Tanggap Wereng Batang Coklat Nilapravata

LAPORAN PENELITIAN
TANGGAP WERENG BATANG COKLAT NILAPARVATA LUGENS STALL ( HOMOPETERA : DELPHACIDAE ) TERHADAP MIKROBA BIO – TANI DI RUMAH KASA
Ir. FATIMAH ZAHARA Fakultas Pertanian
Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN

Beras merupakan bahan makanan terpenting bagi manusia. Produksi beras di

dunia per tahun kira-kira 460 juta ton yang ditanam di lahan seluas 145 juta hektar

( North dan Way,dalam Luh, 1990)

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makana ini

merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah

salah satu bahan makanan yang mengandung gizi yang cukup bagi tubuh manusia,

sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Zat


yang dikandung oleh beras antara lain ; karbohidrat, protein, lemak, serat kasar,

abu dan vitamin. Di samping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara

lain , calsium, magnesium, sodium, fosfor, dan lain sebagainya ( Anonim, 1990 ).

Namun lebih dari 800 jenis species seranggga menyerang padi yang ditanam

dan padi yang disimpan. Menurut Pathak dan Dhaliwal (1981) hama ini

menyebabkan produksi beras turun sebesar 24%. Pentingnya serangga hama pada

tanaman padi dapat dilihat pada fakta, 910 juta dollar yang telah dikeluarkan setiap

tahun

dalam

usaha


mengendalikan

aktifitas

hama

tersebut

(Pathak dan Dhaliwal dalam Luh,1991).

Brown planthopper (BPH) N.lugens (Stal) merupakan serangga hama pada

tanaman padi yang paling penting di dunia. Dyck dan Thomas (1979)

memperkirakan paling sedikit 300 juta dollar hilang diakibatkan oleh BPH selama

tahun 1970-an (Dyck dan Thomas, 1979 dalam Luh, 1991).

Sistem pengendalian hayati (natural control) berpijak pada system


bioteknologi yaitu mengurangi populasi hama dan mempertahankan populasi

tersebut pada suatu tingkat di bawah tingkat kerusakan ekonomi. Dalam system

bioteknologi pertanian predator dan parasitoid bertindak sebagai agen pengendali

populasi hama. Untuk hal tersebut diperlukan campur tangan manusia agar populasi

predator dan parasitoid hama tanaman lebih ditingkatkan populasinya ( Anonim,

1996 ).

Berbagai species mikroba bersifat patogen terhadap serangga juga dapat

dimanfaatkan sebagai pengendali hayati. Bacillus thuringiensis untuk pertama kali

diteliti 1920 menjadi sangat terkenal hingga sekarang. Penggunaan B. thuringiensis

juga berhasil dalam pengendalian jangka pendek terhadap hama-hama yang bernilai


ambang ekonomi rendah dengan mengaplikasikannya beberapa kali seperti dengan

pestisida (Oka, 1998).

Bio-tani adalah suatu larutan yang mengandung Bacillus sp dan berbagai

jenis mikroorganisme lain yang mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi

tanaman dari serangga hama dan penyakit serta mengandung jasad renik pengurai

bahan organic yang dapat menjadi nutrisi tanaman (Anonim, 1998).

2002 digitized by USU digital library

1

II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Bioteknologi Wereng Batang Coklat Wereng batang coklat (Brown Planthopper) Nilaparvata lugens (Stal)
termasuk family Delphacidae, ordo Homoptera, telah dikemukakan oleh Stal sejak tahun 1984. Dahulu oleh Stal dimasukkan dalam genus Delphax (Baehaki, 1992)
Telur berbentuk lonjong, diletakkan berkelompok seperti sisiran pisang di dalam jaringan pelepah daun yang menempel pada batang. Warna telur transparan keputihan dengan panjang 1,30 mm. Akan menetas 7-10 hari setelah diletakkan . ( Harahap dan Tjahjono, 1999).

