PEMANFAATAN LAHAN TERBUKA DALAM KOTA MEN (1)

PEMANFAATAN LAHAN TERBUKA DALAM KOTA MENJADI RUANG HIJAU
SEKALIGUS PARIWISATA BERKELANJUTAN
Muhammad Faiz Akbar
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik , Universitas Komputer Indonesia
Email : [email protected]

Abstract

The existence of green open-space within the city is needed to compensate for the dense construction of
buildings.High level of urban community mobility is also a factor that determines quality of life, because
busyness due of daily work activities to make anyone can forget the impact given by the environment on
physical health and psychology health. Therefore, the presence of open-space within the city should be put
to utilized into green open-space and can be used as sustainable tourism, then increasing the city’s income
from attract local or foreign tourist who come in. Sustainable tourism is the concept of visiting place as a
tourist and trying to make only a positive impact on the environment, society, and economy. Tourism can
involve primary transportation to the general location, local transportations, accomodations, recreation,
nourishment and shopping. It can be related to travel for leisure, business, and what is called VFR (visiting
friends and relative). There is now broad consensus that tourism development should sustainable.
Keyword : green open-space, sustainable tourism, tourist, utilized

1. PENDAHULUAN

Dalam hubungannya dengan pembangunan secara keseluruhan, pembangunan sektor pariwisata
tampaknya merupakan sektor yang berkembang cukup pesat. Hal ini dapat diketahui dari semakin
besarnya devisa yang dihasilkan dari sektor ini. Disamping perolehan devisa, perkembangan sektor ini
dapat diketahui dari maraknya bisnis di sekitar dunia kepariwisataan seperti bisnis perjalanan wisata,
rumah makan maupun bisnis perhotelan atau penginapan. Ukuran lain yang juga menjadi indicator
pesatnya sektor pariwisata adalah menjamurnya pendidikan berbasis pariwisata di berbagai lembaga
pendidikan.
Perkembangan sektor pariwisata ini di satu sisi memberikan keuntungan ekonomis yang cukup tinggi.
Keuntungan ekonomis ini juga membawa pengaruh pada pendapatan negara secara umum dan
kesejahteraan masyarakat di sekitarnya secara khusus. Kehadiran wisatawan dapat diartikan sebagai
kehadiran rezeki bagi sejumlah orang mulai dari pemandu wisata, transportasi lokal hingga dengan para
pedagang. Dengan demikian, sektor pariwisata bukan sekedar memberikan keuntungan semata bagi
pelaku-pelaku bidang pariwisata tersebut melainkan juga memberikan keuntungan untuk sektor-sektor
lain di luar pariwisata. Tidak hanya itu, dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, rekreasi
merupakan kebutuhan pokok hidup manusia yang tidak dapat dihilangkan lagi. Hal ini berkaitan erat
dengan kesibukan hidup sehari-hari terutama pada masyarakat perkotaan yang pada akhirnya
membutuhkan suatu penyeimbang berupa kesantaian.Dampak dari kesibukan atau kepadatan aktivitas
masyarakat perkotaan ini juga bisa memberikan pengaruh signifikan pada kesehatan jasmani seseorang
apalagi hidup di lingkungan perkotaan yang minim akan pepohonan. Selain pada jasmani, kesehatan
psikis juga sangat perlu diperhatikan siapapun karena tingkat stres yang dialami masyarakat perkotaan


cenderung tinggi yang pada akhirnya dapat menurunkan rasio kebahagiaan masyarakat pada kota
tersebut bahkan tidak sedikit yang melakukan aksi bunuh diri akibat tekanan pekerjaan.
Selain untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat akan ruang untuk bersantai, tidak lupa juga
penyedia pariwisata harus tetap memperhatikan faktor lingkungan yang nantinya berpengaruh besar
pada kualitas hidup. Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang sangat ketat, namun sektor
ekonominya tetap dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi dikurangi. Akan tetapi untuk
membatasi emisi karbon dioksida terbukti tidak mudah untuk dilakukan. Sebagai contoh, Belanda,
negara industrial besar yang juga menjadi pelopor lingkungan sehat, telah berhasil mengatasi berbagai
macam permasalahan polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi
karbon dioksida. Salah satu sebab yang menghasilkan karbon dioksida adalah berasal dari asap mobil
berbahan bakar fosil. Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per tahun.
Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang didiskusikan saat ini tidak ada yang dapat
mencegah pemanasan global di masa yang akan datang. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi
efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di
masa depan.
Salah satu cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak. Pohon, terutama jenis yang mudah dan
cepat proses pertumbuhannya, dapat menyerap karbon dioksida sangat banyak, memecahnya melalui
proses fotosintesis dan menyimpan karbon dalam batangnya. Akan tetapi, hampir di seluruh dunia,

tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak wilayah, tanaman
yang tumbuh kembali sedikit sekali karena telah kehilangan kesuburannya ketika aktifitas penebangan
pohon-pohon tidak diimbangi dengan baik dengan proses reboisasi. Alhasil membuat benih baru pohon
pun sulit tumbuh dan berkembang. Banyak fauna yang kehilangan tempat tinggalnya, sulit
mendapatkan makanan, yang pada akhirnya merambah ke pemukiman masyarakat. Siasat untuk
menanam pepohonan di wilayah perkotaan pun tidak mudah direalisasikan. Mengingat jumlah
kepadatan penduduk yang diikuti kebutuhan akan pemukiman dan pertumbuhan pembangunan industri
yang mendominasi lahan-lahan yang ada.
Oleh sebab itu, konsep ekologi industri sangat diperlukan. Pengembangan dari ekologi industri
merupakan suatu upaya untuk menyediakan suatu konsep kerangka kerja yang baru guna memahami
dampak sistem industri pada lingkungan. Kerangka kerja yang baru ini digunakan untuk
mengidentifikasi dan kemudia menerapkan strategi untuk mengurangi dampak dari proses dan produk
sistem industrial terhadap lingkungan, dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Dalam konsep
pembangunan industri berkelanjutan ditekankan bahwa pada kegiatan proses industri, mulai dari bahan
baku sampai dengan produk akhir tidak berdampak negative pada lingkungan, tau bila suatu kegiatan
industri terpaksa harus mengeluarkan limbah yang berbahaya dan beracun, maka upaya optimal harus
dilakukan untuk menekan konsentrasi limbah buangan tersebut hingga seminimal mungkin.
Dalam sektor industri pula, pengendalian lingkungan akibat limbah industri merupakan salah satu
masalah yang perlu ditanggulangi bagi steiap negara. Limbah merupakan konsekuensi logis dari setiap
proses yang terjadi dalam suatu industri atau pabrik, walaupun tidak semuanya menghasilkan limbah.

Dengan mempertimbangkan aspek lingkungan pada tahap perancangan industri, maka akan
menghasilkan industri yang yang tidak hanya lebih ekonomis, melainkan juga berwawasan lingkungan.

Fokus ekologi industri mengarah pada dua tujuan utama, yaitu peningkatan ekonomi dan peningkatan
kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri.
Faktor terpenting lainnya dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia ( laju
pertumbuhan penduduk ) seperti yang sudah diesbutkan sebelumnya. Dengan tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi, kebutuhan akan pangan, bahan bakar, pemukiman dan kebutuhan dasar lainnya
juga meningkat pada gilirannya yang juga akan menambah jumlah limbah sehingga mengakibatkan
perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup masyarakat.Permasalahan ini diperparah dengan
ketergantungan manusia terhadap penggunaan energy dan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui.
Kondisi ini terutama terjadi di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia dimana tingkat
ekonomi dan penguasaan teknologinya masih rendah. Permasalahan ini hanya dapat diatasi dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi disertai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
negara tersebut, atau dengan kata lain permasalahan lingkungan di negara yang sedang berkembang
hanya dapat diatasi dengan adanya pembangunan.Yang menjadi masalah selanjutnya adalah corak
pembangunan yang bagaimana yang tanpa mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Untuk
mengatasi permasalahan ini, pembangunan yang harus diterapkan adalah pembangunan dengan konsep
bijaksana dengan tjuan meningkatkan kualitas lingkungan. Pembangunan dengan konsep yang
bijaksana tersebut harus berkelanjutan ( Sustainable Development ), yang di Indonesia lebih dikenal

