Membagun Hutan Kota Untuk Mengimbangi Kebutuhan Oksigen Dalam Pemanfaatan Lahan Kota Bogor

(1)

MEMBAGUN HUTAN KOTA UNTUK MENGIMBANGI

KEBUTUHAN OKSIGEN DALAM PEMANFAATAN LAHAN

KOTA BOGOR

BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

Diusulkan oleh:

Ketua : Eliza Fauziah E24090014 Angkatan 2009 Anggota : Mayang Sari A24090127 Angkatan 2009 Sajida E24090099 Angkatan 2009

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

BAB III

METODE PENULISAN 3.1. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi yang mendukung penulisan diperoleh dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian data melalui internet dan sumber-sumber lain yang relevan. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, laporan praktikum, majalah, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain :

1. Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum dilaksanakannya analisis data sebagai bahan pertimbangan dan wawasan penulis tentang lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan.

2. Data referensi sebagai acuan untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh sehingga dapat dikembangkan untuk mencari kesatuan materi untuk memperoleh solusi dan kesimpulan.

3.2. Pengolahan Data dan Informasi

Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data dan diolah dengan metode analisis deskriptif berdasarkan data sekunder.

3.3. Analisis dan Sintesis

Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan kemudian dijadikan acuan dalam membuat sistesis. Analisis yang dilakukan meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Data mengenai jumlah penduduk Kota Bogor 2. Data mengenai jumlah angkot Kota Bogor

3. Bentuk luas lahan hutan berupa hutan kota seperti taman kota, kebun halaman dan kebun raya


(3)

5. Hubungan antara kebutuhan oksigen untuk penduduk dan kendaraan umum (angkot)

6. Polutan/emisi yang dikeluarkan oleh aktivitas kendaran umum (angkot) 7. Hubungan kemampuan pohon untuk menghasilkan oksigen dengan kebutuhan


(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan kota yang merupakan suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang (PP No. 63 tahun 2002).

Sesuai dengan peruntukannya, hutan kota dapat dibangun dalam beberapa bentuk di antaranya yaitu, ruang hijau pertamanan kota, ruang hijau rekreasi kota, ruang hijau stadion olah raga, ruang hijau pemakaman, ruang jalur hijau (green belt), ruang hijau taman hutan raya, ruang hijau kebun binatang, ruang hijau hutan lindung, ruang hijau penggunaan lain (APL), ruang hijau kebun raya, dan ruang hijau kebun dan halaman di lingkungan perumahan, perkantoran, pertokoan, pabrik, terminal, dan sebagainya (Endes 1992).

Hutan kota memiliki multi fungsi sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal dan debu industri, peredam kebisingan, mengurangi bahaya hujan asam, penyerap karbon monoksida, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, penahan angin, penyerap dan penapis bau, mengatasi penggenangan, mengatasi instrusi air laut, produksi terbatas, ameliorasi iklim, pengelolaan sampah, pelestarian air tanah, penapis cahaya silau, meningkatkan keindahan, habitat burung, mengurang stres, mengamankan pantai terhadap abrasi, merupakan daya tarik domestik maupun mancanegara, serta sarana hobi dan pengisi waktu luang (Samsoedin dan Subiandono 2007).

Secara rataan, dalam setiap pohon dapat menyerap karbon sebanyak 1 ton. Dari data yang didapatkan, setiap manusia memerlukan oksigen sebanyak 175,244 kg/tahun. Pohon sehat dengan tinggi sekitar 9,75 meter mampu menghasilkan oksigen sebanyak 118,040 kg/tahun (Jalal 2007). Dalam 1 (satu) acre pepohonan bisa mencukupi oksigen untuk kebutuhan 18 (delapan belas) orang dan menyerap karbondioksida dari mobil yang berjalan sekitar 26.000 mil atau sekitar 41.834 km. Pohon besar menyerap kira-kira sebesar 120-240 pounds partikel kecil atau


(5)

sewajarnya kita lestarikan.

Karbondioksida CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca dan karena berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer, menyebabkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat dramatis sejak dimulainya revolusi industri, dimana berdasarkan pengukuran Mauna loa, CO2 di atmosfer meningkat sekitar 31 % dari 288 ppm pada masa pra-revolusi menjadi 378 ppm pada tahun 2004 (Keeling dan Whorf 2004 dalam Heriansyah 2004).

Termasuk dalam kategori mobil berpenumpang kecil, berbahan bakar bensin. Dengan demikian, menurut Wisesa (1988) kendaraan penumpang membutuhkan oksigen sebesar 11,63 kg/jam.