Telur diletakkan berkelompok antara 8-16 butir, tertutup oleh kelenjar yang dihasilkan oleh serangga betina dewasa ( Sudarmo, 1991).
Metamorfosis N.lugens termasuk sederhana atau bertingkat yang disebut heterometabola. Serangga muda mirirp dengan induknya. Nimfa memiliki 5 instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa yaitu 12,82 hari. Lamanya untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam tergantung dari bentuk dewasa yang muncul. Suhari dan Smit (1971) melaporkan lamanya stadia nimfa ialah 12,2 hari yaitu 2,6 hari, 2,1 hari, 2,0 hari. 2,4 hari dan 3,1 hari berturut-turut untuk nimfa instar I, II, III, IV, dan V ( Suhari dan Smit dalam Baehaki, 1992 ).
Pada imago wereng batang coklat terjadi dimorfisme yaitu terdapatnya dua bentuk imago ; Makroptera (bentuk yang bersayap panjang ) dan Brakiptera (bentuk yang bersayap pendek). Makroptera berfungsi untuk melakukan pemancaran kalau populasi sudah padat atau kalau tanaman sudah tua sehingga sumber makanan tidak tersedia lagi. Panjang tubuh imago jantan 2-3 mm dan imago betina 3-4 mm. Imago betina memiliki abdomen yang lebih gemuk daripada imago jantan. Warna tubuh seluruhnya coklat kekuningan sampai coklat tua. Seekor imago betina mampu meletakkan telur 300-350 butir dalam waktu 10-24 hari (Harahap dan Tjahjono, 1999).
Siklus hidup wereng batang coklat berkisar antara 23-25 hari pada suhu 280 C dan berkisar antara 28-32 hari pada suhu 250 C. Dengan daya regenerasi dan masa siklus hidup yang demikian singkat dan menunjang dengan cepat kenaikan populasi wereng batang coklat sehingga mampu mencapai 4-5 generasi dalam satu musim tanaman ( Bahagiawati dan Mocida 1997, dalam Oka 1983 )
2. Gejala Serangan dan Kerusakan Wereng batang coklat dapat menyerang tanaman padi mulai dri persemaian
sampai waktu panen. Nimfa dan imago mengisap cairan tanaman pada bagian pangkal padi. Gejala yang terlihat pada tanaman berupa kelayuan dan menguningnya daun, mulai dari daun tua kemudian meluas dengan cepat keseluruh bagian tanamans,sehingga akhirnya tanamanm mati. Kalau populasi tinggi dapat menyebabmatinya tanaman dalam satu hamparan. Keadaan ini disebut dengan fuso atau hupper burn( Harahap dan Tjahjono, 1999 ).
Kerusakkan tanaman padi dapat kerusakan lansung akibat wereng batang coklat menghisap cairan sel tanaman padi. Dan kerusakkan tidak lansung yaitu tanaman padi mengalami serangan penyakit virus yang ditularkan wereng tersebut pada saat menghisap cairan sel tanaman ( Natawigena, 1991 ). 3. Usaha Pengendalian 3.1 Penanaman Serempak
Tanam serempak dilakukan untuk daerah/areal sekurang-kurangnya satu petak tersier atau satu wilayah kelompok tani dengan selisih waktu tanam 2 minggu atau selisih waktu panen empat minggu paling lama. Atau dengan kata lain varietas yang digunakan harus berumur seragam. Dengan cara ini dapat dicegah terjadinya

