ANALISIS KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROVINSI SULAWESI SELATAN (Socio-Economic Analysis of Community Around Bantimurung Bulusaraung National Park, South Sulawesi Province) | Kadir | Jurnal Manusia dan

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 19, No.1, Maret. 2012: 1 - 11

ANALISIS KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR TAMAN
NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROVINSI SULAWESI
SELATAN*)
(Socio-Economic Analysis of Community Around Bantimurung Bulusaraung National
Park, South Sulawesi Province)
Abd. Kadir W.*, San Afri Awang**, Ris Hadi Purwanto*** dan Erny
Poedjirahajoe***
*
Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Sulawesi Selatan
*
Mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
**
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
***
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
*)
Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Email: abdkadirw@yahoo.com, abd.kadirw@mail.ugm.ac.id

Diterima: 9 Januari 2012

Disetujui: 1 Maret 2012
Abstrak

Keberhasilan pengelolaan Taman Nasional tidak terlepas dari sikap dan dukungan masyarakat.
Pemahaman problem sosial ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional sangat diperlukan sebagai salah
satu pertimbangan dalam mengelola Taman Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
penjelasan mengenai problem sosial ekonomi masyarakat sekitar Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung (TN Babul), tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan Taman Nasional dan
kontribusi pendapatan dari tamanan kemiri terhadap total pendapatan petani.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Maros pada Kawasan TN Babul, Propinsi Sulawesi Selatan.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey dengan
mewawancarai 180 responden yang dipilih secara acak. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan problem sosial ekonomi masyarakar sekitar TN Babul adalah
rendahnya tingkat pendidikan, tingginya jumlah tanggungan keluarga, keterlibatan masyarakat dalam
kelompok masih rendah, proses capacity building berjalan lambat, dan rendahnya pendapatan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rata-rata total pendapatan masyarakat sekitar TN Babul sebesar
Rp. 3.836.367,-/tahun dan sebanyak 65% masyarakat hidup dibawah garis kemiskinan. Rata-rata tingkat

ketergantungan masyarakat terhadap kawasan TN Babul sebesar 37,97%, sementara kontribusi
pendapatan dari tanaman kemiri terhadap total pendapatan masyarakat rata-rata sebesar 19,05%.
Diperlukan peningkatan kegiatan pendampingan, penyuluhan dan pelatihan untuk meningkatkan pola
pikir, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat sehingga kapasitasnya meningkat dan dapat mengurangi
ketergantungannya terhadap kawasan TN Babul. Pengelola TN Babul perlu menjalin komunikasi,
koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat serta
merumuskan model pengelolaan TN Babul yang efektif dan efisien.
Kata Kunci: Taman Nasional Babul, problem sosial ekonomi, pendapatan masyarakat, ketergantungan
masyarakat, kontribusi tanaman kemiri.

Abstract
The success of the National Park management is inseparable from the attitude and support of the
community. Understanding socio-economic problems of communities around the Park is required as one

2

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Vol. 19, No. 1


of the considerations in managing the Park. This study aims to obtain an explanation of the socioeconomic problems of communities around Bantimurung Bulusaraung National Park (Babul National
Park), the level of community dependence on National Park and contribution from candlenut (Alleurites
moluccana) to total incomes of farmer.
The experiment was conducted in Maros Regency in Babul National Park, South Sulawesi Province.
The site was selected purposively. Data collected by survey techniques by interviewing 180 respondents
who were randomly selected. Data were analyzed with descriptive qualitative and quantitative.
The results showed socio-economic problems of communities around Babul park is the low level of
education, the high number of family, community involvement in the group is still low, the capacity
building process runs slow, and low income in fulfilling her needs. Average total income of the people
around Babul parks Rp. 3,836,367,-/year and as many as 65% of people live below the poverty line. The
average level of community dependence on Babul parks area of 37.97%, while revenue contribution from
candlenut (Alleurites moluccana) to total incomes by an average of 19.05%. Required increase in
assistance activities, counseling and training to enhance the mindset, knowledge, and skills of
communities so that the capacity increase and to reduce dependence on Babul parks area. For that
managers Babul parks need to establish communication, coordination and cooperation with various
parties in order to improve the capacity of communities and to formulate management Babul parks
effective and efficient.
Keywords: Babul National Parks, socio-economic problems, communities income, dependence on society,
contribution of candlenut.


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi
dalam pengelolaan kawasan konservasi
termasuk Taman Nasional berkaitan dengan
aktifitas masyarakat dalam kawasan Taman
Nasional untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Mangindaan, 1999; Munggoro,
1999; Siregar, 1999; Sembiring, 1998).
Mereka pada umumnya telah turun temurun
menjalankan
kehidupan
tradisional
(Manullang, 1999) dan kebanyakan dari
mereka hidup pada tingkat ekonomi yang
sangat subsisten (Awang, 2003). Oleh karena
itu keberhasilan pengelolaan kawasan
konservasi termasuk Taman Nasional sangat
bergantung pada sikap dan dukungan
masyarakat baik pada tingkat lokal maupun

nasional (John et al, 1993).
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) ditunjuk berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : SK.398/
Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004
dengaan luas wilayah ± 43.750 Ha. Secara

administratif TN Babul terletak dalam tiga
wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Maros,
Pangkep dan Kabupaten Bone, Provinsi
Sulawesi Selatan. TN Babul, berbatasan
langsung dengan 10 kecamatan, 40 desa dan
71 dusun/lingkungan (Dephut, 2007).
Kondisi ini menyebabkan TN Babul sangat
rentan
terhadap
terjadinya
konflik
kepentingan antara masyarakat dan pemerintah dan dapat mempengaruhi keberhasilan pengelolaan Taman Nasional
tersebut.

