Pengelolaan Taman Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Maros Sulawesi Selatan

PENGELOLAAN TAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN
NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG
MAROS SULAWESI SELATAN

PAUL BRUGMAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Penelitian
Nama
NIM

: Pengelolaan Taman Kupu-Kupu Bantimurung Maros
Sulawesi Selatan
: Paul Brugman
: E34090037


Disetujui oleh

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Taman
Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Maros Sulawesi
Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Paul Brugman
NIM E34090037

ABSTRAK

PAUL BRUGMAN. Pengelolaan Taman Kupu-Kupu di Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung Maros Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh LIN
NURIAH GINOGA dan NOOR FARIKHAH HANEDA.
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung diketahui memiliki jenis kupukupu yang melimpah. Banyak dari jenis ini termasuk endemik dan digolongkan
sebagai jenis dilindungi. Akibat banyaknya pemanfaatan kupu-kupu sebagai
produk komersial dan objek wisata, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
membuat sebuah unit konservasi bernama resort taman kupu-kupu. Sebagai unit
konservasi, taman kupu-kupu menggunakan pendekatan semi intensif dalam
pengelolaannya. Taman kupu-kupu TN Babul memfokuskan pengelolaan pada 3
bagian utama yaitu: perkandangan, tumbuhan pakan, dan reproduksi. Sebanyak 12
jenis (2 famili) dilaporkan telah berhasil ditangkarkan, namun sejak 2013 jenis
yang ditangkarkan menurun menjadi 4 jenis (1 famili). Jenis yang ditangkarkan
dideskripsikan dengan metode venasi sayap dan warna Reichs-Ausschuß für
Lieferbedingungen und Gütesicherung (Panel warna RAL). Tingkat keberhasilan
penangkaran adalah sebesar 16.95%, dianalisa menggunakan tabel kehidupan.
Fase larva merupakan fase yang paling rawan dalam daur hidup kupu-kupu.
Tingkat kematian pada fase ini adalah 80%. Faktor yang paling menentukan
tingkat keberhasilan penangkaran adalah ketersedian pakan.
Kata kunci: konservasi, penangkaran kupu-kupu, semi intensif, tabel kehidupan,
tingkat keberhasilan


ABSTRACT
PAUL BRUGMAN. Management of Butterfly Garden in Bantimurung
Bulusaraung National Park Maros South Sulawesi. Supervised by LIN NURIAH
GINOGA and NOOR FARIKHAH HANEDA.
Bantimurung Bulusaraung National Park has been known for its richness of
butterfly species. Many of these species were endemic and considered as
protected species. Due to its high utilization as a commercial product and object
of tourism, Bantimurung Bulusaraung National Park made a conservation unit
called butterfly garden resort. As a conservation unit, butterfly garden resort used
semi intensive approach in its management system. It focused on 3 main aspects
such as: cage, feed plant, and reproduction. As many as 12 species (belong to 2
families) reported to succesfully reared, but since 2013 reared species have been
reduced down to 4 species (belong to 1 family). These species were described by
using wing cell venation and Reichs-Ausschuß für Lieferbedingungen und
Gütesicherung (RAL color chart). Succes rate for butterlfy rearing was 16.95%,
it’s analyzed by using life table. Larval is the most crucial stage in butterfly life
cycles. Mortality rate for this stage was 80%. The most important factor which
determined succes rate from butterly rearing was feed supply.
Keywords: butterfly rearing, conservation, life table, semi intensive, succes rate


Diketahui

PENGELOLAAN TAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN
NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG
MAROS SULAWESI SELATAN

PAUL BRUGMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
i, MSetua DepTanggal

2014

Judul Skripsi : Pengelolaan Taman Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung Maros Sulawesi Selatan
Nama
: Paul Brugman
NIM
: E34090037

Disetujui oleh

Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Halleluya, ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena
kasih dan pertolongan-Nya maka penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah kupu-kupu dengan fokus penelitian
pengelolaan penangkaran kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu TN Babul, Maros,
Sulawesi selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Ir. Lin Nuriah Ginoga, MSi dan
ibu Dr. Ir. Noor Farikhah Haneda, MSc selaku pembimbing. Penghargaan juga
penulis sampaikan kepada Maiser Syaputra, S.Hut, MSi, yang telah membantu
dan memberikan bimbingan. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada
bapak Ir. Sri Winenang, MM dari Balai Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung beserta staf, rekan-rekan dari Resort Taman Kupu-kupu, temanteman dari Universitas Negeri Makassar dan Universitas Muhammadiyah
Makassar, yang telah membantu memberikan saran, kritik, dan pertolongan
selama penulis mengumpulkan data. Terima kasih juga penulis sampaikan untuk
rekan-rekan dari KPK Sarpedon HIMAKOVA dan “Anggrek Hitam 46” untuk
setiap pengalaman dan ilmu yang didapatkan. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman atas
segala dukungan doa, semangat, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Paul Brugman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Bioekologi Kupu-Kupu

2

Konservasi kupu-kupu

5

METODE

6


Lokasi dan Waktu Penelitian

6

Bahan

7

Alat

7

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

7

Prosedur Analisis Data

9


HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Jenis Kupu-kupu yang Ditangkarkan

9

Morfologi Kupu-kupu yang Ditangkarkan

10

Perkandangan

17

Tanaman dan Pakan Tambahan

20

Reproduksi

22

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kupu-kupu yang dilindungi di Indonesia
Data primer yang diambil
Tabel kehidupan
Kupu-kupu yang ditangkarkan oleh taman kupu-kupu TN Babul
Jumlah jenis yang ditangkarkan pada beberapa penangkaran di
Indonesia
Perbedaan jenis kandang pada beberapa penangkaran
Tanaman pakan larva
Tanaman pakan imago
Lama fase larva pada beberapa jenis yang ditangkarkan
Lama fase pupa pada beberapa jenis yang ditangkarkan
Lama fase imago pada beberapa jenis yang ditangkarkan
Metode pencegahan hama dan penyakit
Tingkat keberhasilan umum
Tabel kehidupan Pachliopta polyponthes
Tingkat keberhasilan penangkaran

6
7
8
9
10
19
20
21
23
23
24
25
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Segmentasi tubuh pada kupu-kupu
Alat reproduksi kupu-kupu jantan dan betina
Lokasi penelitian
Panjang Sayap dan Venasi Sel Sayap Kupu-Kupu, L: panjang sayap
depan, A: basal, B: discal/central, C: submarginal, D: marginal, E:
costal, F: apical, G: subapical, H: tornus, I: dorsal, X: sayap depan,
Y: sayap belakang
Troides helena (a) jantan (b) betina
Troides haliphron (a) jantan (b) betina
Troides hypolitus (a) jantan (b) betina
Papilio ascalaphus (a) jantan (b) betina
Papilio sataspes (a) jantan (b) betina
Papilio polytes (a) jantan (b) betina
Papilio gigon (a) jantan (b) betina
Papilio demoleus
Pachliopta polyponthes
Graphium agamemnon
Catopsilia pomona (a) jantan (b) betina
Catopsilia scylla (a) jantan (b) betina
Contoh (a) dan sketsa (b) kandang pemeliharaan telur dan ulat
Contoh (a) dan sketsa (b) kandang pemeliharaan pupa
Contoh (a) dan sketsa (b) kandang imago
Preferensi pakan Troides helena dewasa
Peluang hidup Troides helena, Pachliopta polyponthes, Troides
hypolitus, dan Troides haliphron di penangkaran

