Keterkaitan antara Ukuran Kesesuaian Gabriel dengan Analisis Procrustes dalam Analisis Biplot Lograsio

APLIKASI ASAP CAIR CANGKANG SAWIT SEBAGAI
PENGAWET IKAN DAN ANTIBAKTERI

REZA NURSYAMSI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRAK
REZA NURSYAMSI. Aplikasi Asap Cair Cangkang Sawit sebagai Pengawet
Ikan dan Antibakteri. Dibimbing oleh SUMINAR SETIATI ACHMADI dan
NISA RACHMANIA MUBARIK.
Cangkang sawit sebagai limbah pertanian dapat dimanfaatkan menjadi
produk lain. Pirolisis cangkang sawit menghasilkan asap buangan yang dapat
dikondensasikan menjadi asap cair. Asap cair yang didistilasi ulang dapat
dijadikan bahan pengawet karena memiliki aktivitas antibakteri. Pengujian yang
dilakukan adalah kadar total volatile base nitrogen (TVB-N) pada ikan yang
diawetkan dan uji antibakteri metode difusi agar. Kandungan berbagai asam

organik dalam asap cair mencapai 9.1%, terutama terdiri atas asam asetat. Asap
cair konsentrasi 8, 9, dan 10% (v/v) dapat mempertahankan kesegaran ikan bawal
hingga 24 jam. Penghambatan asap cair konsentrasi tersebut lebih rendah terhadap
Staphylococcus aureus dan lebih besar terhadap Escherichia coli dibandingkan
dengan kloramfenikol 100 ppm sebagai antibakteri standar.

ABSTRACT
REZA NURSYAMSI. Palm Shells Liquid Smoke Application as Fished
Preservative and Antibacterial. Supervised by SUMINAR SETIATI ACHMADI
and NISA RACHMANIA MUBARIK.
Palm shells as agricultural waste can be utilized into other products.
Pyrolysis of palm shells produce exhaust fumes that can be condensed into liquid
smoke. Redistilled liquid smoke can be used as a preservative because it has
antibacterial activity. The tests involved total volatile base nitrogen (TVB-N)
levels in preserved fish and antibacterial test using agar diffusion method. The
content of various organic acids in liquid smoke reaches 9.1%, mainly consist of
acetic acid. Liquid smoke concentrations of 8, 9, and 10% (v/v) were able to
maintain freshness of pomfret fish up to 24 hours. Inhibition of liquid smoke was
less against Staphylococcus aureus and was greater against Escherichia coli than
100 ppm chloramphenicol, which was used as standard antibacterial compound.


APLIKASI ASAP CAIR CANGKANG SAWIT SEBAGAI
PENGAWET IKAN DAN ANTIBAKTERI

REZA NURSYAMSI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi
Nama
NIM


: Aplikasi Asap Cair Cangkang Sawit sebagai Pengawet Ikan
dan Antibakteri
: Reza Nursyamsi
: G44070022

Disetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD
NIP 19480427 197412 2 001

Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
NIP 19671127 199302 2 001

Diketahui
Ketua Departemen Kimia


Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 195012271976032002

Tanggal lulus:

PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai Oktober 2011 yang
bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia dan Laboratorium
Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Prof Ir
Suminar S Achmadi, PhD selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr Nisa
Rachmania Mubarik, MSi selaku pembimbing kedua atas petunjuk dan bimbingan
yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penyusunan karya
ilmiah ini. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr Sri Mulijani, MSi dan
Bapak Rudi Heryanto, MSi sebagai penguji sidang komprehensif, serta Bapak Dr

Ir Rizal Alamsyah, MAppSc selaku penggagas penelitian ini. Terima kasih kepada
Bapak Sobur, Bapak Jaka, dan Ibu Heni yang telah membantu penulis dalam
pemakaian alat dan bahan di laboratorium.
Ungkapan terima kasih kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga atas
dukungan dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih kepada Panji, Raissa, semua
teman Laboratorium Kimia Organik yang telah memberikan semangat, motivasi
dan dorongan dalam menyusun karya ilmiah ini.
Besar harapan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca
serta kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Januari 2012

Reza Nursyamsi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1989 dari pasangan
Sunaryo dan Siti Roziah. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2000 penulis menyelesaikan sekolah di SD Muhammadiyah 3 Jakarta
dan pada tahun 2003 penulis menyelesaikan sekolah di SLTPN 97 Jakarta. Tahun
2007 penulis lulus dari SMAN 31 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi

masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Penulis memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota (2008-2009)
dan kepala (2009-2010) Departemen Komunikasi dan Informasi Ikatan
Mahasiswa Kimia (Imasika) IPB. Pada tahun 2011, penulis berkesempatan
menjadi asisten praktikum dalam mata kuliah Kimia Bahan Alam. Penulis juga
pernah mengikuti kegiatan praktik lapangan di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan (BBLK) Jakarta bulan Juli sampai Agustus 2010.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
METODE
Bahan dan Alat ................................................................................................1
Lingkup Kerja ..................................................................................................1

HASIL
Ciri Kimiawi Asap Cair Cangkang Sawit ........................................................3
Pengujian TVB-N ............................................................................................4
Pengujian Antibakteri ......................................................................................4
PEMBAHASAN ......................................................................................................5
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..........................................................................................................7
Saran ................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................7
LAMPIRAN .............................................................................................................8

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Hasil analisis GC-MS asap cair cangkang sawit dengan kemiripan ≥ 90% ........3
2 Hasil uji toksisitas asap cair terhadap 10 larva udang .........................................4
3 Indeks penghambatan asap cair cangkang sawit dibandingkan dengan
antibiotik kloramfenikol ......................................................................................5


DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Bagan alat concentration boule tipe TA62D .......................................................1
2 Tampilan asap cair ekstrak kasar dan redistilasi .................................................3
3 Hubungan antara –log konsentrasi asap cair dan persen kematian larva ............4
4 Nilai TVB-N ikan bawal dengan perlakuan konsentrasi
asap cair 8%, 9%, 10%, dan kontrol....................................................................4
5 Hasil uji antibakteri asap cair cangkang sawit
terhadap S. aureus dan E. coli .............................................................................4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bagan alir penelitian ............................................................................................9
2 Perhitungan total asam, kadar fenolik, dan pH asap cair ..................................10
3 Kromatogram analisis GC-MS asap cair ...........................................................12
4 Perhitungan uji toksisitas asap cair ...................................................................13
5 Data pengujian TVB-N .....................................................................................14
6 Komposisi media TSB dan NA .........................................................................15
7 Analisis ragam dan uji wilayah berganda Duncan hasil uji antibakteri ............16


vii

PENDAHULUAN
Industri arang di Indonesia saat ini hanya
mengutamakan arang sebagai produknya,
sedangkan sisanya sekitar 70–80% berupa
limbah uap atau gas yang dibuang bebas ke
udara sebagai polutan. Upaya peningkatan
nilai tambah produk dari asap agar lebih
ramah lingkungan telah dilakukan, yaitu
berupa penelitian pemanfaatan limbah asap
dalam bentuk cairan yang disebut cuka kayu
atau asap cair. Produksinya dapat dipadukan
dengan proses pembuatan arang (Nurhayati et
al. 2005).
Asap cair kayu merupakan hasil
kondensasi dari pirolisis kayu yang
mengandung sejumlah besar senyawa.
Senyawa-senyawa tersebut terbentuk akibat
pirolisis konstituen kayu seperti selulosa,

hemiselulosa, dan lignin. Cangkang kelapa
sawit
mengandung
selulosa
(40%),
hemiselulosa (24%), lignin (21%), dan abu
(15%) (KNRT 2005).
Asap cair dapat digunakan sebagai bahan
pengawet karena memiliki sifat antibakteri
dan antioksidan. Sifat sebagai antibakteri ini
berkaitan dengan kandungan senyawasenyawa dalam asap cair, yaitu fenolik,
senyawa karbonil, dan asam karboksilat.
Penelitian uji daya hambat asap cair hasil
pirolisis kayu pelawan (Tristania abavata)
dan pengaruh konsentrasinya terhadap
pertumbuhan Escherichia coli telah dilakukan
dengan metode difusi cakram (Panagan dan
Syarif 2009).
Pirolisis tempurung kelapa menghasilkan
asap cair dengan kadar fenolik 9.36%,

karbonil 8.34%, dan asam organik 6.38%.
Hasil distilasi asap cair tersebut pada suhu
kurang dari 100 °C menghasilkan kadar
fenolik yang lebih tinggi (3.90%) daripada
hasil distilasi pada suhu di atasnya dengan
kadar tar yang paling rendah (0.294%)
(Darmaji 2002).
Berbagai cara telah dikenal untuk
mengawetkan ikan seperti penggaraman,
pengeringan, pemindangan, peragian, dan
pendinginan ikan. Pengawetan juga dapat
menggunakan penambahan bahan lain yang
belum tentu aman jika dikonsumsi manusia.
Pemanfaatan asap cair tempurung kelapa
sebagai bahan pengawet telah menjadi cara
alternatif dalam pengawetan ikan (Yanti dan
Rochima 2009), sedangkan asap cair kelapa
sawit belum banyak dimanfaatkan. Penelitian
ini bertujuan mengevaluasi potensi asap cair
cangkang sawit sebagai pengawet ikan dan
antibakteri.

METODE
Bahan dan Alat
Alat-alat yang digunakan ialah alat suling
concentration boule_tipe TA62D, spektro
fotometer ultraviolet tampak, kromatografi
gas-spektroskopi massa (GC-MS) dan
seperangkat alat uji mikrobiologi.
Bahan-bahan yang dipakai ialah asap cair
kelapa sawit ekstrak kasar hasil pirolisis
kelapa sawit pada suhu 400 °C yang diperoleh
dari PT Global Deorub Industry, ikan bawal
air tawar segar dengan bobot ± 300 g, pereaksi
Folin-Ciocalteau, larutan indikator Tashiro,
serbuk kloramfenikol, media cair tryptic soy
broth (TSB), dan media padat nutrient agar
(NA).
Lingkup Kerja
Penelitian terdiri atas 8 tahap (Lampiran
1). Tahap pertama ialah preparasi asap cair
kelapa sawit. Tahap kedua sampai dengan
keempat berturut-turut adalah pengukuran
nilai pH, total asam, dan kadar fenolik asap
cair kelapa sawit. Tahap kelima adalah
analisis GC-MS. Tahap keenam adalah uji
toksisitas asap cair dan dilanjutkan ke tahap
ketujuh berupa pengujian kadar total volatile
base nitrogen (TVB-N). Tahap kedelapan
adalah pengujian daya hambat asap cair
terhadap bakteri.
Preparasi Asap Cair
Asap cair kelapa sawit ekstrak kasar
sebanyak 20 L disiapkan dalam wadah besar.
Cairan tersebut kemudian disuling dengan
bantuan alat concentration boule_tipe TA62D
(Gambar 1) pada suhu 80 ± 5 °C selama 1.5
jam. Distilat berupa asap cair ditampung
dalam wadah tertutup.

Gambar 1

Bagan alat concentration
boule tipe TA62D.

2

Pengukuran pH Asap Cair
Pengukuran pH dilakukan dengan pH
meter. Alat dikalibrasi dengan larutan
penyangga (pH 7) sebelum digunakan untuk
analisis sampel. Sampel asap cair yang
diperlukan sekitar 50 mL.
Pengukuran Total Asam Asap Cair (AOAC
2005)
Sebanyak 5 mL asap cair ditambahkan 100
mL akuades lalu dikocok sampai homogen,
kemudian ditambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein. Campuran dititrasi dengan NaOH
0.1 N sampai berwarna merah muda.
Pengukuran dilakukan duplo.
Total asam=

× 100%

Pengukuran Kadar Fenolik Asap Cair
(Waterhouse 2002): Metode Kolorimetri
Folin-Ciocalteau
Larutan standar dibuat dengan melarutkan
0.5 g asam galat dalam 10 mL etanol
kemudian diencerkan hingga 100 mL dengan
akuades (konsentrasi 5 g/L). Sebanyak 1, 2, 5,
dan 10 mL larutan tersebut berturut-turut
dicairkan menjadi 100 mL dengan akuades
untuk membentuk larutan standar dengan
konsentrasi 50, 100, 250, dan 500 mg/L.
Sebanyak 1 mL sampel, standar asam galat
terkalibrasi, atau blangko (akuades) masingmasing ditempatkan ke dalam labu takar 100
mL. Akuades kira-kira sebanyak 70 mL
ditambahkan, dilanjutkan dengan penambahan
5 mL pereaksi Folin-Ciocalteau (FC) lalu
didiamkan pada suhu kamar selama 8 menit.
Natrium karbonat sebanyak 15 mL
ditambahkan pada campuran tersebut.
Campuran kemudian ditera hingga 100 mL
dengan akuades, lalu dikocok dan diinkubasi
selama 2 jam pada suhu kamar. Analisis
dilakukan dengan mengukur absorbans larutan
dengan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 765 nm. Pengukuran
dilakukan duplo.
Analisis GC-MS Asap Cair
Identifikasi
senyawa-senyawa
yang
terkandung dalam asap cair cangkang sawit
menggunakan GC-MS dengan kolom HP5
panjang 60 meter. Adapun suhu detektor,
kolom awal, dan kolom akhir berturut-turut
ialah 250, 80, dan 290 °C. Gas pembawa yang
digunakan ialah helium dengan laju alir 23.7
mL/menit pada tekanan 17.56 psi. Injeksi
sampel asap cair dilakukan sebanyak 1 µL.
Data keluaran berupa kromatogram yang
memiliki nilai waktu retensi (RT), bobot

molekul, luas area, dan kemiripan dari setiap
senyawa yang teridentifikasi.
Pengujian Toksisitas Asap Cair (Manilal et
al. 2009): Metode BSLT
Sekitar 0.5 g kista Artemia salina
diaerasikan dengan 500 mL air laut dalam
wadah Erlenmeyer. Inkubasi dilakukan pada
suhu kamar selama 24 jam hingga kista
menjadi larva.
Asap cair dengan konsentrasi 0.1, 0.2, 0.3,
0.4, dan 0.5% (v/v) serta blangko dibuat
dengan pengencer air laut. Sebanyak 1 mL
asap cair berbagai konsentrasi (termasuk
blangko) dimasukkan ke dalam sumur,
kemudian masing-masing ditambahkan 1 mL
air laut yang berisi 10 ekor larva. Campuran
larva dan asap cair diinkubasi selama 24 jam.
Konsentrasi mematikan 50% (LC50) dihitung
berdasarkan hubungan persentase kematian
larva dengan konsentrasi asap cair.
Pengujian Kadar TVB-N Berdasarkan SNI
2354.8:2009 (BSN 2009)
Sampel daging ikan bawal yang telah
direndam asap cair ditimbang sebanyak 10 g
dengan menggunakan gelas piala, kemudian
ditambahkan 90 mL asam perklorat (PCA)
6%. Sampel diaduk selama 2 menit. Sampel
kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring.
Ekstrak sebanyak 50 mL dimasukkan ke
tabung distilasi, selanjutnya ditambahkan
beberapa tetes indikator fenolftalein. Tabung
distilasi dipasangkan dengan peralatan
distilasi uap, kemudian ditambahkan 10 mL
NaOH 20% (campuran bersifat basa ditandai
berwarna
merah
muda).
Penampung
Erlenmeyer disiapkan yang berisi 100 mL
H3BO3 3% dan 3–5 tetes indikator Tashiro
(larutan berwarna ungu). Distilasi uap
dilakukan kurang lebih selama 10 menit
sampai memperoleh distilat 100 mL sehingga
pada volume akhir terdapat kurang lebih 200
mL larutan berwarna hijau. Distilasi larutan
blangko dilakukan dengan mengganti ekstrak
sampel dengan 50 mL PCA 6%, pengerjaan
selanjutnya sama dengan sampel.
Titrasi terhadap distilat sampel dan
blangko dilakukan dengan menggunakan
larutan HCl 0.02 N. Titik akhir titrasi ditandai
dengan terbentuknya kembali warna ungu.
Analisis dilakukan setiap 8 jam dengan 2
ulangan hingga nilai TVB-N mencapai
ambang batas yang diperbolehkan.

TVB-N (mg/100 g) =

dengan
Vc = volume HCl pada titrasi sampel (mL)
Vb = volume HCl pada titrasi blangko (mL)
N = normalitas larutan HCl (N)
W
= bobot sampel (g)
14.007 = bobot atom nitrogen (g/mol)
2
= faktor pengenceran
Pengujian Daya Hambat Asap Cair
terhadap Bakteri (Yuspihana et al. 2008):
Metode Difusi Agar
Media yang digunakan ialah NA dengan 2
lapisan. Lapisan pertama dibuat dengan
menuangkan media NA cair ke dalam cawan
petri steril sebanyak ± 15 mL. Media
selanjutnya dibiarkan memadat. Suspensi
bakteri yang telah diinkubasi dalam media
TSB dimasukkan secara aseptik ke dalam
media NA yang masih cair sebanyak 100 µL,
kemudian campuran dikocok. Media NA yang
telah berisi bakteri dituang sebanyak ± 15 mL
ke dalam cawan petri yang telah berisi media
NA padat (lapisan pertama). Campuran
dihomogenkan untuk memastikan bakteri
terdistribusi secara rata, kemudian dibiarkan
lapisan kedua tersebut menjadi padat.
Selanjutnya dibuat 5 lubang (sumur) secara
aseptik dengan diameter 6 mm. Ke dalam
setiap sumur masing-masing dimasukkan asap
cair (konsentrasi 8, 9, dan 10% (v/v)), kontrol
positif (larutan kloramfenikol 100 ppm), dan
kontrol negatif (akuades steril) sebanyak 60
µL. Media selanjutnya diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37 °C. Setiap bakteri uji, yaitu
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
yang
diperoleh
dari
Laboratorium
Mikrobiologi, Departemen Biologi diuji
dengan 5 ulangan.
Pengujian aktivitas antibakteri dinyatakan
aktif apabila di sekitar sumur terdapat zona
bening. Diameter zona hambat yang terukur (3
kali pengukuran) selanjutnya diubah dalam
bentuk indeks penghambatan.
Indeks penghambatan

(a)
Gambar 2

(b)
Tampilan asap cair ekstrak kasar
(a) dan redistilasi (b).

Sebagai nilai mutu asap cair, parameter
yang dianalisis antara lain kadar asam
organik, total fenolik, dan pH. Adapun
spesifikasi asap cair cangkang sawit
redistilasi pada penelitian ini adalah kadar
asam organik 9.1%, total fenolik 2.6%, dan
pH 3.22 (Lampiran 2).
Analisis GC-MS asap cair cangkang sawit
redistilasi ditampilkan hanya yang memiliki
kemiripan ≥ 90% dengan database GC-MS.
Luas area berhubungan dengan komponen
yang dominan (Tabel 1).
Tabel 1

Hasil analisis GC-MS asap cair
cangkang sawit dengan kemiripan ≥
90%

Waktu
retensi
(menit)
5.05

Luas
area
(%)
41.47

5.31

1.00

74

6.24

3.34

96

7.03

0.66

82

7.99
8.73
8.95

26.13
1.33
1.06

94
108
109

9.11

5.50

124

9.72

0.32

122

10.04

0.21

138

10.19

2.42

138

11.04

1.59

152

11.72

0.43

154

11.89

0.16

166

BM
60

=

Data indeks penghambatan selanjutnya
dianalisis secara statistika dengan analisis
ragam dan uji wilayah berganda Duncan.

HASIL
Ciri Kimiawi Asap Cair Cangkang Sawit
Preparasi asap cair dengan cara redistilasi
pada suhu 80 ± 5 °C menghasilkan asap cair
yang lebih jernih (Gambar 2).

Nama
senyawa

Kemiripan
(%)

Asam asetat
Asam
propanoat
Furfural
2-Siklopenten1-on
Fenol
2-Metilfenol
3-Metilfenol
2-Metoksi
fenol
3,5-Dimetil
fenol
2-Metoksi-3metilfenol
2-Metoksi-4metilfenol
4-Etil-2metoksifenol
2,6-Dimetoksi
fenol
2-Metoksi-4propilfenol

90
90
91
91
91
97
96
97
97
91
95
95
93
91

Hasil uji toksisitas asap cair terhadap larva
menunjukkan peningkatan jumlah larva mati
dengan meningkatnya konsentrasi asap cair
(Tabel 2). Hubungan antara konsentrasi (- log
konsentrasi) asap cair dan kematian (%
kematian) larva menghasilkan persamaan
garis (Gambar 3). Nilai LC50 asap air didapat

4

dari persamaan garis y = – 1.6662x + 4.9456
dengan R2= 0.8527 sebesar 0.2147%.
Tabel 2 Hasil uji toksisitas asap cair terhadap
10 larva udang
Konsentrasi
asap cair
(% v/v)
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5

Rerata larva
hidup

Rerata larva
mati

9
10
8
0
0
0

1
0
2
10
10
10

Pengujian Antibakteri
Uji antibakteri asap cair dilihat
berdasarkan diameter zona bening yang
terbentuk di sekitar sumur. Hasil uji
antibakteri terhadap S. aureus dan E. coli
menunjukkan bahwa zona bening yang
terbentuk pada S. aureus lebih tegas daripada
E. coli. Kloramfenikol membentuk zona
bening paling luas di antara perlakuan yang
lain
pada
S.
aureus.
Sebaliknya,
kloramfenikol tidak membentuk zona bening
pada E. coli (Gambar 5).

120%

% Kematian

100%
80%
y = – 1.6662x + 4.9456
R² = 0.8527

60%
40%
20%

(a)

0%
-20%

0

Gambar 3

1

2
3
-log Konsentrasi

4

Hubungan
antara

log
konsentrasi asap cair dan persen
kematian larva.
Pengujian TVB-N

Data pengujian TVB-N ikan bawal yang
telah diawetkan dengan asap cair setiap 8 jam
ditampilkan pada Gambar 4. Konsentrasi asap
cair yang digunakan ialah 0, 8, 9, dan 10%
(v/v). Ikan dengan perlakuan asap cair
memiliki nilai TVB-N lebih rendah daripada
kontrol pada waktu yang sama.

(b)
Gambar 5

Hasil uji antibakteri asap cair
cangkang sawit terhadap S.
aureus (a) dan E. coli (b).

TVB-N (mg/100 g)

50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
8

Gambar 4

16
24
Waktu (jam)

32

Nilai TVB-N ikan bawal dengan
perlakuan konsentrasi asap cair
8%,
9%,
10%, dan
0%
(kontrol).

Data diameter zona bening yang terbentuk
selanjutnya
diubah
dalam
indeks
penghambatan (Tabel 3). Penggunaan asap
cair pada konsentrasi 8, 9, dan 10% (v/v)
terhadap S. aureus dan E. coli memberikan
efek penghambatan yang tidak berbeda nyata
tetapi lebih tinggi dibandingkan kontrol tanpa
perlakuan. Perlakuan dengan kloramfenikol
100 ppm menunjukkan indeks penghambatan
yang lebih baik terhadap S. aureus daripada
perlakuan asap cair. Hal sebaliknya terjadi
terhadap E. coli, yaitu kloramfenikol 100 ppm
tidak memberikan efek penghambatan atau
sama dengan kontrol.

Tabel 3

Indeks penghambatan asap cair
cangkang
sawit
dibandingkan
dengan antibiotik kloramfenikol

Perlakuan

Rerata indeks penghambatan
S. aureus

E. coli

Kontrol

0.0 a

0.0 a

Asap cair 8%

1.2 b

0.8 b

Asap cair 9%

1.2 b

1.1 c

Asap cair 10%
1.4 b
1.2 c
Kloramfenikol
1.8 c
0.0 a
100 ppm
Angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang
sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji wilayah
berganda Duncan pada taraf 5%.

PEMBAHASAN
Pirolisis cangkang sawit pada penelitian
ini menggunakan suhu 400 °C. Pembuatan
asap cair juga menghasilkan tar atau
hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH).
Preparasi asap cair dengan cara penyulingan
pada suhu 80 ± 5 °C (redistilasi) diharapkan
dapat mengurangi kandungan PAH yang
memiliki titik didih lebih tinggi dari 300 °C.
Selain itu, proses penyulingan tersebut dapat
menghasilkan tampilan asap cair yang lebih
jernih.
Nilai kadar asam organik, total fenolik,
dan pH pada penelitian ini berbeda dengan
penelitian Darmaji dan Triyudiana (2006)
yang juga menggunakan asap cair cangkang
sawit redistilasi < 100 °C, yaitu 12.34%
(kadar asam organik) dan 1.1% (total fenolik).
Potensi sebagai antibakteri dapat dilihat dari
kandungan fenolik dan asam organik yang
terkandung dalam asap cair. Nilai pH yang
rendah merepresentasikan asap cair bermutu
tinggi terutama dalam hal penggunaannya
sebagai bahan pengawet makanan (Wijaya et
al. 2008).
Hasil analisis GC-MS terhadap sampel
asap cair cangkang sawit menunjukkan 3
golongan besar senyawa, yaitu kelompok
asam organik, aldehida, dan fenolik (Tabel 1).
Terdapat 2 senyawa yang mempunyai luas
area lebih besar dari senyawa-senyawa lain,
yaitu asam asetat (41.5%) dan fenol (26.1%).
Luas area kromatogram suatu senyawa
berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Senyawa kelompok PAH tidak teridentifikasi,
menunjukkan redistilasi asap cair pada suhu
80 °C efektif mengurangi kandungan PAH
(Lampiran 3).

Senyawa fenolik dan golongan aldehida
diketahui sebagai disinfektan (Madigan et al.
2010), sedangkan asam organik lazim
digunakan sebagai pengawet makanan
(Theron dan Lues 2011). Asam organik dan
fenolik termasuk dalam senyawa asam. Asam
organik atau asam karboksilat merupakan
asam lemah dengan pKa yang khas sekitar 5.
Namun, asam organik lebih bersifat asam
daripada fenol, terutama karena stabilisasi
resonans anion karboksilatnya (RCO2-). Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam yang
berarti senyawa ini dapat melepaskan ion H+
dari gugus hidroksilnya. Senyawa-senyawa
yang bersifat asam ini berperan dalam
menciptakan pH asap cair yang rendah, yaitu
3.22.
Analisis GC-MS asap cair juga telah
dilakukan pada penelitian Budijanto et al.
(2008) mengenai kajian keamanan asap cair
tempurung kelapa untuk produk pangan, yang
menunjukkan terdapat 40 komponen yang
teridentifikasi dari analisis GC-MS. Terdapat
7 komponen yang dominan pada penelitian
tersebut,
yaitu
2-metoksifenol,
3,4dimetoksifenol, fenol, 2-metoksi-4-metilfenol,
4-etil-2-metoksifenol, 3-metilfenol, dan 5metil-1,2,3-trimetoksibenzena.
Senyawasenyawa tersebut juga teridentifikasi pada
penelitian
ini
kecuali
5-metil-1,2,3trimetoksibenzena.
LC50 merupakan konsentrasi zat yang
dapat menyebabkan 50% populasi hewan uji
mati. Suatu senyawa mempunyai potensi
toksisitas akut jika mempunyai nilai LC50
kurang dari 1000 µg/mL (Carballo et al.
2002). Pengujian toksisitas asap cair dengan
metode BSLT terhadap larva udang
memperlihatkan semua larva mati pada
konsentrasi asap cair 0.3, 0.4, dan 0.5% (v/v)
(Tabel 1). Nilai LC50 pada uji tersebut sebesar
0.2147% (v/v) (Lampiran 4). Berdasarkan
nilai uji BSLT sebesar 1000 µg/mL atau 0.1%
(v/v), asap cair cangkang sawit redistilasi ini
tidak toksik (Carballo et al. 2002).
TVB-N atau disebut juga basa atsiri
terbentuk dalam jaringan otot ikan yang
sebagian besar terdiri atas amonia,
trimetilamina, dan dimetilamina. TVB-N
merupakan parameter untuk menentukan
kemunduran mutu ikan dengan menguapnya
senyawa-senyawa basa atsiri yang terdapat
dalam ikan tersebut (Yanti & Rochima 2009).
Kenaikan kadar TVB-N terutama disebabkan
oleh aksi bakteri yang terbukti dari adanya
persesuaian dalam peningkatan jumlah bakteri
dengan derajat pembusukan.

6

Hasil analisis kadar TVB-N pada ikan
bawal ditunjukkan pada Gambar 4. Percobaan
dilakukan dengan perendaman ikan bawal
segar dalam larutan asap cair konsentrasi 8, 9,
dan 10% (v/v) selama 30 menit. Nilai TVB-N
diukur setiap 8 jam penyimpanan pada kondisi
ruang. Seiring berjalan waktu penyimpanan,
nilai TVB-N juga meningkat. Analisis pada
jam ke-8 menunjukkan konsentrasi asap cair
10% (v/v) menghasilkan nilai TVB-N
terendah (4.03 mg/100 g) di antara 3
perlakuan lainnya. Pengamatan jam ke-16
juga menunjukkan hal yang sama, larutan asap
cair 10% (v/v) memiliki nilai TVB-N
terendah. Analisis jam ke-24 menunjukkan
nilai TVB-N kontrol (38.44 mg/100 g) telah
melewati nilai batas maksimum yang
diperbolehkan, sedangkan perlakuan asap cair
8, 9, dan 10% (v/v) masih di bawah ambang
batas. Semua perlakuan telah melewati nilai
TVB-N batas maksimum pada pengamatan
jam ke-32. Nilai analisis kadar TVB-N secara
rinci disajikan pada Lampiran 5. Adapun batas
maksimum TVB-N untuk ikan segar sebagai
rujukan di Jepang dan Australia sebesar 30
mg/100 g (Siagian 2002). Dwiyitno dan
Riyanto (2006) dalam studi penggunaan asap
cair tempurung kelapa untuk pengawetan ikan
kembung segar dapat mempertahankan nilai
TVB-N di bawah batas maksimum hingga 12
jam
penyimpanan
dengan
perlakuan
konsentrasi 7.5 dan 10% (v/v).
Perlakuan perendaman dengan larutan
asap cair dibandingkan kontrol mampu
menekan laju pembentukan basa-basa atsiri.
Semakin tinggi konsentrasi larutan asap cair
yang digunakan, cenderung semakin besar
kemampuannya untuk menghambat laju
pembentukan basa-basa atsiri. Kemampuan
asap cair sebagai pengawet diduga erat
kaitannya dengan aktivitas antibakteri yang
dimilikinya. Kemampuan antibakteri yang
dimiliki asap cair mampu menekan laju
aktivitas
bakteri
pembusuk
dalam
menghasilkan basa-basa atsiri sebagai salah
satu proses pembusukan yang terjadi.
Pengujian antibakteri pada penelitian ini
menggunakan 2 spesies bakteri, yaitu E. coli
(Gram negatif) dan S. aureus (Gram positif).
Kedua bakteri tersebut ditumbuhkan pada
media cair TSB dilanjutkan pada media padat
NA. Komposisi media TSB dan NA
ditampilkan pada Lampiran 6. Aktivitas
antibakteri asap cair cangkang kelapa sawit
dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk
di sekitar sumur.
Rerata indeks penghambatan oleh asap
cair terhadap S. aureus menunjukkan nilai

yang lebih besar daripada E. coli untuk
konsentrasi yang sama (Tabel 3, Lampiran 7).
Nilai ini juga dibandingkan terhadap
penghambatan oleh antibiotik kloramfenikol
100 ppm. Zona bening yang terbentuk pada S.
aureus lebih tegas daripada E. coli (Gambar
5). Hal ini berhubungan dengan efek asap cair
terhadap pertumbuhan bakteri. Terdapat 3
efek yang ditimbulkan zat antibakteri terhadap
pertumbuhan bakteri, yaitu bakteriostatik,
bakteriosidal, dan bakteriolitik (Madigan et al.
2010). Bakteriostatik dapat dikatakan bahwa
zat
antibakteri
hanya
menghambat
pertumbuhan sel tanpa mematikannya,
sedangkan bakteriosidal dan bakteriolitik
dengan mematikan sel. Asap cair pada
penelitian ini bekerja sebagai bakteriostatik
terhadap E. coli dan bakteriosidal/bakteriolitik
terhadap S. aureus. Penghambatan bakteri
oleh suatu zat antibakteri dapat disebabkan
oleh dihambatnya proses sintesis dinding sel,
protein, asam nukleat, dan terganggunya
fungsi membran sel (Jawetz et al. 2010).
Indeks penghambatan yang dihasilkan dari
ketiga larutan asap cair terhadap S. aureus
tidak melebihi yang dihasilkan oleh
kloramfenikol 100 ppm. Hal yang berbeda
terlihat pada E. coli, yaitu kloramfenikol 100
ppm tidak menghasilkan zona bening.
Resistensi E. coli yang lebih tinggi daripada S.
aureus terhadap zat antibakteri diduga
berhubungan dengan struktur membran
selnya. E. coli termasuk dalam bakteri
golongan Gram negatif yang memiliki struktur
membran yang berlapis-lapis di antaranya
berupa lipoprotein, lipopolisakarida, dan
peptidoglikan (Madigan et al. 2010).
Resistensi kloramfenikol merupakan akibat
dari perusakan obat (antibiotik) oleh suatu
enzim yang dikendalikan plasmid (Jawetz et
al. 2007).
Senyawa fenolik yang dikandung asap cair
kayu pelawan bersifat aktif terhadap sel
vegetatif bakteri, dapat menembus dan
merusak dinding sel, serta mengendapkan
protein sel mikrob (Panagan dan Syarif 2009).
Penghambatan mikrob oleh senyawa fenolik
mungkin karena adanya interaksi melalui
ikatan hidrogen dengan protein yang penting
seperti enzim bakteri (Saravanakumar et al.
2009).
Asam organik merupakan pengawet
makanan yang bekerja sebagai pemberi rasa
asam dan pereduksi pertumbuhan bakteri
dengan cara menurunkan pH pada makanan
ke tingkat pH yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Prinsip penghambatan
bakteri oleh asam organik adalah bagian asam

yang tak terdisosiasi dapat melakukan
penetrasi ke dalam dinding sel bakteri untuk
mengganggu fisiologi normal sel (Theron dan
Lues 2011).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Asap cair cangkang sawit hasil redistilasi
suhu 80 °C dengan spesifikasi kadar asam
organik 9.1%, total fenolik 2.6%, dan pH 3.22
memiliki potensi sebagai bahan pengawet
ikan. Berdasarkan nilai TVB-N, kesegaran
ikan dengan perlakuan asap cair dapat
dipertahankan 8 jam lebih lama daripada
tanpa asap cair. Hal ini dibuktikan dengan uji
aktivitas antibakteri asap cair terhadap S.
aureus dan E. coli, meskipun aktivitasnya
lebih tinggi terhadap S aureus.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
aplikasi asap cair sebagai pengawetan ikan.
Paduan penggunaan asap cair dengan metode
pengawetan ikan lainnya seperti pendinginan
dengan es dapat diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical
Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis. Ed Ke-18. Washington DC:
Benjamin Franklin.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009.
SNI
2354.8:2009.
Jakarta:
Badan
Standardisasi Nasional.
[KNRT] Kementerian Negara Riset dan
Teknologi. 2005. Komposisi Kimia
Tempurung Kelapa dan Cangkang Kelapa
Sawit. Jakarta: KNRT.
Budijanto et al. 2008. Kajian keamanan asap
cair tempurung kelapa untuk produk
pangan. J Ilmu Pertan Indones 13:194203.
Carballo JL, Hernandez Z, Perez P, Gravalos
M. 2002. A comparison between two brine
shrimp assays to detect in vitro
cytotoxicity in marine natural products.
BMC Biotechnology 2:1-5.
Darmaji P. 2002. Optimasi proses pembuatan
tepung asap. Agritech 22:172-177.
Darmaji P, Triyudiana H. 2006. Proses
pemurnian asap cair dan simulasi
akumulasi kadar benzopyrene pada proses

perendaman ikan. Maj Ilmu Teknol Pertan
26:94-103.
Dwiyitno, Riyanto R. 2006. Studi penggunaan
asap cair untuk pengawetan ikan kembung
(Rastrelliger
neglectus)
segar.
J
Pascapanen
Bioteknol
Kelautan
Perikanan 1:143-148.
Jawetz E, Melnick GE, Adelberg CA. 2010.
Medical Microbiology. Ed ke-25. New
York: McGraw-Hill.
Madigan MT, Martinko JM, Stahl DA, Clark
DP.
2010.
Brock
Biology
of
Microorganism. Ed ke-13. San Fransisco:
Benjamin Cummings.
Manilal A et al. 2009. Cytotoxic potentials of
red alga, Laurencia brandenii collected
from the Indian coast. Global J Pharmacol
3:90-94.
Nurhayati T, Desviana, Sofyan K. 2005.
Tempurung kelapa sawit (TKS) sebagai
bahan baku alternatif untuk produksi arang
terpadu dengan pyrolegneous / asap cair. J
Ilmu Teknol Kayu Tropis 3:39-43.
Panagan AT, Syarif N. 2009. Uji daya hambat
asap cair hasil pirolisis kayu pelawan
(Tristania abavata) terhadap bakteri
Escherichia coli. J Penelitian Sains 9:612.
Saravanakumar A et al. 2009. Evaluation of
antibacterial activity, phenol and flavonoid
contents of Thespesia populnea flower
extract. J Pharmaceut Sci 22: 282-286.
Siagian A. 2002. Mikroba patogen pada
makanan dan sumber cemarannya. Ilmu
Kelautan 4:214-222.
Theron MM, Lues JF. 2011. Organic Acids
and Food Preservation. Boca Raton: CRC
Pr.
Waterhouse AL. 2002. Current Protocols in
Food Chemistry. New York: J Wiley.
Wijaya M, Noor E, Irawadi TT, Pari G. 2008.
Karakterisasi komponen kimia asap cair
dan pemanfaatannya sebagai biopestisida.
Bionature 9:34-40.
Yanti AR, Rochima E. 2009. Pengaruh suhu
pengeringan
terhadap
karakteristik
kimiawi filet lele dumbo asap cair pada
penyimpanan suhu ruang. J Bionatura
11:21-36.
Yuspihana et al. 2008. Aktivitas antibakteri
ekstrak biji teratai (Nymphaea pubescens
Wild) terhadap bakteri patogen penyebab
diare. J Teknol Industri Pangan 19:158164.

LAMPIRAN

9

Lampiran 1 Bagan alir penelititan

Asap cair kelapa
sawit ekstrak kasar

Analisis nilai pH,
total asam, kadar
fenolik, GC-MS, dan
toksisitas

Penyulingan pada
suhu 80 °C

Karakterisasi
komponen kimia

Penelitian
pendahuluan

Pengenceran menjadi
konsentrasi 8, 9 dan 10%
(v/v)

Ikan bawal air
tawar segar

Perendaman ikan dengan
asap cair selama 30 menit
Uji antibakteri
dengan metode difusi
agar
Penirisan

Analisis nilai TVB-N
setiap 8 jam sampai
nilai ambang batas

Konsentrasi asap cair
terbaik dan aman

10

Lampiran 2 Perhitungan total asam, kadar fenolik, dan pH asap cair
a.

Perhitungan total asam
Standardisasi NaOH 0.1 N
Ulangan
Volume asam oksalat 0.1 N
1
10.0
2
10.1
3
10.1
Rerata

N NaOH
0.1000
0.0990
0.0990
0.0993

Contoh perhitungan ulangan 2:
VNaOH × NNaOH = Voksalat × Noksalat
10.1 × NNaOH = 10 × 0.1
NNaOH = 0.0990 N
Penentuan total asam asap cair redistilasi 100%
Ulangan
Volume NaOH 0.1 N (mL)
1
76.8
2
76.7
Rerata
Contoh perhitungan ulangan 1:

Total asam (%)
9.15
9.13
9.14%

Total asam (%) =
=
= 9.15%

b. Perhitungan kadar fenolik
Transmitans

Standar fenol (mg/L)
Ulangan 1

Ulangan 2

Absorbans
Rerata

50

87.40%

87.40%

0.8740

0.0585

100

75.40%

75.60%

0.7550

0.1221

250

48.20%

48.20%

0.4820

0.3170

500

23.20%

23.20%

0.2320

0.6345

Sampel 1%

46.60%

46.40%

0.4650

0.3325

11

0,7000
0,6000
Absorbans

0,5000
y = 0.0013x – 0.0052
R² = 1

0,4000
0,3000
0,2000
0,1000
0,0000
0

100

200

300

400

500

600

Standar fenol (mg/L)

y = 0.0013x – 0.0052
0.3325 = 0.0013x – 0.0052
0.0013x = 0.3377
x = 259.7692 mg/L
Jadi, asap cair redistilasi 100% memiliki kadar fenolik 25 976.92 mg/L
atau 2.6%.
Konsentrasi sampel 1% (x):

c. Pengukuran pH
Asap cair (% v/v)
0
100

pH ulangan 1
7.00
3.21

pH ulangan 2
7.00
3.23

Rerata
7.00
3.22

12

Lampiran 3 Kromatogram analisis GC-MS asap cair

Abundance

T IC : S A M P E L .D
7 .9 9
1 .8 e + 0 7

1 .6 e + 0 7
5 .0 5
1 .4 e + 0 7

1 .2 e + 0 7

1e+07
9 .1 1
8000000

6000000
1 0 .1 9

4 .2 25 .2 36 .2 4

4000000

1 1 .0 5

4 .7 0
2000000

5 .8 5
7 .0 3
4 .1 4 5 .3 1
2 .0 0

T im e - - >

4 .0 0

6 .0 0

8 .7 2
8 .9 5
8 .4 7 9 .7 2

8 .0 0

1 0 .0 0

1 1 .7 2

1 2 .0 0

1 4 .0 0

1 6 .0 0

1 8 .0 0

2 0 .0 0

2 2 .0 0

2 4 .0 0

13

Lampiran 4 Perhitungan uji toksisitas asap cair
Konsentrasi
asap cair
(% v/v)
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5

Larva hidup
Rerata
Log
%
larva
Ulangan Ulangan
Konsentrasi Kematian
Rerata
mati
2
3
9
9
9
1
1
10
10
10
0
3.0000
0
7
8
8
2
2.6990
20
0
0
0
10
2.5229
100
0
0
0
10
2.3979
100
0
0
0
10
2.3010
100

Ulangan
1
10
10
9
0
0
0

120%
100%

% kematian

80%
y = – 1,6662x + 4,9456
R² = 0,8527

60%
40%
20%
0%
0
-20%

50% kematian (x):

0,5

1

1,5

2

– log konsentrasi

y = -1.6662x + 4.9456
0.50 = -1.6662x + 4.9356
– 1.6662x = -4.4456
x = 2.6681
– Log x = 2.6681
x = 2.1473 × 10-3
x = 0.2147%

2,5

3

3,5

14

Lampiran 5 Data pengujian TVB-N
Waktu
penyimpanan
(jam)

Konsentrasi
asap cair

8

kontrol

8

8%

8

9%

8

10%

16

kontrol

16

8%

16

9%

16

10%

24

kontrol

24

8%

24

9%

24

10%

32

8%

32

9%

32

10%

Bobot daging
(g)

Vol HCl
(ml)

TVB-N
(mg/100 g)

10.04
10.01
10.00
9.98
9.94
9.98
9.97
10.05

2.40
2.40
2.30
2.20
1.70
1.80
0.80
0.80

12.05
12.09
11.60
11.12
8.62
9.09
4.05
4.01

10.08
10.01
9.99
10.15
10.00
9.95
10.08
10.03

2.80
2.70
2.10
2.30
2.60
2.60
1.80
2.00

14.01
13.60
10.60
11.43
13.11
13.18
9.00
10.05

10.11
10.09
9.98
10.00
10.01
10.09
10.02
10.10

7.40
8.00
4.10
4.80
3.00
3.00
2.20
1.90

36.91
39.98
20.72
24.20
15.11
14.99
11.07
9.49

10.16
9.96
10.13
9.92
10.05
10.14

9.00
8.80
8.20
9.10
8.90
9.10

44.67
44.55
40.82
46.26
44.66
45.25

Rerata TVB-N
(mg/100 g)
12.07
11.36
8.86
4.03

13.80
11.01
13.14
9.53

38.44
22.46
15.05
10.28

44.61
43.54
44.95

15

Lampiran 6 Komposisi media TSB dan NA

Komposisi media TSB / Liter
Pepton C ...........................................................................................................17.0 g
Pepton S .............................................................................................................3.0 g
NaCl ...................................................................................................................5.0 g
K2HPO4 ..............................................................................................................2.5 g
Dekstrosa ............................................................................................................2.5 g
pH akhir: 7.3 ± 0.2 pada 25 °C

Komposisi media NA / Liter
Pepton G .............................................................................................................5.0 g
Ekstrak daging....................................................................................................3.0 g
Agar ..................................................................................................................15.0 g
pH akhir: 6.8 ± 0.2 pada 25 °C

16

Lampiran 7 Analisis ragam dan uji wilayah berganda Duncan hasil uji antibakteri
a. Bakteri S. aureus

Konsentrasi
1
asap cair 0%
asap cair 8%
asap cair 9%
asap cair 10%
kloramfenikol 100 ppm

0.0
1.2
1.0
1.3
2.3

Indeks penghambatan
Ulangan
2
3
4
0.0
0.0
0.0
1.2
1.5
1.2
1.3
1.2
1.5
1.3
1.7
1.5
2.0
1.3
1.8

5
0.0
0.8
1.0
1.3
1.5

Total

Rerata

0.0
5.9
6.0
7.1
8.9
27.9

0.0
1.2
1.2
1.4
1.8
5.6

Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Row 1
Row 2
Row 3
Row 4
Row 5

Count
5
5
5
5
5

ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Within Groups

SS
8.9496
1.184

df
4
20

Total

10.134

24

P
R(5, 20, 0,05)
Nilai DMRT 5%
Konsentrasi
asap cair 0%
asap cair 8%
asap cair 9%
asap cair 10%
kloramfenikol 100 ppm

2
2.95
0.32
Rerata
0.0
1.2
1.2
1.4
1.8

Sum Average Variance
0
0
0
5.9
1.18
0.062
6
1.2
0.045
7.1
1.42
0.032
8.9
1.78
0.157

MS
2.237
0.059

3
3.10
0.34
Kode huruf
a
b
b
bc
d

F
37.79

4
3.18
0.35
Kisaran
0.0–0.32
1.2–1.54
1.4–1.75
1.8–2.15

P-value
5E-09

5
3.25
0.35

F crit
2.8661

17

b. Bakteri E. coli

Konsentrasi
1
asap cair 0%
asap cair 8%
asap cair 9%
asap cair 10%
kloramfenikol 100 ppm

0.0
0.7
1.2
1.5
0.0

Indeks penghambatan
Ulangan
2
3
4
0.0
0.0
0.0
1.0
1.0
0.7
1.3
1.2
0.8
1.5
1.3
0.7
0.0
0.0
0.0

5
0.0
0.7
1.0
1.2
0.0

Total

Rerata

0.0
4.1
5.5
6.2
0.0
15.8

0.0
0.8
1.1
1.2
0.0
3.2

Anova: Single Factor
SUMMARY
Groups
Row 1
Row 2
Row 3
Row 4
Row 5

Count
5
5
5
5
5

Sum

ANOVA
Source of Variation
Between Groups
Within Groups

SS
7.1144
0.7

df
4
20

Total

7.8144

24

2
2.95
0.25

3
3.10
0.26

P
R(5, 20, 0,05)
Nilai DMRT 5%
Konsentrasi
asap cair 0%
asap cair 8%
asap cair 9%
asap cair 10%
kloramfenikol 100 ppm

Rerata
0.0
0.8
1.1
1.2
0.0

0
4.1
5.5
6.2
0

Average Variance
0
0
0.82
0.027
1.1
0.04
1.24
0.108
0
0

MS
1.7786
0.035

F
50.82

4
3.18
0.27

5
3.25
0.27

kode huruf
a
b
c
cd
a

kisaran
0.0–0.25
0.8–1.06
1.1–1.37
1.2–1.47

P-value F crit
3E-10 2.8661