Menurut Bernatzky (1978) pohon dengan tinggi 25 m dan diameter tajuk 15 m, akan mempunyai luas tutupan tajuk 160 m² dan luas permukaan daun sebesar 1600 m², akan menghasilkan oksigen sebanyak 1712 gram. Sedangkan untuk 1 ha lahan hijau dengan total luas permukaan daun 5 ha akan membutuhkan 900 kg CO2 untuk melakukan fotosintesis selama 12 jam, dan pada waktu yang sama akan menghasilkan 600 kg O2.

Selain manusia, kendaraan bermotor juga membutuhkan oksigen untuk proses pembakaran bahan bakar. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut tergantung pada beberapa faktor, yaitu jenis bahan bakar yang digunakan, jumlah bahan bakar yang dibutuhkan, daya kendaraan, dan lamanya waktu pemakaian (Arismunandar 1980).


(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kota merupakan suatu tempat yang dihuni oleh masyarakat dimana mereka dapat bersosialisasi serta tempat melakukan aktifitas sehingga perlu dikembangkan untuk menunjang aktivitas fisik dan spiritual yang semakin meningkat. Padatnya penduduk di suatu perkotaan sangat mempengaruhi keadaan lingkungan saat ini. Kebutuhan penduduk akan tempat tinggal (pemukiman) yang semakin bertambah dapat mengakibatkan luas hutan di kota semakin berkurang. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan perhatian serta kesadaran masyarakat maupun pemerintah untuk dapat melakukan pola perencanaan yang terarah dan memadai seperti pembangunan dan pengembangan hutan kota dalam rangka semakin meningkatnya jumlah penduduk di kota serta semakin banyaknya jumlah angkutan umum khususnya angkot di Kota Bogor.

Jumlah angkot di Kota Bogor hingga 2008 sebanyak 3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada 2006 jumlah angkotnya sebanyak 3.506 angkot dengan 22 trayek 2.768 unit angkot pada tahun 2005. Angka ini menyebabkan polusi besar di Kota Bogor dan merupakan salah satu penyebab global warming yang saat ini marak dibicarakan. Oleh karenanya, maka diperlukan luas hutan dapat berupa hutan kota, hutan rakyat, kebun raya, hutan raya dan halaman rumah (Endes 1992) yang dapat mengimbangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sebagai bentuk pencemaran udara agar kondisi lingkungan tetap stabil dan kebutuhan konsumen akan oksigen dapat tercukupi.

Agar pembaca dapat memahami pentingnya pembangunan hutan kota untuk mengimbangi kebutuhan oksigen penduduk khususnya Kota Bogor karena setiap tahun terjadi peningkatan pembangunan yang berdampak pada alih fungsi lahan dan juga mengakibatkan terjadi peningkatan jumlah kendaraan khususnya angkot (angkutan kota) sehingga terjadi peningkatan emisi yang menyebabkan pencemaran udara serta kendaraan bersaing dengan manusia untuk memanfaatkan


(7)

oksigen. Keseimbangan ketersediaan lahan bervegatasi, dilakukan dengan menghitung ketersediaan dan kebutuhan oksigen.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tulisan ini memiliki tujuan untuk menentukan luas lahan hutan minimal dalam menyediakan kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kendaraan umum (angkot) serta mengabsorpsi gas buangan CO2.


(8)

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS 4.1 Analisis

4.1.1 Gambaran Umum Kota Bogor

Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS dengan jarak dari ibu kota 54 km. Dengan ketinggian minimum 190 meter dan maksimum 330 meter di atas permukaan laut. Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan yang berbatasan dengan:

Sebelah utara : Wilayah kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor

Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor

4.1.2 Data Jumlah Penduduk

Data penduduk Kota Bogor tercatat pada tahun 2003 sebesar 834.000 orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860 orang (Somia 2008).

4.1.3 Data Luas Wilayah Kota Bogor

Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118,5 km² atau sekitar 11.850 Ha.

4.1.4 Data Jumlah Angkot Kota Bogor

Jumlah angkot di Kota Bogor hingga 2008 sebanyak 3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada 2006 jumlah angkotnya sebanyak 3.506 angkot dengan 26


(9)

trayek, dan pada tahun 2005 terdapat 2.768 unit angkot dengan trayek 22 (Ratih dan Suprihadi 2005).

Tabel 1 Jumlah mobil angkutan kota

Tahun Jumlah angkutan kota (unit) Trayek

2005 2.768 22 2006 3.506 28 2008 3.455 29

4.1.5 Bentuk-Bentuk Hutan Kota

Menurut instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang hutan kota, luas hutan kota adalah paling sedikit 10% dari luas perkotaan. Bentuk hutan kota dapat berupa taman kota, kebun atau perkarangan, jalur hijau, dan hutan.