Salah satu permasalahan yang dirasakan
oleh masyarakat sehubungan adanya
penunjukan kawasan TN Babul adalah terkait
pemanfaatan sumberdaya alam (SDA) dalam
kawasan TN Babul. Masyarakat selama ini
memanfaatkan SDA dalam kawasan TN
Babul untuk memenuhi kebutuhan hidup
dengan jalan bertani (sawah dan kebun),
memungut hasil hutan kayu dan hasil hutan
bukan kayu (rotan dan nira aren). Kebun
masyarakat dalam kawasan TN Babul di
Kabupaten Maros umumnya ditanami dengan
tanaman kemiri disamping tanaman semusim
(jagung, lombok, kacang-kacangan) serta

Maret 2012

KADIR, A., DKK.:ANALISIS KONDISI SOSIAL

tanaman tahunan (kakao dan kopi). Tanaman

kemiri tersebut telah dikelola masyarakat
secara turun-temurun (Jusuf et al, 2010) dan
merupakan simbol status sosial serta menjadi
primadona antara tahun 1960-an sampai 1980
karena menjadi sumber pendapatan utama
yang menyejahterakan masyarakat (Yusran,
2005).
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah: 1) Mendapatkan
penjelasan tentang problem sosial ekonomi
masyarakat sekitar TN Babul; 2) Mendapatkan penjelasan tentang tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan TN
Babul; 3) Mendapatkan penjelasan tentang
kontribusi hutan kemiri terhadap total
pendapatan masyarakat.
Kegunaan dari penelitian ini adalah
sebagai bahan informasi bagi pemerintah
khususnya Balai TN Babul dalam merumuskan kebijakan pengelolaan TN Babul
yang akomodatif terhadap kepentingan
masyarakat.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten
Maros pada Kawasan Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Propinsi Sulawesi
Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama
enam bulan yang dimulai pada bulan Juni s/d
bulan Nopember 2010.
Sampel Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
secara purposive melalui ketersediaan data
dan informasi. Berdasarkan data dan
informasi yang ada diketahui bahwa wilayah
pengembangan hutan kemiri rakyat di
Kabupaten Maros yang berbatasan langsung
dengan TN Babul tersebar di 3 (tiga)
kecamatan yaitu Kecamatan Camba,
Mallawa dan Kecamatan Cenrana. Pada
setiap kecamatan tersebut dipilih desa, dan
pada setiap desa kemudian dipilih dusun

secara purposive sebagai sampel penelitian

3

untuk dikaji secara intensif. Kriteria
desa/dusun yang dipilih sebagai sampel
penelitian adalah; 1) berbatasan langsung
atau sebagian wilayahnya masuk dalam
kawasan TN Babul, 2) sebagian masyarakatnya telah mengembangkan dan memanfaatkan hutan kemiri dalam kawasan TN
Babul sebagai salah satu sumber pendapatan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan kriteria tersebut maka lokasi
sampel penelitian tersebar di enam dusun
yaitu Dusun Pattiro dan Kappang di Desa
Labuaja, Kecamatan Cenrana, Dusun
Maddenge di Desa Pattirodeceng, dan Dusun
Matajang di Desa Timpuseng, Kecamatan
Camba, serta Dusun Bontosiring dan
Malempo di Desa Samaenre, Kecamatan
Mallawa, Kabupaten Maros.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik survei. Pada setiap
dusun sampel yang terpilih, kemudian
dilakukan wawancara dengan 30 orang petani
sebagai responden yang dipilih secara acak
(simple random sampling). Total jumlah
responden petani yang diwawancarai
sebanyak 180 orang.
Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis secara
deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis
deskriptif kuantitatif digunakan untuk
mendapatkan penjelasan mengenai karakteristik masyarakat sekitar TN Babul.
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
mendapatkan penjelasan mengenai problem
sosial ekonomi masyarakat sekitar TN Babul.
Pendapatan masyarakat sekitar TN Babul
dihitung dengan menjumlahkan seluruh
pendapatan yang diterima dari kegiatan

usahatani (di dalam dan di luar kawasan TN
Babul) dan pendapatan dari kegiatan non
usahatani. Sementara Tingkat kesejahteraan
masyarakat sekitar TN Babul diukur dengan
menggunakan kriteria kemiskinan untuk
daerah pedesaan menurut Sayogyo (1990)
dalam Wantasen (1998) sebagai barikut: 1)
miskin sekali apabila pendapatan per kapita