2002 digitized by USU digital library

2

tumpang tindih populasi antar generasi karena siklus hidup wereng batang coklat dapat terputus pada saat pengolahan di antara dua periode tanam ( Tjahjadi, 1991 ) 3.2. Pergiliran Tanaman
Wereng batang coklat hanya dapat hidup dengan baik pada tanaman padi. Jadi untuk memutuskan siklus hidupnya dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, minimal menanam satu kali tanaman non-padi, atau dibiarkan bera sampai dua bulan setiap tahun ( Suorayono dan Setyono, 1997 ). 3.3. Pengendalian Hayati
Sesungguhnya dilapangan terjadi pengendalian secara hayati yang dilakukan oleh musuh-musuh alami wereng batang coklat. Diantara musuh alami tersebut yang paling efektif mengendalikan populasi wereng batang coklat adalah laba-laba predator Lycosa pseudoannulata. Laba-laba ini dapat memangsa 10-12 ekor imago atau 15-20 ekor nimfa setiap hari. Predator lain yang tercatat adalah kepik Micrivelia douglasi dan Cyrtorhinus lividipennis, kumbang Paederus fuscipes, Ophionea nigrofasciata dan Synarmonia octomaculata ( Harahap dan Tjahjono, 1999 ).
Sebagai patogennya adalah cendawan : Entomopthora caronata dan Hirsutella citriformis sedangkan parasit telurnya adalah Eleuchus yasutmasi (Natawigena,1991) 3.4. Pengendalian Kimia
Pengendalian kimia dilakukan apabila cara-cara lain tidak mungkin lagi dan populasi wereng sudah berada diatas ambang ekonomi. Ambang ekonomi yang telah ditetapkan adalah rata-rata 5 ekor per rumpun untuk umur tanaman padi kurang dari 40 hari, atau rata-rata 20 ekor per rumpun untuk tanaman padi lebih dari 40 hari setelah tanam. Penggunaan pestisida diusahakan sedemikian rupa sehingga efektif , efesien dan aman bagi lingkungan. Pada varitas tahan tidak perlu digunakan insektisida kecuali kalau ketahanannya patah. Sedang aplikasi insektisida pada varitas rentan harus didasarkan pada hasil pengamatan ( Harahap dan Tjahjono, 1999 )
Bio-tani adalah suatu larutan yang mengandung Bacillus sp dan berbagai jenis mikroorganisme yang mempunyai fungsi ganda yaitu pengendali atau pencegah serangan hama dan penyakit. Bio-tani untuk daun digunakan sebagai pengendali sekaligus mencegah serangan hama mulai dari stadia telur sampai dengan imago. Dosis yang tepat untuk tanaman padi adalah 10-12 liter dicampur dengan 400-500 liter air dengan waktu penyemprotan 1 kali dalam satu misim tanam (Anonim, 1998).
Dalam tubuh B.thurigiensis terdapat empat agen toksis yaitu α-exotoxin merupakan enzim fosfolipase, β-exotoxin merupakan adenin nukleotida, γ-exotoxin merupakan fosfolipase yang belum teridentifikasi dan δ-endotoxin merupakan inclusion protein (Quraishi, 1997 dalam Baehaki, 1993 ).

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas Mikroba Bio-tani dalam mengendalikan hama N.lugens di Rumah kasa.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi petani dan semua pihak yang berkepentingan dalam mengendalikan hama wereng batang coklat agar tidak hanya bergantung pada penggunaan pestisida sintetik sehingga kerusakkan lingkungan dapat dikurangi. Disamping itu, penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan bagi pengembangan sains dan teknologi khusunya di bidang pertanian.

2002 digitized by USU digital library

3

IV METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Insectarium Pertanian USU medan
pada ketinggian ± 25 mdp. Penelitian direncanakan mulai bulan Juni sampai dengan September 2001.
2. Bahan dan Alat Bahan yang digunaka dalam penelitian ini adalah wereng coklat N.lugens,
tanaman padi varitas IR-64, tanah sawah, air, Bio-tani dan pupuk Urea dan SP36. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ember, kain kasa, pacak,
sungkup, Aspirator, beaker gelas, pipet tetes, dan handsprayer serta alat-alat tulis.
3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6
perlakuan dan 4 ulangan. Susunan perlakuan adalah sebagai berikut : Ho = kontrol H1 = Bio-tani konsentrasi 1% H2 = Bio-tani konsentrasi 1.5% H3 = Bio-tani konsentrasi 2% H4 = Bio-tani konsentrasi 2.5% H5 = Bio-tani konsentrasi 3%
4. Pelaksanaan Penelitian 4.1. Pembuatan Sungkup
Sungkup dibuat dari kain kasa dengan tiang kayu setinggi 1 meter dengan lebar 60 cm. Jumlah sungkup yang dibuat sebanyak 24 buah sesuai dengan jumlah perlakuan. 4.2. Persiapan Media Tanam
Ember plastik diisi dengan tanah sawah 2/3 bagian setelah itu diisi dengan air setinggi 2 cm dari ketinggian tanah, agar tanah tetap basah sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman padi. Semua ember perlakuan diisi dengan ukuran yang sama agar media pertumbuhan seragam. 4.3. Penyemaian
Benih padi terlebih dahulu disemaikan denga tujuan agar dapat dipilih bibit yang bagus atau baik pertumbuhannya. Benih disemaikan dalam ember yang besar. Benih yang digunakan adalah varitas IR-64. 4.4. Penanaman

