Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta

UJI COBA RUMPON ELEKTRONIK PADA ALAT TANGKAP
BAGAN DI PULAU LANCANG
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

ARIF BASWANTARA

ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Coba Rumpon
Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2013

Arif Baswantara
NIM C54080027

ABSTRAK
ARIF BASWANTARA. Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan
di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Dibimbing oleh INDRA JAYA dan
ROZA YUSFIANDAYANI.
Rumpon Elektronik merupakan inovasi alat bantu penangkapan ikan yang
memiliki fungsi sama seperti rumpon pada umumnya yaitu untuk memikat dan
mengumpulkan ikan. Uji coba rumpon elektronik ini dilakukan pada alat tangkap
bagan, dengan tujuan untuk melihat kinerja dari alat tersebut. Efektifitas
penggunaan rumpon elektronik dianalisis dari hasil tangkapannya. Rumpon
elektronik ini memiliki atraktor berupa cahaya (LED, 5 Watt) dan suara (10-1000
Hz, 1-20 kHz dan 20-100 kHz) dengan sumber tegangan berupa aki 12 volt.
Pemasangan rumpon elektronik dalam uji coba mengikuti metode penangkapan
yang ada di bagan. Berdasarkan jumlah hasil tangkapan, rumpon elektronik

berhasil mengumpulkan rata-rata 4.6 kg jika lama waktu pemasangan satu jam,
dan mengumpulkan rata-rata 4.07 kg jika lama waktu pemasangan setengah jam.
Rumpon elektronik bekerja dengan baik, atraktor mampu berfungsi selama uji
coba dan berhasil mengumpulkan ikan, namun jika dibandingkan tingkat
efektifitas hasil tangkap dengan bagan, maka penggunaan rumpon elektronik di
bagan masih belum efektif. Saran untuk meningkatkan efektifitas hasil tangkap
rumpon elektronik pada bagan yaitu dengan menambah intensitas dan daya pada
atraktor cahaya, serta adanya kajian lebih dalam terhadap frekuensi suara yang
direspon oleh ikan.
Kata kunci: rumpon elektronik, bagan, tangkapan

ABSTRACT
ARIF BASWANTARA. Trial of Electronic FADs in Liftnet in Lancang Island,
Thousand Islands, Jakarta. Supervised by INDRA JAYA and ROZA
YUSFIANDAYANI.
Electronics FADs is an innovative fishing tools that have the same function
as in the general FADs to attract and collect fish. The trial of electronic FADs was
did at liftnet gear, in purpose to see the performance of these tools. Effectiveness
of use electronic FADs analysis from catch harvest. Electronic FADs has attractor
a light (LED, 5 Watts) and sound (10-1000 Hz, 1-20 kHz dan 20-100 kHz) with a

voltage source of 12 volt battery. Installation of electronic FADs in the trial
following the existing catch method in the liftnet. Based on catches, electronic
FADs managed to collect an average of 4.6 kg if time installation is an hour, and
collect an average of 4.07 kg if time installation is 30 minute. Electronic FADs
work well, attractor is able to function throughout the trial and managed to collect
the fish, but when compared the effectiveness of the catch to the liftnet, then the
use of electronic FADs in the liftnet is still not effective. Suggestions for
improving the effectiveness of electronic FADs catch on the liftnet is increase the
intensity and power on light attractor, and deeper study of the sounds frequency
which response by fish.
Keywords: Electronic FADs, liftnet, catch

UJI COBA RUMPON ELEKTRONIK PADA ALAT TANGKAP
BAGAN DI PULAU LANCANG
KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

ARIF BASWANTARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu danTeknologiKelautan

ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Uji Coba Rumpon Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau
Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta
Nama
: Arif Baswantara
NIM
: C54080027

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.

NIP. 19610410 198601 1 002

Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi.
NIP. 19740823 200801 2 006

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc.
NIP.19640801 198903 1 001

Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Uji Coba Rumpon
Elektronik pada Alat Tangkap Bagan di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu,
Jakarta.”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Indra Jaya,
M.Sc dan Ibu Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi selaku pembimbing. Penghargaan
penulis sampaikan kepada teman-teman angakatan 45 ITK, kerabat-kerabat MIT

ITK, dan saudara-saudara di Laboratorium AIK ITK. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan
lebih lanjut.

Bogor, April 2013
Arif Baswantara

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Kerangka Pemikiran

2

TINJAUAN PUSTAKA


4

Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD)

4

Deskripsi Alat Tangkap Bagan

5

METODE

6

Waktu dan Tempat Penelitian

6

Alat dan Bahan


7

Pembuatan Rumpon Elektronik

7

Uji Coba Laboratorium dan Lapang

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN

9
9
14
16


Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

202


DAFTAR TABEL
1. Alat dan Bahan dalam Pembuatan Rumpon Elektronik
2. Teknis Uji Coba Lapang Rumpon Elektronik
3. Nama Lokal dan Nama Ilmiah Hasil Tangkapan beserta Frekuensi
Tertangkap

7
9
11

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran dalam Penelitian
2. Peta Lokasi Bagan Apung tempat Dilakukannya Uji Coba Rumpon
Elektronik
3. Bagian-bagian pada Rumpon Elektronik
4. Desain Rumpon Elektronik
5. Rumpon Elektronik yang Diujicoba
6. Persentase Hasil Tangkapan berdasarkan Jenis Tangkapan
7. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor
Cahaya dan Suara 10-1000 Hz
8. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor
Cahaya dan Suara Frekuensi 1-20 kHz
9. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor
Cahaya dan Suara Frekuensi 20-100 kHz
10. Grafik Bobot Hasil Tangkapan dengan Lama Waktu Pemasangan
menggunakan Rumpon Elektronik
11. Grafik Hasil Tangkapan dengan Lama Waktu Pemasangan
menggunakan Lampu Bagan