4

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

per tahun < 240 kg beras, 2) miskin apabila
pendapatan perkapita per tahun 240 – 320 kg
beras, 3) nyaris miskin apabila pendapatan
per kapita per tahun 320 – 480 kg beras, 4)
tidak miskin apabila pendapatan per kapita
per tahun > 480 kg beras.
Tingkat
ketergantungan
masyarakat
terhadap kawasan TN Babul dihitung dengan
rumus:
Tingkat ketergantungan (%) =
Total pendapatan dari dalam TN Babul

x 100 %

Total pendapatan masyarakat

Kontribusi pendapatan dari tanaman kemiri
terhadap total pendapatan masyarakat
dihitung dengan rumus :
Kontribusi kemiri (%) =
Total pendapatan dari tanaman kemiri
Total pendapatan masyarakat

x 100 %

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Masyarakat Sekitar TN
Babul
Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik
individu yang sangat berperan dalam
menentukan kemampuan kerja (Handoko,
2001) dan produktivitas kerja (Miftah, 1992;
Siagian 1995; Robbins, 2001). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa umur
masyarakat yang bermukim di sekitar TN
Babul berkisar 20 – 90 tahun, dengan rata–
rata umur 47,45 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa umumnya masyarakat yang bermukim
di sekitar TN Babul tergolong dalam usia
produktif.
Masyarakat yang tergolong dalam usia
produktif merupakan salah satu potensi
dalam meningkatkan produktivitas lahan
garapan masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya. Namun demikian,
masyarakat yang tergolong dalam kategori
usia non-produktif memiliki sisi positif yaitu
kedewasaan dalam berfikir dan bertindak

Vol. 19, No. 1

meskipun secara fisik (kecepatan, kecekatan,
dan kekuatan) sudah mengalami penurunan.
Menurut Siagian (1995), semakin lanjut usia
seseorang, maka diharapkan akan semakin
bijaksana, semakin rasional dalam berpikir
dan berprilaku.
Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
cara berpikir seseorang, terutama dalam
menganalisis suatu permasalahan. Seseorang
yang berpendidikan baik akan mudah
mengadopsi teknologi baru, mengembangkan
keterampilan, dan memecahkan permasalahan yang dihadapi (Mosher, 1983).
Kecenderungan yang ada, semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
responsif orang tersebut terhadap perubahan–
perubahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat
pendidikan
masyarakat
yang
bermukim disekitar TN Babul masih
tergolong rendah (84,4% berpendidikan SD).
Kondisi ini dapat menyebabkan inovasi
teknologi yang diberikan kepada mereka
berjalan lambat. Kondisi ini dapat diatasi
dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan
dan pelatihan serta melakukan kegiatan
pendampingan kepada masyarakat sekitar TN
Babul.
Jenis Pekerjaan Masyarakat
Pekerjaan
pokok
masyarakat
yag
bermukim disekitar TN Babul umumnya
(92,2%) adalah petani (petani sawah dan
kebun). Hal ini berarti bahwa masyarakat
disekitar TN Babul sangat tergantung kepada
potensi sumberdaya alam berupa lahan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam kaitannya dengan pengelolaan TN
Babul, pekerjaan pokok masyarakat yang
sebagian besar sebagai petani dapat menjadi
potensi pendukung. Masyarakat sekitar TN
Babul sedikit-banyaknya telah memiliki
pengetahuan teknik-teknik bercocok tanam.
Hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana
mengarahkan dan membina petani tersebut
sehingga dalam mengolah lahan tetap
memperhatikan prinsip kelestarian sehingga

Maret 2012

KADIR, A., DKK.:ANALISIS KONDISI SOSIAL

kerusakan kawasan Taman Nasional dapat
diminimalkan.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi semangat dan tingkat kreativitas
kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya. Jumlah tanggungan
keluarga juga dapat mengindikasikan besarnya potensi tenaga kerja keluarga yang
tersedia yang dapat membantu kepala
keluarga dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
72,8% masyarakat sekitar TN Babul
memiliki jumlah tanggungan keluarga
sebanyak 3 – 9 orang. Kondisi ini
mengharuskan setiap kepala keluarga bekerja
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Semangat, kreativitas, dan
potensi tenaga kerja yang dimiliki kepala
keluarga tersebut harus diarahkan ke hal yang
positif. Apabila hal ini tidak dilakukan maka
akan membuka peluang terjadinya pembukaan lahan baru dalam kawasan Taman
Nasional dan dapat berdampak negatif
terhadap kelestarian dan keberhasilan
pengelolaan TN Babul.
Kelembagaan Masyarakat Sekitar TN
Babul
Kelembagaan dimaknai sebagai suatu
kumpulan nilai, norma, peraturan dalam
suatu kumpulan orang, yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu. (Awang, 2005).
Kelembagaan dapat pula diartikan sebagai
sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang
melibatkan orang-orang tertentu, memiliki
tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma,
serta memiliki struktur (Syahyuti, 2007).
Kelembagaan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah organisasi di tingkat
petani yang bermukin di sekitar TN Babul.
Kelembagaan masyarakat petani sekitar TN
Babul terdiri dari dua bentuk yaitu kelompok
tani pertanian (KTP) dan kelmpok tani hutan
(KTH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 45% masyarakat yang bermukin
disekitar TN Babul sudah tergabung dalam