3
4
6

8
11
11
12
13
13
14
14
15
15
15
16
17
17
18
18
22
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Suhu udara di dalam laboratorium kupu-kupu, taman kupu-kupu TN
Babul bulan Agustus-Oktober 2013
Jenis-jenis pakan larva
Jenis-jenis pakan imago
Daftar warna German Reichs-Ausschuß für Lieferbedingungen und
Gütesicherung (RAL) yang digunakan

32
33
34
35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alfred Russel Wallace dalam bukunya “The Malay Archipelago”
mengungkapkan bahwa Pulau Sulawesi (Celebes) adalah wilayah yang memiliki
keanekaragaman kupu-kupu endemis cukup tinggi. Jumlah jenis endemis yang
ditemukan mencapai 18 dari 24 jenis untuk Famili Papilionidae. Famili Pieridae
menyumbangkan 19 jenis endemis dari 30 jenis yang ditemukan, sedangkan
Nymphalidae memiliki 35 jenis endemis dari 48 jenis yang diketahui. Jika
dibandingkan dengan wilayah lainnya seperti Jawa, Kalimantan, dan Papua maka
persentase jenis endemik dari Famili Papilionidae dan Pieridae adalah yang
tertinggi dengan persentase mencapai 69% (Wallace 1869).
Salah satu lokasi yang memiliki keanekaragaman jenis kupu-kupu tinggi di
Sulawesi adalah Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul), Maros,
Sulawesi Selatan. Mattimu et al. (1977) dalam TN Babul (2008) mengungkapkan
bahwa dengan jenis-jenis endemik yang terdapat di TN Babul antara lain : Papilio
blumei, P. polites, P. sataspes, Troides haliphron, T. helena, T. hypolitus, dan
Graphium androcles. Jumlah jenis kupu-kupu yang ada di TN Babul mengalami
beberapa perubahan. Kegiatan inventarisasi yang dilakukan Mattimu et al. (1977)
diacu dalam TN Babul (2008) mendapatkan 103 jenis kupu-kupu. Data dari TN
Babul menunjukkan terjadinya trend kenaikan jumlah jenis kupu-kupu mulai dari
133 jenis (2010), 194 jenis (2011) dan 200 jenis (2013). Penelitian yang dilakukan
oleh Sumah (2012) menyebutkan terdapat 144 jenis kupu-kupu.
Peranan yang dimiliki oleh kupu-kupu tidak hanya sebagai satwa polinator,
namun juga sebagai obyek daya tarik wisata dan koleksi. Potensi yang dimiliki
oleh kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul telah dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar TN Babul lebih banyak
mengambil stock di alam liar.
Antisipasi perlu dilakukan sehingga stock kupu-kupu yang ada di alam tetap
lestari. Beberapa penangkaran yang telah didirikan pihak swasta telah berhasil
melakukan konservasi terhadap beberapa jenis kupu-kupu contohnya, Bali
Butterfly Park di Bali, Penangkaran Kupu-Kupu Cihanjuang di Bandung, serta
taman kupu-kupu milik Wana Wisata Curug Cilember di Bogor. TN Babul di
dalam Rencana Strategis tahun 2010-2014 mengungkapkan perlunya penangkaran
semi insitu dan pembangunan demplot kupu-kupu sehingga kegiatan pemanfaatan
dapat terkontrol. Sebagai penangkaran yang dikelola oleh pemerintah maka
Taman Kupu-Kupu TN Babul dapat menjadi pilot project pemerintah dan
dibandingkan hasilnya dengan penangkaran milik swasta. Perbandingan yang
dilakukan dapat dijadikan evaluasi pengelolaan penangkaran bagi kedua pihak.
Pengelolaan penangkaran yang tepat akan memberi manfaat bagi banyak
pihak. Sediaan kupu-kupu terutama jenis langka dan dilindungi tetap dapat hidup
lestari. Populasi kupu-kupu yang berlebih dapat dipanen lalu dijadikan produk
bernilai ekonomis. Potensi kupu-kupu juga dapat dikembangkan sebagai objek
edukasi, ekowisata dan penelitian.

2
Perumusan Masalah
Potensi kupu-kupu yang melimpah di TN Babul merupakan sumberdaya
yang harus dikelola secara baik agar terjaga kelestarian sekaligus memberikan
manfaat. Pemilihan teknik konservasi melalui penangkaran memungkinkan pihak
TN Babul untuk lebih leluasa dalam mengembangkan cara-cara penangkaran yang
tepat terutama untuk jenis yang langka dan dilindungi. Penelitian teknik
penangkaran kupu-kupu dapat menjadi salah satu solusi untuk mengetahui
pengelolaan penangkaran kupu-kupu yang tepat.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis yang
ditangkarkan di Taman Kupu-Kupu TN Babul, mengkaji sistem dan teknik
penangkaran serta menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan penangkaran kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu TN Babul, dan
membandingkan tingkat keberhasilan Taman Kupu-Kupu TN Babul dengan
beberapa penangkaran kupu-kupu milik swasta di Jawa dan Bali.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai masukan
untuk perbaikan teknik penangkaran di Taman Kupu-Kupu TN Babul. Selain itu,
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian dengan topik yang sama

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pengamatan dan analisa terhadap aspek biologi
kupu-kupu di Taman Kupu-Kupu TN Babul seperti : identifikasi jenis kupu-kupu,
pengamatan morfologi kupu-kupu, pengamatan perilaku, serta siklus hidup kupukupu. Aspek penangkaran kupu-kupu yang diteliti meliputi : pengelolaan pakan,
pengelolaan kandang, pengelolaan kesehatan, serta teknik budidaya yang dipakai.
Aspek tambahan yang dikaji adalah jenis pemanfaatan yang dilakukan serta nilai
ekonominya.

TINJAUAN PUSTAKA
Bioekologi Kupu-Kupu
Klasifikasi kupu-kupu
Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong dalam Ordo Lepidoptera.
Jenis yang ada didalam ordo ini mempunyai sayap yang memiliki struktur seperti
sisik. Lepidoptera sendiri berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata
yaitu lepido (sisik) dan pteron (sayap). Jenis kupu-kupu memiliki presentase