4.1.6 Data Kemampuan Pohon Untuk Menghasilkan Oksigen

Secara rataan, dalam daur hidupnya setiap pohon dapat menyerap ha pepohonan bisa mencukupi oksigen untuk kebutuhan 18 (delapan belas) orang dan menyerap karbondioksida dari mobil yang berjalan sekitar 41.834 km. Pohon besar menyerap kira-kira sebesar 120-240 pounds partikel kecil tau gas polutan. Hanya tumbuhanlah yang menghasilkan oksigen di bumi ini (Jalal 2007).

Menurut Bernatzky (1978) pohon dengan tinggi 25 m dan diameter tajuk 15 m, akan mempunyai luas tutupan tajuk 160 m² dan luas permukaan daun sebesar 1600 m², akan menghasilkan oksigen sebanyak 1712 gram. Sedangkan untuk 1 ha lahan hijau dengan total luas permukaan daun 5 ha akan membutuhkan 900 kg CO2 untuk melakukan fotosintesis selama 12 jam, dan pada waktu yang sama akan menghasilkan 600 kg O2.


(10)

9

4.1.7 Hubungan antara jumlah penduduk dan emisi yang dikeluarkan Kendaran Umum (Angkot)

Udara yang mengandung oksigen oleh mahluk hidup digunakan untuk proses pembakaran bahan bakar (respirasi) di dalam tubuh organisme untuk menghasilkan energi agar dapat bertahan hidup. Oksigen sangat dibutuhkan oleh manusia sekitar 67% dari tubuh manusia dan setiap manusia mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang sama sebesar 600 liter/hari atau 840 gram/hari (Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988). Dengan meningkatnya perkembangan pembangunan dan penduduk di Kota Bogor, terjadi penurunan luas lahan hutan digunakan untuk pemukiman sehingga semakin berkurang lahan hutan atau vegetasi. Peningkatan kendaraan umum (angkot) dan jumlah penduduk akan berimplikasi pada peningkatan gas buangan CO2 dan/atau CO ke udara. Tercatat pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860 orang (Somia 2008). Dengan semakin meningkatnya populasi penduduk, maka berdampak juga terhadap produktivitas pohon dan berpengaruh terhadap kualitas udara yang mengandung oksigen karena pencemaran udara yang disebabkan kendaraan umum khususnya angkot. Jumlah angkot di Kota Bogor hingga 2008 sebanyak 3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada 2006 jumlah angkotnya sebanyak 3.506 angkot dengan 22 trayek 2.768 unit angkot pada tahun 2005 yang beroperas (Ratih dan Suprihadi 2005) Data yang diperoleh emisi yang dikeluarkan oleh satu kendaraan (angkot) sebesar 252 ton/ha (Andrea 2008). Angka ini menyebabkan polusi besar di Kota Bogor dan merupakan salah satu penyebab global warming yang menjadi isu dunia.

4.2 Sintesis

4.2.1 Implementasi kebutuhan oksigen untuk manusia berdasarkan jumlah penduduk

Pendekatan Kebutuhan oksigen tiap orang sebesar 600 liter/hari atau 840 gram oksigen/hari. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi jika suply oksigen dari produsen oksigen yaitu pohon/tumbuhan tercukupi. Berarti jumlah pohon dalam satuan luas terjaga. Jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860 orang pada


(11)

tahun 2008. sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen sebesar 802.922,4 kg/hari sedang satu pohon dengan tinggi 10 m mampu menghasilkan oksigen pertahun sebesar menghasilkan oksigen sebanyak 118,04 kg/tahun atau 0,3 kg/hari. Sehingga didapat kebutuhan luas hutan minimal dengan pendekatan kebutuhan oksigen yang dihasilkan oleh pohon sebanyak 2.676.408 pohon.

Kota Bogor memiliki luas 11.850 ha sehingga kebutuhan luas minimal hutan berdasarkan jumlah pohon untuk menghasilkan oksigen sebanyak 2.676.408 pohon, oleh karena itu, luas minimal hutan yang dibutuhkan sebesar 225, 857 Pohon/ha atau sekitar 226 Pohon/ha. Asumsi dalam dunia kehutanan bahwa jarak tanam pohon 3 m x 3 m sehingga dalam 1 ha sebanyak 1111,1 pohon. Jadi luas minimal hutan sebesar 2408, 8 ha, sebagai pembanding bahwa luas Kebun Raya Bogor sebesar 87 ha, kebun raya ini merupakan contoh hutan kota. Berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun sehingga luas kawasan hijau sebesar 4740 ha.