Bibit tanaman yang dipindahkan dari persemaian setelah berumur 21 hari. Jumlah bibit yang ditanam pada masing-masing ember adalah 5 tanaman yang dijadikan satu rumpun. 4.5. Perawatan Tanaman
Padi yang telah berumur 10 hari setelah tanam diberikan pupuk Urea, KCL, dan SP36, dimana masing-masing pupuk adalah 12 gram, 10 gram, dan 7,5 gram untuk setiap ember . Kemudian disungkup segera dipasang setelah tanaman padi dipindahkan dari persemaian untuk menghindari gangguan dari luar. Gulma-gulma yang tumbuh dibersihkan agar tidak terjadi persaingan gulma dengan tanaman padi. 4.6. Aplikasi Bio-tani
Bio-tani pada setiap konsentrasi dimasukkan kedalam beaker gelas dan diberi label sesuai dengan perlakuan yaitu : 1%, 1.5%, 2.0%, 2.5%, 3%. Kemudian tiap perlakuan ditambah dengan aguadest ; untuk 1% 99 ml, 1,5% 98,5 ml dan seterusnya. Disemprotkan ketanaman padi secara merata sesuai dengan perlakuan. 4.7. Penyediaan Serangga Uji

2002 digitized by USU digital library

4

Serangga uji N.lugens diambil dari lapangan (pertanaman padi) sebanyak 360 ekor tanpa melihat perkembngan, namun serangga yang digunakan adalah serangga pada stadia yang seragam. Setelah itu serangga diuji dimasukkan kedalam tanaman padi masing-masing 10 ekor/ember setelah Bio-Tani diaplikasikan.
5. Pengamatan Parameter 5.1. Persentase Mortalitas N.lugens
Pengamatan mortalitas dilakukan dengan mengamati lansung serangga uji. Serangga yang mati ditentukan dengan cara menghitung jumlah selisih antara populasi serangga sebelum aplikasi dengan populasi yang masih hidup pada saat pengamatan dengan rumus :
P = a ×100% a−b

Keterangan :

P = Persentase kematian populasi serangga

a = Populasi yang hidup sebelum aplikasi

b = Jumlah populasi serangga yang hidup setelah aplikasi ( Anonim, 1984 ).


Pengamtan dilakukan 7 kali dengan interval 3 hari sekali, dimulai hari

pertama setelah aplikasi sampai dengan hari ke-21.

5.2. Intensitas Serangan

Penilaian untuk menentukan derajat kerusakan tanaman dengan

menggunakan skala 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 sebagai berikut :

Tabel. Skala Kerusakan Tanaman

Nilai Skala

Gejala

0 Tidak ada kerusakam 1 Daun pertama kuning 2 Daun pertama dan daun
kedua sebagian kuning
3 Tanaman kuning dan kerdil

4 Tanaman layu dan kerdil hebat
5 Semua tanaman mati

Kemudian skala kerusakan tanaman dikonversikan dengan menggunakan

rumus :

I

=

∑(n ×

v)
×100%

Z×N

Di mana : I = Intensitas serangan n = Jumlah tanaman rusak tiap kategori serangan v = Nilai skala tiap kategori serangan Z = Nilai skala tertinggi kategori serangan N = Jumlah tanaman yang diamati


2002 digitized by USU digital library

5

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Mortalitas N.lugens

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan Bio-tani

menunjukkan hasil yang sangat nyata terhadap mortalitas N.lugens, di mana

kematiannya mencapai 77,5% pada konsentrasi 3% dan 17,5% pada konsentrasi

1% .