dengan konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan (PBL).
Terlepas dari pembahasan mengenai permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai faktor
kebutuhan hidup masyarakat seperti lahan pemukiman maupun industri yang tidak diimbangi dengan
keutuhan sumber daya alam yang tersedia. Penulis bertujuan untuk mengajak dan mengenalkan pada
masyarakat konsep bisnis wisata yang tidak perlu merusak lingkungan bahkan justru diharapkan dapat
memberdayakan kekayaan alam yang ada, yaitu pariwisata berkelanjutan. Pariwisata yang
memperhitungkan secara penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan sekarang dan yang akan
datang serta menjawab kebutuhan pengunjung, industri wisata, lingkungan dan komunitas tuan rumah.
Artinya, pariwisata berkelanjutan menjadikan masyarakat sebagai aktor utama pariwisata untuk
menggerakkan roda pariwisata daerahnya sendiri.
Secara sederhana, praktik dari pariwisata berkelanjutan ini tidak hanya mengkonsumsi sumber daya
pariwisata tetapi lebih lanjut,pariwisata berkelanjutan menuntut siapa saja yang berkecimpung di
dalamnya untuk turut ikut serta mengkonversikan lingkungan dan kebudayaan yang masuk dalam
sumber daya pariwisata.Fokus pembangunan kepariwisataan yang hanya terpaku pada target ekonomi
jangka pendek merupakan ancaman terbesar dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di
Indonesia.

2. METODE
Konseptual Pariwisata Berkelanjutan
Parktek manajemen dan pedoman pembangunan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan kedalam

semua bentuk aktifitas pariwisata di semua jenis destinasi wisata, termasuk pariwisata massal dan
berbagai jenis kegiatan pariwisata lainnya. Prinsip-prinsip keberlanjutan mengacu pada aspek
lingkungan, ekonomi, sosial-budaya dari suatu destinasi wisata. Untuk menjamin keberlanjutan jangka
panjang, maka keseimbangan antar 3 dimensi tersebut harus dibangun dengan baik.

Ekonomi

Lingkungan

Sosial-Budaya

Sumber : Penulis.







Aspek Lingkungan

Memanfaatkan secara optimal sumber daya lingkungan yang ada karena merupakan
elemen kunci dalam pengembangan pariwisata, mempertahankan proses ekologi dan turut
andil dalam melestarikan warisan alam dan keanekaragaman hayati disuatu destinasi
wisata.
Aspek Ekonomi
Memastikan kegiatan ekonomi jangka panjang yang layak, memberikan manfaat sosial
ekonomi kepada semua stakeholder dengan adil, seperti pekerjaan tetap, kesempatan
mendapatkan penghasilan ( membuka usaha ) dan pelayanan sosial kepada masyarakat
lokal, serta membantu mengurangi angka kemiskinan.
Aspek Sosial-Budaya
Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat setempat, melestarikan nilai-nlai budaya
dan adat yang mereka bangun, dan berkontribusi untuk meningkatkan rasa toleransi serta
pemahaman antar budaya.

Pariwisata berkelanjutan juga tetap akan menjaga tingkat kepuasan dan memastikan pengalaman yang
berarti untuk para wisatawan, meningkatkan kesadaran mereka tentang isu-isu keberlanjutan dan mengajak
para wisatawan untuk turut ikut serta mempromosikan praktik pengelolaan lingkungan yang baik disekitar
mereka.

Menentukan Responden / Khalayak Sasaran

Menggunakan cluster atau perkelas. Sebelum dipilih, sampel dikelompokkan menurut kategori sosial
tertentu. Misalnya jenis kelamin, usia, tingkat ekonomi atau tempat bermukim. Serupa dengan sampel
berjenjang, akan tetapi bedanya pengelompokkan ini lebih menjadikan kategori sosial sebagai dasar
pengelompokkan.
Teknik Pengumpulan Data
Penulis memanfaatkan aplikasi Google Form, yang menyediakan fasilitas untuk membuat kuisioner
berbasis online. Kemudian Menyebarluaskan ke berbagai grup chatting media sosial yang digunakan.
Teknik Analisis Data
Dalam hal ini penulis menerapkan analisis data statistika deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk
menganalisis data yang sudah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku dalam umum atau generalisasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah tabel pengelompokan sasaran responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pekerjaannya.
Terhitung total ada 35 tanggapan yang penulis peroleh dari responden secara acak :
Karakteristik
Jenis Kelamin