3
6
8
8
10
11
12
12
13
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Bagan Apung yang Digunakan dalam Uji Coba Lapang
Salah Satu Hasil Tangkapan Uji Coba yaitu Ikan Kue
Persiapan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium
Pemasangan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium
Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih
dan Frekuensi Suara 10-1000 Hz
6. Data Uji Coba Rompon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih
dan Frekuensi Suara 1000-20.000 Hz
7. Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih
dan Frekuensi Suara 20.000-100.000 Hz

18
18
19
19
20
20
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya hayati laut khususnya dalam bidang penangkapan
sering menjadikan sumberdaya ikan menjadi sasaran utamanya, sehingga
perkembangan alat tangkap terus berlanjut untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Sadar akan kemampuan pemulihan sumberdaya ikan yang terbatas, maka
perkembangan peralatan dalam kegiatan perikanan tangkap harus lebih selektif,
efektif dan memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan tersebut.
Ketersedian modal, sarana dan keterampilan yang dimiliki sangat
berpengaruh pada kegiatan perikanan tangkap. Modal yang besar, sarana yang
memadai dan nelayan yang terampil akan memiliki jangkauan area penangkapan
yang lebih luas dibandingkan dengan nelayan yang memiliki keterbatasan modal
dan sarana. Hal ini juga berdampak pada hasil tangkapan dan pendapatan mereka,
sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk membantu membatasi kendala
keterbatasan tersebut. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah
menerapkan teknologi rumpon atau biasa dikenal juga dengan sebutan Fish
Aggregating Device (FAD) (Yusfiandayani, 2004).
Rumpon adalah alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan
ditempatkan pada perairan laut. Rumpon dibuat menyerupai rumah buatan bagi
ikan di dasar laut dengan menaruh berbagai jenis pemikat atau atraktor. Rumpon
diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi
penangkapan ikan karena nelayan dapat memperhitungkan untung rugi sebelum
berlayar.
Bagian atraktor rumpon tradisional pada umumnya terbuat dari pelepah
daun kelapa atau rongsokan becak yang ditenggelamkan. Jenis rumpon tradisional
ini umumnya hanya menggunakan satu atraktor dan cenderung memiliki
selektivitas target yang rendah. Daya tahan rumpon tradisional juga terbatas
seperti daun kelapa yang cepat lapuk dan terbawa oleh arus laut (IMI, 2012).
Keterbatasan yang dimiliki oleh rumpon tradisional ini memunculkan ide
untuk membuat rumpon yang lebih selektif dan tahan lama. Rumpon yang mampu
membantu memaksimalkan hasil tangkapan dan mampu mengikuti perkembangan
teknologi. Tingkah laku ikan yang tertarik dengan cahaya dan suara mampu
diterapkan dalam ide pembuatan rumpon ini, sehingga atraktor yang digunakan
dapat lebih dari satu. Atraktor ini bersifat aktif dengan menggunakan suara pada
frekuensi tertentu dan cahaya pada intensitas dan panjang gelombang tertentu dan
keduanya dibangkitkan dengan komponen elektronik, alat ini diberi nama rumpon
elektronik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan struktur bangun dan sistem kerja alat rumpon
elektronik serta hasil ujicoba langsung pada alat tangkap bagan

2. Membandingkan efektifitas hasil tangkapan dari penggunaan rumpon
elektronik pada bagan dengan hasil tangkapan yang bisa diperoleh oleh
bagan itu sendiri.

Kerangka Pemikiran
Rumpon membawa manfaat yang terasa bagi masyarakat khususnya
masyarakat nelayan. Rumpon juga dirasa lebih efektif digunakan dalam proses
penangkapan ikan. Namun teknologi rumpon ini masih memiliki kekurangan
dimana selektifitas terhadap ikan yang ditangkap kurang dan rumpon ini lebih
cepat rusak. Indonesia Maritime Institute dalam artikelnya tahun 2012
menyebutkan bahwa penggunaan rumpon memiliki hasil tangkapan sampingan
yang tidak sedikit, dengan demikian rumpon tidak mampu melakukan pemilihan
target. Penelitian Besweni tahun 2009 juga menyebutkan bahwa melalui
selektifitas alat tangkap yang sesuai rasio akan menjaga keberlanjutan penggunaan
rumpon.
Berdasarkan kegunaan rumpon yang sangat besar tersebut dan berdasarkan
prinsip ketertarikan ikan terhadap cahaya dan suara maka dibuat sebuah rumpon
elektronik (Jaya, 2007). Analisis yang dilakukan terhadap hasil pembuatan
rumpon elektronik adalah analisis kinerja alat rumpon elektronik, analisis daya
pikat atraktor cahaya dan suara dan analisis hasil tangkapan menggunakan
rumpon elektronik. Semua yang dilakukan tersebut dimaksudkan untuk
mendapatkan deskripsi mekanisme kerja alat rumpon elektronik dan efektifitas
penggunaan rumpon elektronik pada alat tangkap bagan (Gambar 1).