4.2.2 Implementasi keseimbangan produksi oksigen dengan pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan umum (angkot)

Jumlah angkot pada tahun 2005 sebesar 22 trayek 2.768 unit, pada tahun 2006 bertambah menjadi 3.506 angkot dan Jumlah angkot pada tahun 2008 mencapai 3.455 unit dengan 29 trayek. Menurut Andreas (2008) menyebutkan bahwa emisi yang dikeluarkan oleh kendaran umum (angkot) sebesar 252 ton/tahun dan Wisesa (1988) kebutuhan oksigen untuk kendaraan penumpang sebesar 11,63 kg/jam. Keadaan ini sangat dramatis karena kendaraan umum (angkot) sangat diperlukan untuk memenuhi keperluan sehari-hari tetapi bahayanya sangat nyata karena mengeluarkan gas buangan/ emisi sebesar 252 ton CO/tahun dan memerlukan asupan oksigen sebesar 11,63 kg/jam. Angkot tidak hanya mengeluarkan emisi tetapi bersaing dengan manusia untuk menghirup oksigen.


(12)

11

Berdasarkan data emisi maka jumlah angkot sebanyak 3.455 unit sebesar 870.660 ton CO/tahun. Jika berdasarkan pendekatan kebutuhan oksigen dengan jumlah penduduk diperoleh luas hutan 2408,8 ha, maka pohon mampu menyerap 25,40 ton CO/tahun (Indriani 2008). Sehingga jumlah pohon mampu mengolah karbon sebesar 34.277,9 atau sekitar 34.278 pohon, sehingga luas untuk menyeimbangkan karbon di udara sebesar 30,9 ha. Jumlah emisi ini hanya memperhitungkan jumlah angkot sedangkan masih banyak kendaraan umum lainnya seperti sepeda motor, mobil pribadi, bus umum, dan sebagainya. Penggunaan oksigen untuk pembakar bahan bakar sebesar 11,63 kg/jam atau 139 kg/hari untuk satu mobil jika terdapat 3.455 maka jumlah totalnya 480.245 kg/hari sedangkan pohon menghasilkan oksigen 0,3 kg/hari. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk kendaraan umum (angkot) sebesar 1.600.816, 7 pohon. Asumsi dalam dunia kehutanan bahwa jarak tanam pohon 3 m x 3 m sehingga dalam 1 ha sebanyak 1111,1 pohon. Jadi luas minimal hutan sebesar 1440,75 ha

4.2.3 Implemetasi jumlah pohon atau luas lahan hutan dengan pendekatan kebutuhan oksigen manusia dan kendaraan berdasarkan jumlah penduduk dan kendaran bermotor

Penentuan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen (Gerakis, 1974 dalam wisesa 1988) dengan menggunakan rumus : Lt = At + Bt

(54) (0,9375) Lt = luas hutan kota pada tahun ke-t

At = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

Bt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t 54 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 m² luas lahan

menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari

0,9375 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

Lt = 802.922.400 gram/hari + 480.245.000 gram/hari = 2534,65 Ha. (54) (0,9375)

Jadi kebutuhan oksigen penduduk Kota Bogor berdasarkan pendekatan jumlah penduduk 955.860 orang pada tahun 2008, Kota Bogor memiliki luas 11.850 ha, dan jumlah kendaraan umum (angkot) sebesar 3.455 unit. Hutan yang


(13)

bervegetasi seluas 2534, 65 Ha. Sesuai dengan Berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun (Suriamiharja 2005) sehingga luas kawasan hijau di kota Bogor seluas 11.850 ha persentase 40 % sebesar 4740 ha. Luas hutan 2534,65 ha ini belum memasukan faktor lainnya seperti industrial, sepeda motor, dan kendaraan beban.


(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Perkembangan jumlah penduduk, sarana dan prasaranan yang terjadi di Kota Bogor mengakibatkan alih fungsi kawasan hutan sehingga terjadi peningkatan CO2 oleh angkutan umum (angkot) yang mengakibatkan peningkatan polusi di Kota Bogor. Diperlukan luas hutan untuk menjaga keseimbangan ketersediaan lahan bervegatas dalam penyediaan dan kebutuhan oksigen. Dengan memperhatikan luas kota bogor 11.850 ha dan jumlah penduduk 955.860 orang pada tahun 2008 serta jumlah kendaraan umum (angkot) 3.455 unit maka diperlukan jumlah pohon 2.676.408 pohon untuk kebutuhan manusia dan kendaraan umum (angkot) dan 34.278 pohon untuk mengabsorpsi CO2 hasil emisi. Secara Luas kawasan hutan sebesar 2534,65 ha, luas hutan tersebut dapat berupa hutan kota, hutan rakyat, kebun raya, hutan raya dan juga halaman rumah. Hutan tersebut dapat mengimbangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sebagai bentuk pencemaran udara dan kebutuhan oksigen, agar kondisi lingkungan tetap seimbang dan kebutuhan oksigen dapat tercukupi.

