tahun 1973 . 3 Para fotografer di komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto ini sering memamerkan hasil karya foto mereka dengan mengadakan pameran foto anggota PAF dan pameran bulanan PAF. Mereka juga mengadakan sarasehan untuk anggota setiap hari Sabtu, workshop studiolighting setiap tanggal 28, lomba bulanan foto internal, mengadakan sesi pemotretan model atau budaya setiap tanggal 7, hunting tematik dan PAF goes to schoolcampus. 4 Dengan banyaknya kegiatan di komunitas PAF disini, sebagai komunitas yang mewadahi para fotografer dan mempunyai satu tujuan yang sama, para fotografer ini ingin menunjukan eksistensi mereka, mereka merasa dengan menunjukan hasil karya mereka kepada masyarakat dan tampil didepan orang banyak, eksistensi mereka akan diakui dan mereka puas dengan hal itu, seperti yang dipaparkan: Menurut Zaenal Abidin 2002:16 : “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu „menjadi‟ atau „mengada‟. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, „melampaui‟ atau „mengatasi‟. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi- potensinya”. 3 http:www.paf-bandung.com diakses pada tanggal 140413 Pukul 14:09 4 Data dari brosur komunitas PAF pada hari Minggu, 29 April 2013 pukul 14:00 Melalui kegiatan-kegiatannya para fotografer berusaha menunjukan eksistensi mereka kepada masyarakat. Mereka melakukan sesuatu untuk membuktikan bahwa mereka ada karena dengan cara itulah mereka dapat memahami eksistensi mereka dan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin atau kontinyu inilah para fotografer ini akan menemukan jati dirinya dan mencapai eksistensi yang sebenarnya, seperti yang dikatakan Heidegger pada buku Harun Hadiwijono yang berjudul Sari Sejarah Filsafat Barat yaitu : “Dengan ketekunan mengikuti kata hatinya itulah cara bereksistensi yang sebenarnya guna mencapai eksistensi yang sebenarnya. Di dalam ketekunan ini seluruh eksistensi akan menjadi jelas. Disini orang akan mendapatkan pengertian atau pemikiran yang benar tentang manusia dan dunia. Dari dalam kata hati itu akan muncul kegembiraan” Fotografer di komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto juga selalu merasa tertarik untuk dapat tampil di depan umum dengan berkomunikasi di dalam kegiatan yang mereka lakukan sepeti menjadi pembicara di sekolah- sekolah atau universitas dan pameran bulanan PAF yang biasanya mengambil lokasi seperti di mall, galeri seni dan lokasi diluar galeri internal PAF, yang bertujuan menunjukan keberadaannya kepada masyarakat, hal ini disebabkan oleh keinginannya untuk merasa diakui oleh orang-orang yang melihatnya. Salah satu hal yang melatar belakang banyaknya peminat di bidang fotografi adalah karena seiring semakin mudahnya mendapatkan dan mengoperasikan kamera foto. Semua bidang sepertinya tidak biasa melepaskan diri dari proses dokumentasi foto. Keberadaan dunia fotografi berkembang pesat, sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin memudahkan seseorang melakukan proses pemotretan. Perkembangan ini mengakibatkan semakin menjamurnya komunitas dan fotografer dalam kehidupan saat ini. Dari wacana di atas peneliti menarik permasalahan tentang eksistensi diri fotografer di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung. Di mana dalam menghasilkan karyanya dan komunikasi mereka dengan masyarakat dalam kegiatan-kegiatannya, fotografer memiki keinginan untuk mengeksiskan dirinya. Pembahasan tentang eksistensi diri fotografer peneliti anggap menarik untuk diteliti, karya foto juga merupakan bagian dari media komunikasi di mana selama ini masyarakat selalu melihat aktifitas fotografi hanya cenderung pada hasil fotonya. Akan tetapi, di balik hasil foto tersebut terdapat diri fotografer yang mempunyai tujuan menunjukan eksistensi dirinya masing-masing melalui proses komunikasi yang mereka lakukan. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk meneliti tentang fotografer dari komunitas yang cukup tua di Kota Bandung, dengan mengangkat judul penelitian: “Eksistensi Diri Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung.”