3
Penggunaan rumpon dalam
penangkapan ikan

Efektifitas menggunakan
rumpon

Manfaat rumpon bagi
nelayan

Latar Belakang
Selektifitas rumpon tradisional
kurang

Rumpon tradisional lebih
cepat rusak
Permasalahan

Ketertarikan ikan
terhadap cahaya dan suara

Pembuatan alat
rumpon elektronik
Input

Analisis kinerja alat
rumpon elektronik

Analisis daya pikat
atraktor suara

Analisis hasil tangkapan bagan dan
rumpon elektronik
Proses

Deskripsi mekanisme kerja
alat rumpon elektronik

Efektifitas penggunaan rumpon
elektronik
Tujuan

Keterangan
: Batas bagian-bagian pada alur pemikiran
: Alur pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD)
Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah konstruksi bangunan
yang terpasang di dalam air dengan tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi
dengannya sehingga memudahkan penangkapan ikan tersebut (De San vide
Monintja, 1993). WWF melalui Tamanyira (2012) mendefinisikan rumpon atau
Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan
ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Menurut Von
Brandt (2005), rumpon diklasifikasikan ke dalam Attracting, Concentrating and
Frightening Fish, dengan kategori Lure lines and aggregating device karena
dalam proses penangkapan ikan rumpon menggunakan sistem menarik perhatian
ikan untuk berada di sekitar rumpon. PERMENKP No 02/MEN/2011
menyebutkan bahwa rumpon merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan
dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat
yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.
PERMENKP No 02/MEN/2011 juga mengklasifikasikan rumpon menjadi
dua jenis, yaitu :
1. Rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap,
tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus.
2. Rumpon menetap, merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap
dengan menggunakan jangkar atau pemberat, terdiri dari :
a. Rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi
atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk
mengumpulkan ikan pelagis.
b. Rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor
yang ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan
demersal.
Monintja (1993) menyatakan bahwa manfaat-manfaat yang diharapkan
dengan penggunaan rumpon adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
dalam aktivitas penangkapan ikan dengan adanya kepastian tentang lokasi
penangkapan ikan, menaikkan hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan,
meningkatkan hasil tangkapan ditinjau dari spesies dan komposisi ukuran
berdasarkan selektivitas alat. Faktor yang dipertimbangkan dalam menilai
penggunaan rumpon antara lain ketersedian bahan baku rumpon, daya tahan
rumpon terhadap berbagai kondisi perairan serta kemudahan operasi penangkapan
ikan.
Komponen dan konstruksi rumpon menurut Tim Pengkaji Rumpon.
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor (1987), terdiri dari :
Pelampung
- Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang
mengapung di atas air + 1/3 bagian)
- Konstruksi cukup kuat
- Tahan terhadap gelombang dan angin
- Mudah dikenal dari jarak jauh
- Bahan pembuatannya mudah didapat

5
Atraktor
- Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan
- Tahan lama
- Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal
- Melindungi ikan-ikan kecil
- Berbentuk silinder dengan posisi arah ke bawah
- Terbuat dari bahan yang tahan lama dah murah
Tali temali
- Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk
- Tahan terhadap tambahan benda-benda dan terhadap arus
- Harga relatif murah
- Mempunyai daya apung yang cukup untuk mengurangi gesekan terhadap
benda lainnya
- Tidak bersimpul (knot less)
Pemberat
- Bahannya murah, kuat dan mudah diperoleh
- Berat jenis besar dan bentuk permukaan yang tidak licin
Atraktor yang digunakan pada rumpon tradisional biasanya berupa daundaunan. Studi yang dilakukan Yusfiandayani (2004) menggunakan daun-daun
yang biasa digunakan pada rumpon tradisional, yaitu daun pinang (Areca catechu),
daun kelapa (Cocos nucifera), dan daun nipah (Nypa fructica). Berdasarkan studi
tersebut diketahui bahwa daun kelapa memiliki ketahanan yang lebih baik
dibandingkan dengan daun nipah dan daun pinang. Daun pinang yang memiliki
ketahanan paling rendah mampu bertahan selama + 15 hari di dalam perairan.

Deskripsi Alat Tangkap Bagan
Subani dan Barus (1989) mengklasifikasi bagan ke dalam jaring angkat atau
liftnet, karena pengoperasiannya dilakukan dengan cara menurunkan dan
mengangkat jaring. Menurut Von Brandt (2005), bagan diklasifikasikan ke dalam
lift nets and fish wheels, dengan kategori blanket nets karena dalam proses
penangkapannya dilakukan dengan mengangkat jaring dan membungkusnya.
Blanket nets selanjutnya dibedakan menjadi dua jenis, stationary dan moveable.
Komponen alat tangkap bagan terdiri dari jaring bagan, rumah bagan, lampu
dan serok. Terdapat juga roller yang berfungsi untuk menurunkan dan
mengangkat jaring. Penangkapan ikan menggunakan bagan hanya dilakukan pada
malam hari (light fishery), terutama pada saat gelap bulan dan menggunakan
lampu sebagai alat bantu penangkapan (Subani dan Barus, 1989).
Alat tangkap bagan pada KEPMEN 06 Tahun 2010 diklasifikasikan
kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring angkat (lift nets). Kelompok alat
penangkapan ikan ini terbuat dari bahan jaring berbentuk segi empat dilengkapi
bingkai bambu atau bahan lainnya sebagai rangka, yang dioperasikan dengan cara
dibenamkan pada kolom perairan saat setting dan diangkat ke permukaan pada
saat hauling yang dilengkapi dengan atau tanpa lampu pengumpul ikan, untuk
menangkap ikan pelagis.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan pembuatan rumpon elektronik dilaksanakan dalam dua tahapan.
Pertama, proses pembuatan desain instrumen rumpon, perakitan elektronik,
pembuatan platform, dan uji coba alat skala laboratorium. Tahapan pertama ini
dilakukan di workshop dan watertank laboratorium akustik Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Uji coba laboratorium dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2013.
Rumpon elektronik mulai dipasang pada pukul 12.11 WIB pada kedalaman 2
meter dan diangkat pada pukul 20.24 WIB.
Kedua, proses uji coba langsung rumpon elektronik pada alat tangkap
perikanan. Tahapan kedua ini dilakukan di alat tangkap bagan yang terdapat di
Pulau Lancang, Kepulauan Seribu selama 10 hari di bulan Maret 2013. Lokasi uji
coba yang dilakukan di perairan Pulau Lancang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Bagan Apung tempat Dilakukannya Uji Coba Rumpon
Elektronik

