Hubungan Aktivitas Fisik dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dengan Ketahanan Tubuh Pada Siswa SMA Negeri 6 Bogor

(1)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN TINGKAT PEMENUHAN

KEBUTUHAN CAIRAN DENGAN KETAHANAN TUBUH PADA

SISWA SMA NEGERI 6 BOGOR

CITRA NIRWANSYAH ARIO DWILA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

ABSTRACT

CITRA NIRWANSYAH ARIO DWILA. Relationship Between Physical Activity Level and Fulfillment of Body Fluid Requirement with Physical Fitness of 6 Bogor Senior High School Students. This research is supervisied by HADI RIYADI

The general objective of this research is to study the relationship between a physical activity level and a fulfillment of body fluids requirement with physical fitness of the student of 6 Bogor Senior High School. The research was conducted by using Cross Sectional Study design and implemented in May to September 2012 in 6 Bogor Senior High School students. Sample consist of 92 student, 44 person are female and 48 person are male students. Physical activity of respondents have various with the PAL score length between 1,30 – 2,45, with the PAL average score 1,60 ± 0,24. The score of VO2 Max from the respondents have variety with the length score of VO2 max 19,31 – 70,87 ml/minute/kg and the average score of VO2 max 37,32 ± 12,84 ml/minute/kg. The respondents morbidity score have variety with the length score of morbidity 0 – 42 and the average score of morbidity 8,42 ± 10,13. The analysis of the data observed with Pearson correlation test shows that there are the significant correlation between physical activity with the VO2 max score of respondents (p < 0,01, r = 0,428), but there is not correlation with the morbidity score (p = 0,754, r = -0,033). The analysis result with Spearman correlation test shows that there are the significant correlation between morbidity score with the fulfillment level of respondents’ fluid requirement based on the measurement of body surface area (p < 0,01, r = 0,226), the measurement of Darrow’s formula (p < 0,01, r = -0,206), and the recommendation of The National Research Council (NRC) (p < 0,01, r = -0,233). The analysis result with Pearson correlation test shows that there are negative significant correlation between VO2 max with the fulfillment level of respondents’ fluid requirement based on measurement method which is recommended by The National Research Council

Keywords : the physical activity level, fulfillment of body fluids requirements, durability, morbidity, VO2 maximum, adolescent


(3)

RINGKASAN

CITRA NIRWANSYAH ARIO DWILA. Hubungan Aktivitas Fisik dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan dengan Ketahanan Tubuh pada Siswa SMA Negeri 6 Bogor. Dibimbing oleh HADI RIYADI

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada remaja SMA Negeri 6 Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya: (1) Mengkaji karakteristik siswa SMA Negeri 6 Bogor. (2) Mengkaji aktivitas fisik siswa SMA Negeri 6 Bogor, (3) Mengkaji tingkat kebutuhan dan konsumsi cairan siswa SMA Negeri 6 Bogor, (4) Mengkaji tingkat pemenuhan kebutuhan cairan siswa SMA Negeri 6 Bogor, (5) Mengkaiji ketahanan tubuh siswa SMA Negeri 6 Bogor, (6) Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada siswa SMA Negeri 6 Bogor.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian dilaksanakan bulan Mei-September 2012. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Contoh pada penelitian ini adalah 92 siswa kelas X yang terdiri dari 44 siswa putri dan 48 siswa putra.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data sosial ekonomi keluarga, karakteristik keluarga siswa, karakteristik siswa, antropometri siswa, aktivitas fisik, status kesehatan, konsumsi siswa, dan data tes cooper. Data sekunder terdiri dari gambaran umum sekolah. Data status gizi diperoleh dengan menggunakan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Data konsumsi dan aktivitas fisik diperoleh melalui metode recall 2x24 jam. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS version 16,0. Proses pengolahan data meliputi coding, entry, editing, cleaning, dan analisis data. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji beda t dan uji korelasi

Pearson danRank spearman.

Berdasarkan jumlah anggota keluarga sebagian besar contoh (57,61%) termasuk ke dalam kategori besaran keluarga sedang. Hasil uji beda t, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara besar keluarga siswa putra dan putri (p>0,05). Tingkat pendidikan ayah pada contoh perempuan hampir separuhnya (45,45%) merupakan lulusan SMA/sederajat dan hampir separuh lainnya (45,45%) merupakan lulusan sarjana/pascasarjana. Tingkat pendidikan ibu pada contoh laki-laki hampir separuhnya (45,83%) merupakan lulusan sarjana/pascasarjana dan pada contoh perempuan hampir separuhnya (47,73%) menamatkan pendidikan SMA/sederajat.

Pekerjaan 37,5% ayah contoh laki-laki merupakan pegawai negeri, sedangkan pada contoh perempuan hampir separuh (47,73%) dari ayah contoh bekerja sebagai pegawai swasta. Berdasarkan pekerjaan ibu diketahui bahwa hampir separuh (43,75%) dari ibu contoh laki-laki dan lebih dari separuh (52,27%) dari ibu contoh perempuan merupakan ibu rumah tangga. Sebagian besar pendapatan keluarga contoh laik-laki berada pada kisaran > Rp. 3 juta – Rp. 5 juta dengan persentase sebesar 50%, sedangkan contoh perempuan berada pada kisaran > Rp. 1 juta – Rp. 3 juta dengan persentase sebesar 31,8%. Secara keseluruhan, hampir separuh contoh (47,83%) mendapatkan uang saku antara Rp. 10,000 - Rp. 15,000 perhari.

Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan contoh dapat dilihat dari nilai PAL (Phisycal Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. Aktivitas fisik contoh


(4)

keseluruhan bervariasi dengan rentang nilai PAL 1,30 – 2,45 dengan rata-rata nilai PAL 1,60 ± 0,24 pada hari sekolah dan hari libur. Berdasarkan sebaran contoh sebagian besar (73,91%) contoh keseluruhan termasuk dalam kategori aktivitas ringan. Hasil uji Beda t, terdapat perbedaan yang nyata antara aktivitas contoh laki-laki dan perempuan (p<0,05) pada hari libur serta pada hari sekolah dan libur. Nilai VO2 maksimum contoh keseluruhan bervariasi dengan rentang nilai VO2 maksimum 19,31 – 70,87 ml/menit/kg dengan rata-rata nilai VO2 maksimum 37,32 ± 12,84 ml/menit/kg. Berdasarkan sebaran contoh sebagian besar (72,83%) contoh keseluruhan termasuk dalam kategori tingkat kebugaran kardiorespirasi yang kurang. Hasil uji beda t, terdapat perbedaan yang nyata antara nilai VO2 maksimum dari contoh laik-laki dan perempuan (p<0,05). Skor morbiditas contoh keseluruhan bervariasi dengan rentang skor morbiditas 0 – 42 dengan rata-rata skor morbiditas 8,42 ± 10,13 dan berdasarkan sebaran contoh sebanyak 72,83% contoh keseluruhan mempunyai skor morbiditas dengan kategori rendah. Hasil uji Beda t, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara skor morbiditas contoh laik-laki dan perempuan (p>0,05).

Berdasarkan status gizi contoh sebagian besar contoh (79,35%) termasuk dalam status gizi normal dengan rata-rata nilai z-score contoh sebesar -0,31±1,23. Data tingkat pemenuhan kebutuhan cairan menunjukkan bahwa sebanyak 72,92% contoh laki-laki dan 70,45% contoh perempuan termasuk dalam kelompok yang kurang memenuhi kebutuhan cairan (berdasarkan luas permukaan tubuh). Sama hal nya dengan sebaran contoh berdasarkan rumus Darrow, sebanyak 58,33% contoh laki-laki dan 56,82% contoh perempuan termasuk dalam kelompok yang kurang memenuhi kebutuhan cairan. Demikian juga berdasarkan NRC, sebanyak 77,08% contoh laki-laki dan 56,82% contoh perempuan termasuk dalam kelompok yang kurang memenuhi kebutuhan cairan. Hasil analisis dengan uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan contoh berdasarkan The National Research Council (p < 0,01; r = -0,245). Aktivitas yang berhubungan dengan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan berdasarkan The National Research Council (NRC) yaitu olah raga dengan nilai (p < 0,01, r = -0,272). Hasil analisis dengan uji korelasi Pearson

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan nilai VO2 maksimum contoh (p < 0,01, r = 0,428), namun tidak berhubungan pada skor morbiditas (p = 0,754, r = -0,033) Hasil analisis dengan uji korelasi spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara skor morbiditas dengan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan contoh berdasarkan perhitungan luas permukaan (p < 0,01, r = -0,226), perhitungan luas permukaan (p < 0,01, r = -0,206) dan rekomendasi The National Research Council (NRC) (p < 0,01, r = -0,233). Hasil analisis dengan uji korelasi

pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan negatif antara nilai VO2 maksimum dengan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan contoh berdasarkan The National Research Council (NRC) (p < 0,01, r = -0,335).


(5)

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DAN TINGKAT PEMENUHAN

KEBUTUHAN CAIRAN DENGAN KETAHANAN TUBUH PADA

SISWA SMA NEGERI 6 BOGOR

CITRA NIRWANSYAH ARIO DWILA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(6)

Judul Penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik dan Tingkat Pemenuhan

Kebutuhan Cairan Dengan Ketahanan Tubuh Pada Siswa SMA Negeri 6 Bogor

Nama Mahasiswa : Citra Nirwansyah Ario Dwila

NIM : I14104013

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS NIP. 1961 0615 198 603 1004

Mengetahui : Ketua

Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP: 19621218 198703 1 001


(7)

PRAKATA

Bismillaahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah swt atas segala sesuatu yang diperoleh dari-Nya, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dengan Ketahanan Tubuh Pada Siswa SMA Negeri 6 Bogor” dapat diselesaikan dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi syarat bagi penulis untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar membimbing dan memberikan inspirasi serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen Penguji dari penulisan skripsi ini yang telah memberikan kritik serta saran yang membangun kepada penulis

3. Bapak Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam menjalani jenjang pendidikan sarjana.

4. Orang tua yang telah membesarkan dan mendidik dengan ketulusan, kesabaran serta dukungan dan doa yang tiada henti diberikan untuk penulis. 5. Seluruh teman dan pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu

atas bantuan dan doa yang diberikan pada penulis.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, September 2012


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Citra Nirwansyah Ario Dwila, lahir di Bogor pada hari Kamis tanggal 31 Agustus 1989. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, putra dari pasangan bapak Hellman Effendi dan ibu Tasuroh.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Kartika XI-8 Cibinong pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 2 Cibinong dan lulus pada tahun 2004. Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMAN 6 Bogor dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tahun 2007.

Penulis diterima di Program Diploma IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada bulan Juli tahun 2007 untuk Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi (MIJMG). Penulis melakukan Praktek Usaha Jasa Boga (PUJB) di Hotel Kartika Chandra Jakarta selama 3 bulan. Penulis juga pernah Praktek Kerja Lapang (PKL) di Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi, Cibadak-Sukabumi selama 4 bulan. Setelah menamatkan jenjang Diploma 3 pada tahun 2010, penulis melanjutkan kembali ke jenjang Strata 1 (S1) di Institut Pertanian Bogor sebagai Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi pada Fakultas Ekologi Manusia. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kabupaten Brebes pada Bulan Juni–Agustus 2012.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus ... 3

Hipotesis ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Remaja ... 4

Air ... 4

Fungsi Air ... 4

Kebutuhan Cairan ... 6

Konsumsi Cairan ... 6

Kehilangan Cairan ... 7

Aktivitas Fisik ... 8

Kebugaran Jasmani ... 10

Kebugaran Kardiorespirasi ... 10

VO2 Maksimum ... 11

Status Kesehatan ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE PENELITIAN... 17

Desain, Tempat, dan Waktu ... 17

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh... 17

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 18

Pengolahan dan Analisis Data ... 19

Definisi Operasional ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Gambaran Umum Sekolah ... 26


(10)

Besar Keluarga ... 27

Pendidikan Orangtua ... 28

Pekerjaan Orangtua ... 30

Pendapatan Keluarga ... 31

Karakteristik Contoh ... 32

Jenis Kelamin ... 32

Usia ... 33

Uang Saku ... 33

Aktivitas Fisik ... 34

Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi ... 39

Status Kesehatan ... 40

Lama Sakit ... 42

Frekuensi Sakit ... 42

Tindakan Pengobatan ... 43

Skor Morbiditas ... 44

Status Gizi dan Kebutuhan Cairan ... 44

Asupan Air ... 47

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan ... 51

Hubungan Antar Variabel ... 53

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan ... 53

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Ketahanan Tubuh ... 55

Hubungan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan dengan Ketahanan Tubuh ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

Kesimpulan ... 58

Saran ... 59


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ... 9

2. Normatif nilai VO2 maximum non atlet ... 13

3. Normatif nilai VO2 maximum atlet ... 13

4. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL ... 21

5. Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi remaja (Mahan & Escoot-stump 2008) ... 22

6. Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan besar keluarga ... 27

7. Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan pendidikan orang tua ... 29

8. Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan pekerjaan orang tua ... 30

9. Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan pendapatan orang ... 32

10. Sebaran karakteristik contoh berdasarkan jenis kelamin ... 32

11. Sebaran karakteristik contoh berdasarkan usia ... 33

12. Sebaran karakteristik contoh berdasarkan uang saku ... 34

13. Sebaran contoh berdasarkan jenis dan rata-rata durasi berbagai aktivitas fisik dalam sehari ... 35

14. Sebaran contoh berdasarkan nilai Phisycal Activity Level (PAL) ... 37

15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik ... 38

16. Sebaran contoh berdasarkan nilai VO2 Maksimum ... 39

17. Sebaran karakteristik contoh berdasarkan tingkat kebugaran kardiorespirasi ... 39

18. Sebaran contoh berdasarkan kejadian sakit ... 40

19. Sebaran contoh yang mengalami kejadian sakit berdasarkan gejala/jenis penyakit ... 41

20. Sebaran contoh berdasarkan jenis/gejala sakit dan lama sakit ... 42

21. Sebaran contoh berdasarkan jenis/gejala sakit dan frekuensi sakit ... 42

22. Sebaran contoh berdasarkan tindakan pengobatan dari setiap jenis sakit ... 43

23. Sebaran contoh berdasarkan skor morbiditas ... 44


(12)

25. Sebaran karakteristik contoh berdasarkan status gizi ... 45 26. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kebutuhan cairan ... 46 27. Rata-rata asupan air contoh menurut sumber, waktu recall,

dan jenis kelamin ... 48 28. Rata-rata asupan air contoh yang berasal dari minuman ... 48 29. Rata-rata asupan air contoh yang berasal dari makanan ... 49 30. Konsumsi, kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan

cairan contoh ... 50 31. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pemenuhan

kebutuhan cairan ... 51 32. Hubungan aktivitas fisik dengan kebutuhan cairan contoh ... 53 33. Hubungan aktivitas fisik dengan tingkat pemenuhan

kebutuhan cairan contoh ... 53 34. Hubungan aktivitas fisik dengan ketahanan tubuh contoh ... 55 35. Hubungan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemikiran hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Komposisi air pada tubuh pria dewasa mencapai 55% hingga 60% berat tubuh, pada wanita dewasa komposisi air mencapai 50% hingga 60% berat tubuh (Santoso et al.

2011). Batmanghelidj (2009) menjelaskan bahwa otak sendiri tersusun atas 85% air dan sangat rawan jika mengalami dehidrasi (penurunan kandungan air). Seseorang yang mengalami kehilangan 40% lemak dan protein sampai terjadi penurunan berat badan, masih mampu bertahan hidup. Akan tetapi, kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.

Air merupakan senyawa essensial yang diperlukan untuk kehidupan. Meskipun fungsinya sangat penting, tetapi keberadaannya dalam pola makan sering terabaikan. Kebanyakkan orang biasa makan dan minum yang tidak mencukupi untuk kebutuhan cairan tubuhnya. Studi yang dilakukan di Singapura menunjukkan wanita minum air hanya 5-6 gelas dan pria minum hanya 6-8 gelas dalam sehari. Kebiasaan tersebut lebih rendah dari pada rekomendasi minum 8 gelas dalam sehari. Alasan yang paling sering dijumpai sampel di Singapura yang tidak cukup minum adalah: 1) tidak merasa haus, 2) lupa minum, 3) merepotkan, dan 4) tidak mau sering ke kamar kecil. Sebanyak 70 % sampel baru minum setelah merasa haus, dan sebenarnya ini sudah terlambat karena haus merupakan indikasi awal dari dehidrasi (AFIC 2000).

Dehidrasi adalah kondisi dimana jumlah cairan yang keluar baik lewat keringat maupun urine lebih tinggi dibanding jumlah cairan yang dikonsumsi. Berdasarkan banyaknya cairan tubuh yang hilang, dehidrasi dibagi menjadi tiga golongan yaitu dehidrasi ringan, sedang dan berat (Hawden 2000). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang air berdampak buruk terhadap kesehatan atau meningkatkan risiko kejadian berbagai penyakit seperti sembelit, kram, batu ginjal, infeksi saluran kemih dan lain-lain. Selain itu juga berdampak buruk pada stamina, daya ingat dan kecerdasan. Kurang air dapat menurunkan dapat menurunkan stamina, produktivitas kerja dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Kurang air 1% berat badan mulai mengganggu kerja otak dan kemampuan berpikir dan daya ingat sesaat. Hal ini akan berdampak buruk pada kecerdasan dan penidikan anak (Santoso et al. 2011)

Kebutuhan cairan tiap individu akan sangat bervariasi, tergantung pada kelompok umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lingkungan dan aktivitas fisik.


(16)

Faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan cairan tubuh adalah suhu udara yang tinggi, kelembaban udara rendah, ketinggian konsumsi serat, kehilangan cairan tubuh karena konsumsi kopi dan alkohol serta kegiatan olah raga.

Olah raga merupakan aktivitas fisik manusia untuk meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh yang akan membawa manfaat bagi kesehatan, sehingga olahraga dianjurkan untuk dilaukan secara teratur. Seseorang yang sehat dan bugar akan berpotensi menjadi sumberdaya manusia yang baik khususnya pada remaja yang sedang dalam usia produktif. Kebugaran tubuh adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan normal tanpa merasa lelah yang berlebihan dan mempunyai cadangan energi untuk beristirahat atau melakukan kegiatan ekstra lainnya. Tanda-tanda tubuh yang tidak bugar adalah sering merasa lelah sepanjang waktu, tidak mampu mengimbangi teman seusia dalam melakukan aktivitas yang sama, dan menghindari aktivitas fisik yang berat karena merasa cepat lelah.

Soendoro (2008) menjelaskan bahwa secara nasional hampir separuh penduduk indonesia (48,2%) usia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas fisik. Perempuan memiliki prevalensi kurang aktivitas fisik lebih tinggi (54,5%) dibanding laki-laki (41,4%). Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk perkotaan (57,6%) lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan (42,4%).

Aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh. Energi yang digunakan untuk beraktivitas fisik bervariasi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan seseorang (FAO/WHO/UNU 2001). Berdasarkan hal diatas, maka penting untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada remaja SMA Bogor.

Tujuan Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada siswa SMA Negeri 6 Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini diantaranya: 1. Mengkaji karakteristik siswa SMA Negeri 6 Bogor.

2. Mengkaji tingkat aktivitas fisik siswa SMA Negeri 6 Bogor.


(17)

4. Mengkaji tingkat pemenuhan kebutuhan cairan siswa SMA Negeri 6 Bogor. 5. Mengkaiji ketahanan tubuh siswa SMA Negeri 6 Bogor.

6. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada siswa SMA Negeri 6 Bogor.

Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebutuhan cairan. 2. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan ketahanan tubuh.

3. Terdapat hubungan antara tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran maupun informasi mengenai aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada remaja. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya serta pemerintah (Departemen Kesehatan) pada khususnya, mengenai gambaran tingkat pemenuhan kebutuhan cairan remaja untuk mengembangkan kebijakan atau program sosialisasi manfaat air bagi tubuh kepada remaja.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja

Masa remaja merupakan periode antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut Arisman (2004), masa ini dimulai antara usia 9 hingga 10 tahun dan berakhir pada usia sekitar 18 tahun. Pertumbuhan yang terjadi diiringi dengan perubahan fisik yang seringkali memicu kebingungan. Golongan remaja rentan akan adanya berbagai pengaruh dari luar yang dapat dengan mudah langsung diikuti. Determinan utama bagi remaja adalah berasal dari teman sebaya (Hasan 2006). Terdapat tiga kekuatan dalam masyarakat yang dapat mempengaruhi remaja, yaitu: (1) keluarga, (2) sekolah dan (3) lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang mempengaruhi perkembangan remaja adalah guru, teman sepermainan, dan peristiwa-peristiwa dalam masyarakat. Melalui berbagai macam media massa remaja berkenalan dengan berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sehingga akan mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja (Khumaidi 1989).

Menurut Jessor (1984), penanda utama pada masa remaja adalah perubahan. Perubahan yang terlihat yaitu pada ukuran dan bentuk fisik terkait dengan masa pertumbuhan pesat dan pubertas. Perubahan juga terjadi pada cara pandang sosial dan aspek psikologis yang tidak terlihat. Pada masa remaja akan dimulai masa pencarian model/panutan yang diiringi dengan eksplorasi terhadap diri sendiri dan penentuan identitas sosial yang umum terlihat dari adanya keinginan untuk masuk organisasi sosial. Pengalaman pertama dalam melakukan suatu kebiasaan biasanya terjadi pada remaja yang akan berpengaruh hingga jangka panjang. Adapun remaja umumnya menganggap teman sebaya juga merupakan sumber informasi dan reinforcement (pendorong untuk melakukan sesuatu) bagi remaja. Remaja biasa melakukan sesuatu untuk mendapatkan pengakuan atau untuk memperlihatkan solidaritas pada temannya.

Air Fungsi Air

Air merupakan komponen penting pada semua jaringan tubuh. Air memiliki beragam fungsi dan semuanya menunjang proses-proses yang terjadi dalam tubuh. Diantara fungsi tersebut antara lain sebagai pelarut dan alat angkut, katalisator berbagai reaksi dalam sel, pelumas sendi dan pengatur suhu tubuh (Proboprastowo & Dwiriani 2004).


(19)

Sebagai pelarut, air menjadikan berbagai zat gizi penting seperti glukosa, asam amino, lipoprotein, vitamin dan mineral melarut sehingga dapat digunakan oleh sel (Mahan & Stump 2004). Menurut Proboprastowo dan Dwiriani (2004), air di dalam pembuluh darah berfungsi sebagai pelarut berbagai zat gizi penting seperti monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, mineral serta bahan-bahan lain yang dibutuhkan tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Berbagai zat gizi dan hormon yang penting bagi tubuh tersebut dibawa ke sel yang membutuhkan. Air mengangkut sisa metabolisme termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru, kulit dan ginjal.

Di dalam sel, selain berperan sebagai pelarut, air juga berperan sebagai katalisator yang mempercepat berbagai reaksi biologis. Air yang berada dalam sel merupakan media sekaligus substrat dalam reaksi metabolisme, selain itu air juga berperan sebagai komponen struktural yang membentuk sel (Mahan & Stump 2004). Diantara peran air dalam berbagai proses fisiologis dalam tubuh antara lain: pencernaan (katalisator proses enzimatis dalam saluran pencernaan), penyerapan (katalisator berbagai reaksi dalam sel, melancarkan peredaran darah, memecah atau menghidrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana sehingga akan mempermudah proses penyerapan) dan eksresi (membuang sisa metabolisme baik melalui kulit, ginjal, maupun paru-paru).

Di dalam ruang antar sendi terdapat cairan smovial yang mempermudah sendi berfungsi tanpa menimbulkan rasa sakit. Menurut Mahan & Stump (2004), air yang berada dalam ruang antar sel berperan sebagai pelumas sendi.

Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh karena dapat menghantarkan panas hasil metabolisme energi ke seluruh tubuh, sehinga suhu tubuh tetap berada pada kisaran normal. Jika produksi energi berlebih (aktivitas fisik tinggi), suhu tubuh akan meningkat melebihi normal. Pada kondisi ini tubuh akan menurunkan suhu hingga normal agar tubuh tidak cedera. Penurunan ini dilakukan dengan cara radiasi dan penguapan keringat dari permukaan tubuh. Pengeluaran keringat yang berlebih meningkatkan kebutuhan alkali air. Semakin luas permukaan tubuh, semakin besar kehilangan panas melalui kulit. Lemak di bawah kulit berperan sebagai bahan isolasi yang mengurangi kecepatan panas hilang dari tubuh. Ini menguntungkan bagi tubuh pada suhu dingin dan merugikan pada suhu panas.


(20)

Kebutuhan Cairan

Kebutuhan air sekitar 2,5 liter per hari berasal dari 1,5 liter air minum dan sekitar 1 liter dari bahan makanan yang dikonsumsi, sementara lemak tubuh tidak mengandung air. Meskipun demikian, kandungan air terdapat pada seluruh jaringan bebas lemak, yang diperkirakan mengandung air rata-rata 73,2% (Pace dan Rathburu 1945 diacu dalam Supariasa 2001)

Kebutuhan air setiap orang berbeda-beda dan berfluktuasi tiap waktu. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin, usia, tingkat aktivitas, serta faktor lingkungan. Metode perkiraan kebutuhan air adalah berdasarkan umur, berat badan, asupan nitrogen, dan energi, luas permukaan tubuh serta jumlah energi yang dikeluarkan. Belum tersedia data hasil studi lokal tentang kebutuhan air, sehingga acuan kebutuhan masyarakat indonesia mengacu kepada rekomendasi bagi masyarakat Filipina. Berdasarkan acuan tersebut, kebutuhan air rata-rata bagi remaja dan dewasa usia 15 hingga 30 tahun adalah sebesar 40 ml/kg berat badan (FNRI 2002 diacu dalam Proboprastowo dan Dwiriani 2004).

Studi mengenai keseimbangan cairan memperlihatkan bahwa kebutuhan cairan harian meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi sekitar 0,6 L/hari dan terus menningkat hingga pada usia anak-anak mencapai kebutuhan 1,7 L/hari (Goellner, Ziegler, dan Fomon 1981 diacu dalam Sawka, Chuvront dan Carter 2005). Untuk orang dewasa, kebutuhan cairan harian pada laki-laki dengan tingkat aktivitas rendah (duduk, terikat) mendekati 2,5 L/hari (Adolf 1933; Newburgh, Woodwell, dan Falcon-Lesses 1930 diacu dalam Sawka, Cheuvront dan Carter 2005) sedangkan menurut Greenleaf et al. 1977; Gunga 1993 diacu dalam Sawka, Cheuvront, dan Carter (2005), kebutuhan cairan harian akan meningkat hingga 3,2 L jika laki-laki tersebut memiliki tingkat aktivitas sedang (olahraga ringan). Kebutuhan cairan tertinggi sekitar 6 L/hari yaitu pada laki-laki yang memiliki tingkat aktivitas tinggi dan tinggal di lingkungan yang panas (Welch, Buskirk, dan Lampietro 1958 diacu dalam Sawka, Cheuvront, dan Carter 2005). Peningkatan usia biasa diiringi dengan penurunan aktivitas fisik dan kapasitas pengaturan air (berkurangnya sensasi lapar/haus), namun status hidrasi tetap bertahan pada kondisi normal pada seluruh rentang usia.

Konsumsi Cairan

Perilaku konsumsi cairan dapat dirumuskan sebagai cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu dalam pemilihan makanan maupun minuman yang


(21)

dilandasi oleh pengetahuan dan sikap terhadap makanan/minuman. Almatsier (2003) menyatakan bahwa konsumsi cairan terdiri atas air yang diminum, yang diperoleh dari makanan, serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme. Sedangkan menurut Sawka, Cheuvront dan Carter (2005), total konsumsi cairan adalah berasal dari minuman (drinking water), air pada minuman (water in baverages), dan air pada makanan. Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Aktivitas fisik dan pemaparan panas dapat meningkatkan kebutuhan tubuh akan air.

Total konsumsi air berdasarkan survei yang dilakukan NHANES III (Third National Helath and Nutrition Examination Survey) pada populasi yang cukup besar memperlihatkan bahwa sekitar 80% dari total konsumsi cairan adalah berasal dari minuman dan hanya 20% sisanya yang merupakan konsumsi cairan dari makanan. Kedua sumber cairan tersebut memiliki bioavailabilitas yang sama. Berdasarkan survei tersebut juga diketahui bahwa keseluruhan level konsumsi, seluruh responden berada pada keseimbangan cairan (euhidrasi) yang terlihat dari normalnya kadar osmolalitas plasma.

Kehilangan Cairan

Air keluar dari tubuh melewati beberapa jalan yaitu sistem urinari melalui ginjal, sistem pernafasan melalui paru-paru, jalur penguapan melalui kulit meski kadang tidak terlihat berkeringat dan sistem pencernaan melalui feses atau jika terjadi muntah (Shirreffs 2003). Menurut Raman et al. (2004) diacu dalam Sawka, Cheuvront dan Carter (2005), setiap hari sekitar 5% hingga 10% total air dalam tubuh mengalami turnover (pergantian) akibat aktivitas sehari-hari. Kehilangan cairan melalui pernafasan dipengaruhi oleh udara yang dihirup (suhu dan kelembaban) dan kapasitas paru-paru (pulmonary ventilation). Air yang dihasilkan dari metabolisme tubuh secara kasar hampir sama jumlahnya dengan jumlah air yang hilang lewat pernafasan. Pengeluaran urine dalam sehari adalah sekitar 1 hingga 2 liter, namun dapat meningkat jika meminum air dalam jumlah besar. Kehilangan air lewat keringat juga sangat bervariasi bergantung pada aktivitas fisik dan kondisi lingkungan (Shapiro, Pandolf, dan Goldman 1982 diacu dalam Sawka, Cheuvront dan Carter 2005).

Menurut Andreoli, Reeves dan Bichet (2000) diacu dalam Sawka, Cheuvront, dan Carter (2005), keseimbangan cairan dalam tubuh setiap hari diatur dengan baik oleh adanya mekanisme haus dan lapar. Mekanisme tersebut merupakan hasil dari kerjasama neuroendokrin dan adanya respon ginjal


(22)

terhadap perubahan kekuatan dan volume air tubuh. Mekanisme haus dan lapar juga dipengaruhi oleh adanya pengaruh luar yang tidak terkait pengaturan tubuh, yakni faktor sosio-budaya (Rolls dan Rolls 1982 diacu dalam Sawka, Cheuvront, dan Carter 2005). Keseluruhan respon homeostatis tersebut secara bersamaan memastikan bahwa adanya sedikit perubahan status hidrasi (over-hidrasi atau

under-hidrasi) dengan segera akan langsung dikembalikan ke keadaan normal (euhidrasi).

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolismenya untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2003). Riyadi (2006) menyatakan bahwa jika diketahui jumlah energi tubuh yang dikeluarkan selama aktivitas sehari maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang, dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal.

Aktivitas fisik pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan yaitu ringan, sedang dan berat. Semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Menurut Soendoro (2008) kegiatan aktivitas fisik dikategorikaan sedang apabila kegiatan dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Menurut WHO/FAO (2002) untuk menuju sehat perlu melakukan kegiatan sedang hingga berat 30 menit selama tiga hari dalam satu minggu.

FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam, PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

= Σ ×

24

Keterangan: PAL: Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR: Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)


(23)

Seseorang dikatakan sedentary (beraktivitas ringan) bila tidak banyak melakukan kerja fisik, tidak berjalan jauh, umumnya menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara teratur, menghabiskan waktu senggangnya dengan duduk dan berdiri dengan sedikit bergerak seperti pelajar. Pada kategori sedang adalah orang yang tidak terlalu banyak menggunakan energi namun lebih banyak mengeluarkan energi dibandingkan yang beraktivitas ringan. Kemungkinan juga adalah orang yang tergolong beraktivitas ringan namun memiliki waktu untuk beraktivitas sedang hingga berat yang teratur. Misalnya kegiatan harian yang dilakukan selama 1 jam (langsung atau bertahap dalam hari yang sama) baik sedang maupun berat seperti jogging, berlari, aerobik yang dapat meningkatkan PAL dari 1,55 (ringan) menjadi 1,75 (sedang).Tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut FAO/WHO/UNU (2001) tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Ringan (sedentary lifestyle) 1,40-1,69

Sedang (active or moderately active lifestyle) 1,70-1,99

Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2,00-2,40

Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)

Terakhir adalah orang yang tergolong beraktivitas berat bila orang tersebut dalam kesehariannya melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak energi seperti berenang dan menari selama 2 jam, mencangkul, berjalan kaki dengan beban yang berat (FAO/WHO/UNU 2001).

Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang dan bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kesegaran jasmani. Perubahan faal tubuh jangka pendek akibat latihan fisik sesaat berupa peningkatan denyut nadi, peningkatan frekuensi pernapasan permenit, peningkatan konsumsi oksigen, suhu tubuh dan produksi keringat. Latihan fisik yang berulang dan terus menerus akan menimbulkan reaksi penyesuaian diri atau adaptasi dari organ-organ tubuh. Adaptasi berupa perubahan struktur atau fungsi yang sifatnya menetap dari organ-organ tubuh. Keadaan ini memudahkan tubuh untuk bereaksi terhadap tuntutan kegiatan-kegiatan fisik yang diberikan. Adaptasi akan terlihat setelah latihan berlangsung dalam jangka waktu cukup panjang dan teratur, meliputi perlambatan denyut jantung dengan isi kuncup meningkat, curah jantung, tekanan darah menurun, dan frekuensi pernapasan lebih rendah.


(24)

Setelah usia pubertas, nilai kapasitas aerobik wanita lebih rendah 15-25% dari laki-laki. Hal ini dikarenakan ketahanan kardiorespiratori berhubungan dengan luas permukaan tubuh, komposisi tubuh, kekuatan otot, jumlah hemoglobin dan kapasitas paru.pada status terlatih yang sama nilai VO2 max

wanita 15-30% lebih rendah daripada laki-laki. Rendahnya kadar hemoglobin darah pada wanita juga memberikan arti perbadaan VO2 max di samping lebih tingginya massa lemak dibanding laki-laki. Hal ini menyebabkan rendahnya transport oksigen dalam tubuh (Astrand & Rodahl 1986 dalam Sukur 2004).

Kebugaran jasmani

Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk memenuhi serta melakukan aktivitas biasa maupun yang tidak biasa pada kehidupan sehari-hari dengan aman dan efektif tanpa menimbulkan kelelahan dan masih memiliki energi yang tersisa untuk kegiatan berlibur dan melakukan kegiatan rekreasi. Kebugaran jasmani dapat diklasifikasikan menjadi dua, kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related physical fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (skill related physical fitness). Terdapat empat komponen yang berhubungan dengan kesehatan kebugaran, yaitu kebugaran kardiorespirasi, kekuatan otot dan daya tahan, serta fleksibilitas otot dan komposisi tubuh. Komponen yang terkait keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran terdiri dari kelincahan, keseimbangan, koordinasi, reaksi dan kecepatan (Hoeger dan Hoeger 2005).

Kebugaran Kardiorespirasi

Kebugaran kardiorespirasi adalah kemampuan pembuluh paru-paru, jantung dan darah untuk memberikan jumlah oksigen yang cukup ke sel untuk memenuhi tuntutan aktivitas fisik yang berkepanjangan. Kebugaran kardiorespirasi merupakan komponen terpenting dari kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan. Seseorang membutuhkan kekuatan otot dan fleksibilitas dalam jumlah tertentu untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Namun seseorang bisa mendapatkan ataupun tidak mendapatkan kekuatan otot dan fleksibilitas, tetapi tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa sistem kardiorespirasi yang baik (Hoeger dan Hoeger 2005).

Kebugaran kardiorespirasi adalah ukuran seberapa efisien tubuh kita bekerja. Sistem pernafasan (paru-paru), kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan sistem otot bekerja sama selama kegiatan kardiorespirasi. Pada tubuh, oksigen yang berasal dari udara diambil alveoli di dalam paru-paru. Saat


(25)

darah melewati alveoli, oksigen diambil oleh hemoglobin dan diangkut dalam darah ke jantung. Jantung kemudian bertanggung jawab untuk memompa darah beroksigen melalui sistem peredaran darah ke seluruh organ dan jaringan tubuh (Hoeger dan Hoeger 2005).

Pada tingkat sel, oksigen digunakan untuk mengkonversi substrat makanan (terutama karbohidratdan lemak) melalui metabolisme aerobik menjadi

adenosin triphospate (ATP). Senyawa ini memberikan energi untuk fisik, fungsi tubuh dan pemeliharaan keseimbangan internal yang konstan. Selama aktivitas fisik, ATP lebih lanjut diperlukan untuk melakukan aktivitas. Akibatnya, pembuluh paru-paru, jantung dan darah harus memberikan lebih banyak oksigen ke sel otot untuk pasokan energi yang dibutuhkan (Hoeger dan Hoeger 2005).

Selama latihan yang lama, seorang individu dengan tingkat kebugaran kardiorespirasi yang tinggi dapat memberikan oksigen dalam jumlah yang diperlukan ke jaringan dengan relatif mudah. Sebaliknya, sistem kardiorespirasi orang dengan tingkat kebugaran yang rendah harus bekerja lebih keras, jantung harus bekerja di tingkat yang lebih tinggi, oksigen kurang diberikan ke jaringan dan akibatnya, seseorang akan mengalami kelelahan yang lebih cepat. Oleh karena itu, kapasitas yang lebih tinggi untuk memberikan dan memanfaatkan oksigen (penyerapan oksigen atau VO2) menunjukkan sistem kardiorespirasi lebih efisien mengukur penyerapan oksigen dan merupakan cara penting untuk mengevaluasi kesehatan kardiorespirasi seseorang (Hoeger dan Hoeger 2005).

Penilaian kesehatan yang berhubungan kebugaran menggunakan kebugaran kardiorespirasi, diukur dalam hal memanfaatkan aktivitas fisik per menit (maksimum penyerapan oksigen atau VO2 max), ukuran seberapa efisien jantung, paru-paru dan otot dapat beroperasi selama latihan aerobik. VO2 max

umumnya dinyatakan dalam mililiter (ml) oksigen (volume oksigen) per kilogram (kg) dari berat badan per menit (ml/kg/menit) (Hoeger dan Hoeger 2005).

VO2 Maksimum

Kemampuan menggunakan oksigen oleh tubuh merupakan kunci yang menentukan penggunaan bahan bakar tubuh dan keberhasilan berprestasi. Kebugaran seseorang dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. VO2

maksimum adalah volume maksimum yaitu volume maksimal O2 yang diproses oleh tubuh pada saat melakukan latihan yang intensif. Peningkatan intensitas latihan dapat meningkatkan kecepatan bernapas sehingga konsumsi oksigen juga meningkat (Mackenzie 1997a). Dengan mengukur jumlah O2 yang dipakai


(26)

selama latihan akan diketahui jumlah oksigen yang dipakai oleh otot yang bekerja. Volume O2 maksimum ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang diukur dalam liter permenit atau mililiter/menit/ kg BB.

Sewaktu olahraga, otot harus menghasilkan energi dan oksigen memegang peranan penting. Semakin banyak oksigen yang digunakan berarti semakin besar kapasitas untuk menghasilkan energi dan kerja yang berarti daya tahan tubuh lebih besar. Orang yang mempunyai volume O2 maksimum yang tinggi dapat melakukan lebih banyak pekerjaan sebelum menjadi lelah dibandingkan dengan orang yang mempunyai volume O2 maksimum yang rendah (Nurcahyo 2008).

Kapasitas maksimal aerobik atau VO2 maksimum akan secara normal turun sejalan dengan bertambahnya umur. Anak-anak memilki VO2 maksimum yang lebih tinggi dari pada orang dewasa. Pria dewasa biasanya memiliki kapasitas VO2 maksimum yang lebih besar daripada perempuan. Rentang normalnya adalah 43-52 mililiter/menit/Kg BB pada laki-laki dan 33-42 mililiter/menit/Kg BB pada perempuan. Perbedaan tersebut dikarenakan komposisi tubuh ataupun konsentrasi hemoglobin. Perempuan memiliki massa lemak yang lebih tinggi dibandingkan laki. Perputaran hemoglobin pada laki-laki sekitar 10-20% lebih tinggi daripada pada perempuan sehingga meningkatkan kemampuan laki-laki dalam mengantarkan oksigen kedalam otot. Komposisi tubuh juga mempengaruhi VO2 maksimum, dalam hal ini adalah persentase lemak tubuh. Tubuh yang mempunyai persentase lemak tubuh tinggi akan mempunyai VO2 maksimum yang lebih rendah (Cooper 1982).

Oksigen dibutuhkan oleh otot dalam melakukan setiap aktivitas berat maupun ringan untuk proses metabolisme. Semakin banyak oksigen yang diserap oleh tubuh menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja sehingga zat-zat sisa yang menyebabkan kelelahan akan semakin sedikit (Cooper 1982).

Menurut Hoeger & Hoeger (2005), ada beberapa metode pengukuran VO2 maksimum seseorang seperti Cooper Test (12-Minute Run), 1,5 Mile Run Test, 1,0-Mile Walk Test, Step Test, Astrand Rhyming Test, 12-Minute Swim Test. Metode Cooper Test yaitu responden berlari selama 12 menit menempuh jarak sesuai kemampuan, kemudian dicatat jarak yang berhasil ditempuhnya. Perhitungan nilai VO2 maksimum dilakukan dengan cara memasukkan data jarak tersebut ke dalam software Cooper VO2 max calculator. Metode 1,5-Mile


(27)

Run Test yaitu responden lari atau jalan dengan menempuh 1,5 mil secepat mungkin sesuai dengan kemampuan dan dicatat waktunya. Catatan waktu ini akan digunakan untuk mengestimasi nilai VO2 maksimum melalui tabel standar. Metode 1,0-Mile Walk Test yaitu contoh jalan dengan menempuh 1 mil sesuai kemampuan kemudian dihitung waktu dan denyut jantungnya pada akhir tes. Jumlah denyut jantung permenit, waktu, berat badan dan jenis kelamin akan diperhitungkan untuk menentukan nilai VO2 maksimum responden. Metode Step Test yaitu responden naik turun bangku selama tiga menit kemudian dihitung denyut jantungnya pada akhir tes yang akan digunakan untuk mengestimasi nilai VO2 maksimum dengan mengacu pada tabel standar. Metode Astrand Rhyming Test prinsipnya hampir sama dengan metode Step Test tetapi menggunakan ergometer. Metode 12-Minute Swim Test prinsipnya hampir sama dengan metode Cooper Test, namun perlakuannya berbeda yaitu contoh berenang selama 12 menit sesuai kemampuan dan dicatat jarak yang berhasil ditempuh. Nilai VO2 max seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan berdasarkan umur dan jenis kelamin, dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Normatif nilai VO2 maximum non atlet

Umur Laki-laki Perempuan

10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 47-56 43-52 39-48 36-44 34-41 31-38 28-35 38-46 33-42 30-38 26-35 24-33 22-30 20-27 Sumber : Mackenzie (1997a)

Tabel 3 Normatif nilai VO2 maximum atlet

Jenis Olahraga Umur Laki-laki Perempuan

Bolabasket 18-30 40-60 43-60

Bersepeda 18-26 62-74 47-57

Senam 18-22 52-58 35-50

Sepakbola 22-28 54-64 50-60

Skating 18-24 56-73 44-55

Berenang 10-25 50-70 40-60

Atletik 18-39 60-85 50-75

Atletik 40-75 40-60 35-60

Bola voli 18-22 40-56

Angkat berat 20-30 38-52

Gulat 20-30 52-65

Sumber : Mackenzie (1997a)

Nilai VO2 max seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, 1) kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular yang menggunakan oksigen dalam mengurai bahan bakar dan 2) kemampuan gabungan dari sistem kardiovaskular dan paru-paru untuk mengangkut oksigen ke sistem jaringan otot.


(28)

Status Kesehatan

Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (Notoatmodjo 2007). Menurut Slamet (1994) diacu dalam Fitriyani (2008), status kesehatan adalah keadaan seseorang pada waktu tertentu. Derajat kesehatan atau status kesehatan adalah tingkat kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat yang diukur dengan angka kematian, umur harapan hidup, status gizi, dan angka kesakitan (Depkes 1996). Hal ini serupa yang dikemukakan oleh Sukarni (1994) bahwa indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan antara lain umur harapan hidup sewaktu lahir, angka kematian bayi dan anak balita, status gizi dan angka kesakitan.

Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Subandriyo (1993) menjelaskan bahwa status kesehatan dapat diukur dengan sebuah indikator kesehatan. Indikator yang dapat digunakan adalah angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Morbiditas lebih mencerminkan keadaan kesehatan sesungguhnya. Morbiditas berhubungan erat dengan berbagai faktor lingkungan, seperti perumahan, air minum, dan kebersihan serta faktor kemiskinan, kekurangan gizi serta pelayanan kesehatan di suatu daerah.

Morbiditas dapat disebabkan oleh status gizi yang kurang, tetapi morbiditas juga dapat menyebabkan status gizi menjadi rendah. Kondisi sakit tentu akan mengganggu sistem metabolisme zat-zat di dalam tubuh sehingga pemanfatan zat gizi oleh sistem tubuh menjadi tidak optimal dan penurunan status gizi (Hardinsyah 2007). Menurut Sediaoetama (2006) kesehatan gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan tubuh menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan mudah. Seorang anak sehat tidak akan mudah terserang berbagai macam penyakit, termasuk penyakit infeksi karena daya tahan tubuh yang kuat. Daya tahan tubuh akan meningkat pada keadaan gizi yang baik dan akan menurun bila keadaan gizinya juga menurun. Angka kesakitan sangat sensitif dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan ibu, tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak, kondisi kesehatan lingkungan, status gizi dan perkembangan ekonomi (Subandriyo 1993).


(29)

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik individu seperti usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan akan mempengaruhi aktivitas fisik dan kebiasaan minum seseorang. Aktivitas fisik adalah berbagai kegiatan fisik tubuh yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas fisik dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik individu dan secara tidak langsung oleh lingkungan (keluarga). Olah raga merupakan aktivitas fisik manusia untuk meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh yang akan membawa manfaat bagi kesehatan, sehingga olahraga dianjurkan untuk dilaukan secara teratur. Seseorang yang sehat dan bugar akan berpotensi menjadi sumberdaya manusia yang baik khususnya pada remaja yang sedang dalam usia produktif.

Setiap individu memiliki ciri khas dalam kebiasaan konsumsi makanan dan minuman terutama terhadap minuman. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik individu dan keluarga. Selain itu, kebiasaan konsumsi minuman secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan (teman sebaya).

Kebiasaan minum merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan baik yang berasal dari makanan ataupun minuman. Konsumsi pangan seseorang memberikan pengaruh terhadap intake cairan. Intake cairan merupakan seluruh asupan air, baik yang diperoleh dari air minum maupun air yang terkandung dalam makanan padat.

Pada dasarnya, jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda antar individu. Kebutuhan cairan ini tergantung pada umur, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, ukuran tubuh (BB dan TB), serta kondisi kesehatan. Apabila kebutuhan cairan tidak terpenuhi, akan mempengaruhi status dehidrasi.

Kecenderungan dehidrasi dapat dilihat dari tanda-tanda fisik dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu kondisi dimana jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan dengan intake cairan. Tanda-tanda fisik dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering, bibir kering. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kurang air berdampak buruk terhadap kesehatan atau meningkatkan risiko kejadian berbagai penyakit seperti sembelit, kram, batu ginjal, infeksi saluran kemih dan lain-lain. Selain itu juga berdampak buruk pada stamina, daya ingat dan kecerdasan. Kurang air dapat menurunkan dapat menurunkan stamina, produktivitas kerja dan bahkan meningkatkan risiko kecelakaan kerja.


(30)

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti

: hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada siswa SMA Negeri 6 Bogor.

Karakteristik individu

Kebiasaan makan

Konsumsi Pangan Kebiasaan minum

Karakteristik keluarga

Intake Cairan Intake Energi Kebutuhan Cairan

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Cairan

Ketahanan Tubuh

Aktivitas Fisik


(31)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan desain cross sectional study. Data primer diperoleh melalui survey, wawancara, pengisian kuesioner dan recall

konsumsi makanan dan minuman serta aktivitas fisik selama 2X24 jam, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor administrasi sekolah. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat pemenuhan kebutuhan cairan dengan ketahanan tubuh pada remaja SMA Negeri 6 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja karena: 1) tempat yang strategis (pusat kota) yang berkembang dengan pesat, 2) kemudahan akses untuk melaksanakan penelitian, dan 3) keragaman latar belakang siswa. Pengambilan data dilaksanakan selama bulan Mei hingga Juni 2012.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Dalam penelitian ini, penentuan SMA yang dipilih dilakukan secara

purposive sampling dengan beberapa kriteria, antara lain sekolah dengan pendapatan orang tua yang beragam dan sekolah dengan lokasi di tengah perkotaan sehingga memudahkan akses untuk melakukan penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Bogor. Siswa kelas XII tidak diambil sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa mereka harus mempersiapkan berbagai ujian sebagai syarat lulus.

Dalam penelitian ini contoh dipilih dengan kriteria: 1) berasal dari kelas reguler, 2) tidak sedang menderita demam dan batuk, dan 3) tidak menjalani pengobatan untuk diabetes maupun ginjal. Contoh penelitian dihitung menggunakan formula estimation of mean sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah contoh minimum

Z1-α/2 = angka galat baku dari nilai rata-rata

s = standar deviasi (standar deviasi konsumsi air pada usia 16-18 tahun yaitu 0,9 L) d = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang

masih dapat ditolerir atau diinginkan (margin error)

= ×

= (1.96) ×(0.9

)

(0.2) = 77.8 = 78 (orang)


(32)

Subjek diambil dari jenjang kelas X yang terdiri atas 7 kelas. Masing-masing kelas terdriri atas kurang lebih 35 siswa, sehingga jumlah populasi total yaitu 243 orang. Kemudian dipilih secara acak sebanyak 14 orang dari tiap kelas. Sehingga diperoleh contoh awal sejumlah 98 orang. Sejumlah 6 orang tidak melengkapi kuesioner sehingga terpaksa dikeluarkan dari penelitian. Jumlah contoh akhir yang diteliti yaitu sebanyak 92 orang yang terdiri dari 48 laki-laki dan 44 orang perempuan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data karakteristik individu, karakteristik keluarga, aktivitas fisik contoh, status kesehatan, serta konsumsi makanan dan minuman contoh. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner.

Data karakteristik individu meliputi nama, alamat, jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, uang saku perhari dan alokasi pengeluaran uang saku. Data berat badan dan tinggi badan diperoleh dengan pengukuran secara langsung menggunakan timbangan injak dan microtoise, sedangkan data lain diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh contoh yang dipandu oleh peneliti. Jenis kelamin dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Data usia dikategorikan menjadi tiga yaitu 14 tahun, 15 tahun dan 16 tahun. Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan injak “bathroom scale” berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Pada waktu penimbangan, contoh diminta melepaskan sepatu dan tidak diperkenankan untuk membawa dompet,

handphone, maupun barang lain disakunya. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan microtoise yang mampu mengukur hingga 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Pada saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta melepaskan sepatu dan topi atau aksesoris rambut lainnya (jika ada).

Data karakteristik keluarga seperti besar keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orangtua, dan pekerjaan orangtua diperoleh melalui pengisian keuisoner oleh contoh yang dipandu oleh peneliti. Data besar keluarga ditentukan berdasarkan jumlah anggota keluarga yang hidup dibawah pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga berdasarkan Hurlock (2004) dikategorikan menjadi tiga, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (≥7 orang). Data pendidikan orangtua dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan yang pernah diperoleh, dibagi


(33)

menjadi 5 kategori yaitu, tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma/sederajat dan Sarjana/Pascasarjana. Data pekerjaan orangtua dikategorikan dalam kategori pegawai negeri, pegawai BUMN, pegawai swasta, TNI/POLRI wiraswasta, ibu rumah tangga atau tidak bekerja untuk kemudian di analisis secara deskriptif.

Data aktivitas fisik diperoleh melalui recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali pada hari yang berbeda yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Data aktivitas fisik yang dikumpulkan berupa jenis aktivitas yang dilakukan dan durasi waktu melakukan aktivitas dalam sehari.

Data konsumsi makanan dan minuman diperoleh melalui metode recall

1x24 jam yang dilakukan dua kali pada hari yang berbeda yaitu pada hari sekolah dan hari libur. Data ini berupa jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh.

Data sekunder yang diambil adalah karakteristik sekolah yang meliputi letak/lokasi sekolah, jumlah staf pengajar, pegawai dan siswa, kondisi sosial ekonomi siswa, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Data sekunder diperoleh dari data sekolah serta pengamatan langsung.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalasisi. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book

sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entry data

dan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukan data. Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 16,0 for Windows.

Data karakteristik contoh terdiri dari usia, jenis kelamin, status gizi, uang saku. Data usia dikategorikan menjadi 14 tahun, 15 tahun, dan 16 tahun berdasarkan sebaran data. Data jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data status gizi dihitung menggunakan standar penilaian status gizi berdasarkan IMT menurut umur. Status gizi sampel digunakan dalam menentukan rumus perhitungan kebutuhan energi, yang lebih lanjut akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air. Berikut merupakan rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan standar penilaian status gizi remaja (WHO 2007):


(34)

Data status gizi dikategorikan berdasarkan nilai z-skor dengan perbandingan indeks massa tubuh menurut usia (IMT/U) menurut WHO (2007) yang dikategorikan menjadi sangat kurus (z < -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z ≤ -2 SD), normal (-2 SD ≤ z ≤ +1 SD), gemuk (+1 SD ≤ z ≤ +2 SD) dan obesitas (z > +2 SD). Data uang saku dikategorikan berdasarkan sebaran data dan dikelompokkan menjadi empat yaitu Rp. 10,000 – Rp. 15,000 perhari, Rp. 15,001 – Rp. 20,000 perhari, Rp. 20,001 – Rp. 25,000 perhari, dan > Rp. 25,000 perhari. Data karakteristik keluarga berupa data besar keluarga, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orangtua.

Data besar keluarga dikategorikan menjdi tiga, yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang, keluarga sedang 5-6 orang dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang. Data pendidikan orangtua dikategorikan menurut jenjang pendidikan yang pernah diperoleh yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma/sederajat dan Sarjana/Pascasarjana yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data pekerjaan orangtua dikategorikan menjadi pegawai negeri, pegawai BUMN, pegawai swasta, TNI/POLRI, wiraswasta, tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan lainnya. Data pendapatan orangtua perbulan diklasifikasikan menjadi < 1,000,000, 1,000,000 - 2,999,999, 3,000,000 - 4,999,999, 5,000,000 - 6,999,999, 7,000,000 - 8,999,999 dan ≥ 9,000,000 berdasarkan sebaran data.

Aktiivitas fisik diketahui melalui metode recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali pada hari sekolah dan hari libur. Berdasarkan WHO/FAO (2003), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Selanjutnya nilai PAL dapat digunakan dalam menilai tingkatan aktivitas fisik seseorang, tingkatan tersebut diantaranya ringan, sedang maupun berat. Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL dapat dilihat pada Tabel 4. Perhitungan nilai PAL (Physical Activity Level) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

= ∑ ×

24

Keterangan:

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical activity rate (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas persatuan waktu tertentu


(35)

Tabel 4 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Ringan 1,40 – 1,69

Sedang 1,70 – 1,99

Berat 2,00 – 2,40

Pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan melakukan metode recall

jenis dan durasi aktivitas yang dilakukan contoh dalam sehari. FAO/WHO/UNU (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam perhitungan pengeluaran energi yang lebih lanjut akan digunakan untuk menghitung kebutuhan air.

Perhitungan kebutuhan cairan contoh dilakukan berdasarkan tiga metode, yaitu (1) perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan rumus Darrow yang diacu dalam Santoso et al. (2011), (2) perhitungan kebutuhan air dengan rekomendasi dari The National Reesearch Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) yaitu 1 mL/Kal untuk anak-anak dan dewasa, dan (3) perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan luas permukaan tubuh (1500 mL/m2). Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan rumus Darrow diacu dalam Santoso et al. (2011) didasarkan pada rasio perhitungan kebutuhan air per hari dengan berat badan, adapun perhitungan kebutuhan air dengan rumus Darrow adalah sebagai berikut:

BB : < 10 kg : 100 mL/kgBB.

BB : 10 – 20 kg : 1000 mL + 50 mL untuk setiap kg kenaikan BB di atas 10 kg. BB : > 20 kg : 1500 mL + 20 mL untuk setiap kg kenaikan BB di atas 20 kg. Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan The National Research Council

(NRC) diacu dalam Sawka M et al. didasarkan pada angka kebutuhan energi subjek. Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2004) yang didasarkan pada oxford equation. Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung kebutuhan energi sesuai berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan total pengeluaran energi (TEE) yang dikoreksi dengan PAL dan Thermic Effect of Food (TEF). TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu 10% dari TEE (Mahan & Escoot-stump 2004). Berikut tabel perhitungan kebutuhan energi pada remaja (Tabel 5).


(36)

Tabel 5 Oxford equation untuk estimasi kebutuhan energi remaja (Mahan & Escoot-stump 2004)

Rumus Perhitungan Kebutuhan Energi Kebutuhan Energi (Kal)

Remaja Laki-Laki 9 - 18 Tahun dengan status normal

EER + 10% TEE EER = TEE + energi cadangan

EER = 88,5 - (61,9 x U) + PA x (26,7 x BB + 903 x TB) + 25 Kal Keterangan:

PA = 1,0 untuk 1,0 ≤ PAL < 1,4 PA = 1,13 untuk 1,4 ≤ PAL < 1,6 PA = 1,26 untuk 1,6 ≤ PAL < 1,9 PA = 1,42 untuk 1,9 ≤ PAL < 2,5

Remaja Laki-Laki 9 - 18 Tahun dengan status gemuk

EER = TEE

EER = 114 - (50,9 x U) + PA x (19,5 x BB + 1161,4 x TB) Keterangan:

PA = 1,0 untuk 1,0 ≤ PAL < 1,4 PA = 1,12 untuk 1,4 ≤ PAL < 1,6 PA = 1,24 untuk 1,6 ≤ PAL < 1,9 PA = 1,45 untuk 1,9 ≤ PAL < 2,5

Remaja Perempuan 9 - 18 Tahun dengan status normal

EER = TEE + energi cadangan

EER = 135 - (30,8 x U) + PA x (10 x BB + 934 x TB) + 25 Kal Keterangan:

PA = 1,0 untuk 1,0 ≤ PAL < 1,4 PA = 1,16 untuk 1,4 ≤ PAL < 1,6 PA = 1,31 untuk 1,6 ≤ PAL < 1,9 PA = 1,56 untuk 1,9 ≤ PAL < 2,5

Remaja perempuan 9 - 18 Tahun dengan status gemuk

EER = TEE

EER = 389 - (41,2 x U) + PA x (15 x BB + 701,6 x TB) Keterangan:

PA = 1,0 untuk 1,0 ≤ PAL < 1,4 PA = 1,16 untuk 1,4 ≤ PAL < 1,6 PA = 1,31 untuk 1,6 ≤ PAL < 1,9 PA = 1,56 untuk 1,9 ≤ PAL < 2,5 Keterangan:

U = umur (tahun), BB = berat badan (Kg), TB = Tinggi Badan (m) EER = Estimated Energy Requirement (estimasi kebutuhan energi (Kal) TEE = Total Energy Expenditure (total pengeluaran energi) (Kal) PA = Koefisien aktivitas fisik

Luas permukaan tubuh contoh dihitung berdasarkan modifikasi dari rumus perhitungan Mosteller (1987). Body Surface Area ( BSA) atau luas permukaan tubuh dirumuskan sebagai berikut:

BSA (m2) = √ ((tinggi badan (m) x berat badan (kg))/36

Air yang berasal dari makanan dan minuman diperoleh berdasarkan food

recall 2x24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu makan selingan. Air yang berasal dari makanan dibagi ke dalam 11 kelompok makanan berdasarkan

Konsumsi cairan merupakan total konsumsi cairan yang dihitung dari kandungan air yang terdapat pada makanan dan minuman yang dikonsumsi


(37)

selama 2x24 jam dengan rincian 24 jam terakhir pada hari libur dan hari sekolah. Data konsumsi makanan dan minuman berturut-turut dikonversikan ke dalam kandungan air untuk tiap bahan makanan (mentah maupun masak) berdasarkan komposisi zat gizi makanan dalam Mahmud dan Zulfianto (2009). Konversi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kaj = {(Bj/100) x Gaj x (BDDj/100)}

Keterangan:

Kaj = kandungan air dalam bahan makanan-j Bj = berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gaj = kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Data asupan air juga diperoleh dari hasil metabolisme zat gizi pangan (karbohidrat, protein, lemak) yang dikonsumsi (air metabolik). Menurut Verdu dan Navarrete (2009), 1 gram karbohidrat, lemak dan protein masing-masing menghasilkan 0,55 ml, 1,07 ml, dan 0,40 ml air, sehingga diperoleh rumus perhitungan air metabolik sebagai berikut :

Air metabolik = (karbohidrat yang dikonsumsi (g) x 0,55 ml)+(protein yang

dikonsumsi (g) x 0,40 ml)+(lemak yang dikonsumsi (g) x 1,07 ml)

Pemenuhan kebutuhan cairan dihitung dengan membagi asupan cairan dengan kebutuhan cairan kemudian dikali 100%. Dianalogikan sama dengan pemenuhan zat gizi, pemenuhan kebutuhan cairan kemudian dikategorikan menjadi kurang minum, cukup minum, dan minum berlebih (Depkes 2005). Kategori kurang minum jika pemenuhan kebutuhan cairan kurang dari 90%, ketegori cukup minum jika pemenuhan antara 90% hingga 110%, dan kategori minum berlebih jika pemenuhan kebutuhan cairan lebih dari 110%.

Data sekunder yang diteliti yaitu karakteristik sekolah yang meliputi letak/lokasi sekolah, jumlah staf pengajar, pegawai dan siswa, kondisi sosial ekonomi siswa, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Data sekunder diperoleh dari data sekolah serta pengamatan langsung terhadap fasilitas yang tersedia.

Analisis data dilakukan dalam 2 tahap yaitu univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan seluruh variabel. Melalui uji deskriptif tersebut dapat diketahui nilai minimal, nilai maksimal, nilai rata-rata serta frekuensi dan sebaran data.

Analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi pearson dan rank spearman


(38)

melihat besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dalam hal ini variabel dependennya yaitu ketahanan tubuh. Uji beda t-test dilakukan untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan nilai rata-rata dari contoh laki-laki dan perempuan. Uji beda dilakukan pada variabel besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, uang saku, aktivitas fisik, kebugaran kardiorespirasi dan skor morbiditas.

Definisi Operasional

Aktivitas fisik adalah berbagai kegiatan fisik tubuh yang dilakukan oleh contoh dalam sehari yang berupa jenis dan durasi waktu melakukan aktivitas. Alokasi waktu adalah jumlah waktu yang diluangkan siswa untuk melakukan

suatu jenis kegiatan tertentu dan dinyatakan dalam jam.

Berat badan adalah masa tubuh yang meliputi lemak, otot, tulang, cairan tubuh, dan lain-lain dalam satuan kilogram.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang hidup dibawah pengelolaan sumberdaya yang sama atau keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah

Contoh adalah siswa-siswi SMA Negeri 6 Bogor yang sudah melakukan tes IQ sebagai pengukuran tingkat kecerdasan

Karakteristik keluarga adalah informasi tentang keluarga siswa meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua.

Karakteristik siswa adalah data atau informasi mengenai siswa meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas fisik.

Kebutuhan cairan adalah kebutuhan cairan masing-masing individu yang dihitung dengan rumus menurut FNRI (2002) untuk kategori usia 15-30 tahun yaitu 40 ml/kg berat badan

Konsumsi cairan adalah total konsumsi cairan, baik dari makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh contoh selama dilakukan recall 2 x 24 jam. Konsumsi cairan akan dibandingkan dengan kebutuhan cairan untuk dihitung persentase pemenuhan kebutuhan cairan contoh.

Pendapatan keluarga adalah jumlah pendapatan/pemasukan dalam keluarga meliputi pendapatan ayah, ibu dan anggota keluarga yang lain

Pendidikan orang tua dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan yang pernah diperoleh dan dikelompokkan menjadai 5 kategori, yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan sarjana/pascasarjana.


(39)

Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua contoh yang dikategorikkan dalam pegawai negeri, pegawai BUMN pegawai swasta, TNI/POLRI, wiraswasta, ibu ruah tangga atau tidak bekerja.

Pemenuhan kebutuhan cairan adalah perbandingan antara konsumsi cairan dengan kebutuhan cairan yang dihitung pada masing-masing individu. Hasil perhitungan kemudian dikali 100% untuk diperoleh persentase pemenuhan kebutuhan cairan tiap individu.

Pengeluaran energi adalah jumlah energi yang dikeluarkan berdasarkan perhitungan angka metabolisme basal dan aktivitas fisik selama 2 x 24 jam.

Siswa SMA adalah anak usia sekolah kelas X yang masuk kategori remaja awal. Tinggi badan adalah pengukuran tinggi dalam posisi tegak sempurna menempel

ke dinding dan menghadap ke depan.

Tingkat aktivitas fisik adalah aktivitas fisik siswa dinyatakan dengan nilai PAL (physical activity level) dan dikategorikan menjadi kegiatan tidur, sekolah, kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan kegiatan berat.


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Sekolah

SMA Negeri 6 Bogor berlokasi di Jalan Walet no 13 Tanah Sareal Bogor. Lokasi sekolah ini sangat strategis karena mudah dijangkau dari berbagai arah. Sekolah ini terakreditasi A dan menjadi salah satu SMA Favorit di Kota Bogor. Tujuan dari sekolah ini adalah (1) mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, (2) mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang unggul, cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang akademik dan non-akademik di tingkat Nasional maupun Internasional, (3) membekali peserta didik agar memiliki pengetahuan, kepribadian dan keterampilan sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat peserta didik secara optimal serta mampu mengembangkan diri secara mandiri, (4) menanamkan sikap patuh dan taat peserta didik pada hukum dalam kehidupan di lingkungan sekolah maupun di masyarakat, (5) menanamkan sikap kebersamaan dan kekeluargaan di lingkungan sekolah dan keluarga yang bersih, sehat dan asri untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin, (6) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di tingkat Nasional maupun Internasional. Jumlah siswa kelas X yaitu 273 orang yang terdiri dari delapan kelas, kelas XI dan XII masing-masing memiliki sembilan kelas yang terdiri dari satu kelas akselerasi, lima kelas IPA, dan tiga kelas IPS.

Visi sekolah ini adalah menjadi pusat pendidikan unggulan yang berimtaq, beriptek, berbudaya lingkungan serta kompetitif memasuki perguruan tinggi dan dunia kerja ditingkat Nasional maupun Internasional. Misi dari sekolah ini adalah (1) bernuansa keunggulan (School Based on the Quality Improvment) di tingkat Nasional dan Internasional, (2) prima dalam pelayanan, (3) Patuh dan taat pada hukum, (4) menjunjung kebersamaan dan kekeluargaan menuju kesejahteraan lahir dan batin, (5) cinta lingkungan yang bersih, sehat dan asri.

Keunggulan dari sekolah ini diantaranya adalah (1) memiliki guru-guru yang berkualitas, profesional dan berpengalaman, (2) memiliki fasilitas yang sangat lengkap, seperti fasilitas ICT, laboratorium Fisika, Kimia, Biologi, Komputer, Bahasa, IPS, Seni, Ruang Display, Masjid, Perpustakaan, toilet di setiap kelas, (3) memiliki areal sekolah yang sangat luas (10,600 m2) dan hijau, (4) ruang kelas yang cukup sehingga seluruh kelas dapat masuk pagi (kegiatan belajar mengajar dimulai jam 07,00-14,20, (5) Pilihan Ekstra Kurikuler yang banyak, seperti paskibraka, kriket, futsal, basket, bela diri, rohis, sepakbola,


(41)

pecinta alam, PMR, PRAMUKA, english club, silat, teater, taekwondo, voli, musik.

Karakteristik Keluarga Besar Keluarga

Menurut Berg (1986) dalam Aprilian (2010) besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Besar keluarga akan mempengaruhi pengeluaran, pembagian ragam yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Besar keluarga akan berpengaruh terhadap pemenuhan kecukupan keluarga, baik pangan maupun non pangan. Idealnya keluarga memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang. Hurlock (2004) menyatakan, besar keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu keluraga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (≥ 7 orang). Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah

n % n % n %

Kecil (≤ 4 orang) 17 35,42 19 43,18 36 39,13

sedang (5-6 orang) 29 60,42 24 54,55 53 57,61

besar (≥ 7 orang) 2 4,17 1 2,27 3 3,26

Total 48 100 44 100 92 100

Tabel 7 menunjukan bahwa hampir separuh contoh (57,61%) termasuk ke dalam kategori besaran keluarga sedang dan 39,13% lainnya termasuk ke dalam kategori besaran keluarga kecil. Apabila dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, lebih dari separuh contoh laki-laki (60,42%) dan contoh perempuan (54,55%) termasuk ke dalam kategori besaran keluarga sedang. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara besar keluarga contoh laki-laki dan perempuan (p>0,05).

Besar kecilnya anggota keluarga dapat mempengaruhi pemenuhan gizi anggota keluarga terutama keluarga miskin. Pendapatan perkapita dan belanja pangan akan menurun sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka kecukupan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kecukupan pangan keluarga akan tinggi (Sanjur 1982).

Jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi, khususnya pada keluarga yang berpenghasilan rendah pemenuhan kecukupan makan akan lebih mudah


(42)

jika anggota keluarganya sedikit. Pada taraf yang sama, keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan sulit memenuhi kecukupannya jika dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anak yang sedikit. Pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak, hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak mencukupi kecukupan. Selain dalam hal konsumsi pangan, besar keluarga juga akan berpengaruh terhadap perhatian orangtua, bimbingan, petunjuk dan perawatan kesehatan (Suhardjo 1996).

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan orang tua dilihat berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir yang telah ditamatkan. Pendidikan terakhir orang tua akan berpengaruh terhadap pekerjaan serta penghasilan keluarga. Pada orangtua yang bekerja, semakin tinggi pendidikan maka tingkat pendapatannya pun akan semakin tinggi (Suhardjo 1996).

Berdasarkan sebaran pada Tabel 7, pendidikan orang tua contoh baik ayah maupun ibu dikategorikan menjadi 5 jenjang pendidikan terakhir yaitu SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma/sederajat dan sarjana/pascasarjana. Lebih dari separuh (75%) contoh laki-laki memiliki ayah dengan tingkat pendidikan yaitu lulusan sarjana/pascasarjana. Tingkat pendidikan ayah pada contoh perempuan hampir separuhnya (45,45%) merupakan lulusan SMA/sederajat dan hampir separuh lainnya (45,45%) merupakan lulusan sarjana/pascasarjana. Tingkat pendidikan ibu pada contoh laki-laki hampir separuhnya (45,83%) merupakan lulusan sarjana/pascasarjana dan pada contoh perempuan hampir separuhnya (47,73%) menamatkan pendidikan SMA/sederajat. Jumlah contoh laki-laki yang memiliki orang tua berpendidikan terakhir perguruan tinggi sedikit lebih banyak dari pada contoh perempuan.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam menyerap dan memahami sesuatu. Orang yang tergolong dalam keluarga kelas sosial lebih tinggi dengan tingkat pendidikan yang lebih tingi cenderung memiliki poa makan yang sehat. Tingkat pendidikan baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi pola konsumsi antar anggota keluarga, karena pendidikan akan sangat mempengaruhi cara, pola pikir, persepsi pemahaman dan kepribadian seseorang yang nantinya merupakan bekal dalam berkomunikasi (Gibney et al. 2005). Menurut Engle et al. (1994), tingkat pendidikan akan


(1)

A. IDENTITAS CONTOH A1 Nama

A2 Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan

A3 Umur ……… tahun

A4 Tanggal lahir Tgl.../Bln…./Tahun……

A5 Anak ke ... dari ……bersaudara

A6 Alamat tempat tinggal dengan a. Orang tua b. Wali A7 Telepon/HP

A8 Agama

A9 Berat badan ……. kg

A10 Tinggi badan ……. cm

A11 Tempat tinggal dengan 1. Orang tua 2. Wali B. KARAKTERISTIK KELUARGA

B1 Pendidikan terakhir ayah 1. SD/Sederajat 2. SMP/Sederajat 3. SMA/Sederajat 4. Diploma/Sederajat 5. Sarjana

6. Lainnya (...) B2 Pendidikan terakhir ibu 1. SD/Sederajat

2. SMP/Sederajat 3. SMA/Sederajat 4. Diploma/Sederajat 5. Sarjana

6. Lainnya (...) B3 Pekerjaan ayah 1. PNS

2. Pegawai swasta 3. Bekerja di BUMN 4. TNI/POLRI 5. Berwiraswasta

6. Lainnya (...)

B4 Pekerjaan ibu 1. PNS

2. Pegawai swasta 3. Bekerja di BUMN 4. TNI/POLRI 5. Berwiraswasta

6. Lainnya (...) B5 Berapa penghasilan keluarga

dalam sebulan

1. <500,000

2. 500,000-1,000,000 3. >1,000,000-2,000,000 4. >2,000,000-3,000,000 5. >3,000,000-4,000,000

6. >4,000,000 (sebutkan...) B6 Berapa pengeluaran harian

keluarga untuk makanan?

1. >10,000 2. 10,000-20,000 3. >20,000-30,000 4. >30,000-40,000 5. >40,000-50,000

6. >50,000 (sebutkan...) B7 Berapa pengeluaran harian

keluarga bukan untuk

1. >10,000 2. 10,000-20,000


(2)

makanan? 3. >20,000-30,000 4. >30,000-40,000 5. >40,000-50,000

6. >50,000(sebutkan...) B8 Berapa uang saku siswa

perhari?


(3)

C. Recall KonsumsiPangan2 x 24 jam Hari Waktu Makan Nama

Makanan

Jenis Pangan

URT Berat (gr)

I

Pagi

Selingan

Siang

Selingan

Malam

II

Pagi

Selingan

Siang

Selingan


(4)

D. FFQ (Food Frequency Questionners) Makanan Pokok

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

E1 Nasi (beras merah/beras putih) E2 Mie (instant) E3 roti

E. FFQ (Food Frequency Questionners) Pangan Hewani dan Olahannya

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

F1 Daging ayam F2 Daging sapi F3 Telur ayam F4 Ikan segar F5 Ikan pindang F6 Sosis F7 Corned beef F8 Nugget ayam

F. FFQ (Food Frequency Questionners) Pangan Nabati dan Olahannya

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

G1 Kacang hijau G2 Tempe G3 Tahu

G. FFQ (Food Frequency Questionners) Sayuran

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

H1 Bayam

H2 Buncis

H3 Kol

H4 Kangkung H5 Kc panjang H6 Labu siam H7 Wortel

H8 Daun

singkong

H. FFQ (Food Frequency Questionners) Buah-buahan

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali


(5)

Buah-buahan (Lanjutan)

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

I2 Apel

I3 Jeruk

I4 Pepaya

I5 Pisang

I6 Mangga

I. FFQ (Food Frequency Questionners) Susu dan olahannya, minyak, serta gula

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

J1 Keju

J2 Susu kental manis J3 Susu sapi J4 Susu bubuk J5 Yoghurt

J. FFQ (Food Frequency Questionners) Minuman

No Nama

pangan

Frekuensi Konsumsi dalam seminggu

Frekuensi konsumsi per bulan

Banyaknya (gram) 6-7 kali 3-5 kali 1-2 kali

K1 Teh manis

K2 Kopi

K3 Minuman

bersoda K4 Pop ice dan

sejenisnya K5 Sirop K6 Juice buah K7 Gula pasir


(6)

K. Aktivitas fisik 2 x 24 jam

Hari Waktu Jenis Aktivitas Lama (Jam)

I

Pagi

(bangun tidur-12,00 WIB)

Siang

(12,00-16,00 WIB)

Sore

(16,00-19,00 WIB)

Malam

(19,00 WIB-Tidur)

II

Pagi

(bangun tidur-12,00 WIB)

Siang

(12,00-16,00 WIB)

Sore

(16,00-19,00 WIB)

Malam