5.2. Saran

Pembangunan dan kemajuan teknologi adalah hal yang tidak dapat dicegah, begitu pula dengan perkembangan pembangunan di Kota Bogor. Namun kemajuan pembangunan tersebut harus sejalan dengan perencanaan dan pengembangan kota. Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat kebijakan berupa perencanaan hutan kota serta membatasi laju perkembangan pembangunan yang terjadi, baik dari peningkatan pembangunan maupun jumlah angkutan umum khususnya angkot yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah karbon yang ditimbulkan, kebutuhan oksigen manusia dengan luas lahan hutan yang berimplikasi pada pemanasan global dan penurunan kesehatan masyarakat.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Andreas. 2008. Hari aksi global untuk keadilan iklim. http://sarekathijauindonesia.org [1 Maret 2008].

[Anonim]. 2007. Insentif cegah deforestasi (biaya karbon enam kali nilai hutan). http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/29/humaniora.htm [22 Februari 2009]

Arismunandar W, Tsuda K. 1976. Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.

Bernatzky A. 1978. Tree Ecology and Preservation. Amsterdam-Oxford-New York: Elsevier Scientivic Publishing Company..

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan Lingkungan Hidup di Perkotaan. Jakarta: APHI.

Heriyansyah I. 2004. Potensi tanaman industri dalam mensequerter karbon: studi kasus di hutan tanaman Akasia dan Pinus [Skripsi]. Bogor: Departmen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Jalal. 2007. Gerakan lingkungan penanaman pohon untuk mengurangi dampak pemanasan global. http://www.csrindonesia.com/data/articles/-a.pdf [22 Pebruari 2009].

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Bogor: Puslit Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Ratih, Suprihadi. 2005. Angkot di Bogor bukan biang kemacetan. Harian Kompas, edisi 4 Februari 2005.

Pemerintah Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Jakarta.

Samsoedin I, Subiandono E. 2007. Pembangunan dan pengelolaan hutan kota. http://www.dephut.go.id/files/ismayadi.pdf [22 Februari 2009].

Somia. 2008. Letak Kota Bogor. http://www.bogoronline.com [28 Pebruari 2009].

Wisesa SPC. 1998. Studi Pengembangan Hutan Kota di Wilayah Kotamadya Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.


(16)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Pelaksana Program

KETUA PELAKSANA

Nama lengkap : Eliza Fauziah

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 12 Januari 1991 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl.Babakan Tengah Dramaga,Bogor Telp/HP : 085781815991

Fakultas / Departemen : Kehutanan / Teknologi Hasil Hutan Mayor : Teknologi Hasil Hutan

NIM : E24090014 Riwayat Pendidikan

1996 – 1997 TK Islam AL-Mukarobbien 1997 – 2003 SD Negeri 02 Rawa Badak Utara 2003 – 2006 SMP Negeri 277 Sunter, Jakarta Utara 2006 – 2009 SMA Negeri 72 Kelapa Gading Barat 2009 – sekarang Institut Pertanian Bogor

Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

2000 – 2001 Anggota Pramuka SDN 02 (Anggota) 2001 – 2002 Dokter Kecil SDN 02 (Ketua)

2003 – 2004 Apresiasi Seni dan Budaya SMPN 277 (Wakil Ketua) 2004 – 2005 Paskibra SMPN 277 (Ketua)

2005 – 2006 OSIS SMPN 277 (Bendahara 1) 2006 – 2007 OSIS SMAN 72 (sie.Bela Negara) 2006 – 2008 Paskibra SMAN 72 (Wakil Ketua)

2007 – 2009 Paskibraka Indonesia tingkat Jakarta Utara (Wakil Ketua) 2008 – 2009 Forom Remaja Cerdas Energik Responsif Inovatif (Ketua) 2008 – 2009 Kesatuan Pelatih Musik & Seni Tingkat Kota Jakarta Utara 2009 – 2010 DPM KM IPB (Bendahara 2 & Biro Admenkeu)

2009 – 2010 MPM KM IPB (Komisi 2= BP MWA) 2009 – 2010 Gugus Disiplin Asrama (Wakil komandan)

2009 – 2010 Eye Care (Duta Lingkungan) wakil Asrama Putri TPB 2009 – 2010 Paskibra IPB (Anggota)

2009 – 2010 KAMMI Bogor (Keder) 2009 – 2010 Biro Adminkeu

2009 – 2010 Dewan Gedung (Bendahara Umum)

2009 – sekarang DKM Al-Hurriyah IPB (Departemen Keputrian)

2011 – sekarang Anggota Himpunan Profesi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB


(17)