5

KTP maupun KTH. Lembaga ini diharapkan
menjadi media bagi masyarakat sekitar dalam
meningkatkan kapasitasnya melalui kegiatan
penyuluhan, pelatihan maupun melalui
kegiatan pendampingan
KTP maupun KTH yang ada pada belum
memiliki anggaran dasar (AD) dan anggaran
rumah tangga (ART). Aturan-aturan yang ada
masih sebatas penekanan kehadiran anggota
pada
setiap
pertemuan
serta
hasil
kesepakatan seperti pemberian denda kepada
anggota yang melakukan pelanggaran.
Kondisi ini terjadi disebabkan karena
pembentukan kelompok hanya didasarkan
pada persyaratan untuk mendapatkan bantuan
dari instansi pemerintah, bukan didasarkan
pada keinginan dan kebutuhan dari
masyarakat itu sendiri.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
pada umumnya manfaat yang diperoleh
dengan menjadi anggota KTP/KTH adalah
mendapatkan bantuan baik berupa bantuan
bibit tanaman, bantuan sarana produksi,
bantuan ternak sapi, dan pinjaman dana.
Manfaat lainnya yang dirasakan adalah
tambahan ilmu bercocok tanam yang
diperoleh melalui kegiatan penyuluhan,
pendampingan, dan sebagai sarana untuk
meningkatkan semangat gotong-royong
masyarakat.
Tingkat keterlibatan anggota dalam
pertemuan kelompok cukup tinggi (64,2%).
Pertemuan kelompok sangat penting karena
disamping dapat mempererat hubungan
diantara anggota kelompok, juga sebagai
media pertukaran informasi yang mungkin
dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas
anggotanya.
Tingkat keterlibatan anggota kelompok
dalam mengemukakan pendapat pada suatu
pertemuan kelompok masih rendah. Hanya
15,4% anggota kelompok yang sering
mengemukakan pendapat dalam suatu
pertemuan kelompok. Keberanian anggota
kelompok dalam mengemukakan pendapat
perlu ditingkatkan. Semakin banyak anggota
kelompok yang sering mengemukakan
pendapat maka permasalahan-permasalahan
yang dihadapi anggota kelompok akan

6

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

terungkap secara jelas untuk kemudian dicari
solusi yang tepat. Proses pengambilan
keputusan kelompok cukup demokratis.
Dimana sebanyak 90,4% anggota kelompok
menyatakan bahwa keputusan yang diambil
dalam pertemuan kelompok didasarkan
kepada kesepakatan anggota.
Peningkatan
Kemampuan
(Capacity
Building) Masyarakat Sekitar TN Babul
Pengetahuan teknik bercocok tanam yang
baik sangat diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas lahan garapan masyarakat
sekitar TN Babul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan teknik bercocok
tanam yang diterapkan masyarakat selama ini
bersumber dari orang tua mereka dan hasil
interaksi sesama petani. Hal ini mengindikasikan bahwa teknik bercocok tanam yang
diterapkan masih bersifat tradisional.
Proses transfer ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi masyarakat sekitar TN Babul
berjalan sangat lambat. Hal ini diketahui dari
rendahnya tingkat keterlibatan masyarakat
dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan
dimana hanya 26,7% masyarakat yang
pernah mengikuti kegiatan penyuluhan dan
hanya 13,3% yang pernah mengikuti kegiatan
pelatihan.
Beberapa instansi pemerintah yang
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan dan
pelatihan bagi masyarakat sekitar TN Babul
adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan,
Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Badan
Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan Maros, dan Balai TN Babul. Adapun
materi penyuluhan dan pelatihan yang
diberikan diantaranya adalah teknik bercocok
tanaman padi, teknik bertanam tanaman
palawija, pengendalian hama dan penyakit
tanaman, teknik pembuatan pupuk organik,
teknik pembibitan dan penanaman tanaman
kehutanan, pemeliharaan ternak, sosialisasi
areal TN Babul, larangan penebangan dalam
kawasan hutan, pengelolaan hutan rakyat,
pengamanan hutan, dan studi banding ke
kabupaten lain.
Materi kegiatan penyuluhan dan pelatihan
yang penting diberikan kepada masyarakat