3
kurang dari 12% jika dibandingkan dengan total 155.000 jenis yang dimiliki Ordo
Lepidoptera (Peggie 2011).
Secara ilmiah, kupu-kupu terbagi menjadi 5 famili utama (Orr dan Kitching
2010).
Dunia
:
Animalia
Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Insecta
Ordo
:
Lepidoptera
Sub ordo
:
Rhopalocera
Famili
:
Hesperiidae, Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae,
dan Lycaenidae
Morfologi kupu-kupu
Kupu-kupu dewasa memiliki 3 bagian utama pada tubuhnya yaitu : head,
thorax, dan abdomen (Braby 2004) . Klasifikasi ini juga sama dengan jenis dari
kelas insecta lainnya. Pada bagian kepala dapat ditemukan mata majemuk, yaitu
mata yang terdiri dari ratusan lensa yang berbentuk heksagonal atau dikenal
dengan nama facet. Mata yang dimiliki oleh kupu-kupu sudah mampu mengenali
warna, bentuk, bahkan dapat mendeteksi pergerakan. Lidah yang dimiliki oleh
kupu-kupu memiliki ciri khas yaitu dapat dilipat, organ ini dinamakan proboscis.
Bagian dada merupakan tempat melekatnya kaki dan sayap kupu-kupu.
Dada kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian yang disebut prothorax, mesothorax,
dan metathorax. Setiap bagian pada segmentasi dada dilengkapi dengan 1 pasang
kaki. Bagian mesothorax dan metathorax merupakan tempat melekatnya sayap
kupu-kupu (Gambar 1).
Abdomen atau perut merupakan tempat melekatnya organ reproduksi dari
kupu-kupu. Organ ini terletak pada bagian 3 segmen terakhir dari total 10 segmen
pada abdomen. Kupu-kupu jantan dapat dikenali dengan adanya capit pada ujung
perutnya (Gambar 2).

Gambar 1 Segmentasi tubuh pada kupu-kupu
Gambar direproduksi dari Braby (2004)

4

Gambar 2 Alat reproduksi kupu-kupu jantan dan betina
Gambar direproduksi dari Orr &
Kitching (2010)
Daur hidup kupu-kupu
Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.
Kupu-kupu dewasa (imago) merupakan salah satu dari beberapa tahap dalam daur
hidup kupu-kupu. Secara umum ada 4 tahap yang dilalui oleh kupu-kupu semasa
hidupnya. Tahap itu meliputi telur, ulat, kepompong, dan kupu-kupu dewasa
(Whalley 2000).
Telur kupu-kupu umumnya berukuran kecil. Bentuk dan corak dari tiap
jenis kupu-kupu berbeda dan sangat bergantung kepada jenisnya. Telur kupu-kupu
diletakkan oleh induknya pada tumbuhan inang yang sekaligus menjadi makanan
saat telur-kupu menjadi ulat. Waktu yang dibutuhkan bagi telur sebelum berubah
menjadi ulat umumnya kurang dari seminggu (Allen et al. 2005). Keluarnya ulat
dari cangkang telur sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu jam (Orr dan
Kitching 2010).
Ulat yang keluar dari telur umumnya langsung mencari makanan. Beberapa
jenis bahkan memakan cangkangnya sendiri sebelum mencari makanan lain. Ulat
dapat mengalami pergantian kulit bervariasi sesuai dengan jenisnya. Secara umum
ulat dapat melakukan pergantian kulit sebanyak 5 kali (instar) (Brock dan
Kaufman 2006). Pergantian kulit terakhir akan mengubah ulat menjadi pupa. Ulat
merupakan fase yang paling lama dalam siklus hidup kupu-kupu.
Kepompong atau pupa adalah fase pasif. Selama fase ini kupu-kupu akan
diam dalam sebuah cangkang. Waktu yang diperlukan selama kupu-kupu berada
dalam cangkang umumnya bervariasi mulai dari 1-2 minggu tergantung jenisnya
(Orr dan Kitching 2010).
Kupu-kupu akan keluar dari dalam kepompong setelah semua organnya
telah siap. Umumnya kupu-kupu akan keluar dari dalam kepompong pada waktu
pagi hari (Woodhall 2005). Saat keluar dari kepompong kupu-kupu akan
memompa haemolymph ke seluruh bagian sayap melalui vena sehingga sayap
akan mengeras. Kupu-kupu membutuhkan waktu 1-2 jam hingga sayapnya benarbenar kuat dan siap untuk terbang (Brock dan Kaufman 2006).

5
Konservasi kupu-kupu
Penangkaran kupu-kupu
Pola dan strategi konservasi jenis/populasi terbaik adalah dengan melakukan
kegiatan konservasi di habitat asli dan alami. Pola ini dikenali dengan nama
konservasi in-situ. Pola ini sangat cocok untuk dipakai dalam pelestarian jangka
panjang sumberdaya hayati (Indrawan et al. 2007). Namun, pada beberapa jenis
dengan jumlah sangat sedikit, habitat yang sudah tidak mendukung serta memiliki
pola pergerakan yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif kawasan
konservasi, pola ini tidak dapat diterapkan. Metode yang dipakai adalah
menempatkan jenis dalam satu lingkungan yang dimodifikasi agar peluang hidup
dari jenis bertambah. Strategi ini disebut konservasi ex-situ atau konservasi diluar
habitat aslinya. Salah satu teknik yang dihasilkan oleh konservasi ex-situ disebut
penangkaran.
Pada Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar disebutkan bahwa penangkaran adalah upaya
pengembangan tumbuhan dan satwaliar dengan tetap memelihara kemurnian
jenisnya. Bentuk penangkaran dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu
penangkaran intensif (game farming) serta penangkaran ekstensif (game
ranching) (Alikodra 2010). Perbedaan utama dari kedua jenis penangkaran ini
ditentukan oleh pengelola. Penangkaran intensif diperlukan untuk melakukan
domestikasi sehingga hasilnya digunakan untuk keperluan manusia. Penangkaran
ekstensif dilakukan untuk memenuhi keperluan restocking satwa liar di habitat
alaminya.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam pengembangan komoditi
satwa liar melalui penangkaran adalah (Alikodra 2010): (1) Objek satwaliar,
meliputi populasi di alam serta kondisi jenis; (2) Penguasaan ilmu dan teknologi
tentang ekologi satwaliar yang di kembangkan; (3) Tenaga kerja yang terampil
dalam melakukan kegiatan pengembangan; (4) Kondisi sosial budaya masyarakat .
Penangkaran kupu-kupu dapat berjalan dengan baik jika tujuan awal pengelolaan
ditetapkan dengan tegas dan jelas. Kriteria yang dibutuhkan juga perlu dilengkapi
sehingga tidak menjadi masalah saat program pengembangan sudah berjalan.
Aturan perlindungan kupu-kupu
Perlindungan terhadap beberapa jenis kupu-kupu diperlukan karena
tingginya permintaan pasar terhadap kupu-kupu dan produk olahannya. Harga
yang tinggi akan mengakibatkan naiknya aktivitas perburuan. Tanpa kontrol yang
ketat, populasi kupu-kupu di alam terancam punah.
Appendix I dan II CITES mengatur perlindungan terhadap semua jenis dari
marga Ornithoptera (11 jenis), Trogonoptera (2 jenis), serta Troides (20 jenis).
Selain itu pemerintah melalui PP no. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar serta UU no. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati memberikan perlindungan terhadap enam dari sembilan
jenis Ornithoptera, satu jenis Trogonoptera, serta 12 dari 15 jenis Troides yang
ada di Indonesia. Satu jenis tambahan yang tidak termasuk dalam appendix
CITES namun dilindungi di Indonesia adalah Kupu-Kupu Sayap Renda Sulawesi
(Cethosia myrina) (Tabel 1).