Tabel 2. Rata-rata Mortalitas N.lugens (ekor) dari hasil uji jarak

Duncan pada masing-masing perlakuan.


Perlakuan

Hari Setelah Aplikasi

36

9 12 15 18 21

HO 0,00d 0,00d 0,00e 0,00e 0,00e 0,00f 0,00f

H1 0,50c 1,00c 1,00d 1,75d 1,75d 1,75e 1,57e

H2 1,00b 1,50c 2,00cd 2,50cd 2,75cd 2,75d 3,00d

H3 1,75a 2,25b 3,00bc 3,50bc 4,25bc 4,50c 4,75c

H4 2,00a 3,00ab 3,75ab 4,75ab 5,75ab 6,00b 6,25b

H5 2,50a 3,50a 5,25a 5,75a 7,25a 7,50a 7,75a

KK(%) 12,32 10,13 16,45 15,57 12,70 8,13 8,11

Keterangan:- Sebelum dianalisa secara stastik, data ditransformasikan

Ke Vy+0,5

- Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama

tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

- KK=Koefisien keragaman

Dari analisis sidik ragam, mortalitas N.lugens pengamatan 3HAS pada perlakuan H3, H4, dan H5 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan belum semua WBC aktif makan karena belum beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sehingga tidak terdapat perbedaan yang nyata pada ketiga perlakuan tersebut.
Pada pengamatan 3HSA sampai dengan 15HSA pemberian Bio-tani menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada perlakuan H5 dengan H4. Hal ini menunjukkan bahwa dosis perlakuan H5 (2,5%) adalah dosis yang optimal untuk mengendalikan wereng batang coklat dirumah kasa, biarpun pada penambahan dosis tidak lagi memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
Namun pada pengamatan 18HSA dan 21HSA mortalitas N.lugens perlakuan H4 dan H5 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata, hal ini disebabkan bahwa pada perlakuan H5 (3%) lebih banyak residu Bio-tani dibanding dengan H4(2,5%) baik pada tubuh serangga maupun pada tanaman padi sehingga kematian serangga lebih banyak pada perlakuan H5.
Pada perlakuan H1 dan H2 dimana konsentrasi yang diberikan adalah 1% dan 1,5%. Jumlah WBC yang mati adalah lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan H3, H4 dan H5 dengan masing-masing dosis 2%, 2,5% dan 3%. Hal ini sesuai dengan pendapat Bailey 1963 dalam Massanger 1982, yang mengatakan bahwa patogenpatogen tidak sepenuhnya menghancurkan populasi hospes apabila tidak diberikan dalam dosis yang besar karena mereka biasanya hanya terbentuk pada suatu periode saja dalam kehidupan suatu hospes dan beberapa hospes biasanya juga bersifat resisten. Massanger (1981) juga mengatakan bahwa mortalitas meningkat seiring dengan pemberian dosis yang semakin menigkat.

2002 digitized by USU digital library

6

2. Intensitas Serangan Analisis statistik untuk data intensitas serangan menunjukkan hasil yang
hampir sama yan diperoleh dari pengamatan sebelumnya, yakni tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 3HSA tetapi berpengaruh nyata setelah pengamatan 6 -21HSA. Ini sesuai dengan jumlah wereng batang coklat yang masih terdapat pada tanaman padi yang hampir sama pada H3, H4, dan H5.
Demikian halnya dengan perlakuan H4 dan H5 yang menunjukkan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 3-15 HAS. Dari mortalitas yang tidak berbeda nyata maka jumlah wereng batang coklat yang terdapat pada tanaman padi hampir sama sehingga intensitas serangannya pun hampir sama.
Intensitas serangan yang terjadi setelah penyemprotan Bio-tani (kontrol). Intensitas serangan terendah terjadi pada perlakuan konsentrasi 3% yang hanya mencapai 9,05% pada pengamatan terakhir. Hal ini disebabkan tingginya tingkat konsentrasi Bio-tani yang diberikan sehingga residunya pada sasaran yang lebih tinggi, ini akan memungkinkan untuk mempertingi daya bunuhnya dan otomatis juga memperbesar jumlah hama N.lugens yang mati, dengan demikian intensitas serangan juga rendah.