ANGGOTA PELAKSANA I

Nama lengkap : Mayang Sari

Tempat, tanggal lahir : Bogor,9 Januari 1991 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Cilendek Timur Rt 01 Rw 04 Bogor 16112 Telp/HP : 085711792346

Fakultas / Departemen : Pertanian / Agronomi dan Hortikutura Mayor / Minor : Agronomi dan Holtikultura /

NIM : A24090127 Riwayat Pendidikan

1997 – 2003 SD Negeri Cilendek Timur 1 2003 – 2006 SMP Negeri 6 Bogor

2006 – 2009 SMA Negeri 5 Bogor 2009 – sekarang Institut Pertanian Bogor Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

2000 – 2001 Dokter Kecil SDN Cilendek Timur 1 (Anggota) 2000 – 2003 Anggota Pramuka SDN Cilendek Timur 1(Anggota) 2003 – 2004 English Club (Angota)

2006 – 2007 PMR SMPN 6 (Anggota) 2006 – 2008 Rohis SMAN 5 (Anggota) 2010 – Sekarang Anggota Koperasi Agrohotplate

ANGGOTA PELAKSANA II Nama lengkap : Sajida

Tempat, tanggal lahir : Mns.Ara 25 Juli 1991 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Balio RT11/RW22 Telp/HP : 085210853605

Fakultas / Departemen : KEHUTANAN/ Hasil Hutan Mayor : Hasil Hutan

NIM : E24090099 Riwayat Pendidikan


(18)

17

2003 – 2006 MTsS Al-Furqan Bambi, Sigli 2006 – 2009 MAN 1 Sigli

2009 – sekarang Institut Pertanian Bogor Pengalaman Organisasi dan Kegiatan

2007-2008 OSIS MAN 1 ( kadiv KOMINFO ) 2006-2009 Pramuka ( Anggota )

2008 Panitia buka puasa IKAMAS 2008 Panitia Karya Ilmiyah Remaja

2011 – sekarang Anggota Himpunan Profesi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB

2011 – sekarang Wirausaha Sylva Indonesia (Bendahara II) Fakultas Kehutanan IPB

2011-sekarang Anggota BEM Fakultas Kehutanan divisi KOMINFO

BIODATA DOSEN PENDAMPING

Nama lengkap : Dr.Ir.I. Wayan Darmawan, M.sc Agama : Hindu

Alamat Rumah : KPP IPB Alam Sinar Blok A 62 Cibereum, Bogor Telp/HP : 08131081942


(19)

i 1. Judul : Membangun Hutan Kota untuk Mengimbangi Kebutuhan

Oksigen dalam Pemanfaatan Lahan Kota Bogor 2. Bidang Kegiatan : PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Eliza Fauziah

b. NIM : E24090014

c. Mayor : Teknologi Hasil Hutan d. Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah : Jln. Babakan Tengah Dramaga,Bogor

f. No. Telp/HP : 085781815991

g. Email : elizafauziah@hotmail.co.id

4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap : Dr. Ir. I. Wayan Darmawan, M.Sc

b. NIP : 19660212 199103 1 002

c. Alamat Rumah : KPP IPB Alam Sinar Blok A 62 Cibereum, Bogor

d. No Telp/HP : 081310819424

Bogor, 4 Maret 2011 Menyetujui

Ketua Departemen Hasil Hutan Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. I. Wayan Darmawan, M.Sc) ( Eliza Fauziah ) NIP. 19660212 199103 1 002 NIM. E24090014

Wakil Rektor Bidang Akademik Dosen Pendamping dan Kemahasiswaan

(Prof. Dr. Ir. H. Yonny Koesmaryono, MS) (Dr. Ir. I. Wayan Darmawan, M.Sc) NIP. 19581228 198503 1 003 NIP. 19660212 199103 1 002


(20)

ii KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini.

Dalam artikel ilmiah dengan judul “Membangun Hutan Kota untuk Mengimbangi

Kebutuhan Oksigen dalam Pemanfaatan Lahan Kota Bogor” ini dijelaskan kondisi mengenai kebutuhan oksigen yang diperlukan sesuai dengan keperluan jumlah penduduk dan kebutuhan kendaaran umum (angkot) di kota Bogor. Implikasi terhadap kebutuhan tersebut menentukan luas lahan hutan yang harus tersedia untuk keseimbangan ketersediaan lahan bervegatasi, dilakukan dengan menghitung ketersediaan dan kebutuhan oksigen. Artikel ini diangkat berdasarkan kegiatan praktikum operasi pengelolan hutan dan mata kuliah ilmu hutan kota. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Saran dan kritik yang bersifat membangun dan memperbaiki sangat penulis harapkan.