Vol. 19, No. 1

khususnya bagi masyarakat sekitar TN Babul
adalah bagaimana memaksimalkan pemanfaatan lahan garapan masyarakat dalam
kawasan Taman Nasional tanpa merusak kawasan Taman Nasional tersebut. Materi
lainnya yang mendesak untuk diberikan ke
masyarakat adalah teknik penanganan pasca
panen dan pemasaran hasil usahatani sehingga mereka tidak tergantung pada tengkulak
atau pedagang pengumpul yang lebih cenderung menentukan harga di tingkat petani.
Permasalahan yang dihadapi Masyarakat
Sekitar TN Babul
Penunjukan sebagian kawasan hutan yang
ada di Kabupaten Maros menjadi kawasan
TN Babul menyisakan permasalahan
tersendiri bagi masyarakat sekitar yang
selama ini beraktifitas dalam kawasan TN
Babul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat empat permasalahan utama yang
rasakan oleh masyarakat sekitar sehubungan
dengan keberadaan TN Babul yaitu: 1)
Pembukaan lahan. Keberadaan TN Babul
menyebabkan masyarakat tidak leluasa
menggarap lahan (berkebun) dalam kawasan
taman nasional. Pemahaman masyarakat saat
ini terkait dengan status taman nasional
bahwa tindakan berkebun dalam kawasan
taman nasional adalah sebuah pelanggaran.
Masyarakat merasakan luas lahan garapan
mereka menjadi semakin terbatas.; 2)
Penebangan kayu. Masyarakat sekitar
memahami bahwa tidak diperkenankan lagi
mengambil kayu dalam kawasan hutan
khususnya dalam kawasan taman nasional
meskipun kayu tersebut berasal dari pohon
yang sudah mati. Dengan kondisi seperti ini
maka kebutuhan kayu masyarakat untuk
memperbaiki rumah sulit terpenuhi karena
sebagian
masyarakat
tidak
memiliki
kemampuan membeli kayu yang menurut
mereka cukup mahal; 3) Peremajaan Kemiri.
Peremajaan kemiri yang sudah tua oleh
masyarakat sulit dilakukan karena ketatnya
aturan penebangan dalam kawasan taman
nasional; 4) Tata Batas TN Babul. Sebagian
masyarakat sekitar TN Babul merasakan
bahwa pal tata batas TN Babul tidak berada

Maret 2012

KADIR, A., DKK.:ANALISIS KONDISI SOSIAL

pada tempat yang semestinya sehingga
semakin mempersempit lahan garapan
masyarakat.
Masyarakat sekitar TN Babul pada
umumnya hanya dapat pasrah menghadapi
permasalahan tersebut diatas sambil menunggu kebijakan lebih lanjut dari pengelola
TN Babul. Sebagian masyarakat sekitar
mencoba untuk membicarakan persoalan
yang mereka hadapi dengan aparat terkait
seperti Balai TN Babul, dan aparat desa.
Aktivitas Ekonomi Masyarakat dalam
Kawasan TN Babul
Luas Lahan Garapan
Masyarakat sekitar kawasan TN Babul
yang sebagian besar berprofesi sebagai petani
sangat tergantung kepada sumberdaya alam
berupa lahan garapan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa luas lahan garapan
masyarakat sekitar dalam kawasan TN Babul
berkisar antara 0,03 ha – 5 ha dengan ratarata luas lahan garapan sebesar 0,9 ha/KK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
56,1% masyarakat memiliki luas lahan
garapan dalam kawasan TN Babul kurang
dari 1 ha. Kondisi ini disebabkan karena
peluang untuk memperluas lahan garapan
sangat kecil mengingat lahan yang mereka
garap adalah kawasan Taman Nasional. Pada
umumnya lahan yang mereka garap saat ini
merupakan warisan dari orang tua mereka
dan sangat dipengaruhi oleh jumlah penerima
hak waris. Masyarakat yang memiliki lahan
garapan yang lebih luas disebabkan oleh
kemampuan mereka dalam membuka lahan
dan membeli lahan garapan milik orang lain.
Sebanyak 6,2% masyarakat yang bermukim
disekitar kawasan telah melakukan proses
jual beli lahan dalam kawasan taman
nasional. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian serius dari pihak TN Babul karena
jika proses tersebut berlangsung terus
menerus dapat memicu terjadinya konflik
sehingga menyulitkan dalam pengelolaan
Taman Nasional itu sendiri.
Jenis Komoditas yang dikembangkan
Jenis tanaman yang dikembangkan oleh
masyarakat dalam kawasan TN Babul terdiri