1.2 Rumusan Masalah A. Rumusan Masalah Makro

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memutuskan untuk menarik fokus penelitian, yakni: “Bagaimana Eksistensi Diri Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung?”

B. Rumusan Masalah Mikro

Berangkat dari fokus penelitian di atas, peneliti merinci secara jelas dan tegas masalah yang masih bersifat umum dengan subfokus-subfokus terpilih dan dijadikannya sebagai identifikasi masalah, yakni: 1. Bagaimana Kemampuan dari Fotografer Komunitas Di PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung? 2. Bagaimana Perkembangan dari Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung? 3. Bagaimana Aktualisasi Diri dari Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini pun memiliki maksud dan tujuan yang menjadi bagian dari penelitian sebagai ranah kedepannya, adapun maksud dan tujuannya sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara lebih jelas tentan g “Eksistensi Diri Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung”.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Kemampuan dari Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui Perkembangan dari Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung. 3. Untuk Aktualisasi Diri dari Fotografer Di Komunitas PAF Perhimpunan Amatir Foto Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu komunikasi dalam konteks komunikasi kelompok secara umum dan eksistensi diri fotografer yang berada di suatu komunitas secara khusus.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Kegunaan secara praktis pada penelitian ini, sebagai berikut:

1.4.2.1 Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi Peneliti adalah memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang eksistensi diri fotografer. Tentu saja penelitian ini memberikan wawasan dan pengetahuan baru terhadap Peneliti mengenai eksistensi diri fotografer di suatu komunitas. Memberikan kesempatan baik bagi Peneliti untuk menerapkan secara langsung bidang keilmuannya, yaitu Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas di kehidupan nyata dan mempelajari hingga membandingkannya di lapangan penelitian.

1.4.2.2 Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama juga referensi dalam kegiatan fotografi mahasiswa.

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat berguna sebagai informasi tentang kajian eksistensi diri yang secara khusus dilakukan oleh fotografer sebagai subjek pada penelitian ini dan menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai komunitas fotografi di kota Bandung.

1.4.2.4 Bagi Fotografer Komunitas Fotografi

Diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi diri fotografer terutama yang berada disuatu komunitas fotografi juga bahan introspeksi diri untuk mengenal diri lebih jauh bagaimana cara dalam membentuk eksistensi karena eksistensi merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap manusia dan setiap manusia membutuhkan eksistensi untuk dapat hidup di dunia. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Studi penelitian terdahulu sangat penting bagi bahan acuan yang membantu penulis dalam merumuskan asumsi dasar untuk pengembangan kajian. Tentunya studi terdahulu tersebut harus yang relevan baik dari konteks penelitian maupun metode penelitian yang digunakan. Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti penulis yaitu:

1. Skripsi Nijam Zakhrifa Universitas Komputer Indonesia

Penelitian Nijam Zakhrifa dengan Nim 41808869 yang berjudul “Eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota Bandung”, dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, pada tahun 2013. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui eksistensi Komunitas Cosplay Shinsen-Gumi di Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan komunitas cosplay Shinsen-gumi sebagai bentuk eksistensi diri dilingkungan masyarakat kota Bandung, untuk mengetahui perkembangan komunitas cosplay Shinsen-gumi sebagai bentuk eksistensi diri dilingkungan masyarakat kota Bandung dan untuk mengetahui pencitraan komunitas cosplay Shinsen-gumi sebagai bentuk eksistensi diri dilingkungan masyarakat kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 3 tiga orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi kepustakaan, internet searching, dokumentasi. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi.dan uji keabsahannya data melalui perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check, analisis kasus negatif. Hasil penelitian menunjukan kemampuan para anggota komunitas cosplay Shinsen-Gumi untuk tampil dan beraksi diatas panggung menjadi modal utama. Perkembangan yang dialami oleh komunitas cosplay Shinsen-Gumi merupakan gambaran dari keseriusan mereka dalam membentuk eksistensi mereka di masyarakat. perubahan-perubahan pada acara yang mereka ikuti, kostum yang mereka kenakan, dan teknologi yang mereka gunakan dalam guna membentuk eksistensi mereka di masyarakat. Pencitraan merupakan bagian terakhir dan penentu dalam pembentukan sebuah eksistensi. Pencitraan adalah tahap yang terbentuk dari kegiatan- kegiatan komunitas cosplay Shinsen-Gumi dan juga perkembangannya. Setelah melakukan show pencitraan ini akan otomatis dilakukan oleh komunitas cosplay Shinsen-Gumi dan masyarakat akan memberikan feedback yang akan berujung pada pembentukan eksistensi komunitas cosplay Shinsen-Gumi di masyarakat. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa eksistensi komunitas cosplay Shinsen-Gumi dipengaruhi oleh kemampuan, perkembangan dan pencitraan yang mereka lakukan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan untuk dapat tampil di depan umum, kemampuan untuk membuat kostum dan kemampuan untuk dapat berkomunikasi dengan sesama anggota komunitas dan juga orang-orang diluar komunitas. Perkembangan dalam kemampuan tiap anggota komunitas cosplay Shinsen-gumi dalam berkomunikasi dapat membantu mereka untuk dapat meraih feedback positif dari masyarakat. Perkembangan teknologi yang terjadi juga secara tidak langsung membantu komunitas cosplay Shinsen-gumi untuk membentuk eksistensi mereka dan pencitraan harus dilakukan dengan baik dan matang agar dapat terbentuk eksistensi yang baik di mata masyarakat. Saran yang peneliti berikan dalam penelitiannya adalah untuk komunitas cosplay Shinsen-gumi bahwa pembentukan sebuah eksistensi tidak boleh terburu-buru, diperlukan rencana yang matang agar ketika eksistensi tersebut sudah terbentuk tidak akan mudah hancur, dan hendaknya menambah kegiatan yang bervariasi dan menarik yang mampu menciptakan citra positif sehingga dapat membantu proses eksistensi yang diharapkan.

2. Skripsi Reni Septina Universitas Komputer Indonesia

Penelitian lainnya yaitu mengungkap “Eksistensi Komunitas Lesbian Di Kota Bandung ”, oleh Reni Septina dengan Nim 41806006, mahasiswa ilmu komunikasi UNIKOM pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah eksistensi komunitas lesbian di kota Bandung sebagai suatu fenomenologi tentang eksistensi komunitas lesbian di kota Bandung. Sehingga untuk dapat melihat seberapa besar eksistensinya komunitas lesbian dengan meliputi keyakinan diri, kepercayaan diri, penerimaan diri dan eksistensi dari komunitas lesbian di kota Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif untuk menggambarkan dan menganalisis eksistensi komunitas lesbian di kota Bandung. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, studi literatur dan internet searching. Obyek dari penelitian ini sebanyak tiga orang dari komunitas lesbian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keyakinan yang diberikan masyarakat kepada komunitas ini sudah membuat mereka merasa masyarakat sudah mulai menerima keberadaannya dengan ditunjang penampilan yang menarik membuat komunitas ini semakin merasa percaya diri. Penerimaan diri yang mereka lakukan adalah dengan mencoba bersabar dengan keadaan yang sudah Tuhan YME berikan kepada mereka. Oleh karena itu semakin lama eksistensi dari komunitas ini semakin kuat dan muncul ke permukaan. Dari empat identifikasi masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa komunitas ini mencoba untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat dengan memperlihatkan penampilan dan sikap yang baik sebagai wujud kepercayaan dirinya dihadapan masyarakat sehingga penerimaan diri secara utuh untuk menerima keadaan tersebut semakin kuat dengan keikhlasan dan sabar yang mereka jalani dengan demikian eksistensi dari komunitas ini sudah semakin jelas dan muncul khususnya di kota Bandung. Saran yang dari peneliti adalah dengan mulai jelasnya keberadaan komunitas ini membuat kita membuka mata bahwa ada dunia pecinta sejenis yang berada disekitar kita.