7
Bagan yang digunakan dalam uji coba rumpon elektronik ini adalah bagan
apung. Titik-titik pada peta memperlihatkan posisi bagan tempat dilakukannya uji
coba. Ada beberapa titik dengan posisi berbeda menunjukkan bahwa bagan
mengalami perubahan posisi. Hal ini terjadi karena angin yang bertiup terkadang
mampu mengubah posisi bagan.

Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi
peralatan yang digunakan untuk uji coba lapang serta alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan rumpon elektronik. Peralatan yang digunakan untuk
uji coba lapang adalah kapal, tali tambang, alat tangkap bagan, GPS, dan
Handycam. Peralatan yang digunakan tersebut pengadaannya dilakukan secara
langsung dari laboratorium dan dari nelayan bersangkutan yang ikut membantu
penelitian ini.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan rumpon elektronik terdiri
dari :
Tabel 1. Alat dan Bahan dalam Pembuatan Rumpon Elektronik
No

Alat

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Komputer/Laptop
DMM
PCB
Toolkit
Peralatan solder
Bor Meja
Bor Tangan

Bahan
Resin
Pigmen warna
Dempul
Araldite
Cleaning Out dan dop
Stainless steel
Lem pipa dan paralon
Cat dan Thinner
Reflektor Lampu
Lampu LED
Kabel
MP3 player dan Amplifier
Speaker 4 inch

Pembuatan Rumpon Elektronik
Konstruksi rumpon elektronik sama dengan rumpon tradisional. Rumpon
elektronik memiliki pelampung, atraktor, tali temali dan pemberat. Rumpon
elektronik dengan rumpon tradisional memiliki perbedaan pada bagian atraktor.
Atraktor pada rumpon tradisional yang berupa daun-daunan diubah menjadi
cahaya dan suara. Atraktor ini menggunakan sistem elektronik yang dihubungkan
dengan sumber tegangan berupa aki. Bagian-bagian yang terdapat pada rumpon
elektronik untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber : Jaya, 2007

Gambar 3. Bagian-bagian pada Rumpon Elektronik
Alat tangkap yang digunakan dalam uji coba ini adalah bagan, sehingga
terdapat sedikit perbedaan. Pelampung yang digunakan adalah badan bagan itu
sendiri, dan tidak digunakannya pemberat karena atraktor rumpon elektronik ini
telah memiliki bobot yang cukup untuk mampu ditenggelamkam.
Proses pembuatan rumpon elektronik dimulai dengan pembuatan desain,
pembuatan body, pembuatan rangka stainless steel, penggabungan body dan
rangka, dan perangkaian sistem elektronik. Desain rumpon elektronik lengkap
dengan ukurannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Desain Rumpon Elektronik

Uji Coba Laboratorium dan Lapang
Uji coba laboratorium meliputi kinerja sistem secara fungsional yaitu berupa
pembangkitan cahaya dan pembangkitan gelombang suara. Uji coba kedap air
terhadap keseluruhan sistem. Uji coba kedap air ini bertujuan untuk membuat
sistem yang dapat bekerja dengan aman di dalam air.

9
Uji coba lapang meliputi kegiatan uji coba terhadap kinerja alat dan
pengamatan beberapa parameter. Parameter tersebut antara lain kondisi cuaca,
bulan, daya pikat atraktor suara yang digunakan, berat hasil tangkapan yang
diperoleh, dan spesies ikan yang ditangkap.
Kondisi cuaca, bulan, dan daya pikat atraktor diamati secara deskriptif.
Kondisi bulan diamati bila kondisi cuaca saat itu cerah. Daya pikat atraktor suara
yang diamati erat kaitannya dengan berat hasil tangkapan dan spesies ikan yang
berhasil ditangkap. Berdasarkan berat hasil tangkapan dan spesies ikan yang
ditangkap, maka dapat disimpulkan daya pikat dari atraktor tersebut.
Uji coba lapang rumpon elektronik dilakukan dengan tiga perlakuan yang
dibedakan pada bagian frekuensi suara yang digunakan. Frekuensi-frekuensi yang
digunakan adalah 10-1000 Hz, 1-20 kHz, dan 20-100 kHz. Perlakuan dengan tiga
kisaran frekuensi ini didasarkan pada tiga tipe suara yaitu infrasonik, suara biasa
dan ultrasonik. Cahaya yang digunakan adalah tetap yaitu LED dengan daya 5W
dengan cahaya warna putih. Kedalaman rumpon elektronik ditempatkan pada
kedalaman 3 hingga 5 meter dengan kedalaman perairan 14 meter. Teknis uji coba
lapang yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Teknis Uji Coba Lapang Rumpon Elektronik
Perlakuan
Atraktor Suara Frekuensi 10-1000
Hz

Waktu Dilakukan (Malam Ke-)

Pukul (WIB)

1, 4, 8

19.00 - 01.00

Atraktor Suara Frekuensi 100020.000 Hz

2, 5, 6, 10

19.00 - 01.00

Atraktor Suara Frekuensi 20.000100.000 Hz

3, 7, 9

19.00 - 01.00

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Uji Coba Laboratorium
Selama uji coba laboratorium, sistem elektronik dari atraktor lampu dan
cahaya mampu bertahan dengan baik, namun pada bagian kotak elektronik terjadi
sedikit kebocoran yang diperkirakan akibat dari kurang kuatnya pemasangan tutup
kotak elektronik. Atraktor cahaya yang digunakan adalah LED berdaya 5W
dengan cahaya warna putih, sedangkan frekuensi yang digunakan pada atraktor
suara adalah kisaran 10-1000 Hz. Berdasarkan hasil uji coba laboratorium ini,
dapat diketahui bahwa rumpon elektronik mampu berfungsi dengan baik.

Uji Coba Lapang
Uji coba lapang yang dilakukan mengambil data tanggal, waktu penurunan
dan pengangkatan rumpon elektronik, kondisi cuaca, kondisi alat ketika diangkat,
kedalaman rumpon elektronik dipasang, jenis tangkapan yang diperoleh, dan
bobot hasil tangkapan. Uji coba lapang dilakukan dengan membedakan tiga
perlakuan berdasarkan frekuensi yang digunakan yaitu 10-1000 Hz, 1000-20.000
Hz, 20.000-100.000 Hz. Kondisi cuaca yang sering dihadapi adalah angin yang
kencang. Hal itu terlihat dari bendera yang dipasang pada tiang bagan. Secara
umum tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi cuaca dengan bobot
hasil tangkapan, namun saat cuaca mendung dan angin kencang itu mempengaruhi
operasi dan posisi bagan. Lokasi sekitar bagan juga ditempati oleh bagan-bagan
lain. Hari pertama dan kedua uji coba terdapat dua bagan, namun pada hari ketiga
hingga akhir terdapat lima bagan lain yang ikut beroperasi disekitar lokasi bagan
uji coba. Jumlah bagan yang beroperasi ini berpengaruh terhadap hasil tangkapan
karena konsentrasi pengumpulan ikan terpecah. Hasil dalam uji coba lapang ini
secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.
Analisis Kinerja Alat
Rumpon Elektronik dibuat sesuai dengan desain yang ada pada Gambar 3.
Kerangka rumpon terbuat dari Stainless Steel 104, dengan Kotak Elektronik dan
Speaker Cover terbuat dari DOP PVC. Tampak dari Rumpon Elektronik yang
diuji coba terdapat pada Gambar 5.

Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 5. Rumpon Elektronik yang Diujicoba
Rumpon Elektronik ini memiliki dimensi tinggi total 86 cm, lebar total 30
cm dan panjang total 30 cm, dengan tinggi kotak elektronik 24 cm dan diameter
kotak elektronik 8 inci. Sumber tegangan berupa aki 12 volt, dengan atraktor
suara berupa speaker Audax 4 inci dan atraktor cahaya berupa LED memiliki
daya 5 watt.
Sistem pemasangan rumpon elektronik dalam uji coba lapang mengikuti
sistem yang ada pada bagan. Secara urutan, dimulai dari setting jaring bagan –
penurunan rumpon elektronik – lampu bagan mulai dimatikan – menunggu –

11
lampu kecil bagan dihidupkan – hauling jaring bersamaan dengan hauling rumpon
elektronik – pengangkatan hasil tangkapan.
Analisis Daya Pikat Atraktor Suara
Analisis daya pikat atraktor suara dan cahaya dilakukan dengan melihat
spesies ikan. Berdasarkan spesies yang ditangkap, secara umum tidak jauh
berbeda dengan spesies ikan yang biasa ditangkap oleh nelayan bagan, seperti
ikan teri, ikan selar, ikan peyek, cumi dan sotong. Akan tetapi pada sejumlah
penangkapan yang menggunakan rumpon elektronik,berhasil ditangkap ikan yang
jarang didapatkan oleh nelayan bagan biasanya, seperti ikan lidah, ikan kue, dan
ikan buntal.
Tabel 3. Nama Lokal dan Nama Ilmiah Hasil Tangkapan beserta Frekuensi
Tertangkap
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Lokal
Cumi
Teri
Peyek
Selar
Sotong
Lidah
Kue
Tongkol
Buntal

Nama Ilmiah
Loligo pealei
Stelophorus indicus
Secutor insidiator
Selaroides leptolepis
Sepia. Sp
Cynoglossus bilineatus
Alectus ciliaris
Auxis rochei
Diodon hystrix

Frekuensi Tertangkap
15
13
8
6
4
1
1
1
1

Tabel 3 menunjukkan nama lokal dan nama ilmiah dari masing-masing jenis
hasil tangkapan. Tabel 3 juga menunjukkan frekuensi tertangkapnya masingmasing hasil tangkapan selama masa uji coba rumpon elektronik. Persentase hasil
tangkapan berdasarkan jenis ikan yang ditangkap dapat dilihat pada Gambar 6.
Persentase hasil tangkapan berdasarkan frekuensi suara yang digunakan pada
atraktor dapat dilihat pada Gambar 7, 8 dan 9.

2%
2% 2%

2%

8%

30%

12%

16%
26%

Cumi
Teri
Peyek
Selar
Sotong
Lidah
Kue
Tongkol
Buntal

Gambar 6. Persentase Hasil Tangkapan berdasarkan Jenis Tangkapan

Gambar 6 menunjukkan bahwa saat uji coba, rumpon elektronik mampu
mengumpulkan hasil tangkapan berupa cumi-cumi, ikan teri, ikan peyek, ikan
selar, sotong, ikan lidah, ikan kue, ikan tongkol dan ikan buntal. Dominan hasil
tangkapan berupa cumi-cumi, ikan teri dan ikan peyek, ini juga merupakan hasil
tangkapan yang pada umunya diperoleh oleh para nelayan bagan. Persentase yang
paling kecil yaitu hasil tangkapan berupa ikan lidah, ikan kue, ikan tongkol dan
ikan buntal, namun jenis-jenis ini merupakan jenis hasil tangkapan yang sangat
jarang diperoleh oleh nelayan bagan yang ada di pulau lancang, sehingga terdapat
perbedaan antara penggunaan rumpon elektronik dengan lampu bagan meskipun
dalam presentase yang kecil.

11%

5%
26%

11%

Teri
Cumi
Peyek

21%

26%

Selar
Sotong
Buntal

Gambar 7. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor
Cahaya dan Suara 10-1000 Hz

6%
6%

6%
32%
Teri

6%

Cumi
13%

Peyek
31%

Kue
Tongkol
Lidah
Selar

Gambar 8. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor
Cahaya dan Suara Frekuensi 1-20 kHz

13

13%
34%
13%

Cumi
Teri
Selar

20%
20%

Peyek
Sotong

Gambar 9. Persentase Jenis Hasil Tangkapan Rumpon Elektronik dengan Atraktor
Cahaya dan Suara Frekuensi 20-100 kHz
Analisis Hasil Tangkapan
Penggunaan rumpon elektronik ini mendatangkan hasil apabila alat ini
berjalan dengan baik. Kejadian hasil tangkapan nihil ketika alat mengalami mati,
kebocoran pada lampu dan ketika pemasangan alat ini selama satu setengah jam.
Maksimal hasil tangkapan diperoleh ketika alat dipasang selama satu jam. Hasil
tangkapan terbesar diperoleh pada hari pertama pemasangan yaitu 33 kg, yaitu
pada saat rumpon dipasang setelah setengah jam lampu bagan dihidupkan. Hasil
tangkapan terendah diperoleh kurang dari 1 kg.
35
30
25
20
Bobot
(Kg)

15
10
5
0
0

1

2

Waktu (Jam)

Gambar 10. Grafik Bobot Hasil Tangkapan dengan Lama Waktu Pemasangan
menggunakan Rumpon Elektronik

35
30
25
Bobot 20
(Kg) 15
10
5
0
0

1

2

Waktu (Jam)

Gambar 11. Grafik Hasil Tangkapan menggunakan Rumpon Elektronik dan
menggunakan Lampu Bagan pada Lama Waktu Pemasangan 1 Jam
Hasil tangkapan menggunakan rumpon elektronik besar pada hari-hari
pertama pemasangan, hal ini karena pada saat itu bagan yang beroperasi masih
sedikit yaitu tiga bagan. Mulai dari hari ketiga, hasil tangkapan rumpon elektronik
menurun hingga kurang dari 1 kg. Hal ini dikarenakan mulai dari saat itu,
disekitar bagan yang digunakan, beroperasi delapan bagan lainnya. Lampu yang
digunakan oleh bagan-bagan memiliki intensitas dan daya yang lebih besar, ini
membuat rumpon elektronik kalah bersaing dalam pengumpulan ikan.

Pembahasan
Analisis Kinerja Alat
Sistem elektronik yang digunakan pada rumpon ini mampu befungsi dan
bertahan dengan baik. Sumber tegangan yang berupa aki 12 volt mampu bertahan
selama tiga hari untuk menghidupkan atraktor suara dan cahaya hingga
selanjutnya diganti. Sitem elektronik pada rumpon ini sempat padam pada uji
coba hari ke-6, hal ini terjadi karena kurang baiknya pemasangan aki sehingga
sistem terhenti.
Atraktor suara mampu berfungsi dengan baik selama uji coba lapang.
Pengeras suara yang digunakan mampu bertahan dengan sangat baik tanpa
mengalami kebocoran. Proses pergantian frekuensi dilakukan dengan mengganti
file suara yang ada pada Micro SD MP3 player, dan semua sistem ini terus
berfungsi hingga akhir uji coba.
Atraktor cahaya menjadi kelemahan dalam kinerja rumpon elektronik ini.
Selama uji coba, bagian lampu yang menjadi atraktor cahaya mengalami
kebocoran sebanyak dua kali. Hal ini terjadi karena posisi lampu pada case yang
digunakan mudah untuk terlepas, sehingga bagian lampu ini selalu dibongkar
pasang ulang sebelum dioperasikan. Pemasangan ulang case yang kurang baik ini
menjadi faktor kebocoran.

15
Analisis Daya Pikat Atraktor Suara
Penelitian mengenai pengaruh suara terhadap ikan sebelumnya telah
dilakukan, namun hal tersebut dilakukan pada ikan air tawar yaitu ikan Mas
(Cyprinus carpio). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kisaran suara yang
direspon banyak oleh ikan Mas adalah pada frekuensi 1000-1100 Hz (Priatna,
2008). Respon spesifik ikan dari frekuensi suara yang digunakan sebenarnya
belum ditemukan, namun dalam uji coba kali ini didapatkan bahwa pada
frekuensi 1000 – 20.000 Hz sering tertangkap ikan dengan ukuran yang lebih
besar dan yang jarang ditangkap oleh nelayan. Ikan lidah dan ikan kue yang
seperti yang disebutkan sebelumnya, tertangkap ketika frekuensi suara yang
digunakan adalah 1000 – 20.000 Hz. Akan tetapi untuk hal pengaruh suara dalam
proses penangkapan ikan ini sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih
mendalam.
Atraktor cahaya memegang pengaruh yang besar dalam penggunaan rumpon
elektronik ini pada alat tangkap bagan. Hal ini dapat dilihat saat lampu yang
digunakan mengalami kebocoran, maka pada saat itu juga hasil tangkapan
menjadi nihil. Cahaya putih pada lampu yang digunakan memberikan pengaruh
yang nyata terhadap tertangkapnya ikan, karena menurut Wiyono, 2006. Tidak
semua jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya yang memiliki
panjang gelombang pada interval 400 sampai 750 nm yang mampu ditangkap oleh
mata ikan. Cahaya putih berada pada interval panjang gelombang tersebut.
Analisis Hasil Tangkapan
Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dari penggunaan rumpon elektronik
dapat dilihat pada Gambar 10. Lama waktu yang digunakan dalam pemasangan
rumpon elektronik adalah setengah jam dan satu jam. Hal ini karena pada saat
dilakukan pemasangan lebih dari satu jam, hasil yang diperoleh nihil, sehingga
pemasangan dilakukan selama selang dua waktu tersebut. Jika dilihat rata-rata
hasil yang diperoleh, pada saat pemasangan selama setengah jam rata-rata jumlah
hasil tangkapan adalah 4.07 kg dan pada saat pemasangan selama satu jam ratarata jumlah hasil tangkapan 4.6 kg. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
rumpon elektronik pada alat tangkap bagan lebih efektif jika dipasang selama satu
jam.
Lama waktu yang digunakan dalam pemasangan lampu bagan berbeda
dengan rumpon elektronik. Hal ini karena dari nelayan bagan itu sendiri memiliki
prinsip bahwa semakin lama lampu bagan dihidupkan maka semakin banyak ikan
yang tertangkap. Terdapat satu kali pemasangan lampu bagan yang lama
waktunya sama dengan lama waktu pemasangan rumpon elektronik yaitu selama
satu jam, dan jumlah hasil yang diperoleh adalah 17 kg. Hal tersebut dapat dilihat
pada Gambar 11, dimana jumlah hasil tangkapan menggunakan lampu bagan
dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan menggunakan rumpon elektronik.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Rumpon elektronik memiliki kerangka stainless steel berbentuk persegi
panjang dan limas di atasnya. Memiliki tinggi total 86 cm, lebar total 30 cm
dan panjang total 30 cm. Rumpon elektronik memiliki dua atraktor yaitu
cahaya yang berupa lampu LED dan suara yang berupa speaker 4 inci dengan
mp3 player sebagai pembangkit suara. Uji coba menunjukkan bahwa sistem
rumpon elektronik ini dapat berfungsi dengan baik. Uji coba juga
menunjukkan bahwa rumpon elektronik dapat digunakan dalam kegiatan
penangkapan ikan.
2. Hasil tangkapan dari penggunaan rumpon elektronik memiliki variasi jenis
yang serupa dengan hasil tangkapan bagan pada umumnya. Jika dilihat dari
jumlah hasil tangkapan, penggunaan rumpon elektronik selama satu jam
memiliki rata-rata jumlah hasil tangkapan sebesar 4.6 kg dan penggunaan
rumpon elektronik selama setengah jam memiliki rata-rata hasil tangkapan
sebesar 4.07 kg. Hal ini sulit dibandingkan dengan jumlah hasil tangkapan
menggunakan lampu bagan, karena lama waktu yang digunakan berbeda.
Terdapat satu kali pemasangan lampu bagan selama satu jam, dan jumlah hasil
yang diperoleh sebesar 17 kg.
Saran
1. Uji coba rumpon elektronik selanjutnya dapat dilakukan pada alat
penangkapan ikan yang lain seperti purse seine. Uji coba rumpon elektronik
selanjutnya juga dapat dilakukan dengan menambahkan perangkat fish finder
atau CCTV untuk mengetahui secara pasti waktu yang dibutuhkan rumpon
elektronik dalam mengumpulkan ikan.
2. Perbaikan pada bagian atraktor cahaya dengan memperbaiki sistem kedap air
sehingga lampu yang digunakan dapat lebih kokoh dan tidak mengalami
kebocoran.
3. Perlu adanya penelitian lebih dalam mengenai frekuensi suara yang direspon
untuk pengumpulan ikan di laut. Sehingga dapat diprediksi ikan jenis apa yang
tertarik dengan selang frekuensi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Fishbase. 2004. Fishbase, A Global Information System of Fishes.
www.fishbase.org .
IMI. 2012. Rumpon Elektronik, Buah Tangan IPB Untuk Nelayan. Indonesia
Maritime Institute.
Jaya, I. 2007. Laporan Teknis Rumpon Elektronik. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak Dipublikasikan).