7

dari tanaman kehutanan (tanaman kayu dan
MPTS) seperti kemiri (Alleurites moluccana), gmelina (Gmelina areborea), jati
(Tectona grandis), dan mahoni (Swetenia
macrophylla). Masyarakat juga mengembangkan tanaman tahunan/perkebunan seperti
kopi (Coffea sp), kakao (Cacao sp), cengkeh
(Syzygium aromaticum), serta tanaman
pertanian/semusim seperti padi (Oryza
sativa), jagung (Cassea zeamae), kacang
tanah (Arachis hypogea), cabe (Capsicum
annuum
L.),
dan
tomat
(Solanum
lycopersicum).
Pemilihan jenis komoditas tersebut diatas
telah dipertimbangan secara matang dimana
mereka telah memikirkan kesinambungan
pendapatan baik untuk keperluan sehari-hari
maupun sebagai tabungan jangka panjang.
Terdapat ungkapan dalam masyarakat
berkaitan dengan pemilihan jenis tanaman
yang dikembangkan untuk kesinambungan
pendapatan sebagai berikut “tanaman coklat
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, tanaman padi untuk
sebagai tabungan bulanan yang sewaktu
dapat dikeluarkan untuk membeli atau
membiayai sesuatu yang nilainya cukup
besar, dan tamanan kemiri sebagai tabungan
tahunan untuk keperluan naik haji”
Sebanyak 58,9% masyarakat mengembangkan tanaman kemiri dalam kawasan TN
Babul. Tamanan kemiri di Kabupaten Maros
telah dikembangkan sejak jaman pemerintahan Belanda. Yusran (2005) menyatakan
bahwa antara tahun 1960-an sampai 1980
Kabupaten Maros dikenal sebagai penghasil
kemiri terbesar dengan kualitas terbaik di
Indonesia. Saat itu kemiri merupakan simbol
status sosial dan menjadi sumber pendapatan
utama masyarakat. Haji kemiri merupakan
bukti sekaligus ungkapan masyarakat untuk
menunjukkan besarnya keuntungan yang
diperoleh dari hutan kemiri saat itu.
Saat ini tamanan kemiri dalam kawasan
TN Babul telah mengalami penurunan
produksi yang disebabkan umur kemiri yang
sudah tua. Umur tanaman kemiri saat ini
diperkiran telah mencapai 65 tahun dan
menurut Elevitch and Manner (2006),

8

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

tanaman kemiri diperkirakan dapat hidup
antara 40–60 tahun. Kondisi ini menyebabkan masyarakat sekitar TN Babul
menginginkan adanya peremajaan tanaman
kemiri dalam kawasan TN Babul. Sementara
dalam kebijakan mengenai pengelolaan
Taman Nasional, kegiatan peremajaan belum
dimungkinkan untuk dilakukan. Untuk itu
diperlukan diskusi lebih lanjut mengenai
permasalahan ini karena masyarakat akan
kehilangan salah satu sumber pendapatannya.
Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan
Masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total
pendapatan masyarakat sekitar TN Babul
berkisar antara Rp. 210.000,-/tahun – Rp.
55.960.000,-/tahun dengan rata-rata total
pendapatan sebesar Rp. 8.836.367,-/tahun.
Berdasarkan klasifikasi tingkat kesejahteraan
masyarakat
menurut Sayogyo dalam
Wantasen (1998), diketahui bahwa sebanyak
65,0% masyarakat sekitar TN Babul masih
berada dibawah garis kemiskinan bahkan
47,8% diantaranya tergolong dalam kategori
sangat miskin. Hal ini berarti bahwa sebagian
besar masyarakat sekitar TN Babul belum
dapat memenuhi kebutuhan minimum
mereka sehari-hari.
Tingkat Ketergantungan Masyarakat
Terhadap Kawasan TN Babul
Salah satu sumber penghasilan masyarakat sekitar TN Babul berasal dari kegiatan
usahatani dalam kawasan taman nasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Vol. 19, No. 1

pendapatan usahatani masyarakat sekitar dari
kawasan TN Babul berkisar antara Rp.
100.000,-/tahun – Rp. 31.500.000,-/tahun
dengan rata-rata sebesar Rp. 2.412.109,/tahun. Tingkat ketergantungan masyarakat
terhadap kawasan TN Babul berkisar antara
0,64% - 100% dengan rata-rata tingkat
ketergantungan sebesar 37,97%. Tingkat
ketergantungan masyarakat sekitar terhadap
kawasan TN Babul disajikan dalam Tabel 1.
Berdasarkan data yang disajikan pada
Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa sebagian
masyarakat sekitar TN Babul memilliki
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap
kawasan TN Babul.
Tanaman kemiri menjadi salah satu
komoditas yang paling banyak dikembangkan oleh masyarakat di dalam kawasan
TN Babul. Selain dikembangkan dalam
kawasan TN Babul, tanaman kemiri juga
banyak dikembangkan
dilahan milik
masyarakat. Pendapatan masyarakat yang
bersumber dari tanaman kemiri yang terdapat
dalam kawasan TN Babul berkisar antara Rp.
60.000,-/tahun – Rp. 4.150.000,-/tahun
dengan rata-rata sebesar Rp. 735.197,-/tahun.
Kontribusi pendapatan dari tanaman kemiri
dalam kawasan TN Babul terhadap
pendapatan usahatani masyarakat dalam
kawasan TN Babul berkisar antara 2,02% 100% dengan rata-rata sebesar 79,09%.
Kontribusi pendapatan masyarakat dari
kemiri yang terdapat dalam kawasan TN
Babul terhadap pendapatan usahatani
masyarakat dalam kawasan TN Babul
disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 1. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Sekitar Terhadap Kawasan TN Babul
Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap
Kawasan TN Babul

Jumlah Responden

Persentase

(orang)

(%)

Tidak tergantung (0%)

56

31.1

Rendah (0,01 – 33,33%)

75

41.7

Sedang (33,34 – 66,66%)

19

10.5

Tinggi (66,67 – 100,00%)

30

16.7

180

100.0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2010

Maret 2012

9

KADIR, A., DKK.:ANALISIS KONDISI SOSIAL

Tabel 2. Kontribusi Tanaman Kemiri terhadap Pendapatan Usahatani Masyarakat
dalam Kawasan TN Babul
Kontribusi Kemiri terhadap Pendapatan Usahatani
Masyarakat dalam TN Babul