6
Tabel 1 Kupu-kupu yang dilindungi di Indonesia
Spesies
Cethosia myrina
Ornithoptera aesacus
O. chimaera
O. croesus
O. goliath
O. meridionalis
O. paradisea
O. priamus
O. rothschildi
O. tithonus
Trogonoptera brokiana
Troides amphrysus
T. andromache
T. criton
T. cuneifera
T. dohertyi
T. haliphron
T. helena
T. hypolitus
T. miranda
T. oblongomacolatus
T. plato
T. prattorum
T. riedeli
T. vandepolli

CITES Appendix II

























Dilindungi di Indonesia




















METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Taman Kupu-Kupu TN Babul (Gambar 3),
Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan selama
bulan Agustus – Desember 2013.

Gambar 3 Lokasi penelitian

7
Bahan
Bahan yang digunakan selama penelitian meliputi semua individu kupukupu yang ada dalam Taman Kupu-Kupu TN Babul.

Alat
Alat yang dipergunakan dalam penelitian meliputi : buku identifikasi kupukupu TN Babul, kamera digital Fujifilm Finepix HS 30 EXR, laptop ASUS seri
A53S, software Microsoft office 2007, meteran gulung, termometer alkohol, alat
tulis, alat pengawetan kupu-kupu dan jaring serangga.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan melalui pengamatan, pengukuran,
dan wawancara secara langsung terkait dengan objek studi di lokasi penelitian.
Wawancara dilakukan pada pihak pengelola Taman Kupu-Kupu TN Babul dengan
metode in-deep interview. Data yang diambil merujuk pada Syaputra (2011)
dengan beberapa perubahan (Tabel 2).
Tabel 2 Data primer yang diambil
Jenis data
A.

B.

C.

D.

E.

Kupu-kupu
1. Identifikasi jenis
2. Morfologi kupu-kupu
Perkandangan
1. Jenis kandang
2. Fasilitas kandang
3. Kondisi fisik kandang
Tanaman pakan dan pendukung
1. Jenis tanaman
2. Perbanyakan tanaman
3. Pengaturan tanaman
Penangkaran
1. Pengelolaan reproduksi
2. Pengelolaan kesehatan
3. Pakan tambahan
4. Tingkat keberhasilan
Pemanfaatan
1. Bentuk pemanfaatan
2. Nilai ekonomi

Metode Pengumpulan Data
Pengamatan Pengukuran Wawancara



-

-

-









-








-










-








-

-




Identifikasi jenis kupu-kupu menggunakan teknik deskripsi anatomi awetan
yang telah tersedia (Dephut 1990). Jenis yang teridentifikasi dicatat sesuai nama
latin, umum, dan nama lokalnya. Spesimen difoto dan hasilnya diolah menjadi

8
gambar berskala. Pengukuran panjang dan venasi sel sayap (Otsuka 1988)
digunakan untuk mengetahui perbedaan spesifik antar jenis (Gambar 4).
Identifikasi warna pada venasi sayap menggunakan standar warna
German Reichs-Ausschuß für Lieferbedingungen und Gütesicherung (RAL color)
(Lampiran 4).
Jenis kandang yang digunakan oleh Taman Kupu-Kupu TN Babul akan
dicatat sesuai dengan fungsi utama serta dibuat sketsanya. Tanaman pakan dan
pendukung yang digunakan dicatat dalam nama latin, umum, dan lokal. Sistem
perkawinan kupu-kupu dicatat untuk setiap jenisnya. Jumlah individu tiap fase
serta lama fase dibuat rataannya. Jenis penyakit yang menyerang kupu-kupu
dicatat namanya, cara pengobatan, serta pencegahannya. Pakan tambahan yang
dibutuhkan kupu-kupu didata, begitu pula dengan unsur yang terkandung, tujuan
pemberian, serta manfaat dari pakan.
Tingkat keberhasilan diukur menggunakan tabel kehidupan mengacu pada
Price et al. (2011) dengan parameter yang tersaji di Tabel 3. Aspek tambahan
yang dicatat adalah jenis pemanfaatan yang dilakukan beserta nilai ekonominya.
Tabel 3 Tabel kehidupan
x
Telur
Larva
Pupa
Imago

lx

Keterangan:
x = kelas umur
lx = jumlah individu yang hidup pada
interval x
dx = jumlah individu yang mati pada
interval x

dx

qx

px

Px

qx = peluang kematian pada interval x (dx qx-1)
px = peluang hidup pada interval x (1-qx)
Px = peluang hidup kumulatif pada interval x
[(px Px)n-1]

X

Y

Gambar 4 Panjang Sayap dan Venasi Sel Sayap Kupu-Kupu, L: panjang
sayap depan, A: basal, B: discal/central, C: submarginal, D:
marginal, E: costal, F: apical, G: subapical, H: tornus, I: dorsal,
X: sayap depan, Y: sayap belakang
Gambar direproduksi dari Otsuka (1988)

9
Data sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam penelitian
namun tidak diambil langsung dari objek studi. Data sekunder yang dipakai dalam
penelitian ini meliputi sejarah Taman Kupu-Kupu TN Babul, kondisi umum
kawasan TN Babul, kebijakan/peraturan yang berkaitan dengan penangkaran, data
pengelolaan penangkaran kupu-kupu Bali Butterfly Park dan Taman Kupu-Kupu
Cilember, serta pustaka terkait yang terkait dengan kupu-kupu. Pengambilan data
sekunder dilakukan dengan studi pustaka.

Prosedur Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah kualitatif dan deskriptif. Data yang didapat
disederhanakan dalam kelas-kelas data. Data juga ditampilkan dalam bentuk
tabulatif sehingga mudah untuk dibandingkan. Penyajian data diberikan secara
naratif dengan tambahan gambar, bagan, dan tabel. Prosedur akhir adalah
penarikan kesimpulan tentang pengelolaan Taman Kupu-kupu TN Babul secara
umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Kupu-kupu yang Ditangkarkan
Kupu-kupu yang telah berhasil ditangkarkan oleh Taman Kupu-Kupu TN
Babul berjumlah 12 jenis dari 2 famili yaitu Papilionidae dan Pieridae (Tabel 4).
Pada tahun 2013 jenis-jenis yang ditangkarkan secara intensif terdiri dari 4 jenis
yaitu: Troides helena, T. haliphron, T. hypolitus, dan Pachliopta polyponthes.
Tabel 4 Kupu-kupu yang ditangkarkan oleh taman kupu-kupu TN Babul
No Nama jenis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
(a)

Troides helena
T. haliphron
T. hypolitus
Papilio ascalaphus
P. sataspes
P. polytes
P. gigon
P. demoleus
Pachliopta polyponthes
Graphium agamemnon
Catopsilia pomona
C. scylla

Panjang sayap (a)
Status
Jantan
Betina
(b)
Perlindungan
(mm)
(mm)
79
88
I,II
71
72
I,II
76
96
I,II
76
75
69
70
55
61
68
66
50
54
57
54
43
43
35
30
37
35
-

Famili
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Papilionidae
Pieridae
Pieridae
(b)

I: Jenis dilindungi berdasarkan PP No 7
Pengukuran dilakukan terhadap satu spesimen,
Tahun 1999, II: Jenis termasuk dalam CITES Appendix II