17
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Kep.06/MEN/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.
Kuiter, R. H. dan Takamasa Tanozuka. 2001. Pictoral Guide to Indonesian Reef
Fishes. Zoonetics. Australia.
Monintja, D. R. 1993. Study on The Development of Rumpon as Fish
Aggregating Device (FADs). Maritek, Buletin ITK, FPIK IPB.3(2).137p.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.02/MEN/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat
Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia.
Priatna, Y. 2008. Uji Coba Penentuan Frekuensi Suara dalam Pemikatan Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Institut Pertanian Bogor.
Subani, W. dan H.R Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut no.50. Balai Penelitian Perikanan
Laut. Balai Pusat Pengembangan Penelitian Perikanan. Jakarta.
Tamanyira, M.M. 2012. Rumpon Berkah Atau Musibah. WWF dalam
www.marinebuddies.org .
Tim Pengkajian Rumpon Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 1987.
Laporan Akhir Survei Lokasi dan Desain Rumpon di Perairan Ternate, Tidore,
Bacan dan Sekitarnya. Laporan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak Dipublikasikan).
von Brandt, A. 2005. Fish Catching Method of The Worlds. Edited by Otto
Gabriel, Klaus Lange, Erdmann Dahm, Thomas Wendt. Blackwell Publishing.
London.
Wiyono, S. 2006. Menangkap Ikan Menggunakan Cahaya. Artikel IPTEK –
Bidang Biologi, Pangan dan Kesehatan. Dalam www.easierbutnotsimplier.com
Yusfiandayani, Roza. 2004. Studi Tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan
Pelagis Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikananyadi Perairan
Pasauran,Propinsi Banten. Disertasi. Program Studi Teknologi Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
------, Indra Jaya, M.S.Baskoro. 2002. Penerapan Model Hilborn dan Medley pada
Rumpon Laut Dangkal pada Perikanan Payang Bugis di Perairan Pasaruan.
Jurnal dalam www.repository.ipb.ac.id .

LAMPIRAN
Dokumentasi saat uji coba lapang rumpon elektronik dapat dilihat pada
lampiran 1 dan lampiran 2. Terlihat bagan yang digunakan dalam uji coba lapang
dan salah satu hasil tangkapan yang diperoleh. Lampiran 3 dan lampiran 4
merupakan dokumentasi saat uji coba laboratorium. Terlihat saat persiapan dan
pemasangan rumpon elektronik dalam uji coba.

Lampiran 1. Bagan Apung yang Digunakan dalam Uji Coba Lapang

Lampiran 2. Salah Satu Hasil Tangkapan Uji Coba yaitu Ikan Kue

19

Lampiran 3. Persiapan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium

Lampiran 4. Pemasangan Rumpon Elektronik pada Uji Coba Laboratorium

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bengkulu, 1 Mei 1990
dari Ayah Radjikin Tirtadikrama dan Ibu Sopti Popiyati.
Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 52
Kota Bengkulu, sekolah menengah pertama di SMP Negeri
2 Kota Bengkulu, dan sekolah menengah atas di SMA
Negeri 5 Kota Bengkulu.
Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) dan tahun 2009 diterima
sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis menjadi
Asisten Praktikum mata kuliah Selam Ilmiah Tahun Ajaran 2010-2011 dan 20112012, Asisten Praktikum mata kuliah Dasar-dasar Instrumentasi Kelautan Tahun
Ajaran 2010-201 dan Mentor Sertifikasi Selam A1 Laboratorium Hydrobiologi
Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Tahun 2012.
Penulis juga aktif dalam organisasi IMBR (Ikatan Mahasiswa Bumi
Rafflesia) sebagai pengurus periode 2008-2009, HIMITEKA IPB (Himpunan
Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB) sebagai wakil ketua pada periode
2010 dan ketua divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa pada periode 2011,
BEM KM (Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa) sebagai staff
Kementerian Budaya Olahraga dan Seni periode 2012.
Penulis mendapatkan prestasi bersama tim perkusi explorasi, Juara 1 Pekan
Olahraga dan Seni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan tahun 2010 dan Juara 2
IPB Art Contest tahun 2012.

Lampiran 5. Data Uji Coba Rumpon Elektronik dengan Atraktor Cahaya LED Putih dan Frekuensi Suara 10-1000 Hz
Hari/Tanggal
Senin/11-3-2013

Jum'at/15-3-2013

Rabu/20-3-2013

Waktu (WIB)
21.10 - 22.15
00.55 - 02.30
04.05 - 04.30
19.45 - 20.00
00.55 - 01.30
04.15 - 05.11
19.45 - 20.15
21.15 - 22.15

Kondisi Alat
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Kedalaman (m)
5
5
5
3
3
3
3
3

Jenis Tangkapan
Teri (lemet), Cumi

Bobot Ikan (Kg)
-

Selar, Teri, Peyek
Teri, Cumi
Teri, Peyek
Teri, Cumi,Peyek
Cumi,Sotong, Peyek, Buntal
Cumi, Sotong,selar

33
12.5
Hasil Tidak Diangkat