Jumlah Responden

Persentase

(orang)

(%)

Tidak ada kontribusi dari kemiri (0%)

81

45.0

Rendah (0,01 – 33,33%)

20

11.1

Sedang (33,34 – 66,66%)

6

3.3

Tinggi (66,67 – 100,00%)

73

40.6

180

100.0

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2010

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1
bahwa tanaman kemiri memiliki kontribusi
yang cukup tinggi terhadap pendapatan
usahatani masyarakat dalam kawasan TN
Babul.
Tanaman kemiri tidak hanya dikembangkan oleh masyarakat dalam kawasan TN
Babul, akan tetapi juga dikembangkan pada
lahan-lahan milik masyarakat karena
tanaman tersebut memiliki peranan yang
penting dalam perekonomian masyarakat.
Kontribusi pendapatan dari tanaman kemiri
(di dalam dan luar kawasan TN Babul)
terhadap total pendapatan masyarakat sekitar
TN Babul berkisar antara 0,26% - 100%
dengan rata-rata sebesar 19,05%. Meskipun
secara rata-rata kontribusi kemiri terhadap
total pendapatan petani hanya sebesar
19,05%, namun sangat strategis terhadap
kelangsungan ekonomi masyarakat. Kemiri
menjadi sumber dana cadangan untuk
menutupi kebutuhan masyarakat karena biji
kemiri tahan disimpan sampai dua tahun,
sehingga memungkinkan petani untuk
menjualnya pada saat dibutuhkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Problem sosial ekonomi masyarakar
sekitar TN Babul adalah rendahnya tingkat
pendidikan, tingginya jumlah tanggungan
keluarga, rendahnya partisipasi masyarakat
menjadi anggota kelompok tani, proses
peningkatan
kemampuan
masyarakat

(capacity building) berjalan lambat, dan
rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tingkat ketergantungan secara ekonomi
masyarakat sekitar terhadap kawasan TN
Babul berkisar antara 0,64% - 100%, dengan
rata-rata tingkat ketergantungan terhadap TN
Babul sebesar 37,97%.
Kontribusi pendapatan dari tanaman
kemiri terhadap total pendapatan masyarakat
sekitar TN Babul berkisar antara 0,26% 100% dengan rata-rata sebesar 19,05%.
Terdapat sejumlah instansi yang berperan
dalam meningkat kapasitas masyarakat
diantaranya adalah Dinas Kehutanan dan
Perkebunan, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Badan Pelaksana Penyuluhan dan
Ketahanan Pangan Kabupaten Maros.
Saran
Kegiatan pendampingan, penyuluhan dan
pelatihan bagi masyarakat sekitar TN Babul
perlu ditingkatkan. Kegiatan ini diperlukan
untuk meningkatkan pola pikir, pengetahuan,
dan keterampilan petani serta semangat dan
kreativitas petani dapat disalurkan kepada hal
yang positif. Kegiatan-kegiatan tersebut
diharapkan berdampak pada peningkatan
produktifitas dan tingkat kesejahteraan
masyarakat sehingga lambat laun tingkat
ketergantungan masyarakat terhadap kawasan Taman Nasional dapat dikurangi.
Meskipun rata-rata kontribusi tanaman
kemiri terhadap total pendapatan masyarakat
hanya sebesar 19,05%, akan tetapi memiliki
peran yang strategis terhadap kelangsungan

10

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

ekonomi masyarakat sekitar TN Babul.
Untuk itu diperlukan upaya penyelesaian
yang arif dan bijaksana demi keberlangsungan ekonomi masyarakat dalam
rangka meningkatkan kesejahteraannya.
Pihak pengelola TN Babul sedapat
mungkin menjalin komunikasi, koordinasi
dan kerjasama dengan berbagai pihak seperti
instansi/dinas teknis terkait (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pertanian,
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan
Pangan, Dinas Peternakan, dan Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Maros),
LSM, lembaga-lembaga penelitian dan
Universitas. Kominikasi, koordinasi dan
kerjasama para pihak tersebut diharapkan
dapat membantu dalam meningkatkan
kapasitas masyarakat, merumuskan solusi
atas permasalahan yang dihadapi dan
membantu dalam merumuskan model
pengelolaan Taman Nasional yang efektif
dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Awang, 2005. Prinsip Dasar Analisis Kelembagaan Dalam Usaha Perhutanan
Rakyat dalam Seri Bunga Rampai Hutan
Rakyat: Petani, Ekonomi, dan Konservasi. Aspek Penelitian dan Gagasan.
Editor. San Afri Awang. Pustaka Hutan
Rakyat. DEBUT Press. Yogyakarta.
Awang, S.A. 2003. Politik Kehutanan
Masyarakat. Centre for Critical Social
Studies Kerjasama dengan Kreasi
Wacana Yogyakarta.
Dephut. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka
Panjang Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung Periode 2008–2027. Balai
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Elevitch, C.R. and Manner, H.I. 2006.
Aleurites moluccana (kukui). Species
Profiles for Pacific Island Agroforestry.
Traditional
Tree
Initiative.
(www.traditionaltree.org). Akses Tgl. 19
Pebruari 2011.