10
Departemen kehutanan (2003) menyebutkan bahwa pemilihan jenis kupukupu yang akan ditangkarkan perlu memperhatikan beberapa faktor antara lain :
(1) Jenis yang akan ditangkarkan memiliki nilai ekonomi sehingga dapat
menutupi biaya dan memberikan keuntungan bagi penangkar; (2) Jenis yang akan
ditangkarkan diketahui mengalami penurunan populasi di alam sehingga perlu
mendapat prioritas konservasi. Pemilihan jenis yang ditangkarkan oleh Taman
Kupu-Kupu TN Babul dilakukan berdasarkan tingkat perlindungan jenis,
ketersediaan di alam, serta tersedianya pakan yang memadai. Pemilihan jenis
berdasarkan tingkat perlindungan menjadi prioritas utama bagi Taman Kupu-kupu
TN Babul. FSW (2005) menyatakan bahwa konservasi jenis yang dilindungi perlu
menjadi prioritas karena laju kepunahan jenis di alam saat ini jauh di atas laju
kepunahan alami. Pada beberapa penangkaran kupu-kupu yang ada di Jawa dan
Bali, pemilihan jenis untuk ditangkarkan didasarkan pada penguasaan teknik
penangkaran, aspek estetis dan permintaan pasar. Jumlah jenis yang ditangkarkan
bervariasi mulai dari 4-15 jenis, tergantung pada luasan dan kebijakan masingmasing penangkaran (Tabel 5).
Tabel 5
No
1
2
3
4
(a)

Jumlah jenis yang ditangkarkan pada beberapa penangkaran di
Indonesia

Nama
Taman Kupu-kupu TN
Babul
Bali Butterfly Park (a)
Taman Kupu-kupu
Cilember (b)
Taman Mini Indonesia
Indah (b)
Syaputra (2011),

(b)

Lokasi
Maros, Sulawesi
selatan
Tabanan, Bali
Bogor, Jawa Barat
Jakarta

Luas (m2)
7 000

Jumlah jenis
12

3 700
500

15
4

500

5

Dewi (2003)

Morfologi Kupu-kupu yang Ditangkarkan
Famili Papilionidae
Papilioniade merupakan satu-satunya famili dari serangga yang termasuk
satwa prioritas konservasi IUCN Red Data Book (Vane-Wright dan De Jong
2003). Jumlah jenis yang berasal dari famili ini adalah 550 jenis dan terbagi dalam
3 sub famili. Jenis dari famili ini hidup secara kosmopolitan. Pakan larva dari
jenis ini sebagian besar merupakan tumbuhan dari suku Annonaceae,
Aristholociaceae, Lauraceae, Magnoliaceae, dan Rutaceae (Vane-Wright dan De
Jong 2003). Ciri-ciri umum dari jenis ini adalah ukuran tubuh sedang hingga besar
(Woodhall 2005), memiliki pola warna yang tegas dan penuh warna (Glassberg
2001), serta perpanjangan sayap berbentuk ekor pada bagian sayap belakang
(Folsom 2009).

11
Troides helena Felder dan Felder, 1864
T. helena merupakan salah satu kupu-kupu dengan ukuran besar, panjang
sayap mencapai 79 mm untuk jantan dan 88 mm untuk betina (Gambar 5). Sayap
depan untuk jenis ini didominasi warna graphite black pada bagian basal dan
traffic black pada bagian apical. Pada betina, terdapat variasi bercak berwarna
traffic white yang mengelilingi vena pada bagian discal. Pada sayap belakang,
bercak besar berwarna traffic yellow dapat ditemukan mulai dari basal hingga
submarginal. Khusus pada betina, terdapat bercak berwarna traffic black yang
memanjang pada bagian submarginal.

(a)
(b)
Gambar 5 Troides helena (a) jantan (b) betina
Troides haliphron Boisduval, 1836
T. haliphron yang memiliki panjang sayap 71 mm untuk jantan dan 72 mm
untuk betina tergolong dalam kupu-kupu ukuran besar (Gambar 6). Pola warna
pada sayap depan didominasi warna graphite black dan black brown. Vena pada
sayap depan berwarna black brown. Sayap belakang juga didominasi oleh warna
graphite black untuk jantan dan traffic black pada betina. Pada bagian discal jenis
ini terdapat bercak berwarna traffic yellow. Pada betina bercak tersebut tersebut
ditimpa oleh bercak-bercak berwarna graphite black yang melingkar di sisi luar
discal.

(a)
(b)
Gambar 6 Troides haliphron (a) jantan (b) betina

12
Troides hypolitus Rothschild, 1895
Panjang sayap T. hypolitus mencapai 79 mm untuk jantan. Pada betina
panjang sayap yang diukur mancapai 96 mm (Gambar 7). Hal ini membuat T.
hypolitus menjadi kupu-kupu paling besar yang ada di penangkaran. Pola warna
pada sayap depan T. hypolitus mengikuti pola umum yang dimiliki oleh jenis dari
genus troides, yaitu di dominasi warna traffic black dan graphite black pada
bagian basal hingga discal. Bagian vena pada discal dikelilingi oleh bercak
berwarna pearl light grey. Bagian sayap belakang pada kupu jantan juga
didominasi oleh warna grey brown kecuali pada bagian marginal, costal, apical
dan dorsal. Bagian-bagian tersebut diisi oleh bercak berwarna rape yellow. Ciri
khas dari jenis ini dapat ditemukan pada bagian abdomen atas kupu jantan yang
mempunyai bercak orange. Kupu betina dari jenis ini juga didominasi warna
traffic black pada sayap depan. Vena pada bagian discal dan submarginal
berwarna traffic black dengan dikeliling bercak pearl light grey. Pada sayap
belakang pola warna dominan adalah grey brown, kecuali pada costal dan apical.
Pada bagian ini terdapat bercak rape yellow beralur dengan bercak traffic black di
tengahnya.

(a)
(b)
Gambar 7 Troides hypolitus (a) jantan (b) betina
Papilio ascalaphus Boisduval, 1836
P. ascalaphus mempunyai panjang sayap yang tidak terlalu berbeda ukuran
antara jantan dan betinanya (Gambar 8). Pada jantan panjang sayap mencapai 75
mm, sedangkan pada betina mencapai 76 mm. Bagian basal pada sayap depan
jenis ini didominasi oleh warna graphite black. Pada bagian discal hingga
submarginal kupu jantan didominasi oleh graphite black sedangkan betina
berwarna traffic white. Pada bagian marginal kupu jantan, terdapat bercak
berwarna tarpaulin grey yang berbentuk sisir. Sayap belakang jenis ini
didominasi oleh warna graphite black untuk jantan dengan bercak berwarna light
green memanjang di bagian marginal hingga tornus, sedangkan pada betina
terdapat bercak berwarna dahlia yellow pada bagian marginal hingga apical.

13

(a)
(b)
Gambar 8 Papilio ascalaphus (a) jantan (b) betina
Papilio sataspes Felder dan Felder, 1864
Panjang sayap kupu jantan dari jenis ini mencapai 69 mm. Pada kupu betina
panjang sayap mencapai 70 mm (Gambar 9). Sayap depan dari jenis ini berwarna
graphite black, mulai dari bagian basal hingga marginal. Kupu betina juga
memiliki warna graphite black. Sayap belakang pada jenis ini juga masih di
dominasi oleh graphite black, kecuali bercak berwarna pure white pada discal
bagian hingga costal. Khusus untuk jantan terdapat sepasang bercak berwarna sun
yellow pada bagian dorsal.

(a)
(b)
Gambar 9 Papilio sataspes (a) jantan (b) betina
Papilio polytes Linnaeus, 1758
Kupu jantan P. polytes memiliki panjang sayap 55 mm, sedangkan betina 61
mm. Sayap depan jenis ini didominasi oleh warna traffic black (Gambar 10).
Kupu jantan memiliki bercak berwarna pure white yang memanjang secara
diagonal di bagian marginal, sedangkan pada kupu betina, terdapat bercak pure
white yang mengelilingi vena pada bagian discal. Sayap belakang kupu jantan
juga didominasi oleh warna traffic black. Terdapat bercak berwarna pure white
yang menyilang sepanjang discal hingga bagian apical. Pada kupu betina bagian
basal berwarna traffic black. Bagian discal berwarna traffic white dengan bercak
bright red orange pada sisi atas. Bercak berwarna bright red orange juga
ditemukan pada bagian marginal, apical dan dorsal.

14

(a)
(b)
Gambar 10 Papilio polytes (a) jantan (b) betina
Papilio gigon Felder dan Felder, 1864
P. gigon jantan memiliki panjang sayap 68 mm. Pada betina panjang sayap
lebih kecil yaitu 66 mm (Gambar 11). Sayap depan dari jenis ini berwarna traffic
black dengan variasi bercak pure white yang memanjang mulai submarginal
bawah, subapical, dan berakhir pada apical. Sayap belakang berwarna traffic
black pada bagian basal. Bercak pure white yang memanjang terdapat pada
bagian discal. Bercak ini menyambung dengan bercak pure white yang ada pada
sayap bagian depan. Pada bagian submarginal juga terdapat bercak pure white
yang memanjang hingga bagian costal. Sepasang bercak berwarna light ivory
dapat ditemukan pada bagian tornus jenis ini.

(a)
(b)
Gambar 11 Papilio gigon (a) jantan (b) betina
Papilio demoleus Linnaeus, 1758
Panjang sayap P. demoleus jantan dapat mencapai 54 mm untuk jantan dan
50 mm pada betina (Gambar 12). Warna dasar yang dimiliki oleh jenis ini adalah
umba grey. Pada sayap depan, bercak berwarna green beige dapat ditemukan pada
bagian basal hingga apical. Sayap belakang dari jenis ini juga masih didominasi
oleh warna umba grey. Bercak berwarna green beige dapat ditemukan pada
bagian discal. Area submarginal berwarna umba grey dengan bercak green beige
yang tersebar merata. Bercak berwarna distant blue dapat ditemukan pada bagian
costal dan tornus.

15

Gambar 12 Papilio demoleus
Pachliopta polyponthes Boisduval, 1836
P. polyponthes memiliki panjang sayap 57 mm untuk jantan dan 54 mm
untuk betina (Gambar 13). Area basal pada jenis ini berwarna graphite black.
Warna traffic white menjadi dominan pada bagian discal. Warna graphite black
pada vena membuat warna traffic white pada bagian ini menjadi kontras. Pada
bagian marginal warna graphite black kembali menjadi dominan. Sayap belakang
jenis ini berwarna graphite black, terutama pada bagian basal. Area discal
berwarna silk grey, sedangkan submarginal berwarna graphite black. Bercak
berwarna tomato red tersebar mulai dari bagian submarginal, costal, apical, dan
tornus.

Gambar 13 Pachliopta polyponthes
Graphium agamemnon Linnaeus, 1758
G. agamemnon memiliki ukuran sayap yang sama antara jantan dan
betinanya yaitu 43 mm (Gambar 14). Warna dominan yang dimiliki oleh jenis ini
adalah graphite black. Jenis ini memiliki keunikan yaitu bercak berwarna green
beige yang tersebar secara merata pada seluruh bagian sayap.

Gambar 14 Graphium agamemnon

16
Famili Pieridae
Jenis dari famili ini dapat diketahui dari warna dominan berupa kuning dan
putih pada sayapnya. Kupu-kupu dari famili ini biasa juga disebut white-yellow.
Umumnya ukuran kupu-kupu dari famili ini tergolong kecil hingga sedang (Braby
2004) . Jumlah jenis dari famili ini mencapai 1200 jenis, terbagi dalam 60 genus
dari 4 subfamili (Vane-Wright dan De Jong 2003). Pakan larva dari famili ini
sebagian besar berasal dari famili Asteraceae, Brassicaceae, Capparaceae,
Fabaceae, Loranthaceae, Rhamnaceae, Santalaceae and Zygophyllaceae;
Coniferales (Vane-Wright dan De Jong 2003).
Catopsilia pomona Fabricius, 1775
Panjang sayap C. pomona bervariasi mulai dari 35 mm untuk jantan dan 30
mm untuk betina (Gambar 15). Pola warna pada sayap depan jenis ini didominasi
oleh warna silk grey untuk bagian basal hingga submarginal. Kupu betina
memiliki bercak berwarna clay brown yang tersebar pada bagian discal dan
submarginal. Warna clay brown ditemukan pada bagian marginal, apical dan
subapical dari jenis ini.
Sayap belakang jantan dari jenis ini dipenuhi oleh warna traffic yellow
mulai dari basal hingga apical. Kupu betina memiliki variasi yang berbeda dari
jantan pada bagian sayap belakang. Bagian basal berwarna silk grey sedangkan
discal hingga submarginal berwarna traffic yellow. Warna clay brown dapat
ditemukan pada bagian marginal. Warna traffic yellow kembali menjadi dominan
pada bagian costal. Apical, dan tornus. Warna silk grey dapat ditemukan pada
bagian dorsal.

(a)
(b)
Gambar 15 Catopsilia pomona (a) jantan (b) betina
Catopsilia scylla Linnaeus, 1763
Kupu jantan memiliki panjang sayap 37 mm, sedangkan kupu betina
memiliki panjang sayap 35 mm (Gambar 16). Jenis ini berwarna sulfur yellow
pada seluruh bagian sayap, sayap depan dan sayap belakang. Pada kupu betina
ditemukan bercak berwarna clay brown pada bagian submarginal sayap depan dan
marginal sayap belakang.

17

(a)
(b)
Gambar 16 Catopsilia scylla (a) jantan (b) betina
Perkandangan
Jenis kandang
Kandang yang dimiliki oleh Taman Kupu-Kupu TN Babul terbagi dalam 3
kelompok besar, yaitu kandang untuk telur dan larva, pemeliharaan pupa, dan
display untuk imago. Sihombing (1999) menyatakan bahwa aspek perkandangan
merupakan salah satu prasarana utama yang perlu disediakan terutama untuk tipe
penangkaran tertutup (captive breeding).
Kandang pemeliharaan telur dan larva yang tersedia di Taman Kupu-Kupu
terletak dalam bangunan tertutup. Bahan kandang terbuat dari kayu. Kayu
memiliki sifat isolator panas (USDA 1968). Hal ini baik bagi pertumbuhan hewan
berdarah dingin seperti serangga. Luas kandang sebesar 0.45 m2 dengan
ketinggian 2 m (Gambar 17). Volume kandang adalah 0.9 m3. Kandang ini terbagi
menjadi 15 bagian, masing masing bagian dapat menampung minimal 1 boks
plastik yang berisi larva. Jumlah kandang yang tersedia adalah 5 buah, sehingga
minimal total boks plastik berisi larva yang dapat dipelihara adalah 75 boks.