Bogor, Maret 2011 Penulis


(21)

iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. v

RINGKASAN ………. vi

PENDAHULUAN ………. 1

TUJUAN ……….... 2

TINJAUAN PUSTAKA………. 3

METODOLOGI PENULISAN………. 5

ANALISIS DAN SINTESIS………. 7

KESIMPULAN ……….. 13

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. 13

DAFTAR PUSTAKA ………. 14


(22)

iv DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah mobil angkutan kota ………... 8


(23)

v

No. Halaman


(24)

vi RINGKASAN

KEBUTUHAN LUAS LAHAN HUTAN KOTA BOGOR DENGAN

PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Eliza Fauziah, Mayang Sari, Adinda Virantika P.

Kota merupakan pusat aktifitas penduduk. Salah satu permasalahan lingkungan hidup perkotaan adalah perkembangan populasi manusia yang pesat dan jumlah kendaraan umum (angkot) semakin banyak. Pembangunan dan pengembangan kota cenderung mengarah pada alih fungsi lahan yang salah satu dampaknya adalah berkurangnya lahan bervegetasi (pohon) sebagai penghasil oksigen disertai dengan peningkatan gas buang dari kendaraan umum yang akan mengurangi kualitas lingkungan. Permasalahan tersebut terdapat di Kota Bogor yang merupakan wilayah penyangga bagi ibukota yang mempunyai kecenderungan tingkat polusi udara yang tinggi.

Pohon menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya dalam proses pernapasan (respirasi) dan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman (Brown 1997). Diperkirakan jumlah CO2 di atmosfer meningkat sekitar 25%, pohon mampu menyerap CO2 dalam daur hidupnya sebanyak 1 ton (Jalal 2007). Selain itu, dapat juga mengabsorpsi karbondioksida yang menjadi penyokong kehidupan manusia.

Udara yang mengandung oksigen digunakan oleh mahluk hidup dalam proses pembakaran bahan bakar (respirasi) di dalam tubuh organisme untuk menghasilkan energi. Manusia membutuhkan oksigen sekitar 67% sedangkan setiap manusia mengkonsumsi oksigen sebesar 600 liter/hari atau 840 gram/hari (Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988). Dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk serta jumlah kendaraan umum (angkot) di Kota Bogor akan mengakibatkan terjadinya penurunan luas lahan hutan yang digunakan untuk pemukiman dan peningkatan gas buangan CO2 ke udara. Apabila hutan semakin berkurang sehingga fungsi pohon untuk mengabsorpsi CO2 yang ada di udara


(25)

vii sebanyak 3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada tahun 2005 yaitu 22 trayek sebanyak 2.768 unit (Ratih dan Suprihadi 2005), yang berimplikasi meningkatnya kadar CO2 di udara.

Mempertimbangkan asupan oksigen yang dibutuhkan manusia dan kendaraan umum, maka perlu dilakukan kajian tentang luasan lahan hutan yang berkaitan dengan hutan bervegetasi. Penentuaan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen (Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988) dengan menggunakan rumus :

(54)(0,9375)

At Bt

Lt 

Dimana:

Lt = luas hutan kota pada tahun ke-t

At = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

Bt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t 54 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 m² luas lahan menghasilkan 54

gram berat kering tanaman per hari

0,9375 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

Lt = 802.922.400 gram/hari + 480.245.000 gram/hari = 2534,65 Ha. (54) (0,9375)

Kebutuhan oksigen penduduk Kota Bogor berdasarkan pendekatan jumlah penduduk 955.860 orang pada tahun 2008, Kota Bogor memiliki luas 11.850 ha dan jumlah kendaraan umum (angkot) sebesar 3.455 unit. Jadi luas minimal hutan yang bervegetasi seluas 2534,65 Ha. Sesuai dengan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun sehingga luas kawasan hijau di kota bogor seluas 11.850 ha persentase 40 % sebesar 4740 ha. Luas hutan 2534,65 ha ini belum memasukan faktor lainnya seperti daerah industrial, kendaraan beban, kendaraan pribadi dan sepeda motor. Sedangkan


(26)

viii menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang hutan kota, luas hutan kota adalah paling sedikit 10% dari luas perkotaan (Suriamiharja 2005).

Menurut Endes (1992), bentuk hutan kota dapat dikelompokan menjadi empat bentuk yaitu taman kota, kebun atau perkarangan, jalur hijau, dan hutan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah untuk menentukan luas minimal lahan hutan agar terjadi keseimbangan antara luas lahan hutan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan.


(1)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR TABEL ……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. v

RINGKASAN ………. vi

PENDAHULUAN ………. 1

TUJUAN ……….... 2

TINJAUAN PUSTAKA………. 3

METODOLOGI PENULISAN………. 5

ANALISIS DAN SINTESIS………. 7

KESIMPULAN ……….. 13

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. 13

DAFTAR PUSTAKA ………. 14


(2)

iv DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jumlah mobil angkutan kota ………... 8


(3)

v DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman


(4)

vi RINGKASAN

KEBUTUHAN LUAS LAHAN HUTAN KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Eliza Fauziah, Mayang Sari, Adinda Virantika P.