Tabel 3. Rata-rata Intensitas Serangan N.lugens (%) dari Hasil

Uji Jarak Duncan Pada Masing-masing Perlakuan.

Perlakuan

Hari Setelah Aplikasi

3 6 9 12 15 18 21

HO 7,03a 14,45a 18,75a 24,42a 22,65 25,76a 30,35

H1 4,78b 10,56b 13,32b 14,52b 11,51b 18,39b 21,66b

H2 3,61c 8,39c 9,50c 9,52c 10,54c 12,84c 16,23c

H3 2,89cd 5,65d 5,62d 7,33cd 8,85d 11,09d 13,38d

H4 2,51d 4,72de 4,68de 5,52de 7,22e 9,32e 11,33e

H5 2,44d 3,74e 3,82e 4,63e 5,81f 7,58f 9,05f

KK(%)

9,00 8,54 6,38 10,23 4,57 3,12 4,32

Keterangan:- Sebelum dianalisa secara stastik, data ditransformasikan

Ke Vy+0,5

- Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama

tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji jarak Duncan

- KK=Koefisien keragaman

Harahap dan Tjahjono (1999) mengatakan bahwa ambang ekonomi yang telah ditetapkan adalah rata-rata 5 ekor/rumpun untuk tanaman padi kurang dari 40 hari, yang berarti kerusakan lebih besar dari 50%. Namun hasil penelitian dirumah kasa menunjukkan intensitas serangan yang tertinggi hanya mencapai 30,35%. Hal ini bisa terjadi karena suhu rata-rata rumah kassa tempat penelitian mencapai lebih dari 300 C. Dengan keadaan suhu yang tinggi membuat aktifitas wereng batang coklat berkurang dan daya makannya juga berkurang yang berpengaruh terhadap intensitas serangan. Kelembaban ruangan juga mempengaruhi intensitas serangan,

2002 digitized by USU digital library

7

dimana kelembaban terlalu rendah untuk perkembangan yang baik bagi serangga yaitu rata-rata sebesar 60%, yang berarti keadaan ruangan sangat kering.
Pada intensitas serangan yang diperoleh perbandingan yang tinggi antara HO (kontrol) dengan HI sedangkan perbandingan HI dengan H2 dan seterusnya semakin rendah. Beda intensitas serangan HO dengan HI adalah 9,69% sedangkan HI dengan H2 adalah 5,43%, H2 dan H3 adalah 2,4% pada pengamatan terakhir. Ini terjadi karena Bio-tani mengandung unsur hara makro dan mikro organik yang dapat menyuburkan tanaman (anonim, 1998), sehingga kerusakan akibat serangan wereng batang coklat dapat ditutupi oleh pertumbuhan tanaman padi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : 1. Mortalitas N.lugens tertinggi diperoleh sebesar 77,5% pada dosis 3%, dan
terendah 17,5% pada dosis 1% pada pemberian Bio-tani. 2. Intensitas tertinggi adalah 30,35% pad konrol dan terendah adalah 9,0 pada H5. 3. Aplikasi Bio-tani terhadap tanaman padi efektif menurunkan populasi N.lugens
hingga 77, 5% di rumah kassa. 4. Berdasarkan uji jarak Duncan dosis 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5% menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap mortalitas dan intensitas serangan N.lugens dan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata antara dosis 2,5% dengan 3% 5. Dosis yang paling efesien adalah 2,5% (H4) dengan mortalitas N.lugens adalah 62,5% 6. Mortalitas N.lugens meningkat seiring dengan dosis yang bertambah diikuti intensitas serangan yang menurun.
2. Saran Pengujian ulangan dilaboratorim perlu dilakkan sebelum diaplikasikan
kelapangan