(a)
(b)
Gambar 17 Contoh (a) dan sketsa (b) kandang pemeliharaan telur
dan ulat

18
Kandang pupa terbuat dari rangka besi dan paranet. Rangka besi digunakan
untuk memperkuat kandang. Paranet digunakan untuk melindungi pupa dari
predator, sirkulasi udara, dan mempermudah pengawasan larva. Terdapat 2 buah
kandang pemeliharaan pupa di laboratorium Taman Kupu-Kupu TN Babul,
masing-masing berukuran 0.45 m2 dan 1.3 m2 (Gambar 18). Tinggi kedua
kandang pupu mencapai 2 m.

(a)
(b)
Gambar 18 Contoh (a) dan sketsa (b) kandang pemeliharaan pupa
Kandang imago atau dome yang dimiliki oleh Taman Kupu-Kupu TN Babul
terbuat dari 2 bahan utama, yaitu rangka besi dan paranet. Rangka besi berfungsi
sebagai penopang dan paranet sebagai dinding serta atap dome. Taman KupuKupu TN Babul memiliki 2 dome yang berfungsi sebagai kandang display,
masing-masing berukuran 7 000 m2 dan 60 m2 (Gambar 19). Dome besar memiliki
fasilitas seperti toilet 2 buah, shelter 2 buah, dan jalan trail sepanjang 650 m.
Dome kecil fasilitas jalan trail sepanjang 15 m dan 6 buah tempat pakan tambahan.
Perbedaan jenis kandang yang dimiliki oleh penangkaran bergantung pada
kebutuhan masing-masing (Tabel 6).

(a)
(b)
Gambar 19 Contoh (a) dan sketsa (b) kandang imago

19
Tabel 6 Perbedaan jenis kandang pada beberapa penangkaran
Penangkaran
Taman KupuKupu TN
Babul

Jenis kandang
Telur
Larva
Pupa
Imago

Bali Butterfly
Park(b)

Telur
Larva
Pupa
Imago

1.45×0.75×1.35
2×1.5×1
1.5×0.5×2
3700a

Taman KupuKupu
Cilember(c)

Telur
Larva
Pupa
Imago

0.4×0.35×0.15
0.4×0.35×0.15
2.5×1×2
500a

(a)

Luas kandang (m2), (b) Syaputra (2011),

Ukuran (m)
1×0.45×2
1×0.45×2
1.3×1×2
7000(a)

(c)

Konstruksi
Kayu
Kayu
Besi, paranet
Besi, paranet
Kayu, paranet, seng
Kain kasa
Aluminium, paranet
Besi, paranet
Kayu
Kayu
Kayu, paranet
Besi, paranet

Dewi 2003

Penangkaran kupu-kupu secara sederhana dapat dilakukan dengan mudah,
namun aspek perkandangan perlu menjadi perhatian penting agar hasilnya
maksimal. Harberd (2005) mengatakan bahwa hal utama yang perlu disiapkan
adalah kandang yang baik serta memuaskan. Dua bangunan utama yang perlu
disiapkan adalah kandang untuk imago terbang, kawin, serta meletakkan telur.
Kandang berikutnya adalah kandang pembesaran larva (Harberd 2005).
Ukuran kandang yang ideal sebaiknya ditentukan melalui penelitian
(Sihombing 1999). Secara ideal ukuran kandang kupu-kupu imago minimal
memiliki luas 20 m2 dengan ketinggian 2.30 m. Kandang larva juga minimal
memiliki ukuran yang sama dengan kandang imago namun diberi atap dan
dibangun disebelah kandang imago (Harberd 2005). Luas lahan ideal yang
digunakan dalam pembangunan penangkaran adalah 0.2 ha (Sihombing 1999).
Berdasarkan kriteria ini maka aspek perkandangan dari Taman Kupu-Kupu TN
Babul sudah ideal.
Fungsi dan kondisi kandang
Kandang telur dan larva memiliki fungsi ganda, selain untuk membesarkan
larva kandang ini juga dapat sarana display bagi pengunjung yang datang dan
ingin melihat proses pemeliharaan larva. Kondisi kandang masih baik, perawatan
diperlukan untuk membersihkan debu yang dapat mengganggu pertumbuhan larva.
Kandang pupa berfungsi untuk menampung pupa yang dipindahkan dari
kandang larva. Pupa yang telah dipindahkan akan digantung dan dijepit pada tali
yang telah terpasang rapih didalam kandang. Kandang pupa yang difungsikan
baru satu buah dari 2 kandang yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh stok pupa
yang dihasilkan masih cukup untuk ditampung oleh 1 kandang pupa.
Kandang imago berfungsi sebagai sarana display bagi pengunjung. Selain
itu kandang imago berfungsi sebagai pemeliharaan serta perkawinan kupu-kupu
dewasa. Kandang imago yang efektif difungsikan adalah kandang imago kecil.
Kandang imago besar masih dalam tahap pembangunan. Kondisi kandang cukup
baik, hanya perlu beberapa penambalan pada bagian paranet yang berlubang.

20
Penambahan rear-handle diperlukan pada jalur tracking dome besar. Jalur
tracking menjadi licin dan berbahaya pada saat hujan.
Fungsi kandang dapat dioptimalkan dengan pemilihan bahan serta bentuk
rancangan yang ideal. Kandang telur dan larva sebaiknya dibuat dari kayu yang
akan membantu menjaga suhu telur dan larva tetap hangat. Semakin hangat suhu
lingkungan maka akan semakin cepat proses penetasan larva (Sutrisno dan
Darmawan 2012). Suhu lingkungan akan dipengaruhi oleh intensitas matahari
sehingga kandang larva juga perlu dirancang agar cahaya matahari dapat masuk
secara optimal. Pemeliharaan larva dalam boks tertutup juga mengurangi resiko
larva terserang parasitoid (Sutrisno dan Darmawan 2012).
Optimalisasi fungsi kandang imago dapat dilakukan dengan pemilihan
bentuk yang memanjang. Kupu-kupu akan lebih nyaman terbang dalam kandang
yang memanjang dibandingkan persegi (Harberd 2005). Untuk menunjang
kenyaman imago, perlu dibuat daerah yang teduh dalam kandang. Kupu-kupu
tropis merupakan jenis yang rawan mengalami dehidrasi jika terpapar cahaya
matahari langsung dalam waktu yang lama. Idealnya daerah teduh dalam kandang
imago mencapai 50% dari total luas kandang (Harberd 2005). Daerah teduh dapat
dibuat dengan memberikan lapisan tambahan pada paranet. Faktor lain yang perlu
diperhatikan adalah kecepatan angin. Bobot kupu-kupu yang ringan sangat rentan
jika tertiup angin yang kencang. Penanaman pohon serta semak disekitar kandang
akan membantu mengurangi kecepatan angin yang masuk ke dalam kandang.

Tanaman dan Pakan Tambahan
Tanaman pakan larva
Tanaman pakan adalah tanaman yang menjadi sumber pakan larva kupukupu. Umumnya kupu-kupu memiliki preferensi spesifik terhadap pakan yang
akan menjadi makanan larva (Harberd 2005). Terdapat 4 jenis tanaman utama
yang telah diketahui menjadi pakan bagi 12 jenis larva kupu-kupu di Taman
Kupu-Kupu TN Babul (Tabel 7).
Tabel 7 Tanaman pakan larva
Nama latin

Famili

Annona muricata
Aristolochia tagala
Cassia tora
Citrus sp.

Annonaceae
Aristolochiaceae
Caesalpiniaceae
Rutaceae

Nama
umum
Sirsak
Sirih hutan
Ketepeng
jeruk

Jenis larva
Graphium sp.
Troides sp., Pachliopta sp.
Catopsilia sp.
Papilio sp.

Tanaman pakan larva yang ada di Taman Kupu-Kupu TN Babul dibiakkan
secara budidaya, namun ada juga yang tumbuh secara alami. Tipe dan jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh larva dapat mempengaruhi karakter morfologi dan
fisiologinya, seperti : pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku, ukuran,
bahkan warna (Sihombing 1999). Secara umum pakan larva merupakan pakan
yang kaya akan protein. Kekurangan pakan pada larva akan memperlambat larva
memasuki fase pupa, mengurangi laju pertumbuhan, ukuran tubuh, dan
kemampuan reproduksi saat dewasa (Bauerfeind dan Fisher 2005 a). Pakan larva

21
juga berperan dalam mekanisme perlindungan diri. Sirih hutan (Aristolochia
tagala) diketahui mengandung sejenis racun dengan nama aristochid acid. Racun
ini akan disimpan dalam tubuh larva. Kupu-kupu dari genus Troides dan
Pachliopta memanfaatkan racun ini sebagai perlindungan diri dari predator.
Tanaman pakan imago
Tanaman pakan imago sebagian besar merupakan tanaman berbunga, hal ini
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan nectar yang merupakan pakan imago.
Sumber pakan lain bagi kupu-kupu tropis adalah buah-buahan matang (Harberd
2005). Terdapat 4 jenis tanaman yang menjadi tanaman pakan imago di Taman
Kupu-Kupu TN Babul (Tabel 8). Sebagian besar tanaman pakan imago yang ada
di Taman Kupu-Kupu TN Babul tumbuh secara alami, namun pada beberapa spot
terdapat penanaman pakan tambahan untuk menambah kuantitas pakan.
Karakteristik dari pakan imago adalah kaya akan karbohidrat namun miskin
protein (Bauerfeind 2007). Kekurangan pakan pada fase imago akan
menyebabkan rendahnya kuantitas dan kualitas telur hasil reproduksi. Selain itu
proses reproduksi kupu-kupu dewasa hanya akan berlangsung jika kebutuhan
nutrisinya terpenuhi (Bauerfeind dan Fisher 2005 b).
Tabel 8 Tanaman pakan imago
Nama latin
Clerodendrum japonicum
Hibiscus rosa-sinensis
Ixora coccinea
Lantana camara

Famili
Verbenaceae
Malvaceae
Rubiceae
Verbenaceae

Nama umum
Bunga pagoda
Kembang sepatu
Bunga asoka
Lantana

Pakan tambahan
Pakan tambahan merupakan pakan yang diberikan kepada imago untuk
melengkapi kekurangan nutrisi (kualitas) atau kekurangan jumlah pakan
(kuantitas). Pakan tambahan di Taman Kupu-Kupu TN Babul diberikan saat
musim kemarau, karena pada musim tersebut tumbuhan berbunga sebagai sumber
nektar jumlahnya berkurang. Pakan tambahan yang diberikan oleh pengelola
Taman Kupu-Kupu TN Babul terdiri dari larutan isotonik, larutan gula, larutan
gula madu, dan larutan madu. Larutan isotonik merupakan pakan tambahan yang
paling digemari oleh imago dewasa (Febrianti 2013) (Gambar 20). Karbohidrat
merupakan unsur utama yang diperlukan oleh imago (Bauerfeind et al. 2007).
Unsur ini dapat ditemukan pada semua jenis pakan tambahan yang diberikan.
Selain gula imago juga membutuhkan mineral. Perilaku mengasin yang sering
ditemukan pada kupu-kupu merupakan cara imago dalam mencukupi kebutuhan
mineralnya. Beberapa jenis mineral dalam bentuk elektrolit yang terdapat dalam
pocari adalah Na+, K+, Cl-, Mg2+, Ca2+.
Beberapa unsur lain yang dibutuhkan oleh kupu-kupu adalah lipid, amino
acid, dan vitamin. Lipid berfungsi dalam proses reproduksi, bahan kering untuk
oocyte, dan sumber tenaga selain gula (Bauerfeind et al. 2007). Asam amino
merupakan faktor pembatas dalam reproduksi, sedangkan vitamin berfungsi dalam
pertumbuhan, perkembangan, produksi telur, serta pergantian kulit pada larva.
Pisang merupakan pakan tambahan yang baik untuk diberikan pada kupu-kupu

22
karena pisang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan diperlukan oleh kupukupu (Bauerfeind et al. 2007).
Pembuatan larutan pakan adalah sebagai berikut: (1) Pakan isotonik, 15
gram serbuk isotonik dilarutkan dalam 280 cc air mineral, (2) Pakan madu, 2
sendok makan madu dilarutkan dalam 140 cc air mineral, (3) Pakan madu gula, 2
sendok makan madu + 2 sendok makan gula dilarutkan dalam 280 cc air mineral,
(4) Pakan gula, 2 sendok makan gula dilarutkan dalam 140 cc air. Pakan disajikan
pada wadah pakan buatan yang telah tersedia di dalam dome. Frekuensi
pemberian pakan tambahan adalah seminggu sekali.

Frekuensi makan/hari

14

12

12
10

8 8

9

8
6

4

Jantan

4
1

2

Betina

3

4
0

1

0
Alami Isotonik

Air
Gula

Gula
Madu

Madu

Gambar 20 Preferensi pakan Troides helena dewasa
Gambar direproduksi dari Febrianti (2013)
Reproduksi
Pengelolaan reproduksi
Sistem penangkaran yang dipakai oleh Taman Kupu-Kupu TN Babul adalah
semi-intensif. Sistem ini membuat pengelola mengambil larva di habitat alaminya
lalu dipindahkan ke dalam laboratorium untuk dipelihara secara intensif. Secara
umum terdapat 4 fase pengelolaan yang dilakukan, yaitu : pengambilan bibit,
pemeliharaan larva, pemeliharaan pupa, dan pemeliharaan imago.
Pengambilan bibit
Ada 2 cara pengambilan bibit untuk penangkaran. Pertama, telur yang
dihasilkan oleh imago dewasa akan dibiarkan menetas di alam. Larva yang
bertahan hidup akan dipindahkan ke laboratorium untuk dipelihara. Kedua,
indukan jantan dan betina ditangkap di alam lalu dibiakkan di dalam kandang
display. Telur h