Laki-laki


51,4

Perempuan

48,6

Total

Karakteristik
15-18 tahun
19-22 tahun
23-26 tahun
Usia
27-30 tahun
>31 tahun
Total
Karakteristik
Pelajar/Mahasiswa
Karyawan/Pegawai
Pekerjaan

Pengusaha
Dan lain-lain
Total
Sumber : Penulis

%

100

%
25,7
37,1
14,3
11,4
11,4
100
%
65,7
11,4
8,6

14,3
100

Pada tabel jenis kelamin, responden dari kaum laki-laki lebih mendominasi dengan jumlah 51,4%,
dibandingkan responden dari kaum perempuan dengan jumlah 48,6%.
Pada tabel berikutnya, berdasarkan usia, responden lebih banyak yang berusia 19-22 tahun dengan jumlah
tertinggi yaitu 37,1 %. Disusul dengan responden berusia 15-18 tahun berjumlah 25,7 %, lalu responden
berusia 23-26 tahun berjumlah 14,3 %. Diurutan terakhir dengan jumlah yang sama yakni responden berusia
27-30 tahun dan yang lebih dari 31 tahun keatas.
Pada tabel terakhir, berdasarkan pekerjaan, tercatat bahwa responden terbanyak berasal dari kalangan
pelajar / mahasiswa dengan jumlah yang signifikan yaitu 65,7%. Berbanding terbalik dengan responden
terdikit yang berasal dari kalangan pengusaha dengan jumlah 8,6%.

Hasil Kuisioner Online via Google Form :

\\

Pembahasan :







Animo atau minat responden dalam mengunjungi ruang terbuka hijau (Taman Kota) masih
terbilang cukup tinggi, meskipun angka “Jarang” lebih tinggi.
Responden sepakat bahwa kehadiran ruang terbuka hijau memang dianggap penting, dengan
asumsi untuk mengimbangi kepadatan pembangunan gedung-gedung yang ada di kota.
Lebih dari setengah responden menyutujui bahwa masyarakat juga harus turut ikut berkontribusi
bersama-sama dalam menjaga dan merawat ruang terbuka hijau yang ada.
Ide atau gagasan penulis mengenai memanfaatkan ruang terbuka hijau menjadi tempat pariwisata
berkelanjutan, hampir secara keseluruhan responden setuju.
Tujuan dari ide pariwisata berkelanjutan yang penulis paparkan, yakni memberikan manfaat bagi
perekonomian dan pembangunan daerah tempat wisata itu didirikan, diyakini keberhasilannya oleh
hampir seluruh responden.

Implikasi dari Temuan
Penulis menargetkan wilayah di kota Bandung sebagai lokasi mendirikan ide tempat pariwisata
berkelanjutan. Karena kota Bandung memiliki julukan sebagai kota Kembang, artinya kota yang terkenal
akan keasrian serta keindahan bentang alam yang dimilikinya. Sangat disayangkan jika hal tersebut tidak
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang ekonomi daerah melalui sektor pariwisata. Akan tetapi,
pembangunan sektor pariwisata juga tetap harus memperhatikan kelestarian lingkungan alamnya.
Dewasa ini, pemerintah kota Bandung telah berhasil mendirikan taman-taman kota yang tersebar di
berbagai wilayah kota Bandung. Alun-alun, Balai Kota, Babakan Siliwangi adalah contoh dari ruang
terbuka hijau yang sukses memikat hati masyarakat untuk sering mengunjunginya. Masih ada banyak lagi
taman-taman yang tersebar di kota Bandung, namun tidak semuanya diketahui oleh masyarakat. Bahkan,
ada beberapa taman yang menurut penulis tidak terlalu penting kehadirannya. Alasannya adalah nama yang
diberikan untuk taman tersebut, terlihat jarang dikunjungi atau sepi, kurangnya perawatan pada taman, dan
kehadiran taman tersebut terasa “kosong” baik untuk masyarakat lokal maupun para wisatawan yang sedang
berkunjung ke kota Bandung. Memang harus diakui index of happiness masyarakat meningkat semenjak
didirikannya taman-taman tersebut. Akan tetapi, bagaimana jika kehadiran ruang terbuka hijau juga bisa
dimanfaatkan untuk menunjang ekonomi masyarakat lokal ?. Tidak hanya untuk mempercantik kota
Bandung, bisa juga untuk menekan angka pengangguran dan meminimalisir para pengamen jalanan yang
terlihat kian marak.

Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk membuat sebuah taman atau ruang terbuka hijau yang nantinya
tidak hanya diminati oleh masyarakat lokal saja, para wisatawan dari luar kota maupun mancanegara juga
tertarik untuk datang. Taman dengan konsep pariwisata berkelanjutan yang eye catching dan bisa menjadi
ikon pariwisata selanjutnya kota Kembang. Dalam hal ini, penulis ingin mengambil contoh dari kota
Singapura. Ya, negara yang letaknya tidak jauh dari Indonesia ini memiliki sebuah ruang terbuka hijau atau
taman kota sekaligus daya tarik wisata yang terkenal, yaitu Garden by The bay. Taman unik yang tepatnya
berada di Marina Bay ini, salah satu tempat wisata di Singapura yang memiliki banyak tumbuhan dan
tanaman. Dan yang membuat menarik adalah adanya pohon raksasa buatan, yang fungsinya untuk
menampung air seperti air hujan serta energi cahaya matahari. Taman ini juga terdapat flower dome dan
cloud forest, yang merupakan tempat konservatori akan keanekaragaman bunga.
Seandainya kota Bandung memiliki tempat seperti itu, dengan didukung oleh pemerintah kota, maka bukan
tidak mungkin bisa mengungguli Bali dari sektor pariwisata alam modern yang berkelanjutan. Dengan
harapan lain, juga bisa meningkatkan perekonomian dan pembangunan berkelanjutan di kota Bandung.

4. KESIMPULAN
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tengah gencar-gencarnya dalam hal sektor
pembangunan. Tidak sedikit oknum developer yang mengkesampingkan faktor kelestarian lingkungan
yang dikorbankan hanya untuk mencari keuntungan semata. Longgarnya hukum Indonesia yang mengatur
syarat-syarat pembangunan juga menjadi penyebabnya. Akhirnya, tidak jarang terjadinya fenomena banjir,
longsor, kemarau ekstrim maupun badai hujan yang tidak menentu. Karena tanaman, tumbuhan serta
pepohonan terus tergusur demi pembangunan tanpa diimbangi dengan reboisasi yang baik. Lingkungan pun
menjadi ‘musuh’ bagi makhluk hidup, tidak hanya manusi tetapi juga hewan pun menjadi korban.
Oleh karena itu, konsep ekologi industri ataupun pembangunan berkelanjutan harus diterapkan. Ini semua
demi mengembailkan dan menjaga keseimbangan lingkungan alam dengan baik. Memanfaatkan sumber
daya alam dengan efektif dan efisien, serta terus mengkampanyekan penggunaan bahan bakar hemat energi
seperti listrik. Tidak terkecuali pembangunan untuk sektor pariwisata, dalam hal ini kota Bandung. Kota
yang berjuluk kota Kembang ini identik dengan keindahan alamnya, sehingga menjadi daya tarik utama
bagi para wisatawan. Mengingat banyaknya taman-taman kota yang tersebar di wilayah kota ini, namun
ada beberapa yang terlihat terbengkalai karena seperti tidak terawat dan akhirnya tidak bisa dimanfaatkan
untuk menjdai daya tarik wisatawan yang datang.
Penulis mengulas ide untuk medirikan sebuah ruang terbuka hijau atau taman yang juga bisa sebagai tempat
wisata berkonsep pariwisata berkelanjutan. Manfaat yang didapat tidak hanya akan mempercantik kota,
tetapi juga akan lebih mengenalkan nama kota Bandung serta meningkatkan perekonomian masyarakat
lokal dari datangnya para wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain itu, didalamnya terdapat berbagai
tumbuhan, bunga dan pepohonan yang ditata dengan apik disertai teknologi modern. Sebagai contoh seperti
Garden By The Bay, Singapura.
5. REFERENSI
Penulisan naskah dan sitasi yang diacu dalam naskah ini disarankan menggunakan situs referensi seperti
ResearchGate.net, dan beberapa buku yaitu :



Kristanto, Philip. Ekologi Industri Edisi Kedua. Yogyakarta: ANDI, 2013.
Noor, Djauhari. GEOLOGI UNTUK PERENCANAAN. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.