Kota merupakan pusat aktifitas penduduk. Salah satu permasalahan lingkungan hidup perkotaan adalah perkembangan populasi manusia yang pesat dan jumlah kendaraan umum (angkot) semakin banyak. Pembangunan dan pengembangan kota cenderung mengarah pada alih fungsi lahan yang salah satu dampaknya adalah berkurangnya lahan bervegetasi (pohon) sebagai penghasil oksigen disertai dengan peningkatan gas buang dari kendaraan umum yang akan mengurangi kualitas lingkungan. Permasalahan tersebut terdapat di Kota Bogor yang merupakan wilayah penyangga bagi ibukota yang mempunyai kecenderungan tingkat polusi udara yang tinggi.

Pohon menghasilkan O2 (oksigen) yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya dalam proses pernapasan (respirasi) dan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman (Brown 1997). Diperkirakan jumlah CO2 di atmosfer meningkat sekitar 25%, pohon mampu menyerap CO2 dalam daur hidupnya sebanyak 1 ton (Jalal 2007). Selain itu, dapat juga mengabsorpsi karbondioksida yang menjadi penyokong kehidupan manusia.

Udara yang mengandung oksigen digunakan oleh mahluk hidup dalam proses pembakaran bahan bakar (respirasi) di dalam tubuh organisme untuk menghasilkan energi. Manusia membutuhkan oksigen sekitar 67% sedangkan setiap manusia mengkonsumsi oksigen sebesar 600 liter/hari atau 840 gram/hari (Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988). Dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk serta jumlah kendaraan umum (angkot) di Kota Bogor akan mengakibatkan terjadinya penurunan luas lahan hutan yang digunakan untuk pemukiman dan peningkatan gas buangan CO2 ke udara. Apabila hutan semakin berkurang sehingga fungsi pohon untuk mengabsorpsi CO2 yang ada di udara


(5)

vii akan semakin menurun sebagai akibat tidak adanya proses fotosintesis pada tumbuhan yang mengikat CO2.

Tercatat pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 955.860 orang (Somia 2008). Jumlah kendaraan umum yang saat ini tahun 2009 tercatat sebanyak 3.455 unit dengan 29 trayek, sedangkan pada tahun 2005 yaitu 22 trayek sebanyak 2.768 unit (Ratih dan Suprihadi 2005), yang berimplikasi meningkatnya kadar CO2 di udara.

Mempertimbangkan asupan oksigen yang dibutuhkan manusia dan kendaraan umum, maka perlu dilakukan kajian tentang luasan lahan hutan yang berkaitan dengan hutan bervegetasi. Penentuaan luas hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen (Gerakis 1974 dalam Wisesa 1988) dengan menggunakan rumus :

(54)(0,9375)

At Bt

Lt 

Dimana:

Lt = luas hutan kota pada tahun ke-t

At = jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke-t

Bt = jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada tahun ke-t 54 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 m² luas lahan menghasilkan 54

gram berat kering tanaman per hari

0,9375 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat kering tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram

Lt = 802.922.400 gram/hari + 480.245.000 gram/hari = 2534,65 Ha. (54) (0,9375)

Kebutuhan oksigen penduduk Kota Bogor berdasarkan pendekatan jumlah penduduk 955.860 orang pada tahun 2008, Kota Bogor memiliki luas 11.850 ha dan jumlah kendaraan umum (angkot) sebesar 3.455 unit. Jadi luas minimal hutan yang bervegetasi seluas 2534,65 Ha. Sesuai dengan instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, bahwa 40% dari wilayah perkotaan harus merupakan kawasan hijau dan sisanya merupakan kawasan terbangun sehingga luas kawasan hijau di kota bogor seluas 11.850 ha persentase 40 % sebesar 4740 ha. Luas hutan 2534,65 ha ini belum memasukan faktor lainnya seperti daerah industrial, kendaraan beban, kendaraan pribadi dan sepeda motor. Sedangkan


(6)

viii menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang hutan kota, luas hutan kota adalah paling sedikit 10% dari luas perkotaan (Suriamiharja 2005).

Menurut Endes (1992), bentuk hutan kota dapat dikelompokan menjadi empat bentuk yaitu taman kota, kebun atau perkarangan, jalur hijau, dan hutan. Oleh karena itu, diperlukan peran pemerintah untuk menentukan luas minimal lahan hutan agar terjadi keseimbangan antara luas lahan hutan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan.