Indeks eritrosit pada kelinci new zealand white jantan (Oryctolagus cuniculus) pasca operasi urethrotomi

INDEKS ERITROSIT PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE
JANTAN (Oryctolagus cuniculus) PASCA OPERASI
URETHROTOMI

FARDI TARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Indeks Eritrosit pada
Kelinci New Zealand White Jantan (Oryctolagus cuniculus) Pasca Operasi
Urethrotomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Fardi Tarang
NIM B04090205

ABSTRAK
FARDI TARANG. Indeks Eritrosit pada Kelinci New Zealand White Jantan
(Oryctolagus cuniculus) Pasca Operasi Urethrotomi. Dibimbing oleh GUNANTI
dan RIKI SISWANDI.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran darah pada kelinci NZW
jantan pasca operasi urethrotomi melalui perhitungan indeks eritrosit. Lima belas
ekor kelinci new zealand white jantan dipakai dalam penelitian ini. Kelompok
perlakuan terdiri dari kelompok penyayatan urethra sampai lapisan serosa,
kelompok penyayatan urethra sampai lapisan mukosa, dan kelompok sayatan pada
kulit abdomen sebagai kontrol. Sampel darah diambil melalui vena aurikularis.
Berdasarkan uji statistik, saat hari ke-0 (H+0) dan selang waktu 7 hari pasca operasi
(H+7) tidak diperoleh perbedaan hasil yang signifikan antar kelompok terhadap
indeks eritrosit. Indeks eritrosit (VER dan KHER) kelompok serosa, mukosa dan
kulit abdomen menunjukan hasil yang sama yaitu mengalami anemia mikrositik–
normokromik. Akan tetapi kondisi anemia mikrositik–normokromik dikarenakan

adanya defisiensi zat besi akibat buruknya kualitas pakan.
Kata kunci: indeks eritrosit, kelinci new zealand white, urethrotomi

ABSTRACT
FARDI TARANG. Erythrocyte Indices of Male New Zealand White Rabbit
(Oryctolagus cuniculus) Post Urethrotomy. Supervised by GUNANTI and RIKI
SISWANDI.
Research was conducted to evaluate erythrocyte indices of male new zealand
white rabbits undergoing the urethrotomy surgery. Fifteen males NZW rabbits used
in this study and distributed to three treatment groups. Treatment groups are slicing
urethra up serous layer group, slicing urethra through mucosal lining group, and
abdominal skin group as control. Blood samples were collected via auricularis vein.
Based on statistic test, at the end of operation (H+0) and interval 7 days
postoperatively (H+7) no significant difference in the results obtained for
erythrocyte indices. Erythrocyte indices (MCV and MCHC) group serous, mucous,
and abdominal skin showed the same result were microcytic–normochromic
anemia. However, the microcytic–normochromic anemia resulted from iron
deficiency due to poor feed quality.
Keywords: erythrocyte indices, new zealand white rabbit, urethrotomy


INDEKS ERITROSIT PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE
JANTAN (Oryctolagus cuniculus) PASCA OPERASI
URETHROTOMI

FARDI TARANG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Indeks Eritrosit pada Kelinci New Zealand White Jantan
(Oryctolagus cuniculus) Pasca Operasi Urethrotomi
Nama

: Fardi Tarang
NIM
: B04090205

Disetujui oleh

Dr. drh. Gunanti, MS
Pembimbing I

drh. Riki Siswandi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat yang diberikan Nya maka penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
menyusun hasilnya dalam bentuk skripsi. Skripsi ini berjudul Indeks Eritrosit pada
Kelinci New Zealand White Jantan (Oryctolagus cuniculus) Pasca Operasi
Urethrotomi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
hingga skripsi berhasil diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Terima kasih penulis
sampaikan kepada:
1.
Ayahanda Amos Tarang dan ibunda Margaretha Garo, beserta kakak Fara
Farneta Tarang dan Alinda Tarang atas kasih sayang dan motivasi yang
diberikan.
2.
Ibu Dr. Drh. Gunanti, MS dan bapak Drh. Riki Siswandi, MSi sebagai dosen
pembimbing yang telah membina dalam melakukan penelitian sampai pada
penyelesaian skripsi.
3.
Ibu Rini Madyastuti, Apt. MSi. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberikan dukungan dan masukan yang membangun selama semester 3
sampai semester 8.

4.
Bapak Kosasih dan bapak Katim, dan staf penunjang di Lab. Bedah dan
Radiologi FKH IPB atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.
5.
Teman-teman sepenelitian: Awan, Talitha, Ricko, dan Aji atas kerjasama
yang baik dalam penelitian. Begitu pula dengan Margi, David, dan Ridho
selaku sahabat penulis.
6.
Teman spesial yang telah membantu dalam seminar Sarah (calon pacar),
Kesya, dan Desi.
7.
Irwan, Iwan, Wasid, dan keluarga besar GREEN RANGER Cibodas, serta
Komunitas Pendaki Gunung Indonesia (KPGI) atas dorongan dan
motivasinya.
Semoga penelitian yang telah dilakukan ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak terutama dalam dunia Kedokteran Hewan. Kritik dan saran yang membangun
sangat diperlukan penulis agar kedepannya karya penulis bisa lebih baik.

Bogor, September 2013
Fardi Tarang


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
PENDAHULUAN …………………………………………………………
Latar Belakang……………………………………………………….
Tujuan Penelitian ……………………………………………………
Manfaat Penelitian …………………………………………………..
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………..
Kelinci New Zealand White …………………………………………
Darah ……………………………….………………………………..
Sel Darah Merah …………………………………………………….
Hematokrit …………………………………………………………..
Hemoglobin …………………………………………………………
Indeks Eritrosit ………………………………………………………
Anemia ………………………………………………………………
Urethrotomi ………………………………………………………….
METODE PENELITIAN ………………………………………………...
Tempat dan Tanggal Penelitian ……………………………………...
Alat dan Bahan ……………………………………………………...

Hewan yang Digunakan …………………………………………….
Perlakuan Hewan Percobaan ………………………………………..
Pengambilan dan Pemeriksaan Darah ……………………….
Perhitungan Indeks Eritrosit …………………………………
Analisa Data …………………………………………………………
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………
Total Eritrosit ………………………………………………………..
Nilai Hematokrit …………………………………………………….
Nilai Hemoglobin ……………………………………………………
Volume Eritrosit Rata-rata …………………………………………..
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata ……………………………………...
Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata ………………………
SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………..
Simpulan …………………………………………………………….
Saran …..…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………

viii
viii

1
1
1
1
2
2
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
7
8
8
9

9
10
10
11
12
13
14
15
17
17
17
18
20

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9

Parameter Normal Eritrosit Kelinci NZW Jantan ……………..
Kriteria Pengelompokan Hewan Perlakuan …………………...
Parameter Total Eritrosit ………………………………………
Parameter Hematokrit …………………………………………
Parameter Hemoglobin ………………………………………..
Indeks Eritrosit: Volume Eritrosit Rata-rata (VER) …………..
Indeks Eritrosit: Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (HER) ………
Indeks Eritrosit: Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata ...
Kandungan nutrisi pakan kelinci penelitian …………………...

4
7
9
11
12
14
15
16
17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5

Gambar 6

Gambar 7

Gambar 8

Gambar 9

Gambar 10

Kelinci New Zealand White ..……………………………………
Hematopoesis ……………………………………………………
Eritrosit Mamalia ..………………………………………………
Struktur Hemoglobin dan Heme ...………………………………
Gambaran total eritrosit saat hari ke-0 (H+0) dan hari ke-7 (H+7)
pasca operasi urethrotomi antar kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan referensi normal.
Gambaran nilai hematokrit saat hari ke-0 (H+0) dan hari ke-7
(H+7) pasca operasi urethrotomi antar kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan referensi normal.
Gambaran nilai hemoglobin saat hari ke-0 (H+0) dan hari ke-7
(H+7) pasca operasi urethrotomi antar kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan referensi normal.
Gambaran nilai VER saat hari ke-0 (H+0) dan hari ke-7 (H+7)
pasca operasi urethrotomi antar kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan referensi normal.
Gambaran nilai HER saat hari ke-0 (H+0) dan hari ke-7 (H+7)
pasca operasi urethrotomi antar kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan referensi normal.
Gambaran nilai KHER saat hari ke-0 (H+0) dan hari ke-7 (H+7)
pasca operasi urethrotomi antar kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan referensi normal.

2
3
4
5
10

11

13

14

15

16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelinci umumnya dipakai sebagai hewan laboratorium untuk kasus-kasus
percobaan medis. Kelinci sebagai hewan laboratorium, misalnya dalam kasus operasi
urethrotomi yang dikaitkan pada penelitian ini. Urethrotomi merupakan suatu
tindakan pembedahan atau penyayatan urethra. Dalam operasi ini, kelinci new
zealand white jantan normal dipakai sebagai hewan model dalam penelitian mengenai
striktura urethra sebelum diaplikasikan ke manusia. Kasus striktura urethra biasanya
ditanggulangi dengan operasi urethrotomi. Striktura urethra adalah penyempitan
lumen urethra akibat adanya jaringan parut (fibrotik) dan kontraksi (Suzanne dan
Brenda 2002).
Saat operasi berlangsung memungkinkan terjadinya pendarahan (hemorragy)
sehingga mengakibatkan anemia pada pasien. Penurunan total eritosit, hematokrit,
dan hemoglobin dibawah kisaran normal menyebabkan terjadinya anemia (Thrall
2004). Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di seluruh
dunia, terutama di negara berkembang. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit,
tetapi merupakan gejala dari berbagai macam penyakit dasar. Oleh karena itu, untuk
mengetahui status anemia perlu dilakukan perhitungan terhadap indeks eritrosit.
Indeks eritrosit pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kondisi anemia
kelinci new zealand white secara morfologi. Nilai yang diperoleh dalam perhitungan
ini dikaitkan dengan operasi urethrotomi yang dilakukan. Perhitungan indeks eritrosit
dapat menyatakan status perdarahan secara langsung, namun tidak menutup
kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi misalnya dalam kasus
defisiensi zat besi.

Tujuan Penelitian
Mengevaluasi gambaran darah pada kelinci NZW jantan saat hari ke-0 (H+0)
dan hari ke-7 (H+7) pasca operasi urethrotomi melalui perhitungan indeks eritrosit.

Manfaat Penelitian
Perhitungan nilai eritrosit diharapkan dapat memberikan gambaran darah secara
kuantitatif dalam operasi urethrotomi atau operasi medis lainnya, kasus-kasus klinik
dan uji laboratorium, serta bermanfaat bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih
jauh tentang kondisi darah kelinci NZW.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci New Zealand White (NZW)
Kelinci NZW berasal dari Amerika, tepatnya dari daerah San Diego. Sejak
tahun 1960-an berkembang dan beradaptasi dengan baik di negara-negara eropa
terutama di New Zealand. Kelinci NZW merupakan kelinci albino , tidak mempunyai
rambut yang mengandung pigmen. Rambutnya putih-mulus, padat, tebal, dan agak
kasar kalau diraba, serta matanya berwarna merah muda. Keunggulan dari kelinci
tersebut adalah pertumbuhannya yang cepat. Karena itu cocok untuk diternakan
sebagai penghasil daging komersial. Bobot anak kelinci NZW umur 58 hari sekitar
1,8 kg, dewasa rata-rata 3,6 kg, dan bobot maksimalnya dapat mencapai 4,5–5 kg.
Jumlah anak yang dihasilkan rata-rata 24 ekor pertahun (Sarwono 2008). Lama
bunting sekitar 31 hari dan menyusui sekitar 8 minggu (Subroto 2003). Penyapihan
yang baik pada ternak kelinci jenis NZW adalah pada umur 35 hari, ketika berat
badannya mencapai 850 gram. Pada umumnya kelinci melahirkan 8–10 ekor anak
pada setiap kelahiran (Kartadisastra 1994). Kelinci NZW sangat populer di kalangan
industri daging komersial di beberapa negara berkembang. Jenis kelinci NZW sudah
banyak diternakkan di negara-negara tropis termasuk Indonesia.

Gambar 1 Kelinci New Zealand White
(Sumber: Perdana 2009)

Klasifikasi kelinci NZW menurut Hustamin (2006):
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Lagomorpha
Famili
: Leporidae
Subfamili : Leporinae
Genus
: Oryctolagus
Spesies
: Oryctolagus cuniculus

3

Darah
Darah merupakan suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang
mengandung elektrolit (Baldy 2006). Volume darah di dalam tubuh hewan tergantung
pada umur, keadaan kesehatan, makanan, ukuran tubuh, faktor lingkungan, dan
derajat aktivitas. Volume total darah kelinci NZW 4,5–8,1 % atau sekitar 53,8 ± 5,2
mL/kg (Zimmerman et al. 2010).
Pembentukan dan pematangan darah disebut hematopoesis. Hematopoesis
terjadi di dalam sumsum tulang tengkorak, vertebrae, pelvis , sternum, thorax, dan
epifise proximalis tulang panjang. Jika kebutuhan darah meningkat seperti keadaan
pendarahan dan penghancuran sel darah meningkat, maka dapat terjadi pembentukan
sel darah disepanjang tulang panjang (Price dan Wilson 2006). Secara umum, jumlah
maksimum darah yang bisa diambil dalam satu kali pengambilan adalah 1% dari
berat badan (Thrall 2004).

Gambar 2 Hematopoesis (MF 2010)
Eritropoiesis adalah proses pembentukan sel darah merah. Proses eritropoiesis
dimulai dengan pembelahan sel-sel multipoten menjadi sel-sel unipoten kemudian
setiap sel unipoten akan menjadi satu sel darah merah. Pada proses eritropoesis ini
sel-sel bermitosis dan berdiferensiasi secara bersamaan setelah memperoleh
rangsangan dari eritropoetin (Reksodiputro 1994). Adanya eritropoetin pada sumsum
tulang akan memicu terjadinya proliferasi sel unipoten dan terjadinya mitosis lebih
lanjut dari sel proeritroblast, eritroblast basofilik dan normoblas polikromatofil
(Reksodiputro 1994). Sel proeritroblast merupakan sel termuda dalam sel eritrosit.
Waktu yang dibutuhkan oleh proeritoblast untuk menjadi normoblas polikromatofil
sekitar 2–4 hari. Hasilnya adalah sel darah merah muda yang inti selnya sudah
mengalami piknotis dan sudah siap dikeluarkan dari sel. Sel darah merah termuda

4

disebut retikulosit. Waktu yang dibutuhkan oleh retikulosit untuk berubah menjadi
eritrosit sekitar 2–3 hari (Reksodiputro 1994).

Sel Darah Merah (Eritrosit)
Morfologi normal eritrosit bervariasi tergantung pada spesies. Eritrosit mamalia
tidak berinti, sedangkan eritrosit pada bangsa camellidae, reptile, dan aves memiliki
inti. Bentuk oval dan bikonkaf dari eritrosit berfungsi sebagai pertukaran oksigen.
Bentuk eritosit dari kelinci NZW adalah bikonkaf dengan diameter 6,7–6,9 µm
dengan ketebalan rata-rata 2,15–2,4 µm. Eritrosit kelinci NZW memiliki masa hidup
antara 45–70 hari, rata-rata 57 hari (Zimmerman et al. 2010). Fungsi utama dari sel
darah merah (eritrosit) adalah untuk mengangkut hemoglobin yang membawa
oksigen ke jaringan. Morfologi eritrosit sering digunakan untuk menegakan diagnosa
mengenai penyebab anemia. Morfologi eritrosit dapat dilihat pada preparat darah
sesuai dengan warna, ukuran dan bentuk, struktur di dalam dan di luar eritrosit dan
susunan pada preparat darah (Thrall 2004).

Gambar 3 Eritrosit mamalia (VMC 2008)
Tabel 1 Parameter Normal Eritrosit Kelinci NZW
Parameter
Total Eritrosit (106/µL)
Hematokrit (%)
Hemoglobin (g/dL)
VER (fl)
HER (pg)
KHER (%)

Jantan
5,46–7,94
33–50
10,4–17,4
58,5–66,5
18,7–22,7
33–50

Betina
5,11–6,51
31,0–48,6
9,8–15,8
57,8–65,4
17,1–33,5
28,7–35,7

Sumber: Zimmerman et al. 2010

Hematokrit
Hematokrit adalah perhitungan konstanta darah dan jumlah sel darah merah.
Hematokrit bukanlah parameter pengukur volume darah yang tepat, namun derajat

5

hemokonsentrasi pada syok yang berhubungan dengan kesehatan, trauma, luka
bakar, dan pendarahan dapat dinilai dengan hematokrit (Zimmerman et al. 2010).
Pada hewan normal hematokrit (PCV) sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar
hemoglobin. Hematokrit merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat
dehidrasi (Thrall 2004).

Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah
merah. Hemoglobin terbentuk dari gabungan 2 komponen yaitu heme dan globin.
Heme merupakan protoporphyrin yang mengandung zat besi yang disintesis oleh
mitokondria. Globin adalah polipeptida yang didapatkan dari pembentukan
hemoglobin yang disintesis oleh sitoplasma sel darah merah. Kandungan zat besi
yang terlepas ketika hemoglobin mengalami kerusakan akan menuju ke hati
kemudian digunakan kembali untuk kebutuhan hemoglobin baru (Ganong 2002).

Gambar 4 Struktur Hemoglobin & Heme (Prahal 1998)

Indeks Eritrosit
Nilai eritrosit rata-rata (Mean corpuscular values) atau disebut juga indeks
eritrosit merupakan bagian dari pemeriksaan laboratorium hitung darah lengkap
(Complete Blood Count). Pemeriksaan ini memberikan keterangan mengenai ukuran
rata-rata eritrosit dan banyaknya hemoglobin (Hb) per total eritrosit. Umumnya
digunakan untuk membantu diagnosa penyebab anemia berdasarkan morfologinya.
Menurut Thrall (2004), penentuan indeks eritrosit ada tiga jenis yaitu volume eritrosit
rata-rata (VER), hemoglobin eritrosit rata-rata (HER), dan konsentrasi hemoglobin
eritrosit rata-rata (KHER).
VER merupakan rataan volume eritrosit dalam femtoliter (1 fL = 10-15 liter).
HER adalah konsentrasi atau kandungan hemoglobin rataan dari setiap eritrosit dalam
pikogram (pg). KHER merupakan rataan konsentrasi hemoglobin dalam 100 ml
hematokrit dalam persen (%) atau gram/desiliter (g/dL).

6

Anemia
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh (Handayani dan Haribowo 2008). Anemia mengakibatkan penurunan kapasitas
angkut oksigen ke dalam darah. Anemia bukanlah suatu penyakit , tetapi anemia
merupakan gejala dari suatu penyakit.
Anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologi dan etiologi (Price dan
Wilson 2006). Klasifikasi morfologi didasarkan pada ukuran eritrosit dan kandungan
hemoglobin.
Anemia makrositik–normokromik ditandai dengan ukuran eritrosit lebih besar,
tetapi berwarna normal karena konsentrasi hemoglobin yang normal (HER
meningkat; KHER normal). Penyebabnya ialah gangguan atau terhentinya sintesis
asam nukleat DNA karena defisiensi unsur-unsur tertentu seperti vitamin B12.
Anemia makrositik–hipokromik ditandai dengan ukuran eritrosit lebih besar dari
normal, tetapi memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari normal (VER
meningkat; KHER menurun). Penyebabnya terjadi pendarahan berlebihan sehingga
retikulosit dilepaskan ke dalam peredaran darah sebagai respon regeneratif.
Anemia normositik–normokromik, ukuran dan bentuk eritrosit normal serta
mengandung jumlah eritrosit dan konsentrasi hemoglobin normal (VER normal;
KHER normal/menurun). Penyebabnya ialah kehilangan darah akut, hemolysis atau
penyakit infeksi kronis. Anemia normositik–hipokromik, ukuran eritrosit normal tapi
konsentrasi hemoglobin turun (VER normal; KHER menurun). Kasus anemia ini
jarang terjadi.
Anemia mikrositik–normokromik, ukuran eritrosit dibawah normal dan
konsentrasi hemoglobin normal (VER menurun; KHER normal). Penyebabnya
defisiensi zat besi, penyakit kronik, atau toksik (Delf dan Manning 1996). Anemia
mikrositik–hipokromik, ukuran eritrosit lebih kecil dari normal dan konsentrasi
hemoglobin di bawah nilai normal (VER dan KHER menurun). Kejadian ini
diakibatkan oleh insufisiensi sintesis heme karena defisiensi zat besi dan defisiensi
pyridoxin.

Urethrotomi
Urethrotomi dilakukan apabila batu atau kristal tidak berhasil dimasukkan ke
dalam vesika urinaria menggunakan kateter. Keberadaan batu atau kristal dapat
dideteksi dengan menggunakan kateter atau sonde yang panjang. Setelah batu atau
kristal diketahui posisinya, maka dilakukan sayatan pada urethra kemudian batu atau
kristal tersebut dikeluarkan. Selanjutnya, kateter dimasukkan sampai ke dalam vesika
urinaria, lalu sayatan di jahit.
Urethrotomi adalah operasi untuk mengobati penyempitan uretra (tabung yang
membawa air seni dari kandung kemih ke penis). Penyempitan ini biasanya
disebabkan oleh pembentukan jaringan parut setelah peradangan, infeksi atau trauma.
Hal ini dapat menyebabkan aliran urin lambat, sering dengan dribbling, pendarahan

7

sakit, dan infeksi. Manfaat dari operasi urethra adalah aliran yang lebih baik dari
urine dan vesica urinaria (Balindi 2007).

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Tanggal Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi Veteriner
Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, serta Kandang Hewan Percobaan
Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Darmaga, Bogor. Terlaksana dari tanggal 22
Februari 2012 sampai 25 April 2012.

Alat dan Bahan
Sediaan obat: Bahan yang digunakan dalam anastesi yaitu kombinasi ketamin
dan xylazin, sedangkan untuk antibiotik bahan yang digunakan adalah Roxine.
Analgesik menggunakan ketoprofen. Alat yang dipakai dalam injeksi sediaan obat
yaitu kapas, alkohol 70%, dan spoit 1 ml. Pengambilan Darah: Bahan yang
digunakan ialah darah kelinci. Alat yang digunakan untuk mengambil darah yaitu
spoit 3 ml, kapas alkohol 70%, dan tabung darah. Perhitungan Total Eritrosit: Pipet
pengencer (pipet eritrosit), kamar hitung, mikroskop (perbesaran 10x10 dan 40x10
kali), kertas saring/tissue, cairan pengencer (hayem) dan alat hitung. Perhitungan
Nilai Hematokrit: Tabung kapiler, alat penyumbat tabung kapiler, alat sentrifuge
kecepatan tinggi 10.000–20.000 rpm, dan micro hematocrit reader. Perhitungan
Kadar Hemoglobin: Bahan yang digunakan asam hidroklorida 0,1 N dan aquades.
Alat yang dipakai hemoglobinometer (hemometer) sahli yang terdiri dari pipet
hemoglobin bertanda 20 mm3, tabung sahli, dan warna standar sebagai pembanding,
serta pipet tetes.

Hewan yang Digunakan
Hewan yang digunakan pada penelitian yaitu kelinci new zealand white jantan
yang berjumlah 15 ekor dan kisaran berat badannya 2,5–3 kg. Umur kelinci perlakuan
4,5–6 bulan. Kriteria pengelompokan kelinci perlakuan seperti dalam tabel 1.
Tabel 1 Kriteria pengelompokan hewan perlakuan
Kelompok (K)
K1
K2
K3

Kriteria
Penyayatan urethra sampai serosa
Penyayatan urethra sampai mukosa
Penyayatan pada kulit abdomen (kontrol)

Jumlah (Ekor)
5
5
5

8

Perlakuan Hewan Percobaan
Kelinci diadaptasikan di kandang percobaan selama penelitian dan diberikan
pakan pelet serta air minum. Pengambilan sampel darah dilakukan saat kelinci dalam
keadaan teranastesi. Anastesia yang digunakan yaitu Ilium Ketamil ® inj., 100 (Troy)
yang dikombinasikan dengan sedasi Ilium Xylazil® inj., 20 (Troy). Dosis
pemberiannya 35–45 mg/kg BB untuk ketamin dan 5 mg/ kg BB untuk xylazin.
Pemberiannya melalui injeksi intramuskular. Operasi urethrotomi dilakukan oleh
operator yang sama setelah kelinci teranastesi. Operasi urethrotomi dilakukan dengan
dua penyayatan yang berbeda, yaitu penyayatan urethra sampai serosa (K1),
penyayatan urethra sampai dengan mukosa (K2) dan sebagai kontrol dilakukan
penyayatan pada kulit abdomen (K3). Perawatan pasca operasi dilakukan dengan
pemberian antibiotik (Roxine® inj., Sanbe) dengan dosis 5 mg/kg BB. Pemberiannya
sehari sekali selama 5 hari melalui injeksi subkutan. Pemberian analgesik
(Ketoprofen® inj., Hexapharm) pasca operasi juga dilakukan dengan dosis yang sama
yaitu 50 mg/kg BB. Pemberiannya sehari sekali selama 3 hari melalui injeksi
intramuskular. Selain itu, antihelmintik (albendazole) diberikan juga dengan dosis 30
mg/kg BB secara per oral. Pemberiannya sekali dalam seminggu.

Pengambilan Darah
Pengambilan darah terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama saat selesai operasi
urethrotomi (H+0) dan tahap kedua setelah 7 hari pasca operasi (H+7). Pengambilan
darah melalui vena aurikularis menggunakan spoit 3 ml. Pertama-tama kapas yang
dibasahi alkohol 70 % diusapkan pada daerah telinga sampai terlihat v. aurikularis.
Setelah itu spoit ditusukan perlahan ke vena searah dengan arah darah menuju
jantung, kemudian darah dihisap dengan hati-hati. Hasil pengambilan darah
dimasukan ke dalam tabung khusus darah yang berantikoagulan EDTA. Selanjutnya
sampel darah diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Pemeriksaan darah dilakukan menggunakan 3 parameter: hitung jumlah
eritrosit, hitung nilai hematokrit, dan hitung konsentrasi hemoglobin. Parameter total
eritrosit dihitung dengan menggunakan hemocytometer dengan cairan pengencer
(hayem). Pemeriksaan dengan menggunakan microhematocrit dipakai dalam
menghitung nilai hematokrit. Selanjutnya perhitungan nilai hemoglobin
menggunakan metode Sahli.

Perhitungan Indeks Eritrosit
Perhitungan nilai VER, HER, dan KHER menggunakan rumus sebagai berikut
(Harr 1995; Thrall 2004):
Volume Eritrosit Rata-rata (VER) atau Mean Corpuscular Volume (MCV)

9

Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (HER) atau Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER) atau Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentration (MCHC)

Analisa Data
Hasil perhitungan dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku. Data diolah
menggunakan SPSS versi 16.0 for windows dan Microsoft Excel 2010. Perbedaan
antar kelompok perlakuan, diuji secara statistik melalui analisa ragam (Analyse of
Variant/ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan serta uji T-test pada selang
kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan dan perhitungan kuantitas eritrosit: total eritrosit, hematokrit,
hemoglobin dan indeks eritrosit (VER, HER, dan KHER) dari ketiga kelompok
perlakuan (kelompok sayatan urethra sampai serosa; kelompok sayatan urethra
sampai mukosa; dan kelompok sayatan di kulit abdomen sebagai kontrol) diperoleh
gambaran hasil sebagai berikut.

Total Eritrosit
Tabel 3 Parameter Total Eritrosit (106/µL)
Kelompok
Hari ke-0 Pasca
Hari ke-7 Pasca
Operasi (H+0)
Operasi (H+7)
K1
K2
K3

5,66±0,38a; y
6,22±1,28a; x
6,41±1,54a; x

7,32±0,46 a; x
7,21±1,21 a; x
6,96±0,18 a; x

Nilai Normal
(Zimmerman et al.
2010)
5,46–7,49

Keterangan: K1 = kelompok sayatan urethra sampai serosa; K2 = kelompok sayatan urethra sampai mukosa; K3 =
kelompok sayatan kulit abdomen (kontrol)

10

Huruf superscript (a;b) yang berbeda pada kolom yang sama dan (x;y) yang berbeda pada baris yang
sama menyatakan adanya perbedaan nyata (p