Vol. 19, No. 1

Handoko, T.H. 2001. Manajemen Personalia
dan Sumberdaya Manusia. BPFE.
Yogyakarta.
John, K. Mackinnon, G. Child, dan J.
Thorsell. 1993. Pengelolaan Kawasan
yang Dilindungi di Dearah Tropika.
Alih Bahasa: Harry Harsono. Gadjah
Mada Univertity Press. Yogjakarta.
Jusuf, Y., Supratman, dan Alif KS, M. 2010.
Pendekatan Kolaborasi dalam Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung : Strategi Menyatukan
Kepentingan Ekologi dan Sosial Ekonomi Masyarakat. Opinion Brief No.
ECICBFM II-2010.02. The Center for
People and Forest. RECOFTC.
Mangindaan, E.E. 1999. Sambutan Gubernur
Sulawesi Utara, pada Pertemuan Regional Pengelolaan Taman Nasional Kawasan Timur Indonesia, Tanggal 23
Agustus 1999 di Manado.
Manullang, S. 1999. Kesepakatan Konservasi
Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi. Discussion Paper. The
Natural Resources Manage-ment/EPIQ
Program’s Protected Areas Management
Office. Jakarta
Miftah, T. 1992. Dimensi-dimensi Prima
Ilmu Administasi Negara. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Mosher AT, 1983. Menggerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna,
Jakarta.
Munggoro, D.W. 1999. Manajemen Kemitraan: Meretas Kemelut Pengelolaan
Kawasan Konservasi. Makalah Prosiding. Seminar Pemberdayaan Aser
Perekonomian Rakyat Melalui Strategi
Kemitraan Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Di Kabupaten Jember. Pustaka latin. Bogor
Robbins, P.S. 2001.Organizational Behavior,
9th edition. Prentice Hall International,
Inc. New Jersey.
Sembiring, S.N. 1998. Kajian Hukum dan
Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia. Menuju Pengembangan Desentralisasi dan Peningkatan
Peran Serta Masyarakat. Technical

Maret 2012

KADIR, A., DKK.:ANALISIS KONDISI SOSIAL

Report. Kerjasama Lembaga Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia
dengan Natural Resources Management
Program
Siagian, S.P. 1995. Teori Motivasi dan
Aplikasi. Rieka Cipta. Jakarta.
Siregar, A.M. 1999. Kebijakan Pengelolaan
Taman Nasional di Indonesia. Makalah
disampaikan pada Pertemuan Regional
Pengelolaan Taman Nasional Kawasan
Timur Indonesia, Tanggal 23 Agustus
1999 di Manado.
Syahyuti. 2007. Kelembagaan dan Lembaga
dalam
Pengembangan
Agribisnis
Pedesaan.

11

http://websyahyuti.blogspot.com/2007/0
8/kelembagaan-dan-lembagadalam.html. Diakses Tgl. 25 Pebruari
2010.
Wantasen, E., 1998. Analisis pendapatan
petani miskin di pedesaan. Tesis S2
Program Studi Ekonomi Pertanian.
Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. (Tidak dipublikasi).
Yusran, 2005. Mengembalikan Kejayaan
Hutan Kemiri Rakyat. Governance
Brief. Juni 2005 Nomor 10. Center for
International Forestry Research, CIFOR.
Bogor.

Dokumen yang terkait

Analisis Kelembagaan Pemanfaatan Komersial Kupu Kupu di Daerah Penyangga Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan

0 26 111

Biodiversity of superfamily papilionoidea butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

1 24 73

Perbandingan Keanekaragaman Jenis Herpetofauna antara TWA Bantimurung dengan TWA Pattunuang di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan

0 4 15

Biodiversity of superfamily papilionoidea butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

1 9 133

Biodiversity of Superfamily Papilionoidea Butterflies (Lepidoptera) at Bantimurung-Bulusaraung National Park, Maros Regency, South Sulawesi

0 5 133

Pengelolaan Taman Kupu-Kupu di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Maros Sulawesi Selatan

1 5 48

Analisis Kelembagaan Pemanfaatan Komersial Kupu-Kupu di Daerah Penyangga Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan

0 3 218

ANALISIS STAKEHOLDER PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, PROPVINSI SULAWESI SELATAN (Stakeholder Analysis of Bantimurung Bulusaraung National Park Management, South Sulawesi Province) | Kadir | Jurnal Manusia dan Lingkungan 18470 37083 1 P

0 0 11

Kata kunci: TN Babul, Pengelolaan Kolaborasi, Pondasi kolaborasi TN Babul ABSTRACT - TOWARD COLLABORATIVE MANAGEMENT OF BANTIMURUNG BULUSARAUNG NATIONAL PARK, SOUTH SULAWESI PROVINCE

0 1 10

Development scenario of collaborative management at Bantimurung Bulusaraung National Park, South Sulawesi Province

0 0 10