2002 digitized by USU digital library

8

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1984. Rekomendasi Pengendalian Jasad Pengganggu Tanaman di Indonesia
, 1989. Identifikasi Biotipe, Koloni Wereng Batang Coklat N.lugens Stall ( Delphacidae: Homoptera ) oleh kelompok- kelompk Studi Wereng Batang Coklat Sentra Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Jatisari, Kerawang. Hal 34.
, 1990 Budidaya Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta. Hal 5-6.
, 1992. Budidaya Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta. Hal 121.
, 1996. Green Nature CM Seriers For Crops, Probotic Mikroorganism for Agriculture, PT. Misson Makmur, Jakarta. Hal 23
, 1998. Bio –tani Manfaat dan Penggunaan. PT. Bibit Indah Organik. Medan Hal 3
, 1999. Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, Jakarta. Hal 6.
Baehaki, 1992. Berbagai Serangga Hama Tanaman Padi, Angkasa, Bandung.
, 1993, Insektisida Pengendalian Hama Tanaman, Agkasa, Bandung Hal115-116.
Bangun M. K. 1991. Rancangan Percobaan, Fakultas Pertanian USU, Medan Hal 27.
Bosch. R. V. D. Masseger, P.S and Gutierrez A. P. 1985. An Introduction toBioligical Control, Plenum Press, New York and London. Hal 6.
Coppel C.H. and J.W. Mertins, 1997. Biological Insect Pest Suppe3rsion, Springer Verlag, Berlin Heidelberg New York. Hal 132.
Harahap. I. S. dan Tjahjono B. 1999. Pengendalian Hama Penyakit Padi, Penebar Swadaya. Jakarta, Hal 10-18.
Huffaker C. B. and P. S. Masseger, 1989. Teori dan Praktek Pengendalian Biologis diterjemahkan oleh Mangoendiharjo S., Universitas Indonesia Press. Hal 213.
Jumiar, 2000. Entomologi Pertanian, Kanisius, Jakarta. Hal 25.
Luh B. S., 1991. Rice Production, Second Edition , University of California. Hal 237239
Natawigena H., 1991. Entomologi Pertania, Orba Sakti, Bandung. Hal 105-107.
Oka I. N., 1998. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hal 134.

2002 digitized by USU digital library

9

Pracaya, 1992. Hama Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 11.
Sudarmo S. 1991. Pengendalian Serangga Hama Penyakit dan Gulma Padi, Kanisius, Yogyakarta. Hal 40.
Suprayono dan Setyono A., 1997. Mengatasi Permasalahan Budidaya Pad, Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 68.
Tjahjadi N., 1991. Hama dan Penyakit Tanaman, Kanisius, Yogyakarta. Hal 71.

2002 digitized by USU digital library

10

Lampiran 1. Bagan Percobaan I II
H3 H2

III H1

IV S H0

H1 H5 H0 H2 H0
H1 H4 H5

H4 H0 H5 H3

H2 H3 H2
H5 H4 H3
Keterangan : HO = Kontrol HI = Bio-tani 1% H2 = Bio-tani 1,5% H3 = Bio-tani 2% H4 = Bio-tani 2,5% H5 = Bio-tani 3%

H4 H1

S

2002 digitized by USU digital library

11

Lampiran 2. Data Pengamatan Suhu dan Kelembaban

Tanggal

Suhu (0C)

Kelembaban

15/08/01

33.5

47

16/08/01

33.2

47.5

17/08/01

33

49

18/08/01

34

57

19/08/01

35

70

20/08/01

32.7

80

21/08/01

33

83

22/08/01

34

85

23/08/01

33.5

82

24/08/01

34.2

72

25/08/01

31.4

75.6

26/08/01

32

52.7

27/08/01

33.6

65.7

28/08/01

34

82

29/08/01

35

81

30/08/01

35

80

31/08/01

32.5

75

01/09/01

31

76.8

02/09/01

30.2

72

2002 digitized by USU digital library

12

Lampiran 3. Pengaruh Pemberian Bio-tani Terhadap Mortalitas Dan Intensitas SeranganWereng Batang Coklat N.lugens

Paramter

Hari Setelah Aplikasi

3 6 9 12 15 18 21 Mortalitas ** ** ** ** ** ** **

Intensita ** ** ** ** ** ** ** s
Serangan
Keterangan : ** = Sangat nyata

2002 digitized by USU digital library

13